Guyuran ocehan dan keluhan yang olehnya tak berkenan ia suarakan di dunia nyata.
Last active 2 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kadang bertanya-tanya, apakah langit sebenarnya adalah atap penjara? Apakah tanah tempat berpijak adalah lantainya? Apakah cakrawala yang tak tersentuh keberadaannya adalah dinding penghalangnya?
Katanya terlahir bebas, nyatanya terikat pada banyak hal yang hampir membuatku mati lemas.
Impian dan cita-cita, ekspektasi orang tua, takdir yang mengendalikan realita, mereka seringkali tak di jalur yang sama.
Kecewa lalu mencoba berbesar hati menerima kenyataan yang ada, proses berulang yang tiada habisnya. Rasanya kebahagian hanya sebatas harapan bersifat ilusi, sebuah oasis kecil di tengah gurun tandus yang mengelilingi, mudah hancur diterpa badai pasir yang tak terelakkan ketika ia menghampiri.
Sebut saja aku sang makhluk pesimis, menjalani hari-hari dengan tak lagi optimis, semasa kecil kuterbangkan banyak lampion di langit harapan, saat dewasa aku hanya bisa mendamba bintang-bintang di langit malam, tak lagi berkeinginan untuk memeluknya dalam dekapan.
—@melodirinai
7 notes
·
View notes
Text
Sampai kapan? Tak lagi menemukan jawaban.
Langit malam itu tak lagi dipenuhi kemilau bintang, hanya kumpulan awan hitam diikuti gemuruh guntur terdengar memekakkan.
Terombang-ambing, tak sepenuhnya tenggelam, tak juga berhasil terbang.
Kupu-kupu dengan sepasang sayap rapuh itu hanya bisa terus bertahan, ia tak kunjung berhasil mencapai tempat tujuan, ia pun tak juga bisa kembali pulang.
—@melodirinai
0 notes
Text
Kisah Sebentar
Di waktu dini hari, bersama hal-hal yang telah lama terlewati, terlintas tergambar kembali, bayangan akan sosokmu perlahan terbentuk di kepala tampak jelas terpatri.
Dan tumpukan mawar merah yang tak tersentuh, terbawa arus waktu kini mereka tampak lusuh, namun anehnya memancarkan keindahan yang rapuh.
Saat itu, pandangan kita tanpa sengaja bertemu, dan dalam benakku tiba-tiba saja sebuah bisikan berhembus menderu. Ada apa dengan sepasang obsidian itu? Menarikku ke dalam sebuah keterjeratan yang awalnya tampak semu, namun kelanjutannya menciptakan dilema rindu.
Dan satu halaman prolog cerita tercipta, paragraf pertama dimana romansa itu bermula, paragraf terakhir dimana kisah sebentar itu berakhir.
Peter dan Wendy, bertemu dan terjerat pada suatu situasi, keduanya tanpa sadar jatuh hati, detik demi detik terlewati hingga peliknya realita menghampiri.
Mawar merah itu dengan cepat layu, karena tumbuh di persimpangan dua tempat yang berbeda yang memang tak dapat menyatu, yang tersisa hanyalah sesaknya rindu yang tampaknya masih enggan untuk jemu.
Dan aku meramu bait-bait puisi ini untukmu sang pemilik hati, yang kini sosokmu hanya bisa kudekap di dalam mimpi.
—@melodirinai
3 notes
·
View notes
Text
Kuncup Yang Tak Berhasil Mekar
Benih bunga itu bertunas lebih cepat dari yang lainnya, bertumbuh lebih cepat dari yang lainnya, berkembang lebih cepat dari yang lainnya.
Namun saat musim semi tiba, kumpulan kuncupnya tak berhasil mekar sebagaimana mestinya. Mereka melayu saat yang lain mekar mempesona, mereka mengering saat yang lain menyapa kedatangan berbagai macam serangga.
Daun-daun kuning kecoklatan jatuh, ranting-ranting patah dan rapuh. Berdiri melawan hembusan angin dengan sisa batang yang kian tampak lusuh. Mencoba terus bertahan walau vitalitas kehidupan hampir sepenuhnya lumpuh.
Berat ya, saat semua tak lagi baik-baik saja. Kepercayaan diri seakan lenyap tak bersisa, kemampuan diri seakan menguap pergi entah kemana.
Yang tersisa hanyalah sebatang ranting patah yang dengan keras kepala bertahan, tetap menyeimbangkan dirinya agar tak benar-benar jatuh sepenuhnya.
—@melodirinai
18 notes
·
View notes
Text
Berbalas Namun Tak Dilepas
Kala serpihan kenangan yang telah lama terkubur di kedalaman memori tiba-tiba muncul kepermukaan. Menarik sehelai penyesalan mengiringi rasa sepi yang tak henti-hentinya melanda perasaan.
“Rasa yang berbalas namun dipendam begitu dalam, kini lepas di waktu yang tak seharusnya terlepas.”
Sapaan dan obrolan yang kau kirimkan lewat aplikasi pesan tak lagi menghiasi ponselku. Firasat buruk yang kurasakan ketika aku melewatkanmu kala itu, nyatanya kini benar-benar telah menghantuiku.
Kini aku tak lagi ikut serta dalam keseharianmu, dan sosokmu tak lagi muncul di keseharianku.
Aku merindukanmu, yah sangat sulit mengakui bahwa sebenarnya aku merindukanmu. Dan sialnya aku merindukanmu di saat dimana tak seharusnya aku memiliki perasaan itu.
“Sosokmu telah dipeluk erat oleh seorang bidadari, yang tak lagi pantas untuk kucampuri.”
Aku sang pembohong sejati, menenggelamkan kejujuranku di kedalaman yang paling dalam pada samudera hati. Saat itu perasaan yang kau akui nyatanya berbalas, namun dengan angkuhnya perasaan itu tak berniat kulepas.
—@melodirinai
Gejolak Kenangan | September 21, 2023.
10 notes
·
View notes
Text
Aku masih berdiri di tempat yang sama, tempat dimana aku berdiri lebih lama dari yang lainnya.
Apa kau tau apa yang terjadi sebenarnya?
Aku memang tak berhasil menyusulmu, tak berhasil menyusul langkah kakimu, menyusul kemajuanmu, tak berhasil menyusul keberhasilanmu.
Namun aku melihat apa yang belum sempat kau lihat, menemukan apa yang belum sempat kau temukan, menyadari hal-hal yang belum sempat kau sadari.
Aku pikir kau mendapati hal yang sama bukan?
Di tempat yang belum ataupun mungkin tak pernah bisa aku jangkau, kau melihat apa yang tak bisa kulihat, mempelajari apa yang belum bisa kupelajari, menemukan apa yang belum pernah kutemukan.
Lalu pada akhirnya kita sama saja bukan? Yang berbeda hanya sudut pandang.
—@melodirinai
20 notes
·
View notes
Text
Terikat pada sistem dunia, terjerat pada berbagai macam perangkat aturan semesta, pada akhirnya kebebasan hanya khayalan belaka.
Lalu apa yang benar-benar nyata?
Bahkan hal yang suci seperti cinta pun tak benar-benar menetap di objek yang sama selamanya.
—@melodirinai
20 notes
·
View notes
Text
Kau bagaikan cakrawala di langit petang yang teduh, tak tersentuh, sosokmu hanya bisa kupandang dari jauh.
Kau bagaikan cakrawala di langit mendung yang bergemuruh, riuh, dan jantung ini tak hentinya dibuat gaduh.
Kusembunyikan, perasaan yang diam-diam bersemayam di hati ini tak berani kusampaikan.
Cinta dalam diam terkadang terasa pahit terkadang mendebarkan, dan terkadang hanya bisa menggila sendirian.
—@melodirinai
18 notes
·
View notes
Text
Tetap Berdiri, Tetap Berteguh Hati
Jatuh dan tenggelam, dunia menjadi sunyi.
Sepi, langit berwarnakan abu-abu kelam, berusaha membiasakan diri.
Sayapku patah, terus bertarung melawan rasa menyerah.
Tak menemukan arah, kubiarkan diri ini tersesat walau nyatanya tak mampu menepikan rasa resah.
Kunikmati kesendirian ini, aku memang tak berhasil terbang tinggi, namun aku dapat berlari di daratan penuh duri.
Aku tak peduli, goresan-goresan luka ini kujahit sendiri, dan hingga kini aku masih bisa berdiri walau dikelilingi pecahan cermin bergambarkan kegagalan diri.
—@melodirinai
36 notes
·
View notes
Text
Kuharap akan hujan lebat,
Agar suara-suara yang terdengar menyakitkan itu tak lagi menjerat,
Dan api amarah di hati ini dapat padam walau hanya untuk sesaat.
—@melodirinai
10 notes
·
View notes
Text
Ada tangis yang tertahan, ada teriakan gila yang sekuat tenaga diredam. Tentang kekecewaan yang berkembang menjadi kemarahan, tentang harapan yang tak kunjung juga berhasil digenggam.
Juni telah cukup lama menyapa, dan Mei telah berlalu penuh nestapa. Seakan tak lagi bisa mengingat bagaimana sejatinya rupa bahagia. Hanya kesedihan yang nyata, dipalsukan dengan wajah baik-baik saja yang ditampilkan secara paksa.
Manusia dan pergolakan emosinya, hal yang sangat sulit untuk diprediksi apa yang akan terjadi kedepannya. Berusaha menerima kenyataan yang ada, berbesar hati dan berlapang dada, namun adakalanya keinginan juga ingin dipuaskan dahaganya.
Bagaimana ini, Tuhan? Emosi yang Engkau anugerahkan nyatanya seringkali mendatangkan kelelahan tak berkesudahan. Dan kesabaran yang terus ditempa juga tak mampu meredam rasa sesal di dada.
—@melodirinai
17 notes
·
View notes
Text
Telah merelakan, walau tak sepenuhnya melupakan.
Menghentikan pengejaran, memilih untuk menerima kenyataan.
Walau tak sesuai harapan, melepaskan mungkin pilihan terbaik agar tak jatuh pada kelamnya kehancuran.
Dan berpulang pada sejatinya kepribadian, tak lagi memaksakan beberapa kepalsuan.
Ini bukan tentang retorika kegagalan percintaan, ini tentang mimpi yang harus dijatuhkan.
Rajutan benangnya semula menampilkan keindahan, namun kini di akhir perjalanannya kusut tak beraturan, tak lagi bisa diluruskan.
—@melodirinai
29 notes
·
View notes
Text
If I Say, Don't Go
Aku menemukanmu lagi, pada perputaran waktu akan kenangan-kenangan tentangmu yang teringat kembali.
Kau seakan-akan tak pernah benar-benar pergi, masih tampak jelas dalam benakku sosokmu yang berdiri didepanku melemparkan senyuman menghangatkan hati.
Rindu yang menjebakku dalam kabut ilusi, menghadirkan sosokmu dalam kesendirianku beraromakan sepi.
Aku tau harus menghentikan lamunan semu ini, namun kembali pada realita tanpamu begitu sulit untuk kuhadapi.
Jika saja saat itu aku berkata, “jangan pergi”, apakah kau masih disini menemani.
Jika saja saat itu aku berkata, “jangan pergi”, apakah aku masih bisa mendengar senandung degup jantungmu kala kau mendekap erat tubuh ini.
Jika saja saat itu aku berkata, “jangan pergi”, apakah dunia kelabuku ini akan berganti dengan kemilau cerahnya warna-warni pelangi.
Ah, penyesalan yang menyerbu di penghujung hari, menaburkan sendu di bait penutup ceritaku pada sebuah puisi.
—@melodirinai
49 notes
·
View notes
Text
Aku tidak hanya semakin tersesat jauh, Tuhan.
Aku juga terperangkap pada penjara yang kubangun dengan mengatasnamakan pertahanan.
—@melodirinai
9 notes
·
View notes
Text
Kupikir sudah cukup hanya berteman dengan sepi, tapi celakanya kekosongan hati tak ingin mengerti.
Kupikir pada akhirnya akan terbiasa, tapi harapan yang dibiarkan terus berbunga mengacaukan ketenangan yang sekuat tenaga dijaga.
Kupikir telah berhenti terobsesi, namun ekstasi ilusi menggenggam sesuatu yang tak dimiliki menumbuhkan kembali benih-benih ambisi.
Kupikir setelah kenyang akan rasa kecewa, tak ada lagi lamunan-lamunan penuh dahaga, tapi nyatanya harumnya kesakralan cinta masih sangat dirindukan keberadaannya.
—@melodirinai
19 notes
·
View notes
Text
Teriakan gilaku diredam oleh lebatnya guyuran hujan.
Tangisanku yang sumbang disentak oleh gemuruh petir yang terdengar memekakkan.
Ini tentang perihnya rasa kehilangan, tentang rasa yang tadinya berhasil berlabuh kini harus kembali melakukan perjalanan.
—@melodirinai
12 notes
·
View notes
Text
Kita sudah tidak bisa dipersatukan. Kau berada diatas awan, sementara aku terjebak lumpur di daratan.
Aku tak ingin lagi menipu diri hanya untuk bertahan, aku memutuskan untuk pergi demi meraih ketenangan yang selama ini sangat kudambakan.
Aku juga tak ingin lagi kembali. Jika kembali, yang menyambutku hanya langit kelabu tanpa mentari, tanpa pelangi.
Maka tibalah kita di titik ini, tak lagi bisa saling menyayangi sepenuh hati, tak lagi bisa saling mencinta seperti dulu lagi.
Dan kisah kita yang dulu menjadi seberkas memori yang tak ingin kuingat lagi.
—@melodirinai
15 notes
·
View notes