Tumgik
#raya binges
rayatii · 11 months
Text
So I started binging the 60s sitcom Green Acres 2 days ago, and I swear the theme song is stuck in my head on loop all the fucking time.
1 note · View note
restosan · 4 months
Text
Tumblr media
Happy pride month
19 notes · View notes
frie-ice · 9 months
Text
Tumblr media
Last year during the Year of the Rabbit I did a collage of my favourite fictional rabbit characters, as well as adding in other cartoon/anime rabbits that other people may like, and I thought it would fun to do one on the Year of the dragon. Dragons are one of my favourite mythical creatures and I think that the last year the dragon was 2012.
On that note, happy year everyone! Lets see what 2024 has in store for us.
29 notes · View notes
selirchu · 1 year
Text
- Layu, Mekar -
BingQiu AU by @thisvenerable
"Hei, apa kamu sudah dengar soal Qingqiu-gege?"
Bisik-bisik yang tumpang tindih tidak menambah ramai aula dengan tirai-tirai berwarna emas yang menjuntai. Sebuah dupa yang wangi menyeruak dalam ruangan itu, membuat siapapun yang masuk merasa mabuk. Para pemuda dengan pakaian indah berwarna duduk saling bercengkrama sambil menyesap teh sesekali dari dalam cangkir yang berada dalam genggaman jemari ramping mereka.
"Qingqiu-gege? Ada apa dengannya?" Pria yang satu ikut mengobrol dalam keramaian.
"Ah ... jadi kamu belum dengar. Bulan ini, Qingqiu-gege lagi-lagi tidak mendapat klien. Tidak ada satu tuan pun yang masuk dalam ruangannya. Aiya, kalau ini terus berlanjut, bukankah Qingqiu-ge yang dibanggakan itu akan didepak dari Paviliun ini? Malangnya dia."
"Huh, bukannya malah bagus? Setidaknya saingan kita yang paling berat akan berkurang. Lagipula, siapapun di Paviliun Lotus Emas ini saling bersaing untuk mendapat uang, jadi mengapa harus menaruh kasihan?"
Seorang pemuda dengan jubah merah di pojok ruangan terkekeh mendengar ini. Suaranya pelan, namun entah mengapa seisi aula yang dipenuhi orang itu sontak terdiam seolah mendengar suara dewa. Merasa semua mata tertuju padanya, ia seolah tahu bahwa memang sudah saatnya ia bicara.
Suara baritonnya mengalir dengan santai melalui tenggorokannya, "Bukankah masih ada aku?"
Mereka langsung menggigil saat mendengarnya berbicara. Salah seorang dari mereka langsung menjawab sambil terbata, "B-Bing ..."
"Bing apa bing? Masih bicara dan tidak bekerja? Bersihkan pantat kalian dan cobalah lebih baik, bocah tolol."
Kerumunan itu buru-buru berpencar setelah meletakkan gelas di atas meja. Ketika keramaian bubar, hanya keheningan yang tersisa. Suara angin berhembus meniup tirai tipis transparan menemani aula yang kini lenggang. Seorang pria dengan jubah hijau berjalan keluar dari balik pilar sambil menutupi wajahnya dengan kipas bambu, seolah jijik dengan tempat itu.
"Haruskah aku berterima kasih atas pembelaanmu?" Suaranya halus dan terdengar sopan, namun nada dalam bicaranya terasa tajam dan ketus.
"Memangnya aku terlihat sedang membantumu? Aku hanya bermain-main dengan para bocah tolol yang bahkan tidak mampu menyeka ingus. Jangan menganggap tinggi dirimu."
Shen Qingqiu, yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan menutup kipas yang menghalangi separuh wajahnya. Rautnya terlihat dingin, namun hal itu nyatanya malah menambah sentuhan yang memperindah parasnya. Netra hitamnya menatap Luo Binghe yang tengah duduk bersandar di dekat pilar sambil meminum arak. Sejumput rasa kesal terlihat di antara kedua alis hitamnya.
Tidak tahan melihat kesembronoan Luo Binghe yang tidak ada anggun-anggunnya, Shen Qingqiu berbalik untuk pergi. Tepat sebelum ia pergi, ia mendengar Luo Binghe berkata dengan nada mengejek: "Shen Qingqiu, bekerjalah lebih keras, ah!~"
Shen Qingqiu mendengus. Bukankah kamu yang membuat aku ini tidak punya kerjaan? Dasar anjing serakah, semoga kamu membusuk di neraka!
Luo Binghe tahu, lelaki itu pasti kesal. Jadi, ia menenggak semakin banyak arak untuk menemani waktu istirahatnya yang sedikit. Di tengah tiup semilir angin yang menerpa tubuhnya, juga matahari terbenam yang menandakan malam akan tiba. Sekali lagi, Paviliun Lotus Emas akan dipenuhi pria hidung belang, para lelaki dan tuan muda dari keluarga bangsawan, atau anak pedagang kaya raya yang hanya tahu caranya menghabiskan uang. Itulah, waktu mereka bekerja.
Hari ini pun, Shen Qingqiu hanya duduk di depan meja di kamarnya. Dupa sudah habis; ia hanya diam sambil membaca buku. Lentera dan lilin yang dinyalakan di dalam kamarnya sudah cukup untuk membantunya membaca. Ia tahu pasti, tidak akan ada yang mengetuk pintu kamarnya. Semenjak Luo Binghe datang tiga bulan yang lalu, semua kliennya sudah diambil. Ia tidak lagi perlu bermain musik atau menuang teh untuk lelaki hidung belang yang datang mengunjungi keindahan nomor satu Paviliun Lotus Emas. Tidak ada cukup uang untuk bulan depan, jadi, Shen Qingqiu hanya berharap agar Mama pemilik paviliun berbelas kasih melihat kerja kerasnya di masa lalu dan tidak menendangnya keluar.
Tepat saat hari hampir pagi, Shen Qingqiu yang tertidur setelah terlalu lama membaca buku terbangun karena seseorang membuka pintunya. Bicara hal buruk, maka itulah yang akan terjadi padamu. Hari ini adalah hari pertama bulan tujuh. Mama Paviliun Lotus Emas dengan bedak putih yang menutupi seluruh wajahnya seperti tepung menutupi adonan menatap dingin pada mantan kebanggaan rumah hiburan itu.
Shen Qingqiu yang baru terbangun sontak memasang senyum paling lembut yang bisa ia beri, dan mempersilakan orang itu untuk duduk.
"Mama, ada yang bisa Qingqiu bantu? Mengapa Mama datang kemari pagi-pagi sekali?"
Shen Qingqiu ingin menuangkan teh, namun dihentikan dan dengan dingin, lawan bicaranya menjawab. "Shen-er, kurasa umurmu sudah cukup tua untuk berada di Paviliun ini. Lihatlah, bukankah semua pria di sini pada akhirnya adalah bunga segar yang siap dipetik? Lalu apakah kamu ini? Kamu perlahan mulai layu. Aku tentunya tidak mampu membiayai hidupmu di sini secara cuma-cuma, jadi—"
"Aiyo, pagi-pagi ada keramaian apa ini?"
Mama Paviliun Lotus Emas menoleh, hampir saja ia berucap kasar pada orang yang sembarangan masuk dan memotong pembicaraannya. Lelaki hidung belang mana yang sedemikian tidak bisa menahan diri dan masuk ke kamar yang tutup? Dasar sialan. Tapi, saat melihat sosok berjubah merah dengan tanda merah yang khas di dahinya, si Mama terdiam dan beralih tersenyum pada pria berambut ikal di ambang pintu.
"Luo-er! Aiya, apakah kamu sudah istirahat? Pergilah makan beberapa sarapan di dapur, ada roti manis dan susu kedelai segar. Mama sedang mengurus beberapa hal dengan Shen-ge ini, jangan ganggu kami dulu, bagaimana?"
Mendengar ini, bukannya Luo Binghe mundur, ia malah masuk lalu menutup pintu kertas di belakangnya. Setelahnya, ia duduk di antara mereka berdua seolah ia memang diundang ke sana sebelumnya. Shen Qingqiu menatap tajam pria yang masih tersenyum santai itu. Ia tidak mengatakan apapun, suasana pun mendadak senyap karenanya.
"Luo-er ..."
"Bukankah ini hanya masalah uang? Mama, kamu tahu aku sudah menghasilkan terlalu banyak selama beberapa bulan ini, bukankah aku bisa keluar kapan saja aku mau dengan harta yang kumiliki sekarang?" ucap Luo Binghe sambil menuang teh di atas meja.
Ia melakukannya seolah ia adalah tuan rumah dan kedua manusia di sisinya adalah tamu. Tubuhnya masih berbau arak, membuatnya terlihat agak mabuk dan urakan.
"Apa yang kamu bicarakan ini? Luo-er, bukankah semua pemusik dan teman pria di sini bekerja untuk mencari uang, tidakkah kamu juga?" Maksud dari kalimat ini adalah, Luo Binghe, bukankah kamu terlalu sombong untuk berpikir bahwa kamu memiliki banyak uang?! Walau kamu tidak menjual tubuhmu di sini, tidakkah kamu masih menjual diri dan kemampuanmu untuk mendapat uang? Untuk apa bicara seolah kamu tuan muda dari keluarga bangsawan entah mana?
Mendengar ini, Luo Binghe menyeringai dan melemparkan sebuah cincin dengan batu permata indah di atasnya. Alis Mama itu naik hingga sepuluh senti sedangkan mulutnya ternganga selebar selokan. "Dari mana kamu mendapatkan harta semahal ini? Katakan, harta tuan muda mana yang kamu rampas?"
Masih tersenyum, Luo Binghe meletakkan cangkirnya dan berkata dingin, "Mama, bukankah tugasmu hanya menerima uang dan diam? Pergilah, aku rasa kamu benar-benar memiliki pekerjaan lain sekarang, bukan?"
Mendengar ini, Mama Paviliun Lotus Emas pun buru-buru mengangkat pantatnya sambil terus memegangi cincin permata di ibu jarinya. Luo Binghe keparat kecil itu, hanya karena sedikit uang lebih begitu sombong mengusirnya di tengah diskusi penting! Tapi, siapa peduli? Cincin permata ini jelas lebih berkilau dari harta mana pun. Bahkan jika ia ingin sepuluh Shen Qingqiu agar tetap di Paviliun Lotus Emas pun ia tidak peduli. Tentang bagaimana Luo Binghe mendapatkannya, terserah dengan dia. Yang penting, ia tidak perlu terseret akibat kelakuan preman kecil itu. Jadi, lebih baik ia buru-buru ke toko perhiasan atau toko gadai untuk mengambil beberapa uang dari tangkapan besar ini.
Sementara Mama Paviliun Lotus Emas lari seperti anjing, Luo Binghe dan Shen Qingqiu sedang melaksanakan kontes adu tatap selama hampir satu menit penuh. Akhirnya, Shen Qingqiu dan mulut tajamnya berucap.
"Tidak perlu mengasihani aku. Entah apakah aku akan tidur di jalan malam ini atau besok bukanlah urusanmu."
Luo Binghe bersandar malas dan menjawab, "Begitukah caramu berterima kasih pada dermawanmu?"
Shen Qingqiu membuka kipas lipat dan menutupi wajahnya dengan benda itu, lantas membalas, "Aku tidak pernah meminta bantuanmu."
"Jadi apa Tuan Kebanggaan Paviliun Lotus Emas akan tidur di jalan malam ini, kemudian membiarkan dirinya dimakan sepuluh atau mungkin dua puluh pria gelandangan di pinggir jalan sebelum akhirnya dibunuh?"
Shen Qingqiu mengernyit jijik dan jengkel, "Ucapan kotor macam apa yang kamu katakan itu?"
"Tidakkah para pelangganmu juga berucap mesum seperti itu? Untung saja kebijakan Paviliun ini tidak memperbolehkan mereka berbuat hal-hal yang terlalu intim, kalau tidak, bukankah buah cerimu sudah pecah sejak kamu masih muda?" ucap Luo Binghe santai.
"Menjijikan, tidak bermoral."
"Moral apa yang kamu bicarakan, kamu pun hitungannya menjual diri di sini. Tidak perlu bersikap seperti seorang sarjana dan jual mahal begitu."
Shen Qingqiu yang jengkel akhirnya meledak, "Ya, ya, ya! Aku pada dasarnya memang tidak jauh berbeda dari pelacur. Kalau bukan karena ada kamu, mungkin aku sudah berkali-kali menjual diriku untuk makan! Tapi kamu! Kamu yang membuatku ditendang dari tempat ini dan nyaris melemparkanku ke jalan seperti makanan anjing. Dasar tidak tahu malu, apa kamu begitu bangga setelah mengambil uang milik orang lain?"
Luo Binghe meregangkan tubuhnya. Rambutnya yang ikal jatuh di pundak, sama lesunya dengan postur tubuhnya yang malas. Ia kemudian menjawab dengan santai, "Bukankah kamu sudah layu, makanya tidak ada seorang pun yang ingin bersamamu lagi? Bukankah kamu menganggap dirimu terlalu tinggi?"
Shen Qingqiu menutup kipasnya dan dengan jengkel melemparnya ke arah Luo Binghe. Namun, pria itu dengan santai menangkap benda tersebut. Ia memutar-mutar kipas itu dengan tangannya, lalu menyentuhnya ujungnya dengan jari. "Qingqiu-ah. Kalau begitu, mengapa tidak bekerja untukku saja?"
"Tidak masuk akal. Bicara omong kosong di pagi hari?"
Luo Binghe tersenyum manis hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. "Aku serius."
Kipas di tangannya sudah tertutup. Ia mengusap-usap bingkai bambu yang mengilat itu dengan ibu jarinya seolah itu adalah hal lain, sambil berkata ringan, "Lagipula selama ini aku sengaja mencuri semua pelangganmu."
"Hah! Untuk apa mengakuinya sekarang? Menurutmu aku akan peduli?"
Luo Binghe tiba-tiba bangun dan menerjang Shen Qingqiu. Tubuh panasnya menimpa tubuh Shen Qingqiu. Hanya ada selapis pakaian yang memisahkan dada mereka. Shen Qingqiu dapat merasakan dadanya berdebar—entah karena marah atau kaget. Namun, saat matanya menatap wajah Luo Binghe, ia menyadari bahwa pemuda bermarga Luo ini memang sangat tampan. Tidak heran, banyak orang yang pergi ke Paviliun Lotus Emas hanya untuk mencarinya. Sedangkan ia, hanyalah bunga layu yang menunggu untuk dibuang. Ia ingin memalingkan wajahnya karena rasa pahit yang menerkam tenggorokannya.
"Shen Qingqiu, aku tidak suka membayangkanmu menemani lelaki lain dan memberikan senyummu untuk para lelaki bejat yang menjijikan itu."
Shen Qingqiu terpana. Apakah Luo Binghe mabuk? Omong kosong apa yang ia ucpakan? Ia membuat tubuh Shen Qingqiu terasa panas.
Luo Binghe menurunkan wajahnya, mendekati telinga Shen Qingqiu untuk berbisik, "Kamu milikku."
Ia menggigit telinga Shen Qingqiu, membuatnya terkesiap dan nyaris menjerit kaget. "Aku tidak akan membiarkan seorang pun melirikmu—menyentuhmu."
Ketika Shen Qingqiu merasakan kepalanya kosong dan mengambang, ia merasakan beban di atas tubuhnya menghilang. Saat ia tersadar, Luo Binghe sudah berdiri di ambang pintu, seolah sejak awal, ia tidak pernah menindih Shen Qingqiu di lantai. Shen Qingqiu hampir berpikir bahwa ia berhalusinasi.
Sayangnya Luo Binghe, di ambang pintu, membuka kipas Shen Qingqiu seolah memperjelas bahwa ia tidak berhalusinasi dan berkata, "Ingat ucapanku barusan."
Pintu tertutup. Shen Qingqiu merapikan rambutnya dan duduk termenung sebelum akhirnya meraung, dasar anjing gila?!
Hasilnya, selama tiga bulan setelahnya pun, Shen Qingqiu hanya diam. Makan dan tidur, lalu membaca buku. Tidak ada seorang pun yang datang mengunjungi kamarnya. Sebaliknya, nama Luo Binghe semakin dikenal sebagai "Bunga Lotus Merah", menggantikan "Tuan Lotus Hijau" yang masanya meredup.
Shen Qingqiu, kamu adalah milikku. Punyaku. Aku tidak suka orang lain melihatmu. Jadi, akan kubiarkan mereka melihatku hingga hanya aku yang dapat melihatmu, Lotus Hijau-ku. Tunggu saja. Aku akan membawamu keluar dari tempat ini, lalu setelahnya, aku akan menjadikanmu milikku sepenuhnya. Satu-satunya. Seumur hidupku. Jadi, tunggulah dulu. Jangan mengacau. Jadilah baik. Mengerti?
3 notes · View notes
chicago-geniza · 2 years
Text
Thanks to past me for harvesting this quote:
"Już w okresie II Rzeczypospolitej gromadzili się w stolicy najwybitniejsi działacze szkolnictwa zawodowego , tacy jak : Jadwiga Bartosik , Zofia Tatarzanka , Walentyna Wróblewska , Stefania Zahorska i Maria Zborowska."
At some point during the "Untethered-From-Consensus-Reality-and-Linear-Time Sleepless Research Marathons Punctuated By Binge Drinking" Lost Months, pretty sure this narrows down the possible identities of three people mentioned in Stef's final prewar dispatch to Jelonka, but uh. Cite your sources past crazy Raya. Where is this from. When. Were they just in Warsaw or was it a pedagogical conference. If as I suspect the "rodzina" is Blok group, a handful of actors from Jel's circle, and pedagogical reformers, that would support my hypothesis about Irenka's identity!! Once again if I had archival access I would be too powerful. An archive told me they could only send 5% of a document due to IP/copyright and sent me instructions on traveling to the UK. Ma'am I am a transsexual with $100 in my checking account
UPD: It is Szkolnictwo i oświata w Warszawie, ed. Józef Kazimierski, 1982, p 320. Thanks
2 notes · View notes
wooglebear · 5 months
Text
Her.
Another OC for my Roleswap AU. Yes, my poor roleswap AU — which has blossomed into something… a lot more complex than your average TETOCU AU when it was originally supposed to be a simple swap AU to the point where I'm going to write it as a bunch of tumblr posts.
Yet I still have plans for more OCs!
This OC here is Catherine Yomiuri (no relation)!
Tumblr media
She is a teen who is half American and half Japanese, and was JUST introduced into Pamela and Summer's family as a stepsister. Regardless to say Pamela is confused af and Summer is excited to have some company.
She's a bit of an influencer. She's not quite as vain as Valentine, though, and she doesn't use her cellphone for influencer things like her cousin. While Valentine believes he is going to be famous, Catherine is a bit humbler.
Tumblr media
Deep inside she hates herself for her nationality, but clings to a bubbly facade. Basically, a Type A Stepford Smiler.
Yes, she made her own hairstyle and has heterochromia.
She feeds the younger kids porky tales of derring do. Not adventure type derring do, but "oh, I smoked" type derring do.
She's the kind of bitch that will brag about how much underage drinking she does to get bad girl cred, only to pass out from like, a single beer. Seriously, she takes one sip of the stuff and is coughing her lungs out thinking she’s gonna die. She talks big talk and acts all cool but she has no tolerance. None.
However, Catherine has an Achilles heel: She hates British stuff, and she's pretty sure that she doesn’t belong in the twins' house. Unfortunately, every time she tries to get away, someone yanks her back into a British manner learning class she’d rather skip.
She loves parties, though. She knows from experience that parties with piñatas are particularly fun.
She's friends with the Brown sisters and their cousin, Henrietta. Whatever they do - larping, paintball, ect., she does too.
Technically, she is also Valentine Glorious's cousin, and is just about the only one out of Pamela and Summer that tolerates him. Given how both Valentine and Catherine are influencers, Catherine tries to teach him other influencing ways (noticing his lack of interactions with others, and his general lack of… humility), though she’s not happy when she realizes what a narcissistic prick he is. Valentine would drive pretty much everyone up the wall with his incessant narcissistic nature. Valentine calls a frustrated Catherine "Cathy". He requires more work, more time to get through to someone as vain as him.
Catherine is a bit mischievous. She loves playing pranks on ppl. Her favourite is prank calling on April Fools' Day!
Catherine loves Pokemon the Series: Sun and Moon, Sailor Moon, Transformers Rescue Bots, SpongeBob, Dora the Explorer, Blaze And The Monster Machines, Bubble Guppies, Abby Hatcher, Butterbean's Cafe, Gravity Falls, The Owl House, Amphibia, TGAMMG, and more. Her stepsisters are confused as to why she loves "childish" shows compared to their beloved British shows like Mr. Bean and Peppa Pig. Her sisters are camp Sofia the First while she's Camp Elena of Avalor. She cried when everyone “died” in Raya and the Last Dragon.
Has admitted to binge reading the entirety of Ennui Go.
Her voice claim is Jessica DiCicco, lol
Speaks Japanese every now and then but she mainly uses English.
"バレンタイン...黙っててくれるの?!" (Translation: Valentine... Will you just SHUT THE HELL UP?!) - Catherine to Valentine
Neutral with Melvin and Melvin-Borg. Instantly hated George and Harold.
Tumblr media
Catherine's opinons on her stepsisters is that she doesn't have a major problem with either of them. They are her stepsisters and as far as she's concerned, there's a mutual, however strained, love she shares between them.
Catherine never knew her (Japanese) dad. The "In Space" arc provides more insight on the stepsisters' (British and American) mothers through video calls.
If Hazel ever met Catherine it would basically be Dave and Sky, but platonic and both are girls. Don't worry, Cathy won't become a disgusting pyscho.
She's a bit of a barista, making all sorts of drinks. She loves to experiment. Her favorite flavor is black tea, topped only by bubble tea.
And that's all I've got for Catherine!
0 notes
jyunism · 6 months
Text
binge eating kuih raya as if it’s my last time eating
1 note · View note
eorzeaisnotcrash · 1 year
Text
Day 7: Noisome
You haven’t thought of the smell!
(This one has mentions of non-con and violence. If you’re a DRK, you get it.)
“Have you got it?”
Looking more disappointed by the second (he can join the club!), the Lord Commander passes her the bottle. Dagmar opens it, just to be sure she isn’t getting played for a fool again. But it’s Daniffen’s Joy, just like she demanded.
“Right, then. I’ll go fight in your stupid trial and save the brat from another of his own shite decisions. And then I’d better get to use this and go on the lash in peace.”
Just as Dagmar turns away from the plotting table, Lord Haurchefant cries, “Wait, Jo… Mistress Ratsbane!”
“Lord Haurchefant, do you want that knight dead or not?”
“There is no need to kill, simply to defeat.”
“That’s not what Fray said about the trial she was in.” Dagmar nods to the other woman, who’s been waiting patiently for this mess to be over. Both knights are a little nervous to be around her, the way everybody else who’s met Fray is. You’d think somebody’d be happy Vishap’s killer made a friend in this miserable icebox! But Fray likes to agree with Dagmar that she’s neither a walking weapon nor a nobleman’s fuck-toy -these two wouldn’t appreciate their chances of getting to abuse her dropping even further, would they?
“I… I suppose not,” he says, like a proper polite lord, before pushing on: “Still, a trial by combat is a solemn occasion in the eyes of both man and the Fury. Do you truly intend to fight in your current state?”
Thinking about her clothes, eh? That’s just like him. He’s still not getting into ‘em!
“What’s wrong with what she’s got on?” snaps Fray. “It’s practical and protective, isn’t it?”
The Lord Commander says quietly but firmly, “It does seem a sturdy and extremely well-used set of armor.”
Oh.
Dagmar looks down at herself. Since the last time she stumbled into a river, she’s been covered anew in the evidence of the binges and one-sided fights that are her life now.
“Well, I needed to pay my tab at the Knight, and those hunt marks needed to die. Then I tracked down more traitor Braves, and I couldn’t not kill those… oh, and some of this is from Temple Knights who didn’t understand the meaning of ‘no’.”
“Did you say Temple Knights?”
“But those Braves got washed off earlier,” Fray points out. “I think one of these on the left is actually from that Brass Blade who helped torture you…”
Both knights are proper uncomfortable now. Dagmar snaps her fingers as she remembers something from the blood-and-ale-soaked haze that’s been the past four days.
“No, that’s not it, either. The Ul’dahn arsehole is splattered all over my feet. All along my left is from the Ishgardian arseholes.” She looks down at her front. “This is what’s left of the giant gremlin I killed in the South Shroud.”
She thinks Raya-O might have seen her, but after Dagmar waved and called “You’re welcome!” nothing happened.
“Did you say Temple Knights?” repeats the Lord Commander.
“Then I took that bounty and bought some wine, and some of that got spilled on me when I was walking along, minding my own business, and more knights bumped into me. They decided ‘fuck off’ was foreigner-speak for ‘I need your cock’ so I did what I had to. You know, sometimes I think Nidhogg is right about this place.”
(Hopefully she’ll be wyrm food before the day comes when she wakes up and wonders if the shadowless bastards might have the right of it, too.)
Lord Haurchefant looks at the Lord Commander. The Lord Commander looks at Lord Haurchefant.
Finally the former sighs and admits, “I do not believe there is any precedent for a champion being turned away on account of hygiene. Mistress Ratsbane, pray report to the Supreme Sacred Tribunal of Halonic Inquisitory Doctrine, and may the Fury grant you victory.”
“She won’t need the Fury’s blessing,” Fray tells him as they finally leave. “She’s got mine.”
1 note · View note
lmgaagro · 2 years
Text
Cara Temukan Kios Pertanian Terdekat dengan Mudah!
Tumblr media
Kios Pertanian Terdekat Harga Murah | Lmga Agro
Kios Pertanian Terdekat Lmga Agro : Sms / Wa : 081 252 22 117.
Cari kios pertanian terdekat dan dapatkan produk pertanian terbaik. Kualitas terjamin dan harga terjangkau. Ayo segera belanja!
I. Kios Pertanian Terdekat Apa Penting Bagi Petani ????
A. Latar belakang pentingnya menemukan kios pertanian terdekat
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.
Tanaman-tanaman yang ditanam oleh petani merupakan sumber pangan bagi masyarakat dan juga merupakan salah satu sumber pendapatan bagi petani itu sendiri.
Namun, tidak semua petani memiliki akses yang mudah untuk membeli kebutuhan usaha berkebun mereka.
Oleh karena itu, adanya kios pertanian sangat penting bagi petani agar pupuk, benih, bibit, alat pertanian hingga spare partnya mudah petani beli.
Kios pertanian adalah tempat penjualan hasil pertanian yang biasanya terdapat di pinggir jalan raya, sentra budidaya atau di tepi kota.
Kios ini menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana bercocok tanam dengan mudah serta cepat.
Dengan adanya kios pertanian terdekat, petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk belanja semua kebutuhan usaha berkebunya.
Namun, tidak semua petani tahu dimana letak toko pertanian dari tempat tinggal mereka.
Oleh karena itu, penting bagi petani untuk mengetahui dimana letak kios pertanian terdekat agar dapat membeli kebutuhan usaha berkebunnya dengan cepat.
Dengan memahami latar belakang pentingnya menemukan toko pertanian terdekat, maka kita dapat memahami mengapa penting bagi petani untuk menemukan toko pertanian terdekat dengan mudah.
B. Tujuan artikel untuk membantu menemukan kios pertanian terdekat
Tujuan dari artikel ini adalah untuk membantu masyarakat dalam menemukan kios pertanian terdekat dengan mudah dan efisien.
Kios pertanian adalah tempat penjualan produk-produk pertanian seperti bahan baku pertanian, alat pertanian, benih, pupuk, dan lain sebagainya.
Dengan adanya informasi mengenai lokasi kios pertanian terdekat, maka akan mempermudah bagi petani dan masyarakat yang membutuhkan produk-produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selain itu, informasi mengenai lokasi kios pertanian juga dapat membantu petani dalam memperoleh bahan baku yang berkualitas dan alat pertanian yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tujuan artikel ini juga adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya kios pertanian dalam memenuhi kebutuhan produk pertanian.
Dengan adanya informasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mengapresiasi kios pertanian dan memanfaatkannya secara optimal.
II. Cara Menemukan Kios Pertanian Terdekat
A. Penggunaan aplikasi untuk menemukan lokasi kios pertanian
Tumblr media
Map Kios Pertanian Lmga Agro
Menemukan lokasi kios pertanian terdekat saat ini semakin mudah dengan adanya aplikasi teknologi.
Aplikasi ini dapat membantu Anda menemukan lokasi kios pertanian terdekat dengan hanya beberapa klik saja.
Beberapa aplikasi yang bisa digunakan adalah Google Maps, Waze, dan sebagainya.
Penggunaan aplikasi ini sangat mudah, Anda hanya perlu memasukkan nama atau alamat kios pertanian yang Anda cari, kemudian aplikasi akan menunjukkan lokasi terdekat dengan jarak dan waktu tempuh.
Anda juga bisa menggunakan fitur "cari sekitar" untuk menemukan lokasi kios pertanian di sekitar Anda.
Dengan menggunakan aplikasi ini, Anda bisa dengan mudah menemukan lokasi kios pertanian yang memenuhi kebutuhan Anda.
Anda bisa membandingkan harga, kualitas produk, dan fasilitas yang tersedia di setiap kios pertanian.
B. Penggunaan mesin pencari internet untuk menemukan informasi tentang kios pertanian
Mesin pencari internet seperti Google atau Bing adalah alat yang sangat berguna bagi para pengguna untuk menemukan informasi tentang berbagai hal, termasuk lokasi kios pertanian.
Cara penggunaannya sangat mudah, yaitu dengan memasukkan kata kunci tertentu seperti "kios pertanian terdekat" atau "toko pertanian di [nama kota]", lalu tekan tombol pencarian.
Mesin pencari akan menampilkan hasil pencarian berupa daftar situs web atau aplikasi yang memiliki informasi tentang toko pertanian terdekat.
Namun, dalam hal ini, hasil pencarian bukanlah hal yang pasti. Beberapa situs web atau aplikasi mungkin memberikan informasi yang tidak akurat atau sudah kadaluarsa, sehingga sangat penting bagi pengguna untuk memastikan bahwa informasi yang ditemukan memang benar dan up to date.
Untuk memastikan bahwa informasi yang ditemukan memang benar dan up to date, pengguna bisa melakukan beberapa hal seperti:
Memastikan bahwa situs web atau aplikasi yang memberikan informasi memiliki reputasi yang baik.
Memastikan bahwa informasi yang ditemukan sudah diperbarui dan sesuai dengan tahun atau bulan saat ini.
Memastikan bahwa informasi yang ditemukan sudah diverifikasi oleh beberapa sumber.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka pengguna akan memiliki keyakinan bahwa informasi yang ditemukan memang benar dan up to date, sehingga dapat membantu dalam menemukan kios pertanian terdekat dengan mudah.
C. Menanyakan pada lingkungan sekitar
Setelah mencoba menggunakan aplikasi dan mesin pencari internet untuk menemukan kios pertanian terdekat, kita juga bisa mencoba menanyakan pada lingkungan sekitar.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbicara dengan tetangga, rekan kerja, atau bahkan pemilik toko di sekitar kita.
Mereka mungkin tahu tentang adanya toko tani terdekat yang belum terdaftar dalam aplikasi atau mesin pencari internet.
Menanyakan pada lingkungan sekitar juga merupakan cara yang baik untuk memperluas jaringan dan membangun relasi dengan orang sekitar.
Dalam hal ini, kita bisa menggunakan kesempatan untuk mengenal lingkungan dan membangun kemitraan yang baik dengan pemilik toko atau tetangga.
Namun, kita juga harus berhati-hati dalam menanyakan informasi pada orang lain. Pastikan bahwa kita bertanya dengan sopan dan memperlakukan orang lain dengan baik.
Jangan lupa untuk memperkenalkan diri dan memberikan alasan mengapa kita ingin menanyakan informasi tentang kios pertanian.
Dengan menanyakan pada lingkungan sekitar, kita dapat dengan mudah menemukan kios pertanian terdekat dengan memanfaatkan jaringan dan relasi yang sudah dibangun.
Ini juga merupakan cara yang efektif untuk menemukan kios pertanian yang belum terdaftar dalam aplikasi atau mesin pencari internet.
III. Keuntungan Membeli Produk Pertanian di Kios Terdekat
A. Kualitas produk pertanian yang terjamin
Kualitas produk pertanian yang terjamin adalah hal yang sangat penting bagi keberlangsungan bisnis toko pertanian.
Oleh karena itu, menemukan kios pertanian terdekat dengan kualitas produk terjamin menjadi hal yang sangat penting bagi konsumen.
Pentingnya memastikan kualitas produk pertanian bisa dilihat dari berbagai segi, seperti:
Kualitas produk yang baik akan membuat konsumen merasa puas dan akan membuat mereka kembali lagi untuk membeli produk.
Kualitas produk yang baik akan membuat toko pertanian lebih terpercaya dan diakui oleh masyarakat sekitar.
Kualitas produk yang baik juga akan mempengaruhi harga jual produk, karena harga jual produk yang baik akan lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang kualitasnya buruk.
Oleh karena itu, menemukan toko tani terdekat dengan kualitas produk yang baik adalah hal yang sangat penting bagi konsumen.
Untuk memastikan kualitas produk pertanian, konsumen bisa melakukan beberapa hal seperti :
Memastikan bahwa produk pertanian yang dibeli berasal dari sumber yang terpercaya.
Memastikan bahwa produk pertanian yang dibeli memiliki tanggal kadaluarsa yang masih berlaku.
Memastikan bahwa produk pertanian yang dibeli memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan memastikan kualitas produk pertanian, konsumen bisa memastikan bahwa mereka tidak salah membeli produk dan bisa memastikan bahwa produk yang dibeli memiliki kualitas yang baik.
B. Harga produk pertanian yang terjangkau
Menemukan kios pertanian terdekat tidak hanya penting untuk memastikan kualitas produk pertanian, tetapi juga harus mempertimbangkan harga yang ditawarkan.
Harga produk pertanian yang terjangkau sangat penting bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan.
Kios pertanian yang menawarkan harga terjangkau akan membuat produk pertanian lebih terjangkau dan mudah diakses bagi masyarakat.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam memastikan harga produk pertanian yang terjangkau.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan para petani dan pedagang untuk menetapkan harga yang wajar dan terjangkau bagi masyarakat. Ini juga dapat membantu memperkuat ekonomi pedesaan dan membantu petani dan pedagang untuk memperoleh keuntungan yang layak.
Konsumen juga harus memainkan peran dalam memastikan harga produk pertanian yang terjangkau.
Konsumen dapat membandingkan harga produk pertanian di berbagai kios pertanian dan memilih yang menawarkan harga terbaik.
Ini juga dapat membantu mendorong para pedagang untuk menawarkan harga yang lebih terjangkau dan membuat produk pertanian lebih terjangkau bagi masyarakat.
Secara keseluruhan, menemukan kios pertanian terdekat dengan harga produk pertanian yang terjangkau sangat penting untuk memastikan kebutuhan sehari-hari masyarakat terpenuhi.
Ini juga dapat membantu memperkuat ekonomi pedesaan dan membantu petani dan pedagang untuk memperoleh keuntungan yang layak.
Oleh karena itu, memastikan harga produk pertanian yang terjangkau harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah, petani, pedagang, dan konsumen.
C. Kemudahan dalam pembelian produk pertanian
Menemukan kios pertanian yang terdekat bukan hanya mencari lokasi fisik saja, tetapi juga mencari kios yang memiliki kemudahan dalam melakukan pembelian produk pertanian.
Hal ini penting agar konsumen dapat memperoleh produk pertanian dengan cepat dan mudah tanpa harus mengeluarkan banyak waktu dan tenaga.
Beberapa hal yang dapat mempermudah dalam pembelian produk pertanian di kios antara lain :
Sistem pembayaran yang mudah dan cepat
Pembukaan jam yang lama sehingga memudahkan konsumen untuk melakukan pembelian kapan saja
Adanya pelayanan yang baik dan ramah dari karyawan kios
Ketersediaan produk pertanian yang lengkap
Adanya promo dan diskon yang menarik bagi konsumen
Dengan adanya kemudahan dalam pembelian produk pertanian, konsumen dapat memperoleh produk berkualitas dengan harga yang terjangkau tanpa harus mengeluarkan banyak waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, mencari kios pertanian yang memiliki fasilitas pembelian yang mudah sangat penting bagi konsumen.
IV. Cara Temukan Kios Pertanian Terdekat Jadi Mudah
Dengan adanya artikel ini, kami harapkan dapat membantu Anda dalam menemukan kios pertanian terdekat dengan mudah.
Baik dengan menggunakan aplikasi, mesin pencari internet, atau bahkan hanya dengan bertanya pada lingkungan sekitar.
Semoga informasi yang kami sajikan bermanfaat dan membantu memenuhi kebutuhan Anda akan produk pertanian yang berkualitas dan terjangkau.
Jangan lupa untuk selalu memperhatikan kualitas dan harga produk sebelum melakukan pembelian. Dan jangan ragu untuk menanyakan pada pedagang atau petani terkait produk yang Anda inginkan.
Kios pertanian merupakan salah satu sumber utama bagi masyarakat akan produk pertanian yang berkualitas.
Oleh karena itu, menemukan kios pertanian terdekat dengan mudah sangat penting bagi kebutuhan konsumen akan produk pertanian.
Jika anda masih anda kesulitan tentang bagaimana cara belanja online, budidaya, usaha berkebun, jadi reseller produk pertanian, maka anda bisa konsultasi denga tea dari toko pertanian terlengkap lmga Agro.
0 notes
isitbussinjanelle · 2 years
Text
Raya: i have just discovered—
Namaari: Namaari.
Raya: with the help of Namaari—
Namaari: Namaari discovered.
Raya: -…mainly Namaari..
Namaari: thank you.
32 notes · View notes
bumblebeeappletree · 3 years
Text
youtube
A great food movie, simply put, loves food - and Disney's Raya and the Last Dragon loves food. Food is used in celebration, to comedic effect, as a vibrant cultural showcase, and perhaps most nobly, as a symbol of unity. Kumandra Soup, a simplified take on the classic Thai Tom Yum, represents what beauty comes of togetherness, of cooperation, of sharing a meal as allies. In the words of Chief Benja: I believe that we can be Kumandra again.
Recipe: https://www.bingingwithbabish.com/rec...
Music: "unna" by Broke for Free
https://soundcloud.com/broke-for-free
17 notes · View notes
candydos · 3 years
Text
WHO WAS GONNA TELL ME THAT MBS GOT A FOURTH BOOK IN 2019 AND A WHOLE FREAKING ONGOING SERIES ON DISNEY PLUS???
15 notes · View notes
riddledem0n · 3 years
Text
"Sometimes you gotta take the first step even before you're ready"
Daang.. STOOOP..
6 notes · View notes
whywoulditho · 3 years
Text
yknow what at this point i can't watch anything that's not animated. i'm a depressed young adult and my comfort show is fucking ever after high. i'll probably keep going to see new disney movies in the theather until i die
4 notes · View notes
Text
jem/jerrica and rio is such a toxic and abusive relationship lmao why am i supposed to ship it?
8 notes · View notes
shy-peacock · 2 years
Note
Would you be able to do a drunk Raya fic? I just binged read all the drunk Namaari ones and I loved them! Thanks for considering!
Tumblr media
Idk what this is. 🤷‍♀️ Rated not M but also not T (edit- this is going to be funny/angsty but without giving the plot away, always with consent ❤️- I think this will have two-three parts)
.
.
.
Okay- this was not her bedroom.
Raya’s bed was never this soft, the room was never this clean! She had posters of video games and movies and art up on the wall, hiding the tacky wallpaper underneath from the prior owners of their house. Her Ba unable to clear off the green garden fairies despite nearly making a hole in the damn wall.
These walls were pristine, an ivory white that seemed to amplify the light coming in through the window. The sheets just as flawless despite the puddle of drool coming out of Raya’s mouth. It was all so bright, so painfully bright at that.
That- or her hangover was truly just that bad.
Raya turned onto her back, regretting it immediately when her world took a lovely spin or two until finally it settled onto the ceiling light. An intricate design that was not your typical whirling light fan full of dust bunnies, far more modern than the one in Raya’s room. Solidifying the same fact she knew upon waking.
She was not in her room.
Worse than that- she wasn’t alone.
Raya turned at the sound of the bed dipping, creaking softly as someone adjusted beside her, to find her face to face with a familiar stranger.
Familiar cause she knew her, stranger because not very much.
Her neighbor, Namaari.
Raya jerked back, her body very much awake then, getting as much space as possible between them. A bit too much as she felt the terrifying pull of gravity course through her body as she stumbled then off the side of the bed, hitting the ground with a very loud and very ungraceful manner. Shrieking, before banging into the side of her dresser and knocking whatever contents atop it down.
Raya honestly wouldn’t be surprised if she woke the whole neighborhood up. Definitely Namaari herself as she shot up with a half-dazed, half terrified look. Looking around and then down at the floor where Raya was in a heap, limbs awkwardly thrown about, the pair giving each other quite the look before Namaari rolled her eyes.
“Oh my God- you’re still here?”
Raya deadpanned.
Still-…here?
“What do you mean- still here?!” Raya yelled, “what the hell am I-“
“SHHHH-“ Namaari warned, putting her finger up to her lips as if Raya couldn’t understand what “shhh” means. “You’re gonna wake up my Mom!” She whispered, as she jumped up from her bed and walked around to tug Raya up off the ground, “why didn’t you go home!?”
“Go home-?!” Raya hissed, “I don’t even know how I got here?!”
Namaari paused and then rolled her eyes angrily, “of course not-“
“Did you-…were we-?” Raya hesitated, glancing at Namaari’s bed then her. Brain whirling, too hungover to recall a damn thing from the night before. Only that she had gone to a “beginning of the end of the school year” party, exclusively for Seniors who’d be graduating after this school year, with her friend Sisu. After that…?
“Were you at the party?” Raya asked then, “did you-“
Namaari once again rolled her eyes.
“Don’t flatter yourself, as if I would be caught dead leaving a party with you-“ Namaari scoffed and quickly added, “I was home- this is all you, Heart.”
Raya grimaced, making sure Namaari felt every bit of her annoyance from her glare. Trying to be witty, to say something snarky back. But before she could even wrap her mind around saying anything more- a sound from the hall caught both of their attention.
The sound of footsteps as they approached Namaari’s door.
“Namaari-?” came a voice, “dewdrop?”
Raya’s blood went cold.
Mrs. Fang, Namaari’s Mother.
She turned her eyes from the door to Namaari, seeing the same panic that ran through her was overtaking Namaari as well. Both knowing her Mother was a strict lady, even more now that Namaari was one year away from heading off to college. The freshly turned eighteen year old quickly turning Raya around by her shoulders and pushed her towards her closet, opening it and shoving her inside.
“Not a word or we’re both dead!” She warned, shutting the closet and plunging Raya into darkness.
Raya waited, breath held, every single nerve inside her on high alert as she listened to the sound of Namaari’s feet taking her from the closet to the door of her room where her Mother was already rattling the door handle, calling her name on the other side.
“Sorry!” Namaari said, her tone slow and sluggish as if she had just crawled out of bed, “the doors been jammed lately..”
A pause came and then went, Mrs. Fang clearly taking in Namaari’s very obvious lie. The door clearly locked. Calculating it, possibly examining the room then as she did.
“Hmmm.. I will have someone come out to take a look at it,.” Mrs.Fang announced, clicking her tongue then, “I also heard a noise-…did you scream, Namaari?”
“Oh-..yeah, fell out of bed.” She laughed, awkwardly.
“You fell-… out of your bed?” Her Mother replied, suspicious of this comment.
“Yeah-“
“Yes, M’am.” Her Mother corrected.
“Yes, M’am-…” Namaari repeated, her tone changing. Sounding like her typical snobby self. “I had a nightmare, I suppose I slept to close to the edge and woke myself up when I fell.” She explained, “I’m sorry if I woke you.”
An even longer pause, then a small chuckle.
“You needn’t worry, dewdrop-“ she said, “I was up finishing some work since early this morning, I only wanted to check on you.”
“I’m fine.” Namaari assured her.
Mrs. Fang shifted and then Raya could hear her retreating back down the hall, not before issuing an order out to her daughter.
“Well, in any case-…I would appreciate it if you fixed the mess.” She called, “the bed made and the dresser cleared!”
“Yes, M’am.” Namaari called back,
Her door shut, but Raya didn’t dare move until Namaari opened the closet door again. A scowl on her face as she went to her bed, doing as her Mother told while still barking an order to Raya.
“You need to go-“ Namaari stated, “this is exactly why I told you to leave BEFORE the sun rose.”
Raya stepped out of the closet, giving Namaari a look that matched her own.
“Um- I have no idea what you’re talking about!?” Raya snapped, “I don’t even know how I got here-?!”
“Well, figure it out on your way home-!” Namaari huffed, “it’s not my problem-“
“You seriously can’t just fill me in-“ Raya asked, angrily, “And how am I supposed to sneak out of here, with your Mom already awake?”
Namaari kept her eyes on the task at hand, throwing a thumb back towards the other side of the room.
“Go out the window-“
“Excuse me-?” Raya began, only to be cut off by Namaari as she scoffed loudly.
“You had no problem getting in that way-“
“Getting in-…?!” Raya nearly shouted, shocked by this comment as she was. When did she climb into Namaari’s window? How did she for that matter?! Raya searched her brain for the memory, finding absolutely nothing. Just her knocking back drinks at that party, somehow that lead her to this moment in Namaari’s room. “Okay- wait…you have to tell me what happened-“
“No- you need to go-“ Namaari hissed, “I don’t have time to go through it with you-“
“So you just expect me to leave without knowing-“
“Yes- that’s exactly what I want you to do, before my Mom comes back and kills us both!”
“Then I’m gonna stay till you tell me-!”
“Are you seriously that stubborn-!?”
“Are you seriously willing to bet I won’t call your Mom up here right now-?” Raya challenged then, crossing her arms as she arched an eyebrow at Namaari. Throwing the ball in her court.
Clearly that was the right nerve to strike as Namaari threw up her hands angrily and stormed over to her window, opening it, then stepping back as she gave a quick rundown of the previous night.
“I don’t know why- you came in through my window last night, you were drunk and I guess you thought this was your house and your room cause you laid down and passed out before I could get an answer from you.” She explained, huffing angrily the entire time. “You woke up a few hours ago into the morning, I told you to make sure you leave before the sun rises and you clearly didn’t-!”
Namaari jabbed her finger towards the window.
“Now, go!”
Raya didn’t need to be told twice.
Well….She technically did.
But with the mystery solved, Raya couldn’t wait to clear out of there. Slipping out the window and down the roof where she found the trash bin propped against the house, climbing down it, and landing safely on the ground with ease. This coming like second nature to her, like she had done it before.
Well, she definitely did it last night…
She scampered away, turning back once she was on the sidewalk to see Namaari’s window had already been slammed shut and the curtains drawn. Raya giving it a good scowl, hoping Namaari saw, before she began the walk home. Her headache growing stronger then.
God- how in the world did she confuse their houses?! Their beds!? Namaari was her neighbor, had been for years. Their houses on the same street, a few houses apart. Though Namaari was anything but neighborly to her. She was a nightmare to be honest. Had been for years after they decided to become enemies in middle school.
They had been friends prior to this, briefly, then something made them not. Raya couldn’t stomach nor bring forth the energy to figure that mess out. That period of peace between them long over, now they moreso only interacted to exchange insults and death glares and whatever else they could muster to make it clear to themselves and everyone around them that they disliked each other with a passion. Six long years of being Namaari’s enemy, which would come to an end when she finally left for college after this school year.
Okay- so maybe she wasn’t a complete stranger.
Maybe they did have a lot of history together.
All Raya knew was that it was a complete shock to her entire brain to wake up next to Namaari this morning. No matter what context. Hardly believing herself, even as she was drunk off her mind, that she had spent the night with Namaari of all people.
“Ugh” Raya groaned out loud to herself.
Spending the night?
Please!
That made it all sound so much worse than it actually was. It wasn’t like they did anything! She just made a stupid mistake. A REALLY stupid mistake while messed up from way too many drinks. Lesson learned! Both from this situation and the uncomfortable churning in her head and gut. It’d be awhile before Raya ever touched another bottle to her lips. The mere thought making her nausea worsen.
Before she could debate if she were truly going to puke or not- she realized then that she didn’t know the whereabouts of her best friend, Sisu, who had been the one she went to the party with. Praying she didn’t have the same results Raya did this morning, waking up in some random place with someone you wouldn’t be caught dead with.
She felt the pockets of her jeans, noting that she didn’t feel her phone in any of her pockets. She checked them again and again, then felt around in the pockets of her jacket she just realized she was wearing still. Finding her house keys and wallet but not the phone. Apparently not sloppy enough of a drunk to lose the other contents in the jacket, yet definitely the phone.
“Fuuuuck-“ she whined, fairly sure she may have left it in Namaari’s bedroom.
A hopeful yet defeated sensation mixing through her as she knew she’d have to approach Namaari again after this to find her phone, yet at least content knowing it might be safe there for now,
“Dad’s gonna kill me-“ she grumbled, trying not to panic between coming home way later than she was meant to be coming home AND telling her Dad that her phone was missing. That, paired with her clearly hungover self, she’d imagined she’d be grounded for the rest of the school year.
However, clarity found her before she could work over her inevitable punishments. A memory, which she felt she had to chase down as it came in flashes. The reminder of her phone like a trigger to an event that played out in her mind-
“You dropped this-“ someone said, holding her phone. Her line of vision swam as she glanced up at the person.
Raya took it.
Memories swam.
Her phone was in her hand, but she let it drop to the floor as she now occupied both hands with a body. Caressing it, tugging at the person’s clothes, pulling them closer. Heated words spilling into the air, windows fogging up in the car they were in. Her tongue was in someone else’s mouth, they were kissing- more than that! She took a bottle of alcohol out of their hand, letting it tumble down as well. The contents barely spilling as they had drank up most of it. They were biting and hungrily devouring the others lips. Raya panted into their mouth, whining-…begging.
A single name piercing through her head like a nail.
“Namaari-“
Namaari…NAMAARI?!
Raya remembered it- not a lot of it, but she remembered THIS. Being somewhere, a car?! Some sort of cramped space in a dark setting, kissing- no, making out with Namaari as if the world was about to end. The memory was so clear, the heat, the sensation of her teeth against Raya’s lips.
It happened.
It really happened.
Oh. My. God.
It actually fucking happened.
Raya hadn’t even realized she had stopped walking, her hand shooting up to touch her lips. Stunned, paralyzed, a billion emotions swirling in her brain that as she tried to make heads or tails of what the fuck possessed her to do what she did?! Why did she only remember this choppy bit, why did Namaari say nothing happened if something clearly happened?! Was she drunk too? Did she even remember?
Or worse-…maybe she did?
Raya didn’t know what to say, hell she didn’t know what to do. Apparently she had made out with Namaari Fang, her worst enemy, and she didn’t even remember. Not till now, not even a lot at that?!
She turned, glancing back at Namaari’s window. Thinking the same question she wondered if Namaari was asking herself.
“What the fuck did we do last night…?”
30 notes · View notes