#masyarakat sipil
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kenapa Pendidikan Baku Hantam Sejak Usia Dini Bagus Untuk Demokrasi
Kita sering melihat ungkapan “Tuhan menciptakan dua tangan buat apa lagi kalau bukan buat baku hantam” ketika di media sosial terjadi perdebatan yang sangat panas. Walaupun kesannya bercanda, saya pribadi berpendapat bahwa memiliki kemampuan baku hantam pada dasarnya adalah baik untuk demokrasi yang lebih maju. Ya, saya mungkin bias karena saya adalah seorang praktisi dan juga pelatih salah satu…
#bela diri jalanan#bela diri komunitas#bela diri tradisional#demokrasi Indonesia#demokratisasi bela diri#empowerment masyarakat#hak asasi manusia#hak rakyat#kelemahan masyarakat#kesenjangan sosial#ketidakadilan sosial#kontrol pemerintah#kritik pemerintah#masyarakat sipil#oligarki politik#pelatihan bela diri#pelatihan mandiri#pemberdayaan rakyat#pendidikan alternatif#pendidikan bela diri#pendidikan berbasis komunitas#reformasi pendidikan#self-defense Indonesia#sistem oligarki#sistem pendidikan
0 notes
Text
Forum Konsolidasi Masyarakat Sipil dan Akademisi Aceh Bahas Soal Kehadiran Rohingya
KABARKITA.CO |Banda Aceh – Kehadiran pengungsi Rohingya di Aceh menjadi isu yang dibahas dalam Forum konsilidasi dan koordinasi masyaraklat sipil, akademik, pemerintah Aceh dan tokoh masyarakat yang berlansung di Aula Dinas Pemberdayaan Masyarakat Aceh pada Sabtu (29/6/2024). Pertemuan itu menghadirkan tiga pemantik diskusi, yakni dari Kesbangpol Aceh, ahli hukum dan dari Majelis permusyawaratan…

View On WordPress
0 notes
Text
Larang Jurnalistik Investigasi, ICW dan Akademisi Untirta Kritisi RUU Penyiaran
SERANG – Sorotan publik terhadap Rancangan Undang-Undang Penyiaran kian menggema. Khususnya pada substansi Pasal 50 B ayat 2 huruf C terkait larangan penayangan eksklusif liputan investigasi yang malah memukul mundur perkembangan demokrasi di Indonesia. Koordinator kampanye publik Indonesia Corruption Watch (ICW), Tibiko Zabar Pradano dalam siaran persnya bersama koalisi masyarakat sipil…

View On WordPress
#akademisi Untirta#Greenpeace Indonesia#Icw#Jurnalisme investigasi#koalisi masyarakat sipil#Pusat Studi Hukum dan Kebijakan#RUU Penyiaran
0 notes
Text
101 Cara Membebaskan Palestina
Sekadar membagikan apa yang ada di pikiran. Tak bermaksud menggurui, hanya ingin urun pikir dalam upaya pembebasan Palestina.
Sebelum mulai, kita dengerin lagu dulu biar semangat :
youtube
Cekidot :
1. Gerakan Sholat Subuh Berjamaah (GSJN)
Ada satu cerita yang cukup masyhur tentang sholat subuh. Alkisah seorang tentara israel setiap hari mondar-mandir di masjid saat subuh. Alasanya sederhana, kalau seandainya jamaah sholat subuh ramai seperti sholat jumat, maka kehancuran israel tinggal menunggu waktu. Mengerikan.
Bung Karno hanya butuh 10 pemuda untuk mengguncang dunia, umat Islam perlu menggalakan Gerakan Subuh Berjamaah untuk menghancurkan israel.

2. Dekat Dengan Al-Quran
Brigade Izzudin Al-Qassam memberikan contoh yang nyata bahwa kemenangan yang gemilang berasal dari kedekatan dengan Al-Quran.
Anak-anak Gaza di bombardir sana sini tapi memiliki ketenangan yang luar biasa. Mereka rutin membaca dan setoran hafalan.
Rekomendasi konten Al-Quran yang ringan tapi asyik. Quranreview.
3. Belajar Sirah dan Sejarah
Kisah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam adalah standar tinggi dalam beramal. Selanjutnya, kita perlu mendalami sejarah Islam dari masa ke masa untuk melengkapi gambaran dan pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.
Bisa dengerin podcast Ngaji Budaya Bang Amar
Bisa mampir Youtube Sirah TV Ustadz Asep Sobari
youtube
Kalau konten IG bisa ke Gen Saladin Bang Edgar Hamas.
4. Membumikan Adab dan Ilmu
Ust. Wido Supraha dalam sebuah forum online mengatakan, "Bagaimana Islam akan maju apabila kuliah zoom tidak oncam. Ini sederhana untuk menghormati dosen, guru, dan orang yang sedang bicara di depan forum" Perkataan itu singkat tapi menusuk di dalam hati.
Untuk memulai ini memang lama, bisa tipis-tipis membaca Ringkasan Ihya Ulumuddin atau Taskiyatun Nafs Said Hawwa. Selanjutnya perlu berguru dengan Ulama kredibel, bersanad secara tematik agar menambah experience yang nyata, karena mayoritas kita tidak terbentuk di lingkungan Pondok.
Perihal Ilmu, mengacu dari buku Model Kebangkitan Umat Islam, setelah selesai dengan taskiyatun nafs, kita perlu internalisasi dan eksternalisasi ilmu kepada masyarakat sebelum masuk ranah siyasah politik.
Untuk lebih jelasnya bisa mempelajari konsep Islamic Worldview dari Syed Naqib Al-Attas, Ustadz Hamid Fahmi Zarkasy, Asatidz Gontor-insists, Ust. Asep atau Intelektual Sosial Profetik pemikiran Prof. Kuntowijoyo.
5. Menghidupi Organisasi
Teringat perkataan dari senior, apa yang kita kerjakan di lembaga dakwah saat ini, jadikan sebagai bekal persiapan untuk naik ke level pengelolaan organisasi yang lebih tinggi. Ketika berada di puncak kepemimpinan, jadikan organisasi itu untuk memperjuangkan Islam dan Palestina.
Diksi menghidupi ini jangan dimaknai sempit tentang materi, tapi juga soal ide-ide terbarukan. Kita perlu mengakui lembaga seperti LDK, KAMMI mulai ketinggalan zaman untuk menjawab kebutuhan pemuda. Perlu adanya shifting pengelolaan tanpa meninggalkan ashalah dakwah kampus.
Aku rekomendasikan e-book dari activist class x FSLDK ini. Semoga terpantik.
6. Gerakan Boikot
Sebagai warga sipil biasa kita perlu mengkonsolidasikan kekuatan bersama dan gerakan boikot adalah solusinya. Saya menyarankan untuk fokus dengan gerakan boikot yang diinisiasi oleh BDS Movement. Mereka terstruktur, akademis, dan masif secara internasional. Banyak FAQ yang akhirnya menjawab pertanyaan kita. Untuk produk lain saya mengambil refrensi dari Bang Amar.
Follow akun BDS Indonesia
Podcast Refrensi Boikot oleh Bang Amar Risalah
7. Gunakan Gadgetmu
Saatnya kita FOMO dengan kebaikan. Saatnya kita nyampah di timeline untuk dapat Pahala. Saatnya kita sebarkan Palestina ke penjuru Followers kita. One Day One Palestine.
Rekomendasi bahan propaganda :
Flyers For Falastin
Paliclub
8. Yaudah Gerak Apa Aja Untuk Palestina
Intinya gerak aja. Ini posisinya israel udah nggak masuk akal. Bikin setiap agenda dikaitkan dengan Palestina. Hiking for Palestine, CFD for Palestine, Bookdate for Palestine, Run For Palestine, writing for Palestine (termasuk saya nulis ini)
Saatnya kita beraksi. Kaum rebahan, gen-z, alpha, milenial, k-popers, skena, senja, introvert, dan semua umat manusia di muka bumi.
***
Dari 101 cara, baru 8 yang bisa saya tulis, masih ada 93 lagi. Intinya, gemakan genderang pembebasa dan bersiap menjadi bagian pembebasan Palestina!
youtube
22 notes
·
View notes
Text
Harusnya Ngaku Kalah
35 hari lebih Israel belum berhasil mengalahkan Hamas, belum berhasil membebaskan sandera, tapi sudah membunuh 10.000 lebih warga sipil dan malah 'tak sengaja' membunuh sandera dari warganya sendiri.
Dengan teknologi persenjataan yg mumpuni namun israel gagal total dalam perang ini, banyak tentara IDF yang tewas, secara psikologis Israel sudah kalah..
Biaya perang yg sudah menghabiskan ratusan triliun hanya digunakan untuk membunuh wanita dan anak2, terlihat jelas kalau Netanyahu hanya menerapkan serangan panik tanpa terukur dan serampangan.
Sudah dibantu dengan sekutu2nya tetap saja tidak bisa menang, bukti bahwa sebenarnya mereka lemah.
Dalam hal ini Israel hanya menambah sentimen negatif masyarakat dunia terhadap komunitas Yahudi di seluruh dunia. Tanda kehancuran Israel sudah di depan mata.
21 notes
·
View notes
Text
Aktivisme Digital di Media Sosial dalam Membentuk Karakter Kritis Anak Muda

Masyarakat pasca-industrial sangat erat dengan perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) yang cukup radikal. Hal ini berimplikasi langsung terhadap dinamika kehidupan masyarakat baik dari aspek sosial, politik, maupun budaya. Media sosial sebagai salah satu hasil dari perkembangannya, di masa pandemi ini bagai menjadi kebutuhan yang krusial bagi keseharian setiap individu di dalam masyarakat. Media sosial yang awalnya terbatas sebagai wadah komunikasi dan hiburan pun sudah melebarkan fungsinya menjadi sebuah wadah kritik bernuansa politis atau kontrol sosial bagi suatu kebijakan publik. Fenomena sosial tersebut dikenal sebagai aktivisme digital. Menurut Mary Joyce, aktivisme digital adalah meluasnya penggunaan teknologi digital dalam kampanye untuk perubahan sosial dan politik. Selaras dengan apa yang juga ditulis oleh Manuel Castell (2010), percepatan arus teknologi informasi terutama pada media sosial telah memberikan sarana yang luas bagi masyarakat untuk mengekspresikan sikap mereka, baik itu dalam bentuk gerakan sosial baru maupun sebagai pengontrol terhadap perilaku pejabat atau politisi. Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook menjadi platform yang cukup tinggi dilihat dari tingkat penggunaannya pun turut menjadi wadah bagi aktivisme digital itu sendiri.
Anak muda atau remaja terutama dalam hal ini ialah mahasiswa menjadi salah satu komponen dominan yang terlibat dalam aktivisme digital. Kecendrungan anak muda untuk berpikir dan bertindak kritis membuat mereka berpeluang besar untuk menjadi salah satu aktor intelektual yang aktif menyuarakan berbagai isu berkaitan dengan kepentingan bersama. Bentuk aktivisme digital yang melibatkan anak muda di dalamnya ialah di antaranya gerakan berupa kritik dan tagar di media sosial #ReformasiDikorupsi di tahun 2019, #MosiTidakPercaya di tahun 2020, hingga yang baru saja terjadi di tahun 2021 yaitu kritik BEM UI terhadap pemerintah mengenai berbagai isu aktual lewat infografis di Instagram dan Twitter. Kondisi sosial politik selama pandemi di Indonesia yang dinilai kacau sebagai akibat inkompentesi pemerintah dalam mengambil kebijakan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Keresahan bersama yang dirasakan oleh seluruh komponen dalam masyarakat baik masyarakat sipil, mahasiswa, maupun buruh dapat diekspresikan secara lebih leluasa melalui aktivisme digital.
Media sosial sebagai media yang mudah untuk diakses oleh berbagai kalangan bersifat cair dan inklusif memberikan kesempatan yang sama bagi tiap individu untuk berbicara dan berekspresi tanpa memandang latar apapun. Hal tersebut diperkuat dengan mengutip dari artikel Remotivi, Bennet, dan Segerberg (2013) menjelaskan bagaimana aktivisme digital dapat bekerja dalam masyarakat dengan menggagas apa yang disebut sebagai connective action. Tiga karakteristik utama dalam connective action, yaitu 1) individu tidak harus terikat dengan kelompok terentu untuk bisa berpartisipasi; 2) partisipasi diwujudkan melalui ekspresi personal; dan 3) absennya hierarki sehingga partisipasi tidak digerakkan oleh komando tunggal. Logika yang dikemukakan Bennet dan Sergerberg menjawab mengapa kini aktivisme digital menjadi sebuah strategi atau alternatif yang cukup dominan, baik sebagai bentuk baru gerakan sosial maupun hal yang memperkuat atau mewarnai gerakan sosial itu sendiri.
Aktivisme digital di media sosial dapat berpengaruh dalam membentuk karakter kritis anak muda. Kita dapat meniliknya melalui fenomena yang ramai dalam beberapa bulan terakhir, ketika BEM UI melakukan kritik terhadap Presiden Jokowi sebagai “King of Lip Service” melalui infografis dengan visual yang cukup memantik kontroversi. Infografis yang dibagikan oleh BEM UI seketika langsung ramai diperbicangkan oleh warganet, postingan instagram tersebut telah dikomentari sebanyak 35.000. Banyak warganet yang menyampaikan keberpihakannya atas kritik yang disampaikan BEM UI kepada pemerintah karena berhasil mewakilkan banyak suara rakyat yang resah. Substansi dalam kritik BEM UI tersebut meliputi isu kebebasan berbicara dan berekspresi yang direpresi, pelemahan KPK, hingga gugatan terhadap UU Cipta Kerja. Nyatanya, BEM UI berhasil memantik pola atau bentuk aktivisme digital serupa di kalangan mahasiswa lainnya. BEM kampus lain seperti UNAND, UNHAS, dan UNSIL juga melakukan aksi kritik serupa melalui infografis yang dibagikan di media sosial. Hal tersebut menunjukkan bagaimana keberanian anak muda untuk berbicara dan berekspresi dalam keresahan terhadap kebijakan publik melalui aktivisme digital telah menginspirasi anak muda lainnya untuk turut berpartisipasi. Aktivisme digital melalui kritik dalam infografis yang dilakukan oleh banyak organisasi mahasiswa juga membuka wadah diskusi dan penerimaan informasi akan berbagai isu di kalangan masyarakat sipil dan mahasiswa lainnya. Kelekatan anak muda terhadap media sosial membuka jalan bagi mereka untuk melek terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan bermasyarakat. Akhir kata, aktivisme digital dapat memberikan solusi terhadap apatisme yang masih eksis di beberapa kalangan anak muda dengan menggali karakter kritis mereka melalui literasi informasi.
2 notes
·
View notes
Text
Sedikit Cerita Diri yang Terjebak di Sini
Kala masih duduk di bangku sekolah, tak terpikir di dalam benakku untuk menjadi seorang tenaga kesehatan. Mimpiku adalah menjadi fisikawan atau matematikawan. Aku menyukai hitungan, tetapi benci akan hapalan. Aku juga takut akan darah. Alih-alih darah yang berceceran, setetes darah untuk pemeriksaan gula darah saja, mampu membuatku berkeringat dingin hingga jatuh pingsan. Ajaib bukan, jika sekarang aku malah menjadi seorang tenaga kesehatan yang katanya adalah garda terdepan. Inilah yang dinamakan takdir, bukan kebetulan.
Setelah melalui proses perkuliahan selama enam tahun dengan penuh perjuangan, aku akhirnya lulus menjadi dokter umum pada tahun 2015 dengan nilai pas-pasan. Aku mengawali karir sebagai dokter internsip di Kota Banjarbaru, kota kediaman. Selesai internsip 1 tahun, aku pun langsung berpindah ke Tenggarong Kalimantan Timur, untuk mengikuti suami dan mencoba mencari peruntungan. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk lanjut bekerja di salah satu klinik swasta. Jika ada pertanyaan, “Mengapa tidak bekerja di rumah sakit?” maka jawabnya adalah, “Aku tidak suka menangani kasus kegawatdaruratan.” Jika ada pertanyaan lagi, “Mengapa tidak bekerja di puskesmas?” maka jawabnya, “Aku sudah sempat melamar di sana, namun tidak ada panggilan.” Jika masih ada pertanyaan, “Mengapa tidak membuka praktik sendiri?” maka jawabnya, “Aku masih malas-malasan.”
Hampir empat tahun aku bekerja sebagai dokter umum di sebuah klinik dengan sistem jaga shift. Aku hanya menangani pasien saat jam jaga, kemudian pulang tanpa beban, dan mendapatkan gaji di akhir bulan. Rasanya cukup menyenangkan, sama sekali tidak ada tekanan, dan minim kelelahan. Bahkan saat pandemi Covid-19 melanda, pekerjaanku sebagai tenaga kesehatan masih terbilang santai. Maklum, aku bukan relawan, hanya dokter jaga klinik yang bisanya melakukan rujukan. Namun, mudah-mudahan tetap bisa membawa kebermanfaatan.
Cerita dimulai saat akhirnya ada penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jujur, diri ini kurang berminat untuk mengikuti. Namun, dikarenakan situasi dan desakan kondisi yang tengah terjadi, akhirnya aku memutuskan mencoba mengikuti tes CPNS tersebut. Aku sempat bimbang menentukan pilihan formasi saat itu, antara rumah sakit yang jaraknya dekat dengan rumah, ataukah puskesmas yang jaraknya cukup jauh. Entah mengapa, hati ini cenderung lebih memilih puskesmas. Akhirnya, kuputuskan untuk memilih formasi di puskesmas. Walaupun jaraknya terbilang jauh, setidaknya, bekerja di puskesmas dapat mengurangi paparan kasus kegawatdaruratan. Singkat cerita, atas kehendak Allah, aku lulus tes, dan mulai mengabdi sebagai dokter di puskesmas. Puskesmas Jonggon Jaya namanya, jauh lokasinya, sekitar 50 km dari rumah, dan perlu waktu tempuh kurang lebih 1 jam untuk sampai ke sana. Untungnya, rekan kerjanya ramah dan baik semua, meskipun bermacam-macam tingkah lakunya.
Kini, sudah berjalan dua tahun aku terjebak di sini, menjadi salah satu tenaga kesehatan di puskesmas pedesaan ini. Berbagai rasa dari sedih, kesal, senang, dan bahagia pernah dialami. Bekerja di puskesmas membuatku sadar jika seorang dokter di puskesmas tugasnya tidak hanya datang pagi, mengobati, kemudian berlalu pergi. Menjadi dokter puskesmas ternyata lebih dari itu. Saat bekerja di klinik, pasien datang dan pergi, lalu aku tidak tahu kabarnya lagi. Lain cerita dengan puskesmas, pasien datang dan akan kembali. Aku pun mulai mengenal beberapa pasien, menyelami karakter, hingga masalah yang mereka hadapi. Rumit, ternyata sakit itu tak sekadar sakit, tak cukup diberi resep dan diobati. Begitu kompleks berbagai permasalahan yang harus dihadapi dan turut andil dalam kesehatan seorang pasien.
Seorang dokter puskesmas tidak bisa bekerja sendiri, harus bahu membahu. Di puskesmas, semua orang memiliki andil yang penting. Tak hanya pegawainya saja, bahkan masyarakat pun harus turun tangan. Mengapa? Karena Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat, bukan pusat pengobatan masyarakat. Pengobatan hanyalah secuil bagian dari puskesmas. Keberhasilan upaya kesehatan bergantung pada masyarakat. Inilah sedikit cerita tentang diri, awal kisah dari tulisan yang nantinya akan dibagi.
“Tidak ada yang terjebak. Semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa.”
3 notes
·
View notes
Text
REFLEKSI OKTOBER 2023: BULAN PALING PENUH AIR MATA
Tak terasa, hari ini kita sudah berada di penghujung bulan Oktober 2023. Tahun 2023 tinggal 2 bulan lagi. Bagiku sendiri, bulan ini merupakan bulan yang menguras energi, emosi dan bulan yang paling penuh air mata. Rasanya, terakhir kali menangis yang seintens ini adalah tahun 2021. Namun, jika dibandingkan, tetap saja Oktober 2023 adalah bulan paling penuh air mata. Kesamaannya antara 2021 dan 2023 adalah menangisnya sama-sama diam-diam, di tengah kesendirian, wkwk. Kalau di depan orang lain bisa jadi semacam orang yang kuat dan seolah-olah semuanya baik-baik saja. Perbedaannya, tahun 2021 aku belum belajar meregulasi emosi dengan baik. Kini, baru kusadari bahwa efeknya sungguh tidak baik. Semuanya qadarullah, tetapi mungkin itu juga berefek sampai ke kesehatan fisik, di mana waktu itu aku jadi tidak merasa lapar, sehingga menunda-nunda makan. Efeknya baru berasa sekarang, menjadi GERDian of the galaxy. Perbedaan lainnya, dan ini yang paling utama, tentu saja, penyebabnya, dan pelajaran yang bisa kuambil dari refleksi bulan ini. Oktober 2023 telah melalui perjalanan panjang mengenal diri sendiri, sehingga meskipun rasa sedihnya lebih besar, alhamdulillah regulasi emosinya sudah jauh lebih baik.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga hari ini, linimasa media sosial kita dipenuhi oleh kabar yang membuat hati miris. Tidak, ini bukan konflik. Ini adalah penjajahan di era modern dan perjuangan bangsa yang mempertahankan tanah airnya agar si penjajah bisa hengkang. Ya, ini tentang Israel dan Palestina. Perkara inilah yang membuat entah sudah berapa volume air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal ini keluar. Ada rasa sedih, rasa marah, kecewa, tetapi juga ada rasa haru, bangga, rindu dan perasaan lainnya campur aduk selama sebulan ini.
Sedih rasanya melihat anak-anak, perempuan dan masyarakat sipil menjadi korban kezaliman zionis. Fasilitas publik seperti masjid, rumah sakit, gereja, toko roti, tak luput dari serbuan bom mereka. Bahkan, bom fosfor putih yang jelas-jelas sudah dilarang oleh hukum internasional. Anak-anak tak berdosa itu berlumuran debu dan darah. Anak-anak yang seharusnya memiliki masa depan. Namun, ternyata Allah lebih sayang mereka.
Ada rasa marah dan tak berdaya juga, ini si zionis sudah melakukan berapa kejahatan perang, ya? Begitulah ternyata dunia. Kalau di belakangnya ada negara adidaya yang mendukung, zionis tenang-tenang saja. Ke mana perginya PBB? Oh, ternyata, selama hak veto di Dewan Keamanannya masih ada, tak akan ada keadilan kecuali untuk negara-negara yang mereka dukung. Life is unfair. Get used to it. Itulah makanya Allah, hakim yang Maha Adil, menyediakan hari akhir dengan peradilan yang seadil-adilnya nanti. Karena memang sulit mencari keadilan yang seutuhnya di dunia ini. Awas, ya, zionis, nanti kalian tidak akan bisa lari sedikit pun dari hisab dan mizannya Allah. Semuanya akan dihitung, diadili dan dibalas. Seadil-adilnya. Anak-anak yang kalian bunuh itu akan bersaksi. Tangan dan kaki kalian juga akan bersaksi. Sudah tidak bisa membayar influencer untuk memutarbalikkan fakta.
Selain itu, ada juga rasa kecewa. Kecewa kenapa negara-negara Islam, terlebih lagi negara-negara Arab, tidak bisa bersatu. Padahal, dalam pemikiran sederhanaku dari dulu, Israel itu kan negara (kalau bisa disebut negara, padahal sih nggak ya) kecil. Kalau pada bersatu, tidak begitu sulit, bukan? Belum lagi negara-negara Arab itu menguasai sumber daya energi berupa minyak bumi yang tersimpan di bawah buminya itu. Sekali embargo, ketar-ketir juga negara-negara pro-zionis itu. Namun, ternyata perputaran dunia memang tidak sesederhana itu. Berbagai kepentingan, kondisi geopolitik, geoekonomi dan lain-lain, semuanya saling berkelindan. Huft, dunia memang tidak sesederhana pemikiran seorang anak kecil yang ingin dunia ini aman. Bahkan Resolusi Khartoum 1967 pun dilanggar sama mereka sendiri. Aku juga jadi ingat sabda Rasulullah.
Dari Tsauban, dia berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, sahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud). Sumber https://rumaysho.com/3388-cinta-dunia-dan-takut-mati.html
Look, saat ini jadi semakin mengerti makna hadis ini. Namun, sudahlah sedih-sedihnya. Ada begitu banyak hikmah yang terserak dari peristiwa ini, jika kita mau memungutnya.
Guruku pernah mengatakan bahwa, jika kita masih memiliki rasa sedih ketika melihat saudara-saudara kita di Palestina sana dibantai, maka bersyukurlah, karena semoga saja itu merupakan tanda iman yang masih ada di dalam hati kita. Bukankah tidak sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri? Bukankah seorang mukmin dengan mukmin lainnya itu bagaikan satu tubuh, di mana jika yang satu sakit, maka yang lain pun merasakan hal yang sama? Dan mereka di Palestina sana adalah saudara-saudara kita. Saudara seiman yang menjaga tanah wakaf Baitul Maqdis, menjaga Masjidil Aqsa sebagai kiblat pertama kaum muslimin. Jika ada yang mengatakan “Ngapain ngurusin masalah Palestina yang jauh, sedangkan masalah di negeri sendiri saja masih begitu banyak?” Ingatlah, baca lagi sejarah Indonesia. Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Maka, sebagai bangsa Indonesia, kita merupakan saudara dengan bangsa Palestina. Ingat juga pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan, jika mengaku sebagai manusia, tidakkah sisi kemanusiaan kita tersentuh saat melihat manusia lain dibantai? Maka bersyukurlah jika kita masih merasa sedih. Semoga air mata yang keluar atas dasar rasa cinta itu merupakan salah satu tanda keimanan. Semoga air mata itu nanti menjadi saksi di hadapan Allah, bahwa kita mencintai saudara-saudara kita di sana, atas dasar keimanan kepada-Nya. Justru, berhati-hatilah ketika kita mulai mati rasa. Jangan-jangan, perlahan nikmat iman itu tercerabut dari dalam hati kita.
Namun, jangan sampai rasa sedih itu paralyzing, melumpuhkan kita. Kita seharusnya menjadi lebih bersemangat dalam belajar, bekerja dan beribadah. Semangat mereka dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajah, seharusnya menular ke kita. Semangat mereka dalam bertahan di tengah keterbatasan, seharusnya menjadi cambukan bagi kita yang suka rebahan dan bermalas-malasan. Kita punya PR besar. Masalah Palestina tidak hanya akan selesai sampai di sini saja. Kita perlu belajar lebih banyak, tadabur Al-Qur’an lebih banyak, terutama Surah Al-Isra’ dan mengajarkannya kepada anak-anak kelak.
Berbicara tentang Al-Qur’an, aku juga menjadi teringat sebuah peristiwa saat di asrama Qur’an dulu. Ketika mempelajari sebuah hadis dari kitab At-Tibyan karya Imam Nawawi rahimahullah, sebuah kisah begitu menancap dalam ingatan.
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan, karena nanti tidak akan ada mushaf lagi) Al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu��.
Referensi : https://almanhaj.or.id/4540-derajat-hadits-keutamaan-menghafal-alqurn.html
Dulu, waktu ngebahas hadis ini, Ustazah bilang "Anak-anak Palestina itu becandaannya next level. Mereka becandanya, 'Aku udah lebih banyak nih hafalannya. Ayo, kamu juga semangat, dong. Biar nanti kita sama tingkatannya di surga'."
Terheran-heran, kok bisa sih anak-anak itu memaknai hadis ini di usia belianya. Makin takjub saat tahu bahwa di tengah kondisi mereka yang jauh dari rasa aman & penuh keterbatasan, hafiz Qur'an terus tumbuh seperti jamur di musim hujan. Kamu boleh kehilangan segalanya, tapi saat masih ada harapan akan pertolongan Allah & Al-Qur'an di hati, kamu punya segalanya. Al-Qur'an sebagai ruh, benar-benar nyata dalam perjuangan Palestina. Tidakkah kita mengambil pelajaran? Saat ini, kita juga dapat melihat gambar-gambar dan video-video dari para jurnalis independen yang tersebar di dunia maya. Rumah diledakkan, tetapi yang pertama diselamatkan dan digenggam adalah Al-Qur’an. Di tengah reruntuhan, anak-anak tetap membaca dan murajaah Al-Qur’an. Ketika lelah, para dokter murajaah hafalan. Lebih dari itu, Al-Qur’an tidak hanya dibaca dan dihafalkan, tetapi diejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Betapa hati ini penuh keharuan dan kebanggaan ketika melihat wawancara seorang ayah yang kehilangan anak-anaknya dan beliau berkata “Alhamdulillah, mereka syahid di jalan-Nya.” Ucapan yang paling sering keluar dari mulut mereka juga “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Ya, cukuplah Allah sebagai penolong, sebagai pelindung. Cukuplah Allah. Kalian tidak akan bisa mengalahkan manusia yang bergantung sepenuhnya kepada Allah, karena Dialah yang Maha Kuat, sementara kalian adalah makhluk yang begitu lemah. Tidak hanya orang dewasa. Anak-anak Palestina juga memiliki keberanian yang luar biasa.
Maka, terbit pula kerinduan untuk melihat tanah yang diberkati itu. Tanah Baitul Maqdis. Semoga suatu saat kita bisa melihat Palestina merdeka, dengan kemerdekaan yang seutuhnya. Semoga kita bisa salat dengan penuh kedamaian dan kekhusyukan di Masjidil Aqsa. Semoga nanti kita bisa bercengkerama dengan para syuhada Palestina di surga, menghadiri halakah Qur’an yang sama di taman-taman surga, mendengarkan kisah mereka secara langsung, menyimak apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya mereka alami, dari mulut harum mereka langsung, bukan dari media yang sudah dipelintir oleh negara-negara pro-zionis.
Oktober 2023 memang bulan penuh air mata. Namun, bulan ini juga penuh pelajaran berharga. Pelajaran yang membuat semakin bersyukur akan nikmat rasa aman. Pelajaran yang menampol bahwa ke mana itu semangat untuk menyelesaikan hafalan dan murajaah hafalan Qur’an? Pelajaran yang menyadarkan bahwa masalah kita ternyata belum ada apa-apanya. Masalah mereka di Palestina sana jauh kebih besar, tetapi masyaAllah keimanan mereka luar biasa. Terima kasih ya Allah, di tengah hadah hadeh perduniawian, Engkau bukakan mata kami bahwa ada masalah penting. Ada tugas besar yang perlu dijalankan. Semoga Allah berikan kita kekuatan, kesehatan dan sumber daya untuk menjalankan tugas kita dari sini, sesuai dengan posisi, fungsi dan profesi kita masing-masing. Sebelum jamaah salat subuh belum sama dengan salat Jumat, tugas kita masih jauh dari selesai. Sebelum Al-Qur’an dijadikan last seen paling sering, tugas kita masih jauh dari kata selesai. Kita perlu menjadi bagian dari generasi yang kuat fisik, jiwa dan keimanannya; bukan sibuk rebahan, bergalau ria dan merasa paling malang sedunia. Terima kasih Palestina. Semoga tulisan ini suatu saat menjadi pengingat, dan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa ada orang-orang dari jauh, yang meskipun terpisah batas-batas geografis, terpaut karena cinta kepada-Nya. Semoga nanti kita bisa reuni di surga-Nya.
Simpang Empat, penghujung Oktober 2023
6 notes
·
View notes
Text
Mba Taylor, jadi gini
Sebenarnya batin ini sudah lama ingin menulis pasca kejadian 7 Oktober kemarin. Tentang Serangan balasan Hamas kepada Israel.
Tapi aku menahan jemariku dulu dari papan ketikku, merenungkan diri sendiri yang geram hanya ketika viral kejadian-kejadian yang ada di Palestina.
Semoga Allah mengampuniku dengan imanku yang "musiman" atas empatiku terhadap kejadian di Negeri Para Nabi yang sampai saat ini terjajah.
Untuk teman-teman IGku atau siapa pun yang kecantol postingan ini. Ketahui fakta dasar dari fenomena ini dari awalnya adalah "Z1onis Isr4el" itu adalah Penjajah
Mereka hanyalah sekelompok orang yang diusir dari Jerman setelah Perang Dunia 1, dan diterima oleh penduduk Palestina untuk numpang, diberi tempat tinggal, makan, akses kesehatan dan hak-hak dasar manusia lainnya. Namun Peristiwa Nakba terjadi, mereka yang "Numpang" itu akhirnya mengambil Paksa tanah milik orang lain.
Bertahun-tahun berlalu, ternyata Penjajah itu mulai banyak tingkah. Karena disupport Negara maju dan adidaya. Mereka mulai semena-mena. Maka sudah sewajarnya jika Rakyat Palestina melakukan perlawanan.
Namun melawan bukan karena ingin mendzolimi, tapi untuk melindungi Tanah Air, mengambil lagi rumah yang mereka sampai sekedar mempertahankan haknya sebagai manusia untuk hidup.
Disana bukanlah Peperangan, selama ini yang terjadi adalah Penjajahan. Maka lihatlah sekarang dengan hati nurani. Semua berita dan jejak digital bisa kita akses. Dengan jelas kita bisa melihat kejahatan dan kedzoliman yang Z1onis buat. Tak cukup postingan ini untuk menuliskan semuanya.
Paling baru ini, bisa kita lihat di semua media sosial. Israel menyatakan perang tapi bukan perang yang gentle. Yang mereka lakukan adalah War Crime, roket-roket menyasar rumah sakit, sekolah dan fasilitas publik, menyerang masyarakan sipil, bom fosfor, memutus akses air, listrik dan makanan. Donasi ditahan masuk ke Palestina. Yang paling kejinya, mereka menyuruh warga Palestina untuk mengungsi pada sebuah daerah karena akan ada serangan, tapi ketika masyarakat menuju ke tempat evakuasi, mereka mengebom akses jalan ke tempat itu. Korbanpun tak terhindarkan.
Framing media sangat keji. Menuduh pejuang dari tanah yang dijajah sebagai "T3ror1s". Seakan Isr4el lah yang menjasi Si Paling Menderita. Seakan luka Isr4el yang baru ia terima menghapus jejak kekejaman yang telah mereka lakukan sejak 1948 kemarin.
Makanya, jangan mau jadi korban media yang gemar menyebar kebohongan. Apalagi omongan para Z1onis pesek yang mencari muka dengan mencoba membela-bela Isr4el.
Jika kita masih menjadi Manusia, maka gerakkan kemanusiaan di hati itu untuk membuat Rakyat Palestina merasakan rasanya menjadi "Manusia" yang seperti kita rasakan sekarang
Dan Jika kita masih mengaku sebagai seorang Muslim. Gunakan Iman yang ada dalam hati itu untuk berkomitmen mempelajari apa itu "Tauhid" yang ada di Tanah Palestina, Negeri Para Mujahid, Negeri Para Nabi.
1 note
·
View note
Text
Pernyataan Sikap: Kami Mengecam Aksi Pembakaran Buku
Pekan lalu Front Anti Komunis di Surabaya membakar buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono. Guru Besar Ilmu Sejarah Prof Dr Aminuddin Kasdi ikut dalam pembakaran dan mengatakan bahwa sejarah adalah milik pemenang. Mereka membakar buku sebagai reaksi terhadap kolom serial wartawan Jawa Pos Dahlan Iskan berjudul "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya."
Pembakaran buku kali ini bukan yang pertama. Pada Juli 2007 ribuan buku pelajaran sejarah dibakar Kejaksaan Negeri Depok. Pembakaran-pembakaran ini membuktikan adanya sekelompok orang yang tidak bisa menerima perbedaan pendapat.
Kami prihatin dengan pembakaran buku itu kendati kami belum tentu sepenuhnya setuju dengan isi buku tersebut. Tapi kebebasan berpendapat, baik lisan maupun tulisan, dijamin oleh UUD 1945. Pembakaran buku Soemarsono mengulang kembali aksi fasisme Nazi yang juga membakar buku-buku karya Sigmund Freud, Albert Einstein, Thomas Mann, Jack London, HG Wells serta berbagai cendekiawan lain. Nazi menganggap buku sebagai musuh mereka.
Kami prihatin aksi ini dilakukan oleh sekelompok orang, yang memakai nama Islam namun melakukan tindakan tercela pada bulan Ramadhan, bulan di mana Allah pertama kali menurunkan perintah membaca kepada Nabi Muhammad SAW. Buku semestinya dibaca, bukan untuk dibakar.
Kami menyayangkan pernyataan Aminuddin Kasdi. Pernyataan sejarah hanya milik pemenang tak sepantasnya dikatakan oleh seorang guru besar ilmu sejarah. Penulisan sejarah semestinya mengedepankan keberimbangan fakta dan keberagaman versi, bukan monopoli satu versi praktik rezim Orde Baru.
Oleh karena itu, atas dasar akal sehat dan kepercayaan pada demokrasi, kami menyatakan:
PERTAMA, mengecam para pelaku pembakaran buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono, dan menganggapnya sebagai tindakan fasistis, yang bertentangan dengan kemanusiaan dan upaya mencerdaskan masyarakat.
KEDUA, menuntut kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjamin kebebasan berpendapat dan menindak tegas mereka yang menciderai kebebasan sipil di Surabaya.
KETIGA, menuntut dihentikannya tindakan pelarangan buku atas alasan apapun. Bila terdapat perbedaan pandangan, yang diwakili sebuah buku, hendaknya dijawab dengan menerbitkan buku baru, yang mencerminkan pandangan yang berbeda --bukan dengan larangan.
Semoga demokrasi di Indonesia, yang baru ditanam benihnya, bisa berkembang sehat.
Kami yang mendukung:
A Supardi Adiwidjaya (wartawan) AK Supriyanto Aan Rusdianto (aktivis, PEC) Aboeprijadi Santoso (wartawan) Achmad Fauzi Adi Mulyana Adrian Mulya Adyanto Aditomo (blogger, aktivis sosial) Adytia Fajar Adityo Lukito Agung Cahyono Widi (wartawan) Agung Dwi Hartanto (pengelola taman bacaan) Agus Bejo Santoso (aktivis) Agung van Joel Nugroho Ajianto Dwi Nugroho Akmal Nasery Basral (wartawan) Alfian Syafril (mahasiswa, UGM) Amalia Pulungan (aktivis) Amir Al Rahab Andi K Yuwono (aktivis Praxis) Andi S Nugroho (wartawan) Andre JO Sumual (wartawan) Andreas Harsono (wartawan) Andreas Iswinarto (blogger, aktivis sosial) Agung Arif W Widodo (Mahasiswa Sejarah Unair) Anissa S Febrina (wartawan Jakarta Post) Anjas Asmara (wartawan Trans7) Anton Septian (wartawan) Anton Dwi (pembaca bebas) Ambarum Sari (ibu rumah tangga) Ari Trismana Ari Zullutfi Aria W Yudhistira (wartawan Seputar Indonesia) Arief Setiawan Arif Gunawan Sulistyo (wartawan) Arif Sam K (Bekasi) Aryati Aryo Yudanto (aktivis IKOHI Jawa Timur) AS Manto Asahan Alham (penulis, sastrawan, tinggal di Belanda) Asep Sambodja (dosen FSUI, Jakarta) Atta Sidharta (Perguruan Rakyat Merdeka, Jakarta) Ayu Purwaningsih
Badrus Sholeh (dosen UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta) Basil Triharyanto (wartawan) Baskara T Wardaya Dr (guru sejarah) Bedjo Untung (Ketua YPKP 65) Beka Ulung Hapsara Bengar Gurning Beta Ramses Yahya (Kedubes RI Maroko) Betty Purba Bilven (Ultimus Bandung) Binbin Firman Tresnadi Bonnie Setiawan (Institute for Global Justice) Bonnie Triyana (sejarawan cum wartawan) Budi Setiyono (Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah) Budi Wirawan (alumnus jurusan Sastra Indonesia Undip, menetap di Banjarmasin) Bustanul Arifin (aktivis Jaringan Videomaker Independen)
Chan Chung Tak (pemerhati Indonesia) Chris Poerba (wartawan) Christofel Nalenan (JPPR, Jakarta) Cicilia Peggy Mariska Cinde Laras Yulianto Coen Husain Pontoh Cony Harseno (RIVER, Yogyakarta)
Dandhy Dwi Laksono (wartawan) Danial Indrakusuma (aktivis) Darma Ismayanto (wartawan) Das Albantani (pejuang EcoVillage) Dasa Rudiyanto (aktivis) David Leonardo Henry Dedi Ahmad Deddy Try Laksono (Kadalholict ArtWork) Denny Ardiansyah (penulis resensi buku) Derry Putera (wartawan) Desantara Joesoef (Penerbit Hasta Mitra) Devi Fitria (wartawan) Devi Dwi Aribowo (Mahasiswa Sejarah Undip) Dian Setyawati Dian Fath Risalah (Undip) Diana AV Sasa (Penulis, Redaktur Pelaksana portal berita buku Indonesiabuku.com) Doreen Lee
E.S. Noorsabri (politisi, Jakarta) Eddy Purwanto (warga biasa) Eep Saefulloh Fatah (pengamat politik, Dosen Fisip UI) Edo Saman
Fahmi Faqih (penyair) Fahri Salam (wartawan) Faisol Riza (PKB) Faiza Hidayati Mardzoeki (aktivis perempuan) Fendry Panombang Firdaus Cahyadi (Knowledge Sharing Officer-Yayasan SatuDunia) Firdaus Mubarik Firliana Purwanti (Hivos) Frans Padak Demon (wartawan) Frans Anggal (Pemimpin Redaksi Harian Umum Flores Pos) Fransiska Ria Susanti (penulis cum jurnalis, Hong Kong)
Gatot Prihandoono Gerry van Klinken Dr (sejarawan, KITLV, Leiden) Ging Ginanjar Gita Tomtom Goenawan Mohamad (wartawan senior) Gunawan Hartono (politisi, Jogjakarta) Gustaf Dupe (Ketum Perhimpunan Pelayanan Penjara)
Halim HD (Networker Kebudayaan, Forum Pinilih, Solo) Hamzah Sahal (PP Lakpesdam NU) Hardy R Hermawan Hendayana Musaleft (Aktivis Komite Aksi Mahasiswa Pelajar Pemuda Cilograng, Banten) Hilmar Farid (sejarawan) Hendri F Isnaeni (peneliti PSIK Univ Paramadina) Hepy Nurwidiamoko Heri Latief (penyair)
I Wayan Gendo Suardana (aktivis HAM dan demokrasi) Ibrahim Isa (Wertheim Stichting, Belanda) Ika Wahyu Priyaryani Ilang Tri Subekti (Mahasiswa Sejarah FIB UGM) Imam Nasima (peneliti PSHK) Imam Shofwan (wartawan) Imam Wahyudi Imas Nurhayati (Ecosisters) Imron Rosyid Tr (jurnalis, Solo) Indah Nurmasari (wartawan) Inge Mangala Irham Ali Saifuddin (Pesantren Nurulhuda, Garut) Irina Dayasih (aktivis perempuan) Irma Dana (penulis) Iswan Kaputra (Social Worker & Freelance Journalist) Iwan Samariansyah (wartawan)
Jeffrey Hadler (Departement of South and Southeast Asian Studies di Universitas California, Berkeley) Jefri Saragih (aktivis sosial) Johanes Lewi Nugroho (aktivis sosial) John Pakage (aktivis Papua) Jopi Peranginangin
Kanadianto (Penulis - Politisi) Krisno Winarno (mahasiswa Sejarah Undip, Semarang)
Laela Achmad Laili Zailani (direktur Institute for Democracy and Political Justice (INDEPOLIS, Jakarta) Lestari Wahyu Winarni Lexy Rambadetta (produser film dokumenter) Lia Kusumowardhani (jurnalis, London) Lisa Febriyanti (produser film dokumenter) Lolly Suhenty Lukmono Suryo Nagoro
M Abduh Aziz (Dewan Kesenian Jakarta) M Akbar Wijaya (mahasiswa sejarah Undip, Semarang) M Alwi Assagaf (Sulawesi Selatan) M Berkah Gamulya M Faishal Aminuddin (sejarawan, dosen Fisip Unbraw) M Yamin Panca Setia (wartawan) MF Mukti (aktivis Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah) Maeda Yoppy Maria Dian Nurani Markus Kajoi (KIPRa Papua) Marlo Sitompul Maruly Hendra Utama S.Sos, M.Si Mawie Ananta Jonie (penyair eksil di negeri Belanda) Mia Amalia Mia Wastuti (mahasiswi) Mimmy Kowel Mugiyanto (IKOHI) Mulyani Hasan Mulyadi (aktifis SARI Solo) Muslimin Abdila (Al Haraka, Jombang)
Nezar Patria (Ketua Umum AJI) Ngurah Suryawan (sejarawan) Nita Ayu (Freelance Translator) Nong Darol Mahmada (aktivis) Nor Hiqmah (aktivis Yappika) Novaldi Azwardi Nugroho Dewanto (wartawan) Nurul Kodriati (Health Economist) Nurul Khawari (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Nurachman Iriyanto (Masyarakat Advokasi Warisan Budaya)
Odi Salahudin
Palupi Damardini Parawansa Assoniwora Patra M Zen (Direktur YLBHI) Pratono (aktivis Kronik Filmedia Semarang) Purwadi Djunaedi Putri Yunifa
R Nugroho Bayu Aji (alumnus Departemen Sejarah Unair, Surabaya) Rahung Nasution (film maker) Rahadi Al Paluri Ramadhanesia Randy Syahrizal(Gema Prodem) Renta Morina Evita Nababan Rina Kusuma (Kehati) R Miryanti (Lembaga Sastra Pembebasan) Ririn Sefsani (Walhi) Riyan Aji NUgroho(Ikatan Mahasiswa Sejarah Seluruh Idonesia) Rivki Maulana Priatna (mahasiswa jurnalistik Fikom Unpad) Rudy Hb Daman (pengurus DPP Gabungan Serikat Buruh Independen) Rukardi Ahmadi (wartawan)
Saiful Haq Saleh Abdullah (Insist, Jogjakarta) Sapariah Saturi (wartawan) Sari Safitri Mohan Saurlin siagian (Bakumsu) Sijo Sudarsono (ISAI) Simon (IKOHI) Sinnal Blegur (IKOHI) Siswa Santoso (peneliti, alumnus Universiteit van Amsterdam) Slamet Ortega Steve Mustang Suar Suroso (penyair eksil, China) Sutini (Ketua Dewan Perwakilan Anggota HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) Sumut) Svetlana Dayani (karyawati, Jakarta) Syamsuddin Radjab
Tata Septayuda Purnama (wartawan) Taufik Andrie (wartawan) Teddy Ardianto H Tedjabayu Soedjojono Teguh Santosa (wartawan) Thanding Sari Theresia Mike Verawati (Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi) Tjiu Hwa Jioe Tomas Freitas Tri Agus Siswowiharjo (aktivis) Triana Dyah (Librarian) Tri Okta Sulfa Kimiawan (anak Madiun) Tyson Tirta (mahasiswa sejarah UI)
Veralin Septyana (karyawan swasta - periklanan) Victor Silaen (Dosen Fisipol UKI)
Wahyu Susilo (aktivis-cum-sejarawan) Wening Adityasari (Alummi Sejarah UNDIP) Willy R Wirantaprawira Dr (Executive Director ASEAN Institute, Jerman) Wilson (sejarawan) Wininti Rubay (BSD)
YL Franky (aktivis) YT Taher (pelaku sejarah, menetap di Australia) YR Sukardi (Stichting Perhimpunan Dokumentasi Indonesia) Yanuar Nugroho (peneliti di Univ. Manchester, Inggris dan Business Watch Indonesia) Yerry Wirawan (mahasiswa PhD EHESS, Sorbone, Paris) Yudho Raharjo (wartawan) Yuna Ariyanthi (karyawati, Jakarta)
Zen Rachmat Soegito (sejarawan) Zely Ariane (KPRM-PRD)
NOTE: Bila masih ada yang ingin mendukung pernyataan sikap ini silahkan sebutkan nama dan institusi. Kirim ke email saya: boni_triyana atau ke [email protected]. Thanks. (Bonnie Triyana)
0 notes
Text
Pindad menyiapkan Maung Garuda agar bisa dipasarkan untuk umum. Saat
Pindad menyiapkan Maung Garuda agar bisa dipasarkan untuk umum. Saat ini, Maung Garuda itu masih dalam tahap sertifikasi. Mobil kepresidenan Garuda MV3 Limousine yang digunakan Presiden Prabowo Subianto bakal ada versi sipilnya. PT Pindad rencananya bakal memproduksi Maung Garuda yang nantinya diperuntukkan bagi masyarakat sipil. Sebelum melakukan produksi massal, Pindad tengah menyiapkan…
0 notes
Text
Wagub Mian Ajak Masyarakat Bengkulu Bersatu Bangun Bumi Merah Putih yang Maju, Hilangkan Perbedaan
Wagub Mian Ajak Masyarakat Bengkulu Bersatu Bangun Bumi Merah Putih yang Maju, Hilangkan Perbedaan KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Wakil Gubernur (Wagub) Bengkulu, Ir. Mian, mengajak seluruh elemen masyarakat, aparatur sipil negara (ASN), dan jajaran pemerintahan untuk bersatu dalam membangun Bengkulu agar sejajar dengan provinsi lain di Sumatera serta mampu bersaing di tingkat nasional.…
0 notes
Text
Apel Perdana Wagub Lampung: Tingkatkan Komitmen ASN Wujudkan Lampung Maju
LAMPUNG – Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela menjadi Pembina Apel Mingguan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung, di Lapangan Korpri, Kantor Gubernur Lampung, Bandarlampung, Senin (24/1/2025). Pada kesempatan itu, dia mengajak Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi Lampung meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan bersama mewujudkan visi Lampung…
0 notes
Text
Apel Perdana, Wabup Ajak ASN Tingkatkan Kinerja
BIREUEN|METRO ACEH-Guna mengotimalkan fungsi pelayanan publik di lingkungan pemerintah Kabupaten Bireuen, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) selaku abdi masyarakat, diminta terus konsisten menjalankan tugas serta meningkatkan kinerja. Demikian disampaikan Wakil Bupati Bireuen, It H Razuardi MT saat apel perdana di Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Bireuen, Senin (24/2) pagi, mewakili Bupati…
0 notes
Text
Reflin Sebut Dinas PMD Bisa jadi "Kemendagri" di Daerah Masing-masing
Hargo.co.id, GORONTALO – Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dukcapil dan PMD) Provinsi Gorontalo, terus mengintensifkan pembinaan dan pengawasan desa. Hal ini meliputi sejumlah aspek penting dalam rangka mendukung pengembangan desa yang lebih baik. “Dinas PMD diharapkan menjadi Kemendagrinya daerah, dimana kita harus bisa menjadi koordinator kegiatan…
0 notes
Text
Pj. Gubernur Lampung Pamit, Ajak ASN Dukung Pemimpin Terpilih dan Jaga Kebersamaan
LAMPUNG – Pj. Gubernur Lampung, Samsudin berharap seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung dapat memberikan dukungan sepenuhnya kepada kebijakan dan program kerja yang akan dijalankan oleh Gubemur terpilih. Pj. Gubernur juga mengingatkan seluruh ASN untuk terus meningkatkan disiplin dalam bekerja dan terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat Lampung Hal…
0 notes