#Keyakinan
Explore tagged Tumblr posts
Text
aku pernah menulis tentang sebuah ruang tunggu. kala kita berdoa, lalu kita merasa tenang dalam menunggu pengabulan doa itu. maka sejatinya doa itu akan terwujud. salah satu bentuk terkabulnya sebuah doa ialah ketika kita tidak lagi merasa menggebu-gebu untuk dikabulkan, kita memahami bahwasanya doapun membutuhkan waktu.
maka salah satu terkabulnya doa kita ialah Allaah hadirkan perasaan tenang dalam proses menunggunya. tenang, tidak lagi memiliki harapan sedikitpun kepada makhluk, tenang pada tempatnya dan melakukan sebagaimana ikhtiar yang memang seharusnya dilakukan. semua harapan terputus dari makhluk.
aku menyadari hal ini, kala aku meminta dengan menggebu-gebu suatu urusan yang menurutku baik, doa itu terkabul dalam kurun waktu yang cukup lama. dan hampir rasanya aku menyerah dan benar-benar di tahap kehilangan harapan. kalaupun terkabul rasanya seperti terlambat. padahal tidak demikian. ukuranku saja yang salah dalam menakar semua hal ini yang sedikit sekali aku memiliki pengetahuan akan hal tersebut.
kala aku meminta sesuatu dengan tenang, tidak menggebu-gebu, dengan perasaan sangat putus asa dari makhluk, menangis hanya Allaah yang sanggup kabulkan dan bahkan dalam kondisi yang sangat terdesak. doaku terkabul.
memutuskan semua harap pada makhluk terlihat mudah secara teori dan mudah sekali untuk diucapkan. namun kenyataannya Allaah lebih mengetahui apa yang tertinggal dalam hatiku. sekalipun sepandai apapun aku menyembunyikannya, Allaah lebih tahu apa yang ada dihatiku, siapa yang tinggal, siapa yang aku harapkan, siapa harapan terakhirku. itulah mengapa aku masih dalam ruang tunggu dalam pengabulan doaku.
doa itu butuh waktu,. iya, benar. dalam pengabulannya doa itu memang butuh waktu. jangankan diri ini, sekelas para Nabi saja dalam pengabulannya butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan bertahun-tahun lamanya.
tapi ya Allaah, hatiku tidak sekuat itu untuk terus menunggu. pengetahuanku tak cukup luas untuk memahami perihal sabar, sabar dalam sebuah pengabulan doa. aku tak cukup mengerti untuk mendidik diriku agar terus berbaik sangka kepadaMu. maka ya Allaah, jangan uji aku, jangan uji doaku. aku takut sekali. sungguh.
aku menyerahkan semuanya kepadaMu, namun aku tak cukup punya banyak keberanian, kepemahaman, dan waktu. semuanya berjalan begitu cepat untukku. aku begitu tertatih-tatih dalam menjalani semua ini. setiap hari aku begitu merasa takut sekali, bagaimana jika nanti begini, bagaimana jika nanti begitu, dan hal yang tidak bisa aku mengerti.
maka, ya Allaah, jangan tinggalkan aku dalam ketidaktahuanku, jangan tinggalkan aku untuk berjalan sendiri, jangan tinggalkan aku berjalan dengan diriku, jangan biarkan aku memutuskan hal-hal yang tidak aku mengerti, jangan buat aku menunggu pada hal-hal yang aku sendiri tidak cukup sabar untuk menunggu hal tersebut.
sefruit catatan kecil Januari || 10.19
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#harap#harapan#perjalanan#syukur#doa#takut#keputusan#keyakinan#kehidupan#kebenaran#keberanian
123 notes
·
View notes
Text
Bentuk dari yakin kepada Allah itu adalah tenang. Jadi kalo masih gelisah artinya kamu belum yakin..
#pekanbaru#esbatubulet#yakin#Allah#Rabb#Tuhan#renungan#life quote#kata bijak#quote bijak#motivasi#tulisan#quoteoftheday#Keyakinan#tenang#quote islam#quote#quotes#self reminder#selfreminder#note to self#self improvement#pengingatdiri
175 notes
·
View notes
Text
Jika tanpa pertolongan dan atas penjagaan mu. Aku tidak pernah membayangkan sesuatu yang akan membuatku menyerah, karena ujian-ujian diluar sana banyak yang membuat keyakinanku jadi goyah.
9 notes
·
View notes
Photo

Baca Alkitab: beblia.com 🙏
Katakan Amin jika Anda setuju
Lukas 16:13
beblia.com
#Alkitab#kitab suci#Tuhan itu baik#Kristen#Tuhan#Yesus#Yesus Kristus#keyakinan#gereja#kehidupan#kebenaran#mencintai#Kristus#dicintai#Cinta#ayat Alkitab#Injil#memuja#berkah#berdoa#doa#studi Alkitab#kutipan Alkitab#kabar baik#Besar#Kekristenan
2 notes
·
View notes
Text
pelampung
mungkin aku terlalu yakin untuk berenang di laut luas. tanpa menakar tenaga, terus melaju dengan bermodal keyakinan.
mungkin aku terlalu yakin untuk berenang di laut luas. tanpa menghitung jarak, terus mencoba dengan bermodal kepercayaan.
mungkin aku terlalu yakin untuk berenang di laut luas. tanpa menilai rintangan, terus bertahan dengan bermodal kesabaran.
kemudian aku menyadari pelampungnya tidak lagi bisa menahanku di permukaan.
#manusia#cerita#pelampung#keyakinan#kepercayaan#kesabaran#laut#berenang#permukaan#bahasa#sastra#sajak#sajakpendek#sajakgagal#tulisan
13 notes
·
View notes
Text
Isi kepala yang sudah menginjak usia dewasa.
ini bukan tentang seumuran, lebih tua atau lebih muda tapi ini tentang seseorang yang mau diajak kerja sama dalam semua hal dan situasi.
seseorang yang bisa dijadikan rumah yang ramah tanpa harus memperdebatkan hal kecil.
seseorang yang mau menerima baik buruk yang diri kita punya.
seseorang yang selalu merasa cukup memiliki diri kita dengan sejuta kekurangan yang kita miliki.
seseorang yang mau memahami diri kita dengan baik sekaligus yang siap menerima setiap resiko yang ada jika kelak sudah hidup bersama.
"sebab seumur hidup bukan waktu yang singkat. bukan sehari atau dua hari namun sepanjang usia, hanya sekali, hanya satu untuk sepanjang masa, dan aku ingin bersama dengan seseorang yang benar benar menerimaku juga keluargaku"
#harapan#keyakinan#sebuah prinsip#keinginan#sore dalam tulisan#catatan kecil impian#yang mengusahakan#semua punya waktu#ikhtiar#nasihat diri
4 notes
·
View notes
Text
Perjalanan Menjadi Dewasa
Kini aku mengerti alasan orang-orang bilang bahwa menjadi dewasa itu menakutkan. Ada langkah berat untuk memulai perjalanan, mempertimbangkan arah mana yang bisa cepat sampai tujuan, bahkan seringkali dilanda badai takut karena sebenarnya belum ada titik tuju. Belum lagi runtutan peristiwanya yang selalu memaksa kita lekas mengambil keputusan, sedangkan pelajaran tentang pengambilan keputusan tak pernah kita dapat di bangku sekolahan. Seraya berhadapan dengan banyak tuntutan, kita selalu bertanya-tanya manakah yang sebaiknya kita pilih? Atau bahkan sudah tepatkah keputusanku kemarin? Semuanya begitu membingungkan sampai rasanya tak ingin cepat-cepat bertemu hari esok
Namun, kenyataan tak pernah bisa memilih-milih. Setiap detiknya selalu berputar, bergantian dengan keharusan. Kini yang bisa diandalkan ialah keyakinan bahwa kita akan selalu baik-baik saja jika tetap mengikuti kata hati. Kita percaya akan kalimat tersebut karena orang-orang selalu mengatakannya. Kata hati akan selalu menuntun kita pada jalan-jalan yang memang dikehendaki-Nya untuk kita lalui. Walau mungkin tak sesuai ekspetasi dan penuh lika-liku, tapi ada keyakinan yang perlu dipertaruhkan di sini. Sampai waktunya akan dipertemukan dengan hal-hal indah penuh makna yang membahagiakan, pada akhirnya kita akan tetap melanjutkan perjalanan tersebut sambil menjinjing keyakinan bahwa Dia tak akan membawa kita ke sini hanya untuk gagal.
—P
2 notes
·
View notes
Text
Delapan Puluh Persen
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata delapan puluh persen? Bagiku, angka ini angka yang cukup tinggi. Kalau dikonversi dalam cara penilaian saat S1 dulu, 80% sudah setara dengan nilai A-. Meskipun tidak sempurna, angka ini tetap saja cukup memuaskan. Bahkan kalau menggunakan standar penilaian S2 di UK, nilai 80% ini sudah lebih dari cukup untuk mendapat predikat distinction atau setara dengan cum laude.
Lantas, ada apa dengan delapan puluh persen dalam perjalanan mencari yang ke-12 ini?
Awal pekan lalu, Si Beruntung meneleponku untuk bertanya beberapa hal. Tidak seperti biasanya karena selama ini akulah yang lebih banyak bertanya, sedangkan dia sibuk menjawab atau memperkenalkan diri.
Pertanyaan pertama saat itu adalah: Apakah kamu pernah tinggal di desa?
Sebagai orang yang lahir dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota, pertanyaan ini sungguh menarik. Pun kalau aku pulang kampung sebenarnya tetap ke kota karena rumah nenekku berada di Kota Surabaya, mungkin lebih tepatnya dibilang pulang kota bukan pulang kampung?
Aku pun berusaha mengingat momen-momen saat kuliah dulu seperti misalnya saat homestay atau K2N. Kalau dipikir-pikir saat kuliah dulu aku berkali-kali tinggal di desa untuk acara kepanitian. Berbaur dengan masyarakat sekitar dan menjalankan berbagai program. Desanya pun berbeda-beda, mulai dari desa di dataran tinggi seperti Ciwidey hingga desa pinggir pantai di Pelabuhan Ratu. Ada desa yang aksesnya terputus dengan dunia luar, tidak ada listrik kecuali pukul 6 sore hingga 10 malam, tidak ada kamar mandi kecuali di masjid, dan lain sebagainya.
Memang menyenangkan untuk tinggal di desa, suasanya tenang dan masyarakatnya guyub. Tapi aku dengan jujur bilang padanya bahwa aku tidak tertarik untuk menetap di desa, dengan segala hormat.
Pertanyaan kedua juga gak kalah menarik. Biasanya orang akan bertanya soal hal-hal apa saja yang tidak bisa kamu toleransi dari seseorang yang menjadi alasan syar'i kamu menolak calon yang datang atau yang lebih umum bertanya soal kriteria. Tapi dia berbeda, dia bertanya, "Dari sekian banyak contoh hubungan, hal apa yang kamu paling tidak suka ada di dalamnya? Apa yang kamu paling tidak suka dari suamimu kelak?"
Bagaimana mejawabnya? Menikah saja belum. Haha. Tapi, yah, aku coba jawab sebaik mungkin.
Aku bilang padanya bahwa 3 hal yang paling tidak bisa ditoleransi dari seorang suami adalah murtad, selingkuh, dan bersikap kasar. Jika ada salah satunya saja dari 3 hal tersebut aku temukan dalam diri suamiku kelak, aku tidak akan ragu untuk meninggalkannya.
Pertanyaan yang terakhir: Seberapa siap kamu menikah?
Khusus pertanyaan ini, aku terdiam cukup lama hingga dia merasa perlu menambahkan. "Misalnya kalau saya, perkenalan dulu 2-3 bulan, lalu lamaran, dan kemudian menikah. Tapi ada jarak setelah lamaran hingga menikah. Kalau kamu bagaimana? Belum tahu pun tidak apa apa,"
"Samain aja. Timelinenya samain aja sama punya kamu,"
Dia yang di seberang sana malah tertawa. Mungkin dia tidak mengira akan mendapatkan jawaban seperti ini dariku, dari orang yang lebih sering memperdebatkan sesuatu dan tidak mudah setuju pada pendapat orang lain.
Lanjutnya, dia bertanya, "Kalau persentase, sudah berapa persen kamu yakin pada saya?"
Aku mencoba menjawab diplomatis. Karena masa perkenalan masih ada 2-3 bulan lagi, ada baiknya membaginya secara prorata agar adil dan masih ada kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Mengingat kami benar-benar memulainya dari asing.
"Kira-kira 10%, paling banyak 25%. Sisanya akan aku cari selama 2-3 bulan ke depan. Kalau kamu?"
"Kalau saya sudah 80% yakin dengan kamu. Tinggal kamu dan orang tuamu saja 20%-nya,"
Hah? Delapan puluh persen? Dan bahkan sisanya ada di aku sebagai penentu. Dengan kata lain, sebenarnya dia sudah selesai dengan pertanyaan-pertanyaannya tentangku, bagaimana bisa?
Ya beginilah, Si Beruntung Kartu AS yang sudah mengantongi delapan puluh persen keyakinan atas diriku, bahkan di saat aku merasa belum melakukan apa-apa.
#menulis#delapan puluh persen#keyakinan#si beruntung#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat#30dwc#30dwcjilid43#day 9
4 notes
·
View notes
Text
5 kutipan bertema semangat
Berikut adalah 5 kutipan bertema semangat untuk menyemangati harimu: "Semangat itu seperti api unggun dalam jiwa. Jaga nyalanya tetap membara dengan tindakan positif, walau badai menerpa." "Hari ini adalah kanvas kosong. Lukislah dengan warna-warna semangatmu, ciptakan mahakarya yang tak terlupakan." "Jangan biarkan keraguan memadamkan semangatmu. Ingatlah, setiap langkah kecil adalah bagian dari…
#api#api unggun#badai#bahan bakar#harapan#impian#jiwa#kanvas#kanvas kosong#keraguan#kerja keras#keyakinan#lukis#mahakarya#membara#perjalanan#positif#semangat#semangatmu#tantangan#warna
0 notes
Text
Apa salah ya kalau belum hamil?


Atas pertolongan Allaah sudah memasuki pernikahan empat tahun. Memasuki tahun keempat pertanyaan yang menghampiri lebih tajam dibandingkan dengan awal-awal pernikahan. Di awal aku tidak terlalu memikirkan, namun selalu saja aku jatuh perihal bagaimana dengan perasaan suami, orangtuaku, dan juga mertuaku. aku pikir seiring berjalannya waktu pertanyaan itu akan hilang dengan sendirinya, rupanya tidak .
Ada satu hari dimana aku dinyatakan hamil, saat memasuki pernikahan satu tahun sepuluh bulan. aku tahu benar bagaimana perasaan dan wajah-wajah bahagia dari suami, orangtua, dan mertua. Lalu sampai pada titik, Allaah berkehendak lain. Janin tersebut gugur.
Lalu hamil kembali saat usia pernikahan dua tahun sembilan bulan. Qadarullaah harus gugur dan menjalani kuretase.
"Gugur mulu" komentar yang pernah ku dapatkan..
Sedih? Jelas. aku sangat terpukul. Dan komentar lebih sangat tajam bila dibandingkan dengan sebelum hamil.
aku pikir tidak hanya yang belum hamil saja yang mendapatkan pertanyaan demikian. Yang belum menikah dan bertemu jodohnya juga sering mendapatkan pertanyaan yang kurang lebih sama. Kapan?
Hanya karena Allaah menetapkan sebuah takdir sampai detik ini masih menunggu perihal anak. Dulu pun tak luput dari pertanyaan "Kapan menikah" seolah semua keadaan harus sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Menatap kasian, mencibir dibelakang, bahkan menanyai didepan umum dengan kondisi diiringi dengan tawa agar tidak terlihat menyakitkan kemudian memberi nasehat-nasehat yang tidak perlu. Kalau tidak diabaikan dilabeli orang yang tidak bisa menerima nasihat.
Ditatap kasihan lalu sejurus pertanyaan pamungkas, kasihan ya belum jua ketemu jodohnya. Kasihan ya belum jua punya anak nanti siapa yang akan mendoakan kita kalau kita telah tiada. Dan sebagainya, dan sebagainya yang terlalu panjang untuk dituliskan kembali
Sebetulnya ini sedikit kurang nyaman. Apa yang harus dikasiani ? Hanya karena masih sendiri? Hanya karena belum punya anak? Kedua keadaan bukan berarti diri ini kekurangan kasih sayang. Ada Allaah yang Maha Penyayangnya tidak bisa diukur dengan apapun yang senantiasa menyayangi hambanya tiada batas, ada kedua orang tua yang dengan izin Allah menyayangi dengan tulus tanpa tapi.
Hanya karena Allaah mengehendaki sebuah takdir belum menikah atau belum punya anak bukan berarti Allah tidak sayang. Melainkan setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Setiap orang sedang berusaha berdamai dengan takdir yang telah ditetapkan untuknya.
Kini, memasuki usia pernikahan empat tahun lebih sembilan bulan. aku berada di titik biar Allaah yang menentukan jalan doa kita, agar kita paham bagaimana rasanya menyerah menjadi seorang hamba. aku hanya ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang bersama orang-orang yang ku sayangi. Kehidupan yang mungkin tidak semua orang berada dititik ini. Kehidupan yang tenang..
Menikah, dan mempunyai anak tidak menjamin sebuah kebahagiaan. Sungguh, ini bukan semata karena pembelaanku saja. Menikah dan mempunyai anak adalah salah satu anugerah Allaah yang patut diupayakan dan disyukuri dengan penuh syukur.
Keduanya bukan tolak ukur untuk bahagia. Karena pada hari ini ada yang menikah namun berpisah, ada yang memiliki anak juga berpisah. Rumah tangga sakinah mawadah warahmah adalah sebuah karunia Allaah. Dan tolak ukurnya bukan dengan ukuran dunia.
Pada akhirnya tak lupa pada setiap do'a apa pun selalu menyertakan "Terbaik menurut engkau Ya Allaah". Jadi ketika sesuatu yang aku minta belum Allaah kabulkan. Hal itu tak lantas membuat ku berburuk sangka pada Allaah.
Sebagaimana buku pertama lahir karena telah banyak kesedihan yang terlewatkan. Dalam Sedihmu Berbaik Sangkalah Kepada Allaah. Semoga pada akhirnya hanya rasa syukur yang akan dilangitkan. Tidak ada didunia ini yang abadi, sekalipun itu kesedihan dan beratnya sebuah penantian. Jangan jauh-jauh dari Allaah, biar Allaah yang kuatkan saat semua orang telah menyerah dan berhenti berupaya.
Lalu kalau ditanyai sebuah pertanyaan yang diawali dengan kapan? Apa yang harus dijawab?
Setiap kali merasa capek sama pertanyaan kapan ini kapan itu, aku yakin, aku belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang penantiannya jauh lebih lama. Perihal jodoh ataupun buah hati.
Maka jawabku, tidak semua takdir harus kita pahami maksud dan tujuannya mengapa Allaah menguji kita dengan demikian dan demikian. Pada akhirnya tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Maryam meski beliau tidak menikah. Dan tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Aisyah radhiyallahu anha meski beliau tidak memiliki buah hati.
Urgensi hidup bukanlah perihal pencapaian melainkan beribadah kepada Allaah sebagaimana para Nabi, para sahabat yang tetap beriman sekalipun takdir itu terasa tidak menyenangkan. Manisnya sebuah takdir tidak terletak pada apa yang telah kita capai, melainkan keridhoan Allaah.
Tak selamanya hujan akan terus turun, tak selamanya malam akan terus bergulir. Kehidupan ini pun demikian, tidak selamanya. Sebab Allaah yang telah menetapkan semuanya sesuai dengan kadar kemampuan kita sebagai seorang hamba..
Menuju penghujung, 21 Desember 2023
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#pernikahan#hamil#pejuang garis dua#pengingat#proses#keyakinan
278 notes
·
View notes
Text
Yakin? Yakin.
once upon an overtime, seorang rekan memutar musik. bukan tipe playlist saya tapi menyenangkan saja bisa menikmati bersama. hingga tiba di satu lagu yang..
entahlah apakah ini fun fact atau apa tapi mau cerita saja, haha. kalau lagi rungsing, lagi lelah, saya suka jawap-jawapin lirik lagu romantis dengan skeptis. semacam sarana pelampiasan energi negatif.
pada lembur malam itu, kebetulan saya lupa lagunya apa, tapi percakapannya berkesan. liriknya menyebutkan tentang 'yakin' dalam padu padan lantunan yang manis dan puitis. lirik yang memantik celetukan, ah, masa? situ doang kali yang kegedean rasa.
...yang ternyata ditanggapi Mbak-mbak yang punya playlist,
"itu namanya beda keyakinan. kamunya yakin, akunya enggak."
kalau kata netizen +62 yhaa, chuaks! wkwkwkwk
'yakin' ini lalu menjadi topik menarik di kepala. tentang apa sebenarnya yakin itu? bagaimana datangnya? apa yang dirasa? seperti apa reaksi kimia yang terjadi saat proses meyakin-meyakini ini? dan seterusnya, dan seterusnya..
saya lalu sampai pada pemikiran bahwa, sepertinya keyakinan bukan jawaban. setidaknya bukan yang mutlak. yakin saja tidak cukup. apalagi jika hanya merasa yakin. apalagi jika yakinnya sendirian, bertepuk sebelah (t)angan.
yakin aja nggak cukup, kan? kita butuh memvalidasi, menguji, melakukan upaya-upaya pembuktian. mengumpulkan keterangan-keterangan, data-data yang memberi dukungan; yang jika diramu akan menjadi satu evidence yang menguatkan.
sebagaimana salah satu makna yakin dalam KBBI; sungguh-sungguh. sebagaimana salah satu kata turunannya; me.ya.kin.kan
1. v menyaksikan sendiri supaya yakin memastikan: supaya tidak salah mengambil putusan, baiklah kita ~ sendiri kebenarannya 2. v menjadikan (menyebabkan dan sebagainya yakin: ia berusaha ~ ayahnya bahwa uang itu benar didapat di jalan, bukan hasil curian 3. v melakukan sesuatu sungguh-sungguh; ~ pengajiannya 4. a sungguh-sungguh (dapat dipercaya, dapat diandalkan, dan sebagainya): bagaimana kita tidak terpikat, perkataannya begitu ~
maka lihatlah, dalam yakin ada aksi. ada banyak aksi.
0 notes
Text
Sebelum engkau pergi ma, izinkanlah aku untuk bisa membahagiakanmu. Karena sampai detik ini, aku masih belum mampu melakukannya. Masih jauh dari apa yang diharapkan.
Aku sudah kehilangan Papa, dan sejak itu diriku bertanya dalam hati, "Mengapa aku bodoh sekali, mengapa aku hilang arah."
Rasa sesal selalu menghantui setiap hariku. Menjalani segalanya juga dengan penuh rasa sedih dan amarah.
Tuhan, tolong panjangkan umurku, panjangkan umur mamaku. Beri kami kesehatan. Jaga dan tuntun kami, Tuhan. Amin.
#harapan#hopefully#hope#penuh harapan#wish list#berharap#selalu berharap#do not lose hope#personal wish#personal#ceritaku#cerita perjalanan#tantangan#sebuah doa#sebuah keyakinan#sebuah harapan#jadi bijak#jadi baik#baik baik saja#lebih baik lagi#percaya diri
0 notes
Photo

Baca Alkitab: beblia.com 🙏
Katakan Amin jika Anda setuju
Ef 1:3-5
beblia.com
#Alkitab#kitab suci#Tuhan itu baik#Kristen#Tuhan#Yesus#Yesus Kristus#keyakinan#gereja#kehidupan#kebenaran#mencintai#Kristus#dicintai#Cinta#ayat Alkitab#Injil#memuja#berkah#berdoa#doa#studi Alkitab#kutipan Alkitab#kabar baik#Besar#Kekristenan
0 notes
Text
Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan
Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan2 Korintus 4:16 Saudara kekasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.Mengatasi Tantangan Hidup dengan Semangat dan Keyakinan yang didasarkan pada ayat 2 Korintus 4:16:“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Dalam ayat ini, Rasul Paulus…
View On WordPress
0 notes
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
1K notes
·
View notes
Text
Barangkali terhadap rumitnya permasalahan hidup yang kita hadapi hari ini, adalah karena kesalahan kita dalam meletakkan sudut pandang.
Sebagai orang beriman, meletakkan ujian sebagai unsur yang akan selalu ada dalam setiap episode kehidupan adalah sebuah keharusan. Mengapa demikian? Sebab ujian adalah bagian dari konsekuensi keimanan itu sendiri.
Seseorang akan diuji kelaparan, ketakutan, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan, dsb. yang memaksa sampai ke titik terlemah seorang hamba. Tujuannya tidak lain tidak bukan adalah untuk menyeleksi seberapa jernih kadar keimanan dari seorang hamba.
Cara pandang yang demikian itu sudah semestinya menjadi batas minimal kesadaran yang harus dimiliki. Sebab memang demikianlah cara-Nya untuk melihat seberapa sungguh hambanya membuktikan keimanan itu pada-Nya.
Barangkali, ketika kita telah menempatkan setiap episode kehidupan di bawah kehendak-Nya, kita akan mulai melihat bahwa segala hal—baik kesenangan maupun kesusahan—merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Di sinilah kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur menjadi tiga pilar penting yang mesti kita tegakkan. Sering kali, kita lupa bahwa ketidaknyamanan hidup hari ini bisa menjadi sebab terbukanya pintu rahmat di kemudian hari. Mungkin Allah menahan sesuatu yang kita cintai demi memberi kita sesuatu yang lebih kita butuhkan. Atau, barangkali Ia menunda keinginan kita agar kita belajar menumbuhkan jiwa yang lebih tangguh. Maha Bijak Allah dengan segala kehendak-Nya. Maka, ketika menghadapi kerumitan persoalan, mari kita bertanya kembali pada diri sendiri: Apakah kita sudah menempatkan pandangan kita di tempat yang semestinya? Sudut pandang yang berpusat pada keyakinan bahwa tidak ada rencana yang melebihi rencana-Nya, dan tidak ada ketetapan yang sia-sia di sisi-Nya. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk merasa terpuruk berlama-lama. Sebab, di balik setiap cobaan, selalu terselip hikmah yang menuntun kita pada kebijaksanaan, selama kita mau merenung, memohon pertolongan, dan terus melangkah di jalan-Nya.
Surakarta, 07 April 2025
184 notes
·
View notes