#rindang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Awal Februari, Kawasan Talumolo Rindang dan Indah Diresmikan
Hargo.co.id, GORONTALO – Penataan kawasan Talumolo rindang dan indah (Santorini) tak lama lagi akan rampung. Dari beberapa pekerjaan, tinggal beberapa yang belum menyentuh 100 persen. Ditargetkan pekerjaan tersebut, tuntas pada akhir bulan ini. Jika ta ada aral melintang, Santorini akan diresmikan awal Februari mendatang oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan…
View On WordPress
#Dinas Perkim#Kawasan Talumolo Rindang dan Indah#Kecamatan Dumbo Raya#Kelurahan Talumolo#Pemkot Gorontalo#Santorini
0 notes
Text
Tumbuh dan Bercerita
Tidak semua masalah kita harus diketahui orang lain, bukankah ada banyak masalah yang kemudian semakin membesar hanya karena kita salah bercerita?
Lelah ya berproses menjadi dewasa itu, tapi setidaknya kita bisa lebih bijaksana dalam bersikap. Sebab dewasa itu adalah akumulasi dari kumpulan masalah yang bisa kita lewati dan hadapi, bukan menghindar atau mengabaikan.
Selamat bertumbuh, tidak apa-apa, insyaallah semua akan baik-baik saja.
Sederas-derasnya hujan, ada juga masa ia reda. Seterik-teriknya matahari, ada masa pula ia akan teduh dan rindang. Tak apa, dunia ini berputar, tak ada kesulitan yang abadi, sebagaimana tak ada pula kenyamanan yang kekal.
Selamat bertumbuh dan dewasa :)
@jndmmsyhd
646 notes
·
View notes
Text
117.
Aku terpukau dengan cara berpikirmu. Di sana, aku diizinkan untuk menenggelamkan diri dengan leluasa. Di sana, semua kusut dalam kepalaku mampu teurai.
Yang bengkok, kamu luruskan. Yang rumit kamu coba sederhanakan dan yang salah kamu benarkan dengan penuh kehati-hatian dan kelembutan.
Aku takjub pada tetiap tutur katamu. Di sana tidak ku temukan lisan yang menyakiti pun kalimat kasar yang terucap. Kamu bijak memilah dan memilih supaya yang keluar dari mulutmu adalah sesuatu yang menenangkan pendengar.
Aku kagum pada caramu menasihati. Kamu tidak pernah menggurui dan merasa paling benar sendiri. Hatimu lapang dalam menerima perbedaan pendapat. Kamu menghargai apapun yang berselisih paham denganmu.
Untukku, kamu serupa rumah yang penuh kehangatan dengan pohon rindang yang tumbuh pada halamannya. Di sana, perasaan nyaman selalu ku dapatkan—teduh lagi meneduhkan.
Hujan, 10.43 | 02 Februari 2023.
524 notes
·
View notes
Text
Cheese Cake
Seperti cheese cake, cinta semestinya lembut, manis, sesekali asam gurih, membuatmu gembira, tersenyum lega dan membahagiakan. Bukan yang perih, yang pahit, yang membuatmu berpikir apakah saat ini sedang jadi prioritas atau satu dari banyak pilihan. Membuatmu ragu pada diri sendiri, membuatmu lelah, ketakutan dan tak berdaya.
Seperti pagi, cinta semestinya sejuk, haru, sesekali berkabut, membuatmu tenang, merasa tenteram dan melenakan. Bukan yang terik, yang panas, yang membuatmu merasa tak nyaman, membuatmu harus berpikir dan bersiasat, agar tetap sejuk, tetap dingin, dan tak kesakitan.
Seperti rindang pohon, cinta semestinya teduh, segar, membuatmu nyaman, merasa dijaga dan diberi perlindungan. Bukan yang kering, gersang, yang membuatmu harus berusaha keras menjaga apa yang nyaman, hingga pada akhirnya memaksamu untuk mencari yang lebih baik, mencari yang lebih pasti dan akhirnya kecewa.
Seperti pantai, cinta semestinya membuatmu basah, membuatmu merasakan suka cita, membawa kepada langit biru di pagi hari, di ujung horizon dimana samudera dan langit beririsan. Hingga kamu kemudian merasakan sunyi subuh yang perlahan diisi suara kicau camar, debur ombak, gesekan pinus, dan segala yang membuatmu terlena.
Seperti mawar mekar, cinta semestinya indah, warna merah terang, dan memancarkan aroma manis. Cinta seharusnya seperti pesona taman bunga yang memikat hati dan mengajakmu untuk piknik dan makan enak. Bukan yang layu, yang pudar, yang membuatmu merasa terpinggirkan dan tak dihargai.
Seperti secangkir kopi, cinta seharusnya memberimu kehangatan, getir yang nikmat, dan aroma yang membuatmu bersemangat. Bukan yang encer, yang terasa seperti pasir, yang mengecewakanmu. Atau seperti gula yang manis dan pelan-pelan membunuhmu. Mengintai dari tempat yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Cinta seharusnya sepertimu, yang indah, yang membuat kata-kata jadi kerdil dan tak punya makna, yang membuatku tenggelam hilang di dalam palung. Bukan yang kusam, yang dangkal, yang membuatmu merasa kehilangan arti dalam setiap detiknya.
#heartbreak#perpisahan#kehilangan#armandhani eminusdoleo#love#break up#esai#prosa#quotes#breaking up
40 notes
·
View notes
Text
Rinduku kini bebas menjelajahi waktu. Menari di atas kepala yang rindang tanpa air. Sesekali merayu semilir angin tuk menunggu. Hujan hadir malam ini.
15 notes
·
View notes
Text
Perjalanan ikhlas itu perjalanan yang paling jauh karena kita gatau dimana ujungnya dan perjalanan paling berat karena kita belajar untuk menerima sesuatu yang ‘mungkin’ sedang berseberangan dengan hati kita.
Perjalanan hidup itu memang tidak pernah terduga. Ada saat kita bak kuda yang sedang berpacu untuk mengejar titik finish. Ada juga saat kita harus jatuh, terguling dan bangkit. Mendapat kemenangan, pun kehilangan.
Ada saat kita duduk, atauーbisa juga tertidurーmenikmati sepoi angin dibawah pohon besar nan rindang. Ada juga saat kita basah kuyup kehujanan. Diterjang badai, atau berlindung dari teriknya matahari yang menyengat badan.
Semua bagian dari perjalanan itu, tanpa sadar mendidik kita menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang mengenal apa itu ikhlas, apa itu berprasangka baik kepada apa yang sudah menjadi takdir Allah. Maka.. teruslah berjalan, teruslah mengokohkan langkahmu. Karena kita tidak pernah tau apa yang sedang menanti kita di depan.
Lakukan yang bisa kita lakukan sekarang, selesaikan apa yang harus kita selesaikan sekarang. Perkara ikhlas dan tidak, tak perlu kita risaukan. Karena lagi-lagi, menjadi seseorang yang ikhlas itu, bukan perjalanan yang hanya membutuhkan waktu persekian detik saja. Lakukan, kerjakan, dan mohonlah selalu pertolongan Allah.
ーaviliaarmiani
24 notes
·
View notes
Text
Dua Orang Kampung
Seorang imam bernama Muhammad bin Ismail pernah mendapat fitnah, dibanned oleh pemerintah hingga tidak bisa mengajar di kampungnya sendiri.
Apalah artinya kampung, beliau lalu mengajar di Naisabur, kampung tetangganya. Ternyata satu musibah itu melahirkan keajaiban, dua orang guru bermurid ini menjadi dua imam tertinggi dalam pembukuan riwayat hadits shahih: Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dan Imam Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi.
Dua nama ini adalah pemilik kitab rujukan agama Islam paling otentik setelah Al-Quran. Keduanya bersatu dalam istilah "muttafaq alaih", hadits yang ditulis bersamaan oleh keduanya berarti disepakati keabsahannya oleh umat Islam.
Jadi kampung yang dimaksud di atas itu adalah Bukhara. (/bʊˈxɑːrə/ buu-KHAR-ə, romanized: Buxoro, pronounced [buχɒrɒ]) Hari ini dinaungi negara bangsa bernama Uzbekistan. Kampung tua peninggalan Persia, hanya berukuran seperempat luas Kabupaten Sleman, populasinya juga setara hanya berkisar 2.000 penduduk di setiap kilometer persegi.
Jangan-jangan Bukhara dulu hanyalah sebuah kampung seperti Sleman. Tapi siapa orang asing yang mengenal Sleman?
Kampung hanyalah sebidang tanah. Tapi Imam Ibnu Hajar menuliskan kaidah ilmu hadits dalam Nukhbatul Fikr, “Penting untuk mengetahui thabaqat para rawi, lahirnya, wafatnya, dan nama kampung halamannya,” maka kampung menjadi bukan sekadar kampung. Ia objek belajar. Setiap pelajar hadits akan tahu nama-nama kampung para rawi dan muhaddits.
Melalui wasilah muhaddits nomor wahid itu—terlebih karena nisbat utama kepada kampungnya, maka Bukhara menjadi mendunia. Namanya disebut-sebut di manapun Islam diajarkan. Setiap kali dikutip hadits dari kitab Shahih Al-Bukhari, disebutlah nisbat itu, "diriwayatkan oleh Al-Bukhari", sebagai jaminan keshahihan.
Dari Makkah kiblat umat Islam hingga ke daerah antah berantah bernama Donoharjo, Ngaglik, Sleman, nama kampung Bukhara jadi tidak lagi asing di telinga penduduknya.
Siapa yang tidak familiar dengan Bukhara?
Bahkan mungkin "Bukhara" lebih familiar daripada "Uzbekistan"—nama negaranya sendiri meskipun sedikit viral setelah membekuk garuda muda di lapangan hijau baru-baru ini.
Mengenal nama kampung bukan hanya untuk mengetahui identitas seorang rawi. Itu juga wasilah untuk merenungi bagaimana ajaibnya kampung non-Arab yang berjarak 4.500 km dari Makkah, berjeda empat negara bangsa, berbulan-bulan perjalanan dengan jalan kaki, bisa melahirkan penulis kitab mega best-seller nomor dua setelah Al-Quran untuk 12 abad bahkan hingga kiamat nanti.
Itu bukan kampung biasa. Ada benih keberkahan yang Allah tanamkan di sana untuk menumbuhkan pohon paling rindang itu.
Kita yang menikmati naungannya mungkin perlu sesekali melirik Ashomiddin, kawan saya orang Bukhara tulen ini, mungkin saja ada rahasia yang diwariskan di Uzbekistan sana.
Saya ingin sekali bertanya, kalian hobi belajar apa saja di kampung, selain latihan MMA dan belajar diving?
@audadzaki
Jami' Al-Azhar, 30 Mei 2024.
10 notes
·
View notes
Text
Tunggu saja aku di ujung sana, tak perlu kau tahu seberapa berat bebanku kini, yang bahkan sejatinya kau memang tak harus mengetahuinya. Jika ada rerumputan hijau yang megah, maka berteduhlah di pohon yang paling rindang, hiruplah oksigen ternikmat yang sanggup kau hirup, aku membawakan tangis yang jatuh selama aku menempuhnya ke sana, tunggu dan kulunasi dahagamu dengan air mata itu.
12 notes
·
View notes
Text
Talaqqi Qira’at Riwayat Imam ‘Ashim
Hanya 10 hari, rasanya belum cukup untuk menggali ilmu Allah yang sangat luas. Sementara diri ini sangat terbatas. Meski sebentar, tapi kenangan setiap harinya akan terus membekas.
Aku akan selalu rindu suasana komplek PT PUSRI yang rindang lengkap dengan masjid Aqobahnya yang sangat “hidup”. Hingga malam-malam panjang saat itu terasa singkat seperti Ramadhan. Syahdu, penuh keberkahan🥹
Aku juga tidak akan lupa momen-momen sulit ketika talaqqi pertama yang bahkan untuk menyelesaikan 1 juz butuh waktu 6 jam lamanya. Dari isti’adzah bahkan sampai ketika mengucapkan lafazh “Barakallah” saja tak luput jadi bahan koreksi ustadz. Betapa semakin belajar kita akan sadar bahwa masih banyak lagi yang perlu kita pelajari.
Selain halaqoh talaqqi yang penuh kenikmatan, berkumpul dengan orang-orang sholih juga menularkan semangat. Ada pensiunan pejabat PUSRI yang meski menjadi paling senior di antara kami, tapi semangatnya paling membara. Ada juga Pak RT yang di tengah kesibukannya mengurusi umat tetap berjuang untuk bisa hadir di setiap halaqoh. Yang jauh dari Muara Enim pun ada. Belum lagi para pekerja yang meski tidak libur, tapi tidak menjadikan itu alasan untuk meninggalkan kesempatan emas ini.
Di sana juga aku dipertemukan sengan sahabat baru yang meski baru bertemu dan kenal di saat itu juga, tapi terasa seperti saudara yang sudah kenal sejak lama. Mitha yang sejak halaqoh pertama tak pernah putus asa untuk berlatih huruf isti’la, qolqolah dan semua catatan yang diberikan padanya. Bahkan baru juga membuka mata di pagi hari, ia sudah siap meminta bacaannya dikoreksi. “Mbaa, bener dak bismillah aku?” Hahaha
Juga Resty yang meski harus berbagi waktu dalam kesibukannya tapi tetap berjuang dengan maksimal. Melihatnya aku seperti diberi gambaran “mastato’thum” dalam kehidupan nyata. Meski di malam terakhir demam dan kedinginan, ia tetap hadir dengan jaket tebal yang menyelimutinya.
Dan dua bersaudara Dhiya dan Syasya yang punya sosok ibu luar biasa sehingga di usia muda mereka meraih prestasi yang jauh melampaui usianya. Bacaan mereka jangan ditanya, wong mereka murid Ustadz dari sejak belia🥹 masya Allah.
Ah rindu sekali,
Rindu juga sama kamar 210 Wisma Delima yang serasa hotel bintang 4nya PUSRI dengan kamar mandi estetik yang ada showernya😅 Rindu juga jokes bapak-bapak yang receh tapi menggelitik juga. Rindu ngebandrek untuk nahan ngantuk halaqoh malam. Rindu makan 3x sehari yang hampir selalu nasi padang🤭
Masya Allah. Nikmatnya berkumpul dengan orang-orang sholih. Semoga Allah beri kesempatan untuk terus belajar Al-Qur’an. Aamiin.
Palembang, 11 Juli 2024 || Baru 4 hari berlalu, sudah rindu🥹
8 notes
·
View notes
Text
Pohon Rindang Didepan Jendela
Pagi dengan langit mendung yang menyapa. Kaca jendela yang setengah terbuka, desiran angin mengajak daun-daun kekuningan menyambut sepasang retina.
Sekali lagi bangun dari mimpi yang remang-remang akan keberadaannya.
Sekali lagi menjalani hari yang tak pasti ujung perjalanannya.
Berdiri didepan jendela, menatap linglung pada sebatang pohon yang begitu setia menyapa setiap paginya.
Diantara rasa sepi ia bertanya-tanya, akankah hari ini ia mampu menepikan duka, akankah hari ini ia berhasil memeluk bahagia.
Diantara kegelisahan atas ketidakpastian pada masa yang akan datang. Diantara kekhawatiran atas harapan yang belum juga berhasil terbang.
Diantara ketenangan yang begitu sulit untuk didapatkan. Diantara ketidakmampuan yang cangkang kerasnya begitu sulit untuk dipecahkan.
Do'a dilantunkan, do'a disenandungkan. Membersamai derak cabang pohon yang tengah asik menari, mengiringi deru angin yang sedang asik bernyanyi.
Berharap dapat segera terbangun dari rasa rendah diri yang tak hentinya membayangi. Berharap dapat memperkuat semangat juang atas ketidakpercayaan diri yang gemar menyertai.
Layaknya pohon rindang yang hingga kini masih kokoh berdiri. Yang terus bertahan dari pergantian musim yang menyerangnya silih berganti.
Ia pun mencoba untuk terus berjuang, untuk terus menghadapi. Atas ketidakpastian yang mengendalikan hidup ini. Atas ketidakpastian yang mengendalikan masa depan dikemudian hari.
Oleh: @melodirinai
Di sebuah kota kecil di Pulau Sumatera | April 8, 2024.
10 notes
·
View notes
Text
Zozo Garden: Surga Tersembunyi untuk Pecinta Alam dan Kuliner
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, Zozo Garden hadir sebagai oasis yang menenangkan bagi para pencinta alam dan kuliner. Terletak di lokasi yang strategis, tempat ini menawarkan keindahan alam yang memukau serta hidangan lezat yang menggugah selera. Artikel ini akan membahas semua yang perlu Anda ketahui tentang Zozo Garden, mulai dari suasana hingga menu yang ditawarkan.
Keindahan Alam yang Memesona
Zozo Garden dikelilingi oleh pepohonan rindang, bunga-bunga berwarna-warni, dan pemandangan alam yang menyejukkan. Taman ini dirancang dengan baik, menciptakan ruang terbuka yang ideal untuk bersantai dan menikmati keindahan alam. Suara burung berkicau dan angin sepoi-sepoi menciptakan suasana yang damai, membuat setiap pengunjung merasa seolah-olah berada di dunia yang berbeda. Area taman yang luas juga menyediakan tempat bagi anak-anak untuk bermain dan berlari-larian.
Menu Kuliner yang Beragam
Tak hanya menawarkan keindahan alam, Zozo Garden juga dikenal dengan menu kuliner yang menggugah selera. Beberapa hidangan yang patut dicoba antara lain:
Salad Segar: Menggunakan sayuran organik yang dipetik langsung dari kebun, salad ini menawarkan rasa yang segar dan sehat.
Ikan Bakar: Ikan segar yang dibumbui dengan rempah pilihan dan dipanggang dengan sempurna, disajikan dengan sambal khas yang menggoda.
Pasta Homemade: Dengan resep yang diturunkan dari generasi ke generasi, pasta di Zozo Garden memiliki rasa yang kaya dan tekstur yang sempurna.
Dessert Kreatif: Jangan lewatkan pilihan dessert yang unik, seperti panna cotta buah lokal dan kue-kue kecil yang selalu menjadi favorit pengunjung.
Suasana yang Ramah dan Nyaman
Zozo Garden mengedepankan konsep ramah lingkungan dengan desain yang alami dan nyaman. Dengan tempat duduk yang terletak di bawah naungan pepohonan, pengunjung dapat menikmati hidangan sambil merasakan angin segar. Staf yang ramah dan profesional siap membantu dan memberikan pelayanan terbaik, memastikan setiap kunjungan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Aktivitas dan Kegiatan
Zozo Garden tidak hanya sekadar tempat makan, tetapi juga menawarkan berbagai aktivitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Anda dapat mengikuti kelas memasak, menikmati tur kebun, atau sekadar bersantai sambil membaca buku di area yang tenang. Tempat ini juga cocok untuk acara khusus, seperti pernikahan atau ulang tahun, dengan suasana yang intim dan pemandangan yang indah.
Kesimpulan
Zozo Garden adalah surga tersembunyi yang menawarkan kombinasi sempurna antara keindahan alam dan kuliner yang menggoda. Dengan suasana yang nyaman, hidangan yang lezat, dan berbagai aktivitas menarik, tempat ini layak menjadi destinasi bagi siapa saja yang mencari pengalaman kuliner yang berbeda. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Zozo Garden dan rasakan sendiri keajaiban yang ditawarkan!
2 notes
·
View notes
Text
#16 slice of joy (2)
Ceritanya kita ke Thaif.
Thaif adalah sebuah kota di Mekah, yang hawanya terasa sejuk, tidak sepanas di Haram. Tapi, tetep terasa teriknya wkwk. Perjalanan ke Thaif lumayan lama, jadi kami banyak istirahat di bus. Si adik cilik bolak-balik main ke kursi saya. Karena samping saya kosong, jadi, saya menawarkan, "Adek, mau duduk sini bareng aku?" Dia mengangguk setuju. Rupanya dia ingin duduk di samping jendela, sambil mencari unta di sepanjang jalan.
Karena si adik belum terlalu tinggi, untuk melihat unta yang berada di kejauhan, dia tidak kelihatan. Ketika saya melihat unta, saya bergegas memberi tahu, "Dek, dek. Lihat ada unta, tuh." Kami berdua berhitung ada berapa jumlahnya. "Satu, dua, tiga. Untanya ada tiga!" kata si adik. Sesekali kami melihat kuda, tapi tidak sebanyak unta. Saat lihat unta lagi, saya berseru ke si adik. Begitu terus, sampai dia tertidur wkwk. Tidak lama, setelah baca buku-e beberapa menit, saya juga juga terlelap.
Ibnu 'Abbas
*Masjid Ibnu Abbas dari dalam
first stop. Masjid Ibnu Abbas. Saat mau menuruni anak tangga di bus, saya dipanggil mas G. Dia mengatakan sesuatu, "Qi. asdygfjklnbc@#$%." Seingat saya kemarin sudah membersihkan kotoran telinga, tapi pas mas G yang ngajak bicara, kok, gak kedengeran!? (imej luntur sudah). Bukan gak kedengeran. Denger, tapi tidak jelas apa yang dikatakan. Dengan nada agak tinggi, saya jawab, "HAH?! APA!?!" wkwk. Refleks. Buru-buru menahan malu takut dilihatin jamaah lain soalnya kayak orang teriak-teriak wkwkw. Yang ngajak ngomong pun memalingkan wajah (sepertinya menahan malu juga) dan tertawa😂. "Nanti, ya, di bawah," saya mengakhiri obrolan dan melipir turun.
Dan yang terjadi selanjutnya setelah turun di area parkiran, adalah sejarah (hubungi untuk cerita lebih lanjut) (*asik-asik) (kok banyak reka adegan sejarah, sih?! wkwk)
Kami berkumpul di dekat perpustakaan Ibnu Abbas, mendengarkan cerita Ustaz J. Ibnu Abbas adalah seorang yang sangat cerdas sedari kecil. Merupakan orang kepercayaan Rasul. (sebentar buka notes hape dulu) Ibunya adalah juru masak nasi Rasulullah. Sehingga beliau punya jadwal khusus untuk mengantar makanan—bisa bertemu dengan Rasulullah. Di saat itulah, Rasul mengajarkan & mendoakan langsung kepada Ibnu Abbas yang masih sangat muda.
Semoga kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari kisah Ibnu Abbas untuk terus belajar, menuntut ilmu sepanjang hayat. Aamiin.
Sebelum kembali ke bus, saya melihat bu D dan pak R membeli oleh-oleh. Saya penasaran beliau berdua sedang membeli apa. Oh, ternyata pak R menawar sorban. Terus saya iseng turut nimbrung bantu bu D & pak R ngomong ke mbak-mbak penjual, "Eywa, sister. Hadza itsnein, khamsu riyal, shoh?" "Laa. Ana maa fi faidah." "Maujud faidah. Hadza itsnein, khamsu riyal. Tamam." Akhirnya, si mbak-mbak penjual deal dan membungkus sorban pilihan pak R🤣.
Ayah, ternyata aku bisa praktek tawar-menawar. Hehehe.
Setelah dari masjid Ibnu Abbas, rombongan kembali naik bus dan melanjutkan ziarah tempat berikutnya. Saat di Masjid Ku' dan Masjid 'Addas, bus melaju perlahan sambil muthowif bercerita (passing by). Ternyata bangunan Masjid Ku' terlihat seperti tumpukan batu. Sedang Masjid 'Addas ada di atas bukit.
Penyulingan Mawar
Tiba di tempat penyulingan parfum. Namanya Rasheed Al Qurashi Factory. Kami diarahkan ke aula untuk duduk menonton video berisi cara penyulingan mawar (untungnya berbahasa Indonesia!). Sambil menonton, ada petugas berjalan yang mengoleskan parfum ke tangan masing-masing jamaah—tester. Ada konter cemilan, coklat, kurma. Di luar ada bangunan replika penyulingan parfum, dan toko parfum Rose Shop. Di ujung ada semacam kebun (mungkin ini kebun mawarnya, tapi terlihat sepi).
Siang hari makan nasi mandhi bareng jamaah di kebun (yang barusan saya bilang, ada tangga jalan turun) (dan rumputnya sintetis wkwk). Seru! Makannya bareng-bareng, seloyang berenam atau berlima. Beratap dedaunan pohon-pohon yang rindang. Sebelum datang nasinya, saya udah kebelet buang air duluan wkwk. Akhirnya mencari toilet. Di tempat makan tadi, hanya ada toilet untuk laki-laki.
Bertanyalah saya ke abang-abang, "Yaa sidi. Fi ein hamam li nisa'?" Terus dia jawab, "Fouq." "Fouq??" saya menegaskan. Haduh, naik lagi, batin saya. "Eywa, fouq. Tsumma 'ala yasar," si abang-abang sambil mengisyaratkan tangannya lurus ke atas lalu ke kiri. Oh, paham, bang. "Syukran." Saya cepat-cepat naik ke bangunan aula tadi.
Ternyata, porsi makannya, buanyaaak. Firasat saya apa gimana, nasinya gak habis-habis. Karena datang terakhir, jadilah saya disuruh menghabiskan sisa lauk yang ada wkwk. Tapi untungnya, ada mbak F dan mbak I yang membantu wkwk.
Beres makan, kenyang, mampirlah saya ke Rose Shop. Belum ada kepingin beli parfum lagi (soalnya sudah adopsi pulang Arabian Oud di Medina). Ingat yang dibilang Ustaz J, "Gak beli parfum, gapapa. Keluar, pulang-pulang, yang penting badan wangi semua." Tapi, itu semua cuma adegan angan-angan fiktif belaka, guys! wkwkw. Saya sama mbak I, icip-icip wewangian haha (sok-sokan paham aroma) (dan saya tetep gak ngerti). Kami berdua masuk dan lihat-lihat.
Awalnya, saya bilang pingin lihat rose musk. Terus sama si mbak sales diarahin ke bagian konter depan. Saya gak menyentuh atau sniff tester parfum yang di rak displaynya sama sekali (takut kepincut wkwk). Awal tahu rose musk (dan enak baunya!) adalah dari konter parfum Mall An Nur saat first stop Hop On Hop Off. Pas di Thaif, pengin cium rose musk lagi. Saya tanya langsung sama abang-abang di konter depan, "Yaa, sidi. Fi ein rose musk?" Bukannya jawab, malah tertawa, nih, abang-abang😂. Lanjutan cerita wewangian akan ada khusus. Nantikan, ya!
Karena sudah di Thaif, mari kita naik wahana!
(bersambung)
…
*ini adalah cerita-cerita umrah di akhir bulan Safar-Rabiul Awal (sebelum maulid) 1446H, yang (kemungkinan) akan kuromantisasi habis-habisan. sebagai pengingat pribadi dan semoga ada manfaat yang bisa diambil, yah!
2 notes
·
View notes
Text
Pohon besar di hutan yg rindang begitu elok di pandang, berdiri tegak dengan ke kokohannya selama puluhan tahun menjadi tempat tinggal para burung"
#nature#photography#plants#art#vintage#80s#decor#home#baliindonesia#plant photography#cozy places#nature and plants#plants and trees#cottage#cozyplaces#cozy mood#cozy nature#cozy vibes#flowercore#flower photography#floral#flower#forest cottage#forests#fotography#foodie#fotos tumblr#artists on tumblr#garden cottage#garden
6 notes
·
View notes
Text
Ia bodoh pada derap langkah titah pemuja cinta Tapi pandai berlari pada siasat pemburu duka Ia juga cerdas perkara memupuk darah Di tanah subur itu, ia tumbuh menjadi pohon besar dan rindang Siapapun bisa duduk di bawahnya Bernanung, tidur dan mengemis
Kuperingatkan, jika sudah segeralah berkemas Ia juga perlu waktu untuk meranggas
2 notes
·
View notes
Text
Bagian Selatan dari Alun-Alun Sidoarjo, Cocok untuk Piknik Bersama Keluarga.
Lapangan luas tersebut berada di bagian selatan dari alun-alun Sidoarjo. Disekitarnya terdapat berbagai jenis pohon rindang dan kursi-kursi duduk untuk pengunjung menikmati waktunya. Ada juga fasilitas yang disediakan berupa alat untuk kebugaran jasmani di sisi barat lapangan tersebut. Spot yang cocok untuk piknik bersama keluarga.
Umumnya lapangan hijau ini akan ramai di malam hari, seperti bagian lainnya dari alun-alun. Penjual mainan kemudian berderetan menjual berbagai jenis mainan unik yang dapat dibeli oleh pengunjung. Selain mainan, juga terdapat penjual jajanan jajanan yang akan mengenyangkan perut.
Di bagian timur dan barat lapangan juga terdapat tempat bermain yang berisikan berbagai mainan yang disediakan. Sayangnya kondisi dari beberapa mainan telah rusak, sehingga harus berhati-hati jika membawa anak bermain.
Jika kita berjalan ke arah utara, maka kita akan langsung bertemu dengan Tugu Kabupaten Sidoarjo, yang terletak persis di tengah area alun-alun dan menghadap ke sisi utara. Struktur megah berlapis marmer yang dikelilingi taman indah ini, melambangkan cita-cita Sidoarjo yang ingin terus maju dari masa ke masa.
jika ingin berkunjung, akan sangat diharapkan bagi setiap pengunjung untuk bertanggung jawab atas setiap barang bawaannya. Tidak lupa untuk menjaga kebersihan dan jangan sampai alun-alun menjadi kotor.
2 notes
·
View notes
Text
Ibu Pertiwi dan Anak-anak Negeri
Ibu Pertiwi:
Bentangan hijau dan biru sejauh mata memandang.
Pohon-pohon rindang, gemericik air sungai, ciutan burung khas daerah.
Bunga Raflesia, Komodo, dan Hiu paus.
Selat, teluk, palung, gelombang, suara ombak.
Padi yang menguning, aroma khas cengkeh, ribuan rempah.
Semuanya adalah milkku.
Aku yang paling kaya di dunia ini.
Negeri mana yang memiliki tanah subur sepertiku?
Lautan dengan jutaan sumber daya perairan sepertiku?
Aku yang paling kaya di dunia ini.
Sejak kecil, aku dirawat oleh tangan-tangan lembut.
Mereka mengasihiku, menjaga kelestarianku.
Hingga kecantikanku tidak pernah tergores paku.
Juga tidak pernah terjatuh dan layu.
Kemerdekaanku tepat waktu.
Posisi tubuhku tepat di garis khatulistiwa ciptaan Tuhanku.
Bentangan sayap gagah Sang Garuda melindungi tubuhku.
Maka wajar saja, banyak mata tertuju padaku.
Hingga tiba masa, tangan-tangan yang kukira lembut itu membabat habis tubuhku.
Rasanya seperti dimutilasi.
Pohon-pohonku dipaksa mati.
Demi menggantikan gedung-gedung tinggi.
Lautanku dikotori oleh tangan-tangan nakal.
Seakan mereka sudah hilang akal.
Aku tidak cantik lagi.
Rusak sudah semua yang telah kubanggakan pada mereka.
Awalnya, aku mengira para pencuri kedamaian itu yang jadi pelaku utama.
“Kita dijajah bertahun-tahun lamanya."
Begitu kata mereka dalam buku sejarah.
Padahal, tangan-tangan yang kusangka lembut itu justru mereka pelaku utamanya.
Aduhai, siapa nian yang masih bisa menjaga sisa-sisa kecantikanku?
Siapa yang masih ingin merawat tubuh penuh luka ini?
Padahal dulu, aku yang dipuja-puja.
Anak-anak Negeri:
Kami anak-anak negeri,
siap berbakti pada Ibu Pertiwi.
Kami akan mengusahakan kesembuhannya,
meski nyawa menjadi taruhan.
Sebab, kami tau. Bila kami menolong Ibu
kami bisa saja hilang tanpa jejak, seperti anak- anak negeri dahulu.
Lantas, bila bukan kami siapa lagi?
Kami sengaja bersekolah tinggi-tinggi.
Jauh merantau meninggalkan Ibu Pertiwi.
Hanya untuk pulang, menata kembali kecantikan Ibu yang selama ini telah dicuri.
Meski kami anak-anak negeri.
Mungkin tak bisa berbuat lebih.
Sebab, dibungkam sana-sini, dibodohi dengan janji.
Ditutupi mata dan telinga kami.
“Ssstt.. diam saja. Nanti kita beri makan.”
Begitu bujuk mereka.
Beberapa diantara kami ketakutan.
Beberapa diantaranya lagi manut mengiyakan.
Namun lebih banyak dari kami tetap terjaga sepanjang malam.
Mengikuti suara langkah kaki, mencegah agar Ibu Pertiwi tidak mati.
Kami anak-anak negeri yang diikat dengan sumpah.
Kami akan menggendong Ibu Pertiwi yang sudah penuh darah.
Akan kami bawa ke hadapan Tuhan dan bersaksi.
Bahwa kami, telah menepati janji.
4 notes
·
View notes