Tumgik
#menjagalisan
blogalloh · 2 years
Text
Alhamdulillah Alloh Menjaga Lisan Kita Bagi Keselamatan Setiap Umat Nabi Muhammad #Dakwah #Islam
Tumblr media
Segala puji bagi Allah, Rabb yang berhak disembah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Semakin maju zaman, semakin manusia menjauh dari akhlaq yang mulia. Perangai jahiliyah dan kekasaran masih meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal Islam mencontohkan agar umatnya berakhlaq mulia, di antaranya adalah dengan bertutur kata yang baik. Akhlaq ini semakin membuat orang tertarik pada Islam dan dapat dengan mudah menerima ajakan. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita perangai yang mulia ini. Alhamdulillah Alloh Menjaga Lisan Kita Bagi Keselamatan Setiap Umat Nabi Muhammad Perintah Allah untuk Berlaku Lemah Lembut Allah Ta’ala berfirman, وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” (QS. Al Hijr: 88) Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “’Berendah dirilah‘ yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’ (rendah diri).”1 Jadi sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkataan dan perbuatan, yaitu kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut. Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Ta’ala, فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Yang dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah bertutur kata kasar.2 Dengan sikap seperti ini malah membuat orang lain lari dari kita. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Berlaku lemah lembut inilah akhlaq Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang di mana beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini.”3 Keutamaan Bertutur Kata yang Baik Pertama: Sebab Mendapatkan Ampunan dan Sebab Masuk Surga Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” Beliau bersabda, إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ “Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.”4 Kedua: Mendapatkan Kamar yang Istimewa di Surga Kelak Dari ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya, “Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda, لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ “Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan (pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.”5 Ketiga: Bisa menggantikan Sedekah Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ “Tutur kata yang baik adalah sedekah.”6 Dari ‘Adi bin Hatim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ “Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.”7 Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah bagi yang tidak mampu untuk bersedekah.”8 Ibnu Baththol mengatakan, “Tutur kata yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan dan termasuk amalan kebaikan yang utama. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam hadits ini) menjadikannya sebagai
mana sedekah dengan harta. Antara tutur kata yang baik dan sedekah dengan harta memiliki keserupaan. Sedekah dengan harta dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah. Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan menyenangkan hatinya. Dari sisi ini, keduanya memiliki kesamaan (yaitu sama-sama menyenangkan orang lain).”9 Keempat: Menyelematkan Seseorang dari Siksa Neraka Dalilnya adalah hadits Adi bin Hatim di atas. Ibnu Baththol mengatakan, “Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa neraka, berarti sebaliknya, tutur kata yang kotor (jelek) dapat diancam dengan siksa neraka.”10 Kelima: Dapat Menghilangkan Permusuhan Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta’ala, ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ “Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.”11 Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.” Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”12 Berlaku Lemah Lembut Bukan Berarti Menjilat Perlu dibedakan antara berlaku lemah lembut dengan tujuan membuat orang tertarik dan berlaku lembah lembut dengan maksud menjilat. Yang pertama ini dikenal dengan mudaroh yaitu berlaku lemah lembut agar membuat orang lain tertarik dan tidak menjauh dari kita. Yang kedua dikenal dengan mudahanah yaitu berlaku lemah lembut dalam rangka menjilat dengan mengorbankan agama. Sikap yang kedua ini adalah sikap tercela sebagaimana yang Allah firmankan, وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ “Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al Qalam: 9) Ibnu Jarir Ath Thobari menafsirkan ayat di atas, “Wahai Muhammad, orang-orang musyrik tersebut ingin kalian berlaku lembut pada mereka (dengan mengorbankan agama kalian) dengan memenuhi seruan untuk beribadah kepada sesembahan mereka. Jika kalian demikian, maka mereka akan berlaku lembut pada kalian dalam ibadah yang kalian lakukan pada sesembahan kalian.”13 Oleh karenanya, orang yang bersikap mudaroh akan berlemah lembut dalam pergaulan tanpa meninggalkan sedikitpun prinsip agamanya. Sedangkan orang yang bersikap mudahin, ia akan berusaha menarik simpati orang lain dengan cara meninggalkan sebagian dari prinsip agamanya. Hendaknya kita bisa memperhatikan perbedaan antara mudaroh dan mudahanah. Lemah lembut yang dituntunkan adalah dalam rangka membuat orang tertarik dengan akhlaq kita yang baik. Sikap pertama inilah yang akan membuat orang menerima dakwah, namun tetap dengan mempertahankan prinsip-prinsip beragama. Sedangkan lemah lembut yang tercela adalah jika sampai mengorbankan sebagian prinsip beragama dan mendiamkan kemungkaran tanpa adanya pengingkaran minimalnya dengan hati. Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kepada kita tutur kata yang baik dan akhlaq yang mulia. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Rumaysho.com Diselesaikan dengan anugerah Allah di Panggang-Gunung Kidul, 24 Muharram 1431 H Footnote:1 Adhwaul Bayan, Muhammad Al Amin Asy Syinqithi, 3/238, Dar Ilmi Al F
awaid.2 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 3/233, Muassasah Qurthubah.3 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3/232,4 HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir no. 469 (Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam, cetakan kedua, 1404 H). Al ‘Iroqi dalam Takhrij Al Ihya’ (2/246) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (bagus). Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah (1035) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan perowinya terpercaya.5 HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad (1/155). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.6 HR. Ahmad (2/316) dan disebutkan oleh Al Bukhari dalam kitab shahihnya secara mu’allaq (tanpa sanad). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.7 HR. Bukhari no. 6023 dan Muslim no. 1016.8 ‘Iddatush Shobirin wa Dzakhirotusy Syakirin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 109, Mawqi’ Al Waroq9 Syarh al Bukhari, Ibnu Baththol, 17/273, Asy Syamilah.10 Syarh al Bukhari, 4/460.11 Syarh al Bukhari, 17/273.12 Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/243.13 Tafsir Ath Thobari, Ibnu Jarir Ath Thobari, 23/157, Tahqiq: Dr. Abdullah bin Abdil Muhsin At Turki, Dar Hijr. Sumber https://rumaysho.com/782-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Menjaga Lisan Kita Bagi Keselamatan Setiap Umat Nabi Muhammad
0 notes
edelwis2793 · 3 years
Photo
Tumblr media
Perlunya Menjadi Sombong Ternyata ada banyak hal yang aku belum tahu dari rekan kerjaku. Padahal bertahun lamanya berada pada satu payung. Mungkin karena adanya pemikiran, "ngapain juga tahu detail tentangnya, barangkali itu mengusik kenyamanannya. Kalau tahu dari yang lain, takut berujung mengghibah. Tetapi jikalau tidak tahu jadi ketinggalan informasi. Jadi serba salah". Mencoba jadi individu yang suka menyendiri bisa meringankan beban perasaan. Pikiran tidak terlalu banyak dimasuki pendapat atau omongan negatif. Meskipun memang tidak semua orang juga akan membawa aura positif juga. Menjadi serba tidak tahu itu bisa jadi nikmat saat hal tersebut membawa pikiran yang rumit. Nikmat rasanya kala minim gejolak pikiran karena terlalu ikut campur tentang orang lain. Apakah tanda bersosialisasi adalah banyak tahu tentang orang lain? Apakah dengan kita tau tentang orang lain menjadikan kita semakin tinggi derajatnya? Sepertinya saat kita cukup terima kabar terbarunya, terjalin obrolan ringan, juga berpartisipasi dalam acara yang di adakan adalah bentuk perhatian sebagai rekan. Tidak menjadi sosialita dan mendapat sebutan sombong hanya berasal dari sudut pandang yang berbeda. Karena sesungguhnya kita tidak akan sombong untuk orang terdekat kita, mereka tau prioritas mana yang harus dintensifkan komunikasinya, dan mereka punya cara sendiri untuk bahagia. salam @rosmalina_edelwis #kokairasebulantentangku #sebulantentangku18 #30harimenulis #sosial #sosialexperiment #sosialita #pendiamterhormat_ #pendiambijak #menjagalisan https://www.instagram.com/rosmalina_edelwis/p/CXnOD9fvuNn/?utm_medium=tumblr
0 notes
gambarberkah · 4 years
Photo
Tumblr media
Terkadang apa yang kita ucapkan, secara tidak sengaja telah meyinggung perasaan … | Astaghfirullah Lilmuslimin Wal Muslimat. Click Link Viral ini 👉👉👉 https://tinyurl.com/yxv8h3ol Subhanallah, Alhamdulillah yarham umat Muhammad, Laa ilaaha illa Alloh, Allahu Akbar. 👉👉👉 Follow @jumatberkah
0 notes
dakwahinstagram · 4 years
Photo
Tumblr media
Terkadang apa yang kita ucapkan, secara tidak sengaja telah meyinggung perasaan … | Astaghfirullah Lilmuslimin Wal Muslimat. Click Link Viral ini https://tinyurl.com/y3gew86p Subhanallah, Alhamdulillah yarham umat Muhammad, Laa ilaaha illa Alloh, Allahu Akbar.
0 notes
Text
Tembok Kamko Berbicara
Tumblr media
Kajian Dokter Muda 17 Rabiul Akhir 1439H Tembok Kamko Berbicara “meninjau kembali pentingnya menjaga lisan sebagai seorang muslim sekaligus tenaga medis” dr. Syahmi Amar (Residen Pediatri)
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “ Riwayat Muslim (Hadist ke 27 dalam Hadist Arbain)
Akhlak yang baik itu sangat luas. Ada akhlak terhadap Allah, sebagai tuhan kita, dengan kita mengimani-Nya, meng-Esa-kanNya. Ada pula akhlak terhadap sesama manusia seperti menjaga lisan kita, menjaga saudara kita dari bahayanya lisan kita.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 16-18).
Allah menerangkan kepada kita bahwa segala yang kita ucapkan semuanya dicatat dan dinilai oleh Allah. Tidak hanya ucapan-ucapan baik yang akan diberi ganjaran pahala. Bukan hanya ucapan-ucapan buruk yang akan diberi balasan dosa. Tetapi ucapan-ucapan sia-sia pun juga akan dicatat. Inilah peringatan bagi kita bahwa selama 24 jam penuh akan selalu ada malaikat yang mencatat apapun yang kita lakukan, apapun yang kita ucapkan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kita perlu berhati-hati, apakah ucapan yang keluar dari mulut kita adalah ucapan-ucapan yang justru menyebabkan dosa dan menambah berat timbangan amal buruk kita.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)
Ada tiga hal yang dibahas dalam ayat ini,
1.Prasangka
Manusia pada umumnya, jika tidak suka pada seseorang, atau ada penyakit hati, sering sekali suudzon. Padahal mungkin tidak seperti yang kita bayangkan.
2.Mencari keburukan
Ketika tidak senang dengan orang lain, kerap kali kita mencari-cari keburukannya. Yang lebih afdol adalah kita harusnya mencari keburukan diri kita sendiri. Adakah kita lebih baik dari orang lain sehingga patut kita mencari-cari keburukan mereka?. Kita tampak baik di mata orang-orang itu karena semata Allah sangat baik menutup aib-aib kita.
3.Menggunjing
Apa itu ghibah?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no.2589).
Allah mengakhiri surat Al Hujurat ayat 12 dengan “Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Ghibah termasuk dosa karena di akhir ayat disebutkan Allah Maha Menerima Taubat. Artinya, apa yang disebutkan dalam ayat termasuk dalam dosa karena berarti dituntut bertaubat. Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa ghibah termasuk perbuatan yang diharamkan, lihat Syarh Shahih Muslim, 16: 129. Dalam Kunuz Riyadhis Sholihin (18: 164) disebutkan, “Para ulama sepakat akan haramnya ghibah dan ghibah termasuk dosa besar.”
Beberapa ulama berpendapat bahwa ghibah termasuk dosa. Ulama lain menggolongkan ghibah dalam dosa besar. Akan tetapi,
Tidak ada dosa kecil ketika kita melakukannya terus menerus. Tidak ada dosa besar ketika kita menguburnya dengan istighfar.
Jadi ketika kita menganggap ini sebuah dosa kecil dan kita rutin melakukannya, itu akan menjadi sebuah dosa besar. Itulah yang menjadi sulit. Kadang dosa kecil menjadi tak terasa ketika kita lakukan karena sudah seperti menjadi kebiasaan. Kadang kita tidak merasa jika obrolan yang kita lakukan itu adalah hal yang kurang tepat. Itulah gunanya punya teman, supaya saling mengingatkan.
Perbuatan yang disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 12, yakni berprasangka buruk, mencari kesalahan-kesalahan orang lain, menggunjing merupakan perbuatan dosa. Dosa itu ketika mengumpul akan membentuk suatu noktah hitam di hati. Ketika semakin menumpuk maka akan membuat hati keras. Bisa jadi maksiat-maksiat yang disebabkan karena ghibah inilah yang membuat iman turun. Sebab iman itu naik turun, naik dengan ketaatan dan turun dengan kemaksiatan.
Jika kita menemui keadaan sholat jamaah kita banyak yang ketinggalan, ngaji kita berkurang, tahajjud susah bangunnya, kajian banyak halangan, pada saat itu mungkin kita perlu introspeksi diri adakah kemaksiatan-kemaksiatan, termasuk ghibah, yang kita lakukan sehingga itu membuat kita futur. Ghibah termasuk hal yang sulit kelihatan karena mungkin ia ada diantara diskusi-diskusi kita.
Bagaimana jika hanya mendengarkan?
Imam Nawawi berkata di dalam Al-Adzkar: ”Ketahuilah bahwasanya ghibah itu sebagaimana diharamkan bagi orang yang menggibahi, diharamkan juga bagi orang yang mendengarkannya dan menyetujuinya. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai menggibahi (saudaranya yang lain) untuk melarang orang itu, kalau dia tidak takut kepada mudhorot yang jelas. Dan jika dia takut kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika hal itu memungkinkan.
Sebagai seorang cendekiawan muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk meninggalkan perbuatan ghibah, mengingkari jika mendengarnya, dan melarang jika ada saudara kita yang melakukannya. Bagaimana caranya tergantung bagaimana kondisinya. Saling mengingatkan dengan orang baru tentu caranya berbeda dengan saat mengingatkan teman yang sudah lama kita kenali.
Adakah ghibah yang diperbolehkan?
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan ada enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib orang lain adalah sebagai berikut:
•       Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.”
•       Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.”
•       Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.”
•        Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perowi hadits.
•       Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
•       Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim, 16: 124-125)
Bagaimana wujud ghibah?
Di zaman dulu, ghibah bisa dinyatakan dengan perkataan atau isyarat. Akan tetapi, di zaman sekarang, ghibah banyak sekali medianya seperti grup WhatsApp, Line, Facebook, Twitter, Instagram, dll. Inilah tantangan kita di zaman sekarang. Kadang kita tidak sadar, bukan dari perkataan kita, bukan dari tindakan kita, melainkan dari gerakan jempol kita di keyboard yang memiliki potensi untuk memunculkan dosa.
Tips Meninggalkan Ghibah
1.       Sibukkan dengan amal
Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal sholeh. Dua itu, beriman dan beramal sholeh. Ketika kita sudah meyakini dalam hati, mengucap di lisan, maka yang selanjutnya adalah mengamalkannya. Perbanyaklah amal karena kita tidak pernah tahu kapan akhir hidup kita di dunia ini. sibukkanlah dengan amal baik, karena ketika kita tidak sibuk dalam kebenaran maka akan sibuk dengan kebatilan.
2.       Ingatlah mengenai dosanya
Meskipun kita bersembunyi dalam dinding kamko (kamar koas), tetap Allah Maha Melihat, malaikat tetap mengawasi. Setiap ucapan dan perbuatan akan dicatat. Ini pilihan. Mau berbuat/ berkata baik, atau diam. jadilah orang yang bisa menjaga lisannya, yang khawatir kalau kalau ucapannya justru akan memberatkan timbangan amal keburukannya.
3.       Memilih lingkungan yang baik
Lingkungan yang baik penting untuk saling mengingatkan.
Dari Abu Hurairah r.a“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (H.R Bukhari dalam adabul mufrad, shahih menurut syaikh al-Albani)
Perbanyaklah bercermin, muhasabah diri sendiri. Seperti perkataan Umar ibn Khattab ra “hisablah dirimu sebelum nanti di hari akhir dihisab”. Jika kita melihat diri sendiri lebih baik dari orang, yakin diri ini benar lebih baik? apakah itu karena Allah menutupi aib-aib kita? Jika kita selalu mengingat itu, kita akan berhenti membicarakan orang lain karena sadar bahwa diri sendiri belum tentu lebih baik dari orang yang dibicarakan.
Bagaimana Jika Terlanjur Berghibah?
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Bertobatlah, dengan cara
•       Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu
•       Tidak terus menerus dalam berbuat dosa
•       Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang 
•       Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
Apakah dalam taubat itu disyariatkan adanya penyesalan atas segala sesuatu dan meminta maaf kepada orang yang telah digunjingkannya itu? mengenai hal itu terdapat perbedaan pendapat. Ada ulama yang mensyaratkan agar meminta maaf kepada orang yang digunjingkan. Ada yang berpendapat, tidak disyaratkan meminta maaf karena dikhawatirkan orang tersebut akan lebih merasa sakit hati daripada jika ia tidak diberi tahu. Maka, cara bertaubat dan “meminta maaf”nya adalah dengan memberikan pujian atau membicarakan kebaikan-kebaikannya, atau menghindari gunjingan dari orang lain atasnya. Sehingga gunjingan dibayar dengan pujian.
rekaman kajian dokter muda “Tembok Kamko Berbicara” dapat diunduh di sini
~dunia di tanganku, akhirat di hatiku~
4 notes · View notes
luckyagustin · 7 years
Text
Belajar berkomentar secara bijak
Akhir-akhir ini sedang viral terkait kabem UI yang memberi kartu kuning terhadap Jokowi. Mungkin banyak diantara kita yang pro maupun kontra terhadap sikap yang dilakukannya, meskipun dia sudah memberikan klarifikasi bahwa pemberian kartu kuning tersebut bukan murni atas dasar tindakan tunggal, melainkan mewakili atas nama BEM UI.
Tulisan saya ini bukan ingin mengkritisi tindakan yang dia lakukan, semua punya pilihannya masing-masing dalam menyuarakan kebenaran dan menentang kebathilan. Namun saya geram, terhadap mereka yang berkomentar namun saya rasa komentar mereka terasa tak bermutu, hanya bisa menyudutkan tanpa memberikan solusi, apalagi terhadap komentar-komentar yang mengandung SARA.
Tak pantas rasanya, jika kita tak menyukai atas tindakan yang dilakukan oleh seseorang, lalu segala hal yang bersangkutan dengan orang tersebut, meski tak berhubungan dengan tindakannya kita malah menghakimi dan memandang buruk bahkan berkomentar secara tidak pantas, yang mungkin komentar tersebut hanya atas dasar ketidaksukaan.
Belajarlah untuk bijak berkomentar, jika tak mampu berkomentar secara baik, minimal tidak menjudge sesuatu. Wajar, jika pada tahun 2015 pelaporan yang banyak diadukan kepada polisi adalah berisi konten ujaran kebencian. Salah satunya ya disebabkan karena kita tak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar secara tidak pantas.
Apalagi, jika kita seorang muslim, sudah ada panutan yang diajarkan Rasulullah terkait dalam kita menjaga lisan, salah satunya berkata baik atau diam. Hal yang diajarkan Rasulullah ini, jika kita coba aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari kita, saya yakin, akan berkurangnya komentar tak pantas dan perdebatan yang tak bermanfaat.
2 notes · View notes
alhamzahsblog-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Reposted from @salafyngapak (@get_regrann) - DUA KUNCI BAIKNYA SEMUA URUSAN #shalat #menjagashalat #lisan #menjagalisan Website : www.salafyngapak.wordpress.com || telegram: t.me/salafyngapak || twitter: https://mobile.twitter.com/salafyngapak || instagram : https://www.instagram.com/salafyngapak/ - #regrann https://www.instagram.com/p/B2c1cWyHPSdtt12o7v11I1SwA9p1G6Voqehni80/?igshid=at429aspswiw
0 notes
auroramalia · 7 years
Text
Menjaga Lisan bagi Perempuan
"Idzhab, ja’alakallahu imaaman lilharamain!” --- "Pergi kamu! Biar kamu jadi imam di Haramain.”--- Kita barangkali sudah tidak asing lagi dengan ucapan ini. Yap! Ini adalah kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang ibu keren kepada anaknya saat beliau sedang begitu marah pada anaknya. Eiitts, ini kisah nyata loh. Alkisah pada suatu hari, seorang anak sedang asyik bermain-main tanah. Sementara di dalam rumah, ibunya sedang menyiapkan jamuan untuk para tamu yang diundang oleh sang ayah. Belum lagi para tamu datang ke rumah, si anak tiba-tiba menggenggam debu lalu ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu yang digenggamnya ke atas makanan yang telah tersaji. Betapa marahnya sang ibu saat itu. Namun, dengan sabarnya sang ibu berkata pada anaknya, "Idzhab, ja’alakallahu imaaman lilharamain!” --- "Pergi kamu! Biar kamu jadi imam di Haramain.” ---
Dan ternyata beberapa tahun kemudian, si anak benar-benar menjadi Imam Masjidil Haram. Kerennya, masya Allah! 😍 Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, seorang imam besar Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit sebagian besar muslimin di seluruh dunia. Jadi inget dengan sebuah firman Allah yang berbunyi : "Ridhollahi fii ridhol walidain..." Yang artinya : "Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua." Saya juga sangat sepakat dengan ini. Bahwa ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Jadi, ridho orang tua itu posisinya pentiiiing pake banget! Percuma, kalo kita melakukan sesuatu tapi ternyata orang tua kita ngga ridho (dengan kondisi bukan untuk melawan Allah ya). Pada kondisi yang demikian, hati-hati, jangan-jangan Allah juga ngga ridho dengan apa yang kita kerjakan. Eh iya, kembali ke kisah tadi. Temen-temen kebayang nggak sih, kalo waktu itu di tengah kemarahannya, sang ibu tidak bisa menjaga lisannya dan keceplosan melontarkan ucapan-ucapan yang negatif? Misal saking marahnya, si anak justru disumpahi menjadi anak yang nakal, bandel, bodoh atau bahkan menjadi seorang --maaf-- gelandangan.
Uuh, sedih. Padahal doa orang tua itu diijabah oleh Allah. Bahaya banget, kan? Bukankah setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya? Nah, yang ingin saya tekankan disini adalah bahwa urusan menjaga lisan bagi seorang perempuan merupakan urusan yang sangat penting untuk diperhatikan. Apalagi shalihah merupakan seorang calon ibu, yang setiap ucapan tentang anaknya kelak akan bernilai doa yang sangat diijabah oleh Allah. Jadi, dari sekarang harus mulai dibiasakan untuk berhati-hati dalam berbicara. Pertimbangkan dulu baik buruknya. Usahakan selalu melontarkan kata-kata yang baik saja yaa 😉 Oya, seorang perempuan juga nantinya akan menjadi madrasatul 'ula (madrasah pertama) bagi anak-anaknya. Sebuah madrasah yang akan membentuk kecerdasan sekaligus karakter anak, termasuk di dalamnya adalah perihal menjaga lisan. Disadari atau tidak, anak-anak dengan usia 0-7 tahun adalah peniru ulung. Mereka akan meniru segala hal yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, terutama orangtua. Jika orang tuanya terbiasa untuk menjaga lisan, maka tentu saja anaknya akan terbiasa juga dalam menjaga lisan. Begitu pun sebaliknya.
Selain itu, menjaga lisan juga bertujuan untuk menjaga adab sebagai seorang muslim termasuk di dalamnya menjaga perasaan lawan bicara kita. Disadari atau tidak, dengan menjadi seorang muslim berarti kita juga bertanggungjawab untuk terus mensyiarkan Islam sebagai agama yang santun, agama yang rahmatan lil 'alamiin. Setiap ucapan dan tindakan kita pasti diperhatikan oleh lingkungan sekitar kita. Maka, jangan sampai karena ucapan kita yang tidak terjaga, Islam jadi dianggap sebagai agama yang tidak santun. Padahal, kita sama sama tahu bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Dan lebih dari itu semua, menjaga lisan dimaksudkan untuk meraih ridho Allah. Menjadi sebaik-baik manusia menurut penilaian Allah. Sebab meraih ridho Allah sangatlah penting bagi kita. Jangan sampai karena lisan kita yang tidak terjaga, Allah menjadi tidak ridho dengan setiap amalan yang kita lakukan, dan justru menjadikan neraka sebagai balasannya. Na'udzubillah. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa dapat menjaga lisan ya, shalihah :) Saling mengingatkan 😊 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda. مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ Artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam”. (HR. Bukhari No. 6475 dan Muslim No. 47)
1 note · View note
velisazra · 7 years
Quote
Lisan bisa menjadi setajam belati. Hati-hati dengan lisanmu. Jangan sampai menyayat hati. Apalagi mengundang rasa malu. Sejatinya perkataan seorang muslim/ah itu adalah yang menenangkan bukan menyakitkan.
@velisazra
5 notes · View notes
ummuaisha · 7 years
Photo
Tumblr media
بسم الله الرحمن الرحيم . . . Lidah memang tak bertulang, kawan. Sehingga mudah sekali orang mengucap hal ini dan itu sesuai pikiran dan suasana hati tanpa peduli kondisi kanan kiri. . Ya, lidah memang tak bertulang, sehingga apapun yang keluar dari lisan ringan saja terucap tanpa berpikir bagaimana diri ini bersikap. . Lidah memang tak bertulang, hingga terkadang perilaku kita aniaya sedang kita pun tau kematian pasti tiba. . Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk senantiasa menjaga lisan agar jangan sampai menyisakan sesal pada akhirnya. Karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicaranya dan sedikit yang menyesal karena diamnya. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau berjalan. . Maka jadilah orang yang berakal, orang yang lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Mereka menyadari bahwa Allah telah karuniakan dua telinga, dan hanya ada satu mulut, supaya manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Hingga seorang ulama berkata: "Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara." . . Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت . “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Bukhari-Muslim) Karena ingatlah... . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد . ٌ "Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf :18) #MenjagaLisan #MenjagaHati #BerkataBaiklah #AfirmasiPositif #FastabiqulKhairaat #selfreminder
1 note · View note
nanangsw-blog · 6 years
Photo
Tumblr media
🔍 MENGENAL LISAN DAN PENGENDALINYA. 👤 Ibnu Hibban rahimahullah berkata : “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan berbicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam." "Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya." __________________ 📚 Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala 49 🌍 Web | shahihfiqih.com/mutiara-salaf/647/ 🌐 Telegram : @shahihfiqih - bit.ly/1S3K8sW 📱 Instagram : Instagram.com/ShahihFiqih 📺 Twitter : twitter.com/shahihfiqih 💻 Facebook : facebook.com/shahihfiqih Semoga Bermanfaat #MenjagaLisan #BerkataBaik #Diam #SelfReminder #PemudaFaqirIlmu #PemudaHijrah #PemudaIstiqomah (at Diatas Bumi Di Kolong Langit)
0 notes
edelwis2793 · 3 years
Photo
Tumblr media
Bismillahirrahmanirrahim semoga kita menjadi orangtua yang minim kesalahan. Dan hendaklah takut kepada Allah, Orang-orang yang seandainya dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir keadaannya. Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS An Nisa : 4) Udah kayak pernikahan ya? Tidak cukup hanya dengan CINTA, Butuh yang lain juga 😆 #menjagalisan #mendidikanak #parenting #orangtuamilenial #mendidikanakdalamislam #cintakarenacinta #parenting #tipsparentinganak #tipssuamiistri (di DKI Jakarta) https://www.instagram.com/p/CWxEjIPh7J5/?utm_medium=tumblr
0 notes
dhnword · 7 years
Text
Menjaga lisan
Diam adalah emas
Yah itu yang sekarang menjadi patokan saya ketika berada di depan umum
Menimbang nimbang apakah apa yang saya ucapkan sudah benar atau belum.
Apakah ucapan saya menyinggung orang lain atau tidak
Karena kadang maksud hati hanya ingin cerita basa basi tetapi tidak diterima serupa dengan lawan bicara kita
Karena tidak semua orang suka mendengarkan apa yang keluar dari mulut kita
Jadi mulai hati-hati berbicara ya dhin :)
0 notes
ci2lya · 7 years
Photo
Tumblr media
Menjaga keutuhan berumah Tangga - 🌐Sumber : twitulama.com - - #Selfreminder #noteformyself #catatanpenting #menjagalisan #pesanulama #instaislam #instarumahtangga (at Pontianak, Indonesia)
0 notes
catatanfaedah · 7 years
Photo
Tumblr media
@Regranned from @takrirkaosdakwah - Bismillah, DENGAN MENGHARAP RIDHA اللَّه عزوجل HADIRILAH KAJIAN ISLAM ILMIYAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH Pada Hari Jum'at - Ahad 21-23 Safar 1439 H / 10-12 November 2017 M Bersama : Al-Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله (Redaktur Majalah asy-Syari'ah) Dengan tema : 1. MENJAGA LISAN 2. KETAATAN KEPADA PENGUASA TEMPAT : Masjid Agung Wahyu Al-Hadi (Komp. Islamic Center Sampit) ALAMAT : Jl. Jendral Sudirman KM. 3 Sampit, Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah) Ajak Istri, Keluarga, Kerabat dan rekan Anda! "Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga" (HR. MUSLIM, No. 7028) #KajianIslam #kajiansunnah #salafy #dakwahsunnah #sunnah #dakwahtauhid #ngajiyuk #Yuk_ngaji #menjagalisan #ketaatankepadapenguasa #lisan #penguasa #sampit #sampitinfo #iklansampit #kotasampit - #regrann
0 notes
amieyaku · 8 years
Video
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47) Menjaga lisan sama sulitnya seperti menjaga wudhu bagi yg baru belajar. Namun jika dilakukan pelan2 agar terbiasa Insya Allah bisa 😄 Langkah aman hindari bercanda ekstrem terlebih dahulu agar lisan terbiasa bercanda yg sewajarnya 😁😂😂 #ntms #menjagahati #menjagalisan #metamorfosahijrah
0 notes