#liturgi sakramen
Explore tagged Tumblr posts
Text
Interior dalam Gereja
Interior dalam gereja adalah salah satu aspek yang paling penting dalam menciptakan atmosfer ibadah yang penuh kedamaian, refleksi, dan spiritualitas. Setiap elemen desain, mulai dari struktur arsitektur hingga ornamen kecil, dirancang untuk membantu jemaat merasakan kehadiran Tuhan dan memperdalam pengalaman rohani mereka. Interior gereja tidak hanya berfungsi sebagai ruang fisik, tetapi juga sebagai tempat yang memfasilitasi pertemuan antara manusia dengan Tuhan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai elemen yang membentuk interior gereja, serta bagaimana setiap bagian tersebut bekerja sama untuk menciptakan lingkungan ibadah yang mendalam dan bermakna.
youtube
Elemen Utama dalam Desain Interior Gereja
1. Altar Gereja
Altar adalah elemen paling penting dalam interior gereja, karena merupakan tempat perayaan sakramen Ekaristi atau perjamuan kudus. Altar menjadi pusat dari setiap perayaan liturgi dan simbol dari pengorbanan Kristus di kayu salib.
Desain altar umumnya dibuat dari bahan yang mulia, seperti marmer, batu, atau logam untuk menunjukkan kemuliaan dan kesucian. Pada gereja-gereja tradisional, altar sering kali dikelilingi oleh ornamen yang rumit, sementara pada gereja-gereja modern, desainnya bisa lebih minimalis, dengan meja altar yang lebih sederhana dan bersih.
Altar juga biasanya dilengkapi dengan elemen-elemen lain seperti tabernakel (tempat penyimpanan Sakramen Mahakudus), salib, dan lilin yang semuanya memiliki makna teologis yang mendalam.
2. Tabernakel
Tabernakel adalah tempat untuk menyimpan roti yang telah dikuduskan dalam perayaan Ekaristi. Ini adalah tempat yang sangat suci, dan biasanya terletak di dekat altar, sering kali di bagian tengah ruang ibadah. Tabernakel biasanya terbuat dari bahan yang mulia seperti emas, perak, atau perunggu, dan sering dihiasi dengan simbol-simbol agama.
Lampu abadi yang selalu menyala di dekat tabernakel menunjukkan kehadiran Kristus yang tidak pernah padam, menciptakan atmosfer sakral di dalam gereja.
3. Salib dan Patung
Salib adalah simbol utama dalam agama Kristen, mewakili pengorbanan Kristus di kayu salib untuk penebusan dosa umat manusia. Salib biasanya menjadi pusat perhatian dalam gereja dan sering diletakkan di belakang altar atau pada dinding utama gereja.
Patung-patung juga sering ditemukan di sekitar altar atau di sepanjang dinding gereja. Patung-patung ini menggambarkan tokoh-tokoh suci seperti Yesus Kristus, Bunda Maria, atau para santo dan santa. Meskipun desain gereja modern cenderung lebih minimalis, patung-patung ini tetap menjadi bagian penting dari interior gereja untuk mengingatkan jemaat akan teladan hidup suci.
4. Mimbar dan Kursi Jemaat
Mimbar adalah tempat bagi imam atau pendeta untuk membaca Kitab Suci dan menyampaikan khotbah kepada jemaat. Mimbar sering kali dirancang agar mudah diakses oleh imam, tetapi tetap mencolok dan menarik perhatian umat.
Kursi jemaat atau bangku gereja dirancang untuk memberikan kenyamanan selama ibadah. Di gereja-gereja besar, kursi biasanya disusun dalam barisan yang rapi dan teratur. Gereja-gereja yang lebih kecil mungkin menggunakan bangku panjang yang bisa menampung lebih banyak orang.
5. Pencahayaan dan Kaca Patri
Pencahayaan dalam gereja sangat penting untuk menciptakan suasana yang tepat selama ibadah. Pencahayaan alami melalui jendela besar atau atap kaca memungkinkan cahaya Tuhan yang ilahi untuk masuk ke dalam gereja. Dalam gereja-gereja besar, kaca patri yang berwarna-warni sering digunakan untuk menambah keindahan dan memberikan sentuhan artistik.
Lampu-lampu kristal atau lampu gantung juga sering digunakan untuk memberikan pencahayaan yang lembut namun dramatis, menyoroti bagian-bagian penting dari gereja seperti altar atau tabernakel.
6. Lantai dan Dinding Gereja
Lantai gereja sering kali terbuat dari marmer, batu, atau ubin yang tahan lama dan mudah dibersihkan. Lantai gereja juga sering dihiasi dengan karpet atau pelapis khusus yang menambah keindahan visual dan kenyamanan selama ibadah.
Dinding gereja biasanya dicat dengan warna netral atau dihiasi dengan gambar religius, mural, atau mosaik. Mosaik-mosaik yang menggambarkan cerita-cerita dalam Alkitab, seperti Kebangkitan Kristus atau Perjamuan Terakhir, dapat ditemukan di beberapa gereja, memberi gambaran visual yang mendalam tentang kisah-kisah iman.
7. Orgel dan Musik Gereja
Musik adalah bagian integral dari ibadah gereja, dan orgel gereja sering kali menjadi instrumen utama yang digunakan untuk memimpin pujian dan doa. Orgel yang besar dan megah sering kali ditempatkan di bagian belakang gereja, memberikan suara yang penuh gema yang memenuhi seluruh ruangan. Musik gereja, baik itu paduan suara atau alat musik lain, berfungsi untuk meningkatkan pengalaman rohani umat.
8. Dekorasi Liturgi
Dekorasi gereja berubah-ubah mengikuti kalender liturgi gereja, dengan warna-warna tertentu digunakan untuk menandai musim-musim penting dalam kehidupan gereja. Misalnya, warna ungu digunakan untuk Prapaskah dan Adven, merah untuk Pentakosta, dan putih untuk perayaan besar seperti Natal dan Paskah. Warna-warna ini dapat diterapkan pada kain altar, taplak meja, dan hiasan lainnya di dalam gereja.
Menggabungkan Keindahan dan Fungsi
Desain interior gereja bertujuan untuk menciptakan ruang yang tidak hanya indah tetapi juga fungsional. Setiap elemen, mulai dari struktur bangunan hingga elemen dekoratif, memiliki peran dalam menciptakan atmosfer yang mendalam dan mendukung pengalaman ibadah yang penuh makna. Desain gereja dapat sangat bervariasi, tergantung pada tradisi denominasi, ukuran gereja, dan anggaran yang tersedia. Namun, setiap gereja memiliki satu tujuan yang sama: untuk menciptakan ruang yang memungkinkan umat merasa dekat dengan Tuhan.
Desain Interior Gereja Modern vs. Tradisional
Gereja Tradisional
Gereja tradisional sering kali menggunakan gaya Gotik atau Baroque dengan banyak ornamen, patung-patung, dan kaca patri. Desain interior gereja tradisional menekankan keagungan dan keindahan Tuhan dengan elemen-elemen yang kaya dan rumit. Altar besar, mimbar tinggi, dan ornamen emas sering kali ditemukan di gereja tradisional.
Gereja Modern
Di sisi lain, gereja modern lebih mengutamakan kesederhanaan dan fungsionalitas. Gereja-gereja ini sering kali menggunakan desain minimalis dengan meja altar sederhana, kursi modern, dan warna netral untuk menciptakan atmosfer yang lebih tenang dan kontemplatif. Gereja modern juga sering menggunakan teknologi, seperti sistem suara digital dan pencahayaan LED, untuk menciptakan pengalaman ibadah yang lebih interaktif dan dinamis.
Kesimpulan
Interior gereja adalah representasi fisik dari pengalaman spiritual umat. Setiap elemen, dari altar dan tabernakel hingga pencahayaan dan kursi jemaat, dirancang untuk mendukung tujuan utama gereja sebagai tempat ibadah yang kudus dan penuh makna. Dengan memadukan keindahan arsitektur, simbolisme religius, dan fungsi yang tepat, interior gereja mampu menciptakan ruang yang memungkinkan umat untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka.
#interior gereja katolik#interior design#interior gereja#gereja#bagian dalam gereja#gereja katolik#tampilan bagian dalam gereja#interior#gereja indah#gereja katedral#gereja asri#interior 3d animation#interior design 3d animation#gereja yang asri#gereja yang teduh#gereja katedral medan#design gereja#Youtube
0 notes
Photo
(via Upacara Tata Liturgi Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik ST. Franciscus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta) Upacara Tata Liturgi Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik ST. Franciscus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta
https://poetrafoto.wordpress.com/2017/04/01/37-foto-pemberkatan-nikah-nilagigih-di-gereja-katolik-jogja/foto-sakramen-pemberkatan-perkawinan-nila-gigih-di-gereja-kristen-katolik-kidul-loji-yogyakarta-5/
#UpacaraSakramenPerkawinan #TataLiturgiSakramenPerkawinan #UpacaraPerkawinan #SakramenPerkawinan #TataLiturgiSakramen #LiturgiSakramen #PerkawinanGereja #PerkawinanKatolik #GerejaKidulLoji #PerkawinanYogyakarta
#upacara sakramen perkawinan#tata liturgi sakramen perkawinan#upacara perkawinan#sakramen perkawinan#tata liturgi sakramen#sakramen#perkawinan#liturgi perkawinan#liturgi sakramen#perkawinan gereja#perkawinan gereja katolik#perkawinan katolik#gereja kidul loji#perkawinan yogyakarta#gereja katolik kidul loji yogyakarta
0 notes
Text
Minggu Sukacita Dalam Roh dan Kebersamaan
Minggu Sukacita Dalam Roh dan Kebersamaan
Seperti para Rasul, mewartakan “Yesus Kristus, Dia yang disalibkan…..
Bukan dengan kata-kata yang muluk-muluk, melainkan dalam menampilkan Roh.”
Maksudnya ialah mengungkap apa yang telah kita renungkan dalam hati,
Dan mengajarkan apa yang telah kita sendiri hayati.
-1826-
+St. Eugenius de Mazenod+
Hari ini matahari bersinar cerah. Cuaca yang amat baik ini semakin membakar semangat sejumlah orang yang sudah berkumpul di Novisiat OMI Bto. Joseph Cebula pada Minggu, 17 Desember 2017 sejak pukul 06:00 WIB. Hari ini komunitas Novisiat mengadakan ziarah ke Gua Maria Bunda Tahkta Kebijaksanaan, Ngembesan, Somohitan, Yogyakarta. Turut hadir dalam ziarah ini anggota komunitas novisiat, 2 orang suster SDC, 2 orang suster FCJ, 2 orang suster PIJ, beberapa awam dan juga sejumlah kaum muda yang tergabung dalam Putra-Putri de Mazenod (red. PPdM) Yogyakarta.
Rombongan mulai berangkat dari novisiat pukul 07.30 WIB dan tiba di lokasi pukul 08.15. WIB. Setelah sejenak menyapa umat sekitar dan melakukan beberapa persiapan, segera kami memulai perayaan Ekaristi Minggu Advent III- Minggu Sukacita bersama umat di sSasi Ngembesan Paroki Somohitan ini. Perayaan Ekaristi yang berlangsung meriah-sederhana dilanjutkan dengan sembah bakti para Oblat di hadapan Taman Doa Gua Maria Bunda Tahta Kebijaksanaan dengan mendoakan doa O Domina Mea dan menyanyikan lagu Salve Regina. Tak lupa kami mengabadikan momen kebersamaan ini di lokasi tersebut. Setelah sembah bakti kepada Bunda Maria, rombongan langsung berpindah ke lokasi outbond yang berjarak 10 meter dari Taman Doa. Di sana kami menikmati makanan ringan dan bersantai sejenak sebelum melanjutkan kegiatan selanjutnya.
Setelah menikmati snack, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon. Lima buah bibit pohon buah-buahan dibawa dari novisiat dan ditanam di sekitar lokasi outbond sebagai bentuk sumbangan novisiat pada ibu bumi. Memang saat ini kepedulian ekologis perlu mendapat perhatian.[1] Acara berikutnya adalah permainan outbond untuk mempererat persaudaraan. Semua peserta mengikuti acara outbond ini dengan penuh sukacita dan antusiasme yang tinggi.
Minggu Gaudette-Minggu Sukacita pada akhirnya mendapatkan pemenuhan maknanya yang sejati tidak hanya dari segi liturgi di sekitar altar, tetapi sukacita itu hidup di antara kami. Maksud ungkapan ini adalah, (1)Perayaan Liturgi Minggu Sukacita dirayakan melalui perayaan liturgis dengan segala ritusnya. (2)Perayaan Minggu Sukacita hidup di antara kami melalui kebersamaan dan persaudaraan.
Apabila kita melihat acara kebersamaan dan persaudaraan ini dengan kacamata iman, kita akan menemukan bahwa acara ini bukanlah sekedar acara sukacita manusiawi belaka, melainkan sungguh-sungguh acara yang dipenuhi dengan sukacita Roh Kudus. Dalam ritus penutup Ekaristi kita menerima “Berkat Tuhan” dan juga “Perutusan” untuk mewartakan kasih dan sukacita bagi sesama kita. Maka, sudah tentu ketika kita merasakan adanya sukacita di antara kita melalui acara ini, sukacita itu berasal dari Allah sendiri yang menurunkan berkat-Nya dalam rupa Roh Kudus melalui perantaraan tangan tertahbis.[2]
Apabila direnungkan, memang dapat kita temukan bahwa (1)Tanpa penyelenggaraan ilahi, acara ini tentu saja tidak akan terlaksana, (2)Dia yang hadir dalam Roh Kudus, menerangi hati setiap orang sehingga setiap orang memiliki sukacita yang sama, yaitu sukacita dalam Roh. (3)Tanpa dorongan Roh Kudus, orang tidak tergerak untuk terlibat dalam kebersamaan ini. Mau tidak mau harus diakui bahwa ada suatu dorongan dalam hati yang membuat masing-masing dari kami untuk secara sadar dan bebas ingin turut bergabung dalam acara kebersamaan ini. Beberapa orang mungkin saja dalam kesadarannya menganggap dirinya terlibat dalam acara karena “toh sedang gak ada kerjaan”, tetapi siapa yang membuat orang tersebut “sedang tidak ada pekerjaan”? Tentu saja itu karya Roh Kudus yang memampukan orang untuk melaksanakan tugas sehari-hari sehingga pada tanggal 17 Desember 2017 ini, mereka memiliki waktu luang untuk turut dalam kebersamaan ini.
Bagi yang tidak ikut bukan berarti tidak memiliki dorongan Roh Kudus untuk terlibat. Perlu diingat bahwa Roh Kudus berkarya dengan unik dalam diri kita masing-masing. Rasul Paulus berkata, “Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama.” (I Kor 12:7.11). Dengan peranannya masing-masing, mereka yang tidak turut dalam acara ini, menerima dorongan Roh Kudus yang lain, yang kepada mereka dipercayakan tugas yang menyangkut kepentingan bersama. Ada yang sudah kembali ke kampung halaman untuk membagikan karunia Roh tersebut kepada keluarganya. Ada yang sedang menjalankan tanggung-jawabnya secara intens, entah karena perkuliahan atau pekerjaan, Roh Kudus mengutus mereka untuk memberi kesaksian sejati seorang beriman Katolik yang sungguh bertanggung jawab.
Pada dasarnya, komunio dan universalitas Gereja Katolik tidak terbatas dalam ruang dan waktu tertentu.[3] Begitu juga kesatuan hati di antara anggota kelompok ini, khususnya PPdM Yogyakarta adalah sebuah kesatuan yang melampaui ruang dan waktu karena di dalamnya ada sharing. Dalam setiap kesempatan acara ada teman-teman yang membagikan kenangan mereka melalui grup bersama di sebuah media sosial, sehingga mereka yang pada saat itu tidak dapat turut hadir bersama, tetap dapat merasakan sensasi kebersamaan yang muncul.
Minggu Sukacita penantian akan datangnya Tuhan, semoga selalu menjadi sukacita bersama seluruh umat beriman Kristiani. PPdM Yogyakarta dan Novisiat OMI melaksanakannya dengan ziarah dan acara kebersamaan, tentu setiap orang, kelompok katergorial juga mempunyai bentuk kegiatannya masing-masing. Apapun bentuknya, semoga sungguh-sungguh menjadi sukacita bersama, yaitu sukacita di dalam Roh Kudus.
Sc. Henrikus Prasojo, OMI
Referensi:
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2008 Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dep. Dokpen
KWI- Obor, 201
Paus Santo Yohanes Paulus II. Novo Millenio Ineunte. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana
SJ. Jakarta: Dokpen KWI, 2001
[1] Tantangan-tantangan zaman milenial, salah satunya propek krisis ekologis yang menjadikan bumi tidak bersahabat. Paus Santo Yohanes Paulus II.Novo Millenio Ineunte. Diterjemahkan oleh : R. Hardawiryana, SJ. (Jakarta: Dokpen KWI, 2001). 57
[2] Karena Sakramen Tahbisan, para imam dijadikan secitra dengan Kristus Sang Imam, sebagai pelayan Sang Kepala (PO Art. 12). Dokumen Konsili Vatikan II. diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. (Jakarta: Dep. Dokpen KWI- Obor, 2012). 498
[3] Upacara-upacara Liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur di bawah para Uskup (SC Art. 26). Ibid. 13
0 notes
Video
#Repost @indonesianyouthday with @repostapp ・・・ #Repost from @katolikmedia with @regram.app ... *ralat teks terakhir* . . Ibadat Tuguran berakhir pada pukul 24.00. Semua cahaya dipadamkan, kecuali LAMPU ALLAH yang menandakan kehadiran SAKRAMEN MAHAKUDUS. . . Katekese Satu Menit: Apa makna dari Tuguran? . . . [Baca caption untuk teks yang lebih tepat.] . . Tri Hari Suci menyimpan kekayaan iman yang tidak ternilai harganya, salah satunya, ibadat yang hanya dapat ditemui pada Kamis Putih: Ibadat Tuguran. . . . . . Misa Kamis Putih tidak diakhiri dengan ritus penutup atau berkat dari Imam. Sebagai gantinya ada ritus pemindahan Sakramen Mahakudus, dari altar utama ke altar (atau tabernakel) lain. . . Tuguran memiliki arti "berjaga-jaga", seturut dengan perintah Yesus bagi murid-muridNya untuk menemaninya berdoa dan berjaga-jaga sembari Ia berdoa di Taman Getsmani, hal itulah yang dikenang pada Ibadat Tuguran. . . Ibadat Tuguran merupakan salah satu bentuk adorasi, dimana memiliki aturan dalam Tata Liturgi yang mengkehendaki suasana hening. . . Bila diinginkan, dapat dibacakan bagian-bagian Injil Yohanes 13-17. Injil dibacakan dengan khidmat, dan umat mendengarkan. . . Adorasi artinya mengagumi, memuja, menyembah. . . Ibadat Tuguran berakhir pada pukul 24.00. Semua cahaya dipadamkan, kecuali Lampu Allah yang menandakan kehadiran Sakramen Mahakudus. . . . Share video ini dengan teman2 kalian. . . . . . #katolikmedia #omk #omkindonesia #Jesus #Christ #bible #gospel #gereja #gerejakatolik #katolik #katholik #katolikindonesia #salib #ekaristi #Tuhan #Yesus #Kristus #Jesus #Christ #nice #renungan #amazing #injil #alkitab #pray #doa #cinta #katekese (at Jakarta, Indonesia)
#jesus#christ#omk#katholik#salib#cinta#tuhan#repost#gerejakatolik#yesus#nice#gereja#katekese#omkindonesia#katolik#amazing#pray#doa#alkitab#ekaristi#bible#kristus#gospel#katolikmedia#katolikindonesia#renungan#injil
1 note
·
View note
Photo
Mengenal Hari Minggu Palma Oleh : Yeremias Jena Segera setelah mendapatkan kebebasannya di abad ke-4 Masehi, umat Katolik di Yerusalem kembali merayakan kemeriahan masuknya Tuhan Yesus ke dalam kota mereka di hari Minggu sebelum minggu Paskah. Umat tumpah ruah di jalanan kota dalam prosesi meriah, memegang daun-daunan sambil berseru Hosanna (Mat 21: 1-11). Pada masa awal Gereja Katolik Latin, umat menghadiri misa meriah pada hari Minggu Palma ini sambil memegang ranting-ranting zaitun, yang pada masa itu memang tidak diberkati imam. Prosesi hari Minggu Palma dan pemberkatan daun-daun palma tampaknya bersumber pada Kerajaan Frank di Jerman (451-843). Praktik paling awal dari kebiasaan perayaan ini dapat ditemukan dalam karya Sacramentary yang ditulis oleh Rahib Bobbio dari Italia Utara (abad ke-8 masehi). Ritus dan praktik hari Minggu Palma ini kemudian diterima di Roma dan disatukan dalam liturgi. Doa-doa yang digunakan sekarang berasal dari tradisi ritus Roma. Di masa ini, misa hari Minggu Palma terlebih dahulu dirayakan di gereja-gereja di luar tembok kota Roma. Daun-daun palma yang digunakan dalam perayaan itu terlebih dahulu diberkati oleh imam. Setelah pemberkatan daun palma dan perayaan di gereja-gereja di luar tembok kota Roma, umat melakukan prosesi menuju Basilika Lateran atau Basika Santo Petrus. Di sanalah dilanjutkan perayaan misa yang kedua oleh Sri Paus. Dalam perkembangan selanjutnya, misa pertama ini ditiadakan dan diganti dengan perayaan pemberkatan daun palma. Sampai saat ini, ritus pemberkatan daun palma masih mengikuti struktur misa minggu Palma, sejak awal hingga bagian Kudus. Di setiap gereja selama abad pertengahan, mengikuti tradisi dan kebiasaan orang Romawi, hari Minggu Palma dirayakan dalam sebuah prosesi saat kaum klerus dan umat berarak dari sebuah kapel atau gereja di luar kota tempat daun-daun palma diberkati, menuju gereja utama. Selama prosesi itu, kehadiran Tuhan Yesus disimbolkan oleh Sakramen Mahakudus atau Salib. Simbol ini kemudian disembah dengan berbagai kembang yang dibawa para pemimpin misa. Di zaman abad pertengahan, muncul kebiasaan menyertakan patung Yesus terbuat dari kayu sambil menunggang keledai dalam prosesi itu. Banyak patung semacam itu (disebut Keledai Palma) yang masih tersimpan di museum-museum di banyak kota di Eropa. Begitu prosesi mendekati pintu gerbang kota, sekelompok anak laki-laki dalam sebuah koor akan melantunkan lagu sebagai ucapan selamat datang kepada Tuhan Yesus. Biasanya yang dinyanyikan adalah lagu Latin berjudul Gloria, Laus et Honor. Himne ini, yang memang masih digunakan dalam liturgi Minggu Palma hingga dewasa ini, ditulis oleh seorang Rahib Benediktin bernama Theodulph di tahun 821 masehi. Pujian pun terlantun dari himne itu: Kemuliaan, pujilah dan muliakan/ O Kristus, Raja dan Penebut Kita/ Kepada-Mu dalam keagungan Hosanna/ Mengilhami anak-anak untuk bernyanyi. Setelah himne ini diperkenalkan, berbagai himne lainnya pun bermunculan. Semuanya bermaksud memuji dan memuliakan Tuhan secara dramatis di hadapan Sakramen Mahakudus atau di hadapan gambar maupun patung Kristus, ketika para klerus dan awam membungkukkan badan dan sujud dalam doa. Demikian pula tradisi membentangkan pakaian dan karpet di jalan, menabur kembang dan ranting-ranting saat prosesi lewat. Tidak ketinggalan bunyi lonceng bertalu-talu dari menara gereja diikuti sorak-sorai umat menyanyikan lagu Hosanna ketika prosesi memasuki katedral. Perayaan misa meriah pun segera dimulai. Selama masa abad pertengahan perayaan Minggu Palma yang sifatnya dramatis dibatasi hanya di sekitar halaman gereja. Salib yang ada di halaman gereja biasanya dihiasi secara meriah menggunakan bunga-bunga. Dari sanalah perarakan dimulai dan bergerak memasuki ruang gereja. Ketika kaum klerus menyanyikan himne dan antifon, umat menyebar di antara kubur dan setiap keluarga akan berlutut di samping kubur sanak saudaranya. Pemimpin upacara akan memercikkan air kudus ke para hadirin yang sedang berlutut di samping kubur anggota keluarganya itu. Setelah itu umat kembali bergerak memasuki gereja. Di Prancis dan Inggris, tradisi menghiasi kubur menjadi berwarna-warni dan mengunjungi makam di hari Minggu Palma masih dipelihara hingga saat ini. Upacara dan perayaan di masa kuno sudah tidak dipraktikkan lagi dewasa ini, kecuali teks-teks suci yang digunakan dalam liturgi. Belakangan ini, pemberkatan daun palma dan prosesi (jika ada) dilakukan langsung di dalam gereja sebelum misa dimulai. Di Amerika Serikat dan di banyak negara lainnya, gereja atau paroki menyediakan dan membagikan daun palma kepada umat yang hadir (Catatan: di Paroki MBK, ada rencana supaya umat menyediakan dan membawa sendiri daun palma). Berbagai nama untuk hari Minggu sebelum Paskah berasal dari tanaman yang digunakan - Palma (Minggu Palma) atau ranting-ranting pohon pada umumnya (Minggu Ranting-ranting). Di sebagian besar negara Eropa daun palma asli memang tidak tersedia. Sebagai ganti, mereka menggunakan ranting zaitun (di Italia), ranting cemara atau pohon willow (semacam cemara). Bahkan karena praktik semacam ini maka meskipun daun atau ranting yang digunakan bukan daun palma asli, istilah daun palma tetap digunakan bersamaan dengan penggunaan daun atau ranting dari pohon-pohon lain. Demikianlah, umat Irlandia dan Inggris menyebut daun palma mereka dengan nama palm-willow atau di Jerman dengan nama palmkatzchen. Dengan begitu, hari minggu palma disebut sebagai hari minggu cemara atau willow Sunday di Irlandia dan Polandia. Orang Lithuania menyebutnya sebagai Verbu Sekmadienis (hari minggu ranting cemara). Gereja Yunani menyebutnya dengan nama Hari Minggu Membawa Palmaatau dan Minggu Hosanna. Umat Katolik di Indonesia pernah menggunakan istilah hari minggu daun-daun, dan sekarang digunakan hari minggu palma. Akhirnya, hari Minggu Palma disebut demikian karena umat Katolik menggunakan daun palma atau cabang dan ranting pohon lainnya ketika mereka memperingati Tuhan Yesus memasuki Yerusalem. Injil mengabarkan bahwa Yesus memasuki Yerusalem menunggang seekor keledai. Ribuan orang menyambut dia dalam sorak-sorai. Mereka melambaikan ranting-ranting zaitun dan membentangkan pakaiannya di jalan. Ranting zaitun atau daun palma melambangkan perdamaian dan kemenangan. Keledai melambangkan kedatangan yang rendah hati dari seorang tokoh pembawa damai. Kemenangan yang dibawa Kristus adalah kebangkitan-Nya mengalahkan maut demi membebaskan dosa manusia. Kemenangan itu tidak diperoleh melalui perang dan kekerasan, tetapi dengan kerendahan hati dan penyerahan diri. – View on Path.
0 notes
Text
Peragaan Busana Etnik di Pertemuan Kapusin Se-Asia di Pematangsiantar
Pematangsiantar (SIB)- Peragaan busana etnik mewarnai pertemuan Ordo Saudara Dina Kapusin (OFMCap) Se-Asia di Pematangsiantar, akhir Februari - awal Maret 2017. Sejumlah biarawan ikut memeragakan busana khas asal daerahnya. Dari Sumut, seorang biarawan yang memeragakan busana adat Kalimantan yakni Fr Benno didampingi Fr Herry dan Fr Alfonsus Hia asal Nias. Di arena serupa, digelar perjumpaan anak-anak remaja di Bukit Sinaksak, Kompleks Seminari Tinggi St Petrus (STSP) Pematangsiantar, Sumatera Utara, pada Minggu (12/2). Pertemuan menyambut perayaan syukur HUT ke-35 tahun Seminari Tinggi St Petrus pada 22 Februari. Di pertemuan itu hadir sekira 750-an orang, yang berasal dari 17 paroki di wilayah Keuskupan Agung Medan dengan ketua panitia Fr Fransiskus Arisyanto yang calon imam Keuskupan Tanjungkarang. Pertemuan diawali perayaan Ekaristidi Gereja St. Petrus dipimpin Rm Laurentius Totok Subiyanto didampingi Diakon Iwan Swanto Lumban Gaol dan Rm Paulus Halek Berek SSCC. Fr Fransiskus Arisyanto yang aktif dalam pendampingan anak jalanan di Pasar Horas bersama Kelompok Sandi Kelana itu mengatakan, kegiatan diisi penampilan seni budaya dan pengumuman pemenang hasil lomba membuat doa untuk keluarga, untuk perdamaian dunia, lomba menulis cerpen dan puisi bertema tujuh sakramen dan masa Liturgi. "Harapannya agar tumbuh benih-benih panggilan di antara remaja yang juga anggota misdinar, baik menjadi imam maupun biarawati" tutupnya. Penampilan para pengembala yang paham busana etnik beroleh apresiasi dari netizen seperti diutarakan Yunita Chairani Elvarette Silalahi dan Rey Deslin Simbolon - Tuan Parpusuk Natam. (rel/R9/f) http://dlvr.it/NbdXtH
0 notes
Video
tumblr
Ini adalah penggalan video tentang Panggilan Imamat. Video ini ada di Youtube dengan judul "Ordinasi-Ordination" dari www.mediakatolik.com. Video ini sudah saya lihat sejak tahun 2012an dan muncul kembali di timeline Youtube saya. Video ini "berkemungkinan" yang meneguhkan saya ingin menjadi imam. Benih itu tumbun dan berkembang, walaupun tertutupi debu, tanah, sampah-sampah duniawi. Tetapi Tuhan dengan cara-Nya yang indah selalu memberi jalan dan pintu dan kesempatan sudah tersedia. Ya video ini membuat merinding sekaligus prihatin. Panggilan imamat kurang didukung oleh keluarga-keluarga modern katolik itu sendiri. Sangat disayangkan. Tanpa penerus imamat, iman umat dan sakramen akan hilang dan mati. Tentu gereja sedang mengalami krisis panggilan imamat. Namun dengan berbagai cara dan media, seluruh keuskupan bergencar menjaring calon-calon imam masa depan. Beberapa waktu lalu saya pernah membagikan tulisan tentang bagaimana kita mematikan panggilan imamat di keuskupan kita. Sangat menyedihkan zamab modern ini ketika gereja membuka diri justru panggilan itu menurun drastis! Apa yang terjadi? Kemaskulinan seorang Imam luntur oleh inovasi-inovasi "liar" pasca Konsili Vatikan II. Tentu Konsili Vatikan II bukanlah konsili dogmatis namun konsili pastoral. Ada nilai-nilai "tradisional" yang dilupakan oleh penerus imamat zaman ini. Salah satunya adalah misdinar putri . Membuat ruang gerak misdinar putra menjadi lebih sempit. Mengapa demikian? Sekarang lihat, apa fungsi misdinar? Ya, untuk menanamkan benih-benih imamat dalam diri mereka. Apakah seorang perempuan diperbolehkan menjadi imam dalam gereja katolik? Jelas tidak, oleh sebab itu sebenarnya pelayan altar cukup anak-anak lelaki. Anak-anak perempuan bisa dialihkan sebagai anggota koor atau dilatih menjadi seorang organis. Menjadikan seorang imam "cool" di wajah umat adalah pembawaannya. Apakah seorang imam ketika homili atau sedang membawakan perayaan ekaristi dengan sambil menari atau menyanyi secara profan di depan altar dan di sakristi adalah perbuatan terpuji? Mungkin bagi saya atau anak laki-laki lainnya malu akan aksi syarat pelanggaran liturgi itu. Imam terlihat dan terkesan lemah akan pembawaannya. Tegas perlu dimiliki seorang imam tanpa harus menjauh dan tertutup terhadap umat. Jika kita melihat konteks masyarakat katolik sekarang ini, iman seorang umat sudah sangat terbuka dan terkesan kebablasan. Mengapa demikian? Kurang tegas dan sifat "kemayu" keuskupan untuk menegur sifat kebablasan dalam umat. Hal ini yang membuat perayaan ekaristi terkesan hanya acara membagi-bagikan hosti. Kesan kemaskulinan dan peran utama imam hilang dan sirna oleh inovasi-inovasi yang jelas kontradiksi dengan Konsili Vatikan II. Sangat disayangkan. Semoga dengan semakin banyaknya umat-umat muda yang peduli akan tradisi dan kesakralan sakramen menjadi benih-benih yang terus tumbuh dan berkembang hingga buah-buah keselamatan semakin nyata.
0 notes
Text
Desain Interior Altar Gereja
Altar gereja adalah elemen paling sakral dan terpenting dalam desain interior gereja, terutama dalam tradisi Katolik, Ortodoks, dan banyak denominasi Kristen lainnya. Altar bukan hanya tempat untuk merayakan sakramen atau perjamuan kudus, tetapi juga simbol dari pengorbanan dan kehadiran Tuhan di tengah umat. Desain interior altar gereja dirancang dengan penuh makna dan simbolisme, bertujuan untuk menciptakan atmosfer yang mendalam dan memungkinkan umat untuk fokus dalam ibadah dan doa.
Fungsi Altar dalam Gereja
Secara teologis, altar adalah tempat suci di mana umat merayakan sakramen Ekaristi, yaitu perjamuan kudus yang melibatkan pemecahan roti dan pemberian anggur sebagai tubuh dan darah Kristus. Altar juga berfungsi sebagai pusat dari setiap liturgi atau perayaan agama, seperti Misa di gereja Katolik. Oleh karena itu, desain altar harus mencerminkan makna spiritual yang mendalam dan memberikan atmosfer yang memfasilitasi hubungan intim antara umat dan Tuhan.
Selain itu, altar menjadi simbol pengorbanan Kristus di salib. Dalam konteks ini, altar bukan hanya sekadar meja untuk ritual, tetapi merupakan pusat pengudusan dan tempat di mana umat merasakan kehadiran Tuhan melalui sakramen yang dirayakan di sana.
Elemen-elemen Utama dalam Desain Altar Gereja
Desain altar gereja mencakup berbagai elemen yang harus diperhatikan dengan teliti. Setiap elemen di sekitar altar memiliki makna teologis dan bertujuan untuk memperdalam pengalaman rohani umat.
1. Meja Altar
Meja altar adalah elemen utama dalam desain altar gereja. Biasanya, meja ini terbuat dari bahan yang mulia dan kuat, seperti marmer, batu alam, atau kayu berkualitas tinggi. Material ini melambangkan kesucian dan kekokohan iman, serta mengingatkan umat bahwa altar adalah tempat yang kudus dan tidak bisa diperlakukan sembarangan.
Beberapa altar menggunakan bahan yang lebih sederhana, terutama di gereja-gereja modern, yang menggunakan bahan beton atau logam untuk menciptakan kesan minimalis dan kontemporer. Meski begitu, bahan apapun yang digunakan, meja altar tetap harus memberi kesan suci dan memberikan titik fokus bagi seluruh jemaat.
Kain altar yang melapisi meja altar juga merupakan elemen penting. Kain ini sering kali berwarna putih, simbol dari kesucian, dan diubah sesuai dengan musim liturgi, misalnya ungu untuk masa Prapaskah atau Adven, merah untuk Pentakosta, dan putih untuk perayaan besar seperti Natal dan Paskah.
2. Tabernakel
Tabernakel adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (tubuh dan darah Kristus) setelah Ekaristi selesai. Tabernakel ini biasanya ditempatkan di belakang altar atau di ruang yang terpisah dan dihormati. Tabernakel harus dirancang dengan sangat mulia, terbuat dari material yang bernilai seperti emas atau perak, dan dihiasi dengan detail yang indah, karena ini adalah tempat paling suci dalam gereja.
Lampu kecil yang selalu menyala di dekat tabernakel, disebut lampu abadi, adalah simbol dari kehadiran Kristus yang tidak pernah padam. Cahaya ini mengingatkan umat akan Tuhan yang senantiasa hadir dalam kehidupan mereka.
3. Salib dan Patung-patung
Salib adalah simbol utama dalam iman Kristen dan menjadi elemen penting dalam desain altar gereja. Biasanya, salib diletakkan di bagian belakang altar atau menjadi bagian integral dari struktur altar itu sendiri. Salib di altar menggambarkan pengorbanan Kristus di kayu salib dan menandai pusat dari seluruh ibadah.
Patung-patung juga sering kali ditempatkan di sekitar altar, menggambarkan Yesus Kristus, Bunda Maria, atau para santo dan santa. Patung-patung ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai alat untuk mengingatkan umat akan teladan hidup suci yang harus mereka tiru.
4. Mimbar dan Kursi Imam
Mimbar atau ambon adalah tempat bagi imam untuk membacakan Kitab Suci dan memberi homili atau khotbah. Mimbar sering kali terletak dekat altar dan memiliki desain yang lebih sederhana, tetapi tetap dihiasi dengan simbol-simbol liturgi. Mimbar membantu umat mendengarkan Firman Tuhan dengan penuh perhatian.
Di samping itu, kursi imam juga menjadi bagian penting dari desain altar. Kursi ini biasanya terletak dekat dengan altar dan menjadi tempat imam untuk memimpin doa dan upacara. Kursi imam sering kali lebih sederhana, tetapi tetap mencerminkan fungsi dan kehormatan imam yang memimpin ibadah.
5. Pencahayaan Altar
Pencahayaan sangat penting dalam desain altar, karena dapat menciptakan atmosfer sakral dan menyorot elemen-elemen yang penting. Gereja-gereja besar sering kali menggunakan pencahayaan alami dari jendela kaca patri yang besar, yang memberikan efek cahaya yang lembut dan penuh warna saat sinar matahari masuk.
Namun, pencahayaan buatan juga sangat penting untuk menyorot altar, tabernakel, dan patung-patung. Lampu sorot atau lampu gantung sering digunakan untuk memberikan fokus visual pada elemen-elemen utama altar. Selain itu, lilin-lilin yang ditempatkan di sekitar altar juga memberikan cahaya yang lebih intim dan simbolis, mengingatkan umat akan doa dan pengorbanan yang sedang berlangsung.
Simbolisme dalam Desain Altar
Desain altar gereja tidak hanya mengutamakan keindahan visual, tetapi juga mengandung simbolisme yang dalam. Setiap elemen di altar membawa makna rohani yang membantu umat untuk lebih memahami iman mereka.
Bahan Altar: Marmer atau batu alam melambangkan kekokohan dan keabadian Tuhan. Kayu mengingatkan pada kemanusiaan Kristus yang lahir dari manusia, dan bahan logam seperti perunggu atau emas menandakan kemuliaan dan keabadian Tuhan.
Tabernakel: Sebagai tempat untuk menyimpan Sakramen Mahakudus, tabernakel adalah simbol dari kehadiran Tuhan yang tidak terbatas, yang selalu hadir di tengah umat-Nya. Lampu abadi yang menyertainya melambangkan terang ilahi yang tidak pernah padam.
Salib: Salib adalah simbol utama pengorbanan Kristus. Salib yang ditempatkan di altar menjadi pusat perhatian umat dalam setiap ibadah, mengingatkan mereka pada momen penyelamatan umat manusia.
Kain Altar: Kain yang digunakan untuk menutupi meja altar melambangkan kesucian dan penghormatan kepada Tuhan. Warna kain ini berubah sesuai dengan musim liturgi, memberikan umat kesempatan untuk merenungkan makna musim tersebut.
Desain Altar: Tradisional vs. Modern
Desain altar gereja bisa sangat bervariasi tergantung pada gaya arsitektur gereja dan tradisi denominasi. Gereja-gereja tradisional biasanya menggunakan gaya Gotik atau Baroque, dengan altar yang megah dan dihiasi banyak ornamen. Altar-altar ini cenderung besar, dengan banyak detail artistik yang mengingatkan umat akan kemuliaan Tuhan.
Sementara itu, gereja-gereja modern cenderung mengutamakan kesederhanaan dan fungsionalitas. Altar-altar ini mungkin lebih minimalis, menggunakan garis-garis bersih dan bahan yang lebih kontemporer, seperti beton, kaca, dan logam. Meskipun desain altar lebih sederhana, elemen-elemen simbolis tetap ada, dengan fokus pada kesucian dan kemuliaan Tuhan.
Kesimpulan
Altar gereja adalah inti dari setiap ibadah dan liturgi, tempat di mana umat merayakan sakramen dan mengalami kehadiran Tuhan. Desain interior altar gereja tidak hanya mengutamakan estetika, tetapi juga sarat dengan simbolisme rohani. Dari bahan altar, tabernakel, hingga pencahayaan dan patung-patung, setiap elemen dirancang untuk memperdalam pengalaman rohani umat. Dengan desain yang bijak dan penuh makna, altar gereja menjadi tempat yang kudus, mengundang umat untuk merenung, berdoa, dan merasakan kehadiran Tuhan secara langsung.
#desain gereja#interior design#altar interior designs#altar gereja#altar gereja kristen#dekorasi altar gereja katolik#interior design career#altar gereja katolik#learn interior design#modern church design ideas- idewari desin team#desain rumah modern#interior design ideas#interior design tips#temple interior design#interior design course#interior design 3d animation#desain rumah minimalis#idewari design team#temple interior design for home#altar design
0 notes
Text
Desain Interior Altar Gereja
Altar gereja adalah elemen utama dalam desain interior gereja Katolik, serta denominasi lainnya. Sebagai pusat dari segala perayaan liturgi, altar bukan hanya sekadar meja untuk menyajikan roti dan anggur, tetapi merupakan tempat sakral di mana umat beribadah dan bertemu dengan Tuhan. Oleh karena itu, desain interior altar gereja memiliki makna teologis yang sangat dalam dan estetika yang dirancang dengan hati-hati untuk menciptakan suasana yang khusyuk dan penuh makna spiritual.
Fungsi Altar dalam Gereja
Altar memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan rohani umat. Dalam tradisi gereja Katolik, altar adalah tempat untuk merayakan Ekaristi atau Perjamuan Kudus, di mana roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Oleh karena itu, altar bukan hanya dianggap sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai simbol kehadiran Kristus dalam gereja.
Altar juga menjadi tempat di mana imam memimpin perayaan sakramen, membaca doa, serta memberikan berkah kepada umat. Karena peranannya yang begitu sentral, altar selalu menjadi titik fokus dalam desain interior gereja.
Elemen-elemen Utama dalam Desain Altar Gereja
Desain altar gereja sering kali menonjolkan kesederhanaan, keagungan, dan kemuliaan. Beberapa elemen yang ada di altar dan sekitarnya meliputi:
1. Meja Altar
Meja altar adalah elemen utama dalam altar gereja. Biasanya terbuat dari bahan yang kokoh dan bernilai, seperti marmer, batu alam, atau kayu berkualitas tinggi. Pemilihan material ini bukan hanya untuk keindahan, tetapi juga melambangkan kekokohan dan kesucian tempat tersebut.
Dalam gereja Katolik, meja altar sering dihiasi dengan kain putih, yang melambangkan kesucian, serta bisa juga dihiasi dengan kain berwarna sesuai musim liturgi. Kain-kain ini tidak hanya memberikan kesan estetika, tetapi juga mendalamkan makna rohani sesuai dengan kalender liturgi gereja.
2. Tabernakel
Tabernakel adalah tempat suci di gereja yang digunakan untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (tubuh dan darah Kristus) setelah perayaan Ekaristi. Tabernakel sering kali terletak di belakang altar atau pada posisi yang dihormati. Tabernakel didesain dengan sangat khusus—sering kali terbuat dari emas atau bahan mulia lainnya—untuk menunjukkan betapa pentingnya tempat tersebut dalam kehidupan rohani umat Katolik.
Pada umumnya, tabernakel dilengkapi dengan lampu yang selalu menyala, yang menandakan kehadiran Kristus dalam sakramen tersebut. Pencahayaan ini memberikan nuansa sakral dan mendalam, yang mengingatkan umat akan kehadiran Tuhan di tengah mereka.
3. Kursi Imam
Kursi imam adalah tempat bagi imam untuk memimpin ibadah. Kursi ini biasanya terletak dekat dengan altar dan bisa dihiasi dengan simbol-simbol liturgi. Kursi imam sering kali didesain lebih sederhana dibandingkan dengan elemen-elemen altar lainnya, namun tetap memiliki makna penting. Beberapa gereja modern juga memadukan desain kursi imam dengan elemen minimalis untuk menciptakan kesan fungsional tanpa mengurangi kekhidmatan.
4. Patung dan Salib
Di altar gereja Katolik, salib adalah simbol yang sangat penting. Salib biasanya diletakkan di tempat yang paling terlihat, sering kali di belakang altar. Salib ini melambangkan pengorbanan Yesus Kristus dan menjadi pusat dari iman Katolik. Terkadang, ada pula patung-patung atau ikon-ikon religius yang diletakkan di sekitar altar, menggambarkan figur-figur seperti Bunda Maria, malaikat, atau para santo dan santa.
Patung-patung ini berfungsi sebagai pengingat akan kisah hidup Kristus dan para nabi, dan menjadi fokus refleksi rohani bagi umat yang beribadah.
5. Cahaya dan Pencahayaan Altar
Cahaya adalah elemen penting dalam desain altar. Pencahayaan yang tepat dapat menambah suasana sakral dan memfokuskan perhatian jemaat pada altar. Gereja-gereja tradisional menggunakan pencahayaan alami dari jendela-jendela kaca patri yang besar, sementara gereja-gereja modern sering kali menggunakan lampu sorot untuk menyoroti altar dan tabernakel.
Selain itu, lilin-lilin juga sering digunakan di sekitar altar, baik sebagai simbol doa atau pengorbanan. Lilin yang menyala di sekitar altar memberikan kesan kehangatan, sekaligus menunjukkan penghormatan kepada Tuhan.
Simbolisme dalam Desain Altar Gereja
Setiap elemen dalam desain altar gereja memiliki simbolisme yang sangat dalam. Berikut adalah beberapa makna simbolis yang terkait dengan elemen-elemen altar:
1. Bahan Altar
Marmer dan Batu Alam: Altar yang terbuat dari batu alam atau marmer melambangkan kekokohan iman dan keabadian Tuhan. Material ini memberikan kesan bahwa Tuhan adalah batu penjuru yang kokoh dan tidak tergoyahkan.
Kayu: Kayu juga sering digunakan pada altar, melambangkan kemanusiaan Kristus yang datang dari manusia. Dalam beberapa tradisi gereja, kayu juga dapat melambangkan salib tempat Kristus mengorbankan diri-Nya.
2. Tabernakel dan Lampu
Lampu yang selalu menyala di dekat tabernakel melambangkan kehadiran Kristus yang tidak pernah padam. Ini mengingatkan umat bahwa Tuhan selalu hadir dalam kehidupan mereka, bahkan setelah misa berakhir.
3. Salib
Salib adalah simbol utama dalam iman Katolik. Ia mengingatkan umat akan penderitaan dan pengorbanan Kristus demi keselamatan umat manusia. Salib di altar sering kali menjadi titik fokus yang mengarahkan perhatian jemaat pada makna Ekaristi dan pengorbanan Kristus.
4. Kain dan Warna
Kain yang digunakan untuk menutupi meja altar melambangkan kesucian dan penghormatan. Warna kain ini sering kali disesuaikan dengan musim liturgi. Misalnya, warna ungu digunakan selama masa Adven dan Prapaskah untuk simbol pertobatan, sedangkan warna putih digunakan pada perayaan besar seperti Natal dan Paskah, melambangkan kebangkitan dan kemenangan Kristus.
Altar Gereja: Antara Keindahan dan Fungsi
Desain altar gereja tidak hanya mengutamakan aspek estetika, tetapi juga fungsionalitas. Setiap elemen altar harus mempermudah pelaksanaan liturgi, memfokuskan perhatian jemaat pada sakramen yang sedang dirayakan, dan memperdalam pengalaman rohani mereka. Altar juga harus menciptakan ruang yang nyaman dan kondusif untuk doa serta perenungan spiritual.
Di gereja-gereja tradisional, altar sering kali dihiasi dengan ornamen yang rumit, dengan gaya arsitektur yang tinggi dan megah. Sebaliknya, dalam gereja-gereja modern, desain altar lebih minimalis dengan garis-garis sederhana dan penggunaan material yang lebih bersih dan kontemporer. Meskipun begitu, esensi spiritual dari altar tetap terjaga dalam desain-desain yang berbeda ini.
Kesimpulan
Altar gereja adalah pusat dari kehidupan rohani umat beriman. Desain interior altar gereja mencerminkan keagungan dan kesucian, serta menjadi tempat pertemuan antara manusia dan Tuhan. Melalui elemen-elemen yang dipilih dengan cermat, altar membawa makna yang mendalam, baik dalam konteks liturgis maupun spiritual. Baik dalam gereja yang megah dengan ornamen klasik, maupun dalam gereja modern yang lebih sederhana, altar tetap menjadi simbol utama yang mengingatkan umat akan pengorbanan Kristus dan kehadiran Tuhan yang senantiasa ada di tengah umat-Nya.
#altar gereja#altar gereja kristen#interior gereja katolik#meja altar gereja#altar interior designs#altar gereja katolik#dekorasi altar gereja katolik#meja altar gereja minimalis#meja altar#gereja katolik#jasa interior#mimbar gereja#perabot gereja#altar decoration#gereja#altar images#desain gereja#meja hias altar#sakralitas gereja katolik#altar docorative#modern altar#making an altar#cherry alter#altar furniture#modern home altar
0 notes
Photo
(via Foto Misa Syukur Tata Liturgi Sakramen Pemberkatan Pernikahan Perkawinan di Gereja Katolik Padokan Madukismo Jogja Wedding Galuh+Vishnu) 😍 Foto Misa Syukur Tata Liturgi Sakramen Pemberkatan Pernikahan Perkawinan di Gereja Katolik Padokan Madukismo Jogja Wedding Galuh+Vishnu
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-misa-syukur-tata-liturgi-sakramen-pemberkatan-pernikahan-perkawinan-di-gereja-katolik-padokan-madukismo-jogja-wedding-galuhvishnu/
#MisaSyukurPernikahan #MisaSyukurPerkawinan #MisaSyukurWedding #MisaPernikahan #MisaPerkawinan #MisaWedding #SakramenPerkawinan #SakramenPernikahan #PemberkatanPerkawinan #PemberkatanPernikahan #TataLiturgi #LiturgiPernikahanKatolik #PernikahanKatolik #PerkawinanKatolik #WeddingKatolik #GerejaKatolikJogja #WeddingJogja #PerkawinanJogja #PernikahanJogja
#foto#misa#syukur#tata#liturgi#sakramen#pemberkatan#pernikahan#perkawinan#di#gereja#katolik#padokan#madukismo#jogja#wedding#misa syukur#tata liturgi#foto misa syukur#foto tata liturgi#sakramen pernikahan#sakramen perkawinan#pemberkatan pernikahan#pemberkatan perkawinan#foto sakramen pernikahan jogja#foto sakramen perkawinan jogja#pemberkatan pernikahan jogja#pemberkatan perkawinan jogja#misa pernikahan jogja#misa perkawinan jogja
0 notes
Photo
(via Foto Misa Pemberkatan Pernikahan Liturgi Sakramen Perkawinan Gereja Katolik Pengantin Adat Jawa Wedding Jogja Vishnu+Galuh) 😍 Foto Misa Pemberkatan Pernikahan Liturgi Sakramen Perkawinan Gereja Katolik Pengantin Adat Jawa Wedding Jogja Vishnu+Galuh
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-misa-pemberkatan-pernikahan-liturgi-sakramen-perkawinan-gereja-katolik-pengantin-adat-jawa-wedding-jogja-vishnugaluh/
#FotoMisaPernikahan #FotoPemberkatanPernikahan #FotoSakramenPerkawinan #MisaPernikahanKatolik #MisaPernikahanJogja #PemberkatanNikah #PemberkatanNikahJogja #PemberkatanPernikahan #PemberkatanPernikahanJogja #SakramenPerkawinan #SakramenPerkawinanKatolik #SakramenPerkawinanJogja #PerkawinanKatolik #PernikahanKatolik #FotoPernikahanKatolik #FotoPernikahanJogja #PengantinAdatJawa #WeddingJawa #WeddingJogja
#foto#misa#pemberkatan#pernikahan#liturgi#sakramen#perkawinan#gereja#katolik#pengantin#adat#jawa#wedding#jogja#foto misa pernikahan#foto pernikahan#foto pemberkatan pernikahan#foto sakramen perkawinan#foto perkawinan#foto pengantin#foto wedding#misa pernikahan#misa pemberkatan#misa perkawinan#liturgi pernikahan katolik#liturgi perkawinan#liturgi perkawinan katolik#pemberkatan pernikahan katolik#pemberkatan pernikahan jogja#pemberkatan perkawinan katolik
0 notes
Photo
(via Suasana Tata Liturgi Upacara Sakramen Perkawinan dalam Ekaristi Pernikahan di Gereja Katolik Bedog Jogja) Suasana Tata Liturgi Upacara Sakramen Perkawinan dalam Ekaristi Pernikahan di Gereja Katolik Bedog Jogja
https://poetrafoto.wordpress.com/2017/02/26/17-foto-sakramen-pemberkatan-pernikahan-di-gereja-katolik-bedog-jogja/foto-pemberkatan-sakramen-pernikahan-di-gereja-katolik-bedog-jogja-8/
#TataLiturgi #SakramenPerkawinan #LiturgiPerkawinan #SakramenPernikahan #EkaristiPernikahan #EkaristiPerkawinan #PerkawinanKatolik #PernikahanKatolik #PerkawinanJogja #PernikahanJogja #GerejaBedog #UpacaraSakramen #UpacaraEkaristi
#tata liturgi#sakramen perkawinan#liturgi perkawinan#sakramen pernikahan#ekaristi pernikahan#ekaristi perkawinan#perkawinan katolik#pernikahan katolik#perkawinan jogja#pernikahan jogja#gereja katolik bedog#upacara sakramen#upacara ekaristi
0 notes
Photo
(via Pemasangan Cincin Pernikahan Pengantin dalam Tata Liturgi Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik Bedog Yogyakarta) Pemasangan Cincin Pernikahan Pengantin dalam Tata Liturgi Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik Bedog Yogyakarta
https://poetrafoto.wordpress.com/2017/02/26/17-foto-sakramen-pemberkatan-pernikahan-di-gereja-katolik-bedog-jogja/foto-pemberkatan-sakramen-pernikahan-di-gereja-katolik-bedog-jogja-7/
#PemasanganCincinPernikahan #CincinPernikahan #CincinNikah #TataLiturgiPerkawinan #SakramenPerkawinan #SakramenPernikahan #PengantinKatolik #SakramenKatolik #PernikahanKatolik #PerkawinanKatolik #GerejaKatolik #PerkawinanYogyakarta #PernikahanYogyakarta #PengantinYogyakarta
#pemasangan cincin pernikahan#cincin pernikahan#cincin kawin#cincin nikah#tata liturgi perkawinan gereja katolik#tata liturgi perkawinan#perkawinan gereja#perkawinan katolik#sakramen perkawinan#sakramen pernikahan#sakramen pengantin#gereja katolik bedog#perkawinan yogyakarta#pernikahan yogyakarta#pengantin yogyakarta
0 notes
Text
HR Santa Maria Imakulata
HR Santa Maria Imakulata Perayaan yang Menggembirakan
8 Desember merupakan hari yang istimewa bagi Keluarga Besar Oblat Maria Imakulata, sebab pada hari tersebut Gereja Universal merayakan Hari Raya Santa Maria Imakulata yang adalah pelindung Kongregasi OMI.
Sekilas Dogma Maria Immakulata
Praksis penghormatan kepada Maria Imakulata sudah berkembang dalam tubuh Gereja jauh sebelum Dogma Maria Imakulata definitif diserukan bagi Gereja, bahkan Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) berdiri lebih dahulu daripada Dogma tersebut. Doktrin tentang kesucian Maria yang sejak lahir tidak bernoda dikembangkan oleh para Bapa Gereja Kuno pada abad Keempat. Sebutlah diantaranya Santo Ephrem, Santo Ambrosius dan Santo Agustinus, yang masing-masing memiliki pemikiran teologis bahwa Maria adalah suci dan tak bernoda.[1]
Seringkali Doktrin ini mendapat serangan balik karena Kitab Suci tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Maria dikandung tidak bernoda. Dasar alkitabiah yang dapat menjelaskan keutamaan Maria ini bisa kita lihat dalam Injil Lukas 1:28 yaitu ungkapan malaikat Gabriel kepada Maria, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan Menyertai Engkau.”
Bila melihat teks asli dari Injil Lukas Bahasa Yunani, frasa tersebut berbunyi κεχαριτωμενη (kecharitomene) yang berarti “yang diberkati”. Dalam terjemahan Latin (Vulgata) frasa tersebut diterjemahkan “gratia plena” yang berarti “penuh rahmat”. Frasa ini secara inplisit memberi kesaksian tentang keunggulan Maria yang diakui oleh Malaikat Gabriel yaitu “diberkati, penuh rahmat, atau dikaruniai”. Dari teks ini, mau ditekankan peranan Allah yang menguduskan Maria dan secara khusus memilihnya untuk mengandung, melahirkan dan merawat Sang Juruselamat.
Dengan berpegang pada teks ini, banyak teolog yang mengungkapkan bahwa Maria memiliki segala rahmat yang diberikan Allah. Dari pemikiran bahwa Maria menerima rahmat penuh dari Allah, para teolog menarik bermacam-macam pemikiran misal bahwa Maria tidak berdosa, tidak membawa dosa asal, dikandung tanpa noda.[2]
Doktrin ini terus berkembang dengan pro dan kontranya melalui zaman ke zaman hingga puncaknya ketika berkembang gerakan doa yang berdevosi kepada Bunda Maria Imakulata dengan rumusan” O Maria yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang memohon pertolonganmu.”[3]
Barulah melalui Bulla Ineffabilis Deus pada 8 Desember 1854 yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX, Gereja menghormati Maria secara definitif sebagai pribadi “Yang Terberkati” – “Yang Penuh Rahmat” – Yang suci dan Tak bernoda dan menjadikan Maria Imakulata sebagai salah satu Dogma dalam Gereja Katolik. Konsili Vatikan II pun menegaskan keutamaan yang dimiliki Maria ini. Dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium dikatakan, “Maria yang menerima Yesus dalam rahimnya adalah suci seutuhnya dan tidak tercemar dosa mana pun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus.” (LG 56).
Maria Imakulata Bagi Kongregasi OMI
Santo Eugenius de Mazenod-pendiri OMI, memiliki devosi yang kuat kepada Santa Perawan Maria sejak masa mudanya. Di masa-masa awal kongregasi OMI hadir, Santo Eugenius de Mazenod membiasakan komunitas untuk saling memberi salam dengan mengatakan “Terpujilah Yesus Kristus, dan Maria Imakulata”. Salam ini juga pernah digunakannya ketika mendampingi asosiasi kaum muda di Aix, juga dalam misi parokinya.[4]
Dalam Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI No.10 dikatakan, “Bunda Maria Tak Bernoda adalah pelindung Kongregasi.....Kita akan memandang Maria sebagai ibu kita, Dalam kedekatan yang mendalam dengan Maria, Bunda Belaskasih, kita menghayati penderitaan dan kegembiraan sebagai misionaris. Dalam Konstitusi dan Aturan ini terlihat peranan dan kedudukan Maria dalam Kongregasi OMI serta bagaimana seorang Oblat bisa meneladan hidup iman Maria.”[5]
Perlu diingat kendati menyandang nama Maria, spiritualitas yang paling utama dalam Kongregasi OMI adalah mewartakan Kristus yang tersalib. Maria Imakulata berperan sebagai pelindung karya misi dan hidup bakti OMI. Maria menjadi model persembahan diri Oblat, sebagaimana Maria mempersembahkan dirinya sendiri sebagai hamba Allah yang rendah hati.
Berkat kesucian yang diterimanya dari Allah, Maria menghadirkan Yesus Sang Allah Putera bagi dunia. Para Oblat yang menyandang nama Maria dengan penuh cinta dan rasa bangga juga menerima perutusan yang sama, yaitu untuk menerima rahmat kesucian Allah lewat pengudusan diri dan menjalankan karya misioner mewartakan Kabar Sukacita Yesus bagi mereka yang tidak terlayani.
Sebuah Perayaan yang Menggembirakan
Merayakan Hari Raya Santa Maria Imakulata pada tanggal 8 Desember adalah sebuah momen untuk meneguhkan iman kita sebagai seorang beriman. Merayakan momen ini menegaskan kesadaran betapa besarnya peran Allah bagi keselamatan manusia. Allah pertama-tama memilih orang yang dikehendaki, menguduskannya, dan menjadikannya alat bagi Allah untuk membawa keselamatan dan semua itu nampak dalam diri Maria Imakulata yang dirayakan pada hari ini. Perayaan ini juga menjadi sebuah perayaan yang menggembirakan bukan karena semata-mata dirayakan dengan liturgi meriah, pesta besar ataupun hiruk-pikuknya, tetapi terutama karena dalam perayaan ini kita diingatkan siapa jati diri kita yang sejati.
Melalui perayaan ini, kita semua diajak untuk mengingat kembali siapa jati diri kita yang sesungguhnya. Kita adalah para Oblat-Nya (baik religius maupun awam), dipilih dari tengah dunia, dikuduskan dengan berkat dan rahmat-Nya, serta diutus-Nya mewartakan kabar sukacita melalui perkataan maupun perbuatan kita. Kita diundang untuk melaksanakan karya perutusan yang dipercayakan kepada kita dengan penuh sukacita dan tanggung jawab, juga dengan perlindungan Bunda Maria Imakulata kita akan menerima kekuatan untuk mengatasi segala kesulitan yang kita hadapi.
Bunda Maria Imakulata melindungi setiap karya hidup bakti kita, baik bagi para Imam yang menguduskan dunia lewat pelayanan sakramen, bagi para bruder dan suster yang membawa kesaksian hidup religius yang sejati serta melayani dunia dengan keahlian di bidangnya masing-masing, juga melindungi segenap Oblat Awam yang berjuang di tengah dunia memberi kesaksian hidup seorang Kristiani sejati yang penuh cinta kasih. Dengan peran dan panggilan yang kita miliki masing-masing, kita semua diajak untuk seperti Bunda Maria, menghadirkan Yesus bagi sesama.
Sungguh momentum iman yang luar biasa. Semoga kita semua bisa menjadi berkat dan sukacita bagi setiap mahkluk yang kita jumpai. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.
“Semoga kita mengerti dan menyadari siapa kita ini sesungguhnya! Saya berharap Tuhan akan menganugerahkan rahmat ini dengan bantuan dan perlindungan Bunda kita yang kudus, Maria Imakulata.” (Santo Eugenius de Mazenod).
-Skolastik Henrikus Prasojo, OMI-
Referensi:
O’Carrol, Michael
1987 Theotokos: A Theological Encyclopedia of the Blessed Virgin Mary. Quezon
City: Claretian Publications.
Eddy Kristiyanto OFM, A
1987 Maria Dalam Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Alkitab Indonesia
1989 Kitab Suci Perjanjian Baru Yunani-Indonesia. Jakarta: LAI.
Ciardi OMI, Fabio dkk
2000 Dictionary of Oblate Values. Rome.
Asodo OMI, Henricus
Draft Terjemahan Prancis-Indonesia Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI.
Hardawiryana SJ, R. (Penerjemah)
2013 Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.
[1] Michael O’Carrol. Theotokos: A Theological Encyclopedia of the Blessed Virgin Mary. (Quezon City: Claretian Publications, 1987). Hlm. 180
[2] A. Eddy Kristiyanto OFM. Maria Dalam Gereja. (Yogyakarta: Kanisius, 1987). Hlm. 39
[3] Michael O’Carrol. Hlm.182
[4] Fabio Ciardi OMI, dkk. Dictionary of Oblate Values. (Rome, 2000). Hlm. 535
[5] Henricus Asodo OMI (penerjemah). Draft terjemahan Prancis-Indonesia Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI.
0 notes
Text
Tahun Formasi Spiritual GKPI 2017
Topik Formasi Spiritual merupakan tema penting sepanjang sejarah umat Allah. Formasi spiritual, berarti pembentukan/penataan kehidupan rohani/batin umat Tuhan. Formasi spiritual juga berdimensi pada adanya daya tahan umat Tuhan dalam menghadapi kondisi hidup sosialnya yang berubah-ubah. Sebab pada faktanya, kemajuan teknologi saat ini, sangat mempengaruhi pola hidup dan kehidupan iman jemaat dan pelayanan gereja. Pada konteks tertentu, kemajuan teknologi telah menempatkan pola hidup manusia pada tataran mekanis, ekonomis dan pragmatis. Realitas demikian akan dapat berujung pada kehidupan yang mekanis, tanpa makna, kehilangan roh, spiritualnya. Sesungguhnya, realitas sosial beriman demikianlah menjadi pokok penting dari seruan Harvey Cox dalam mencermati semakin sekulernya sebuah komunitas umat beriman. Menurutnya, realitas sosial yang semakin maju dalam teknologi telah menjadikan manusia menjadi anonim, pragmatis. Hidup manusia menjadi dangkal, hanya mementingkan hasil tanpa berkomitmen kuat terhadap suatu nilai, keberimanan. Dalam kesadaran akan realitas demikianlah, maka GKPI menempatkan Formasi Spiritual sebagai Program Kerja Pelayanan untuk tahun 2017. Penetapan ini didasarkan pada adanya kesadaran fundamental akan makna Spiritual setiap umat beriman dalam menjalani panggilan hidupnya, maupun dalam merespon kasih Tuhan setiap umat GKPI dalam komunitas bergereja dan bermasyarakat. Itu juga berarti bahwa formasi spiritual bermakna proses pembentukan kehidupan rohani sepanjang hidup untuk semakin serupa dengan Kristus (Like-Christ). Formasi Spiritual merupakan respon manusia terhadap anugerah Allah dalam proses menjadi seperti Kristus. Makna Spiritual Umat Alkitab mencatat kisah PENCIPTAAN manusia, menurut gambar dan rupa Allah. Walaupun manusia jatuh ke dalam dosa, Allah tidak membuang manusia. Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia. Setelah merespon karya keselamatan Yesus Kristus, ada tenggang waktu menantikan janji kedatangan-Nya untuk menjemput kita dan hidup bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Dalam masa tenggang waktu ini orang-orang percaya, yang mempunyai kecenderungan berdosa, mempersiapkan kehidupan rohani dalam menanti Kristus. Itulah sebabnya, disiplin rohani menjadi begitu penting bagi orang percaya untuk benar-benar siap bertemu muka dengan muka dengan Kristus. Oleh karena itu, pembentukan rohani menjadi tugas setiap orang percaya sampai janji itu dinyatakan. Atas pendasaran defenisi demikian, akan berdimensi pada intensitas relasi pribadi setiap umat Tuhan dengan Roh Allah (Kudus) yang memberi hidup. Relasi, hubungan pribadi demikian akan menghidupkan roh, spiritual umat dan menjadi faktor fundamental kehidupan serta daya dorong utama (drive) dalam menyadari dirinya dalam kehidupannya. Relasi yang intens tersebut memampukan setiap umat Tuhan untuk menemukan makna fundamental (ultimate meaning) kehidupannya sebagai umat Tuhan dan anggota persekutuan gereja (GKPI). Itu berarti, Spiritual tidak semata-mata berdimensi pada doa, nyanyian dan ibadah personal tetapi juga berdimensi pada konteks hidup umat. Dalam konteks ini, Spiritual setiap umat Tuhan mendapat pemaknaan yang baru yaitu tentang mewujudkan kasih dalam panggilan sebagai garam dan terang. Pemaknaan Spiritual GKPI Mengafirmasi gagasan Leonardo Boff (Teolog Amerika Latin), kita diingatkan bahwa gereja adalah sakramen Roh Kudus dan alat untuk menandakan realitas kerajaan Allah. Oleh karenanya, gereja tidak dapat hidup dari dirinya sendiri, dari kekhusukan maupun hebatnya liturgi yang dibuat manusia. Gereja juga tidak boleh menganggap liturgi sebagai sesuatu yang baku dan final. Sebab gereja selalu bersifat sementara dan harus berubah dalam konteksnya. Pada titik ini kita disadarkan akan "Communion Sanctorum" Dietrich Bonhoeffer. Menurut teolog Jerman ini, "Gereja hanya menjadi gereja apabila Roh Kudus diterima oleh umat untuk bekerja dengan bebas". Penerimaan eksistensi Roh Kudus akan membuat umat merasakan persekutuan yang "transendental", yang meneguhkan dan memberi sukacita bagi setiap pribadi. Implikasi imperatif kesadaran demikian, akan menempatkan gereja pada kemauan untuk memperbaharui strukturnya, tata ibadah (liturginya) sehingga Roh Kudus bekerja secara sempurna dan umat merasakan kehadiran-Nya. Tahun Formasi Spiritual adalah tahun di mana GKPI akan membangun dan mengembangkan hubungan spiritual (rohani) dengan Tuhan yang dinampakkan dan direfleksikan dalam hubungan dengan sesama melalui aksi atau tindakan nyata. GKPI sangat menekankan keseimbangan antara personal dan komunal. Formasi Spiritual individu/personal terdiri dari Disiplin Berpuasa, Bersaksi, Beribadah, Ketaatan dan Disiplin Penderitaan. Formasi Spiritual Komunal/Jemaat terdiri dari Disiplin Bersaksi, Melayani, Penyembahan, Pemuridan dan Disiplin Ibadah. Dalam hal ini, GKPI memahami bahwa spiritualitas bersifat pribadi, namun dengan demikian bukan berarti melalaikan akan spiritualitas yang bersifat komunal. GKPI selalu melihat bahwa perjalanan iman seseorang tidak lepas dari persekutuan sesama orang percaya. Semua praktek disiplin rohani yang dilakukan, selalu mengarah kepada satu pengalaman bersama Tuhan, menikmati kehadiran Tuhan dan bagaimana menghidupi Tuhan di dalam setiap aspek hidup. Kesalehan praktis atau eksperimental dijewantakan melalui suatu ungkapan iman dalam sikap hidup yang terilhami oleh prinsip "to glory God and to enjoy forever". Secara sederhana GKPI mengamini bahwa iman harus nyata dalam pengalaman atau dialami, selain itu iman harus mentransformasi hidup seseorang untuk membawa kepada satu pertobatan sejati yang dapat dilihat dari perubahan signifikan dalam hidup seseorang yaitu change of mind, change of heart, change of life and change of affection. GKPI berusaha untuk menghidupi Allah dalam hidup, sebagai murid Kristus yang terus bertumbuh dan hidup dalam anugerah Allah melalui sikap hidup yang benar dan berperilaku (outward). Perbuatan nyata ini adalah wujud dari kerinduan untuk hidup seperti Kristus dan meneladani-Nya yang merupakan refleksi hidup yang sesuai dengan karakter Kristus. Demikian juga pengetahuan tentang Allah yang diformulasikan melalui doktrin-doktrin yang kuat diimbangi dengan sikap hati yang memuliakan Allah (Glory to God). Penekanan yang kuat terhadap doktrin-doktrin tidak sekedar suatu pengetahuan kognitif tetapi dibarengi dengan sikap hati yang berusaha untuk mengaplikasikan pemahaman tersebut di dalam kehidupan yang benar. Menjawab Tantangan Zaman Sebagai gereja yang berada dalam dunia, maka GKPI selalu memaknai kehadirannya dalam wujud panggilan dalam aspek Apostolat, Pastorat dan Diakonat. Itu berarti, pencanangan program pelayanan GKPI pada tahapan Formasi Spiritual didasarkan pada pergulatan iman atas kondisi zaman yang sangat dinamis. Realitas pergulatan demikian akan berdampak pada kehidupan rohani umat Tuhan secara pribadi maupun kehidupan umat Tuhan dalam komunitas GKPI. Kesadaran terhadap makna Spiritual juga berdimensi pada adanya kemauan untuk menyadari diri sebagai umat yang diberkati. Kesadaran demikian juga menuntut adanya pertobatan, perubahan dalam diri setiap umat. Oleh karenanya, pembekalan spiritual terhadap seluruh elemen GKPI, para pendeta, penatua, pengurus jemaat dan jemaat di setiap gereja menjadi tugas penting dan mendesak untuk diwujudkan dan disesuaikan dengan kebutuhan jemaat. Keyakinan demikianlah yang akan menempatkan GKPI mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. GKPI dalam praktek bergerejanya, akan menjadi bagian terpenting dalam mewujudkan panggilan menggarami dan menerangi kehidupan sosial bergereja. Selamat menjalani Tahun Formasi Spiritual....!!! Syalom. (q) http://dlvr.it/NQJnDC
0 notes