#Keyakinan
Explore tagged Tumblr posts
esbatubulet · 4 months ago
Text
Bentuk dari yakin kepada Allah itu adalah tenang. Jadi kalo masih gelisah artinya kamu belum yakin..
160 notes · View notes
andromedanisa · 11 months ago
Text
Apa salah ya kalau belum hamil?
Tumblr media Tumblr media
Atas pertolongan Allaah sudah memasuki pernikahan empat tahun. Memasuki tahun keempat pertanyaan yang menghampiri lebih tajam dibandingkan dengan awal-awal pernikahan. Di awal aku tidak terlalu memikirkan, namun selalu saja aku jatuh perihal bagaimana dengan perasaan suami, orangtuaku, dan juga mertuaku. aku pikir seiring berjalannya waktu pertanyaan itu akan hilang dengan sendirinya, rupanya tidak .
Ada satu hari dimana aku dinyatakan hamil, saat memasuki pernikahan satu tahun sepuluh bulan. aku tahu benar bagaimana perasaan dan wajah-wajah bahagia dari suami, orangtua, dan mertua. Lalu sampai pada titik, Allaah berkehendak lain. Janin tersebut gugur.
Lalu hamil kembali saat usia pernikahan dua tahun sembilan bulan. Qadarullaah harus gugur dan menjalani kuretase.
"Gugur mulu" komentar yang pernah ku dapatkan..
Sedih? Jelas. aku sangat terpukul. Dan komentar lebih sangat tajam bila dibandingkan dengan sebelum hamil.
aku pikir tidak hanya yang belum hamil saja yang mendapatkan pertanyaan demikian. Yang belum menikah dan bertemu jodohnya juga sering mendapatkan pertanyaan yang kurang lebih sama. Kapan?
Hanya karena Allaah menetapkan sebuah takdir sampai detik ini masih menunggu perihal anak. Dulu pun tak luput dari pertanyaan "Kapan menikah" seolah semua keadaan harus sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Menatap kasian, mencibir dibelakang, bahkan menanyai didepan umum dengan kondisi diiringi dengan tawa agar tidak terlihat menyakitkan kemudian memberi nasehat-nasehat yang tidak perlu. Kalau tidak diabaikan dilabeli orang yang tidak bisa menerima nasihat.
Ditatap kasihan lalu sejurus pertanyaan pamungkas, kasihan ya belum jua ketemu jodohnya. Kasihan ya belum jua punya anak nanti siapa yang akan mendoakan kita kalau kita telah tiada. Dan sebagainya, dan sebagainya yang terlalu panjang untuk dituliskan kembali
Sebetulnya ini sedikit kurang nyaman. Apa yang harus dikasiani ? Hanya karena masih sendiri? Hanya karena belum punya anak? Kedua keadaan bukan berarti diri ini kekurangan kasih sayang. Ada Allaah yang Maha Penyayangnya tidak bisa diukur dengan apapun yang senantiasa menyayangi hambanya tiada batas, ada kedua orang tua yang dengan izin Allah menyayangi dengan tulus tanpa tapi.
Hanya karena Allaah mengehendaki sebuah takdir belum menikah atau belum punya anak bukan berarti Allah tidak sayang. Melainkan setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Setiap orang sedang berusaha berdamai dengan takdir yang telah ditetapkan untuknya.
Kini, memasuki usia pernikahan empat tahun lebih sembilan bulan. aku berada di titik biar Allaah yang menentukan jalan doa kita, agar kita paham bagaimana rasanya menyerah menjadi seorang hamba. aku hanya ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang bersama orang-orang yang ku sayangi. Kehidupan yang mungkin tidak semua orang berada dititik ini. Kehidupan yang tenang..
Menikah, dan mempunyai anak tidak menjamin sebuah kebahagiaan. Sungguh, ini bukan semata karena pembelaanku saja. Menikah dan mempunyai anak adalah salah satu anugerah Allaah yang patut diupayakan dan disyukuri dengan penuh syukur.
Keduanya bukan tolak ukur untuk bahagia. Karena pada hari ini ada yang menikah namun berpisah, ada yang memiliki anak juga berpisah. Rumah tangga sakinah mawadah warahmah adalah sebuah karunia Allaah. Dan tolak ukurnya bukan dengan ukuran dunia.
Pada akhirnya tak lupa pada setiap do'a apa pun selalu menyertakan "Terbaik menurut engkau Ya Allaah". Jadi ketika sesuatu yang aku minta belum Allaah kabulkan. Hal itu tak lantas membuat ku berburuk sangka pada Allaah.
Sebagaimana buku pertama lahir karena telah banyak kesedihan yang terlewatkan. Dalam Sedihmu Berbaik Sangkalah Kepada Allaah. Semoga pada akhirnya hanya rasa syukur yang akan dilangitkan. Tidak ada didunia ini yang abadi, sekalipun itu kesedihan dan beratnya sebuah penantian. Jangan jauh-jauh dari Allaah, biar Allaah yang kuatkan saat semua orang telah menyerah dan berhenti berupaya.
Lalu kalau ditanyai sebuah pertanyaan yang diawali dengan kapan? Apa yang harus dijawab?
Setiap kali merasa capek sama pertanyaan kapan ini kapan itu, aku yakin, aku belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang penantiannya jauh lebih lama. Perihal jodoh ataupun buah hati.
Maka jawabku, tidak semua takdir harus kita pahami maksud dan tujuannya mengapa Allaah menguji kita dengan demikian dan demikian. Pada akhirnya tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Maryam meski beliau tidak menikah. Dan tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Aisyah radhiyallahu anha meski beliau tidak memiliki buah hati.
Urgensi hidup bukanlah perihal pencapaian melainkan beribadah kepada Allaah sebagaimana para Nabi, para sahabat yang tetap beriman sekalipun takdir itu terasa tidak menyenangkan. Manisnya sebuah takdir tidak terletak pada apa yang telah kita capai, melainkan keridhoan Allaah.
Tak selamanya hujan akan terus turun, tak selamanya malam akan terus bergulir. Kehidupan ini pun demikian, tidak selamanya. Sebab Allaah yang telah menetapkan semuanya sesuai dengan kadar kemampuan kita sebagai seorang hamba..
Menuju penghujung, 21 Desember 2023
272 notes · View notes
diksibising · 3 months ago
Text
Jika tanpa pertolongan dan atas penjagaan mu. Aku tidak pernah membayangkan sesuatu yang akan membuatku menyerah, karena ujian-ujian diluar sana banyak yang membuat keyakinanku jadi goyah.
8 notes · View notes
alfisyahrin · 8 months ago
Text
Isi kepala yang sudah menginjak usia dewasa.
ini bukan tentang seumuran, lebih tua atau lebih muda tapi ini tentang seseorang yang mau diajak kerja sama dalam semua hal dan situasi.
seseorang yang bisa dijadikan rumah yang ramah tanpa harus memperdebatkan hal kecil.
seseorang yang mau menerima baik buruk yang diri kita punya.
seseorang yang selalu merasa cukup memiliki diri kita dengan sejuta kekurangan yang kita miliki.
seseorang yang mau memahami diri kita dengan baik sekaligus yang siap menerima setiap resiko yang ada jika kelak sudah hidup bersama.
"sebab seumur hidup bukan waktu yang singkat. bukan sehari atau dua hari namun sepanjang usia, hanya sekali, hanya satu untuk sepanjang masa, dan aku ingin bersama dengan seseorang yang benar benar menerimaku juga keluargaku"
4 notes · View notes
nidzomizzuddien · 8 months ago
Text
Seperti Lupa
Saat aku sedang duduk termenung, aku seperti telah melupakan sesuatu. Sekian waktu aku habiskan hanya untuk mencari yang terlupakan dalam ingatanku namun aku tak kunjung menemukannya. Hanya satu hal yang tersisa, yaitu bahwa aku telah melupakan sesuatu.
Sekian waktu aku habiskan hanya untuk mengingat kembali, benarkah ada yang tertinggal, benarkah ada yang belum aku selesaikan.
Keyakinanku berkata bahwa aku telah melupakannya, itu saja yang tersisa, tak ada yang lain. Semuanya terlupakan kecuali keyakinan tentang lupa itu yang tetap tinggal. Ah menyebalkan.
.
.
@nidzomizzuddien
3 notes · View notes
prettywallflwer · 1 year ago
Text
Perjalanan Menjadi Dewasa
Kini aku mengerti alasan orang-orang bilang bahwa menjadi dewasa itu menakutkan. Ada langkah berat untuk memulai perjalanan, mempertimbangkan arah mana yang bisa cepat sampai tujuan, bahkan seringkali dilanda badai takut karena sebenarnya belum ada titik tuju. Belum lagi runtutan peristiwanya yang selalu memaksa kita lekas mengambil keputusan, sedangkan pelajaran tentang pengambilan keputusan tak pernah kita dapat di bangku sekolahan. Seraya berhadapan dengan banyak tuntutan, kita selalu bertanya-tanya manakah yang sebaiknya kita pilih? Atau bahkan sudah tepatkah keputusanku kemarin? Semuanya begitu membingungkan sampai rasanya tak ingin cepat-cepat bertemu hari esok
Namun, kenyataan tak pernah bisa memilih-milih. Setiap detiknya selalu berputar, bergantian dengan keharusan. Kini yang bisa diandalkan ialah keyakinan bahwa kita akan selalu baik-baik saja jika tetap mengikuti kata hati. Kita percaya akan kalimat tersebut karena orang-orang selalu mengatakannya. Kata hati akan selalu menuntun kita pada jalan-jalan yang memang dikehendaki-Nya untuk kita lalui. Walau mungkin tak sesuai ekspetasi dan penuh lika-liku, tapi ada keyakinan yang perlu dipertaruhkan di sini. Sampai waktunya akan dipertemukan dengan hal-hal indah penuh makna yang membahagiakan, pada akhirnya kita akan tetap melanjutkan perjalanan tersebut sambil menjinjing keyakinan bahwa Dia tak akan membawa kita ke sini hanya untuk gagal.
—P
2 notes · View notes
abidahsy · 1 year ago
Text
Delapan Puluh Persen
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata delapan puluh persen? Bagiku, angka ini angka yang cukup tinggi. Kalau dikonversi dalam cara penilaian saat S1 dulu, 80% sudah setara dengan nilai A-. Meskipun tidak sempurna, angka ini tetap saja cukup memuaskan. Bahkan kalau menggunakan standar penilaian S2 di UK, nilai 80% ini sudah lebih dari cukup untuk mendapat predikat distinction atau setara dengan cum laude.
Lantas, ada apa dengan delapan puluh persen dalam perjalanan mencari yang ke-12 ini?
Awal pekan lalu, Si Beruntung meneleponku untuk bertanya beberapa hal. Tidak seperti biasanya karena selama ini akulah yang lebih banyak bertanya, sedangkan dia sibuk menjawab atau memperkenalkan diri.
Pertanyaan pertama saat itu adalah: Apakah kamu pernah tinggal di desa?
Sebagai orang yang lahir dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota, pertanyaan ini sungguh menarik. Pun kalau aku pulang kampung sebenarnya tetap ke kota karena rumah nenekku berada di Kota Surabaya, mungkin lebih tepatnya dibilang pulang kota bukan pulang kampung?
Aku pun berusaha mengingat momen-momen saat kuliah dulu seperti misalnya saat homestay atau K2N. Kalau dipikir-pikir saat kuliah dulu aku berkali-kali tinggal di desa untuk acara kepanitian. Berbaur dengan masyarakat sekitar dan menjalankan berbagai program. Desanya pun berbeda-beda, mulai dari desa di dataran tinggi seperti Ciwidey hingga desa pinggir pantai di Pelabuhan Ratu. Ada desa yang aksesnya terputus dengan dunia luar, tidak ada listrik kecuali pukul 6 sore hingga 10 malam, tidak ada kamar mandi kecuali di masjid, dan lain sebagainya.
Memang menyenangkan untuk tinggal di desa, suasanya tenang dan masyarakatnya guyub. Tapi aku dengan jujur bilang padanya bahwa aku tidak tertarik untuk menetap di desa, dengan segala hormat.
Pertanyaan kedua juga gak kalah menarik. Biasanya orang akan bertanya soal hal-hal apa saja yang tidak bisa kamu toleransi dari seseorang yang menjadi alasan syar'i kamu menolak calon yang datang atau yang lebih umum bertanya soal kriteria. Tapi dia berbeda, dia bertanya, "Dari sekian banyak contoh hubungan, hal apa yang kamu paling tidak suka ada di dalamnya? Apa yang kamu paling tidak suka dari suamimu kelak?"
Bagaimana mejawabnya? Menikah saja belum. Haha. Tapi, yah, aku coba jawab sebaik mungkin.
Aku bilang padanya bahwa 3 hal yang paling tidak bisa ditoleransi dari seorang suami adalah murtad, selingkuh, dan bersikap kasar. Jika ada salah satunya saja dari 3 hal tersebut aku temukan dalam diri suamiku kelak, aku tidak akan ragu untuk meninggalkannya.
Pertanyaan yang terakhir: Seberapa siap kamu menikah?
Khusus pertanyaan ini, aku terdiam cukup lama hingga dia merasa perlu menambahkan. "Misalnya kalau saya, perkenalan dulu 2-3 bulan, lalu lamaran, dan kemudian menikah. Tapi ada jarak setelah lamaran hingga menikah. Kalau kamu bagaimana? Belum tahu pun tidak apa apa,"
"Samain aja. Timelinenya samain aja sama punya kamu,"
Dia yang di seberang sana malah tertawa. Mungkin dia tidak mengira akan mendapatkan jawaban seperti ini dariku, dari orang yang lebih sering memperdebatkan sesuatu dan tidak mudah setuju pada pendapat orang lain.
Lanjutnya, dia bertanya, "Kalau persentase, sudah berapa persen kamu yakin pada saya?"
Aku mencoba menjawab diplomatis. Karena masa perkenalan masih ada 2-3 bulan lagi, ada baiknya membaginya secara prorata agar adil dan masih ada kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Mengingat kami benar-benar memulainya dari asing.
"Kira-kira 10%, paling banyak 25%. Sisanya akan aku cari selama 2-3 bulan ke depan. Kalau kamu?"
"Kalau saya sudah 80% yakin dengan kamu. Tinggal kamu dan orang tuamu saja 20%-nya,"
Hah? Delapan puluh persen? Dan bahkan sisanya ada di aku sebagai penentu. Dengan kata lain, sebenarnya dia sudah selesai dengan pertanyaan-pertanyaannya tentangku, bagaimana bisa?
Ya beginilah, Si Beruntung Kartu AS yang sudah mengantongi delapan puluh persen keyakinan atas diriku, bahkan di saat aku merasa belum melakukan apa-apa.
4 notes · View notes
farhandardiri · 2 years ago
Text
"Impian suatu hariku sederhana,
Tidak membuat seseorang yang engkau pertemukan kecewa, dengan segala rasa"
2 notes · View notes
indonesianbible · 16 hours ago
Photo
Tumblr media
Baca Alkitab: beblia.com 🙏
Katakan Amin jika Anda setuju
Filipi 3:2-3
beblia.com
0 notes
rainilamsari · 1 year ago
Text
Yakin? Yakin.
once upon an overtime, seorang rekan memutar musik. bukan tipe playlist saya tapi menyenangkan saja bisa menikmati bersama. hingga tiba di satu lagu yang..
entahlah apakah ini fun fact atau apa tapi mau cerita saja, haha. kalau lagi rungsing, lagi lelah, saya suka jawap-jawapin lirik lagu romantis dengan skeptis. semacam sarana pelampiasan energi negatif.
pada lembur malam itu, kebetulan saya lupa lagunya apa, tapi percakapannya berkesan. liriknya menyebutkan tentang 'yakin' dalam padu padan lantunan yang manis dan puitis. lirik yang memantik celetukan, ah, masa? situ doang kali yang kegedean rasa.
...yang ternyata ditanggapi Mbak-mbak yang punya playlist,
"itu namanya beda keyakinan. kamunya yakin, akunya enggak."
kalau kata netizen +62 yhaa, chuaks! wkwkwkwk
'yakin' ini lalu menjadi topik menarik di kepala. tentang apa sebenarnya yakin itu? bagaimana datangnya? apa yang dirasa? seperti apa reaksi kimia yang terjadi saat proses meyakin-meyakini ini? dan seterusnya, dan seterusnya..
saya lalu sampai pada pemikiran bahwa, sepertinya keyakinan bukan jawaban. setidaknya bukan yang mutlak. yakin saja tidak cukup. apalagi jika hanya merasa yakin. apalagi jika yakinnya sendirian, bertepuk sebelah (t)angan.
yakin aja nggak cukup, kan? kita butuh memvalidasi, menguji, melakukan upaya-upaya pembuktian. mengumpulkan keterangan-keterangan, data-data yang memberi dukungan; yang jika diramu akan menjadi satu evidence yang menguatkan.
sebagaimana salah satu makna yakin dalam KBBI; sungguh-sungguh. sebagaimana salah satu kata turunannya; me.ya.kin.kan
1. v menyaksikan sendiri supaya yakin memastikan: supaya tidak salah mengambil putusan, baiklah kita ~ sendiri kebenarannya 2. v menjadikan (menyebabkan dan sebagainya yakin: ia berusaha ~ ayahnya bahwa uang itu benar didapat di jalan, bukan hasil curian 3. v melakukan sesuatu sungguh-sungguh; ~ pengajiannya 4. a sungguh-sungguh (dapat dipercaya, dapat diandalkan, dan sebagainya): bagaimana kita tidak terpikat, perkataannya begitu ~
maka lihatlah, dalam yakin ada aksi. ada banyak aksi.
0 notes
lahirbaru · 5 months ago
Text
Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan
Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan2 Korintus 4:16 Saudara kekasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan yang didasarkan pada ayat 2 Korintus 4:16:“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Dalam ayat ini, Rasul Paulus…
View On WordPress
0 notes
prawitamutia · 7 months ago
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
1K notes · View notes
yonarida · 5 months ago
Text
Tanda Seseorang Sudah Selesai dengan Dirinya Sendiri (Self Acceptance)
Apa itu self acceptance/ selesai dengan diri sendiri? Self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah sikap menerima dan mengakui segala aspek dari diri sendiri, termasuk kekurangan, kekuatan, kelemahan, dan keunikan tanpa menghakimi atau merasa perlu mengubah diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Beberapa poin yang menjelaskan konsep self-acceptance:
Menerima Diri Apa Adanya: Self-acceptance berarti menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk menerima penampilan fisik, kepribadian, emosi, dan pengalaman hidup tanpa merasa malu atau bersalah.
Mengakui Kekurangan: Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu adalah bagian dari menjadi manusia. Self-acceptance berarti tidak merasa minder atau rendah diri karena kekurangan tersebut, melainkan menerima dan berusaha memperbaikinya dengan bijak.
Tidak Menghakimi Diri Sendiri: Berhenti menghakimi diri sendiri secara negatif atau keras. Seseorang yang menerima diri sendiri akan berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang penuh kasih dan pengertian, sama seperti berbicara kepada teman baik.
Menghargai Diri Sendiri: Menghargai diri sendiri atas siapa diri kita, bukan hanya atas apa yang kita capai. Ini berarti menghargai nilai-nilai, prinsip, dan keberadaan diri sendiri.
Menerima Masa Lalu: Self-acceptance juga melibatkan menerima masa lalu, termasuk kesalahan dan kegagalan, sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membentuk siapa kita saat ini.
Memiliki Pandangan Positif Tentang Diri: Membangun pandangan positif tentang diri sendiri, di mana seseorang melihat dirinya secara seimbang, menghargai kekuatan dan berkomitmen untuk memperbaiki kelemahan.
Mengurangi Perbandingan Sosial: Tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Self-acceptance berarti memahami bahwa setiap orang unik dan perjalanan hidup masing-masing berbeda.
Ketenangan Batin: Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan merasa lebih tenang dan damai secara batin, karena tidak lagi berjuang melawan diri sendiri atau mencoba menjadi orang lain.
Self-acceptance adalah dasar dari kesehatan mental dan emosional yang baik. Dengan menerima diri sendiri, seseorang bisa hidup lebih autentik, menjalani hidup dengan lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Tanda Seseorang Sudah Selesai Dengan Dirinya Sendiri Tanda seseorang sudah selesai dengan dirinya sendiri (self-acceptance) dapat terlihat dari berbagai aspek, antara lain:
Penerimaan Diri: Mereka menerima diri mereka sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan tanpa merasa perlu menyembunyikan atau mengubah siapa mereka untuk menyenangkan orang lain. Meski begitu, tetap butuh untuk instropeksi dan mengembangkan diri bagi perbaikan dan kebaikan.
Ketenangan Batin: Mereka memiliki ketenangan batin dan tidak mudah terganggu oleh kritik atau pendapat negatif dari orang lain.
Mandiri Emosional: Mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia atau berharga. Kebahagiaan dan rasa harga diri mereka berasal dari dalam diri.
Tujuan Hidup yang Jelas: Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan bekerja menuju tujuan tersebut tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi eksternal.
Keberanian Mengambil Keputusan: Mereka berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka, meskipun keputusan tersebut tidak populer atau didukung oleh orang lain.
Relasi yang Sehat: Mereka memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, dimana mereka bisa memberi dan menerima dengan tulus tanpa merasa terbebani.
Kepercayaan Diri: Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.
Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain dan fokus pada perjalanan hidup mereka sendiri.
Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, bukan sebagai cerminan dari nilai diri mereka.
Keseimbangan Hidup: Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri, serta mengelola stres dengan baik.
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ini, bisa dikatakan bahwa mereka telah selesai dengan diri mereka sendiri dan mencapai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi.
500 notes · View notes
kurniawangunadi · 5 months ago
Text
Meski Tidak Siap
Sudah beberapa kali mungkin kita merasa tidak siap dalam hidup. Tapi, meski tidak siap, kita tetap memilih buat menjalaninya hingga tak terasa sudah berlalu sekian lama. Apakah setelah sekian lama kita jadi merasa siap? Rasanya enggak juga. Tetap dengan rasa khawatirnya tapi juga diiringi dengan keyakinan, ternyata kita bisa menjalaninya meski dengan beragam rasa yang naik turun.
Sudah banyak hal yang berlalu seperti itu. Tapi setiap kali hal baru ditemui di usia ini, rasanya masih sama, ragu. Berusaha kuat untuk terus meyakinkan diri, "nggak apa-apa, ada Allah."
Jika pun kita tidak mendapatkan apa yang kita cari, berarti apa yang kita jalani saat ini memang yang terbaik. Susah sekali memang mengatakan hal itu ke pikiran sendiri, berulang-ulang. Agar tak menjadi putus asa.
Semoga kita dikuatkan sembari meyakini bahwa semua keyakinan kita tak akan menjadi sia-sia.
Jadi, apa hal yang akhirnya tetap kamu jalani meski dulu kamu tidak siap? Bagaimana kabarmu saat ini?
311 notes · View notes
edyyanu · 3 months ago
Text
"Jangan membuat pilihan hanya sekedar untuk menghindari ketakutan kita pada hal yang lain".
Nasihat dari salah satu penulis buku favorit, Kurniawan Gunadi.
Sedang melatih diri untuk meyakinkan apa yang dipegang, hal-hal berharga yang diyakini, nilai-nilai yang perlu dijaga.
Ditengah kekhawatiran yang kadang-kadang datang, aku mencoba untuk meyakini prinsip tersebut. Jika ada hal-hal yang berharga dalam hidup, dan perlu waktu sedikit lama untuk sampai, tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
Semoga keyakinan itu terus mengakar.
137 notes · View notes
journal-rasa · 8 months ago
Text
Ibadah Terlama, Bukan Menikah
Menikah memang ibadah jangka panjang, tapi bukan berarti adalah ibadah terlama.
Jadi, beberapa waktu lalu aku melihat video anak-anak Palestina yang penampilannya lusuh berlumuran noda sisa peperangan. Namun sinar wajah mereka begitu memancarkan keteguhan dan keyakinan.
Sang pengambil video mengajukan beberpa pertanyaan padanya, pertanyaan khas kanak-kanak seperti:
"Siapa tuhanmu?"
Allah
"Apa agamamu?"
Islam
"Siapa nabimu?"
Muhammad, shalallahu 'alaihi wassalam
"Apa kitabmu?"
Qur'an
"Apa ibadah yang paling utama?"
Jujur, aku kaget pas denger jawaban anak-anak kecil itu ketika ditanya tentang "Apa ibadah paling utama?"
Karena ternyata, jawaban mereka bukan shalat, bukan puasa, bukan zakat, sedekah, haji apalagi menikah.
Jawaban mereka adalah, Tauhid.
Yup! Tauhid.
Ibadah paling utama sekaligus paling lama. Karena menjalaninya perlu waktu seumur hidup. Gak peduli kamu masih bujang, gadis, menikah, gak menikah, janda, duda, selama kamu masih bernyawa, selama itu pulalah kamu wajib menggenggam erat tauhid.
Eh, kamu paham gak maksudnya? Bukan, ini bukan perkara murtad gak murtad aja.
Gini, ketika kamu hidup bertauhid. Ketika kamu yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, yang tidak membutuhkan siapa-siapa, yang maha berkuasa atas segalanya,
Maka, ketika suatu saat nanti kehidupan kamu berada di titik terendah yang paling rendah sekali pun, kamu gak akan pernah terpikir untuk bunuh diri, untuk menyerah.
Karena kamu yakin bahwa Allah pasti akan menolong kamu, entah bagaimana pun caranya. Akhirnya kamu dipaksa ikhlas untuk melepaskan semuanya... dan hanya berpasrah kepada-Nya.
Inilah kenapa surat Al-Ikhlas (Qul huwallahu Ahad) justru isinya tentang tauhid, bukan tentang 'ikhlas'.
Karena esensi dari kata 'ikhlas' sendiri akan merujuk pada tauhid. Dzat yang tunggal. Dzat yang nasib semua makhluk bergantung pada-Nya. Dzat yang tidak mempunyai sifat seperti makhluk-Nya (beranak dan diperanak). Dzat yang tidak ada sesuatu apa pun yang bisa setara dengan-Nya.
Iya, karena hanya ketika kita berada di titik terbawah sajalah kita baru menyadari tentang betapa kecilnya diri kita. Betapa kita membutuhkan Yang Lebih Besar dari kita, yang hanya satu-satunya, yang mampu menolong kita, suatu Dzat yang lebih besar, yang tidak terjangkau oleh akal makhluk-Nya, tapi dapat menjangkau seluruh urusan makhluk-Nya.
🌸🌸🌸
Jadi, please tolong jangan lagi bilang kalau "menikah adalah ibadah terlama", dan kalau ada yang posting kata-kata kayak gitu, tolong diingetin, dikasih tau.. please... karena efeknya fatal banget..
Ketika seseorang menganggap bahwa "menikah adalah ibadah terlama", maka yang belum menikah jadi takut buat menikah. Dan yang sudah menikah tapi malah saling mendzalimi sesama, jadi takut untuk bercerai.
Padahal cerai itu halal lho. Cerai itu solusi, bukan parameter kualitas diri.
🌸🌸🌸
Ketika kita paham bahwa tauhid adalah ibadah paling utama dan paling lama, maka kita gak akan mempermasalahkan lagi kenapa seseorang di usia sekian belum menikah juga, atau apakah seseorang itu bisa membina rumah tangga atau malah gagal, karena kita tahu bahwa takdir setiap manusia itu digenggam Allah.
Menikah dan mempertahankan keutuhan rumah tangga itu perbuatan yang mulia, tapi tolong diingat bahwa kehidupan, dan planet Bumi ini, bukan hanya milik orang-orang yang menikah.
Hey, menikah bahkan gak termasuk rukun Islam?!
315 notes · View notes