#abamenulis
Explore tagged Tumblr posts
Text
Karena Menikah Tidak Sebercanda Itu!
Proses menikah itu adalah pendewasaan dan semua bermula saat kita sedang mempersiapkan.
Dulu, aku pernah takjub dengan novel-novel atau short movie di youtube tentang cinta dan hijrah yang mayoritas berakhir happy ending. Kalau di novel hampir selalu ada tokoh spek wali, pun kalau di short movie, pasti ada adegan yang kadang bikin kita senyum-senyum sendiri.
Apakah realitanya sama? bisa iya bisa tidak, apakah novel dan short movie itu salah? tentu tidak bisa dikatakan begitu.
Namun dari apa yang ku baca dan ku lihat, pernikahan adalah sebuah perjalanan yang jauh nan berliku. Di dalamnya terdapat kesenangan yang menyatu dengan kesedihan. Dan konten-konten itu hadir sebagai syiar sekaligus pembelajaran tentang proses pendewasaan dalam melihat pernikahan.
Setidaknya, aku merangkum beberapa hal terkait proses pendewasaan yang harus dilakukan sebelum menikah :
1. Interaksi dengan orang tua, Proses ini adalah akan menjadi cerminan interaksi dengan calon pasangan dan mertua. 2. Yang dilakukan selama 24 jam. Bermanfaatkah waktu kita? kalau sendiri saja belum mampu mengatur bagaimana bisa berbagi waktu dengan keluarga baru dan mengurus anak? 3. Interaksi dengan Al-Quran. Menikah itu soal ketenangan dan kepastian. Di Al-Quran sudah sangat jelas memberikan rambu-rambu dan bekal bagi sepasang suami istri. 4. Menentukan Calon Pendamping. Pernah ada ungkapan bahwa mengasuh anak bukan dimulai dari setelah anak itu lahir, tapi saat memilih pasangan, baik untuk calon ayah dan ibu. 5. Paham ilmu dan Mencari Guru Setiap amalan harus disertai ilmu dan setiap ilmu haruslah bersumber dari guru. Lebih lengkapnya ada di sini.
Proses-proses diatas hanya akan menjadi formalitas apabila tidak dibingkai dalam visi kehidupan.
Berkaitan dengan itu, Ust. Cahyadi memberikan sebuah pertanyaan di dalam bukunya, "Di Jalan apa engkau hendak menikah?"
tegas Beliau, "Di Jalan Dakwah, aku menikah!"
Mengapa di jalan dakwah? dari situ akan tergambar visi yang jelas bagi seorang manusia dan secara naluriah akan mengajak orang lain untuk mencapai visi itu. Dengan berada di jalan dakwah, kita akan senantiasa dekat dengan pengingat kehidupan, ilmu, orang-orang shalih, terhindar dari fitnah, dan menikmati manisnya ukhuwah.
Sekali lagi, proses pendewasaan dalam menikah adalah jalan yang panjang, dimulai dari bagiamana kita mempersiapkanya. Namun, ada satu lagi proses pendewasaan yang harus siap untuk kita hadapi, yaitu menerima takdir.
Boleh jadi hari ini ingin meminang seorang akhwat yang luar biasa atau berharap seorang ikhwan dengan spek sempurna seperti tokoh novel.
Namun yang ingin ku katakan, jodoh itu cerminan diri kita. Seseorang yang luar biasa haruslah mendapatkan orang yang luar biasa pula. Pertanyaanya, apakah pantas untuk mendampingnya?
Maka, mulai hari ini, pantaskanlah diri sembari bertaubat, memohon ampun, dan petunjuk dari Allah. Agar keberkahan senantiasa mengiringi langkah ini, agar kita dipermudah dalam prosesnya.
Pun saat pilihan kita itu tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Percayalah, bayangan hidup yang indah bersamanya tidak kalah indah dengan bayangan hidup yang ditakdirkan oleh-Nya.
Surakarta, 20 Januari 2025
Sedang merangkum buku "Karena Menikah Tidak Sebecanda Itu" Tulisan Bang Amar Risalah, sekaligus pengingat untuk diri sendiri yang sedang belajar memahami realitas cinta.
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#monologpemimpin#ceritabukuaba
41 notes
·
View notes
Text
Tenang di Dunia Yang Sibuk
Kalau kamu lagi ngerasa galau banget tentang hidup ini, aku saranin untuk nontonin konten Youtube dari Kang Zein Permana. Ajib banget.
Beberapa minggu kebelakang memang lagi marathon konten-konten beliau di Youtube. Ternyata ada loh psikolog muslim yang easy going dan relate banget sama anak muda.
Saat ini aku lagi baca buku beliau yang berjudul "Tenang di Dunia Yang Sibuk". Buku ini ngebantu banget dalam proses berdamai dengan gemuruh pikiran.
Boleh jadi, sebab riuhnya pikiran kita bukan soal dunia luar, tapi hilangnya komando kita untuk mengontrol pikiran kita sendiri. Kata beliau dalam bukunya, konflik terbesar yang dialami manusia adalah konflik dengan dirinya sendiri.
Pikiran kita ibarat lalu lintas yang padat berisi harapan-harapan, ekspektasi, memori, dan penyesalan masa lalu yang bermuara kepada persimpangan yang berisi utopia kehidupan, ekspektasi, standar orang lain, tekanan keluarga, atau ketakutan dalam menghadapi masa depan.
Lalu gimana caranya kita tenang?
Yang pertama adalah kesadaran. Ini mirip banget sama isi buku Remake dari mas Bagas Rais di tulisanku yang berjudul hidup untuk orang lain.
Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol faktor eksternal, yang bisa kita kontrol adalah persepsi kita sendiri. Dari sini kita harus menyeleksi arus informasi yang berpotensi menghilangkan jati diri. Hidup ini nggak boleh mematok standar dari orang lain. Seminimalnya itu.
Yang kedua adalah tanggungjawab. Hidup kita adalah tanggungjawab kita untuk mengaturnya. Mulai dari input seperti apa dan mau dibawa kemana.
Terkadang kesalahan kita tidak mampu menganalisis kebutuhan yang cocok untuk diri sendiri dan tujuan apa yang hendak dicapai. Dari sini akan berpotensi menjadi stress dan cenderung menyalahkan pihak lain atas kegagalan dari ekspektasi kita. Padahal semua bermula dari input yang kita berikan untuk diri kita sendiri yang kurang pas atau kadang too much information.
Yang terakhir adalah kemampuan menavigasi komplektivitas hidup. Soal ini kita perlu pinter-pinter cari lingkungan. Kita akan jadi wangi kalau dekat dengan penjual parfum.
Manusia tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri, perlu ada orang yang saling mengingatkan satu sama lain dalam kebaikan. Tapi ya namanya manusia pasti banyak mengundang kecewa kan? Ini balik lagi ke soal Tauhid bagaimana kita benar-benar meresapi kabar bahagia dan pertolongan dari Allah beriringan dengan ujian yang diberikanNya juga.
Urusan teknis, kita jalani apa yang bisa kita ikhtiarkan sembari tetap jangan hilang harapan. Kegagalan dunia itu adalah proses untuk pendewasaan diri.
Ya intinya jalani dan hadapi. Semoga Allah mudahkan. Aamiin.
Ahad, 08 Desember 2024 Sedang Belajar Tenang
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
68 notes
·
View notes
Text
Empati
Memang benar, keimanan seseorang itu ngaruh banget dengan cara kita berinteraksi dengan orang lain. Kalau bener kita mendalami Sirah Nabawiyah, di situ banyak banget keteladanan yang bisa kita ambil.
Beberapa bulan kebelakang cukup nguras mental banget dalam mengelola dauroh. Namun, setelah mendalami keteladan sirah dari bukunya Kang Zein tentang konsep tawakal dan sakina, saya berkesimpulan kalau segala konflik yang muncul itu sumbernya emang dari diri kita sendiri. Dari perspektif, ketenangan, dan empati ketika melihat masalah.
Soal empati, sederhananya dimulai dari respon kita atas realisasi jobdesk anggota yang barangkali kurang maksimal. Kalau di dunia profesional, tetap perlu ada ketegasan. Tapi kalau berbicara 'dunia yang dibangun dengan keikhlasan bergerak' kita perlu lebih bijak menyikapinya.
Best practicenya, kalau ada minus realisasi lapangan, usahakan jangan emosi. Kalaupun pengen marah, usahakan cari ruang aman dari gawai agar tidak ceroboh dalam meluapkanya semisal di grup wa. Soalnya baru dapat cerita dari adik tingkat yang hemat saya kontraproduktif dan sepele sekali masalahnya.
Lebih lanjut, ambil jeda sebentar, lalu bangun komunikasi yang baik dan fokus pada solusi masalah bukan siapa yang salah. Terdengar normatif memang tapi ya harus gitu.
Terakhir, jadikan setiap masalah yang hadir sebagai energi untuk belajar dari prosesnya. Jika kita mampu merangkai hikmah, insyaAllah kita akan menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
Surakarta, 27 Desember 2024
Menulis dengan tenang karena baru gajian
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
47 notes
·
View notes
Text
Jangan Sombong
Inget nggak dengan Quote Umar bin Khatab tentang ilmu ada tiga tahapan?
"Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati."
Tapi sebenernya, kita itu emang berhak sombong? Yakin kita belajar ilmu? Atau cuman berwawasan saja?
Ya namanya manusia memang ada kecenderungan sombong, misal dari harta- benda, kekayaan, atau bahkan ilmu.
Tapi coba lihat di Surat Al-Mulk : 04
"Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.
Ayat ini sederhananya ingin mengajak kita untuk mentaddaburi ciptaan Allah baik langit bumi dan seisinya yang luar biasanya sehingga timbul rasa humble di dalam diri kita.
lihatlah sekali lagi dan sekali lagi.....tanpa kecacatan.
Ciptaan Allah begitu sempurna, kita itu bukan siapa-siapa, nothing dibandingkan apa yang ada di sisi Allah. Mengingat-Nya adalah cara terbaik menghilangkan rasa sombong, apalagi hanya dengan wawasan yang sedikit.
Surakarta, 13 November 2024.
Lagi jatuh cinta sama ciptaan-Nya!
Tadabbur Al-Mulk : 04, Buku "30 Nights Make It Closser" by Quranreview
#abamenulis#quranreviewaba#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#tadabburaba
36 notes
·
View notes
Text
Diam-diam
Tiba-tiba foto itu lewat begitu saja di linimasamu. Foto yang memperlihatkan siluet seseorang dengan berlatar senja, yang secara tidak sadar membuat hatimu bergetar.
Memang benar. Jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam.
Diam-diam itu akan membawamu kepada perasaan berbunga-bunga, khayalan tingkat tinggi, dan harapan happy ending seperti drama korea.
Pikiranmu berkecamuk.
Confess gak ya?
Apakah dia memiliki perasaan yang sama?
Apakah dia sudah punya pasangan?
Apakah dia punya standar yang tinggi?
Apakah dia mau dengan diriku yang seperti ini?
Hingga suatu masa kamu menyadari satu hal : ini semua kurang tepat, hatiku tak boleh terpaku dengan angan-angan belaka.
Memang indah memiliki perasaan itu, tapi kita perlu cepat memahami realita.
Bahwa belum tentu drama korea berakhir dengan happy ending. Belum tentu kita menjadi orang yang diinginkan. Belum tentu dia jodoh kita.
Tapi jodoh kita pasti ada, sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sana.
Biarlah itu menjadi jatuh cinta diam-diam. Karena dengan itu kamu bisa memahami ekspektasi, menjaga hati yang tak pasti, dan kelak akan terbentur realita yang menyakitkan hati.
Tapi semoga jatuh cinta dalam diam akan membawa rasa kepada asalnya, bersembunyi di lubuk hati paling dalam, mulai memudar, menciut semakin kecil, lalu terlupakan.
Hingga suatu saat nanti, kita dipertemukan oleh doa yang dilantunkan dalam diam, semata-mata mengharap takdir terbaik, untuk merengkuh bahagia bersama-sama.
YCMI, 19 Juli 2024
55 notes
·
View notes
Text
Gumregah Tarbiyah
Gumregah artinya bangkit dan tarbiyah adalah dakwah yang menitikberatkan agenda pembinaan menuju ketakwaan dan potensi terbaiknya.
Maka slogan Gumregah Tarbiyah adalah bentuk ikhtiar untuk membangkitkan kembali agenda pembinaan agar lebih dinamis dan muntijah untuk masa depan dakwah.
Sebelum itu, kita perlu mengingat kembali apa itu dakwah ammah dan dakwah khos.
Tak bisa dipungkiri, kajian-kajian anak muda hari ini begitu kreatif lagi mengasyikan. Ini baik agar dakwah tetap relevan dengan mad'u sekaligus menjadi ajang fastabiqul khairat antar harokah dakwah. Dakwah model ini masuk kategori dakwah ammah.
Sedangkan kalau kita berbicara tentang keberlanjutan dakwah, perlu adanya 'penggerak' dakwah yang memiliki pemahaman dan kemauan bergerak. Membentuk kader dakwah tak cukup dengan kajian-kajian klasikal saja, perlu adanya sistem pembinaan yang berkesinambungan dan rutin.
Kita mengenalnya dengan halaqah/mentoring/MK Khos. Dakwah seperti ini masuk kategori dakwah khos (khusus).
Sebagai awalan, bisa nonton video ini dulu :
youtube
Gumregah Tarbiyah ini adalah semangat Para Asatidz untuk menghidupkan kembali semangat membina di momentum Hari Kebangkitan Nasional Mei lalu.
Ada beberapa hal penting yang bisa saya tangkap :
1. Perubahan Zaman
Perubahan zaman tak boleh menjadi kambing hitam dari perubahan karakter manusia. Kita harus beradaptasi.
Menyikapi perubahan itu harus dibangun dengan pemahaman yang dalam, dimulai dari komunikasi generasi agar tak muncul pernyataan seperti :
"Generasi hari ini tak semilitan dulu"
"Generasi lama itu kolot, tak tahu kondisi lapangan"
Pernyataan seperti itu hanya memunculkan friksi generasi dan dakwah tidak menjadi muntijah.
Lebih lengkapnya baca disini :
2. Perkuat Literasi
Memang literasi (membaca buku dan menulis) adalah harga mati. Dengan terbiasa melakukan itu, analisis dakwah menjadi bijak, memunculkan keresahan bergerak, dan kita tidak gumunan atau fomo untuk menyesuaikan metode dakwah.
3. Agar Semangat Membina
Di buku Gumregah Tarbiyah, Ust. Cahyadi Takariawan menjelaskan 2 hal penting agar kita semangat membina : Kemauan dan Skill.
Soal skill itu bisa dibangun dari dauroh tematik atau pelatihan eksternal. Tapi kalau tidak dibarengi dengan kemauan ya sama saja.
Untuk menumbuhkan kemauan harus dibangun dengan literasi dan sehatnya kelompok pembinaan kita juga. Literasi untuk memunculkan keresahan, pembinaan kita sendiri sebagai sarana penguatan. Bagaimana mau membina kalau tidak dibina?
Kalau urusan kemauan sudah selesai, soal skill bisa learning by doing. Tinggal kapan kita mau memulai.
Ustadz Sholikin dalam buku Back To Tarbiyah menekankan mulailah dari lingkaran terkecil, satu, dua orang, tiga orang, namun produktif.
Kita tidak akan tahu dari sedikit orang itu jadi apa di masa depan. Kalau bingung mau menyampaikan apa, mulailah dengan nasihat para alim terdahulu, sirah nabawiyah, pengingat amal yaumi, atau cukup dengarkan keluh kesah mereka. Barangkali mereka hanya ingin didengar.
Dimulai saja, niatkan hati ikhlas, ingatkan untuk senantiasa dekat kepada Allah dan RasulNya.
Terakhir, mengutip dari kredo Gontor :
Metode itu lebih penting dari materi ajar, dan guru lebih penting dari metode, tetapi ruh (jiwa) seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri.
Jadi, selamat membina, selamat membangun peradaban!
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
27 notes
·
View notes
Text
Mengurangi
Saat awal-awal hijrah, saya pikir perlu ada perubahan total semua aspek kehidupan. Dari ubah penampilan, tidak salaman lawan jenis, puasa senin kamis, dan list amal yaumi seperfect lainya.
Hasilnya? Gagal total hehehe.
Akhirnya, saya menemukan kata kunci dalam merubah hidup adalah dengan mengurangi.
Semua dimulai dari mengurangi hal-hal yang berpotensi melakukan dosa. Karena bisa jadi kemaksiatan yang kita lakukan itu menutupi keberkahan dan malas beribadah.
Dari mengurangi interaksi lawan jenis, mengurangi tebar pesona, mengurangi makan, mengurangi gibah, dan lain-lainya.
Tentu konsep mengurangi ini tak mutlak, perlu diiringi penambahan amal-amal sholeh, cuma porsi lebih sedikit. Untuk ini sudah saya bahas di tulisan sebelumnya.
Bagi saya dengan konsep mengurangi ini jadi lebih memudahkan di pikiran. Hanya pelan-pelan dan cari subtitusi. Sulit kalau harus berubah dalam satu hari.
Pasca covid ini saya coba memulai mindset yang sama. Karena sekarang udah mulai capek dengan amanah lemak yang menggangu tahiyat akhir dan rukuk.
Pelan-pelan mengurangi lagi. Agar ibadah menjadi mantap dan jiwa raga siap berjihad menghadapi kebatilan. Takbir!
Sumeleh Coffee & Tea, 04 September 2024
#abamenulis#menyambutkemenangan#mengerikan#seperempadabad#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam
37 notes
·
View notes
Text
Mengenali Diri
Ada satu Quote menarik yang baru kutemukan, "When You Know Yourself You Can Understand The World".
Quote ini seakan menyadarkan bahwa memahami diri sendiri begitu penting sebelum kita melihat dunia luar.
Pernah ngerasa, kenapa dunia ini tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Orang-orang seperti tidak bisa memahami atau bahkan mendengarkan kemauan kita.
Nyatanya, dunia ini tidak berputar untuk diri kita. Dunia ini, berputar dengan batasan agar saling memahami dan menghargai untuk menciptakan Kebahagian. Bahwa kebahagiaan sejati berasal dari hal-hal yang dapat kita kendalikan, bukan dari hal-hal di luar kendali. Maka, kita harus lebih mengenali diri sendiri.
Apakah salah kita kalau belum selesai dengan diri sendiri? tidak. Pencarian diri itu selamanya dan tidak pernah selesai. Masih ada waktu sampai mati.
Juga, mengenali diri itu berarti mengenali Sang Pencipta.
Dzat yang menciptakan seluruh makhluk hidup dan keselerasan alam semesta. Kalaupun di kehidupan nyata tidak berjalan dengan semestinya, apakah berarti Allah tidak sayang dengan kita?
Tidak. Mungkin saja kita yang belum mengenal diri sendiri dan mengenal Sang Pencipta.
Yang Tertakar Tak Akan Tertukar. Kita Punya Kendala Allah Punya Kendali.
#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#abamenulis#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam
37 notes
·
View notes
Text
Janganlah Iri Hati
Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa' : 32)
Sekilas ayat ini secara tekstual mengajak kita untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan, baik laki-laik maupun perempuan semua ada bagianya.
Tapi, kalau tahu Azbabun nuzulnya pasti jleb banget.
Sekilas ayat ini turun karena Ummu Salamah, Sahabat dari Rasulullullah Shallalahu alaihi wassalam mengetahui tentang keutamaan berjihad bagi seorang laki-laki. Ia berpikir, kenapa tidak menjadi laki-laki saja untuk mendapatkan keutamaan berjihad, syahid, dan masuk surga.
Lihatlah, levelnya ini iri tentang amal ibadah, bukan perkara dunia!
Ayat ini seakan menampar kita yang terlalu sibuk dengan dunia tapi lupa akhirat. Kita iri akan perkara dunia padahal Allah sudah mengatur rezeki. Sedangkan di hari akhir, yang membedakan kita bukanlah harta dunia, tapi perihal takwa.
Jadi teringat, kalau kita ngejar akhirat, dunia akan mengiringinya.
Surakarta, 13 November 2024
Sedang Remake Diri
Tadabbur Al-Nisa' : 32, Buku "30 Days Make It Better" by Quranreview
#abamenulis#quranreviewaba#menujukemerdekaanpalestina#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#tadabburquranaba
36 notes
·
View notes
Text
Hidup Untuk Orang Lain
Secara nggak sadar bermain medsos secara berlebihan ngebuat kita seperti hidup untuk orang lain.
Bangun tidur buka HP, cek status, buka apps lain, ulangi lagi. Ngobrol sama orang, ikut kajian, atau waktu senggang, dikit-dikit buka hp, cek notif, atau apps lain, ulang lagi. Sebelum tidur juga sama, nggak sadar udah malem aja.
Pengalaman pribadi, untuk keluar dari lingkaran ini memang sulit. Konten medsos yang serba vertikal ini adalah distraksi paling ampuh. Akhirnya secara psikologi jadi mudah lelah, sibuk yang bukan produktif, dan perasaan cemas lainya.
Kalau di buku Remake Karya Mas Bagas Rais, perasaan seperti ini bisa membuat pola pikir cenderung iri, membanding-bandingkan dengan orang lain, dan tidak fokus pada pengembangan diri.
Lantas gimana cara ngubahnya? siapa yang bisa? ya kita sendiri, dimulai dengan kesadaran, membentuk habbit, dan istiqomah. Normatif memang, tapi ya emang gitu.
Kalau soal medsos, kita emang harus pinter dan bijak. Pinter mengatur waktu pemakaian, bijak mengelola informasi.
Soal waktu, best practicenya sekadar uninstall IG atau pakai app pembatasan aplikasi. Selain itu bisa subtitusi pemakaian medsos yang sebelumnya berbasis visual seperti IG ke medsos berbasis text dan Insightful seperti Tumblr dan Medium.
Kalau soal informasi, ini jangan sempit dimaknai berita aja, bisa tentang aktivitas orang lain via story medsos. Saya sih kalau orang terlalu oversharing, mengumbar aurat, atau yang potensi menjadi hasad/iri, cukup disenyapkan saja. Cuman yang mengingatkan soal masa lalu, unfollow saja wkwk
Kalau yang lain, jangan lupa baca buku agar meningkatkan daya pikir dan memperhalus hati. Aku rekomendasikan Buku Remake Mas Bagas Rais, Atomic Habbits James Clear, How To Master Your Habbits Ust. Felix Siauw, dan buku-buku Quranreview.
Terakhir, jangan lupa libatkan Allah dalam setiap urusan kita. Dengan segala riuhnya dunia, ingatan masa lalu, masalah yang silih berganti, teman kantor yang toxic, dan impian yang belum terwujud, hanya kepada Allah lah kita meminta dan memohon pertolongan.
Semoga Allah mudahkan.
Surakarta, 27 November 2024 Sedang memantau ontran-ontran pilkada sembari muhasabah diri.
H-93 Menuju Ramadhan
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
22 notes
·
View notes
Text
Merayakan Sesak
Terkadang, kita seringkali mengharapkan kebahagiaan dan ketenangan selamanya tapi justru bertumpu pada hal-hal yang sifatnya sementara.
Bisa jadi, pencarian makna kebahagiaan terlalu banyak berorientasi kepada dunia, hingga saat terbentur dengan realita, hati menjadi sesak tak berdaya.
Hati itu ibarat rumah, sedangkan dada adalah halamanya.
Untuk melegakan hati, kita perlu melonggarkan dada yang sesak dari prasangka-prasangka, ekspektasi dunia, dan berharap kebahagiaan dari Allah semata. Halaman yang luas, asri, dan indah adalah cerminan hati yang tentram.
Saat musibah datang menimpa, hati akan mudah goyah dan Allah tahu itu. maka Ia memberikan kabar gembira untuk kita semua dalam firmanya :
“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
Ketika Allah hadirkan 1 masalah di hidup kita, minimal Ia hadirkan juga 2 solusi yang membersamai.
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap!
Jadi, sudah mau menyerah?
(Notulensi Event "Merayakan Sesak" Quran Review)
#abamenulis#quranreviewaba#menujukemerdekaanpalestina#seperempadabad#menyambutkemenangan#dakwahkampus#pemudaislam
24 notes
·
View notes
Text
Rasa Takut
Aku pernah takut akan suatu masalah yang terlihat besar, namun saat melewatinyanya, ternyata aku bisa, ini bukan masalah besar.
Aku pernah trauma akan sebuah peristiwa di masa lalu, namun saat melewatinya, aku sadar bahwa itu semua bukan untuk dilupakan, tapi diikhlaskan.
Aku pernah takut melangkah sendiri, namun aku menyadari, seminimalnya akan ada satu orang, entah keluarga, teman, atau orang yang tak pernah kita duga datang dari mana, memberikan afirmasi positif yang membuatku sedikit lebih kuat.
Rasa takut terkadang muncul karena ketidaktahuan. Namun dari rasa takut, mau tidak mau aku belajar untuk tahu dan mengikis rasa takut itu.
Tidak ada kata terlambat dalam perjalanan hidup. Setiap manusia pernah takut dan pernah salah. Selama masih ada waktu, itu adalah takdir terbaik yang dimiliki untuk berbenah.
Jadi, jangan takut. Mari mulai awal yang baru dengan keberanian dan sedikit senyuman.
17 notes
·
View notes
Text
Rasa Cinta
“Jika Allah cinta dengan makhluk, maka Allah akan menguji umatnya dengan rasa cinta.” - Tirta Askara
Pernah nggak ngerasa Allah itu nggak adil sama kita?
kita dikasih cobaan ini sedangkan yang lain nggak. Orang lain dapat kemudahan, kita dapat kesukaran.
Pernah ngerasa gitu? aku pernah!
Tapi emang bener kalimat diawal itu, Allah itu cinta dengan kita, Allah pengen nguji kita, bener-bener cinta nggak sama Allah.
Boleh jadi kita mendapat kesukaran dalam hidup, tapi coba cek lagi, dari semua itu, berapa banyak nikmat yang diperoleh? lebih banyak nikmatnya!
Tanya dalam hati, yakin Allah itu nggak adil? yakin Allah nggak cinta sama kita?
“Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” (Al-Mulk - 03)
Kita tidak akan bisa melihat kecacatan pada setiap apa yang diciptakan oleh Allah. Kenapa? sebab pada setiap ciptaan-Nya, terpenuhi oleh cinta. Bukankah hal yang mustahil, untuk melihat kekurangan dari yang dicintai? (30 Nights Make It Closser hlm. 42)
Allah cinta dengan makhluknya, pun sebaliknya.
Maka sebagai bentuk cinta kepada Allah, banyakin amal sholih dan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah kasih.
Ayo obah meneh!
Surakarta, 07 November 2024
Tadabbur Al-Mulk : 03, Buku "30 Nights Make It Closser" by Quranreview
#abamenulis#quranreviewaba#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba
24 notes
·
View notes
Text
Ujian
Minggu ini, mungkin menjadi fase terberat kedua dalam hidup. Pilihan-pilihan rasional itu entah mengapa terasa kabur dalam hitungan detik.
Dalam kebingunan itu, aku merenung sejenak, mencoba tenang, lalu teringat dengan sebuah ayat :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” - Al-Baqarah : 286
Aku teringat juga dengan percakapan Ayse dan Hanum di sebuah scene di 99 Langit Cahaya di Eropa :
"Hei masalah besar, aku punya Tuhan yang lebih besar!"
Kebetulan ada 1 buku yang belum sempat ku selesaikan, buku Mas Febriawan Jauhari yang berjudul "Ke mana kubawa sendu ini?" ada quote yang cukup ngena :
Dunia Berkata, "Aku Akan Mematahkanmu!"
Kujawab, "Silakan saja. Aku punya penyembuh terhebat, yaitu Rabbku!"
Dan, saat melihat Palestina hari ini, mungkin ini semua hanya setitik debu dari ujian yang mereka hadapi. Sudah sepatutnya diri ini bersyukur.
Yuk Move On. Pelan tapi pasti, semua akan terlewati.
Tepi kota Surakarta, 10 Setember 2024.
ditemani gerimis hujan yang menghibur segala kegundahan.
30 notes
·
View notes
Text
Seribu Zaman
Dulu, kalau aku ditanya,siapa pahlawan Islam yang terhebat, aku akan menjawab Mehmed II (Muhammad Al-Fatih). Namun, ketika aku membaca kisah Ertugrul Ghazi, Osman Ghazi yang meletakan pondasi kesultanan, perjuangan mereka memberikan banyak inspirasi.
Saat aku bermain Game Stronghold Crusader, ada karakter yang bersuara lembut dan tergolong kuat dalam militer. Dia adalah Saladin The Wise yang tak lain adalah Shalahuddin Al-Ayyubi.
Membaca kisahnya dari ekspedisi Mesir, menjadi Wazir Fathimiyah, menyatukan Syam, hingga menaklukan kembali Kota Al-Quds adalah kumpulan garis waktu yang menawan sekaligus pelajaran.
Shalahuddin adalah tokoh hebat yang disegani kawan maupun lawan.
Dari waktu ke waktu, aku banyak sekali menemukan Kisah Pahlawan hebat Islam yang terdengar asing seperti Musa bin Nushair, Yusuf bin Tasyfin, Muhammad bin Abi Amir Al-Mansur (Alamanzor), dan tokoh yang aku temukan saat membaca buku "The Land Of Stars" dari Gensa, Qutaibah bin Muslim.
Semakin aku membaca, semakin banyak aku menemukan kisah kepahlawanan yang hebat. Tentu, kisah penaklukan Samarkand oleh Qutaibah atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang paling mindblowing.
Maka di zaman yang penuh fitnah ini, mempelajari Kisah Pahlawan Islam adalah healing sekaligus penyulut semangat. Mereka adalah Pahlawan Seribu Zaman dan kita harus bangga akan itu.
Meminjam jargon Gensa, Learn History, Repeat Victory.
Menyala Islamku!
#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#abamenulis#dakwahkampus#catatankemenangan#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
27 notes
·
View notes
Text
Cara efektif menaklukan kembali Palestina adalah dengan memantaskan diri menjadi pahlawan dan beranjak dari sifat berpangku tangan.
Seperti saat iqamah dikumandangkan, masing-masing dari kita mempersilakan orang lain jadi imam, dan mungkin ini waktunya jadi imam.
(Ust. Akmal Sjafril)
***
Baca sekaligus donasi dengan klik tulisan ini
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
22 notes
·
View notes