Tumgik
henrikussojo · 5 years
Text
Panggilan Apostolik di Era Digital
Hi my name’s Pras, 22-M-Yogyakarta and you? ASL Please? Hi my name’s Jesus, 33-M-Nazareth. Pernahkah anda sekalian melihat format text message/chat seperti ini? Format percakapan dunia maya ini diawali dengan memperkenalkan diri, lalu memberi informasi dengan urutan ASL- yang kepanjanganya adalah Age-Sex-Location. Ini adalah format text message  yang umum digunakan ketika seseorang ingin berkenalan dengan orang-orang baru lintas negara.
           Coba bayangkan ketika di kolom chat media sosial anda ada sebuah pesan masuk berbunyi, “Hi my name’s Jesus, 33-M-Nazareth, and you? ASL please…” bukankah kita akan tersentak dan kaget? Akankah kita menjawab pesan tersebut? Mengingat banyak sekali Hoax tersebar di media sosial, tentu anda akan membiarkan itu berlalu begitu saja, tidak membalasnya. Mungkin anda berpikir, itu hasil perbuatan orang iseng dan jahil saja yang sedang mencari sensasi.
           Namun saya membanyangkan bahwa mungkin saja, suatu saat hal semacam ini secara ajaib akan terjadi. Zaman ini sudah masuk era digital, orang-orang sudah sangat akrab dengan media sosial khususnya yang ada di gadget. Dunia maya telah merasuki dunia nyata dengan aneka informasi dan dinamikanya.
Tidak di Jakarta, tidak juga di Yogyakarta, saya melihat Pastor-Pastor Paroki menggunakan semacam Tablet Elektronik (Samsung/Apple) untuk dipakai selama Perayaan Ekaristi (entah untuk melihat TPE, atau membaca Injil). Lihat, bukankah akhirnya gadget sudah amat dekat dengan lingkungan Gereja? Gadget dan segala aplikasinya sudah masuk ke dalam kehidupan Gereja, bahkan sudah masuk ke dalam Liturgi Gereja, waw luar biasa. Ketika saya dan beberapa konfrater ikut misa lingkungan, Lektor dan Pastor membaca bacaan menggunakan gadget mereka masing-masing. Praktis memang, tapi rasanya kok….. hmmmm…….
 Apakah Allah Mewahyukan Diri-Nya dalam Gadget dan teknologi manusia?
Teologi Katolik jelas sekali meyakini serta mengajarkan bahwa Wahyu Ilahi diperlihatkan-Nya dengan perantaraan para Nabi (Kitab Suci PL) hingga akhirnya melalui Yesus Kristus- Allah yang menjadi manusia (Ibr. 1:1-2; bdk. Kon.Vat.II Dei Verbum Art 4, Par 1). Yesus sebagai Allah yang hadir di tengah manusia, bersabda dan mengatakan kepada manusia bagaimana hidup dalam Allah. Setelah karya keselamatan-Nya dalam misteri S-W-B (Sengsara-Wafat-Bangkit), pewahyuan diteruskan kepada para rasul yang hidup sezaman dengan-Nya, dan kini kita bisa mengenal pewahyuan-pewahyuan karena pewahyuan yang sudah dipenuhi dalam diri Yesus Kristus telah dituliskan dan diwariskan secara turun-temurun dalam Kitab Suci Deuterokanonika.
Sekarang ini, Kitab Suci pun sudah hadir dalam bentuk digital. Yang penting untuk diperhatikan dalam menanggapi fenomena ini adalah disposisi batin kita sebagai orang yang diberi Wahyu Ilahi. Wahyu merupakan inisiatif Allah untuk mengungkapkan kehendak-Nya atas diri kita (bdk. Kon. Vat.II Dei Verbum Art 2, Par 1), tetapi inisiatif Allah itu masih merupakan tawaran. Kita diberi tawaran inisiatif Allah yaitu pewahyuan-Nya, tetapi kita perlu menanggapinya pula yaitu dengan iman kita. Agar tawaran inisiatif Allah itu menjadi nyata dalam diri kita, kita mempersembahkan seluruh keyakinan iman kita, harapan hidup kita, hanya pada Dia yang sedang mewahyukan Diri-Nya kepada kita (bdk. Kon.Vat.II Dei Verbum Art 5). Maka dari itu, perlu kepenuhan dan totalitas perhatian dan segenap diri kita untuk bisa menerima pewahyuan itu. Perhatian yang terbagi dan hati yang tidak terarah pada-Nya tidak akan mengantar kita kepada isi pewahyuan itu.
Penting bagi kita menyadari konsep Wahyu-Iman dalam Teologi Katolik seperti secara ringkas saya jelaskan pada alinea sebelumnya, mengapa? Karena dari situlah kita bisa bersikap atas gadget dan media elektronik lainnya sebagai salah satu sarana pewahyuan diri Allah. Jika kita diminta iman yang penuh dan terarah serta total untuk dapat menerima Wahyu Ilahi, maka masing-masing dari kita bisa merefleksikan sendiri apakah Gadget sungguh-sungguh membantu saya mengarahkan hati dan segenap diri saya untuk menerima pewahyuan? Kita semua tahu bahwa dalam gadget kita mungkin ada aplikasi E-Katolik dan sejenisnya, tetapi selain itu ada juga aplikasi lainnya yang sifatnya profan dan tidak sedikit yang punya sistem auto-update. Akan ada banyak gangguan dan godaan ketika membaca isi Kitab Suci melalui Gadget. Katakanlah baru membaca satu ayat, tiba-tiba sudah ada pesan masuk dari aplikasi Media Sosial seperti Line atau WA. Jika anda sendiri bisa mengatasi dan mengontrol hal itu, maka tidak menjadi masalah.
Jika segala gangguan dan godaan itu telah bisa diatasi, dan kita bisa sungguh-sungguh mengarahkan diri hanya pada Dia yang sedang mewahyukan diri-Nya dalam teks-teks Kitab Suci yang kita baca, maka bisa dikatakan pula bahwa gadget menjadi salah satu sarana Allah mewahyukan diri-Nya karena kini Kitab Suci dapat dibaca pula melalui gadget. Perlu mendapat perhatian, Dr. Emmanuel.P.D Martasudjita, Pr- seorang imam dan ahli liturgi mengungkapkan bahwa tetap lebih baik bila kita menggunakan buku Kitab Suci manual, karena itu juga melambangkan kita yang ingin meninggalkan kesibukkan duniawi kita, memberi waktu untuk Tuhan, mengambil Kitab Suci, membacanya, dan menerima inspirasi dan Pewahyuan dari-Nya melalui teks-teks Kitab Suci tersebut. Maka pilihan untuk membaca Kitab Suci dari buku Kitab Suci (bukan dari gadget) tetaplah menjadi prioritas utama yang harus diusahakan setiap kaum beriman.
Panggilan Apostolik
Selain menggunakan gadget sebagai salah satu sarana pewahyuan Ilahi, kita mendapat panggilan untuk juga meneruskan pewahyuan ilahi tersebut. Pewahyuan Ilahi Allah memang mendapat kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus, namun pewahyuan itu diwariskan secara turun-temurun inter-generasi dalam tradisi yang amat panjang hingga hari ini. Wahyu Ilahi dari Allah diteruskan pertama-tama kepada para Rasul kemudian kepada para pengganti-penggantinya (Para Uskup) yang kita tahu mempunyai kuasa mengajar (Magisterium) di dalam Gereja (bdk. Kon.Vat.II Dei Verbum Art 7).
Namun tugas pewartaan itu tidak hanya ada di pundak para Uskup sebab pada dasarnya Yesus juga mengutus kita, “dan, apa yang Kubisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.” (Mat 10: 27b). Apabila kita menerima bisikkan dari Wahyu Ilahi, kita wajib untuk mewartakannya bukan dengan ragu dan malu, tetapi Yesus bersabda “Di atas Atap Rumah”. Setelah kita menerima Wahyu Ilahi, Yesus menghendaki kita untuk menjadi pewarta juga.
Untuk itu, Gereja menyambut baik kehadiran teknologi-teknologi yang dibuat manusia sebagai salah satu hasil kecerdasan ciptaan Allah, Gereja menghargai usaha-usaha itu terlebih karena mampu menggerakkan banyak orang. Tentu saja Gereja menghargai semua usaha itu yang sifat dan arahnya positif (bdk. Kon.Vat.II Inter Mirifica Art 1). Orang Katolik tidak dilarang menggunakan aneka teknologi-teknologi yang ada untuk perkembangan media sosial.  Semua anggota Gereja berhak untuk menggunakannya sejauh berguna bagi pendidikan Kristen dan seluruh karyanya demi keselamatan manusia. Kita diundang untuk menggunakan teknologi-teknologi yang ada, demi pewartaan karya keselamatan Allah bagi dunia. Kita diundang untuk menggunakan teknologi sebagai salah satu sarana pewartaan kita (bdk. Kon. Vat.II Inter Mirifica Art 3).
topik ini mungkin bukanlah suatu topik yang baru, dan memang sering dikumandangkan oleh Gereja agar semua umat beriman menggunakan teknologi-teknologi yang ada untuk mewartakan Kristus di seluruh dunia. Jangkauannya yang melebihi batas-batas negara memampukan pewartaan berlangsung cepat dan efektif. Tahta Suci pun telah melaksanakan panggilan apostolik di era digital dengan merasul melalui akun media sosial Twitter – Facebook dan lainnya.
Minggu Paskah Ketujuh tahun ini adalah Hari Komunikasi Sosial. Gereja merayakan Hari Komunikasi Sosial ini guna memantapkan macam-macam upaya komunikasi sosial. Pada hari inilah seluruh umat beriman diajak untuk memanjatkan doa bagi kerasulan dalam komunikasi-komunikasi sosial yang semakin efektif dan juga kita semua diajak untuk menyadari kewajiban-kewajiban kita di bidang komunikasi sosial, menjadi rasul yang menjalankan panggilan apostolik di era digital ini bdk. Kon.Vat.II Inter Mirifica Art 18). Kita bisa bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkah kita melaksanakan panggilan apostolik itu dengan teknologi-teknologi yang ada di dekat kita? Sudahkah kita mewartakan nilai-nilai Kristiani dan mewartakan Kabar Gembira melalui teknologi-teknologi di dekat kita dan juga melalui aneka media komunikasi sosial? Mari kita bersama-sama memenuhi dunia maya dengan keselamatan yang nyata. Mari kita pendam dan kubur dalam-dalam aneka konten Hoax dengan pewartaan cinta kasih dan kebenaran. Mari kita bersama-sama wujudkan era digital yang manusiawi dan bernuansa positif. Mari penuhi dunia maya dengan cinta kasih dan mengkonkritkan itu dalam dunia nyata.
Fr. Henrikus Prasojo, OMI
0 notes
henrikussojo · 5 years
Text
Minggu Sukacita Dalam Roh dan Kebersamaan
Minggu Sukacita Dalam Roh dan Kebersamaan
 Seperti para Rasul, mewartakan “Yesus Kristus, Dia yang disalibkan…..
Bukan dengan kata-kata yang muluk-muluk, melainkan dalam menampilkan Roh.”
Maksudnya ialah mengungkap apa yang telah kita renungkan dalam hati,
Dan mengajarkan apa yang telah kita sendiri hayati.
                                                                                                                               -1826-
                                                                                               +St. Eugenius de Mazenod+
 Hari ini matahari bersinar cerah. Cuaca yang amat baik ini semakin membakar semangat sejumlah orang yang sudah berkumpul di Novisiat OMI Bto. Joseph Cebula pada Minggu, 17 Desember 2017 sejak pukul 06:00 WIB. Hari ini komunitas Novisiat mengadakan ziarah ke Gua Maria Bunda Tahkta Kebijaksanaan, Ngembesan, Somohitan, Yogyakarta. Turut hadir dalam ziarah ini anggota komunitas novisiat, 2 orang suster SDC, 2 orang suster FCJ, 2 orang suster PIJ, beberapa awam dan juga sejumlah kaum muda yang tergabung dalam Putra-Putri de Mazenod (red. PPdM) Yogyakarta.
Rombongan mulai berangkat dari novisiat pukul 07.30 WIB dan tiba di lokasi pukul 08.15. WIB. Setelah sejenak menyapa umat sekitar dan melakukan beberapa persiapan, segera kami memulai perayaan Ekaristi Minggu Advent III- Minggu Sukacita bersama umat di sSasi Ngembesan Paroki Somohitan ini. Perayaan Ekaristi yang berlangsung meriah-sederhana dilanjutkan dengan sembah bakti para Oblat di hadapan Taman Doa Gua Maria Bunda Tahta Kebijaksanaan dengan mendoakan doa O Domina Mea dan menyanyikan lagu Salve Regina. Tak lupa kami mengabadikan momen kebersamaan ini di lokasi tersebut. Setelah sembah bakti kepada Bunda Maria, rombongan langsung berpindah ke lokasi outbond yang berjarak 10 meter dari Taman Doa. Di sana kami menikmati makanan ringan dan bersantai sejenak sebelum melanjutkan kegiatan selanjutnya.
Setelah menikmati snack, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon. Lima buah bibit pohon buah-buahan dibawa dari novisiat dan ditanam di sekitar lokasi outbond sebagai bentuk sumbangan novisiat pada ibu bumi. Memang saat ini kepedulian ekologis perlu mendapat perhatian.[1] Acara berikutnya adalah permainan outbond untuk mempererat persaudaraan. Semua peserta mengikuti acara outbond ini dengan penuh sukacita dan antusiasme yang tinggi.
Minggu Gaudette-Minggu Sukacita pada akhirnya mendapatkan pemenuhan maknanya yang sejati tidak hanya dari segi liturgi di sekitar altar, tetapi sukacita itu hidup di antara kami. Maksud ungkapan ini adalah, (1)Perayaan Liturgi Minggu Sukacita dirayakan melalui perayaan liturgis dengan segala ritusnya. (2)Perayaan Minggu Sukacita hidup di antara kami melalui kebersamaan dan persaudaraan.
Apabila kita melihat acara kebersamaan dan persaudaraan ini dengan kacamata iman, kita akan menemukan bahwa acara ini bukanlah sekedar acara sukacita manusiawi belaka, melainkan sungguh-sungguh acara yang dipenuhi dengan sukacita Roh Kudus. Dalam ritus penutup Ekaristi kita menerima “Berkat Tuhan” dan juga “Perutusan” untuk mewartakan kasih dan sukacita bagi sesama kita. Maka, sudah tentu ketika kita merasakan adanya sukacita di antara kita melalui acara ini, sukacita itu berasal dari Allah sendiri yang menurunkan berkat-Nya dalam rupa Roh Kudus melalui perantaraan tangan tertahbis.[2]
Apabila direnungkan, memang dapat kita temukan bahwa (1)Tanpa penyelenggaraan ilahi, acara ini tentu saja tidak akan terlaksana, (2)Dia yang hadir dalam Roh Kudus, menerangi hati setiap orang sehingga setiap orang memiliki sukacita yang sama, yaitu sukacita dalam Roh. (3)Tanpa dorongan Roh Kudus, orang tidak tergerak untuk terlibat dalam kebersamaan ini. Mau tidak mau harus diakui bahwa ada suatu dorongan dalam hati yang membuat masing-masing dari kami untuk secara sadar dan bebas ingin turut bergabung dalam acara kebersamaan ini. Beberapa orang mungkin saja dalam kesadarannya menganggap dirinya terlibat dalam acara karena “toh sedang gak ada kerjaan”, tetapi siapa yang membuat orang tersebut “sedang tidak ada pekerjaan”? Tentu saja itu karya Roh Kudus yang memampukan orang untuk melaksanakan tugas sehari-hari sehingga pada tanggal 17 Desember 2017 ini, mereka memiliki waktu luang untuk turut dalam kebersamaan ini.
Bagi yang tidak ikut bukan berarti tidak memiliki dorongan Roh Kudus untuk terlibat. Perlu diingat bahwa Roh Kudus berkarya dengan unik dalam diri kita masing-masing. Rasul Paulus berkata, “Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama.” (I Kor 12:7.11). Dengan peranannya masing-masing, mereka yang tidak turut dalam acara ini, menerima dorongan Roh Kudus yang lain, yang kepada mereka dipercayakan tugas yang menyangkut kepentingan bersama. Ada yang sudah kembali ke kampung halaman untuk membagikan karunia Roh tersebut kepada keluarganya. Ada yang sedang menjalankan tanggung-jawabnya secara intens, entah karena perkuliahan atau pekerjaan, Roh Kudus mengutus mereka untuk memberi kesaksian sejati seorang beriman Katolik yang sungguh bertanggung jawab.
Pada dasarnya, komunio dan universalitas Gereja Katolik tidak terbatas dalam ruang dan waktu tertentu.[3] Begitu juga kesatuan hati di antara anggota kelompok ini, khususnya PPdM Yogyakarta adalah sebuah kesatuan yang melampaui ruang dan waktu karena di dalamnya ada sharing. Dalam setiap kesempatan acara ada teman-teman yang membagikan kenangan mereka melalui grup bersama di sebuah media sosial, sehingga mereka yang pada saat itu tidak dapat turut hadir bersama, tetap dapat merasakan sensasi kebersamaan yang muncul.
Minggu Sukacita penantian akan datangnya Tuhan, semoga selalu menjadi sukacita bersama seluruh umat beriman Kristiani. PPdM Yogyakarta dan Novisiat OMI melaksanakannya dengan ziarah dan acara kebersamaan, tentu setiap orang, kelompok katergorial juga mempunyai bentuk kegiatannya masing-masing. Apapun bentuknya, semoga sungguh-sungguh menjadi sukacita bersama, yaitu sukacita di dalam Roh Kudus.
 Sc. Henrikus Prasojo, OMI
 Referensi:
 Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2008 Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dep. Dokpen  
KWI- Obor, 201
Paus Santo Yohanes Paulus II. Novo Millenio Ineunte. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana  
SJ. Jakarta: Dokpen KWI, 2001
[1] Tantangan-tantangan zaman milenial, salah satunya propek krisis ekologis yang menjadikan bumi tidak bersahabat. Paus Santo Yohanes Paulus II.Novo Millenio Ineunte. Diterjemahkan oleh : R. Hardawiryana, SJ. (Jakarta: Dokpen KWI, 2001). 57
[2] Karena Sakramen Tahbisan, para imam dijadikan secitra dengan Kristus Sang Imam, sebagai pelayan Sang Kepala (PO Art. 12). Dokumen Konsili Vatikan II. diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. (Jakarta: Dep. Dokpen  KWI- Obor, 2012). 498  
[3] Upacara-upacara Liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur di bawah para Uskup (SC Art. 26). Ibid. 13
0 notes
henrikussojo · 5 years
Text
HR Santa Maria Imakulata
HR Santa Maria Imakulata Perayaan yang Menggembirakan
 8 Desember merupakan hari yang istimewa bagi Keluarga Besar Oblat Maria Imakulata, sebab pada hari tersebut Gereja Universal merayakan Hari Raya Santa Maria Imakulata yang adalah pelindung Kongregasi OMI.
 Sekilas Dogma Maria Immakulata
Praksis penghormatan kepada Maria Imakulata sudah berkembang dalam tubuh Gereja jauh sebelum Dogma Maria Imakulata definitif diserukan bagi Gereja, bahkan Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) berdiri lebih dahulu daripada Dogma tersebut. Doktrin tentang kesucian Maria yang sejak lahir tidak bernoda dikembangkan oleh para Bapa Gereja Kuno pada abad Keempat. Sebutlah diantaranya Santo Ephrem, Santo Ambrosius dan Santo Agustinus, yang masing-masing memiliki pemikiran teologis bahwa Maria adalah suci dan tak bernoda.[1]
Seringkali Doktrin ini mendapat serangan balik karena Kitab Suci tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Maria dikandung tidak bernoda. Dasar alkitabiah yang dapat menjelaskan keutamaan Maria ini bisa kita lihat dalam Injil Lukas 1:28 yaitu ungkapan malaikat Gabriel kepada Maria, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan Menyertai Engkau.”
Bila melihat teks asli dari Injil Lukas Bahasa Yunani, frasa tersebut berbunyi κεχαριτωμενη (kecharitomene) yang berarti “yang diberkati”. Dalam terjemahan Latin (Vulgata) frasa tersebut diterjemahkan “gratia plena” yang berarti “penuh rahmat”. Frasa ini secara inplisit memberi kesaksian tentang keunggulan Maria yang diakui oleh Malaikat Gabriel yaitu “diberkati, penuh rahmat, atau dikaruniai”.  Dari teks ini, mau ditekankan peranan Allah yang menguduskan Maria dan secara khusus memilihnya untuk mengandung, melahirkan dan merawat Sang Juruselamat.
Dengan berpegang pada teks ini, banyak teolog yang mengungkapkan bahwa Maria memiliki segala rahmat yang diberikan Allah. Dari pemikiran bahwa Maria menerima rahmat penuh dari Allah, para teolog menarik bermacam-macam pemikiran misal bahwa Maria tidak berdosa, tidak membawa dosa asal, dikandung tanpa noda.[2]
Doktrin ini terus berkembang dengan pro dan kontranya melalui zaman ke zaman hingga puncaknya ketika berkembang gerakan doa yang berdevosi kepada Bunda Maria Imakulata dengan rumusan” O Maria yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang memohon pertolonganmu.”[3]
Barulah melalui Bulla Ineffabilis Deus pada 8 Desember 1854 yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX, Gereja menghormati Maria secara definitif sebagai pribadi “Yang Terberkati” – “Yang Penuh Rahmat” – Yang suci dan Tak bernoda dan menjadikan Maria Imakulata sebagai salah satu Dogma dalam Gereja Katolik. Konsili Vatikan II pun menegaskan keutamaan yang dimiliki Maria ini. Dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium dikatakan, “Maria yang menerima Yesus dalam rahimnya adalah suci seutuhnya dan tidak tercemar dosa mana pun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus.” (LG 56).
 Maria Imakulata Bagi Kongregasi OMI
           Santo Eugenius de Mazenod-pendiri OMI, memiliki devosi yang kuat kepada Santa Perawan Maria sejak masa mudanya. Di masa-masa awal kongregasi OMI hadir, Santo Eugenius de Mazenod membiasakan komunitas untuk saling memberi salam dengan mengatakan “Terpujilah Yesus Kristus, dan Maria Imakulata”. Salam ini juga pernah digunakannya ketika mendampingi asosiasi kaum muda di Aix, juga dalam misi parokinya.[4]
Dalam Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI No.10 dikatakan, “Bunda Maria Tak Bernoda adalah pelindung Kongregasi.....Kita akan memandang Maria sebagai ibu kita, Dalam kedekatan yang mendalam dengan Maria, Bunda Belaskasih, kita menghayati penderitaan dan kegembiraan sebagai misionaris. Dalam Konstitusi dan Aturan ini terlihat peranan dan kedudukan Maria dalam Kongregasi OMI serta bagaimana seorang Oblat bisa meneladan hidup iman Maria.”[5]
Perlu diingat kendati menyandang nama Maria, spiritualitas yang paling utama dalam Kongregasi OMI adalah mewartakan Kristus yang tersalib. Maria Imakulata berperan sebagai pelindung karya misi dan hidup bakti OMI. Maria menjadi model persembahan diri Oblat, sebagaimana Maria mempersembahkan dirinya sendiri sebagai hamba Allah yang rendah hati.
Berkat kesucian yang diterimanya dari Allah, Maria menghadirkan Yesus Sang Allah Putera bagi dunia. Para Oblat yang menyandang nama Maria dengan penuh cinta dan rasa bangga juga menerima perutusan yang sama, yaitu untuk menerima rahmat kesucian Allah lewat pengudusan diri dan menjalankan karya misioner mewartakan Kabar Sukacita Yesus bagi mereka yang tidak terlayani.
 Sebuah Perayaan yang Menggembirakan
           Merayakan Hari Raya Santa Maria Imakulata pada tanggal 8 Desember adalah sebuah momen untuk meneguhkan iman kita sebagai seorang beriman. Merayakan momen ini menegaskan kesadaran betapa besarnya peran Allah bagi keselamatan manusia. Allah pertama-tama memilih orang yang dikehendaki, menguduskannya, dan menjadikannya alat bagi Allah untuk membawa keselamatan dan semua itu nampak dalam diri Maria Imakulata yang dirayakan pada hari ini. Perayaan ini juga menjadi sebuah perayaan yang menggembirakan bukan karena semata-mata dirayakan dengan liturgi meriah, pesta besar ataupun hiruk-pikuknya, tetapi terutama karena dalam perayaan ini kita diingatkan siapa jati diri kita yang sejati.
           Melalui perayaan ini, kita semua diajak untuk mengingat kembali siapa jati diri kita yang sesungguhnya. Kita adalah para Oblat-Nya (baik religius maupun awam), dipilih dari tengah dunia, dikuduskan dengan berkat dan rahmat-Nya, serta diutus-Nya mewartakan kabar sukacita melalui perkataan maupun perbuatan kita. Kita diundang untuk melaksanakan karya perutusan yang dipercayakan kepada kita dengan penuh sukacita dan tanggung jawab, juga dengan perlindungan Bunda Maria Imakulata kita akan menerima kekuatan untuk mengatasi segala kesulitan yang kita hadapi.
           Bunda Maria Imakulata melindungi setiap karya hidup bakti kita, baik bagi para Imam yang menguduskan dunia lewat pelayanan sakramen, bagi para bruder dan suster yang membawa kesaksian hidup religius yang sejati serta melayani dunia dengan keahlian di bidangnya masing-masing, juga melindungi segenap Oblat Awam yang berjuang di tengah dunia memberi kesaksian hidup seorang Kristiani sejati yang penuh cinta kasih. Dengan peran dan panggilan yang kita miliki masing-masing, kita semua diajak untuk seperti Bunda Maria, menghadirkan Yesus bagi sesama.
           Sungguh momentum iman yang luar biasa. Semoga kita semua bisa menjadi berkat dan sukacita bagi setiap mahkluk yang kita jumpai. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.
 “Semoga kita mengerti dan menyadari siapa kita ini sesungguhnya! Saya berharap Tuhan akan menganugerahkan rahmat ini dengan bantuan dan perlindungan Bunda kita yang kudus, Maria Imakulata.” (Santo Eugenius de Mazenod).
 -Skolastik Henrikus Prasojo, OMI-
 Referensi:
O’Carrol, Michael
           1987    Theotokos: A Theological Encyclopedia of the Blessed Virgin Mary. Quezon
                     City: Claretian Publications.
Eddy Kristiyanto OFM, A
           1987    Maria Dalam Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Alkitab Indonesia
           1989    Kitab Suci Perjanjian Baru Yunani-Indonesia. Jakarta: LAI.
Ciardi OMI, Fabio dkk
           2000    Dictionary of Oblate Values. Rome.
Asodo OMI, Henricus
           Draft Terjemahan Prancis-Indonesia Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI.
Hardawiryana SJ, R. (Penerjemah)
           2013    Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.
 [1] Michael O’Carrol. Theotokos: A Theological Encyclopedia of the Blessed Virgin Mary. (Quezon City: Claretian Publications, 1987). Hlm. 180
[2] A. Eddy Kristiyanto OFM. Maria Dalam Gereja. (Yogyakarta: Kanisius, 1987). Hlm. 39
[3] Michael O’Carrol. Hlm.182
[4] Fabio Ciardi OMI, dkk. Dictionary of Oblate Values. (Rome, 2000). Hlm. 535
[5] Henricus Asodo OMI (penerjemah). Draft terjemahan Prancis-Indonesia Konstitusi dan Aturan Kongregasi OMI.
0 notes
henrikussojo · 7 years
Photo
Tumblr media
Karena "Mencintai" adalah panggilan semua orang. I love Jesus, i love you too, that's my choice 😃😇😇😇 #choicepurwokerto (at Rumah Retret Maria Immaculata Kaliori)
0 notes
henrikussojo · 7 years
Photo
Tumblr media
Merasa kaum muda? Punya cinta tapi gatau untuk siapa? Disini tempatnya kamu bisa menemukan arti cinta dan akhirnya kamu bisa membagikan cinta untuk sesama. Kuy kuy kaum muda katolik yg ganteng2 dan cantik2 biar tambah kece dan badai trus banyak pengalaman dan banyak teman ikut Makrek PPdM GRATIS bin Gretong loh acaranya di jamin seru!!! For info bisa liat di poster yah @putraputridemazenod #makrab#ppdm#omk#omi#omkindonesia#yogyakarta#seminaritinggiOMI#putraputridemazenod#september#ayok#buruandaftar#biarhidupkalian#lebihbewarna#secerah#pelangi#dilangit#yangbiru#TuhanMemberkati#loveyouall (at Seminari Tinggi OMI)
0 notes
henrikussojo · 7 years
Video
youtube
Teman-teman terkasih.... Ini ada Film Inspiratif Made by Frater2 FTW, Mohon di like and share ya semoga menginspirasi buat semuanya. Tuhan ada di hati kalian semua dan kalianlah yang meneruskan Wahyu Tuhan. God Bless :D
0 notes
henrikussojo · 8 years
Text
Cermin Tahun Baru
Tumblr media
Sebuah Pertanyaan Fundamental
Apa yang kamu inginkan di Tahun Baru? Bagi saya pertanyaan ini adalah pertanyaan yang fundamental karena tahun baru merupakan sebuah momentum untuk menjalani sesuatu yang “baru”. “Baru” bisa diartikan berbeda dari yang lama/sebelumnya. Term “Baru” memiliki cukup banyak perspektif makna jika ditelusuri secara hermeunetik. Fundamental juga karena Tahun Baru berarti kesempatan baru setelah melewati 365 hari perjalanan hidup.
Pertanyaan ini pertanyaan Fundamental, tetapi kerap kali jawabannya tidak fundamental. Ada yang memiliki keinginan agar bisa hidup lebih bahagia-tetapi tidak begitu mengerti indikasi hidup bahagia yang dia inginkan. Ada yang memiliki keinginan agar bisa hidup lebih sukses di tahun yang baru-tetapi tidak tahu batasan dan indikasi hidup sukses seperti apa yang dibayangkan. Kerap batasan-batasan dan indikasi itu didasarkan pada penilaian orang lain atau bisa juga berdasarkan keyakinan orang lain. Misalnya, seorang pengusaha berkata ingin lebih sukses seperti pak A yang sudah ini-itu-ini-itu. Contoh lain, ada orang yang ingin hidup lebih bahagia seperti keluarga B yang hidupnya begini-begitu-begini-begitu. Orientasi batasan dan indikasi keinginannya masih didasarkan dari gambaran diri orang lain, bukan gambaran diri sejati pribadi masing-masing.
Menggunakan Cermin Tahun Baru
Di sinilah fungsi Cermin Tahun Baru, yah setidaknya begitulah saya menyebutnya. Yang saya maksudkan dengan “Cermin Tahun Baru” adalah suatu momen refleksi menjelang tahun baru. Refleksi bukan pijat, tetapi refleksi mencoba melihat ke dalam diri mengenai “keseluruhan tentang aku” Cermin Tahun Baru akan seseorang melihat ke dalam dirinya sendiri secara utuh sebagai manusia yang “ada” dan “mengada”. Maksud saya adalah melihat ke dalam diri sendiri segala kebutuhan dan keinginan paling dasariah “aku” sebagai “manusia” Mengapa Cermin? Faktanya, Cermin(datar) tidak bisa dimanipulasi. apa yang ada pada dirimu, itulah yang akan terlihat di cermin. Namun Cermin (harafiah) hanya memperlihatkan penampilan fisik, sedangkan Refleksi sebagai sebuah Cermin, akan membantu kita melihat apa yang tidak dilihat mata, atau yang tidak disadari oleh kesadaran aktif kita.
Penting Bercermin dengan Refleksi
Belum begitu banyak orang mengerti kegunaan refleksi. Saya sendiri secara pribadi mulai berkenalan dengan “refleksi” adalah saat saya ada di Seminari Menengah Wacana Bhakti, dan selama saya jadi seminaris, saya kurang begitu mengerti kegunaan “refleksi”selain sebagai alat pelancar panggilan(yah formalitas gitu lah ya, asal buat, yang penting gak dihukum Pamong). Namun setelah beberapa tahun ini saya menjalani hidup sebagai seorang biarawan OMI, saya sadar pentingnya refleksi bagi hidup saya. Saya dulu juga termasuk salah satu orang yang meminta ingin hidup bahagia di Tahun Baru, dan saya ungkapkan dalam doa bahwa saya akan bahagia kalau saya jadi Imam. Saya kira itu adalah doa yang baik, dan di beberapa sisi memang baik, tetapi belum fundamental karena nanti setelah jadi Imam lalu apa?
Karena itu saya berefleksi kembali, apakah benar itu keinginan saya yang paling mendasar? kok seakan saya mengatakan bahwa hidup berkeluarga tidak membawa kebahagiaan? Kok seakan Imamat itu menjadi sebuah cita-cita belaka, bukan panggilan mulia.
Dari situ saya terbantu untuk melihat lebih dalam tentang apa yang saya jalani ini, yaitu bahwa saya menjadi Biarawan OMI-dan nantinya Imam OMI, adalah bukan karena sekedar cita-cita saya, tetapi merupakan anugerah panggilan dari Tuhan yang penuh kasih. Barulah dari kesadaran itu saya mengerti makna terdalam dari bahagia bagi saya pribadi, yaitu hidup dalam cinta Tuhan. Menjadi Imam OMI bukan sekedar cita-cita dan hasrat pribadi, tetapi merupakan anugerah dari Tuhan supaya saya bisa terus hidup dalam cinta-Nya sebagai pelayan dan rekan kerja-Nya bagi sesama. Selama saya bisa menyadari cinta yang Tuhan berikan kepada saya- saya Bahagia-dalam konteks saya tentu mengalami dan menyadari Cinta Tuhan sebagai seorang Biarawan OMI. Orang lain punya konteksnya sendiri untuk mengalami dan menyadari Cinta Tuhan.
Cermin Tahun Baru dalam Terang Natal
Penting juga untuk tidak memisahkan momen tahun baru dengan momen iman Kristiani Natal- Kelahiran Sang Imanuel. Kita perlu merefleksikan natal sebagai sebuah momen historis-iman orang Kristiani, yaitu bahwa Yesus Sang Juru telah hadir di tengah-tengah kita. Allah berkenan menyertai kita putera-puteriNya dalam perjalanan hidup kita. Dengan refleksi ini, kita diajak untuk tidak takut dan gentar menjalani Tahun yang baru nanti. Jika Tahun ini kita merasa mengalami banyak kesulitan, tentu di tahun yang akan datang pun akan terjadi demikian, tetapi kita menjadi lebih optimis-karena kita tidak sendiri-Allah telah hadir sendiri untuk kita. Itulah makna merayakan natal dari Tahun ke tahun dan terus menerus, untuk mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu berkenan hadir dalam suka-duka hidup kita, tentu bukan hanya saat natal, tetapi dalam setiap detik hidup kita.
Dengan hadirnya Sang Terang dan Damai, kita diarahkan untuk menemukan makna hidup yang terdalam yaitu hidup bukan untuk diri sendiri melainkan untuk berbagi dengan sesama dan dipersembahkan kepada Tuhan. Kita diajak untuk memberikan diri dan menyediakan waktu dan perhatian kita untuk orang lain. Maka dengan demikian, hidup menjadi lebih ringan  karena satu sama lain saling meneguhkan dan saling menanggung beban dengan tulus ikhlas. Bagi yang tidak beriman Kristiani, bisa merefleksikan natal sebagai momen historis-interreligius. maksudnya bahwa orang beriman Non-Kristiani bisa merefleksikan natal sebagai momen di mana setiap orang Kristen lahir secara baru dalam iman Kristiani, sehingga orang Kristiani tidak perlu ditakuti atau dijauhi sebab orang Kristiani ingin menjalani hidup baik bersama sesamanya manusia dan alam ciptaan ini.
Cermin Membantu Menilai
Akhir kata, dengan proses refleksi masing-masing, diharapkan setiap pribadi sudah melihat Cermin Tahun Barunya masing-masing dan juga bisa melihat apa-apa saja yang perlu dibenahi di tahun yang akan datang. Sama seperti bercermin biasa, ketika melihat rambut tidak rapi maka kita akan mengambil sisir rambut untuk merapikannya. Cermin berdaya reflektif akan membantu setiap dari kita untuk hidup secara lebih baik di tahun yang akan datang, bukan berdasarkan hal-hal lahiriah, tetapi berdasarkan hal-hal fundamental dalam diri setiap pribadi... Silahkan melihat Cermin Tahun Barumu, dan rancanglah masa depanmu yang baik untukmu,untukku, dan untuk kita semua. The Pilgrim Putera Eugenius de Mazenod
Fr. Henrikus Prasojo, OMI
0 notes
henrikussojo · 10 years
Video
youtube
Ave Maria - Franz Schubert (Instrumental) A Beautiful Hymn for The Most Beautiful Mother...
0 notes
henrikussojo · 10 years
Quote
Percayalah, nama yang diberikan orang tua kita adalah "Doa Abadi" mereka untuk kita menjalani hidup......
Henrikus Prasojo
0 notes
henrikussojo · 10 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
  Api Triennium telah dinyalakan menandai dibukanya
rangkaian tiga tahun menyongsong keberadaan OMI
di dalam Gereja dan Dunia.
  VIVA OBLAT!
      Anda diundang untuk terlibat
dalam peristiwa penuh rahmat ini. Persembahan diri Anda
merupakan wujud nyata
keterlibatan seluruh hidup.
    Apakah Anda bersedia
menjadi api yang menyala
untuk mengobarkan kehidupan?
  Seperti para rasul,
kita dipanggil, dikumpulkan, dididik
dan diutus oleh Yesus
menjadi rekan kerjaNya.  
  Mari bergabung,
wartakan Kristus Tersalib
ke seluruh penjuru dunia. Anda sungguh berarti
untuk panggilan perutusan yang sangat berharga ini.
0 notes
henrikussojo · 10 years
Quote
Mulailah dengan pertanyaan, "Mengapa aku berdoa?" lalu temukan makna sejati berdoa kepada Allah
Sr. Magdalena, OCSO
0 notes
henrikussojo · 10 years
Quote
Di Kota : malas ah ke gereja, Pastornya gak asik..... Di Pedalaman : Akhirnya ada Pastor yang berkunjung, mari kita Ekaristi !!! Maukah anda di sekalian merenungkan betapa bersyukurnya anda sudah punya Pastor lebih dari satu untuk satu paroki? Di pedalaman sana ada yang tidak bisa menikmati Ekaristi karena tidak ada Imam....
0 notes
henrikussojo · 10 years
Text
Malam Mingguan OP-OMI
Kisah Novis OMI dan OP bermalam minggu bersama
            Sabtu, 27 September 2014 kami para novis OMI diajak untuk pergi malam mingguan bersama suster-suster novis OP di jalan Baciro, Yogyakarta oleh Romo Ant.Sussanto, OMI. Ajakan yang aneh, tapi ternyata menyenangkan. Sejak awal aku bertanya-tanya, “Apa jadinya Biarawan-biarawati malem mingguan bersama.”
          Acara diadakan di Novisiat suster-suster OP di jalan Baciro, Yogyakarta, lebih tepatnya di samping gereja paroki Baciro.
          Kami (Komunitas Novisiat OMI) berangkat dari Blotan menggunakan mobil. Karena tidak cukup untuk semua, Romo Santo, OMI dan Frater Alvin pergi menggunakan motor. Kami semua berangkat bersama pukul 15.30 WIB.
          Setibanya disana kami langsung disambut oleh suara-suara Sopran, Sopranino dan Alto para suster-suster. Beda sekali dengan suara kami yang rata-rata berwilayah Bass.
          Kegiatan kami yang pertama adalah, bersama-sama belajar membuat rosario sendiri. Bahan dan perlengkapan disediakan oleh Komunitas Novisiat OMI, dan tutorial diberikan oleh para suster OP. Seru sekali bisa punya rosario usaha dan buatan sendiri. Aku ingat seoarang temanku di SWB pernah melakukan ini sendiri (Fr.Bernard, Pr) hahaha
          Pukul 18.00 WIB kami mengadakan perayaan Ekaristi bersama. Ekaristi dipimpin oleh Rm.Santo,OMI dengan konselebran Rm. Sattu, OMI. Petugas koor dari Novisiat OMI ditambah dua orang suster novis OP, diiringi oleh Grup Keroncong Novisiat, membawakan lagu-lagu nuansa Keroncong dari Madah Bhakti.
          Seusai perayaan Ekaristi kami makan malam bersama di ruang makan. Saat itu tidak ada kecanggungan sama sekali. Kami saling berbagi cerita sambil makan dengan suasana yang sangat hangat. Keakraban cepat sekali terbangun diantara kami. Memang sebelumnya kami sudah saling kenal saat Kursus Gabungan Novis (KGN) baik bagi Novis I maupun Novis II.
          Yang paling ditunggu-tunggu adalah acara rekreasi bersama. Masing-masing Novis OMI sudah menyiapkan cerita lucu dan beberapa permainan yang biasa dimainkan bersama. Keceriaan saat itu sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata. Tidak mau kalah, para suster pun ada yang membawakan cerita lucu, ada juga menampilkan tarian daerah. Setiap ada yang tampil, semua tampil dengan cukup percaya diri dan tidak tampak adanya kecanggungan di antara kami semua baik Novis maupun para Formator
          Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan. Terima kasih kepada Rm.Santo,OMI dan Sr.Fidelia,OP yang telah memberikan pengalaman macam ini kepada kami para Novis. Sungguh pertemuan ini telah memberikan peneguhan baru bagiku untuk menatap masa depanku di jalan panggilan ini. Aku mengira malam mingguan hanya milik bagi mereka yang sudah punya kekasih, tapi ternyata sebagai biarawan-biarawati kami bisa juga merasakan pengalaman malam mingguan dan mengisinya dengan hal positif yang meneguhkan panggilan dan juga menambah keakraban diantara kami.
          Semoga berikutnya ada lagi acara seperti ini lagi ya Romo...hehhehehe.....
  Yogyakarta, 28 September 2014
The Pilgrim
Henrikus Prasojo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
henrikussojo · 10 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Seminar Menu Sehat dalam rangka HUT ke-55 Yayasan Syantikara Jogja tanggal 20 Juli 2014....
Seluruh Novis OMI memenuhi undangan dari Kongregasi Suster-suster CB dan juga Romo Andri,OMI ingin para Novisnya hidup sehat dengan menu-menu makanan sehat.....
0 notes
henrikussojo · 10 years
Text
Another Music Experiences......
Sejak tanggal 22 Agustus 2014 kami komunitas Novisiat dan Skolastikat OMI mendapatkan sebuah kesempatan langka untuk mengembangkan musikalitas kami. Program ini diadakan atas kerjasama Rektor Seminari Tinggi OMI yaitu, Romo Antonius Widiatmoko,OMI dengan seorang dosen jurusan Seni Musik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Bapak Eddie Susilo.
          Selain dilatih oleh seorang dosen ISI, kami juga dibimbing oleh tiga orang Mahasiswa ISI. Yang pertama adalah mas Dibyo spesialisasi Contra Bass, yang kedua mas Yonathan spesialisasi Drum set dan perkusi, lalu yang terakhir mas Abdi spesialisasi Piano Classic.
          Program pelatihan yang kami jalani adalah progam grup Keroncong dan grup Band. Latar belakang diadakannya kerja sama ini adalah karena di Seminari Tinggi OMI terdapat alat-alat yang memadai namun pemakaiannya belum maksimal, sehingga Romo Widi ingin memaksimalkan fasilitas yang sudah tersedia ini.
          Setelah satu bulan menjalani latihan rutin seminggu 3 kali (Selasa, Kamis, Jumat) output dari kerjasama ini adalah performance dari kami. Penampilan ini diadakan di Seminari Tinggi OMI pada tanggal 15 September 2014 .
          Penonton yang hadir dalam penampilan sekaligus penutupan program kami terdiri, dari Bapak Lurah Condongcatur, 2 dosen ISI, beberapa mahasiswa ISI, 3 Anggota HMKK (Himpunan Mahasiswa/i Katolik Kalimantan)
          Dalam penampilan, grup Keroncong menampilkan dua buah lagu yaitu Bengawan Solo dan Cucak Rowo. Grub Band menampilkan tiga buah lagu yaitu Kau Auraku – Ada Band, Marry You – Bruno Mars, dan Yogyakarta – KLA Project. Lalu ending dari penampilan ini adalah membawakan lagu tema “Desa Condongcatur” gubahan bapak Eddie Susilo sendiri.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Yogyakarta, 16 September 2014
The Pilgrim
Henrikus Prasojo
0 notes
henrikussojo · 10 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pelatihan Band dan Keroncong Novisiat dan Skolastikat OMI, dibimbing oleh seorang dosen dan 3 mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.... what greatful moment.....^_^
0 notes
henrikussojo · 10 years
Text
17-an A’la OMI
              Minggu,17 Agustus 2014 yang bertepatan dengan hari raya Kemerdekaan Indonesia, Komunitas Formasi OMI mengadakan perayaan Ekaristi pembaruan kaul para frater skolastik. Perayaan Ekaristi diadakan di Wisma de Mazenod, Condongcatur, Yogyakarta. Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh Romo Antonius Rajabana, OMI dan dihadiri oleh para Imam OMI yang berkarya di rumah Formasi.
            Dalam perayaan Ekaristi ini, Komunitas Novisiat OMI dipercaya untuk menjadi koor. Lagu-lagu untuk perayaan Ekaristi dipilih dengan cermat. Tentu saja ada lagu-lagu Liturgis seperti Ordinarium dan Mazmur. Selain itu ada lagu-lagu bertemakan panggilan dan ada lagu bernuansa syukur atas tanah air, yang diambil dari Puji Syukur nomor 707.
            Yang membawakan homili saat perayaan Ekaristi adalah Romo Provinsial OMI, yaitu Romo Antonius Rajabana, OMI. Beliau berpesan agar semangat kemerdekaan juga menaungi para frater skolastik yang akan memperbarui kaul mereka. Mereka diminta untuk menyadari kembali kemerdekaan mereka untuk memilih untuk hidup membiara, sehingga sukacita hidup membiara benar-benar mereka alami.
            Di bagian akhir perayaan Ekaristi, tepatnya sesudah lagu penutup, kami Komunitas Formasi OMI Yogyakarta mengadakan foto bersama. Foto bersama ini dilaksanakan untuk kepentingan dokumentasi komunitas karena beberapa frater akan meninggalkan komunitas untuk sementara waktu menjalani tugas perutusan di luar. Kami semua berfoto di depan altar Kapel Wisma de Mazenod.
            Acara selanjutnya adalah acara yang biasa dilakukan siswa-siswi Indonesia pada umumnya, yaitu Upacara Bendera. Kami mengadakan Upacara Pengibaran Bendera di lapangan rumput di Wisma de Mazenod.
            Petugas Upacaranya adalah para Frater Skolastik dan kami para Novis bertugas menjadi paduan suara. Adapun Inspektur Upacaranya adalah Romo Ant.Widatmoko, OMI selaku Rektor Seminari Tinggi OMI.
            Walaupun  tidak semeriah di Istana Negara, tapi kami bisa membawakan upacara bendera dengan khidmat. Hiduplah Indonesia Raya…… !!!!!
            Sepulang dari Wisma de Mazenod, 6 dari para Novis langsung kembali ke Novisiat karena akan segera ikut meramaikan acara panjat pinang di RT.01 Blotan. Hanya aku dan Bruder Budi yang tidak ikut acara panjat pinang itu, karena aku dan mas Budi mewakili komunitas Novisat untuk ikut rapat perihal Pelatihan Musik Pop dan Keroncong yang akan diberikan oleh seorang Dosen dan beberapa Mahasiswa ISI (Institut Seni Indonesia), yang mana peserta pelatihannya adalah para Novis dan Skolastik OMI.
            Yah slamat berjuang teman-teman….!! Hahaha
  Yogyakarta, 17 Agustus 2014
The Pilgrim
Henrikus Prasojo
0 notes