#defensif
Explore tagged Tumblr posts
Text
Anak Abah
Saya mau cerita sedikit. Jadi, beberapa waktu lalu saya sempat menyampaikan kritik ke para pengikut Anies Baswedan (Anak Abah) soal sikap mereka yang justru antikritik, sukar berdiskusi, dan malah sama mengerikannya seperti buzzer-buzzer Mulyono. Mereka merasa berbeda, tapi tindakannya sama saja. Justru sangat jauh dari semangat diskursus yang dibangun oleh Anies Baswedan. Tadinya saya kira ini hanya ledekan dari buzzer-buzzer Mulyono saja. Hingga akhirnya saya mengalami sendiri: dicaci, dibantah, dicancel, bahkan di-unfollow sama teman sendiri.
Terakhir, ada adik kelas di UI dulu yang sebenarnya tidak pernah ada masalah apa-apa, tidak ada perdebatan atau bagaimana. Kita saling follow di X. Hingga waktu dia merespon tuit saya dengan begitu defensif. Saya balas dengan santai dan seperti diskusi biasa. Namanya juga berbeda pendapat dan saya pikir kita ya tetap teman. Ternyata setelah itu dia unfollow saya. Agak heran, cuma berbeda opini begitu sampai baperan, kok, bisa? Padahal saya juga pemilih Anies Baswedan. Bedanya saya tidak pernah memuja tokoh: mau dianggap sebagus apapun tokoh tersebut. Uniknya orang-orang seperti teman saya itu sama-sama mengaku mereka membela nilai yang dibawa; tidak memuja tokoh. Tapi tindakannya justru jauh dari hal yang diklaim. Saya, sih, tidak bermasalah untuk di-unfollow karena saya tidak sebaperan itu. Yang jadi masalah adalah dia unfollow saya tapi tidak me-remove saya sebagai follower dia. Kan curang ya, haha.
Anyways, saya mengajak teman-teman di sini agar jangan terlalu mudah baperan di politik. Berbeda pilihan jangan sampai bermusuhan. Membela orang yang kita dukung jangan berlebihan. Apalagi buat yang muslim, loyalitas kita itu hanya kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Kalau agama dihina, Nabi dihina, baru kita boleh baperan. Tapi tokoh politik kita bela mati-matian, untungnya apa?
64 notes
·
View notes
Text
I might be the only one here. But the reason I feel conflicted when I see people shipping and sexualizing Aspec characters, is because I don't trust most of you to be respectful about it. Not to mention some of you straight up arent.
Yes, Aspecs are an incredibly diverse group of people. I KNOW. I've been in their circles for well over 10 years. But do you all really care about that?
If you don't, then you're really just using it as an excuse to ignore their identities.
Let me make it very clear that I support exploring ALL the nuanced ways that someone can be Aspec. We are so much more varied than just sex-repulsed Aces and romance-repulsed Aros. (Though those are still valid experiences, don't shit on them!)
There are Allosexual Aromantics. There are Alloromantic Asexuals. Aspecs in Queerplatonic Relationships. Grey-Aspecs, Demi-Aspecs, Oriented AroAces, Cupio-, Flux-, Lith-, Fray-, Recipro- Aego-, and a million other types of Aspecs. It's a huge spectrum.
And orientation doesn't equal action. There are sex/romance favorable Aspecs. There are kinky & kink favorable Aspecs. Aces that have and have had sex for whatever reason. Aros that are and have been in romantic relationships for whatever reason. Maybe they felt pressured. Maybe they were experimenting. Maybe they were still finding themselves. Maybe they were forced. Maybe they do it for their partner. Maybe they do it for money or their image. Maybe they just like it despite lacking attraction. Aspecs are people. They are all different and all equally valid in how they live their lives.
A character being Aspec literally just means they're lacking attraction in one way or another. So there's still endless possibilities in creating canon and fanon for them.
But are most of you really shipping characters like Alastor, Peridot, Jughead and co. as Aspecs, or are you looking for excuses to disregard their identity?
Have you actually educated yourself about their identities so you can portrait them accurately and respectfully? Are you infantilizing and patronizing them or make them act stupid? Do you make them pitiful, antisocial, or 'difficult to deal with'? Are you arguing with Aspec people when they point out something is problematic? Are you accepting input from Aspec people? Do you explain that you're shipping/sexualizing that Aspec character because of your specific headcanon or AU? Do you get angry if you have to clarify that after the fact? If you as an Allo, ship or sexualize Aspec characters, do you really do it with them still being Aspec?
The thing is, you can. But a lot of you don't. And that's why Aspec people react defensifely.
We have little to no representation in the media as it is. And yet you're annoyed when we ask you not to diminish or erase their identities.
I want to see Aspecs in all kinds of situations and with all sorts of preferences. But way too many of you are ready to shit on Aspec identities to get your fanon out.
I could go on for days about this. But the fact that some of you will get angy that I even made this post is exactly what I'm talking about.
#hazbin hotel#alastor#asexual#aromantic#aroace#aspec#jughead#riverdale#peridot#steven universe#demisexual#greysexual#demiromantic#greyromantic#aspec community#aspec pride
121 notes
·
View notes
Text
LPJ Kehidupan
Lebaran, sebuah momen yang sarat akan kehangatan keluarga, seringkali diwarnai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan sensitif. “Kapan menikah?”, “Kapan lulus?”, dan berbagai pertanyaan lainnya seringkali menggema di ruang-ruang pertemuan. Bagi sebagian orang, pertanyaan-pertanyaan ini bisa terasa seperti sebuah interogasi pribadi yang tidak diundang.
Namun, jika kita memandangnya dari sudut pandang yang berbeda, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Ini adalah saat di mana kita dapat menyusun ‘Laporan Pertanggungjawaban Kehidupan’ (LPJ Kehidupan) kita sendiri. Bagaimana kita dapat berargumen tentang pilihan dan langkah hidup yang telah kita ambil? Apakah kita dapat mempertahankan argumen bahwa setiap keputusan yang kita buat adalah keputusan yang telah dipikirkan matang dan dapat dipertanggungjawabkan?
Pertanyaan dari keluarga besar mengenai hal-hal yang sensitif tidak perlu ditanggapi dengan sikap defensif atau negatif. Sebaliknya, kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan refleksi. Apakah yang kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan nilai dan tujuan hidup yang kita anut? Mengapa kita belum menikah? Apakah itu merupakan pilihan kita sendiri karena kita ingin fokus pada pengembangan diri atau karier? Atau mungkin kita masih mencari pasangan yang tepat? Mengapa kita bekerja di tempat sekarang? Apakah pekerjaan tersebut memberikan kita kesempatan untuk belajar dan berkembang, meskipun mungkin gajinya tidak sebesar yang diharapkan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kita jawab dengan jujur kepada diri sendiri. Kita dapat menjelaskan kepada keluarga bahwa setiap pilihan yang kita buat adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh. Kita tidak perlu merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi lebih kepada bagaimana kita dapat memenuhi ekspektasi diri sendiri dan menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab atas pilihan-pilihan tersebut.
Lebaran adalah waktu yang tepat untuk merenung dan bersyukur atas segala pencapaian, serta merencanakan langkah selanjutnya dengan bijak. Mari kita sambut pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk berbagi cerita dan pencapaian kita dengan orang-orang terdekat.
25 notes
·
View notes
Text
Anthropomorphism
Pernah merasa sayang atau suka pada binatang karena tingkahnya yang konyol? Apalagi ketika mereka mulai bertingkah manja dan menggemaskan seperti bayi yang polos? Itulah antropomorfisme. Kecenderungan kita melekatkan emosi pada spesies atau benda lain yang bukan manusia.
Pada awalnya konsep ini mungkin terkesan sederhana dan tidak melukai siapapun. Saat anak kecil memukul atau menindih hewan peliharaan, orang tua sering berkomentar, "Jangan, adik kalau dipukul kan juga sakit!" Anak-anak kemudian belajar bahwa hewan sama seperti manusia. Mereka kemudian belajar bahwa hewan bisa merasa senang, marah, dan bosan seperti manusia. Sayangnya, ada hal penting yang luput dari proses pembelajaran ini. Manusia dan hewan tidak berpikir dan berproses dengan cara serupa. Pemaksaan untuk melekatkan sifat-sifat manusiawi pada hewan adalah sesuatu yang berbahaya.
Contoh sederhananya, kita sering menilai tingkah tertentu hewan sebagai 'bahagia' atau 'tersenyum', padahal nyatanya mereka sedang marah atau takut. Beberapa contoh yang pernah viral di internet misalnya tentang beluga yang dikira sedang 'bermain' tetapi ternyata marah pada anak-anak (bisa dibaca di sini) atau kungkang yang terlihat imut karena mengangkat tangannya padahal itu merupakan postur defensif (video singkat bisa dilihat di bawah). Mungkin ada banyak contoh lain yang belum saya ketahui, tapi pesannya sama; kita tidak bisa menerapkan standar manusia pada spesies lain.
Banyak orang merasa bisa 'melindungi' dan memberikan hidup yang baik pada hewan-hewan liar dengan standar yang kita terapkan pada hewan peliharaan atau diri sendiri. Padahal, masalahnya tidak sesederhana itu. Setiap hewan memiliki kecerdasan yang berbeda. Mereka berpikir dan berkomunikasi dengan cara unik. Salah satu informasi yang bisa menyadarkan kita adalah bagaimana paus berbicara dengan dialek serta aksen khas.
Paus adalah mamalia laut yang sangat cerdas. Penelitian bertahun-tahun menunjukkan bahwa kelompok paus yang hidup di daerah tertentu berbicara dengan dialek yang sama. Jadi, kita bisa menerka paus ini berasal dari mana berdasarkan caranya bernyanyi. Lebih gilanya lagi, orca atau paus pembunuh bahkan bisa belajar dan meniru bahasa lumba-lumba! Tetapi masih banyak orang yang merasa mereka hanya sekumpulan ikan besar yang sekadar hidup untuk makan dan berenang!? (Saya sisipkan satu video keren mengenai hal ini).
youtube
Bila kita menangkarkan binatang-binatang sosial yang cerdas ini dalam sebuah kolam kecil, bayangkan betapa depresinya mereka. Hewan sepintar ini dikurung dalam ruangan kecil tanpa stimulasi? Bagaimana kalau manusia yang dipaksa hidup dalam satu ruangan kecil seumur hidupnya? Apakah itu yang dimaksud dengan melindungi?
Saya bisa menceritakan berbagai macam hal menakjubkan lain tentang hewan-hewan di sekitar kita. Bukan hanya itu, tanaman pun menyimpan sejuta cerita yang tak kalah mengagumkan. Saya akan beri tahu satu yang paling keren. Tanaman tomat bisa berkomunikasi satu sama lain. Ketika ada beberapa tanaman yang diserang hama, tanaman-tanaman tomat lain di ladang yang sama akan memproduksi zat yang menangkal hama tersebut!? Dan kita manusia menganggap mereka hanya dedaunan yang tak bisa apa-apa!? (salah satu jurnal yang membahas tentang hal ini bisa di baca di sini).
Pengetahuan semacam ini seharusnya membuka mata kita. Makhluk hidup lain, entah hewan maupun tanaman, masing-masing memiliki hidup-kecerdasan-kemampuan yang unik. Walau bagi kita mereka mungkin hanya binatang atau pohon yang remeh, sangat mungkin mereka memiliki kemampuan yang terasa seperti superpower bagi manusia.
Sedikit bergeser sudut pandang, antropomorfisme juga boleh dibilang merupakan salah satu alasan kuat mengapa manusia lebih peduli dengan binatang peliharaan dibandingkan hewan liar. Kita merasa hewan bermata besar, berbulu halus, dan berkelakuan sesuai kemauan adalah jenis peliharaan ideal. Jika binatang ini berlaku 'nakal' atau 'jahat', berarti mereka bukan 'teman' yang baik. Menurut saya pemikiran ini absurd, memang mereka berevolusi untuk hidup berdampingan dengan manusia. Namun, sungguh aneh kalau kita memaksakan seluruh standar manusia kita untuk mereka. Lebih jahatnya lagi, kita hanya peduli pada hewan yang sesuai dengan standar itu. Jika ada hewan buas menakutkan, dibunuh tidak apa-apa. Tetapi kalau ada anjing atau kucing terluka, semua orang berbondong-bondong fundraising. Bukan hanya pada manusia lain, ternyata pada spesies lain pun kita juga rasis (speciesism lebih tepatnya).
Mungkin orang kemudian berargumen, ada juga lho orang yang suka memelihara hewan liar. Kan itu bukti bahwa hewan tidak harus imut? Anda perlu mempertanyakan ulang motif dan pola pikir manusia. Kebanyakan orang yang suka hewan liar cenderung merasa berkuasa atau dominan jika bisa menangkap/membunuh/menjinakkan hewan-hewan tersebut. Jadi, ini adalah upaya menundukkan spesies lain, satu hal yang berbeda dengan topik utama kita. Dari sudut pandang antropomorfisme, manusia justru melakukan hal ini karena hewan-hewan liar tidak terlihat seperti kita. Manusia merasa perlu menaklukkan makhluk eksotis untuk menunjukkan dominasi tanpa merasa bersalah atau kasihan. Itu juga sebabnya kita merasa lebih iba pada orangutan dibandingkan macan atau badak yang hendak punah, bukan?
Saya tidak menyangkal bahwa secara naluri, manusia memang lebih tertarik pada hewan yang lucu. Namun, memahami 'kelemahan' ini seharusnya membuat kita lebih bijak dalam menjalin hubungan dengan berbagai spesies lain di bumi ini. Masih ada terlalu banyak hal yang misterius dan hebat tentang mereka. Ironisnya, kita lebih sering mencoba melekatkan dengan paksa segala hal yang 'manusiawi' pada binatang. Sampai kapan kita hendak memaksakan standar bodoh itu pada berbagai macam keunikan mereka? Bukankah katanya kita adalah spesies yang paling pintar?
15 notes
·
View notes
Text
Sudah letih ker?
Berita baru sahaja di terbitkan oleh NYT
The New York Times: Menurut pegawai Amerika: Israel telah mencapai segala-galanya secara ketenteraan di Semenanjung Gaza, dan kini pengeboman berterusan hanya meningkatkan risiko kepada orang awam, manakala kemungkinan usaha untuk terus melemahkan Hamas telah berkurangan.
Long live the Resistance!
Perang Gaza adalah perang yang sangat menarik di kaji buat dunia moden. Bahkan Perang Gaza lebih lama tempohnya daripada Perang Mosul 2014 bagi setup Urban Dense Environment (UDE) atau kita dipanggil OBUA atau Operations in Built Up Area.
Didalam perang ini Israel gagal dalam mencari dominance dalam proses escalation dominance di dalam Gaza dengan style pembawakan Conventional Warfare (CW) iaitu membawa ketenteraan lengkap (Darat, Udara, Laut dan Intelligence) ke dalam UDE berbanding Briged Pejuang menggunakan taktikal Gerila (Guerrilla Warfare - GW) dan Briged Pejuang menggunakan advantage GW didalam UDE serta penggunaan logistik persenjataan yang optimum dalam melakukan defensif dan ofensif yang berkesan terhadap penjajah.
Nabil Takiyuddin Penyelidik Dunia Palestin
#free palestine#free gaza#gaza genocide#palestine news#save palestine#i stand with palestine#gaza strip#palestinian genocide#all eyes on palestine#gaza solidarity encampment#gaza fights for freedom#gaza#palestine#rafah
6 notes
·
View notes
Note
You work on machinery/tech, right, Lorenz? What kinds.. n' what purposes do they serve the fleet?
"Oh all kinds. I hafe mainly been modernizink ze machinery within ze Ripmaw and its associated warships."
He begins counting by tapping his fingers onto his palm.
"I ehmm... put in ze slidey doors and made it so zey only open for ze appropriate ranks and made ze override more seamless so zere will be no situations where someone is stuck in an unfavorable situation due to hardware issues. I updated ze systems and such built into ze ship for nafigation, communication, and defensife and offensife directives. I updated some of ze machinery in ze medical and experimental science vards to vork more efficiently, as vell as in ze docking stations. I changed out ze old, outdated engines in favor of newer, quieter, faster versions, and updated some of ze fleet ships' other systems vhile I vas at it... Oh, and I built zat very helpful AI.
Just sings like that, nosing too crazy."
It actually is kind of crazy. Despite how he acts, he's been quite the asset for the Ripmaw.
7 notes
·
View notes
Text
Demokrasi : Gambaran dari Sampah Peradaban
Istilah “demokrasi” saat ini tidak dapat dilepaskan dari wacana politik apapun, baik dalam konteks mendukung, setengah mendukung, atau menentang. Mulai dari skala warung kopi pinggir jalan sampai hotel berbintang lima, demokrasi menjadi obyek yang paling sering dibicarakan, paling tidak di negeri ini. Dengan logika antitesis, lawan kata demokrasi adalah totaliter. Jika tidak demokratis, pasti totaliter. Totaliter sendiri memiliki kesan buruk, kejam, bengis, sehingga negara-negara komunis sekalipus tidak ketinggalan ikut memakai istilah demokrasi, walaupun diembel-embeli sebagai “Demokrasi Sosialis” atau “Demokrasi Kerakyatan”.
Dalam kaitannya dengan masalah ini, UNESCO pada tahun 1949 menyatakan:
“…mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh…”
Gejala serupa juga melanda dunia Islam. Para intelektual muslim berupaya mencari titik temu antara demokrasi dan ajaran Islam. Partai-partai politik Islam, misalnya di negeri ini, berlomba-lomba mengklaim diri sebagai “paling demokratis” agar tidak terkena serangan panah beracun dari pihak Islamophobia yang mencap Islam sebagai agama totaliter dan dogmatis. Putra-putri Islam dengan susah-payah berupaya “melindungi” nama baik agamanya dengan ungkapan-ungkapan bernada defensif apologetik, walaupun hal itu menyebabkan ajaran Islam menjadi kabur atau malah lenyap.
Bagaimana hakikat demokrasi yang sebenarnya? Apakah Islam memiliki titik temu dengan demokrasi? Bagaimana realitas demokrasi sesungguhnya? Dan apa peranan negara-negara adidaya dalam pemaksaan ide demokrasi kepada negeri-negeri Islam? Tulisan berikut ini akan menguraikannya.
Kerajaan-kerajaan lokal mulai muncul di Eropa sejak tahun 476 M. Seperti halnya Romawi, gereja turut menjadi penentu dalam sepak-terjang penguasa kerajaan. Para bangsawan dan politikus—yang umumnya dari keluarga kaya—menjadi boneka yang dikendalikan penuh oleh gereja. Tetapi karena ajaran Kristen tidak mengatur urusan kenegaraan, gereja membuat berbagai fatwa menurut kemauan mereka sendiri dan hal itu diklaim sebagai wewenang yang diterimanya dari Tuhan. Tidak heran jika sosok kerajaan-kerajaan Eropa saat itu lebih mirip dengan Imperium Romawi Kuno yang paganistis dan belum mengenal agama.
Gereja memiliki supremasi yang sangat tinggi hampir dalam setiap urusan. Para pemuka gereja diyakini sebagai satu-satunya pihak yang berhak berkomunikasi langsung dengan Tuhan, dan hasil “komunikasi” itu diajukan kepada penguasa kerajaan untuk ditetapkan sebagai keputusan politik. Eropa memiliki sejarah yang cukup berdarah mengenai hal ini : ribuan wanita dibunuh ketika gereja mencap perempuan sebagai tukang sihir, kaum ilmuwan yang tidak setuju dengan pendapat gereja harus rela dipenjara atau bahkan dibunuh (seperti yang menimpa Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus), perampasan tanah milik rakyat untuk dibagi-bagikan kepada penguasa dan pemuka gereja, sampai orang yang hendak matipun tak luput dari pemerasan oleh gereja. Pendapatan terbesar gereja berasal dari penjualan Kunci Surga (Keys to Heaven), yaitu menjual surat pertobatan kepada orang-orang yang hendak meninggal. Dengan membayar sejumlah uang, gereja meyakinkan orang tersebut bahwa dosa-dosanya telah diampuni dan boleh memasuki surga.
Pada tahun 1618 meletus perang sipil di seluruh daratan Eropa antara pendukung dan penentang supremasi gereja. Perang itu berlangsung selama 30 tahun dan menghabiskan sepertiga penduduk Eropa serta meruntuhkan sebagian besar kerajaan yang bercokol di Eropa. Perang terlama terjadi antara Perancis dan Spanyol sampai tahun 1659. Akibatnya, para pemikir terpecah menjadi 2 kelompok:
1. yang mempelajari filsafat Yunani, disebut Naturalis, dan meyakini bahwa akal manusia mampu menyelesaikan semua persoalan;
2. yang berpihak pada gereja, disebut Realisme, dan meyakini ajaran gereja sebagai kebenaran.
Sekularisme benar-benar menggembirakan hati para filosof dan politikus. Tidak ada lagi gereja yang memenjarakan kebebasan berpikir mereka. Politik dan segala urusan duniawi telah menjadi sangat bebas nilai. Tidak ada satupun yang membatasi. Tidak nilai agama. Tidak pula nilai moral. Salahsatu lambang betapa liarnya dunia politik sekuler adalah buku karya Niccolo Machiavelli yang berjudul The Discourses on the First Ten Books of Livy dan The Prince. Salahsatu pilar pemikiran politiknya adalah: “….politik adalah sesuatu yang sekuler. Politik adalah pertarungan antar manusia untuk mencari kekuasaan. Semua orang pada dasarnya sama, brutal, dan egoisme politik harus mengikuti aturan universal yang sama untuk semua orang. Penguasa yang sukses harus belajar dari sejarah, harus mengamati para pesaingnya, dan mampu memanfaatkan kelemahan mereka.”
Sekularisme tetap dianut hingga masa kini. Menteri Luar Negeri AS, Madeleine Albright, pada tanggal 23 Oktober 1997 di depan sivitas akademika Columbus School of Law, The Catholic University, Washington D.C. menyatakan: “Di AS, kita meyakini pemisahan gereja dan negara. Konstitusi kita merefleksikan ketakutan atas penggunaan agama sebagai alat penyiksaan, yang pada abad ke-17 dan 18 menyebabkan banyak orang melarikan diri ke daratan Amerika…”
Sekularisme merupakan akar demokrasi. Dalam sistem politik yang sekularistik, dimana agama hanya menjadi “inspirasi moral dan alat penyembuhan” , kehendak akal manusia menjadi penentu semua keputusan. Dan inilah ciri yang utama dari demokrasi, yaitu menyerahkan keputusan politik kepada kehendak masyarakat (the will of the people), sesuai dengan pertimbangan akal manusia.
Ditinjau dari akar kelahirannya, Islam jelas berbeda dengan demokrasi. Sistem Islam tidak lahir dari akal-akalan manusia, tetapi merupakan wahyu Allah swt. Tetapi memang ada sementara pihak yang mencoba menyebut Islam sebagai Mohammedanism untuk menimbulkan kesan sebagai agama buatan Muhammad, seperti yang dinyatakan oleh H.A.R. Gibb. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
Kedaulatan (as siyadah) didefinisikan sebagai “menangani dan menjalankan suatu kehendak atau aspirasi tertentu” . Dalam sistem demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat. Hal ini berarti rakyat sebagai sumber aspirasi (hukum) dan berhak menangani serta menjalankan aspirasi tersebut.
Dalam sistem demokrasi, rakyat berfungsi sebagai sumber hukum. Semua produk hukum diambil atas persetujuan mayoritas rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) maupun melalui wakil-wakilnya di parlemen (demokrasi perwakilan). Inilah cacat terbesar dari sistem demokrasi. Manusia dengan segala kelemahannya dipaksa untuk menetapkan hukum atas dirinya sendiri. Pikiran manusia akan sangat dipengaruhi lingkungan dan pengalaman pribadinya. Pikiran manusia juga dibatasi oleh ruang dan waktu. Atas pengaruh-pengaruh itulah maka manusia bisa memandang neraka sebagai surga, dan surga sebagai neraka.
Dalam sistem demokrasi, jika mayoritas rakyat menghendaki dihalalkannya perzinaan, maka negara harus mengikuti pendapat tersebut. Budaya sebagian suku di Sumatera Utara yang terbiasa meminum tuak, dapat memaksa penguasa setempat untuk mengizinkan peredaran minuman keras. Mayoritas rakyat Iran pada Revolusi Islam 1979 menginginkan diterapkannya sistem pemerintahan Wilayatul Faqih, tetapi sekarang muncul gugatan terhadap sistem tersebut, maka penguasa harus memperhatikan kehendak tersebut. Walaupun dalam konsep Syi’ah, sistem Wilayatul Faqih adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar.
Dalam sistem demokrasi, masyarakat kehilangan standar nilai baik-buruk. Siapapun berhak mengklaim baik-buruk terhadap sesuatu. Masyarakat bersikap “apapun boleh”. Di San Fransisco, para eksekutif makan siang di restoran yang dilayani oleh pelayan wanita yang bertelanjang dada. Tetapi di New York (masih di AS), seorang wanita telah ditangkap karena memainkan musik dalam suatu konser tanpa pakaian penutup dada. Newsweek menyatakan: “…kita adalah suatu masyarakat yang telah kehilangan kesepakatan….suatu masyarakat yang tidak dapat bersepakat dalam menentukan standar tingkah laku, bahasa, dan sopan santun, tentang apa yang patut dilihat dan didengar.”
Dalam Islam, penetapan hukum adalah wewenang Allah swt. Penetapan hukum tidak bermakna teknis, tetapi bermakna penentuan status baik-buruk, halal-haram, terhadap sesuatu hal. Allah swt berfirman:
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS al-An’aam : 57)
“Kemudian jika kamu (rakyat dan negara) berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya).” (QS an-Nisaa : 59)
Dengan demikian jelaslah bahwa Islam menempatkan kedaulatan di tangan Allah sebagai Musyarri’ (Pembuat Hukum), sebagai pihak yang paling berhak menentukan status baik-buruk terhadap suatu masalah. Segala produk hukum dalam sistem Islam harus merujuk kepada keempat sumber hukum Islam, yaitu al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma Shahabat, dan Qiyas (ijtihad).
2. Kekuasaan
Dalam sistem demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat dan mereka “mengontrak” seorang penguasa untuk mengatur urusan dan kehendak rakyat. Jika penguasa dipandang sudah tidak akomodatif terhadap kehendak rakyat, penguasa dapat dipecat karena penguasa tersebut merupakan “buruh” yang digaji oleh rakyat untuk mengatur negara. Konsep inilah yang diperkenalkan oleh John Locke (1632-1704) dan Montesquieu (1689-1755), dikenal dengan sebutan Kontrak Sosial.
Dalam sistem Islam, kekuasaan ada di tangan rakyat. Dan atas dasar itu rakyat dapat memilih seorang penguasa (Khalifah) untuk memimpin negara. Pengangkatan seorang Khalifah harus didahului dengan suatu pemilihan dan dilandasi perasaan sukarela tanpa paksaan (ridha wal ikhtiar). Tetapi berbeda dengan sistem demokrasi, Khalifah dipilih oleh rakyat bukan untuk melaksanakan kehendak rakyat, tetapi untuk melaksanakan dan menjaga hukum Islam. Maka seorang Khalifah tidak dapat dipecat hanya karena rakyat sudah tidak suka lagi kepadanya, tetapi dapat dipecat jika tidak lagi melaksanakan hukum Islam walaupun baru sehari menjabat. Bukhari, Muslim, Ahmad, an-Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit:
“Kami membaiat Rasulullah saw (sebagai kepala negara) untuk mendengar dan mentaatinya dalam keadaan suka maupun terpaksa, dalam keadaan sempit maupun lapang, serta dalam hal yang tidak mendahulukan urusan kami (lebih dari urusan agama), juga agar kami tidak merebut kekuasaan dari seorang pemimpin, kecuali (sabda Rasulullah): ‘Kalau kalian melihat kekufuran yang mulai nampak secara terang-terangan (kufran bawaahan), yang dapat dibuktikan berdasarkan keterangan dari Allah.”
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib, dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang lalim, lalu ia menyuruhnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat munkar, lalu penguasa itu membunuhnya (karena marah).”
3. Kebebasan
Dalam sistem demokrasi, kebebasan adalah faktor utama untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengekspresikan kehendaknya—apapun bentuknya—secara terbuka dan tanpa batasan atau tekanan.
Masyarakat demokratis bebas memeluk agama apapun, berpindah-pindah agama, bahkan tidak beragama sekalipun. Juga bebas mengeluarkan pendapat, walaupun pendapat itu bertentangan dengan batasan-batasan agama. Bebas pula memiliki segala sesuatu yang ada di muka bumi, termasuk sungai, pulau, laut, bahkan bulan dan planet jika sanggup. Harta dapat diperoleh dari segala sumber, baik dengan berdagang ataupun dengan berjudi dan korupsi. Dalam sistem demokrasi, masyarakat juga bebas bertingkah laku tanpa peduli dengan mengabaikan tata susila dan kesopanan.
Islam tidak mengenal kebebasan mutlak. Islam telah merinci dengan jelas apa saja yang menjadi hak dan kewajiban manusia. Islam bukan hanya berorientasi kepada kewajiban, tetapi juga hak sebagai warganegara dan individu.
Ummu Athiyah dari Abu Said ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Jihad paling utama adalah (menyampaikan) perkataan yang haq kepada penguasa yang zalim.”
Islam melarang seseorang untuk memiliki benda-benda yang tidak berhak dimilikinya, baik secara pribadi maupun kelompok. Islam telah merinci beberapa cara pemilikan yang terlarang, misalnya pencurian, perampasan, suap (riswah), korupsi, judi, dan sebaliknya menghalalkan beberapa sebab pemilikan, yaitu bekerja, waris, mengambil harta orang lain dalam keadaan terdesak yang mengancam jiwanya, serta harta yang diperoleh tanpa pengorbanan semisal hadiah, hibah, sedekah, atau zakat.
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah orang lain, sampai kamu mendapatkan izin, dan kamu mengucapkan salam kepada penghuninya.” (QS an-Nuur : 27)
Syura = Demokrasi ?
Adanya prinsip syura dalam sistem Islam dan musyawarah dalam sistem demokrasi tidak dapat dijadikan alasan untuk menyamakan Islam dengan demokrasi. Becak memiliki roda, demikian pula dengan mobil. Tetapi bukankah becak jauh berbeda dengan mobil?
Tidak semua masalah dapat dimusyawarahkan dalam Islam. Hal inilah yang membedakannya dengan sistem demokrasi yang mengharuskan setiap keputusan diambil dengan suara terbanyak, tidak peduli apakah hasil keputusan itu melanggar batasan-batasan agama yang sudah mereka singkirkan jauh-jauh dari panggung kehidupan dunia. Islam membatasi musyawarah hanya untuk masalah-masalah yang mubah. Adapun masalah-masalah yang telah jelas halal-haramnya, tidak dapat dimusyawarahkan untuk dicabut atau sekedar mencari jalan tengah.
Untuk masalah-masalah teknis dan menyangkut keterampilan tertentu, Rasulullah saw menyerahkan keputusannya kepada para pakar dalam bidang tersebut. Ketika meletus perang Badar Kubra, Rasulullah saw menempatkan pasukannya jauh di belakang sebuah sumur (sumber air). Melihat hal ini, Hubbab bin al-Mundzir bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ini wahyu atau sekedar pendapatmu?” Lantas dijawab oleh beliau: “Ini hanyalah pendapatku.” Hubbab al-Mundzir kemudian mengusulkan kepada beliau untuk menempatkan pasukannya di depan sumur, sehingga mereka dapat menguasai sumur tersebut dan menimbunnya jika pasukan Quraisy menyerang sehingga musuh tidak dapat mengambil air dari sumur itu. Rasulullah saw lantas mengubah pendapatnya dengan pendapat Hubbab tersebut.
Untuk masalah-masalah yang sifatnya mubah (boleh), Rasulullah saw meminta pendapat kaum muslimin. Ketika Perang Uhud, beliau dan sebagian Shahabat yang terlibat dalam Perang Badar memilih menyambut musuh dari dalam benteng kota Madinah. Tetapi mayoritas penduduk Madinah dan sebagian Shahabat yang tidak ikut Perang Badar memilih untuk menyongsong musuh di lur benteng. Melihat semangat yang begitu membara, ditambah ucapan Hamzah bin Abdul-Mutthalib yang ketika Perang Badar tidak turun ke medan laga, akhirnya Rasulullah saw memutuskan untuk menyambut musuh di luar benteng. Dalam hal ini, beliau hanya meminta pendapat mengenai lokasi penyambutan musuh. Adapun kewajiban jihad tidak beliau musyawarahkan karena jihad merupakan kewajiban yang tidak berhenti hingga hari kiamat. Allah swt berfirman:
Dan memang pada kenyataannya, menyerahkan setiap keputusan politik kepada seluruh warganegara adalah sesuatu yang mustahil dan justru dapat mengkhianati kebenaran. Sistem polis di Yunani Kuno yang digembar-gemborkan telah menerapkan demokrasi langsung (direct democracy), ternyata melakukan diskriminasi rasial dengan memberikan hak bersuara hanya kepada golongan penduduk kaya dan menengah. Adapun golongan pedagang asing dan budak (yang merupakan mayoritas penduduk) tidak memiliki hak suara samasekali.
Dalam lapangan peradilan, sistem juri seperti yang dipakai di AS dan Inggris telah mengundang kritik yang sangat keras. Para juri dipilih mewakili setiap komunitas di suatu kota/distrik tanpa melihat kemampuan masing-masing sedangkan hakim hanya bertugas mengatur persidangan agar sesuai dengan hukum acara. Vonis terhadap terdakwa dijatuhkan berdasarkan kesepakatan atau suara mayoritas anggota juri. Dengan sistem seperti ini, diharapkan akan lahir keputusan pengadilan yang “demokratis”.
Tetapi layakkah nasib seorang terdakwa (apalagi terdakwa hukuman mati) diserahkan kepada 10-12 orang yang samasekali buta hukum? Mereka (para juri) bisa jadi buta huruf, tidak menguasai asas-asas hukum pidana, atau bahkan pernah melakukan kejahatan yang sama dengan si terdakwa. Atau termakan oleh kepandaian bersilat lidah dari para pengacara sehingga vonis yang dijatuhkan tidak lagi didasarkan pada bukti-bukti materiil yang memang hanya dapat dipahami oleh para ahli hukum. Sistem juri adalah pengadilan primitif, sisa-sisa peradilan hukum rimba, yang tidak menjunjung kebenaran hukum, tetapi mengambil suara mayoritas (siapapun orangnya) sebagai kebenaran.
Demokrasi sebagai Alat Penjajahan
Benarkah Amerika Serikat—sebagai kampiun demokrasi di dunia—telah memberi contoh terbaik tentang demokrasi? Ralph Nader pada tahun 1972 menerbitkan buku Who Really Runs Congress?, yang menceritakan betapa kuatnya para pemilik modal mempengaruhi dan membiayai lobi-lobi Kongres. Diperkuat oleh The Powergame (1986) karya Hedrick Smith yang menegaskan bahwa unsur terpenting dalam kehidupan politik Amerika adalah: (1) uang, (2) duit, dan (3) fulus. Sehingga benarlah apa yang diteriakkan Huey Newton, pemimpin Black Panther pada tahun 1960-an: “Power to the people, for those who can afford it.” (kekuasaan diperuntukkan bagi siapa saja yang mampu membayar untuk itu).
Sejak terbentuknya negara federasi pada tahun 1776, Amerika memerlukan waktu 11 tahun untuk menyusun konstitusi, 89 tahun untuk menghapus perbudakan, 144 tahun untuk memberi hak pilih pada kaum wanita, dan 188 tahun untuk menyusun draf konstitusi yang “melindungi” seluruh warganegara. Dengan masa lalu yang demikian kelam dan masa kini yang demikian jorok, Amerika dengan arogan mencoba memberi kuliah tentang demokrasi kepada negara-negara berkembang yang mayoritas negeri-negeri Islam.
Negara adidaya tersebut mempunyai kepentingan untuk membuka pasar global seluas-luasnya sehingga perusahaan Amerika dapat masuk dan menguasai pasar di negara setempat. Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan suatu rezim yang lemah, yang dapat ditekan oleh para pemilik modal atau badan-badan keuangan internasional. Rezim yang lemah ini diharapkan dapat bekerjasama secara lebih kooperatif dengan para investor Amerika dalam sektor perdagangan, dan tentunya mudah tunduk pada tekanan politik Amerika dalam sektor diplomatik.
11 notes
·
View notes
Text
Kelakuan orang-orang yang takut kehilangan, cuma bikin mereka benar-benar kehilangan.
Defensif basi!
Seharusnya jika kau benar-benar takut kehilangan seseorang, adalah dengan berusaha menjadi pantas untuk tidak ditinggalkan.
(Syahid Muhammad, Paradigma)
10 notes
·
View notes
Text
Salah satu rezeki dalam hidup yang sering kita lupakan karena mungkin yaa kita merasa itu hal yang lumrah adalah tumbuh dan dibersamai lingkungan yang baik.
Sejujurnya, gue punya berbagai macam teman dan kenalan. Yang model nya macem-macem, ada yg pernah ngomong pengen jadi nabi wkwkwk, ada yg anak punk, ada yg pernah di keluarin dari sekolah gara2 hamilin anak org (tapi pas pindah sekolah ga ketauan soalnya jalur org dalem wkwk), ada yg anak orkay salah satu bapanya pejabat di kepolisian & pacarnya anak pejabat kejaksaaan yg sekali dia makan harganya 200-300rb wkwk (jiwa miskin ku menangisss 😭🤣), ada yg anak agamis & golongan liqo bgtt, ada yg biasa-biasa aja sholeh engga tapi biadab juga ga juga wkwk. Pokoknya gue pernah punya temen dan kenalan macem-macem lah modelnya hahaha.
Tapi gue pribadi tipe org yang ga pilih-pilih temen, kecuali dia muka dua dan memaksakan prinsipnya untuk gue ikutin baru byeee byeee cukup sampe disini duluuu kita bertemannya wkwk. Jadi apapun pilihan hidup yang temen gue pilih, yaa itu terserah dia, emang si kadang gue juga geleng-geleng kepala dan nasehatin, tapi yang gue pelajarin dari pertemanan adalah terkadang temen kita tuh tahu kok kalau apa yang dia lakuin itu salah dan ga bener, cumaaa ya emang hawa nafsu nya aja yg begitu, kalau kita nasehatin orgnya disaat dia lagi ga butuh, mostly orangnya bakal defensif, jadi yang gue lakukan biasanya ya cuma mendengar aja dan kalau butuh bantuan gue bantu semampunya. Selebihnya yaa gue bakal banyak ngobrolin prinsip dan berusaha tetep on the track untuk jadi orang yg bener dan baik. Meski terkadang ga bener-bener banget dan baik-baik banget, tapi kadang nasehat paling baik itu adalah pada saat kita ga perlu susah payah nasehatin tapi bisa jadi contoh dan inspirasi buat orang lain supaya hidupnya lebih baik.
Berusaha untuk ga jadi orang judgemental meskipun mulut ini gatel rasanya pengen ngomel-ngomel dan ngasih tahu banyak hal itu susah bener, gue juga masih belajar. Tapi bener deh, Orang-orang yang kita anggap kurang baik itu seharusnya bukan kita hindarin, tapi perlu kita rangkul biar dia bisa kembali ke jalan yang Allah nya Ridho. Kadang mereka tu tahu kalau itu salah, tapi mereka gatau gimana cara ngadepinnya atau overcome they want.
Banyak orang yg karena kena judgmen dari orang lain, terus dia jadinya malah jauh dari Allah karena merasa di intimidasi oleh lingkungan yg dia anggap baik, jadi ya seharusnya sebagai umat muslim, islam itu mengajarkan untuk jadi agama yang Rahmatan Lil Alamin, artinya sepemahaman gue yg pengetahuan agamanya setipis tissue dikasih air dibelah tujuh ini, harusnya islam jadi agama yang mampu menjadi rahmat bagi semuanya. Yang mampu membuat orang yg sebesar apapun dosanya, dia akan merasa bisa selalu diterima dan diampuni oleh yang maha kuasa, bukan baru salah sedikit langsung di bilang kafir wkwk.
Ada salah satu hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang sering dikutip dalam ceramah-ceramah bilang "Perumpamaan teman yang baik dan jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak, kita akan memperoleh kebaikan melalui harum semerbak minyak wangi yang diberikan olehnya. Sedangkan orang pandai besi membuat bajumu terbakar dan mendapatkan bau busuk daripadanya".
Gue setuju dengan hadist ini, tapi gue juga merasa kalau kita telan mentah-mentah hadist ini, dikhawatirkan orang-orang yg baik malah menghindari berteman dengan orang-orang yg butuh di rangkul dan di stigma buruk oleh masyarakat. Padahal mereka adalah orang-orang yang paling butuh pertolongan Allah. Padahal mereka adalah orang-orang yang paling butuh dirangkul. Padahal mereka adalah orang-orang yang paling butuh ditemani dan dibersamai. Sehingga pada akhirnya, mereka kembali percaya bahwa jalan satu-satunya untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan adalah dengan berusaha untuk selalu dekat dan kembali kepada Allah.
Pada akhirnya, Orang-orang yg merasa tidak layak diampuni, berdosa, dan lain sebagainya menyadari bahwa meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan, tapi Allah selalu maha pengasih dan penyayang. Kesadaran itu hanya bisa dibangun hanya pada saat kita sebagai umatnya mampu menunjukkan kasih dan sayang kepada sesamanya. Kita tidak membenarkan perbuatannya, tapi kita mampu menjadi inspirasi dan petunjuk untuk Ia agar kembali kepada jalan-jalan yang Allah Ridho di dalamnya.
Ya, semoga aku adalah orang yang bisa menumbuhkan dan tumbuh bersama orang-orang yang bersamanya surga semakin dekat, yang bersamanya aku percaya bahwa Allah adalah sang Maha Pengasih dan penyayang, sehingga sebanyak apapun dosa yang ku miliki aku tidak pernah kehilangan harapan untuk diampuni oleh-Nya dan semakin dekat dengan-Nya. Semoga semoga semoga 🌼
3 notes
·
View notes
Text
Mylog : Kutukan Influencer
Dulu, pas awal awal follower tumblr aink tembus seribuan ada rasa was was. Jir ini yang follow kok banyak? (Buat standar aink ya!), trus kalo liat notes dari postingan kok ada aja.
Secara langsung kan mengindikasikan kalo apa yang aink tulis dibaca orang lain. Aink jadi was was karena takut apa yang aink tulis ternyata terbukti salah di masa depan atau malah berdampak buruk buat orang yang baca.
Efeknya, aink sempet hiatus. Nulis ini itu ga sreg. Takut salah. Aink jadi ga enak dalam berpendapat di blog aink sendiri.
Kalo aink nulis ini itu, trus ternyata ada yang terinspirasi buat berbuat salah dari tulisan aink apakah aink berdosa?
.
.
.
.
Baca pendapat ini, kalo aink yang dulu mungkin langsung manggut manggut dan berhenti nulis daily life, juga berhenti menyuarakan pendapat aink di laman biru ini.
Tapi, sekarang aink megang ini, "setiap perbuatan itu tergantung niatnya"
Ada orang bunuh orang lain pakai pisau dapur. Apakah si penjual pisau, distributor dan produsennya berdosa?
Lagian, kalo seseorang dengan follower banyak berpendapat atau bersikap tentang suatu hal (apalagi tentang hidupnya sendiri) langsung di cap kampanye, ya kasian banget hidupnya.
Bayangin, kalo lionel messi bilang di instagramnya kalo dia suka makan surabi. Apa bisa dikatakan kalo dia sedang kampanye buat mengajak semua orang untuk makan surabi?
Kalo di tiap postingannya dia selalu muji muji surabi, ngungkapin betapa enaknya surabi apa bisa dikatakan dia lagi ngajakin orang orang buat makan surabi?
Bisa jadi. Itu namanya softselling, mengkampanyekan sesuatu pake narasi tanpa secara terang terangan ngasi penawaran.
Nah, masalahnya apakah ketika messi lagi bernarasi memuja surabi di laman sosialnya kita bisa langsung judge kalo dia lagi ngendorse surabi? Apalagi kalo dia ga mention produsen surabi tertentu. Mau atas dasar apa kita bilang dia lagi mengkampanyekan hidup dengan surabi? Apa dia blak blakan bilang, yuk surabi yuk, enak yuk
Di era sosmed sekarang, influencer tuh jadi patokan gaya hidup. Betul, influencer yang baik harus berhati hati supaya ga ngasih influence yang buruk ke followernya. Tapi, bukan berarti dia jadi ga boleh punya hidup sendiri, harus selalu nurut kemauan publik. Mereka tetap manusia merdeka yang punya hak hidup dan berpendapat.
Contoh lain,
Rubahlicik somehow lahirnya ga sempurna. Meskipun sekilas terlihat biasa, tapi sebetulnya tangan kanan rubah ga bisa dipakai sepenuhnya. Jadi terpaksa kidal. Yang kanan ga bisa dipake untuk banyak hal.
Katakanlah rubah famous dan bikin talkshow. Di acara tersebut, rubah nulis, makan minum pake tangan kiri. Trus fans garis keras rubah ngeliat. Besok lusa, mereka ikut2an pake tangan kiri.
Apakah rubah salah? Apakah dengan hadir, famous dan beraktifitas seperti biasa rubah dikatakan sedang berkampanye pake tangan kiri?
Apakah rubah salah?
Salah dong, kok rubah ga jelasin dulu ke publik kenapa keluar rumah makan minum pake tangan kiri, kenapa bisa ga make tangan kanan. Gimana sejarahnya ampe mutusin buat tangan kiri. Harusnya transparan semuanya, rubah kan influencer!
Jangan salahkan netijen yang ga tau background rubah, trus langsung ngikutin tanpa banyak tanya!
Oke sip
Pada akhirnya, kita cuma bakal ditanya tentang apa apa yang kita lakuin secara sadar dan sukarela.
Balik lagi ke si mbak nya,. Kalo mau sotoy, ya wajar sih kalo dia bikin konten terus2an soal pendapatnya. Bisa jadi itu sikap defensif dia ketika pilihan hidupnya dijudge sama orang orang yang bahkan dia ga kenal.
Kalo ada yang tetap nyalahin dia karena dia influencer, dengan dalih "publik figur kan mesti gini, mesti gitu", udah aja sekarang, unsubscribe Akun nya. Unfollow. Ga ada yang maksa juga buat follow ya kan?
Dia jadi influencer karena ada follower yang jadi angka dihitungan pengikutnya, ada hater yang selalu nge-up kekurangan dia,. Namanya naik karena ramai perbincangan soal topik yang dia bahas.
Justru, dengan banyak orang yang impulsif bikin konten counter, spam komen di channel nya, namanya terus naik, konten kontennya terus terusan hangat dan update. Influencenya jadi semakin meluas.
Nah, kalo uda kayak gini, yang lagi kampanye siapa? Dapet bayaran ga? 🤣🤣
36 notes
·
View notes
Text
heirloom pain.
human are fucked up in beautiful way, atau sebaliknya dengan mereka yang belum mengerti sama sekali mengapa memilih hidup di dunia yang seberantakan ini. salah siapa? entahlah, semua orang disalahkan kalau seperti ini jadinya. salah cintanya dengan manusia lain yang berakhir ada manusia lain muncul, begitu terus sampai bumi penuh dengan manusia-manusia fucked up lainnya. human are beautiful in fucked up way. dua arah yang saling berlawanan tapi mereka tahu saling tertarik dengan satu sama lain.
mungkin itu artinya juga manusia mesti menjalankan hidupnya di bumi ini, mau kemana?
“bagaimana kalau kita tinggal di bulan saja?” sarapan kali ini dibuka dengan pertanyaan aneh yang dilemparkan pacarnya sambil mengunyah roti dengan selai stroberi. “aku udah siapin americano buat kamu, duduk dulu.”
“nanti di jalan macet.’
“jalanan yang macet, bukan salah kamu.”
“salah aku kalau nanti sampai kantornya aku telat.”
“jawab dulu pertanyaan aku, wonbin.” yang mana, barusan mereka tidur di kamar yang sama, kasur empuk yang sama, dan sungchan diam-diam memeluknya agar tetap hangat. “tenang aja, mereka nggak bakal marahin kamu, masih pada liburan juga ‘kan.”
tapi akan jadi masalah karena wonbin masih memilih kerja ketimbang ambil waktu liburan bersama sungchan di musim panas, meskipun pria itu tidak marah sama sekali karena mereka tidak mengambil liburan bersama di musim panas. sungchan tidak mengatakan apa-apa juga soal liburan tahun ini. tinggal bersama saja sudah cukup.
“kenapa milih bulan sih?”
“pengen aja. lihatin manusia-manusia lain dari bulan, bukannya keren. kita berduaan di bulan dengan enaknya.”
“kenapa?”
wonbin mengatakan ingin jauh dari tempat tinggalnya, bukan berarti mereka meninggalkan bumi.
“kamu pernah bilang ingin tinggal jauh, jauh dari rumah kamu, jadi aku mau menemani kamu kalau tinggal di bulan.” jauh dari rumah, sungchan ingat juga bagaimana ia tidak ingin kembali ke tempat itu, bahkan sampai sekarang pria itu memilih tinggal bersamanya. “aku janji temani kamu, wonbin.”
“you can always see them from far far away, nggak perlu takut ada orang yang berkomentar soal kita ‘kan, kamu juga nggak perlu takut lagi kalau sudah tinggal jauh, ada aku.” ada sungchan, bagaimana wonbin bersandar tiap hari di pundak lebar sungchan yang telah jadi saksi kehidupannya selama ini. “bonusnya, kita bercinta tiap hari tanpa takut orang mengintip.”
“kamu ngeselin banget!”
“aku cinta kamu, wonbin. i would do everything for you.” sama seperti memilih tempat tinggal mana yang cocok mereka tempati, selagi ada sungchan.
“trims.”
“you always build so much walls, wonbin. i should be there with you too building a new home for us, a safe space for you and me, so you won’t be afraid anymore, no one can hurt you, even your deadbeat dad, i will always be with you, sweets.” wonbin kalau begitu mau tingal di bulan bersama sungchan, hanya dengan pria itu, di atap yang sama.
i don’t deserve you, sungchan. what if they will end up fucked up too, what if sungchan doesn’t want him anymore, what if… he hates wonbin after all this time. what if wonbin made him stuck with him like his dad did to his mom, what if sungchan doesn't want him anymore. he is tired.
“kamu nggak bosen nanti tinggal sama aku terus?”
sungchan menggeleng. “sampai sekarang aku maunya tinggal sama kamu terus, kenapa harus dipikirin?”
“nggak tahu, manusia ‘kan bosenan.”
“nggak kalau sama kamu,”
“okay, aku cuma nanya.”
“sorry, kalau defensif, tapi aku harus berulang kali ingetin kamu, kalau aku maunya kamu, and i know you still thinking about it, your feelings are valid and you will not hurt me, wonbin. kamu nggak akan lakuin itu, kamu bukan orang itu—”
“maaf.”
maybe because wonbin still wearing badge of honour to be human in fucked up ways. pandangannya kabur, memikirkan bagaimana sungchan masih tetap ada di satu atap bersamanya, masih mengingat minuman paginya dan memilih sarapan bersama, tanpa harus memikirkan jalanan macet yang buat mereka telat nanti.
“sayang…”
tolong jangan beri wonbin titel seperti itu pagi ini yang bahkan ia hampir mengabaikan sungchan di meja makan sekarang.
“wonbin…’
“maaf, aku takut kamu yang pilihannya salah buat tinggal sama aku, kak.”
“people fall in love and fuck up, we all fall in love and fuck up too, maybe stay with you is the best choice i have to fall in love with you even more, park wonbin. i would like to spend more time with you.”
“is it like i had a choice?” tanya wonbin.
“no, you're stuck with me.”
“and another lifetime too?”
“yes, i would like to spend more another life with park wonbin, too.”
1 note
·
View note
Text
Blessing in Disguise
Blank, tatapan kosong dengan pikiran yang penuh riuh ke arah laptop. Memandang kosong dengan jantung yang terus berdetak tidak karuan ke arah chat web apps berbentuk clover empat warna, bernama Slack. Itulah gambaran seseorang yang sedang ditabrak truck masalah tapi tidak isekai.
Ini pengalamanku beberapa saat yang lalu, ketika aku membuat kesalahan yang membuat semua orang cranky di hari jumat yang suci. Untungnya masalah itu bisa dilewati dengan baik, dan sekarang bisa jadi candaan dalam kalimat “namanya juga newbie”.
Anyway, kesalahannya simple sebenarnya, tapi dampaknya cukup luas. Salah satu protal data di eFishery, metabase or bi-dash your choice, kala itu sedang dirapikan oleh tim data governance, aku adalah salah satu membernya. Agak cukup teknikal dan ribet apabila dijelaskan, tapi, waktu itu karena pikiran polos dan experimentalku, banyak orang yang akhirnya tidak bisa membuka beberapa data di pagi hari.
Jam 9.30, masalah mulai terlihat berdatangan. Slack dari berbagai pihak muncul bertubi-tubi, via DM, #bi-platform-support, dan channel internal data. Kalimat-kalimat cranky muncul di antara chat-chat itu, “ya ampun”, “astaga”, “loh”, “minta maaf sana”. Waktu itu ada berita kalau suhu di Jakarta sedang panas-panasnya, tapi yang aku rasakan hanya tremor di tangan dan ruangan dingin yang mencekam. I messed up, huh.
Dengan dada yang sedikit sesak, waktu itu aku mencoba menenangkan situasi dulu sambil memutar otak, mencari tahu bagaimana cara mengembalikannya. Tapi apalah daya seorang newbie yang paling junior di tim data, kita belum ada ‘power’ untuk bahkan menenangkan situasinya. Dari yang awalnya hanya segelintir pemeran, lama-lama situasinya naik hingga menjadi bahasan panjang.
Sampai suatu ketika, “semangat tim data governance!”, “semangat data gov”, “semangat mas”, mulai muncul di DM atau di thread yang sedang ramai itu. Di kala situasi yang sedang panas dan saling mencoba menyalahkan satu sama lain, masih ada beberapa pemeran yang penuh belas kasih dan rasa empati yang tinggi. Dang. I’ll never forget you all.
Setelah beberapa saat, teammates juga mulai ikut berpartisipasi, ada yang mencoba defensif dan menghilangkan persepsi menyalahkan, ada yang mencoba mencairkan suasana dengan bercanda, dan ada juga yang take the blame for it. Beberapa di antaranya adalah tim data engineering, Bang Khairidda & Mas Rifan. That’s a good manager for you. Bare minimum menjadi seorang manager yang gokil adalah take the blame untuk kesalahan bawahannya.
Kala itu juga, di tengah situasi penuh ancaman, tiba-tiba muncul oasis dan safe space dari dukungan yang diberikan oleh semua orang. Situasi yang awalnya terasa tanpa jalan keluar, tiba-tiba hilang. Memang benar kata orang, semua itu tergantung perspektif, dan kondisi itu banyak dipengaruhi oleh pikiran. Cool your head first.
Dari situ aku bersyukur, aku jadi tahu kalau aku berada di tim yang baik, tim yang selalu backs me up di segala hal yang terjadi. Relasi-relasi yang dibentuk tidak pernah sia-sia, dan mungkin bisa menjadi senjata tidak terduga di saat kamu membutuhkannya.
Anyway, untuk masalahnya, seperti yang aku bilang tadi, itu masalah simple. Jadi, sebelum adzan jumat dikumandangkan, semua masalah telah terselesaikan, dan kita bisa mulai mendengarkan khutbah Jumat dengan tenang. Thank God it’s friday.
4 notes
·
View notes
Text
Belajar (part 1)
Halo teman-teman tumblr,
kayanya tinggal sisa di sini aja safe space-ku yang betul-betul safe setelah semalam viral 2 tweet YANG SANGAT BEDA KONTEKSNYA??? (just X algorithm working I guess). Dari hampir 1Mil impression itu dan 200 new followers, dan setelah mendapat masukan dari teman-teman, ku memutuskan untuk lock account sebelum itu tweet nyampe ke mana-mana. Gak lucu soalnya kalau terus saya jadi di-doxx ditanya balik "emang mbaknya udah pernah organisasi apa aja?", kan mengkhawatirkan yah.
Terus tapi mayan senang karena dari peristiwa itu ku jadi banyak diskusi sama orang-orang dan jadi mikir. Beberapa di antaranya: (pengennya sih ku-expand masing-masing jadi individual post, tapi kayanya males, liat nanti deh ya)
Konsep belajar dan mengajar (teaching) Ini awal mulanya kepikiran ini dari banyaknya komen-komen terkait thread zam-zam aku di mana warganet komplain "pusing baca thread-nya campur-campur bahasanya, susah buat orang awam untuk ngerti". Reaksi pertama-ku tentu saja langsung defensif: "lah tweet tweet gua, udah bagus gua share, 'you don't pay me bitch' is the exact words verbatim I said to a friend in a dm, I did it voluntarily and for fun and I don't owe anyone anything". WOW sangat giving rude mean girls vibe. Tapi beneran in my defense, itu postingan kubuat in 30 mins, googling seadanya, terus ya cuma buat nunjukkin aja HOW INTERESTING THINGS ARE! (And also tbh is a response for a request dari Pasha the other day dan memang sudah kuniatkan di depan kabah coy) Terus tapi akhirnya solusi-ku: tetap ngasih orang-orang yang haus akan ilmu ini ke webnya Alm Rovicky si dongeng geologi, karena Bapaknya jauh lebih sabar di situ ngejelasinnya. Dan runut juga. Kemudian sampai-lah ke diskusi dengan teman yang memang reader juga yang ku merasa kritiknya bagus: dia bilang "kalau buat sharing aja udah ok Non, tapi kalau buat bikin paham kayanya bisa dipertimbangkan bahasa yang lebih mudah". This is a very nice feedback tbh. Awalnya tentu saja aku sangat reaktif (namanya manusia yang INGIN SEMUA ORANG MENYUKAI DIRINYA -- saya aja sih kayanya itu), ku mikir "BRO WHO TF HAS F-ING time to choose words?? Diction?? I am not a f-ing linguist??" (ps. Idk what a linguist does tbh, I'm sorry linguist for mistakenly stereotyping you). Buset kenapa diriku pent-up banget ya HUHU. Chill, Non. Ku juga bilang akhirnya bahwa sepertinya memang ku hanya sharing excitement of learning aja. Ku mikir: "the responsibility of people understanding something does not lie in my hand. It's theirs." Ku sudah ngasih source juga kok for people to explore more. Terus aku gatau ya apakah ini ada hubungannya dengan kultur belajar Indo(?) (takutnya aku agak reaching), tapi ku selalu bilang "you can always ask", yet no one budged. Kalau emang ada yang gangerti atau membingungkan, bisa tanya, konfirmasi lagi pemahaman, discuss. It's not a class where I just poured people pieces of jigsaw puzzle and then I leave "BYE, FIGURE THINGS OUT sendiri yahh!". Bahkan kelasku pun gak kaya gitu. Kemudian dari situ nyambung lagi ke obrolan dengan teman lain-ku yang decided to quit teaching as side job. Karena capek, sering dapet feedback yang nggak konstruktif, studentnya juga nggak progressing much kemudian blaming the course. Ini relatable banget dengan pandanganku di atas tentang belajar. Even if it is paid teaching yah, tetap aja menurutku the responsibility of learning falls onto the learners themselves(???) This is what I can say after 14 tahun EMPAT BELAS TAHUN ngajarin orang: we can’t help people to understand stuff unless that very people help themselves. OK OFC NGGAK 100% BETUL. OFC WE CAN HELP. Tapi sejauh mana we can help, that’s the big question. Posisiku sebagai kaka pengajar olim, dosen, social-media-science-enthusiast (if there is such thing), ya cuma sebagai fasilitator. The knowledge is out there already. Tinggal gimana kita mau nyarinya. Nah datanglah aku, ngasihtau “oh baca buku ini ya, latihan soal ini ya, lihat video ini deh bagus, paper ini lumayan helpful loh untuk membantu pemahaman, ada pertanyaan? Oh aku nggak tahu itu jawabannya apa, yuk kita cari sama-sama, cara nyarinya tuh gini loh (demonstrating how to google well, karena apparently not everyone is able to do that)”. Semoga kita semua on the same page with me on this very definition yah.
3 notes
·
View notes
Text
Observasi astrologi 6.0
- Lo bakal bisa sangat tertarik dengan orang yang sun sign-nya sama dengan sign ruler 8H lo.
- Lo pernah nemu orang yang kalo ngomong sesuatu cepet kejadian? Atau kalo orang nyakitin mereka, orang itu cepet kena karma. Mereka pasti punya Capricorn/Aquarius rising, atau ada banyak banget Capricorn dan Aquarius placement di natal chart mereka. Capricorn dan Aquarius sendiri ruling Saturn, dan saturn sendiri planet karma. Ga heran mereka sering disebut Daddy Saturn.
- Scorpio 3H secara pemikiran bersifat transformatif. Ga heran, seiring waktu berjalan mereka akan berubah terus lebih baik walaupun sekitarnya banyak yang tidak menyadari akan hal itu.
- Orang yang punya saturn 8H cenderung jadi kolektor barang2 yang jadi hobby mereka, bahkan doyan nimbun barang2 ga guna.
- Taurus placement punya tendensi obsesif dengan cinta.
- Saturn 12H walaupun masuk kategori planetary joys, disebut "bad spirit". Placement ini membuat seseorang akan awake secara spiritual jika mereka berhasil melewati pembelajaran besar saat sendirian di masa-masa ini.
- Leo placement dan gemini rising pada doyan caper dan tebar pesona. Love languagenya juga words of affirmation.
- Ga cuma saturn 12H, tapi mars 12H juga cenderung punya hidden enemies. Mereka yang punya saturn 12H cenderung sulit sadar ada hidden enemies, sedangkan mars 12H masih sadar sehingga bisa lebih was2.
- Taurus sun dan moon pada doyan defensif, apapun keadaannya.
- Fixed signs bisa sangat mencintai dan membenci orang lain.
- Fire signs pada doyan atensi.
- Libra placement emang humornya kurang gregetan, tapi kalo udah sarkas, kena banget.
- Sagittarius rising punya fans yang obsesi dengan mereka.
- Libra men punya banyak temen2 cewek.
- Pada nyadar ga aslinya sagittarius sun suka ngelawak, padahal aslinya banyak pain di dalam mereka?
- Lo pada mikirnya Capricorn sun suka dry text ke orang2 yang menurut mereka ga ada kepentingan? Capricorn moon lebih parah.
- Lo pengen punya pasangan yang ga bisa bohong? Pacarin leo mercury.
- Capricorn rising punya struktur tulang yang bagus.
- Kadang2 Taurus placement suka balik ke mantan mereka.
- Ga cuma Virgo dan Capricorn placement yang kadang mengalami overthinking dan anxiety, tapi Gemini moon juga.
- Lo doyan intimidasi orang? Barangkali lo punya Pluto 1H.
- Even Scorpio placement sering terkenal dark banget, kemungkinan soul mereka tua. Terutama Scorpio rising, udah keseringan rebirth. Lol
- Orang2 Virgo placement banyak yang kerja di creative industry atau media dan periklanan.
2 notes
·
View notes
Text
Buku "Filofosi Teras"
Pesimisme defensif: memikirkan risiko-risiko kegagalan justru membantu orang utk mengantisipasi faktor penyebabnya.
Zeno sering mengajar filosofi di teras (stoa).
Penganut stoa: Epictetus (budak yg akhirnya dimerdekakan), Zeno (pedagang), Seneca (politikus), Marcus Aurelius (kaisar Roma).
Paradoks Socrates: tdk ada perbuatan jahat krn semua org pasti mengambil keputusan yg plg menguntungkan bg dirinya. Contoh: maling yg mencuri utk berjudi adl perbuatan baik bg si pelaku krn baginya berjudi menyenangkan.
Seneca: Sukacita terdalam adalah yang berasal dari diri sendiri (inner joys). Tujuan kebahagiaan adl hidup dlm tenang, bebas dr emosi negatif. Bagi saya, kebahagiaan dari dalam sendiri ttp harus memiliki stimulus. Org tdk bisa menjalani hidup yg biasa2 saja setiap hari tanpa merasa bosan. Bosan adl sifat alami manusia yg membuat kita terus menambah kualitas sendiri. Kebahagiaan dr diri sendiri adl ketika saya berhasil menguasai konsep baru, memenangkan lomba menulis, membuat tulisan dll. Semua sumber kebahagiaan tsb memang tdk murni dr dlm diri sendiri, tp setidaknya saya tdk menggantungkan kebahagiaan pd variabel yg sepenuhnya di luar kendali. Misal: mendpt warisan milyaran, mendpt mutasi bagus, mendpt atasan yg enak, ingin dipuji, dll.
Konsepnya adl hidup selaras dg alam (in accordance with nature), artinya harus hidup nalar dan membedakannya dg binatang. Artinya dlm keadaan emosi, nalar dan rasio harus didahulukan agar tdk membuat keputusan keliru krn menuruti ego.
Butterfly effect: kepakan kupu-kupu di Brazil dpt mengakibatkan tornado di Texas. Semua yg telah terjadi timbul dr suatu rangkaian kejadian. Tidak ada gunanya melawan "kehendak alam".
Epictetus: "Hal-hal yg ada di bawah kendali bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal yg tdk di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik org lain."
Trikotomi kendali: fokus pada proses yg bisa dikendalikan alih-alih pada hasil yg tdk bisa dikendalikan dan bergantung pada variabel eksternal.
Seneca: "Manusia yg menahan dirinya utk hidup dalam batas Alam, tidak akan merasakan miskin. Sebaliknya, manusia yg melewati batas-batas ini akan terus dikejar kemiskinan." Org yg ditentukan bergaji 10 juta/bulan tdk seharusnya mencari uang-uang sampingan yg melanggar sumpah jabatan sehingga bertentangan dg alam dan rasio. Org2 seperti ini tdk akan merasa kaya dan akan terus menjustifikasi perbuatannya krn perbuatannya bertentangan dg alam. "Jika kita hidup menuruti pendapat orang, kau tidak akan pernah kaya."
Suatu fenomena selalu bersifat objektif, akan tetapi persepsi subjektif kita yang membuatnya bernilai positif/negatif. Karena persepsi masuk dlm dikotomi internal, maka kita memiliki kekuatan utk mengubah persepsi kapan pun juga.
Langkah STAR ketika merasakan emosi negatif: Stop, Think & Assess, Respond.
Alasan kenapa tdk boleh lebay dlm menghadapi emosi negatif: 1. Emosi negatif adl hal yang berulang sepanjang sejarah manusia. Ditipu, kehilangan barang, kena marah? Itu adl fenomena yg berulang selama ribuan tahun sejarah manusia. Gak usah lebay! 2. Masalahmu itu sangat kecil dibanding kelaparan di Afrika, konflik di Palestina, ekonomi yg tdk merata, dll. Overview effect: perasaan astronot yang melihat dari ketinggian bahwa manusia saling terhubung (interconnected). 3. Semua akan terlupakan. 10 tahun lagi, saya tdk akan ingat punya memori memalukan, kecuali saya yg sengaja mengungkitnya. Lagi pula, org lain pasti tdk akan peduli.
Marcus Aurelius: "Pikiran yg tdk diganggu emosi berkecamuk dl sebuah benteng, tempat berlindung terkokoh bg manusia." --> The mind as inner citadel.
Senecea: "Kita lebih menderita dalam pikiran dibandingkan di kenyataan." --> 85% of What We Worry Never Happens.
Premiditatio malorum: mirip seperti imunisasi, bayangkan hal2 negatif yg mungkin terjadi untuk mempersiapkan "kekebalan mental". Tdk sampai di situ, tujuannya adl utk mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Fokus pd solusi alih-alih emosi negatif.
Epictetus: "Kamu tdk bisa dihina, kecuali kamu yg menghina dirimu sendiri." Gunung tdk akan berkurang tingginya walau ia "diejek" pendek. Jangan balas hinaan dg hinaan --> bayangkan zombie yang menularkan "virus".
Introspeksi dulu sebelum menilai orang lain.
Marah menurut Seneca: kegilaan sementara (temporary madness).
3P berpikir destruktif yang harus dihindari: 1. Personalization: menjadikan musibah sbg kesalahan pribadi. 2. Pervasiveness: melabeli musibah di satu aspek tersebar ke seluruh aspek hidup. 3. Permanence: menganggap musibah terjadi selamanya.
Berlatih menderita (practice poverty) utk melawan hedonic adaptation --> setelah 18 bulan, pemenang lotre tdk lebih bahagia dr org biasa.
Epictetus: domba tdk memuntahkan rumput utk memperlihatkan brp byk rumput yg ia cerna. Alih-alih, domba yg produktif akan menghasilkan susu dan bulu.
2 notes
·
View notes