#asasi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kerja Sama Pemkot Bengkulu dan Kemenkumham: Dirikan Pos Pengaduan HAM di Kelurahan
Kerja Sama Pemkot Bengkulu dan Kemenkumham: Dirikan Pos Pengaduan HAM di Kelurahan KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Pemerintah Kota Bengkulu bersama Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Bengkulu melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pos Pengaduan HAM , pada Selasa, (05/11/24), Bertempat di ruang rapat Hidayah II Kantor Walikota Bengkulu, PKS…
#Kanwil Kemenkumham#kelurahan sadar HAM#Layanan pengaduan HAM#Penegakan hak asasi manusia#Pos Pengaduan HAM#Kerja Sama#Kota Bengkulu#Pemkot Bengkulu
0 notes
Text
Hak Perempuan sebagai HAM
Hak Perempuan sebagai HAM
Arta Uli Situmorang – Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) MEDAN – Para pejuang hak-hak perempuan di berbagai wilayah dunia melontarkan kritik bahwa hukum dan sistem Hak Asasi Manusia (HAM) itu adalah sistem yang sangat maskulin dan patriarki, yang dibangun dengan cara berfikir dan dalam dunia laki-laki yang lebih memperhatikan dan kemudian menguntungkan laki-laki dan…
0 notes
Text
youtube
Footpaths and a man-made stream bisect Anderson Park, an open grassy area in the middle of the Aspen Ideas Festival campus. An 800-pole bamboo sculpture was under construction nearby where Nickel Creek’s Chris Thile, violinist Sofia Hashemi-Asasi, and students from the Aspen Music School were setting up for this performance. Thile was excited as he coached the group through a rehearsal of Johann Sebastian Bach’s Concerto for 2 Violins in D Minor, BWV 1043, 3rd Movement. Soon, an audience gathered on the hill to watch the concert and we were finally ready to begin. The long grass rustled close to our microphones and added a texture of tranquility to this joyful performance.
1 note
·
View note
Text
Polri Paling Banyak Dilaporkan Dugaan Pelanggaran HAM
MALANG – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menjadi institusi yang paling banyak diadukan masyarakat kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Data Komnas HAM semester pertama tahun 2024 mencatat 1.630 laporan pelanggaran HAM diduga dilakukan oleh berbagai pihak termasuk lembaga negara. Polri menempati posisi pertama dengan 437 laporan warga. Dugaan pelanggaran itu meliputi…
#Aduan ke Komnas HAM#Anis Hidayah#Hak Asasi Manusia#Komisioner Komnas HAM#komnas ham#Konferensi HAM#Laporan pelanggaran HAM#Polri
0 notes
Text
"Whosoever kills a human being without (any reason like) man slaughter, or corruption on earth, it is as though he had killed all mankind ..." (5:32)
0 notes
Photo
Direktorat Jenderal HAM menggelar rapat koordinasi bersama Gugus Tugas Nasional Bisnis dan HAM (GTN BHAM) dan pengenalan aplikasi PRISMA 2.0
(via Direktorat Jenderal HAM menggelar Pengenalan Prisma 2.0)
0 notes
Text
Warga Binaan Lapas Kelas II.b Pariaman Bisa Mendapatkan Pendidikan Non Formal
Warga Binaan Lapas Kelas II.b Pariaman Bisa Mendapatkan Pendidikan Non Formal
Pariaman, Sumbarlivetv.com — Warga Binaan Lapas Kelas II.b Pariaman Bisa Mendapatkan Pendidikan Non Formal. Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II.b Pariaman patut berbangga karena bisa mendapatkan pendidikan non formal. Pemerintah Kota Pariaman melakukan Memorandum of Understanding (MoU) bersama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham)…
View On WordPress
#Hak Asasi Manusia#Kanwil Kemenkumham#Kemenkumham Sumbar#Lapas Kelas II.b Pariaman#sumatra barat#warga binaan
0 notes
Text
SEDANG MUAK
Kau juga pasti pernah, suatu hari terbangun dan muak melihat kanal-kanal berita. Bukan karena mereka mewartakan yang salah dan penuh hoaks (meski ini ada), tapi muak saja dengan semua isi beritanya. Apalagi ketika kau membuka sosial media, bukan hanya pemangku kebijakan yang ingin kau maki, tapi tetanggamu, teman-temanmu bahkan keluargamu yang pemikirannya picik hanya tentang kuasa, uang dan uang.
Kau bicara etika, idealisme dipertanyakan. Kau bicara moral, sumbangsihmu dipertanyakan. Apapun yang kau bicarakan tidak laku jika tidak mendatangkan nilai materi yang bisa dijamah.
Sedang mereka bersembunyi dibalik kebebasan diri, hak-hak manusia, pencapaian setinggi langit, kebahagiaan bersama, tanpa peduli seberapa banyak etika, moral, aturan dan kebajikan yang dikhianati.
Korupsi didaulat upaya mengais rezeki, kolusi menjadi tradisi, sedang nepotisme menjelma sebagai relasi.
Hukum dan agama menjadi alat, sedangkan bahannya adalah kebijakan-kebijakan penuh muslihat. Hasilnya kau lihat saja, jika masih ada tersisa dari dirimu yang mengenali integritas.
Aku muak.
Untuk pertama kalinya aku muak melihat orang-orang bicara hak asasi manusia. Aku muak melihat keserakahan yang masih bersembunyi dalam kelompok agama. Aku muak melihat tirani yang turut dirayakan banyak warga. Aku muak bahkan untuk melihat diriku sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.
—YH Harahap
46 notes
·
View notes
Text
Soleh-lyke
Ada hal yang cukup menarik dari sosmed milik mas elon. Jadi beberapa bulan terakhir aku memutuskan open account for public, karna, ya biar kalo komen bisa kebaca sama yang ngtwit haha.
Terus, ada lah, mutual ku, yang tanpa sengaja ku pantau pun, kelihatan interaksinya seperti apa ke akun lain.
Dalam beberapa kali, pernah ku lihat beliau bilang, "lebih rajin beribadah sekarang, lebih seneng solat berjamaah, udah gak ngejar dunia, ina inu". Pribadi yang "seems soleh". Tapi kemudian, ada juga beberapa kali, ku lihat reply-an beliau di akun mba-mba yang hobi posting sekseh, ya gak se-syur itu, minimal tanktop-an lah, yang pas lewat di temlen ku lyke, "Woy, mending lu akhiri pencitraan lu".
Ya gak ada yang salah, dengan reply-reply makhluk cantik memperlihatkan leher kebawah, tidak melanggar hak asasi manusia, tapi minimal, gak usah mencerminkan se-beragama beriman itu. Ya biasa aja, seperti mas-mas pada umum nya, medioker iman dan islam nya. W liatnya malah gedeg sendiri.
13 Juli 2024
21 notes
·
View notes
Text
Yaa Allah,
Hari ini aku ikut Tes CPNS 2024 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tak berharap banyak karna yang mendaftar ada sekitar 5000 Hamba-Mu, mungkin sama denganku perasaan nya.
"Yaa Allah, Jika ini jalannya maka tuntun aku untuk meraihnya"
Jika itu blm menjadi hakku Yaa Allah, tunjukkan aku pada jalan yang lain.
"Karna ada keluarga yang ingin aku angkat derajatnya"
Lampung-(21/10/2024)
3 notes
·
View notes
Text
Catatan Kemenangan : Cinta dan Kacaunya Dunia Kita
Hari ini adalah hari bahagia, setidaknya bagi beberapa kawan saya yang telah menyempurnakan separuh agamanya. Barakallahulaka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir. Semoga Allah mudahkan jalannya. Aamiin.
Akan tetapi, ada satu hal penting yang perlu saya utarakan dan perlu menjadi perhatian bersama.
Ini tentang bagaimana makna pernikahan yang suci itu oleh musuh-musuh Islam seakan-akan dibuat menjadi hal yang menakutkan, perlu dilawan, bahkan dijadikan alasan untuk membenarkan maksiat.
Yang pertama, media sosial kita dipenuhi oleh kampanye yang mendegradasi makna pernikahan seperti LGBTQ+. Mereka-mereka ini menantang moralitas dan mencari pembenaran atas maksiat yang dilakukan. Dari propaganda langsung dan tidak langsung, banyak orang mulai terbiasa dengan istilah mereka dan tak jarang membela dengan dalih hak asasi manusia.
Terlebih juga, ada gerakan-gerakan yang mengatasnamakan perjuangan perempuan yang sangat masif mengkampanyekan narasi merusak pernikahan seperti childfree, kebebasan keluarga, dan juga zina. Masalahnya, banyak juga Muslimah yang secara sadar atau tidak sadar ikut mengkampanyekan itu!
Kedua, di medsos banyak bertebaran aib-aib keluarga yang mudah menjadi konsumsi umum. Perceraian, perselingkuhan, aib suami-istri, dan bahkan rumah tangga ulama sekalipun.
Akibatnya isu-isu tersebut menjadi gorengan oleh pejuang kepalsuan itu untuk menjadi pembenaran, yang sebenarnya kita tidak tahu duduk perkara masalahnya. Ini bahaya.
Di sisi lain, awam sangat rentan terbawa arus sampai-sampai menjadikan makna pernikahan terlihat menakutkan. Dari satu kasus ke kasus, validasi, sampai menjadi perbincangan umum yang muaranya agama menjadi kambing hitam.
Benar, kita itu manusia yang tak luput dari khilaf, pun juga keluarga yang memiliki segudang masalah. Tapi sekali lagi, kita hanya manusia, justru kalau tak memiliki masalah, bukankah itu menjadi masalah juga?
Kita sebagai makhluk yang beriman, perlu menyadari bahwa semua itu sudah diatur, bahkan dari hal yang paling kecil sekalipun, termasuk pernikahan. Di mulai dari mempersiapkanya, merawatnya, dan apa-apa yang menjadi batasanya.
Dengan kondisi seperti itu, tugas kita adalah belajar, mencari ilmu atas segala hal yang tidak kita ketahui. Carilah guru yang mampu membimbing dalam proses tersebut, terkhusus pernikahan.
Selanjutnya, untuk mengurangi prasangka dengan sesasama manusia, batasilahh dirimu dengan hal-hal yang tak perlu kamu ketahui, terkhusus masalah keluarga orang lain.
Jagalah lisan, pendengaran, dan perbuatan agar kelak keluarga kita menjadi terbiasa dan terjaga pula. Ingatlah medsos begitu mudah membuka aib-aib manusia, jangan menjadi bensin atas api yang terbakar.
Di tengah zaman yang penuh fitnah ini, pentingnya untuk menjadikan agama sebagai pedoman dalam kehidupan. Semoga kita menjadi manusia yang senantiasa terjaga dan senantiasa berusaha menjadi lebih baik lagi.
Setelah ini, berdoalah lebih lama, agar kebaikan selalu menyertai kita, diberikan umur yang panjang, dilanggengkan pernikahan kita kelak, dan yang pasti tetap istiqomah di jalanNya. Aamiin.
Jebres, 12 Syawal 1445 H.
#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#harikemenangan#dakwahkampus#dakwahislam
12 notes
·
View notes
Text
Warga Resah, Kantor Kemenkumham Banten Buang Puing ke Aliran Sungai Cibanten
SERANG – Warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota Serang mengeluhkan puing bangunan dan tanah bekas pembangunan sarana olahraga milik Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Banten yang dibuang ke aliran Sungai Cibanten. Puing bangunan yang dibuang ke aliran Sungai Cibanten berupa puing bangunan dan tanah galian. Warga mengeluhkan hal tersebut karena…
View On WordPress
#banten#Buang puing ke sungai#Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia#Kanwil kemenkumHAM#Kanwil Kemenkumham Banten#Sungai Cibanten
0 notes
Text
KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM BERSOSIAL MEDIA
Kebebasan berpendapat di sosial media adalah topik yang sangat relevan dalam era digital modern. Dengan kemajuan teknologi, media sosial telah menjadi platform yang sangat luas untuk berkomunikasi, berdebat, dan berbagi pendapat. Namun, kebebasan ini juga menimbulkan tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan perlindungan hak-hak asasi manusia lainnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi aspek-aspek penting dari kebebasan berpendapat di sosial media, termasuk pentingnya, tantangan, dan cara-cara untuk menjaga keseimbangan ini.
PENTINGNYA KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MEDIA SOSIAL
Kebebasan berpendapat di sosial media sangat penting karena beberapa alasan:
Pemenuhan Hak Asasi Manusia: Kebebasan berpendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi dan hukum internasional. Media sosial memberikan platform yang luas untuk mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam diskusi publik.
Pengembangan Kebudayaan: Kebebasan berpendapat di sosial media memungkinkan berbagai pendapat dan ide untuk dikomunikasikan, sehingga memperkaya kebudayaan dan mempromosikan toleransi.
Pengawasan Pemerintah: Kebebasan berpendapat di sosial media memungkinkan masyarakat untuk memantau dan mengevaluasi tindakan pemerintah, sehingga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
TANTANGAN KEBEBASAN BERPENDAPAT DI SOSIAL MEDIA
Meskipun kebebasan berpendapat di sosial media sangat penting, namun juga menimbulkan beberapa tantangan:
Penggunaan yang Tidak Tepat: Beberapa pengguna media sosial menggunakan platform ini untuk menghina, menyerang, atau memanipulasi informasi, yang dapat merusak kebebasan berpendapat orang lain.
Pembatasan Hukum: Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia, misalnya, telah digunakan untuk membatasi kebebasan berpendapat di media sosial, terutama dalam konteks yang melanggar kesusilaan atau mengancam keamanan.
Fenomena Hoax dan Hate Speech: Media sosial juga sering digunakan untuk menyebarluaskan informasi palsu (hoax) dan ucapan kebencian (hate speech), yang dapat merusak kepercayaan publik dan memperburuk hubungan antar kelompok.
CARA MENJAGA KESEIMBANGAN BERPENDAPAT DALAM BERSOSIAL MEDIA
Untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berpendapat dan perlindungan hak-hak asasi manusia lainnya, beberapa langkah dapat diambil:
Penggunaan Teknologi Keamanan: Perusahaan media sosial dapat meningkatkan teknologi keamanan untuk mendeteksi dan menghilangkan konten yang melanggar hukum atau etika.
Kebijakan Privasi yang Jelas: Perusahaan media sosial harus memiliki kebijakan privasi yang jelas dan transparan, sehingga pengguna dapat memahami bagaimana data mereka digunakan dan dilindungi.
Pendidikan dan Edukasi: Masyarakat perlu dilatih untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan menghargai kebebasan berpendapat orang lain.
Kerjasama dengan Pemerintah: Perusahaan media sosial dan pemerintah harus bekerja sama untuk menetapkan standar yang jelas tentang apa yang dianggap melanggar hukum atau etika, serta memberikan sanksi yang adil terhadap pelanggar.
Kebebasan berpendapat di sosial media adalah hak yang sangat penting dalam era digital modern. Namun, untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan ini dan perlindungan hak-hak asasi manusia lainnya, perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat. Dengan teknologi keamanan yang canggih, kebijakan privasi yang transparan, pendidikan yang efektif, dan kerjasama yang baik antara perusahaan media sosial dan pemerintah, kita dapat memastikan bahwa kebebasan berpendapat di sosial media tetap menjadi alat yang positif untuk memperkaya kebudayaan dan mempromosikan demokrasi.
4 notes
·
View notes
Text
Marauders Vocabulary in Dangme
witch - hialɔ
wizard - akpasotsɛ
witchcraft - aze
sorcerer - nyalɔ
to curse - gbiɛ
divination - aba
to bewitch - kpɔ
wolf - ogbetee
dog - gbe
rat - jesi
deer - adowa
moon - baakue
star - dodoe
sun - mani
troublesome person - hootsɛ
rascal - patapaatsɛ
secretly - kusii
train - keteke
ticket - tikiti
broom - bɛ
game - de
to fly - kliki
owl - patu
dragon - dragu
ghost - mumu
giant - ekle
dwarf - abɔdɔ
fairy - fofie
dark mark - gbeda pɔtoo
evil - yayami
Dark Lord - Lumɔ Pɔtoo
boyfriend - jɔle
friend - huɛ
to love - suɔ
betrayal - subue
lion - jata
badger -
snake - asasi
crow - kpa
green - baamumu
red - etsu
yellow - kungɔ zɔ
black - eyimu
gold - sika tsu
silver - sika hiɔ
bronze -
story - sane
book - womi
to write - ngma
to read - kane
mother - yayo
father - tsɛ
child - bi
uncle - tsɛko
cousin - senɔ
orphan - ahusa
school - sukuu
teacer - tsɔɔlɔ
to study - kase
student - kaseli
dark mark - gbeda pɔtoo
evil - yayami
Dark Lord - Lumɔ Pɔtoo
prophecy - gba
destiny - sɛsɛɛ
to kill - gbe
dead - gbo
death - gbenɔ
#marauders#marauders african au#african school of magic#harry potter#languages#language learnign#langblr#langlr#dangme#language learning#african languages#gadangme#african language#rare languages#west african language
2 notes
·
View notes
Text
Kita yang Mudah Lupa
Memori manusia terdiri dari banyak macam hal yang menghinggapinya dan bermuara di sana sebagai ingatan yang membawakan perasaan senang maupun getir, tak jarang juga manusia kehilangan lebih banyak hal dalam ingatannya atau memang manusia itu berusaha sekeras mungkin melupakannya. Menurut Gulo (1980) dan Reber (1988), lupa merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang tidak lagi dapat mengenal dan memahami suatu hal yang pernah dipelajari atau dialami sebelumnya.
Sedangkan Zen RS mengatakan, "Lupa merupakan sahabat karib impunitas. Dengan lupa, praktik impunitas menjadi semakin mudah dijalankan", Zen sedang menerangkan kepada kita bahwa impunitas senantiasa menuntun ke sebuah bencana di mana tak akan ada lagi keadilan bagi para penyintas kejahatan negara yang makin hari makin banyak korban terus mengalaminya.
Jika kita membuka sedikit ingatan dalam impunitas yang diberikan kepada pembunuh Munir, pembunuhnya masih tetap bersembunyi di balik sebuah kabut yang dilindungi para gegeden. Sedangkan sampai hari ini keluarga Munir masih menuntut keadilan bagi suami, bapak, teman, pahlawan yang berjasa telah diracun oleh arsenik berdosis tinggi. Jikalau memang ada proses keadilan untuk para pelaku, itu bukan sebuah keadilan yang benar, keadilan itu dilaksanakan oleh negara hanya sebatas meredam tekanan dan protes dari massa. Mungkin juga kita sudah lupa pada impunitas yang terjadi pada 135+ jiwa yang dibunuh oleh polisi saat perisitwa Kanjuruhan, tapi tak ada keadilan pada keluarga korban, justru Stadion Kanjuruhan ikut dibongkar demi menghapus TKP yang menyeret institusi bobrok itu.
Adapula kita bisa melompat jauh di mana rezim Orde Baru masih berkuasa, seorang mahasiwa Institut Teknologi Bandung tewas oleh pihak kepolisian pada 6 Oktober 1970. Peristiwa nahas itu dialami oleh Rene Louis Conraad, mahasiwa teknik elektro ITB yang sebelumnya menghadiri pertadingan sepak bola antara mahasiswa ITB dengan pihak kepolisian, kondisi yang panas membuat pertandingan itu dihentikan. Selang tak beberapa lama setelah pembubaran, dua orang mahasiswa mengendarai satu motor berpapasan rombongan pihak kepolisian. Terjadilah kembali ketegangan, hingga akhirnya kekejian para pelaku memukuli terlebih dahulu korban hingga tak sadarkan diri, setelah itu korban ditembak mati dan matanya dilemparkan. Kejadian itu bisa dianggap titik mula renggangnya hubungan para mahasiswa dengan aparat bersenjata serta penunutan agar dihapusnya dwifungsi ABRI.
Bertahun setelahnya ada juga peristiwa Malari (1974), Tanjung Priok (1984), Talangsari (1989), Santa Cruz (1991) hingga deretan peristiwa ketika tahun-tahun menjelang runtuhnya Orde Baru. Kenapa seolah negara membiarkan ini terus terjadi? Mungkin dari banyaknya kejadian itu pula saya tidak mengalami atau menyaksikan, bahwa dengan ingatan seseoranglah untuk mendokumentasikannya, saya bisa menyampaikan kembali pesan ini.
Berapa banyak juga masyarakat yang mengalami represif karena mempertahankan tanahnya dari gusuran proyek negara yang impulsif? Tak hanya masyarakat adat saja yang dianggap tanah hidupnya dianggap sebagai tanah kosong untuk dijadikan sebuah proyek oleh negara atau sekedar perusakan alam atas dasar tambang-tambang, tapi masyarakat kota juga mengalami hal yang sama dengan stigma "perkampungan kumuh". Beberapanya itu yang bisa sampaikan ada Halmahera, Rempang, Kabupaten Merauke, Mandalika, Dago Elos, Tamansari, Pakel, Wadas, dan masih banyak lagi konflik tanah yang dilakukan oleh setan tanah di negara ini. Konflik Tanah ini harus menjadi perhatian kita, siapapun yang belum mengalaminya harus bersimpati kepada kawan-kawan yang sedang dan terus berjuang. Bahwa, hak atas tanah adalah Hak Asasi Manusia yang mendasar. Mungkin kita juga lupa bahwa lumpur Lapindo terjadi di bawah kekuasaan seorang mantan presiden yang bulan ini (September, 2024) berpesta pora di sebuah festival musik.
Kemudian bulan september ini telah mencapai pertengahan, bagi yang luput atau tidak tahu sebelumnya, ada istilah yang menarik ketika bulan september itu tiba menjumpai kita yaitu "September Hitam". September Hitam sendiri mempunyai arti kita memasuki kembali sebuah lorong ingatan terhadap banyaknya kejadian yang tercatat ataupun tidak, mengenai kekerasan negara terhadap rakyatnya di sepanjang bulan september dalam rentang waktu yang panjang. Mengapa masih ada segelintir orang yang tetap percaya dan menghadiri kegiatan-kegiatan September Hitam? Dari pertanyaan itu menggiring saya untuk mengahadiri langsung kegiatan "Black September" di IFI Bandung 14 September lalu.
Dalam kegiatan itu saya hanya mengikuti Hearing Session dari Remake album Homicide yang berumur 20 tahun, yang tak direncanakan sebelumnya adalah itu bertepatan dengan dibunuhnya Munir Said Thalib pada 2004. Mendengarkan kembali album yang melegenda sembari ditampilkan visual bagaimana dari tahun 1998 sejak reformasi kekerasan negara hinnga ditutupnya daftar itu ketika Munir dibunuh. Entah kenapa rasanya malam itu seperti diriku hanyut dibawa oleh lantunan suara Herry Sutersna aka Morgue Vanguard serta melihat banyaknya peristiwa kelam dalam daftar, air mata pun tak sanggup menahan. Pedih, getir, takut, memposisikan bahwa esok atau lusa, saya bisa saja mengalami hal itu.
Ingatan-ingatan itu harus dirawat secara individu maupun kolektif. Menurut Schuman dan Schott (1989), mengikuti Karl Manheim, bahwa memori atau ingatan selalu terkait dengan peroses pencetakan generasi; perihal apa yang telah dialami oleh individu di awal masa mereka dewasa. Namun, ini bukan satu-satunya model memori yang muncul. Sama seperti Karl Marx mengenai kesadara kelas yang terpisah dari setiap pekerja, begitu juga ingatan kolektif merupakan suatu yang terpisah dari kepercayaan setiap warga negaranya. Sebab kenangan selalu melekat dan bisa mengejawatahkannya sebagai bentuk kolektivitas. Ingatan kolektif tentu saja menjadi nilai lebih untuk merawat jaman yang lebih baik menuju kebenaran sejarah.
Bagaimanapun hari ini saya hanya membahasakan keresahan yang menumpuk di dada, setelah sekian lama tak menulis akhirnya kembali menulis. Kepada ingatan kita yang mudah lupa, maka dari itu juga saya mencoba mendokumentasikannya lewat bahasa yang abadi. Mari mengorganisir keputusasaan menjadi sebuah nyawa yang tak pernah padam. Merawat ingatan juga tak selalu tertulis rapih dalam kertas yang dibukukan, terkadang sejarah tersimpan dalam dendam dan darah pada jiwa-jiwa yang pernah berurusan dengan para tiran yang bajingan. Dan upaya-upaya ini untuk mangamputasi impunitas yang telah mendarah daging.
Saya pinjam kalimat Zen RS untuk penutup, "Sebab lupa tak bisa membebaskan kita". Mari menolak Lupa.
Bandung, 21 September 2024.
2 notes
·
View notes
Text
Perempuan Sebagai Makhluk Transenden
Transenden berarti sesuatu yang jauh “melampaui” yang merupakan aktivitas ruhani atau mental yang bergerak meninggalkan alam faktual dan konkret menuju dan melampaui hingga di luarnya. Aktivitas ruhani atau mental ini sesuatu yang khas manusia dan selalu dilakukannya baik sengaja maupun tidak. Seumpama seorang yang sejak lahir terjajah dan mengalami atribut-atribut keterjajahan berupa keterbatasan-keterbatasan, ada kemungkinan dia bergerak secara ruhani atau mental meninggalkan keterjajahannya dan menyusun upaya-upaya kemerdekaan.
Upaya manusia untuk keluar dari keterjajahan sebagaimana disebutkan di atas terjadi karena manusia mampu mentransendensikan dirinya melampaui alam faktual dan konkretnya. Contoh lain adalah upaya manusia untuk memahami asal segala sesuatu dan mempertanyakannya. Apa asal segala hal yang tampak? Apakah asalnya adalah satu atau banyak? Bagaimana asal itu berubah menjadi segala yang tampak saat ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah upaya manusia untuk melampaui dirinya kepada bukan dirinya yang diyakininya sebagai asalnya. Seumpama jawabannya adalah bahwa asal segala sesuatu adalah air, sebagaimana dikatakan oleh Thales, maka air bukanlah diri segala sesuatu dan bukan diri manusia itu sendiri. Pencarian jawaban seperti itu mampu dilakukan oleh manusia kerena memang manusia mampu bertransendensi.
Lalu ada pertanyaan: Apakah asal segala sesuatu material atau non-material? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang agak berbeda yaitu: Apakah asalnya material atau non-material? Pertanyaan ini menimbulkan dugaan bahwa ada sesuatu yang non-material yang menjadi asal segala sesuatu. Plato adalah termasuk orang yang mengatakan bahwa non-material yang menjadi asal segala sesuatu
Jawaban bahwa asal segala sesuatu adalah air menandakan bahwa asal segala sesuatu adalah material. Adapun jawaban bahwa asal segala sesuatu adalah non-material adalah merupakan pembeda arah berbeda dari jawaban yang sudah pernah ada karena sebelumnya, secara umum dipahami bahwa asali segala sesuatu adalah material. Pandangan yang material disebut naturalis. Adapun pandangan yang tidak material disebut idealis. Pandangan naturalis menjadi landasan dari golongan ilmu-ilmu alam. Pandangan idealis menjadi landasan dari ilmu-ilmu metafisika, termasuk filsafat dan agama.
Naturalis dan idealis belakangan didamaikan dengan cara menempatkan keduanya pada tempatnya sendiri-sendiri. Naturalis nantinya akan menjadi asal mula bagi perkembangan pesat ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Naturalis tidak terlalu jauh meninggalkan alam faktual dan konkret dan bahkan tergantung padanya. Adapun yang idealis melanjutkan proyek transendensi manusia melampaui alam faktual dan konkret, melampaui kenyataan, melampaui kemampuan fisik manusia, hingga membahas tentang Ketuhanan, kebebasan, hak-hak asasi, manusia sempurna, keabadian, tujuan hidup, kebahagiaan, dan seterusnya.
Kebebasan disebut proyek transendensi manusia karena secara natural, faktual, dan konkret, manusia tidak bisa dianggap bebas. Ruang dan waktu membatasi manusia beserta tubuhnya. Ke manapun manusia pergi, ruang membatasi geraknya. Waktu juga membatasi manusia. Tubuh manusia semakin lama semakin renta dan melemah dimakan waktu dan membuatnya semakin tidak bebas menjelajahi ruang dan waktu. Antara manusia dengan kebebasan adalah dua hal yang tidak pernah menyatu. Salah satu arti kata transenden adalah “tidak dapat dihubungkan”. Manusia dan kebebasan tidak dapat dihubungkan. Karenanya, keduanya disebut saling transenden.
Kebebasan berhubungan dengan keabadian dalam hal kuasa ruang dan waktu. Keabadian juga tidak dapat dihubungkan dengan manusia karena lumpuhnya manusia di hadapan ruang dan waktu. Hingga Ketuhanan pun tidak dapat dihubungkan dengan manusia karena Tuhan penuh kemahaan dan manusia penuh kekurangan. Saat logika hendak membuktikan adanya Tuhan, maka salah satu yang diajukan adalah kehadiran alam semesta yang dianggap bukti adanya Tuhan karena tidak mungkin alam semesta ada jika tidak ada yang mengadakannya. Itulah Tuhan. Tapi mengapa kecurigaan logis yang sama tidak diajukan kepada Tuhan bahwa jika Tuhan ada pasti ada pula yang mengadakan-Nya? Itulah salah satu contoh keterputusan hubungan tersebut.
Meski dalam keterbatasannya manusia transenden dari keabadian, kebebasan, kesempurnaan, dan sebagainya, manusia tidak pernah diam dan tidak pernah menyerah begitu saja terhadap kondisi seperti itu. Manusia memiliki kesadaran yang membuatnya selalu hendak meninggalkan keterbatasannya. Kesadaran tersebut membuat manusia mampu mengobjektivikasi selain dirinya dan bahkan mampu mengobjektivikasi dirinya sendiri.
Diri yang penuh keterbatasan itu adalah diri yang penuh kekurangan. Ibarat sebutir kelereng dalam sebuah wadah kekurangan kelereng adalah kekurangan kapasitas dirinya yang tidak memenuhi wadah dengan tubuhnya. Namun karena tubuh kelereng yang tidak memenuhi wadah itulah yang menjadi syarat kebebasannya untuk bergerak ke mana-mana di dalam wadah tersebut. Setiap pergerakan yang dilakukan oleh kelereng tersebut adalah upaya untuk meninggalkan dirinya dan bertrensendensi dan meninggalkan dirinya menuju yang bukan dirinya. Karena itulah, sang kelereng terus-menerus bergerak meninggalkan dirinya sehingga dirinya senantiasa berada dalam keadaan bukan dirinya.
#Tuhan#perempuan#kelereng#transenden#transendensi#manusia#objektivikasi#subjektivikasi#Plato#Thales#material#nonmaterial#natural#ideal#keabadian#kebebasan#Ketuhanan
4 notes
·
View notes