Tumgik
pintu-ajaib · 2 days
Text
(17/25)
Sudah ku bilang sejak awal, tapi nyatanya kamu memang bebal. Sejak awal sudah ku sampaikan, hati-hati bermain dengan hati, pilihannya cuma dua kamu terbang ke langit tertinggi atau jatuh-sejatuh-jatuhnya sampai kamu tak bisa bangkit lagi. Sudah ku bilang sejak awal, pandai-pandai lah menjaga hati, jangan bermurah-murah, jangan bermudah-mudah, segala bayangan tentang masa depan bersama memang menyenangkan, namun bagaimana jika pada akhirnya dia hanya persimpangan dan bukanlah jawaban?
Di dunia ini, bermilyar-milyar manusia Allah hadirkan di muka bumi, mbok masa ya kamu gak percaya sama kuasaNya? Bersabarlah sedikit atau mungkin banyak, ya aku tidak tahu, hanya Dia yang tahu, tapi bersabarlah, karena Allah bersama orang yang sabar. Sebab kalau sudah jalannya dan waktunya, semua akan Ia permudah. Mudah saja bagi Ia menyatukan dua hati ciptaannya untuk saling mencinta ataupun untuk saling melupa. Sehingga bersabarlah pada dirimu sendiri. Bersabarlah pada rencananya, perbaiki dirimu, hidupmu, dan perjuangkan mimpi-mimpimu.
Masih banyak tempat yang ingin kau kunjungi bukan? Masih banyak prestasi yang ingin kau raih bukan? Masih banyak bakti yang perlu kau upayakan kan? Masih banyak wishlist yang harus kau perjuangkan kan? Jadi mari kembali fokus ke dirimu sendiri. Mari sudah lupakan Dia, sebelum makin jauh terluka.
Sejak awal kamu memang mensyukuri kehadirannya, kebaikannya, dan ketulusannya. Namun semakin dalam dan jauh perjalanan ini, kamu terlalu banyak khawatir bahwa mungkin bukan kamu ujungnya. Jadi tidak apa-apa, mari lupakan dan kembali fokus ke dirimu sendiri.
Setiap pertemuan yang Allah hadirkan pasti ada kebaikan di dalamnya, sehingga mari doakan yang baik-baik. Mari saling percaya, bahwa semua butuh waktu, kalau sudah takdirnya pasti Dia permudah jalannya. Mari kembali mengusahakan mimpi untuk dirimu sendiri, dan biarlah Ia berjuang pada mimpi nya sendiri. Tidak perlu saling menunggu, sebab bisa jadi bukan kamu yang terbaik untuknya, begitupun sebaliknya. Biarlah yang terbaik yang akan menemukan jalannya sendiri, meski mungkin bukan Ia jawabannya.
0 notes
pintu-ajaib · 6 days
Text
Surat Untukmu
Mas!
Ini surat pertamaku untukmu, dan mungkin akan menjadi satu-satunya.
Aku sudah tahu siapa kamu, seseorang yang kunanti hadirnya bertahun-tahun sudah. Yang belum aku tahu adalah, apakah kelak Tuhan berbaik hati menali kita dalam kisah yang kuinginkan.
Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku begitu terganggu. Kau terlalu banyak bicara, berkomentar dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Tapi mungkin karena itu aku jadi memperhatikan, sambil gusar dalam dada “siapa sih dia?”
Kesalahanku, seharusnya tak mencari tahu. Seharusnya aku tetap tak melihat pada kedalaman hidupmu. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku terpesona dengan bagaimana kau berpikir, bicara, bersikap juga tertawa. Meski aku tahu seberapa biasa bagimu menjadi demikian, dan aku tahu pula ada yang harus aku hentikan sebab tahu kemana muaranya.
Tapi Mas, kenapa kau tetap menyapa dengan senyum sumringah? Tak bisakah kau menduga bahwa ada jiwa kesepian yang kesenangan dengan apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menganggap aku tiada seperti ribuan jiwa lainnya?
Aku tak ingin menjadikanmu tokoh dalam sajak yang berisi makian. Aku tak mau Mas.
Kamu biarlah kata yang selalu aku baca, biarlah gambar yang selalu kulihat, biarlah suara yang selalu kudengar. Itu kenapa aku bentangkan ribuan jarak, menutup semua kemungkinan, agar aku tak mati dalam angan.
Namun jika aku boleh meminta, Mas, berhentilah menjadi laki-laki yang kuinginkan. Aku lelah mempertanyakan bagaimana engkau yang begitu jauh dari defenisiku soal cinta hadir sebagai manfestasi cinta itu sendiri.
Sudah kulihat hidupmu yang jauh dari hingar bingar hidupku. Sudah aku tahu ketidakmungkinan itu. Bisakah kita untuk tak pernah bersinggungan lagi, Mas?
Bahkan jika di kehidupan selanjutnya, mari untuk tak bertemu di kebetulan mana saja. Aku tak ingin meminta kemustahilan kepada Tuhan. Sebab aku tahu, bukan perempuan seperti aku yang kau inginkan.
74 notes · View notes
pintu-ajaib · 10 days
Text
Level tertinggi dari takut kehilangan adalah;
Tidak lagi merasa khawatir saat ditinggalkan. Tidak lagi merasa takut untuk mengikhlaskan. Jika setiap temu memang sudah digariskan takdir dari 'akhir' masing-masing. Boleh jadi perpisahan serupa pintu bagi hadir yang lirih bertandang, menempatkan diri di ruang-ruang laksana peran meletakkan kebaikan.
151 notes · View notes
pintu-ajaib · 13 days
Text
Life is Always Having a Choice
(13/25)
Kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa, tapi kita bisa memilih pasangan hidup seperti apa yang akan menemani dan bertumbuh bersama kita seumur hidup.
Kita memang tidak bisa memilih orang tua seperti apa yang Allah takdirkan, tapi kita bisa memilih untuk menjadi orang tua yang bagaimana untuk anak-anak kita nanti. Kita selalu bisa memilih ingin menjadi pasangan yang seperti apa dan tumbuh menjadi apa.
Kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki dibandingkan merutukki apa yang sudah terjadi. Kita selalu punya kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab, dibandingkan mencari siapa yang paling bertanggung jawab. Kita selalu punya kesempatan untuk menjadi benar dan baik, alih-alih memilih jalan yang penuh penyesalan dan kemaksiatan.
Life is always having a choice, meski mungkin jalan yang kita lalui tidak selalu mulus dan sesuai rencana, meski sepanjang proses nya kita seringkali terluka, tapi sebagai seorang manusia yang selalu bertumbuh menjadi dewasa kita selalu punya pilihan untuk menjadi benar dan baik, untuk terus mengupayakan yang terbaik. Bahkan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan.
Sehingga apapun pilihan yang kamu punya dalam hidup, memilih lah dengan penuh kesadaran, memilih lah dengan penuh keyakinan, dan memilih lah dengan penuh tanggung jawab. Yakinlah bahwa bahagiamu, luka-lukamu, kesedihanmu, adalah sebab pilihan-pilihan hidup yang kamu pilih sendiri dan kamu bertanggung jawab pada hidupmu sendiri. Sehingga kamu percaya bahwa tidak ada orang yang lebih bertanggung jawab atas hidup yang kamu punya selain dirimu sendiri.
Tidak semua hal memang sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Tidak semua hal sesuai dengan yang kamu impikan. Tidak semua hal yang kau usahakan, memperoleh hasil yang kamu inginkan. Tapi kita selalu punya pilihan, kita selalu punya pilihan untuk mengusahakan yang terbaik, semampu dan sekuat kita.
Kamu memang tidak bisa mengatur bagaimana orang berpikir tentang hidupmu, bagaimana orang merespons sikapmu, dan bagaimana orang bersikap padamu. Tapi kamu selalu punya pilihan untuk mengatur dirimu sendiri. Untuk mengatur ekspektasi mu, untuk mengatur sikapmu, dan untuk mengatur cara berpikir mu. Jadi fokus lah pada dirimu sendiri, fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu lakukan, serta fokuslah pada segala kesempatan yang masih bisa kamu usahakan.
Selama kamu percaya pada dirimu sendiri, selama kamu mampu bertanggung jawab pada pilihan hidupmu, selama kamu tidak melanggar nilai agama, selama kamu tidak merugikan orang lain. Maka lakukan lah yang terbaik semampu mu, tidak peduli apa yang orang lain pikir tentangmu, sebab Allah lebih tahu apa yang kamu yakini dan apa yang sedang kamu usahakan.
0 notes
pintu-ajaib · 14 days
Text
Bagaimana jika kita jadi orang yang biasa-biasa aja?
(12/25)
Kayanya ini series kedua gue pernah nulis judul tentang ini, bedanya waktu itu judul ini dipake buat review salah satu K-Drama yang gue tonton. Kalau sekarang yaaa sebatas refleksi gue aja dan emang pengen aja haha.
Ditengah dunia dengan segala tuntutan, keharusan, dan pencapaian yang di gembor-gemborkan di sosial media, gue bertanya ke diri gue sendiri, gimana kalau nanti ternyata gue ga jadi apa-apa? Gimana kalau gue jadi orang yang biasa-biasa aja?
Maksudnya ya, cuma jadi orang yang bertahan hidup. Dengan menjalankan rutinitas, mengusahakan yang ingin diusahakan, menjadi diri sendiri tanpa haus validasi, ataupun ya cukup jadi orang yang benar dan baik buat lingkungan sekitar.
Ga harus punya kekayaan dalam jumlah sekian. Ga harus punya pencapaian karier atau jabatan yang digaung-gaungkan. Ga harus jadi orang terkenal dan terpandang oleh seluruh alam semesta. Ya I mean, maksudnya cukup jadi diri sendiri aja.
Diri yang mau terus belajar, diri yang ga berhenti berjuang, diri yang tidak mudah menyerah, diri yang mau terus berbagi, diri yang selalu mengusahakan untuk mendengar, serta diri yang mau memperbaiki apa yang perlu diperbaiki.
Karena kan hidup tu ya naik turun, terkadang kita punya motivasi tinggi banget, tapi kadang juga kita maunya leyeh-leyeh aja. Tapi ya itu yang menjadi kan kita manusia ga si? Toh hidup tidak hanya tentang mencapai A sampai Z, toh hidup tidak berkejaran dengan apapun selain kematian. Satu-satunya hal yang paling layak untuk diperjuangkan adalah belajar untuk hidup seperti apa yang Allah mau. Meski ga gampang, banyak kufurnya, banyak lupa nya, banyak naik turunnya.
Kalau hidup hanya mengikuti apa kata orang, kita akan cape sendiri. Karena setiap orang punya standar dan harapan yang berbeda-beda, sehingga kita ga akan pernah merasa cukup. Tapi kalau kita belajar untuk hidup sesuai dengan apa yang islam ajarkan, sesuai dengan apa yang Allah harapkan kita ga butuh standar penilaian apapun selain dari Allah yang melihat kita.
Ditengah banyaknya tuntutan mencapai segala hal. Kalaupun nanti di masa depan gue jadi orang yang biasa-biasa aja, tapi semoga gue mampu menjadi orang biasa yang terus mampu berbuat baik kepada sesama, semoga gue mampu menjadi orang biasa yang berpihak pada kebenaran, dan semoga gue mampu menjadi orang biasa yang mengutamakan Allah diatas segalanya.
0 notes
pintu-ajaib · 14 days
Text
Melepaskan hubungan yang belum halal nyatanya tak semenyakitkan itu, jika tolak ukur kita adalah perintah dan larangan.
Jika tolak ukurnya nafsu ya pasti berat. Dan percayalah, akan selalu ada yang lebih baik dari apa yang sekarang kita pilih.
Maka, biar saja pilihan terbaik itu datang dari Yang Maha Mengatur. Tak perlu membangun hubungan dengan dalih saling mengenal lebih dalam. Toh pada akhirnya apa yang sudah 'tertulis' akan datang serumit apapun jalannya.
Rumah, 120924.1436.
57 notes · View notes
pintu-ajaib · 18 days
Text
JIKA AKU JATUH CINTA NANTI
(11/25)
Jika aku jatuh cinta nanti, aku tidak akan bertanya "Apakah kamu mencintaiku?" Tapi aku akan bertanya "Visi apa yang ingin kamu bawa? Dan apa peran ku di dalamnya"
Jika aku jatuh cinta nanti, aku tidak ingin menjatuhkan hatiku sebelum akad diucapkan, sebab setelahnya, apapun yang kau minta selama tujuannya adalah surga, akan ku usahakan patuhi dengan sepenuhnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku hanya ingin jatuh se jatuh-jatuhnya dengan ia yang mengusahakan ku sepenuh hatinya, sepenuh jiwanya, melalui cara-cara yang Allah Ridho di dalamnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin mencintaimu sedalam samudera, seluas langit di angkasa, sampai ujung nafas berhembus, sampai dunia gelap gulita dan tak mampu lagi bercahaya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin banyak-banyak berdoa kepada sang pemilik semesta, semoga kamu bahagia dan selalu mendapatkan yang terbaik olehnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin memendam perasaan ku dalam-dalam hingga semesta mengizinkan dan mempersatukan kita melalui cara-cara yang mungkin melebihi batas nalar dan logika.
Jika aku jatuh cinta nanti, kan ku simpan namamu lekat dalam relung jiwa, sehingga kamu selalu ada, meski raga tak selalu berjumpa.
Jika aku jatuh cinta nanti, kan ku do'akan kamu sepenuhnya, sekuat-kuatnya, dan sebaik-baiknya. Hingga semesta bosan mendengarnya.
0 notes
pintu-ajaib · 19 days
Text
Setelah ini mau apa?
(10/25)
Ketika gue mengambil beberapa keputusan dalam hidup yang mungkin itu keluar dari zona nyaman gue, gue sering kali berpikir. Nanti kalau gagal gimana ya? Bener ga ya ini yang gue mau? Atau gimana kalau nanti ada opportunity yg lebih baik, apa gue tetap bertahan sama keinginan gue atau ya opportunis aja?
Hanya sisa dua bulan lagi, dua bulan gue mampu menyelesaikan kontrak kerja fulltime pertama gye, ya memang bekerja bukan sesuatu hal yang baru buat gue pribadi, karena memang gue udah mulai kerja part-time sana sini sejak semester dua kuliah, udah full bayar kuliah sendiri sejak semester 5 serta menuhin biaya hidup sehari-hari di perantauan jakarta yang kadang mahalnya ga kira-kira.
Gue pribadi juga tipe yang selalu punya rencana dalam hidup, entah untuk setahun, atau bahkan untuk lima tahun ke depan. Tapi gue selalu mikir, apa itu bener yang gue mau? Jadi ga jarang, gue juga lihat-lihat sosial media buat nyari berbagai opportunity dan kesempatan lain yang bisa gue coba. Tapi tiap kali kesempatan itu ada, gue pasti selalu mikirin rencana yang ingin gue jalannya, jadi ya ujung-ujungnya berlalu seperti yang sudah-sudah.
Sebetulnya, gue suka dengan pekerjaan gue sekarang, bahkan temen-teman gue juga bilang kalau kerjaan yang gue jalanin sekarang itu kerjaan yang gue banget, kerja-kerja sosial yang gue impikan dan inginkan. Tapi nyatanya, ga semudah itu hahaha, namanya menghadapi masyarakat dengan segala dinamikanya perlu banget banyak kesabaran dan ketekunan, cumaa gue sadar kalau gue ga setekun ini.
Dalam beberapa waktu, gue juga sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan studi, yang fyuhhhh sebetulnya gue masih bingung, bener ni mau sekolah sekarang? Emang beneran butuh? Tapi kok pengen, tapi kok merasa belum se pengen itu wkwkw. Tapi orang tua juga udah nyuruh buru-buru aja buat sekolah, katanya selagi mamah & papah masih sehat, masih bisa bantu juga kalau ada apa-apa di rantauan nanti. Sama katanya inget umur, emang kamu gamau nikah apa? Gimana kalau pasangan kamu ga izinin kamu buat sekolah? (Ya gimana ya aku si emoh sama pasangan yg larang aku sekolah wkwkw) . Tapi kalau nyiapin sekolah sekarang apa ga terlalu ter buru-buru? Gimana kalau nikah dulu? (Lah kok haha, emang dah ada calon?)
Kemanakah takdir akan membawaku pergi? Bagaimana jika esok nanti, hidupku tidak jauh lebih baik? Bagaimana kalau aku gagal? Gimana kalau ternyata aku ga bisa mencapai apa yang ku mau? Gimana ya? Gimana ya? Gimana ya? Wkwkwkwk. Hwehhhh dasar ya memang manusia.
Ada banyak rencana yang sedang ku usahakan pelan-pelan, meski ga punya motivasi sekuat itu wwkwk (literally I miss my old self yg penuh energi wks 🥲). Terkadang dalam beberapa kesempatan hidup mengalir seperti air juga gapapa. Apapun yang Allah Ridho dan takdirkan, semoga juga Allah mampukan untuk menjalaninya dengan maksimal.
0 notes
pintu-ajaib · 22 days
Text
Enak ya, Lu mah Pinter
(9/25)
Sebagai orang yang beberapa kali dapat kalimat itu dari orang lain, gue ngerasa konotasi kata itu tuh beban bgt haha. Kenapa?
Karena kalimat "Enak ya lu mah pinter" Sometimes bikin gue jadi merasa ga layak gagal, harus bisa lebih berhasil dari orang lain, malu mengakui ketidaktahuan, some people punya ekspektasi tinggi yang bikin kita pressure ketika ga mampu memenuhi ekspektasi mereka, dan banyak pikiran lainnya yang membuat gue merasa gue harus bisa lebih baik, lebih sempurna, lebih tahu, dan lebih-lebih lainnya.
Padahal, gue selalu percaya bahwa setiap orang selalu punya potensi dan kecerdasannya masing-masing. Padahal gue lebih berterima kasih, ketika orang-orang melihat gue karena kerja keras gue dibanding sesuatu hal yang stagnan yang itu tuh bisa berubah seiring zaman. Kecerdasan seseorang itu bukan stagnansi, tapi adalah buah dari ketekunan dan kemauan untuk mau terus belajar dan mendengar.
Tapi gue juga sadar, bahwa setiap orang diberi kemampuan yang berbeda oleh Allah dalam proses memahami segala sesuatu, alias ada yang cepet bisa paham dalam belajar, ada yang memang perlu usaha ekstra untuk bisa paham sesuatu. Dan gue berterima kasih kepada Allah, karena gue tipikal orang yang fast-learner apalagi yang berkaitan dengan logika dan ilmu sosial, tapi kalau soal materi eksakta gatau ya wkwk belum punya interest belajar kesana 😭
Gue selalu percaya bahwa setiap orang itu cerdas dan selalu punya potensi untuk dikembangkan, ini juga sejalan dengan teori yang dikenalkan oleh Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk dimana setiap orang ada yang cerdas dalam bidang bahasa, matematika, kinestetik, musik, dsb. Artinya mungkin kita lemah di penguasaan hitung-hitungan logika matematika, tapi kita jago di penguasaan bahasa. Artinya bisa jadi kita lemah di olahraga, tapi kita jago di penguasaan instrumen musik dan seni lainnya. Ya intinya every people is genius in their own way.
Yang terpenting bukanlah perdebatan siapa yang lebih cerdas, lebih jago, lebih privilage, dan lain sebagainya. Tapi siapa yang mau lebih berusaha for growing up. Kebanyakan orang hanya berfokus "Ah dia mah emang dari lahir udah begitu jadi pasti gampang buat dia". Padahal dia juga butuh usaha ekstra untuk melawan rasa malas dalam dirinya, rasa rendah diri dan tidak layak dibanding orang lain, serta perasaan-perasaan lainnya yang membuat dia berpikir kayanya lebih baik mundur dibandingkan maju.
Entah berapa kali gue ngerasa minder sama diri gue sendiri yang belum ada apa-apanya. Entah berapa kali juga gue merindukan diri gue yang rajin belajar dan suka berkelana. Tapi yaaa, life is proses right, cuma kayanya ini pembenaran aja dah hahaha. Soalnya gue pribadi sadar diri, dalam beberapa hal gue kesulitan untuk fokus dan konsisten, apalagi masalah procrastination yang jadi problem sejak lama haha. Kayanya dalam banyak hal yang gue alami selama hidup, itu bukan karena gue nya dah yg pinter atau jago, tapi karena ya Allah yang maha baik yang memberikan banyak kemudahan dan kekuatan buat gue menjalani apa yang ada di depan.
Tapi gue juga sadar, bahwa kemajuan dan keberhasilan seorang individu tidak hanya ditentukan dari faktor internal diri dan kerja keras semata. Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi utamanya dari segi pemberian akses kesempatan yang sama, kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat, lingkungan yang kondusif, serta dukungan dari pihak keluarga ataupun pihak-pihak lainnya. Sehingga gue juga paham, titik point setiap orang beda-beda, sehingga apa yang mudah di gue, belum tentu mudah di orang lain. Mungkin gue cuma butuh percobaan selama 2x, tapi ada orang yang perlu nyoba 99x baru berhasil.
Tapi intinya, jangan mengkerdilkan usaha orang lain dan menganggap bahwa segalanya pasti mudah buat dia, atau dia pasti lebih tahu dibandingkan kamu. Karena setiap orang punya cerita tentang daya juangnya masing-masing, dalam mengupayakan kemajuan atau mimpi yang dia punya.
Sebagai manusia, kita berhak gagal, kita berhak menyerah, kita berhak marah, kita berhak tidak tahu akan segala sesuatu. Karena melalui hal-hal tersebut lah yang menjadikan diri kita manusia. Tidak semua hal terasa mudah, namun tidak semua hal pula terasa sulit. Selama yang diperjuangkan adalah hal baik, dan kamu mampu bertanggung jawab pada setiap pilihan hidup yang kamu pilih, maka yakinlah Allah akan mudahkan jalannya. Meski harus bangun jalanmu sendiri.
1 note · View note
pintu-ajaib · 23 days
Text
Marriage is Scarry
(8/25)
Kalau beberapa tahun lalu, banyak banget narasi glorifikasi ajakan nikah muda, nah sekarang-sekarang trend nya lagi beralih untuk mengajak orang-orang biar ga nikah, yaa ga secara terang-terangan si, tapi narasi glorifikasi cerita-cerita orang sekarang udah banyak tersebar di sosial media baik itu ceritanya tentang perselingkuhan, mokondo, ataupun KDRT yang bikin orang banyak takut untuk memutuskan untuk menikah pada akhirnya.
Lalu, emang iya ya nikah tu se serem itu?
Jujur, gue pribadi ngerasa bahwa ya memang banyak sebagian besar masyarakat yang punya kehidupan pernikahan yang kurang baik, itu adalah realitas yang kita tidak bisa munafik kan dan pinggirkan. Tapi gue juga percaya bahwa, masih banyak kok orang yang pernikahan nya juga baik-baik aja. Banyak orang yang kehidupan pernikahannya bisa kita jadikan inspirasi untuk hidup kita sendiri, ya bahasa orang-orang mah couple goals ceunah. Cuma definisi couple goals tiap orang juga bisa beda-beda.
Jadi ya sebetulnya gue percaya bahwa, realitas baik dan buruk adalah dua hal yang tidak bisa kita hindarkan mungkin kita alami. Intinya, jangan sampai apa yang sekarang mulai jadi konsumsi publik tentang cerita orang-orang mengenai pernikahannya yang tersebar di sosial media, membuat kita men generalisasi bahwa semua kehidupan pernikahan itu ya memang seperti itu adanya dan harusnya.
Sehingga kita terkotakkan-kotakkan untuk mengharapkan validasi atau gambaran pernikahan ideal seperti apa yang orang sosmed glorifikasi kan. Padahal sejatinya, apa yang cocok di orang lain, belum tentu cocok di kita. Serta apa yang ideal bagi orang lain, belum tentu ideal di kita.
Sehingga kita patut bertanya ke diri kita sendiri, kehidupan pernikahan seperti apa si yang kita dambakan? Kenapa si kita harus menikah? Dan kenapa kita memilih Ia yang menjadi pasangan kita, bukan orang lain? Kita tuh butuh orang yang seperti apa?
Ustadz Risalah Amar pernah bilang, bahwasanya ketika kita memutuskan untuk menikah maka yang pertama kali kita perlu kenal adalah diri kita sendiri, bukan pasangan kita, bukan keluarga pasangan kita, apalagi orang lain yang kita jadikan role model kehidupan pernikahannya.
Gue juga pernah bertanya dalam salah satu kelas online yang diadakan oleh Sekolah Rumah Tangga, yang judul programnya "Kelas belajar jadi istri" WKWKWK. Lucu bgt, berasa dah mo nikah padahal hilal jodohnya aja belum ada hikss 🥲 yaa gapapa yaa gaes yaa wkwk, intinya gue bertanya sama salah satu mentor gue tentang pernikahan, yang pertanyaannya yaitu "Gimana si teh kita bisa ngenalin pasangan kita luar dan dalam? Gimana kita bisa yakin kalau dia ga bakal berubah seperti fase-fase perkenalan? Gimana kalau ternyata dia ga seperti yg kita harapkan, dsb"
Terus mentor gue bilang, yang kurang lebih bahasa nya gue lupa-lupa ingat gimana.
Pertama, kita perlu paham bahwa pasangan kita adalah manusia, makhluknya Allah, jadi ga ada jaminan bahwa dia ga bakal berubah dalam prosesnya. Sehingga kita tidak boleh menggantungkan hidup kita ke pasangan kita bahkan meski kita sudah menikah, Satu-satunya tempat dimana kita boleh bergantung adalah hanya kepada Allah SWT.
Kedua, meskipun nanti ketika kita menikah kita akan menjalani hidup berpasangan dan membangun visi bersama tapi kita juga perlu paham bahwa di Yaumil Hisab nanti, Kita akan di Hisab masing-masing sebab tindak tanduk dan perilaku yang kita lakukan di dunia. Sehingga kita perlu memahami, bahwa meskipun kita sudah menikah, kita tetap hamba-Nya Allah. Artinya, segala hal yang kita lakukan harus berkiblat pada apa yang Allah perbolehkan dan apa yang Allah larang.
Sehingga sebagai makhluknya Allah, kita harus paham apa si tujuan penciptaan kita sebagai manusia itu. Apa yang Allah ingin kita lakukan yang menyebabkan kita dihadirkan olehnya di dunia, jadi pahami bahwa tanggung jawab besar kita adalah sebagai hamba, bukan sebagai titel-titel yang kita miliki di dunia. Artinya kita perlu bertanya ke Allah yang menciptakan "Allah tu maunya apa, bukan kita tu maunya apa". Pada setiap hal yang kita usahakan, pada setiap pilihan hidup yang kita tentukan.
Ketiga, mengupayakan untuk mengenal pasangan kita luar dan dalam serta memiliki frame of life yang sama, meski referensinya ataupun pengalamannya bisa berbeda. Kita paham bahwa tujuan pernikahan yang harus kita upayakan adalah pernikahan yang mampu membawa kita ke surga-Nya, sehingga mengapa antara pasangan suami dan istri harus punya frame of life yang sama, bukan hanya tentang tujuan surga-Nya aja, tapi juga tentang bagaimana mencapai surga itu. Apa yang kita harus upayakan, misi apa yang ingin kita bawa, kelebihan apa yang kita punya, serta kekurangan apa yang paling bisa kita terima. Sebab jalan dan cara orang menuju surga itu bisa berbeda pilihannya.
Sebagian orang menuju surga dengan jalan dakwah, sebagian nya lagi menuju surga dengan jalan wakaf dan sedekah, serta sebagian lagi mengupayakan surga dengan cara berbakti kepada orang tua dan keluarga. Tidak perlu membanding-bandingkan mana yang paling baik, sebab selama orientasi nya adalah Allah semuanya adalah hal baik yang patut untuk terus kita upayakan dengan segala daya, upaya, dan tenaga. Namun yang perlu kita pertanyakan adalah jalan juang mana yang mampu kita perjuangkan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang Allah hadirkan.
Jadi kesimpulannya, apakah kehidupan pernikahan itu memang se menyeramkan itu? Iya, kalau kedua orang atau salah satu orang yang menikah memiliki orientasi yang bukan Allah lah tujuannya. Tapi, kalau keduanya memiliki orientasi dan tujuannya sama, visi yang sama, nilai-nilai hidup yang selaras, maka pernikahan adalah hal baik yang perlu disegerakan apapun halang rintangnya.
Sehingga semoga Allah mempertemukan dan memudahkan kita untuk bisa bersama dengan seseorang yang bersamanya hidup kita menjadi tenang dan damai, sebab kita percaya apapun halang rintangnya Allah akan mampukan, kuatkan, dan mudahkan.
0 notes
pintu-ajaib · 26 days
Text
Kau mungkin pernah menerka, aku melihatmu sebagai apa kiranya?
Kembang api yang merayu atensi, tapi menyisa sepi di pukul satu pagi? Atau belati yang ditikamkan Juliet pada dadanya sendiri, ketulusan yang membuat gilanya abadi? Atau malah kau sesederhana hujan, dan aku adalah kemarau yang selalu menunggumu datang?
Ah, bukan.
Entahlah, Tuan. Aku takut gila sebab bahagia dan picik hanya sependek nafsu dan akal bedanya.
Berhenti menerka.
Izinkan aku menghidupimu lewat bahasa. Lewat kalimat yang maknanya hanya kita yang benar merasa. Bahkan jika Kita tak pernah ada, biarkan ia tetap hidup dalam kata. Sebab di dalam kata kita melekat. Di dalam kata, Kita jadi apapun yang merdeka.
Dan jika besok aku kehabisan kata-kata. Kuharap ibu mengutukmu jadi lembaran buku. Biar aku jadi pembaca yang mengembara di tiap halaman tubuhmu. Biar kalimatmu mampu kupeluk satu-satu. Atau lebih dari itu.
28 notes · View notes
pintu-ajaib · 26 days
Text
Mungkin Ini Kunci Keharmonisan Rumah Tangga Mereka
“Abi, Umi ada janji pijat dengan mbak *****. Tapi kalau Abi tidak mengizinkan, tidak apa-apa, Umi bisa membatalkannya,” ujar Umi memulai pembicaraan.
Saat itu, saya sedang berbincang sambil memijat tangan Abi. Saya melihat Abi tampak sedikit bingung merespons. Di satu sisi, mungkin Abi memahami bahwa Umi membutuhkan pijat itu. Namun, di sisi lain, dalam kondisi seperti ini, Abi selalu merasa lebih tenang jika ada Umi di dekatnya.
Melihat situasi tersebut, saya mencoba untuk menengahi. Saya sangat memahami ekspresi wajah Umi dan kondisi fisiknya yang mulai lelah, karena sejak Abi sakit, tidurnya tidak pernah cukup. Umi sering terbangun dini hari karena Abi kesakitan.
“Umi, tetap lanjutkan pijatnya saja, insya Allah Abi biar Mas Yunus yang temani,” saya menengahi. Wajah Abi pun terlihat lebih tenang, dan dia mempersilakan Umi untuk pergi.
Ada pelajaran yang saya ambil dari percakapan singkat itu. Dulu, saya pernah menulis tentang bagaimana visi orang tua dapat diturunkan kepada anak-anak mereka. Pada tulisan pertama saya, saya memberikan contoh tentang betapa Abi selalu mendahulukan kepentingan Umi. Namun, di sisi lain, Umi juga selalu mendahulukan ridho suami dalam segala hal. Inilah yang ingin saya teladani.
Ketaatan seorang istri kepada suami adalah nilai yang mulia di sisi Allah. Mengapa tidak? Sejak memutuskan untuk menikah, sebagian besar hak seorang istri seolah 'beralih' untuk mengikuti suami.
Melalui percakapan singkat itu, saya menyadari pentingnya komunikasi yang jujur dalam pernikahan. Umi dengan tulus mengungkapkan kebutuhannya, sementara Abi menunjukkan empati dan pengertian. Meski dalam kondisi sulit, mereka tidak saling menuntut lebih dari apa yang bisa diberikan, melainkan saling memahami kebutuhan masing-masing.
Dalam pernikahan, rutinitas dan kesibukan sering membuat kita lupa pentingnya komunikasi dengan empati. Kita lebih sering memikirkan keinginan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan pasangan. Dari contoh ini, saya belajar bahwa selalu ada ruang untuk saling memahami, bertanya, dan mendengarkan.
Komunikasi yang jujur dan penuh empati membangun pondasi kuat bagi hubungan, mampu menahan berbagai masalah dan memberikan kekuatan untuk saling mendukung. Empati membuat kita peka terhadap kebutuhan pasangan, sementara komunikasi yang jujur memastikan kita selalu sejalan.
Ini mungkin mengapa hubungan Abi dan Umi tampak harmonis meski banyak tantangan. Hampir tidak pernah melihat mereka bertengkar hebat. Mereka selalu berkomunikasi dengan kata-kata dan tindakan tulus, sebuah pelajaran yang ingin saya terapkan dalam hidup saya.
Terimakasih Mi.. Bi.. atas pelajaran mahalnya. Semoga Allah senantiasa menjaga keharmonisan keluarga kita. Dunia dan Akhirat.
131 notes · View notes
pintu-ajaib · 1 month
Text
11 Steps to Stop Procrastinating and Focus on Yourself.
Procrastination can be a significant obstacle on the path to success and personal fulfillment. If you’re tired of putting off your tasks and want to focus more on yourself, follow these steps to put an end to procrastination and start living the life you deserve.
Step 1: Acknowledge the Problem
The first step to overcoming procrastination is to recognize that it exists. Admitting that you are delaying your tasks is essential to start taking action.
Step 2: Understand Your Reasons
Ask yourself why you are procrastinating. Is it fear of failure? Lack of interest? Or maybe the challenge seems too big? Identifying the reasons behind your procrastination can help you address them.
Step 3: Set Clear Goals
Vague goals lead to procrastination. Set specific and realistic goals that you want to achieve. This will give you a sense of direction and purpose.
Step 4: Break Tasks into Small Steps
Big tasks can be intimidating. Break them down into smaller steps and work on them one at a time. This will make the process more manageable and less daunting.
Step 5: Create an Action Plan
Develop a plan to complete your tasks. Include dates, times, and a list of priorities. Following a plan helps maintain focus and organization.
Step 6: Eliminate Distractions
Identify the distractions that hinder you the most, such as social media or television, and create an environment that fosters concentration.
Step 7: Practice Self-Discipline
Developing self-discipline is crucial to overcoming procrastination. Learn to say “no” to things that divert you from your path and stay committed to yourself.
Step 8: Reward Yourself for Progress
Recognize and celebrate your progress, even if it’s small. Rewards can motivate you to keep moving forward.
Step 9: Cultivate Self-Compassion
Understand that everyone procrastinates at some point. Be kind to yourself and avoid excessive self-criticism. Learn from your mistakes and keep going.
Step 10: Adopt a Growth Mindset
Believe that you can change and improve. View procrastination as an opportunity for personal growth and learning.
Step 11: Seek Professional Help!
Sometimes, procrastination can be related to a mental health disorder, such as anxiety or depression. If you feel that procrastination is significantly impacting your life, consider seeking help from a psychologist or psychiatrist. A professional can help you better understand the root of the problem and develop effective strategies to overcome it.
Conclusion:
Remember, overcoming procrastination is a process, and every small step counts. Be patient with yourself and keep striving to be the best version of yourself. You deserve to invest in yourself and achieve everything you desire!
15 notes · View notes
pintu-ajaib · 1 month
Text
If it's the right time, everything will be easy
Kalau sudah waktunya. Jalannya pasti akan dipermudah. Kamu tidak lagi perlu sekeras itu untuk mempertahankan seseorang. Kamu tidak akan lagi mempertanyakan kelayakan dirimu sendiri, karena kelak kamu akan bertemu dengan seseorang yang membuat kalian berdua merasa sangat bersyukur dan beruntung dimiliki oleh satu sama lain. Kamu tidak akan lagi sibuk memikirkan bagian mana dari dirimu yang membuat dia jatuh hati. Kamu tidak lagi perlu memaksa dirimu untuk berubah menjadi orang lain hanya untuk membuatnya bisa menyukaimu. Kamu tidak perlu lagi berandai-andai: "seandainya aku begini, seandainya aku begitu..." Karena kamu dan segala yang ada dirimu sangat cukup dan mudah untuk dicintai.
Kelak kalau sudah waktunya, semuanya pasti akan dipermudah: perasaanmu, restu keluargamu, proses kalian berdua untuk bersama. Kalian tidak perlu lagi bersusah payah. Tidak akan ada lagi sakit hati, apalagi air mata. Hatimu pula diberikan ketenangan dalam mempersiapkan segalanya.
Kamu pasti tahu, bahwa tanda kamu belum siap adalah perasaan tidak tenang, dan juga keraguan yang kamu rasakan. Kamu takut untuk mulai mengenal orang lain. Kamu takut menjalin sebuah hubungan. Kamu takut mencintai orang lain. Dan kamu pasti juga tahu semua perasaan itu datang dari berbagai hal yang perlu kamu persiapkan. Perlu kamu tuntaskan dan selesaikan terlebih dahulu. Sederhananya, semuanya pasti tidak akan serumit itu bila beban yang menahan langkahmu selama ini sudah jauh berkurang. Kalau kamu telah berjanji untuk menuntaskannya satu per satu dulu, sebelum memulai langkah yang lebih besar.
Seseorang pernah bilang,
Selesaikan dirimu sendiri dulu sebelum memulai hubungan dengan orang lain.
Selesaikan apa yang kamu tahu harus kamu selesaikan. Berdamailah dengan apa yang terjadi di masa lalumu. Jangan pernah berharap seseorang akan datang menyembuhkan dan menyelamatkanmu. Karena orang lain bukan tempat rehabilitasi. Setiap orang bertanggung jawab dengan lukanya masing-masing.
Jangan jadikan kehidupan orang lain sebagai segala alasanmu memulai sesuatu. Jangan pula jadikan apa yang ada di kehidupan orang lain sebagai standar atau patokan kamu terhadap sesuatu. Kita mungkin bisa mengambil pelajaran dari kehidupan mereka. Tapi tidak adil rasanya bila mengukur nasib kita akan sama dengan apa yang kita lihat.
Kelak, kalau semuanya telah kamu selesaikan. Kamu akan lebih ringan melangkah. Ketakutan mungkin akan sesekali kamu genggam. Namun tanpa adanya lagi beban yang memberatkan perasaanmu, kamu pasti akan percaya kalau kamu pun juga bisa bahagia seperti mereka.
Ayo mulai benahi segalanya satu per satu. Karena kelak kalau waktunya sudah tepat, tanpa bersusah payah lagi, kalian pasti akan saling menemukan.
121 notes · View notes
pintu-ajaib · 1 month
Text
On Reflection : Apa yang Kamu cari dalam hidup? (6/25)
Manusiawi banget rasanya, kalau kita punya keinginan untuk bisa punya hidup ideal likes how other people think.
Keinginan-keinginan duniawi seperti
✅punya rumah dua lantai
✅Gaji tiga digit
✅Kerja di perusahaan multinasional
✅Disegeni, dihormati, jadi inspirasi
✅punya tanah di mana-mana
✅Forbes under 30, atau entah apalah itu
Atau keinginan-keinginan duniawi lainnya yang terukur, inspiring, dan tervalidasi. Tapi apa benar itu yang kita cari? Apa benar itu yang kita butuhkan? Lantas apa iya dengan punya kekayaan duniawi kita otomatis bahagia? Apa dengan mempunyai keluarga yang sempurna kita bisa hidup tanpa luka? Apa dengan terkenal di satu dunia, kita akan hidup tanpa derita?
Nyatanya tidak semua hal yang menurut kita ideal dan menyenangkan adalah benar-benar yang kita butuhkan. Nyatanya tidak semua hal yang terlihat berkilau, membuat kita mampu bahagia tak terkira kan.
Bagi gue hidup sendiri adalah tentang memaknai rasa tenang dan cukup. Tenang karena apa-apa yang Allah hadirkan dalam hidup kita, entah sebuah kesedihan atau kebahagiaan adalah hal terbaik yang Ia berikan. Tenang bahwa semuanya telah Allah jamin, bahwa kita hanya perlu bergerak sesuai garis edar yang mampu kita lakukan sebagai hamba semata, karena terkadang yang membuat seseorang hidup dalam nestapa dan derita adalah sebab Ia yang memaksa mengambil tanggung jawab Allah sang pemilik alam semesta. Atau juga sebab karena Ia merasa mampu mengendalikan segala-galanya.
Serta bagi gue hidup adalah tentang upaya untuk mempunyai rasa cukup dengan apa yang kita punya, apa yang kita mampu, dan mengusahakan yang masih bisa diusahakan, serta memperbaiki apa yang masih bisa diperbaiki.
Karena sebanyak apapun kekayaan yang kita punya, se harmonis apapun kehidupan yang kita jalani, sebaik apapun teman-teman yang kita miliki, tidak akan memiliki arti jika kita tidak punya rasa cukup dalam diri.
Lantas, apakah kita sebagai hamba tidak boleh memiliki keinginan-keinginan duniawi? Apa kita tidak boleh punya mimpi untuk menjadi kaya raya atau menjadi orang yang mampu menginspirasi seantero negeri? Apakah kita hanya boleh hidup yang biasa-biasa aja tanpa punya mimpi dan keinginan untuk menginspirasi?
Bagi gue Islam justru mengajarkan kita untuk mampu menjadi hamba yang luar biasa, untuk mampu menjadi hamba yang meluaskan kebermanfaatan ke sebanyak-banyak nya umat di seluruh dunia, justru islam mengajarkan kita untuk mampu menjadi sebaik-baiknya, sehebat-hebatnya manusia yang Allah hadirkan di dunia. Tidak peduli apakah kamu wanita atau pria.
Islam tidak pernah melarang kita untuk punya keinginan duniawi, tapi islam mengajarkan kita untuk mengupayakan yang terbaik semampu kita, dan meniatkan segala sesuatunya sebab karena kita mencari Ridho dari-Nya. Sebab kita percaya bahwa Surga itu perlu diupayakan dengan segala sumber daya potensi yang kita punya. Sebab yang kita cari bukanlah validasi manusia lainnya, tapi sebab karena kita percaya bahwa Allah menghadirkan kita ke dunia ini untuk menjadi sebaik-baiknya hamba dan Khalifah untuk umat-Nya.
Karena muara hidup ini adalah tentang mencari Ridho-Nya pada setiap segala daya dan upaya yang kita lakukan, serta pada setiap ketidaksempurnaan yang Dia hadirkan. Dan sebab itu pula kita mampu merasa tenang dan cukup, karena segala sesuatu bermuara untuk mencari Ridho dari-Nya. Karena segala sesuatu yang kita upayakan, sebab kita ingin menjadi hamba yang dicintai oleh-Nya.
Semoga rasa tenang dan cukup itu mampu untuk terus kita hadirkan setiap hari sebesar apapun ketidaksempurnaan yang kita miliki, seberat apapun hidup yang kita jalani. Dan semoga keridhoan-Nya menjadi tujuan akhir dari segala akhir segala daya dan upaya yang kita lakukan dalam hidup setiap harinya.
0 notes
pintu-ajaib · 1 month
Text
"Engkau tidak akan pernah mendapatkan arti kata sempurna pada hal yang diberikan padamu, engkau akan mendapatkan segala sesuatu dengan jumlah yang kurang, namun ia menjadi sempurna karena ridhomu."
Aku teringat kala itu Tuhan mengujiku dengan lebih banyak kekurangan daripada kelebihan, setidaknya itulah yang aku rasakan. Pekerjaan tidak sesuai harapan, impian yang seolah mustahil kugapai, dan banyak hal. Kekurangan yang aku alami terus bertubi-tubi ini, membawa maksud apa?
Aku terdiam, menerka-nerka akan rahasia Tuhan di balik semua ini. "Apakah memang ini bentuk ujian bagiku, atau justru anugerah yang Dia hendak ajarkan kepadaku nanti, ketika syarat-syarat menerimanya telah kupenuhi. Jika memang itu augerah, lantas apa syarat yang aku harus penuhi?" tanyaku pada hati saat itu.
Sampai suatu peristiwa dihadapkan padaku. Tentang seorang kakek yang sedang menyapu di jalan raya. Pakaiannya terlihat lusuh, namun wajahnya terlihat teduh, wajah dari seseorang yang terlihat ridho dan mencintai utuh pekerjaannya. Melihatnya, aku hanya terdiam. Lidahku kelu, perlahan air mata ini pun mulai berderai.
"Apakah syarat itu berupa keridhoan?" "Apakah keridhoan yang selama ini belum secara utuh kuhadirkan?"
tanyaku.
Di tengah kebingungan dan kegelisahan yang semakin menumpuk, perasaan hampa dan putus asa terus menghantuiku. Aku yang saat itu merasa hilang arah, tidak tahu harus berbuat apa, memaksakan agar ridho atas semua yang aku terima, bagaimanapun bentuknya. Ternyata benar, keridhoan betul-betul menjadi kepingan terakhir pelengkap kegusaran ini.
Keridhoan bukanlah sekadar menerima apa adanya, tetapi menemukan kedamaian dalam ketidaksempurnaan. Ketika kita meridhai apa yang diberikan, kita belajar untuk tidak terjebak dalam keinginan yang tidak terpenuhi, melainkan bersyukur atas setiap hal yang kita miliki, sekecil apa pun itu.
Mungkin, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita maukan, tetapi Dia selalu tahu, memberikan apa yang kita butuhkan. Dan di situlah letak keajaiban ridho—di mana kita menemukan kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan, dan kebahagiaan dalam rasa syukur yang utuh. Dalam kekurangan dan ketidaksempurnaan, mungkin Tuhan sedang mengajarkan arti penerimaan dan ridho akan pemeberian-Nya.
Semoga keridhoan adalah hal yang mudah untuk terus kita hadirkan, pada setiap pemberian, pada setiap pencapaian. Di dunia yang terus menuntut kesempurnaan.
202 notes · View notes
pintu-ajaib · 1 month
Text
Tumblr media
Setiap keputusan di dalam kehidupan ini, selalu sepaket dengan risiko dan konsekuensi. Apalagi jika itu adalah sebuah keputusan yang amat besar. Ada risiko yang siap dan bisa kita tanggung, pun sebaliknya. Jika telah bersedia lahir dan batin sejak awal menerima risiko itu, maka berusahalah berkompromi. Tetapi, jika sejak awal sudah meragu dan kesulitan selalu menghadang, maka berpikirlah dengan jernih sebelum mengambil keputusan-keputusan besar.
Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini, maka jangan berharap segala hal di kehidupan ini berjalan tanpa hambatan, kekurangan dan kekacauan. Karena dari ujian sehari-hari itulah kita belajar jadi manusia, belajar menghargai, belajar menjadi lebih baik, belajar memaafkan, belajar membenahi kesalahan, belajar menata ruang sabar dan penerimaan.
Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini, mengikuti setiap keputusan-keputusan yang kita ambil. Menikahi seseorang, melengkapi diri kita. Tetapi jangan mengira bahwa dengan lengkap segalanya sempurna. Rasa sempurna takkan ada, yang ada hanya rasa cukup, yang disempurnakan dengan diri yang pandai mensyukuri.
Pun keyakinan dalam pernikahan, jangan hanya bertopang pada kokohnya perasaan saat ini sehingga merasa mantap melangkah lebih jauh. Karena perasaan mudah berubah. Sangat mudah. Lihatlah gambaran secara keseluruhan dari diri seseorang, pun lihatlah pula ke dalam diri sendiri. Hal-hal yang dirasa prinsip dalam kehidupan sehari-sehari maupun jangka panjang. Diskusikanlah secara terbuka. Jika banyak yang bertentangan, maka temukanlah jalan tengahnya. Tetapi jika selalu berhenti di titik buntu, pertanyakanlah lagi ke dalam relung hati, minta pendapat orang-orang terdekat, dan banyak memohon petunjuk-Nya. Masih layakkah di perjuangkan lebih jauh? Jika banyak yang melukai perasaan, maka pertimbangkan lagi berkali-kali. Apakah hal-hal yang melukai itu siap ditelan jika harus menjalaninya setiap hari dengan orang yang sama?
Cinta tidak harus selalu dimenangkan saat memperjuangkan seseorang. Ada banyak hal yang juga tak kalah penting dari urusan hati. Yaitu bagaimana agamanya, bagaimana akhlaknya, tutur katanya, perilakunya sehari-hari, caranya berinteraksi, dsb. Jangan sampai ketika terjebak pada orang yang salah, kita mencap bahwa pernikahan/ menjalin hubungan itu menakutkan. Seringkali, bukan pernikahan/ menjalin hubungan itu yang menakutkan tetapi; dengan siapa dan seseorang yang bagaimana kita meniti perjalanan itulah yang menentukan.
Jumat, 23 Agustus 2024 14.04 wita
147 notes · View notes