#catatankemenangan
Explore tagged Tumblr posts
Text
No Other Land
Gimana 10 hari terakhirnya? Sudah khatam berapa kali? Nyaman tidak iktikafnya? Karpet masjidnya enak kan buat tidur.
Oh iya, sudah ada rencana mudik? Hati-hati di jalan ya!
Apapun kondisi kita hari ini, semoga ramadhan tahun ini tidak sia-sia dan kita sama-sama mendapatkan malam lailatul qadar. Aamiin.
Pernahkah terpikir bahwa esok hari kita mungkin tak lagi bisa beriktikaf di masjid? Atau bahkan, kita tak tahu apakah masih bisa mudik?
Jika masih membayangkan, ketahuilah bahwa saudara kita di Palestina sudah mengalaminya. Mereka tak merasakan kenyamanan Ramadhan seperti kita.
Dari sini, kita harus bersyukur dan jangan lupa untuk mendoakan mereka!
***
Semalam bersama kawan-kawan UNSSJP dan TJ Production, kami mengadakan nobar Film "No Other Land" yang kemarin menang di Piala Oscar dengan Kategori Best Documentary.
Film ini disutradarai Oleh Basel Adra (Aktivis Palestina), Hamdan Balal, Yuval (Jurnalis Israel) dan Rachel Schor.
Berlatar tempat di Masafer Yatta, Hebron, Tepi Barat Palestina, film ini mendokumentasikan tentang penggusuran dan pengambilan lahan dari zionis laknatullah atas warga asli Palestina.
Basel adalah tokoh sentral di film ini yang memang dari kecil banyak mendokumentasikan penggusuran di kampung halamanya. Sedangkan Yuval adalah jurnalis israel yang membantu menyebarkan informasi melalui media massa dan peduli dengan kemanusiaan.
Satu kalimat dari Basel yang menarik, "Aku mulai merekam saat hidup kami mulai berakhir"
Berkenaan dengan film ini, agaknya kita perlu melihat secara obyektif dengan membedakan antara, Yahudi, Israel, dan Zionisme. Meskipun ada Yuval yang notabene orang israel, belum tentu ia mendukung ide-ide zionis.
Pun hari ini saat tulisan ini dibuat, warga israel sendiri sedang mendemo setanyahu untuk turun dan mengakhiri perang. Kita tidak bisa memukul rata meskipun harus tetap waspada
Di Buku "Yang Kamu Belum Tahu Soal Palestina" karya Mas Shofwan Al-Banna juga menekankan untuk kita fokus memberikan tekanan kepada entitas zionis dan tetap berpikir objektif.
Film No Other Land ini adalah gambaran nyata dari praktek Setller Colonialism atau Kolonialisme Pendudukan. Singkatnya praktek ini bertujuan menduduki wilayah untuk secara permanen menggantikan masyarakat yang ada dengan masyarakat penjajah.
Dalam bukunya, Mas Shofwan menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari penjajahan biadab sejak berdirinya Israel, dimulai dengan teror, pengusiran, pembantaian, hingga genosida yang terjadi hari ini.
Apa yang dilakukan monyet-monyet itu mungkin tidak akan pernah terbayang untuk dilakukan oleh manusia. Dan mengapa mereka bisa tahan malu? karena dulu dan sekarang mereka selalu di didukung oleh imperialisme, dari Inggris hingga Amerika Serikat. Istilah dari Mas Shofwan adalah Anak tiri manja Imperialisme!
Di Film ini mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, mengapa di beberapa scene seperti terkesan tidak Islami dari menghirup Sisa (semacam rokok arab) atau ada beberapa fasilitas seperti TV, pom bensin, atau kafe yang nyaman. Apakah ini proyek hasbara?

Soal islami atau tidak, kita harus menyadari bahwa masyarakat Palestina itu memang memiliki karakter yang beragam, baik di Tepi Barat dan Gaza. Ada yang Nasionalis, komunis, islamis, dsb.
Namun alih-alih fokus ke Islamis atau tidak, lebih baik untuk mempelajari semangat mereka dalam mewakafkan harta, jiwa dan raga untuk pembebasan Palestina dan Baitul Maqdis.
Seperti Basel yang ternyata juga kuliah di bagian teknik konstruksi, di lain waktu ia harus mencari kerja serabutan di Beer Sheva. Pun juga para laki-laki lainya di Palestina yang melakukan hal serupa.
Terkait fasilitas yang terlihat dalam film, kita perlu memahami bahwa kondisi sosial yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat itu berbeda. Di buku Mas Shofwan juga dijelaskan tentang 2 matriks pendekatan penjajah, yaitu : Kendali dan Kematian.
Apa yang terjadi di Gaza ini adalah Matriks Kematian. Tujuan utamanya memang genosida karena ketidakmampuan mereka melawan para pejuang yang begitu gigih dalam melawan. Rumah sakit, kamp pengungsian di bom dengan brutal, bantuan kemanusiaan ditahan, dan penangkapan tenaga-tenaga medis. Mereka sudah putus asa dan tidak ada cara lain selain membunuh.
Sedangkan di Tepi Barat adalah Matriks Kendali. Penjajah menyadari bahwa mengatur 100% masyarakat adalah hal yang mustahil dan memerlukan biaya banyak. Maka dari itu perlu adanya pengendalian dengan menggunakan tangan lain, yaitu otoritas Palestina.
Penjajah dan Otoritas tarik ulur dalam mengelola masyarakat. Kadang dilonggarkan kadang dibuat tak nyaman. Dilonggarkan pun juga bukan berarti bebas, tetap ada batasan-batasan yang pada akhirnya juga membuat tak nyaman.
Hal ini terlihat di film ketika Basel bercerita mendapat upah murah, rumah yang dihancurkan tiba-tiba, danpenangkapan sewenang-wenang oleh polisi. Belum lagi pemukim ilegal yang menembaki warga Palestina dan dilindungi oleh aparat IDF. Terdengar familiar? hehe
Untuk memahami konteks lebih lanjut, kalian bisa menonton konten Bang Amar dan Bang Geri sewaktu di Tepi Barat.
***
Film No Other Land ini seakan-akan menyambut apa yang dikatakan oleh Juru Bicara Hamas, Abu Ubaidah, bahwa 7 Oktober adalah peluncuran operasi Badai Al-Aqsha, efek selanjutnya adalah badai kesadaran seluruh dunia tentang busuknya imperialisme gaya baru ala zionis, Amerika dan sekutunya.
Yang harus di lakukan saat ini adalah perkuat kembali akidah. Jadikan Ramadhan sebagai momentum penguat itu. Urusan Iran, Hizbullah, dan Houti Syiah adalah siyasah politik para pejuang. Kita harus berpegang teguh pada Ahlus Sunnah Wal Jamaah!
Selanjutnya, sebagai koalisi masyarakat sipil dunia, hal kecil yang berdampak besar adalah boikot. Ikuti arahan BDS yang lebih terukur. Jangan sampai hari kemenangan kita ternodai dengan produk-produk yang membunuh saudara kita.
Terakhir, bulan ramadhan adalah bentuk tarbiyah mencapai keshalehan pribadi. Namun jangan lupa dengan saudara yang ada di sekitar kita.
Jadikan bulan ini sebagai buff untuk meraih pahala dengan meraih keshalihan sosial. Kita mulai dari bersedekah, meramaikan masjid, mengajari baca Al-Quran beriringan beriringan dengan edukas tentang Palestina. Boleh jadi sebagain besar mereka belum memahami konflik yang terjadi atau bahkan masih banyak yang menganggap Baitul Maqdis ada di Gaza. Tugas kita harus terus mengedukasi.
Karena sekali lagi, pembebasan Baitul Maqdis tidak cukup dengan ghiroh semata. Semoga Allah istiqomahkan.
Surakarta, 26 Ramadhan 2025 Menuju Kemenangan Paletina
#menyambutkemenangan#abamenulis#mengerikan#seperempadabad#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin#menujukemenanganpalestina
2 notes
路
View notes
Text
Palestina Adalah Pendewasaan
Kalau senggang, coba deh nonton konten-konten IG Bang Amar dan Bang Geri di Tepi Barat atau Suriah. Dari situ, kita diperlihatkan realitas lebih dalam mengenai penderitaan yang terjadi. Bukan hanya soal gedung yang hancur, tapi juga tentang ekonomi yang terpuruk. Maka, ini sudah cukup menjadi alasan untuk kita berdonasi dan boikot.
Memang ada masanya, saat diri ini menganggap galang donasi tak terlalu efektif. Teriak-teriak di pinggir jalan, memutar kardus, mengganggu lalu lintas, dan lain sebagainya. Apa iya bisa dipercaya lembaganya? bisa nggak menjamin donasi sampai dengan segala penjagaan yang ketat. Umat butuh solusi paripurna. Pikirku.
Namun realitanya, donasi kita sekecil apapun itu sangatlah berarti di Bumi Syam. Dari menyambung hidup, memutar ekonomi, dan memberi mereka harapan.
Ada juga masanya, ketika memandang aksi Palestina itu hanyalah nafas pendek. Dari aksi, donasi, lalu lupa lagi, seperti tidak terjadi apa-apa. Fokus kembali hidup seperti biasanya. Padahal ya kita kan nggak tahu isi hati manusia. Di balik diamnya seseorang akan isu Palestina, siapa tahu ia membantu diam-diam, menyumbang dari hartanya yang sedikit itu.
Ada juga masanya, bahwa pembelaan Palestina itu harusnya pake cara "A", sedangan cara lain nggak efektif, buang-buang tenaga. Cara yang dilakukan "kelompok" ini lebih konstruktif. Yang lain cuman glorifikasi saja.
Tapi kalau pengen jujur, apa iya kemenangan itu hanya dicapai hanya satu kelompok?. Disisi lain zionis dengan jaringanya melakukan operasi yang sistematis baik ekonomi, media, dan sektor-sektor lainya. Juga para pejuang kita yang membentuk ruang operasi bersama di Gaza dan internasional terdiri dari beberapa faksi.
Memang semua ada masanya. Mungkin masing-masing dari kita pernah merasakanya. Ini adalah proses bertumbuh dan Palestina membuat kita dewasa. Yang terpenting, apa yang bisa kita lakukan setelah ini.
Kalau bisanya donasi nggak papa. Kalau bisanya share story, ya nggak papa. Kalau bisanya baca buku, ya nggak papa. Kalaupun memang belum paham isunya, ya nggak papa, kita belajar bareng. Kalaupun mau bela Palestina tapi nggak ada atribut Palestina sama sekali, ya nggak papa. Kalau bisanya hanya mendokan, ya nggak papa. Asalkan untuk Palestina, lakukan.
Palestina hari ini begitu banyak memberikan pelajaran. Tentang teguhnya sebuah iman, kuatnya persudaraan, dalamnya ketenangan, bahkan juga tentang kemunafikan, serta ingkarnya suatu kaum yang tertera di dalam Al-Quran. Kita belajar banyak. Mereka membangkitkan optimisme umat yang sedang tidur ini.
Alih-alih merasa "paling", yang harus kita lakukan saat ini adalah menyatukan kekuatan. Dengan apa yang bisa dilakukan tanpa perlu mengesampingkan peran lainya.
Mulai aja dulu. Semua ini tentang keberpihakan sekaligus proses yang akan mendewasakan.
Surakarta, 19 Ramadhan 1446 H. Ditulis saat monyet zionis melanggar gencatan senjata
***
Donasi Palestina berapapun melalui Rumah Zakat. Bisa DM atau bilang MAU di kolom komentar.


#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin#Palestina
23 notes
路
View notes
Text
Suriah-Palestina : Simpul Jihad Mulia
Beberapa hari ini, setidaknya Suriah sedang menghadapi tantangan pasca revolusi desember lalu. Melalui kanal media Official Andalus, sekelompok milisi Hizbullah menyergap dan mengeksekusi tiga anggota Tentara Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon dekat Bendungan Zayta, sebelah barat Homs. Pemerintah pun tidak tinggal diam, artileri berat dan rudal segera diluncurkan untuk membela kehormatan. Meski Hizbullah terlihat membantu Palestina, namun pembunuhan mereka terhadap rakyat Suriah tidak bisa dilupakan begitu saja.
Selain itu, pemerintah Suriah baru saja mengesahkan Konstitusi baru yang inklusif di masa transisi ini. Meskipun sudah berdamai dengan SDF (etnis kurdi) dan Kelompok Agama Druze, penolakan masih tetap ada beriringan dengan cawe-cawe Amerika dan entitas zionis yang berupaya untuk memecah belah persatuan pasca revolusi.
PR Suriah masih banyak, terkhusus jalan panjang menuju pembebasan Baitul Maqdis. Namun, tahukah engkau bahwa dua negeri ini terikat dalam simpul perjuangan yang sama? Bahwa ada kisah seorang guru ngaji sederhana namun ilmunya menjadi lentera, membakar semangat perlawanan hingga membuka topeng kelemahan penjajah hari ini.
Singkat cerita, ada seorang pemuda yang lulusan Al-Azhar ini kembali ke kampung halamnya, di Suriah. Saat itu, negaranya sedang di jajah oleh Perancis. Ia resah melihat semua ini, di saat bangsanya sedang terpuruk, ada beberapa ulama yang justru malah menjual diri kepada mereka. Maka saat itu perlawanan di mulai.
Dari siang hari, mengajarkan membaca dan menghafalkan Al-Quran kepada anak-anak. Lalu, di malam hari mengajarkan baca tulis kepada orang-orang dewasa. Dari dua hal ini, menjadi pondasi penting dalam mempersiapakan revolusi, melawan kezaliman!
Dari sini bibit-bibit mujahidin mulai bermunculan. Kosakata jihad, perlawanan menjadi hal yang biasa. Ia menjual rumahnya untuk membeli senjata api, bergerilya, dan memberikan perlawanan. Sampai suatu hari, serangan balik dari penjajah sangat memukul para mujahidin, dan tokoh ini melarikan diri, dengan izin-Nya yang menjadi tempat pelarian adalah Palestina.
Di Palestina, dengan kondisi yang tak jauh beda dengan penjajahan Inggris, ia memunculkan kembali bibit-bibit perlawanan, dari mengajar ngaji, baca tulis, serta meniupkan kosa kata jihad agar kehormatan Baitul Maqdis tidak terinjak-injak, dan umat muslim bisa lebih tenang dalam menjalankan amal ibadahnya.
Dibuatlah satu brigade jihad, yang syaratnya mahir berbahasa Arab, hafidz 30 juz, ada di saf pertama shalat subuh, puasa sunnah, dan amalan lain. Brigade ini yang nantinya akan menjadi momok menakutkan bagi Inggris dan kaum yahudi.
Sampai dalam satu pertempuran, ia syahid dengan puluhan tembakan. Dan dari peristiwa ini, pecahlah revolusi besar dari penjuru Palestina, yang membuat nama beliau begitu harum terkenal, bahkan hingga saat ini, nama itu begitu menakutkan bagi penjajah zionis.
Nama yang di pagi hari hanya guru Al-Quran, namun di malam hari ia adalah seorang panglima besar, menyalakan api jihad dari Suriah ke Palestina, yang namanya diambil menjadi Pasukan Elit Hamas, Brigade Izzudin Al-Qassam!
Surakarta, 16 Ramadhan 1446 H
#menyambutkemenangan#seperempadabad#abamenulis#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba
22 notes
路
View notes
Text
Terimakasih
Kata-kata terakhirnya, saya mengucapkan terimakasih atas bantuannya.

Sekali lagi, kammi bukan punya saya aja yaa, tapi orang yang ada di dalamnya; para bph, kader, komsat dan semuanya, (meskipun paling keliatan kammi wkwk) tapi percayalah, setiap manusia tidak bisa berjalan sendiri. Begitulah jalan dakwah.
Kedua, mohon maaf sebesar-besarnya kalau ada salah kata, sok tau, menggurui, atau mungkin nyuruh-nyuruh kerjaanya, minta uang. Mohon dimaafkan ya. Memang setiap kepemimpinan tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi setiap kepemimpinan itu pasti dipertangungjawabkan. Mohon keikhlasan agar dimudahkan hisab kelak.
***
Di buku kenang2anya ada penggalan doa Rabithoh.
Kalau kata Ust. Kasori pas bukber YNH kemarin, doa Rabithoh yang selalu dilantukan oleh aktivis dakwah merupakan bukti kuasa Allah, bahwa orang-orang itu tidak sekadar berkumpul, tapi disatukan oleh ruh dan niat baik.
Dan, dengan doa ini, setiap kita yang bukan saudara kandung, dengan kekurangan masing-masing, dipersatukan lingkaran kebaikan adalah rahmat yang tak ternilai harganya.
Jadi kalau kufur, harus banyak bersyukur.
Gabung lembaga dakwah bukan jaminan jadi manusia terbaik, tapi seminimalnya Allah jaga agar tetap di jalan kebaikan.
Sampai bertemu di jalan kebaikan lainya ygy.
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#monologpemimpin
22 notes
路
View notes
Text
Adam dan Hawa
Dari kisah cinta Adam dan Hawa, kita belajar, bahwa manusia memang tempatnya lalai.
Mereka berdua dihukum tidak seperti iblis yang membangkang. Mereka hanya lalai akan perintah Allah. Dan memang seperti itu kita hari ini.
Mereka diturunkan di muka bumi, kemudian bertobat dan Allah mengampuninya. Dan memang kenyataanya seperti itu. Allah Maha Pengampun bagi hamba-hambanya yang lalai.
Pun, dari kisah cinta mereka, tak serta merta diampuni tanpa ada ujian setelahnya. Adam diturunkan di area Sri Lanka sekitarnya, sedangkan Hawa di Jeddah. Seperti yang kita tahu, kisah cinta itu bertaut kembali di Jabal Rahmah.
Adam jaraknya lebih jauh, memang seperti itulah perjuangan seorang laki-laki. Qowwan.
Dan Hawa yang menunggu, hingga hadirnya ia menjadi pelipur lara dan juga ketenangan untuk adam. Sakina.
Seperti itulah kisah cinta mereka. Dan memang, sejak awal penciptaan manusia ditakdirkan saling berpasangan.
Meskipun memiliki kekurangan, sama-sama lalai akan perintah Allah, namun satu sama lain hadir untuk saling melengkapi.
Adam dan Hawa. Kisah cinta dari surga ke surga.
Surakarta, 04 Maret 2025
Sedang memaknai kisah kesabaran cinta Adam dan Hawa
15 notes
路
View notes
Text
Jebakan Dalam Dakwah
Menuju penghujung hari, di batas kota sembari menyantap lezatnya durian, aku menemukan poin menarik dari diskusi bersama beberapa ikhwah tentang jebakan-jebakan di jalan dakwah.

Sebelum itu, kita perlu mengingat kembali tentang ruang lingkup aktivis dakwah berdasarkan aspek pemahaman dan amanah apa yang diemban.
Kurang lebih ada tiga : Basis Massa, Basis Penggerak, Basik pemikir/penentu kebijakan.
Setelah paham ruang lingkupnya, kita perlu mewaspadai tentang jebakan-jebakan yang akan hadir menyertainya.
1. Formalitas Berdakwah
Dakwah idealnya harus dibangun dengan pemahaman, pengalaman, serta paham akan medan.
Di buku "Gerakan Dakwah dan Kelas Muslim Menengah" tulisan Pak Eko Novianto menjelaskan bagaimana kultur aktivis dakwah di kelompok kelas menengah itu cenderung memiliki pola pribadi konsumtif.
Pola itu terbentuk biasanya dari latar belakang pengalaman, tempat pendidikan, dan faktor media sosial yang membentuk persepsi aktivis.
Karena diisi mayoritas oleh kelas menengah, barangkali beberapa kader kurang bisa melihat masalah secara mendalam atau bahkan kurang mengenal medan yang akibatnya gagap melihat masalah atau bahkan cenderung gumun.
Akhirnya respon yang diberikan dalam progam dakwah mungkin cenderung formalitas karena merasa sudah share poster kajian, glorifikasi di media sosial, atau mungkin di satu momen merasa lelah karena sibuk berdakwah.
Apakah berarti apa yang sudah dilakukan menjadi salah? Tidak sama sekali. Ini hanyalah fase dalam bertumbuh. Hal-hal seperti itu biasanya memang terjadi ketika masih menjadi basis massa, mudah terbawa arus, dan mungkin masih mencari alasan untuk tetap berada di jalan ini.
Namun, apabila berbicara sebagai penggerak dan pemikir dakwah, kita perlu banyak-banyak mencari ilmu, menambah pengalaman, dan mendalami medan dakwah kita. Karena sejatinya, masalah dakwah di pemuda ini bagaikan gunung es.
Apa yang kita lihat hanyalah permukaan, di dalamnya mungkin lebih mengerikan, bahkan di antara kader dakwah sekalipun.
2. Jebakan Massa
Mungkin hari ini kita menguasai lembaga kampus strategis atau rekrutmen yang melimpah, namun bisa jadi hanya jebakan jumlah saja.
Dari dua hal diatas, berapa banyak kader baru yang terekrut? bagaimana penjagaan kader yang sudah bergabung? Lebih banyak membina atau membinasakan? bagaimana kondisi syuronya? Masihkah menjaga ikhtilat? Berapa persen dari kader dalam menyambut seruan dakwah? Dan yang paling penting, masih takutkah untuk mendeklarasikan sebagai kader dakwah?
Pertanyaan di atas bukan ingin merasa lebih paham atau judgment. Bukan sama sekali. Hanya ingin merefleksikan bersama, bahwa apa yang nampak boleh jadi hanyalah jumlah bukan kualitas.
Maka sebagai kader pemikir dan penggerak, kita perlu paham akan masalah seminimalmya dengan helicopter view. Investasikan agenda-agenda dakwah bukan hanya strategi rekrutmen atau pemenangan, tapi juga bagaimana mengelola yang sudah ada dibarengi dengan ilmu. Bukan sekadar intuisi, hasrat pribadi, atau tahun lalu seperti apa tahun ini dilanjutkan saja.
***
Memang seperti inilah jalan dakwah. Bukan jalan mulus yang kita temui, melainkan jebakan-jebakan yang mungkin akan menggoyahkan hati.
Tapi beruntunglah, bahwa apa yang kita lakukan bukan dilihat dari hasil akhir, melainkan proses yang sudah dijalani. Sekali lagi, amanah tidak akan salah memilih pundak, ia membuat kita dewasa dan bertumbuh!
Wallahu a'lam bishawab.
Surakarta, 25 Februari 2025 Aba Rohmad Nurkholik. Penulis Buku Bukan Sekadar Amanah dan Bukan Sekadar Berdakwah


Beli di sini :
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
9 notes
路
View notes
Text
Memenangkan Diri
Hampir semua referensi psikologi yang ku baca, cara terbaik untuk melakukan perubahan adalah dimulai dari diri sendiri. Ya, betul, dari diri sendiri.
Terkadang, kita harus bertanya kepada hati, apa iya semua orang harus mengikuti mood kita? Apa iya semua orang bisa membaca isi hati dan pikiran kita?
Pertanyaan ini yang selalu kutanyakan agar bisa lebih adil dalam komunikasi apalagi memimpin organisasi.
Di satu waktu, kadang pertempuran ada di dalam diri. Tapi, seakan-akan orang lain itu yang salah dan tak mau mengerti apa yang kita rasakan. Mungkin saja kita capek, perlu rehat, atau cukup mengurangi scroll medsos yang too much information itu.
Selanjutnya, kita harus memenangkan diri. Mulai berdamai dengan ekspektasi, membuang pikiran-pikiran negatif, dan memahami bahwa dunia tidak berputar untuk kita saja.
Menang itu soal ketenangan, yang dimulai dari keteraturan, setidaknya dimulai dari pikiran kita sendiri.
Selasa, 25 Februari 2025
Sedang memenangkan diri dan dirinya
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#monologpemimpin
40 notes
路
View notes
Text
Dikti Dan Dakwah Kampus
Terpilihnya salah satu alumni KAMMI menjadi Menteri adalah kabar gembira untuk kita semua, terlebih posisi yang dipegang sangatlah strategis melihat dinamika 10 tahun kebelakang. Namun, alih-alih berharap kondisi akan berubah, agaknya kita perlu bersabar sedikit.
Hemat saya, ketika ada senior yang mendapati jabatan strategis, prioritas utamanya haruslah untuk kepentingan publik. Kita tahu sama tahu bagaimana kondisi kampus hari ini. Dari orientasi pendidikan tinggi, riset, tukin, dan gunung es lainya.
Tagar #IndonesiaGelap hari ini menunjukan betapa problem bangsa sangatlah kompleks. Mahasiswa tumpah ruah di jalan namun para dosen dan guru besar mayoritas belum terang-terangan menyatakan sikap karena iklim politik belakangan. Kampus harus diberi ruang independensi atas sikap dan orientasinya haruslah berpihak kepada rakyat, bukan dijadikan komoditas bisnis.
Untuk dakwah kampus, agaknya perlu ada evaluasi dalam pengelolaan wajihah yang kita kelola selama ini. Di level ormawa, jabatan strategis boleh jadi dipegang, namun apabila tidak diikuti profesionalitas lembaga, ya sama saja. Kita bisa lihat dari relasi siyasi-ilmi-daawi. lebih lanjut, kita lihat kondisi pekanan dari masing-masing lembaga.
Memang di satu sisi ada perbaikan namun hal-hal yang sifatnya asasi juga jangan ditinggalkan sepenuhnya. Kita belum berbicara jamal dan ikhtilat antar aktivis dakwah. Untuk memahami konteks lebih lanjut, bisa membaca buku "Revitalisasi Dakwah Kampus" tulisan Pak Arya Sandhiyuda dan "Menuju Kemenangan Dakwah Kampus" tulisan Pak Ahmad Atian.
Selanjutnya, cara pandang dalam mengelola dakwah kampus juga perlu dibangun dengan pola pikir inklusif. Kita harus memahami cara pengelolaan basis masa, basis penggerak, dan basis pemikir. Setelahnya, kita bisa memberi pelayanan dakwah yang kolaboratif dengan porsinya tersendiri dan dapat meminimalisir gesekan antar harokah dakwah. PR umat begitu banyak dan salah besar kalau menganggap gerakan kita sebagai satu-satunya juru selamat.
Tak lupa, dalam menjaga semangat berdakwah, kita harus berpegang teguh atas nilai-nilai yang dibangun bukan sepenuhnya pada faktor ketokohan. Sekali lagi, Palestina memberikan kita pelajaran penting soal ini. Dari kisah Khalid bin Walid yang tidak menjadi panglima penaklukan, tentang teguhnya Harakah Muqowwamah Islamiyah meski Para Pemimpinya Syahid, juga sebuah pesan dari Syaikh Ahmad Yassin yang mengingatkan kita kembali tentang amal jamai :
Sesungguhnya perkara Palestina bukan Terkait Palestina saja, karena Palestina bukan milik bangsa Palestina, tapi ia milik seluruh umut Islam Dunia. Bukan juga milik perorangan, seorang hakim atau generasi tertentu, akan tetapi ia milik seluruh generasi kaum Muslimin. Harapanku besar untuk ummat ini, harapanku besar pada saudara-saudara se-Muslim di seluruh Dunia, agar mereka mendukung dengan semangat dan do鈥檃 mereka, dengan dakwah mereka agar mereka mendukung kami dengan harta mereka, berita mereka agar dunia tahu bahwa kami bukan teroris dan tidak membangkang, akan tetapi hanya meminta hak, memperjuangkan kehormatan dan kemuliaan negeri kami.
Akhir kata, Tahniah untuk Prof. Brian Yuliarto, ST, M.Eng, Ph.D. Semoga mampu menginspirasi kami, Para Muslim Negarawan.
Surakarta, 20 Februari 2025 Aba Rohmad Nurkholik. Ketua PD KAMMI Solo Raya. Menuju Demisioner.
***
Saya nulis buku tentang pengalaman di dakwah Kampus.


Bukan Sekadar Amanah : Penguat dalam beramanah Bukan Sekadar Berdakwah : Best Practice Pengelolaan Dakwah
Bisa beli di sini :
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
14 notes
路
View notes
Text
Pesan Buya
Jika ditanya siapa penulis favoritku, tanpa ragu aku akan menyebut nama Buya Hamka.
Pertama kali mengenal Beliau dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sebuah film roman berdasar karya novel yang ditulis Beliau, bukan semata soal roman, namun berangkat dari kritik sosial terhadap adat Minangkabau.
Buya Hamka adalah patriot sejati. Seperti yang diceritakan dalam Buku "Ayah" tulisan Irfan Hamka, Beliau bergerilya dari satu tempat ke tempat lain, dari gelapnya malam, meninggalkan keluarganya untuk mengupayakan kemerdekaan Indonesia. Beliau yang mengobarkan semangat perlawanan, menjaga persatuan, dan tak lupa mengingatkan dalam ketakwaan.
Dari Novel-novel beliau, banyak sekali nasihat-nasihat yang mendalam. Sebut saja novel Di Bawah Lindungan Ka'bah, kisah seorang Hamid yang menggantungkan perasaanya kepada Allah dan wafat di tanah suci tersebut. Atau judul Merantau Ke Deli, sebuah kisah dinamika keluarga yang mengajarkan siklus kehidupan. Juga, Novel Angkatan Baru, berisikan pesan yang mendalam mengenai makna pendidikan, bahwa gelar bukan semata-mata hanya status sosial, tapi juga pembuktian.
Dari novel, aku juga cukup takjub dengan rihlah ilmiah beliau melalui buku di Tepi Sungai Dajlah. Buku ini menceritakan negeri Irak yang Indah, yang didalamnya banyak sekali pelajaran zaman meliputi bangkitnya sebuah peradaban, persoalan sosial, dan kisah para sahabat. Dari novel ini, aku punya mimpi, semoga suatu masa kelak bisa mentadabburi langsung peradaban Islam yang gemilang langsung di tempatnya.
Dan buku yang menginspirasi bagiku, di dalamnya ada satu kalimat sederhana, namun maknanya begitu dalam, seakan beliau berbicara langsung di depanku, tahu akan semua masalahku, dan kalimat ini juga yang aku baca sebagai pengingat di masa-masa sulit :
bunyinya :
Kepada pemuda: Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu.
Mungkin terdengar sederhana, namun apabila dikaitkan dengan cerita hidup beliau, sungguh, beban yang kita miliki ini tidak ada apa-apanya.
Beliau seperti mengingatkan kembali, bahwa hidup ini tidak akan sepi dari ujian. Namun percayalah, pertolongan Allah akan selalu hadir untuk mereka yang beriman dan pantang menyerah.
Surakarta, 17 Februari 2025 Mengenang Kelahiran Sang Ulama
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
39 notes
路
View notes
Text
Abu Khaitsamah
Saat jenuh menatap layar komputer, aku terbiasa untuk membaca buku setidaknya 1 bab agar mendapat semangat atau menghilangkan penat.
Hari ini cukup berbeda. Setidaknya aku membaca dua judul buku yang menarik dan ternyata bab awalannya menceritakan kisah yang sama, yaitu kisah Abu Khaitsumah. Entah mengapa kebetulan ini bisa terjadi, namun aku berhuznudzon bahwa Allah sedang mengingatkanku akan suatu kelalaian, dari kisah Abu Khaitsamah!


Alkisah Pasukan Kaum Muslimin hendak menyongsong peperangan di Tabuk melawan Pasukan Romawi. Setiap sudut Kota Madinah seakan menyambut seruan jihad dan tidak ada perbincangan lain selain persiapan itu.
Namun, sahabat Nabi, Abu Khaitsamah masih belum mempersiapkan keberangkatan jihad. Di rumahnya, terhampar makanan yang lezat, minuman yang dingin, dan 2 istri yang meneduhkan hati, akhirnya terlena dan terlambat untuk menuju medan jihad.
Singkat cerita, Abu Khaitsamah sadar melakukan kesalahan. Ia tidak nyaman dengan kondisi ini. Bayangan Rasulullah begitu menyeruak, ia membayangkan kepayahan kekasih Allah dan saudara-saudaranya di medan jihad hidup sederhana, sedangkan ia terlena dengan buaian dunia dan akhirnya tidak bersegera untuk pergi berjihad.
Tanpa berpikir panjang, ia melesat menuju medan perang, untuk bertemu suadaranya dan juga Rasulullah. Sesampainya, ia menceritakan kepada Beliau, ia memohon ampun, dan Rasulullah pun mendoakan kebaikan untuknya.
***
Terkadang diri ini masih sering lalai dalam menyambut seruan, yang mungkin seruan itu tak seberat dengan apa yang dilakukan oleh Rasul dan Para Sahabatnya, masih berpikir untuk mencari celah, atau merasa malas dengan beban yang ada. Astagfirullah.
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (At-Taubah : 04)
Semoga, semoga, kita termasuk orang yang dikuatkan hatinya serta dimudahkan jalan-jalanya.
Surakarta, 12 Februari 2025 H-18 Ramadan. Sedang menguatkan hati.
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba
8 notes
路
View notes
Text
Gara-gara Tumblr
Entah kenapa platform Tumblr begitu nyaman, jauh dari hiruk pikuk pengakuan. Dari sini aku banyak membaca cerita unik, curhatan, ilmu baru, atau sekadar pagi-pagi nyari moodboaster hikmah agar lebih semangat dalam bekerja.
Gara-gara Tumblr, aku jadi lebih percaya diri menulis. Entah benar, salah, nggak efektif, atau nggak jelas arahanya. Ya nulis aja. Tapi poin pentingnya aku jauh lebih percaya diri.
Maka dengan ini aku persembahkan :


Bukan Sekadar Amanah : Penguat alasan beramanah di Jalan Dakwah. Bukan Sekadar Berdakwah : Best Practice dalam mengelola lembaga dakwah.
Untuk kalian yang berminat baca, bisa mampir di link ini :
Free Chapternya bisa di baca disini :
Untuk kamu dimanapun berada, jangan berhenti menulis, jangan berhenti menginspirasi!
Surakarta, 09 Februari 2025 Sedang ingin menginspirasi lewat tulisan
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
28 notes
路
View notes
Text
Sudah Pantas Naik Level?
Terkadang kita banyak bermimpi untuk melakukan perubahan besar, namun lupa tentang kebiasaan-kebiasaan kecil yang mengiringinya. Bukan berarti tak boleh bermimpi, tapi realisasi mimpi dimulai dari tindakan kecil tapi berdampak untuk perubahan kedepan.
Alkisah Ustadz di tempat aku ngaji bercerita tentang pengalamanya mengikuti pelatihan pengelolaan masjid. Di acara itu, ada satu pembicara seorang pengelola takmir yang mengelola dana infak masjid sekitar 2M, namun masjidnya hanya cukup untuk 4 shaf sholat saja. Kebayang nggak?
Ketika di ruang tungg, Ustadz yang jadi pembicara ini begitu lahap memakan hidangan yang disajikan. Bahkan saat mau beranjak ke tempat lain, Ustadz ini menghabiskan semua air minum dari kemasan gelas yang masih tersisa. Tentu hal ini membuat semua tercengang. Kesanya kok rakus begitu ya. Kita sebagai orang jawa pasti ada rasa pekewuh atau malu-malu untuk melakukan itu.
Namun penjelasan ustadz tersebut begitu mencengangkan. Awalnya beliau bertanya, dari mana uang untuk menyediakan hidangan ini semua? panitia menjawab dari infak jamaah.
Beliau memberi penjelasan, bahwa setetes air itu adalah amanah dari jamaah yang harus kita habiskan sembari mencari keberkahan. Sekecil apapun itu, kita harus memaksimalkan sebaik-baiknya walaupun hanya segelas air minum kemasan. Itu bentuk adab dan komitmen kita terhadap dana umat, selain kita nggak boleh membuat makanan mubazir.
Dari penjelasan ini, kita nggak heran tentang amanah 2M yang dititipkan ke beliau. Levelnya memang seperti itu.
Maka untuk yang ingin naik level, coba lihat bagaimana keseharian kita dari hal-hal kecil. Tak lupa, untuk melihat apakah yang kita lakukan bermuara kepada keberkahan atau malah menjadikan kita sebagai hamba yang kufur.
Selasa, 04 Februari 2025 Sedang merefleksikan hal-hal kecil
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
21 notes
路
View notes
Text
Kualifikasi Manusia Muslim Abad ke-21
Dalam rangka mengaktualisasikan misi peradaban Islam dalam dimensi kehidupan kita, setidaknya ada tingga tangga yang harus dilewati : afiliasi, partisipasi, dan kontribusi :
1. Afiliasi
Afiliasi adalah memahami dengan baik alasan kenapa kita memilih dan akhirnya memiliki kecenderungan terhadap nilai Islam. dari sini juga akan melahirkan tiga komitmen meliputi :
a. Komitmen akidah/ideologi Islam
Memahami ajaran Islam sebagai sistem dan tatanan kehidupan sehingga mampu membaca dan memahami peristiwa sebagai masalah kehidupan dalam kacamata Islam. Ini proses kita merasa.
b. Komitmen metodologi
Kita menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku sehari-hari sebagai pribadi, keluarga masyarakat dari yang sebelumnya hanya memahami bahwa Islam mengatur segala kehidupan.
c. Komitmen sikap
Tahap ini adalah menjadikan kita menjadi saleh pribadi. Di level ini kita sampai pada komitmen terhadap ideologi dan ini menjadi keyakinan umum di masyarakat kita.
2. Partisipasi
Setelah selesai dengan diri sendiri, memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, kita memulai dengan menjadi salah satu peserta sosial yang sadar dan proaktif. Kita beralih dari shaleh pribadi ke sosial.
Berikut beberapa tahap partisipasi :
a. Sense in Group
Ini bermakna sebagai rasa keterlibatan dengan kaum muslimin dalam satu kesatuan ukhuwah.
Sabda Rasulullah Shallahualaihi wassalam : "Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukan golongan mereka."
b. Memiliki sejumlah pengetahuan sosiohumaniora yang dibutuhkan masyarakat
ini sejalan dengan dakwah walisongo yang menyelesaikan masalah masyarakat baru memberikan nilai-nilai dakwah Islam. Tujuanya adalah agar keterlibatan yang dilakukan memiliki dampak yang signifikan, dilakukan secara sadar, dewasa, dan terarah. Di bab ini, ust. Anis mengutip perkataan Imam Bukhari, "Berilmulah sebelum beramal!"
c. Mengetahui medan dakwah tempat kehidupan kita
Secara normatif, kita berdakwah harus tahu apa yang dibutuhkan dan penanganan apa yang penting.
Disinilah kita menjadi Dai.
3. Kontribusi
Kontribusi adalah kita harus memiliki satu concern keilmuan yang spesifik. Kita tidak selamanya sempurna dalam semua bidang, namun dari kumpulan orang-orang yang memiliki kemampuan dan afiliasi terhadap Islam, umat akan menjadi maju karena diiringi dengan iman dan ilmu.
Disinilah kita menjadi Mujahid.
Bersambung...
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#catatankemenangan#mengerikan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
8 notes
路
View notes
Text
Model Manusia Muslim
Satu hal yang paling membahagikan di dunia ini adalah menemukan buku lawas dari penulis favorit dengan harga yang miring. Maklum akhir-akhir ini memang lagi berhemat. Tapi anggaran buku harus tetap ada agar tidak brain rot, agar jadi pribadi muslim yang tidak ingah-ingih!
***
Ustadz Anis Matta membuka bab awal buku ini dengan mengutip firman Allah Surah Al-Asr yang artinya :
Demi Waktu; sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran.
Jika Allah bersumpah dengan makhluknya, itu pertanda bahwa hal tersebut memiliki kedudukan yang penting, dalam hal ini adalah waktu.
Waktu adalah uang, waktu adalah pedang, dan waktu adalah hidup itu sendiri. Ini bisa dimaknai sebagai demi kehidupan.
Di ayat tersebut singkatnya ada 4 jenis orang yang terbebas dalam kerugian :
1. Orang-orang beriman;
2. Orang-orang yang beramal saleh;
3. Orang-orang yang berwasiat dalam kebenaran;
4. Orang-orang yang berwasiat dalam kesabaran.
***
Iman dan amal shaleh adalah satu kesatuan. Orang yang telah sempurna secara iman pribadi, haruslah mendistribusikan keshalehan pada orang lain dengan amalan-amalan baik.
Betapa banyak orang yang shaleh pribadi tapi tidak bagus secara sosial. Tegas beliau.
Lanjut, makna dari berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Singkatnya, orang yang sudah terjun dalam "wasiat kebenaran" dia akan mendapat cobaan yang lebih besar daripada hanya orang yang beriman saja (shaleh secara pribadi).
Allah tidak menguji seorang manusia melebihi kemampuanya. Dan cobaan untuk aktivis dakwah adalah keniscayaan. Bersabarlah!
Orang yang bergerak di bidang wasiat kebenaran membutuhkan ruh yang kuat untuk proses penyabaran.
Dari sini kita melalui tahap pendewasaan hingga akhirnya mau bergaul dengan orang lain dan mulai banyak mengenal tipe orang yang tidak bersabar menghadapinya juga.
(Bersambung)
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#ceritabukuaba#dakwahkampus#monologpemimpin
2 notes
路
View notes
Text
Tutorial Hidup
Arah kehidupan biasanya berasal dari apa yang kita baca, dengar, dan juga lihat.
Kalau kamu pernah membaca Buku "Filosofi Teras" Karya Henry Manampiring (akhirnya ada filsafatnya), hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam hidup adalah dengan mengendalikan pikiran/ekspektasi kita, alih-alih berharap semua orang mengerti sepenuhnya tentang diri kita.
Sejalan di Buku "Tenang di Dunia Yang Sibuk" Kang Zein Permana, kita harus menjadi tokoh utama, seminimalnya dalam pikiran sendiri untuk mengkonstruksi ketenangan agar lahir kebijaksanaan sebagai bekal menghadapi kerasnya kehidupan.
Dan yang tak kalah penting, dari apa yang ku kutip di Buku "Menenangkan Diri" Tulisan Mas Jundi Imam Syuhada, sebagai seorang hamba, jalani saja peranmu dengan sepenuh hati. Setiap manusia butuh kepastian dan sebagai seorang beriman, Allah telah memberi kepastian sekaligus nikmat yang sangat berlimpah.
Lalu, bagaimana cara praktis untuk mencapai ketenangan di kehidupan sehari-hari?
Terkadang, kita bisa menghidupkan kembali kebiasaan sederhana yang telah lama ditinggalkan. Saat liburan kemarin, aku menyempatkan diri untuk bersepeda lagi dan menonton film di bioskop.
Di sepanjang jalan Ngawi yang syahdu itu, aku mendengarkan siniar favoritku, Mandan Kenthir oleh mas-mas kabupaten dengan judul Menemukan Ketenangan.
Akan ada saatnya kita bertemu orang yang merasa tahu segalanya, yang mungkin kita lebih paham masalahnya atau saat membahas sebuah peristiwa, namun ia melebih-lebihkan cerita aslinya padahal kita ada di tempat kejadian. Aku hampir setiap hari melewati momen ini.
Seiring berjalanya waktu, mungkin dengan mendengarkan dan melempar senyuman beriring kata "hehehe" sudah cukup untuk memberikan ketenangan, alih-alih kita mendebat atau dipikir berat wkwk.
Dari Ngawi aku bertolak ke Kota Jokowi untuk memenuhi janji dengan beberapa orang dan diakhiri menonton Film "1 Kakak 7 Keponakan" Film yang sederhana tapi sarat makna kehidupan.
Ada satu adegan saat senior Maurin dan Moko memberikan nasihat, yang intinya adalah kita harus bedakan atara kebutuhan hidup dan gaya hidup. Terdengar normatif tapi penting. Betapa banyak dari kita yang mungkin belajar mencari uang tapi tidak mampu mengelolanya. Hidup sebenar-benarnya hidup adalah menghargai yang penting sesuai kebutuhan bukan mengedepankan gaya.
Dan di film ini, aku diingatkan kembali lagi tentang makna sebuah keluarga. Tempat dimana kita bisa bercerita, saling memahami, saling mendukung, dan yang pasti menjadi ruang aman untuk kita kembali.
***
Kehidupan adalah rangkaian momen yang epik. Ia menyimpan sejuta pertanyaan sekaligus hikmah di dalamnya.
Untuk menghadapinya, kita harus tenang. Dimulai dengan menyaring apa kita baca, dengar, dan lihat. Kita mulai dari sini.
Selanjutnya, kita rangkai kembali ikatan dengan keluarga sebagai energi untuk melangkah. Mungkin terdengar sensitif bagi sebagian, namun percayalah, akan ada satu orang yang selalu berharap akan kesuksesanmu. Ia bisa keluarga dekatmu, sahabatmu, orang yang kamu bantu, atau orang yang akan kelak akan membersamai langkahmu kelak. Carilah satu diantaranya.
Terakhir, mengutip perkataan Manusia Paling Mulia, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain".
Selamat menghidupkan hidup.
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
24 notes
路
View notes
Text
Mengurangi Dengki
Lalu lintas kehidupan yang serba terbuka di dunia maya akan sangat mudah menjadikan manusia memiliki perasaan dengki.
Di tulisan sebelumnya, aku mengibaratkan orang yang baru hijrah atau puber intelektual selayaknya orang yang baru ikut eskul bela diri, rasanya ingin berkelahi dengan semua orang berbekal ilmu yang ia dapat.
Level selanjutnya, dari merasa yang lebih tahu, saat orang lain tidak sependapat dengan dirinya, secara alamiah akan muncul perasaan dengki dalam hati.
Aktivis dakwah kok menye-menye. Isinya romantisasi dakwah aja.
Ini narsis banget jadi orang, mau dakwah atau branding diri? NPD ya?
Aktivis kok minim literasi. Dakwah itu harus dibangun dari pemahaman yang dalam. Jangan hanya ikut tren.
Aktivis sekarang tidak seperti dulu. Banyak ngeluhnya.
Namanya juga manusia. Akupun pernah merasa seperti itu.
Memang benar, semakin lama kita berkecimpung dalam dakwah, sudah sepantasnya kita dewasa dalam menghadapi dinamika di dalamnya.
Ada sebuah nasihat yang begitu dalam yang dulu pernah kudapatkan :
Boleh jadi perasaan dengki yang kita rasakan, itu muncul karena kurangnya kita mengenal saudara sendiri, kurangnya ilmu dalam menyikapi, yang selalu mengedepankan suuzon di atas husnudzhon. Kita sebagai seorang muslim harus menyadari setiap orang memiliki fase-fasenya dalam bertumbuh. Boleh jadi ia baru mengenal dakwah, membagikan cerita-cerita yang dijalani. Itu lebih mending daripada berbagi kemaksiatan. Soal ilmu, kita ajak orang itu untuk mendalami tanpa perlu merasa lebih tahu. Bukankah adab lebih penting dari ilmu? Soal eksis atau narsis, kita tak pernah tahu isi niat orang. Melabeli NPD itu kelewatan, kita tak punya kapasitas itu memberikan penilaian. Memang menjadi terkenal itu ujian. Kita cukup doakan saja agar ia terhindar dari fitnah. Soal iri dengki, kita perbanyak istigfar terlebih dahulu. Selanjutnya perlu untuk menyediakan ruang-ruang hudznuzon kepada saudara kita. Memang berat tapi bukan berarti tidak bisa.
Dalam proses hijrah, wajar kalau kita masih dihinggapi perasaan atau perilaku buruk di masa lalu. Kuncinya kembali ke kita untuk mau berbenah atau tidak, seminimalnya dengan mengurangi kebiasaan buruk dan menambahnya dengan satu amalan baik yang istiqomah.
Selamat berproses. Jangan malu jadi baik!
Ngawi, 28 Januari 2025 Sedang menasihati diri sendiri
#abamenulis#menyambutkemenangan#mengerikan#seperempadabad#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
5 notes
路
View notes