Sebuah catatan untuk masa depan, agar hidup tak kehilangan harapan ✨🌻
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Aku tidak tahu, kemana perjalanan ini akan membawaku. Siapa lagi orang-orang yang akan ku temui. Hidup seperti apa yang akan ku jalani serta kesulitan-kesulitan apa yang akan ku hadapi.
Mungkin dalam beberapa perjalanan aku harus putar arah, mengambil jeda, memberi ruang untuk sejenak bernafas, serta untuk menata apa-apa yang berantakan. Atau dalam perjalanan lainnya, aku terus berlari kencang, mengejar berbagai hal seakan-akan semuanya tak pernah usai dan padam.
Aku tidak tahu, dan tidak pernah-pernah benar-benar tahu, darimana sejatinya aku harus memulai, atau mengapa segalanya bisa berubah dan terjadi begitu saja. Mungkin aku memulai hidupku dari angka satu, nol, sepuluh, atau bahkan seribu. Atau mungkin sejatinya aku tak pernah beranjak kemana-mana.
Beberapa hari-beberapa tahun-beberapa dekade, mungkin memberi ruang dan pelajaran besar dalam membentuk kebijaksanaan diri di hidupku. Atau mungkin, dalam beberapa hari, tahun, dan dekade lainnya aku lebih banyak merutuk dan meratap seakan-akan seluruh kesialan dunia ku pikul seorang diri.
Aku tidak tahu dan tak pernah benar-benar tahu, kemana perjalanan ini akan bermuara. Tapi yang ku tahu, selama aku tidak pernah kehilangan diriku sendiri dan iman di hidupku. Selama itu juga aku dapat menjadi apapun yang mau dan selama itu juga aku akan selalu mampu menghadapi apapun yang ku hadapi di dunia ini.
0 notes
Text
PEREY TALAMI
kolaborasi puan @tuanpoetry & @nonaabuabu
Beberapa ratus tahun silam, aku mengunyah sebuah permen magis yang manis. Di bawah pohon besar itu aku berdiri, berteduh dengan untaian akar-akar surgawi. Angin-angin membela teduhku dan menyamankan senyumku. Kuku yang merah menyala dan warna bibir yang seperti darah, mereka menyebut aku cinta.
Sang kelana datang tiba-tiba tak tentu arah. Menggodaku dengan perlawanan yang mesra. Aku sempat kalut dan ribut pada diriku sendiri sebab aku tak seharusnya menyerahkan diri untuk perlahan mati. Namun aku meyakini, bahwa mencintai takkan membuatku mati. Setidaknya saat aku masih bisa mengendalikan diri, aku tidak akan hancur berkeping-keping.
Justru kenaifanku saat memakan permen itu membawaku pada celaka yang kurasa indah. Aku mencintai tanpa takut mati. Dia berdiri di depanku, menatapku penuh cinta, sedang aku meletakkan tanganku di dadanya yang bidang, lalu tersenyum tanpa harus mengesap bibir.
Sementara; dan sementara adalah selamanya. Siklus abadi selama kefanaan itu masih ada. Dia pergi meninggalkan banyak janji. Kemudi yang dia pegang erat selama ini dibuang perlahan dengan dalih tak cukup bara api, dan ia tak pernah kembali.
Segalanya hancur dan sesaat itu pula duniaku kembali tapi tak berulang lagi. Daun-daun mengering tanpa henti. Angin berhenti menunjukkan diri dan akar-akar tak lagi mengayomi. Duniaku kembali tapi terhenti. Tidak merasakan apa-apa lagi. Pun terik semakin tinggi mengarungi. Aku hanya berdiri seorang diri menghadap palung jiwa yang telah dikremasi.
Udara tak lagi seperti musim semi. Penghujung hari penuh rona tuk menyambut malam kehilangan esensi. Gemintang, rembulan juga angin yang sepoi-sepoi kembali menjadi elemen yang tak miliki arti. Bumi berotasi seolah tak pernah memiliki gairah menghidupi.
Aku kembali memoles bibir, bersenandung kecil menyanyikan kidung kebebasan, hati menari-nari, kali ini tanpa keinginan mencari atensi. Mata-mata melirik, berkedip-kedip. Tapi tak ada lagi aku tertarik, kulempari saja hati-hati yang terlihat hanya ingin bermain-main.
Pernah datang seorang bujangan, membawa mawar merah dan seuntai kata-kata. Ia melapisi setiap langkahnya sarat akan rindu yang membuncah, tapi disini hati telah mati, sekarat karena rasa manis yang pernah dibohongi.
Pernah juga datang mengetuk rumah, menawarkan istana bertahta berlian. Ia sulam janji bertabur gula beraroma madu. Kemanisan, aku sampai ingin muntah, tapi urung aku lakukan karena wajahku sudah terbiasa bersandiwara.
Sudahlah, pergi saja semua cinta yang kalian obral murah, cinta tak lagi kumanati. Janji adalah tanda bahwa seseorang akan mengingkari. Cukup sekali aku menyerahkan diri, dihancurkan berkeping-keping, ditinggalkan hingga titik nadir. Tak perlu lagi menawariku apa-apa. Sudut hati ini tak ada lagi gairah untuk mabuk kepayang. Aku sudah tamat menyelesaikan bab kegilaan atas nama cinta.
Ruang Kolaborasi, 13 Januari 2022
74 notes
·
View notes
Text
Kalau lagi hilang arah, cari jalan yang ada Allah di ujungnya. Meski lorong-lorong jalan yang kau lalui sangat gelap dan kau menggigil ketakutan. Meski lorong-lorong jalan yang kau lalui sangat sempit hingga kau sesak tak tertahankan.
Tapi carilah Allah disepanjang jalan. Carilah Allah pada daun-daun yang berguguran, carilah Allah pada debu-debu yang berterbangan, carilah Allah pada semilir angin yang berlalu-lalang.
Karena tak ada kegelapan yang dapat menenggelamkanmu. Tak ada kesempitan yang mampu menghimpitmu. Sebab, ada Allah di ujung jalan, sebab ada Allah di sepanjang perjalanan. Itulah janji-Nya kepada orang-orang yang beriman, dan sungguh Dia tak pernah ingkar janji.
0 notes
Text
Sabar, pelan-pelan dulu. Semuanya ga harus ada jawabannya sekarang. Setidaknya jangan berhenti berusaha dan memperbaiki apa yang salah. Libatkan Allah dalam prosesnya. Allah pasti lebih tahu yang terbaik. ✨💓
0 notes
Text
Rasanya beberapa waktu belakangan ini aku cukup tenang, setelah beberapa waktu sebelumnya cukup uring-uringan. Ternyata segala yang menyalahi fitrah memang membuat hidup kita resah dan gundah gulana.
Aku bersyukur memutuskan untuk kembali mengambil jarak agar tak terlalu dekat dan tak banyak berharap pada makhluk. Keputusan untuk mundur, disaat rasanya mengenalnya adalah bagian dari hal yang penuh rasa syukur. Namun lagi dan lagi, apa-apa yang Allah tidak Ridho di dalamnya perlu di hindari dan diingatkan kembali tentang makna "Sebetulnya apa yang kita cari di hidup ini?".
Sejujurnya aku malu dengan diriku sendiri, karena entah kenapa aku merasa kayanya aku ga se-sholihah itu dalam menjaga diri. Maksudnya aku seringkali merasa bersalah ketika terlalu Deket dan terlalu bermudah-mudahan dalam berteman dengan lawan jenis. Meskipun hanya sebatas teman dan tak pernah lebih dari itu, rasanya aku merasa masih sangat perlu terus dan terus belajar dalam proses menjaga pergaulanku dengan lawan jenis, apalagi dengan orang-orang yang ku kenal dekat sejak lama, yang menjadi sahabat dan teman canda tawa.
Sulit sungguh sulit, tapi aku masih tahu batasan diri, jadi seringkali bentuk pembenaran pribadi adalah ya toh gapapa kan cuma ngobrol dan main-main biasa aja. Sebuah kebimbangan yang tak pernah berakhir yang selalu ku ceritakan kepada mentor dan teman-teman dekat Perempuanku yang ujung-ujungnya akan tetap berpusat pada pembenaran "ya toh kan cuma main dan ngobrol biasa ga berdua-duan jadi gapapa toh" hahhaa, haduh-haduh-haduh hamba satu ini memang ya 🫠 semoga Allah terus jaga aku agar bisa menjaga batas pergaulan ku dengan lawan jenis dan tidak terlalu bermudah-mudah apalagi sampe berdua-duaan, yuk sadar yuk Yul 🥲🥲🥲
Rasanya mengupayakan hidup seperti apa yang Allah mau itu susah bgt ya, apalagi jika kita bertumbuh bukan dilingkungan yang sepenuhnya paham agama, bahkan dilingkungan yang paham agama aja masih susah, apalagi di lingkungan yang tidak terlalu paham agama. Tapi ya itulah manusia, meskipun kita tidak boleh menyepelekan dosa sekecil apapun, tapi manusia adalah tempatnya dosa, jadi doanya semoga Allah selalu beri petunjuk untuk selalu memilih pilihan berpahala dan mensyukuri sisanya. Semoga Allah selalu dekatkan kita dengan orang-orang yang membawa kita semakin mencintai Islam dan ajaran agama kita sendiri bukan malah semakin jauh, lupa, dan merasa pribadi ini mampu mengusir dan menerjang segala badai dan gundah gulana.
Padahal, padahal ya padahal kalau bukan karena Allah yang beri petunjuk, kalau bukan karena Allah yang membuat hati kita resah dan gundah sebab dosa-dosa yang kita lakukan, kita mana bisa menuju ke jalan yang Allah Ridho atasnya, mana bisa hiksss.
Begitupun sama dengan perasaan, rasa kagum, rasa suka, rasa cinta adalah hal yang fitrah kita miliki sebagai manusia, yang sebab datangnya pun dari Allah dan juga pasti ada kebaikan di dalamnya. Kebaikan ini bukan berarti hanya berupa tentang bagaimana Allah menggerakkan dan memberikan kita kemudahan untuk bisa bersama dengan orang yang kita suka, kagum, atau cintai itu. Tapi juga bisa berupa ladang pahala bagi kita, sebab apakah kita akan lebih memilih mengutamakan Allah dan segala perintahnya atau mengutamakan hawa nafsu dengan segala bahagia yang terlihat semu.
Jadi ya Allah, terima kasih ya sudah membantu menjaga dan mengingatkan akan hal-hal yang engkau tidak suka. Semoga yang telah berlalu ini mampu menjadi pengingat untuk bisa lebih tegas dan tidak terlalu terbawa keadaan atau suasana pada kebahagiaan-kebahagiaan semu yang nyatanya melanggar syariat.
Jadi, terima kasih atas kesempatan mengenalmu. Ku doakan kamu selalu dalam lindungan kasih sayang-Nya. Terima kasih atas segala kebaikan yang kamu upayakan dan terima kasih sudah menjadi bagian dari cerita hidupku di tahun 2024 ini. Maka izinkan aku untuk kembali melanjutkan perjalanan, tutup buku, dan mendoakan segala kebaikan menyertai hidupmu dan hidupku, dengan ataupun tanpa frasa "KITA" didalamnya.
0 notes
Text
SURAT UNTUK SANDYAKALA
picture by pinterest
Hai Kala, apa kabar?
Aku menulis surat ini kala sabit menghiasi langit malam. Berteman lagu Ruang Rindu milik Letto, beberapa lembar kertas biru, dengan segelas kopi jahe kesukaanmu tanpa makanan penutup apapun. Bersama semua itu aku mengingat beberapa bait tentang kita.
Barangkali yang kutulis ini adalah apa yang telah kau tahu dariku. Barangkali pula itu sesuatu yang bosan kau dengar. Tapi akan tetap aku katakan, sebab rasanya jika tidak aku tuliskan maka aku tak cukup mampu menjelaskan mengapa dua lembar kertas ini sampai padamu.
Kal, terima kasih pernah membuatku merasa dicintai. Aku tak pernah memiliki perasaan semenyenangkan itu seumur hidup sebelum kita bertemu. Aku menjadi mengerti mengapa banyak orang yang menanggalkan akal sehatnya demi perasaan itu —karena tak peduli bagaimana dunia melihatmu, saat ada satu orang yang memelukmu ketika hidup sedang hancur-hancurnya, maka semua akan terasa baik-baik saja.
Maka, terima kasih untuk hadirmu kala malam kelam itu, di saat hidupku sedang hancur-hancurnya.
Kala, saat kau baca ini, aku sudah melewati banyak tahap untuk tetap membiarkanmu hidup di hatiku. Aku tak membiarkan siapapun mengetuknya dan menyingkirkan setiap nama yang mencoba menyusup dalam ruang hatiku. Aku ingin mencintaimu tanpa dibatasi ruang dan waktu, karena rasanya tak ada yang berhak mendapatkan cintaku melebihi kau.
Tapi Kal, benarlah kata orang, yang abadi adalah perubahan. Maka izinkan aku sampaikan ingkar, karena berlabuh pada rumah yang membuatku rela tenggelam tanpa pegangan; bukan dirimu.
Kal, kau benar perihal cinta. Cinta bukanlah tentang siapa yang mencintai siapa, tapi tentang siapa yang rela memberikan cinta itu kepada siapa. Aku tak mengerti kerelaan itu saat kau membicarakannya dengan tatapan penuh sekaligus layu saat itu, namun ketika di satu waktu seseorang mengambil alih duniaku, aku kehilangan kesempatan bahkan untuk sekedar mengatakan aku belum bersedia.
Aku mengerti, kita terlalu penuh perhitungan dulu, dan cinta tak miliki nilai absolutnya sehingga cinta yang kita bagi hanya sebatas untung dan rugi. Kau memberikanku banyak keuntungan itu, tapi tak kulihat wajahmu bersinar dengan apa yang aku beri. Meski terlambat aku sadari, seberapa besar pun aku menciptakan ilusi untuk memberikan cinta itu sepenuh hati, aku gagal memberikan segala rasa selayaknya kau memberi. Maaf untuk itu.
Hari ini, saat aku menulis namamu di kertas biru itu, aku telah menjadi seseorang yang memahami cinta itu dari kedua sisi, yang mencintai dan dicintai.
Kal, kupikir dulu aku hanya akan jatuh hati pada lelaki sepertimu, dan kupikir itu terjadi di saat kehancuranku pula. Ternyata aku menemukannya saat duniaku sedang terang benderang, aku sedang baik-baiknya. Sehingga hal pertama yang kami bagi adalah tawa, hingga debar itu menjadi nyata bahkan saat kami berbagi tangisan.
Aku menerimanya bukan karena ia satu-satunya yang membuatku merasa dicintai, bukan karena dia yang aku butuhkan dan bukan karena dia selalu bersedia ada. Tapi karena aku, aku ingin dia untuk seluruh hidupku, tak lebih dan tak kurang.
Dia lebih dari cukup. Dia tak membuatku banyak bertanya hingga tak ada sedikitpun ragu. Meski berulang kali aku mencari celah, menyingkirkannya dengan segala kurangnya, tapi aku selalu sampai pada titik pemahaman; harus dia maka aku rela.
Mungkin kisah ini nanti akan panjang, maka untuk sekarang sekian dulu. Datanglah jika luang Kal, aku menunggumu.
Sehat selalu, akan selalu ada tempat dihatiku atas namamu. Lelaki bermata sayu yang memelukku saat dunia hancur lebur. Aku menyayangimu Kal, seperti malam kepada fajar yang membiarkannya bertemu langit biru.
Tertanda Angin Utara
155 notes
·
View notes
Text
(17/25)
Sudah ku bilang sejak awal, tapi nyatanya kamu memang bebal. Sejak awal sudah ku sampaikan, hati-hati bermain dengan hati, pilihannya cuma dua kamu terbang ke langit tertinggi atau jatuh-sejatuh-jatuhnya sampai kamu tak bisa bangkit lagi. Sudah ku bilang sejak awal, pandai-pandai lah menjaga hati, jangan bermurah-murah, jangan bermudah-mudah, segala bayangan tentang masa depan bersama memang menyenangkan, namun bagaimana jika pada akhirnya dia hanya persimpangan dan bukanlah jawaban?
Di dunia ini, bermilyar-milyar manusia Allah hadirkan di muka bumi, mbok masa ya kamu gak percaya sama kuasaNya? Bersabarlah sedikit atau mungkin banyak, ya aku tidak tahu, hanya Dia yang tahu, tapi bersabarlah, karena Allah bersama orang yang sabar. Sebab kalau sudah jalannya dan waktunya, semua akan Ia permudah. Mudah saja bagi Ia menyatukan dua hati ciptaannya untuk saling mencinta ataupun untuk saling melupa. Sehingga bersabarlah pada dirimu sendiri. Bersabarlah pada rencananya, perbaiki dirimu, hidupmu, dan perjuangkan mimpi-mimpimu.
Masih banyak tempat yang ingin kau kunjungi bukan? Masih banyak prestasi yang ingin kau raih bukan? Masih banyak bakti yang perlu kau upayakan kan? Masih banyak wishlist yang harus kau perjuangkan kan? Jadi mari kembali fokus ke dirimu sendiri. Mari sudah lupakan Dia, sebelum makin jauh terluka.
Sejak awal kamu memang mensyukuri kehadirannya, kebaikannya, dan ketulusannya. Namun semakin dalam dan jauh perjalanan ini, kamu terlalu banyak khawatir bahwa mungkin bukan kamu ujungnya. Jadi tidak apa-apa, mari lupakan dan kembali fokus ke dirimu sendiri.
Setiap pertemuan yang Allah hadirkan pasti ada kebaikan di dalamnya, sehingga mari doakan yang baik-baik. Mari saling percaya, bahwa semua butuh waktu, kalau sudah takdirnya pasti Dia permudah jalannya. Mari kembali mengusahakan mimpi untuk dirimu sendiri, dan biarlah Ia berjuang pada mimpi nya sendiri. Tidak perlu saling menunggu, sebab bisa jadi bukan kamu yang terbaik untuknya, begitupun sebaliknya. Biarlah yang terbaik yang akan menemukan jalannya sendiri, meski mungkin bukan Ia jawabannya.
2 notes
·
View notes
Text
Surat Untukmu
Mas!
Ini surat pertamaku untukmu, dan mungkin akan menjadi satu-satunya.
Aku sudah tahu siapa kamu, seseorang yang kunanti hadirnya bertahun-tahun sudah. Yang belum aku tahu adalah, apakah kelak Tuhan berbaik hati menali kita dalam kisah yang kuinginkan.
Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku begitu terganggu. Kau terlalu banyak bicara, berkomentar dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Tapi mungkin karena itu aku jadi memperhatikan, sambil gusar dalam dada “siapa sih dia?”
Kesalahanku, seharusnya tak mencari tahu. Seharusnya aku tetap tak melihat pada kedalaman hidupmu. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku terpesona dengan bagaimana kau berpikir, bicara, bersikap juga tertawa. Meski aku tahu seberapa biasa bagimu menjadi demikian, dan aku tahu pula ada yang harus aku hentikan sebab tahu kemana muaranya.
Tapi Mas, kenapa kau tetap menyapa dengan senyum sumringah? Tak bisakah kau menduga bahwa ada jiwa kesepian yang kesenangan dengan apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menganggap aku tiada seperti ribuan jiwa lainnya?
Aku tak ingin menjadikanmu tokoh dalam sajak yang berisi makian. Aku tak mau Mas.
Kamu biarlah kata yang selalu aku baca, biarlah gambar yang selalu kulihat, biarlah suara yang selalu kudengar. Itu kenapa aku bentangkan ribuan jarak, menutup semua kemungkinan, agar aku tak mati dalam angan.
Namun jika aku boleh meminta, Mas, berhentilah menjadi laki-laki yang kuinginkan. Aku lelah mempertanyakan bagaimana engkau yang begitu jauh dari defenisiku soal cinta hadir sebagai manfestasi cinta itu sendiri.
Sudah kulihat hidupmu yang jauh dari hingar bingar hidupku. Sudah aku tahu ketidakmungkinan itu. Bisakah kita untuk tak pernah bersinggungan lagi, Mas?
Bahkan jika di kehidupan selanjutnya, mari untuk tak bertemu di kebetulan mana saja. Aku tak ingin meminta kemustahilan kepada Tuhan. Sebab aku tahu, bukan perempuan seperti aku yang kau inginkan.
95 notes
·
View notes
Text
Level tertinggi dari takut kehilangan adalah;
Tidak lagi merasa khawatir saat ditinggalkan. Tidak lagi merasa takut untuk mengikhlaskan. Jika setiap temu memang sudah digariskan takdir dari 'akhir' masing-masing. Boleh jadi perpisahan serupa pintu bagi hadir yang lirih bertandang, menempatkan diri di ruang-ruang laksana peran meletakkan kebaikan.
162 notes
·
View notes
Text
Life is Always Having a Choice
(13/25)
Kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa, tapi kita bisa memilih pasangan hidup seperti apa yang akan menemani dan bertumbuh bersama kita seumur hidup.
Kita memang tidak bisa memilih orang tua seperti apa yang Allah takdirkan, tapi kita bisa memilih untuk menjadi orang tua yang bagaimana untuk anak-anak kita nanti. Kita selalu bisa memilih ingin menjadi pasangan yang seperti apa dan tumbuh menjadi apa.
Kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki dibandingkan merutukki apa yang sudah terjadi. Kita selalu punya kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab, dibandingkan mencari siapa yang paling bertanggung jawab. Kita selalu punya kesempatan untuk menjadi benar dan baik, alih-alih memilih jalan yang penuh penyesalan dan kemaksiatan.
Life is always having a choice, meski mungkin jalan yang kita lalui tidak selalu mulus dan sesuai rencana, meski sepanjang proses nya kita seringkali terluka, tapi sebagai seorang manusia yang selalu bertumbuh menjadi dewasa kita selalu punya pilihan untuk menjadi benar dan baik, untuk terus mengupayakan yang terbaik. Bahkan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan.
Sehingga apapun pilihan yang kamu punya dalam hidup, memilih lah dengan penuh kesadaran, memilih lah dengan penuh keyakinan, dan memilih lah dengan penuh tanggung jawab. Yakinlah bahwa bahagiamu, luka-lukamu, kesedihanmu, adalah sebab pilihan-pilihan hidup yang kamu pilih sendiri dan kamu bertanggung jawab pada hidupmu sendiri. Sehingga kamu percaya bahwa tidak ada orang yang lebih bertanggung jawab atas hidup yang kamu punya selain dirimu sendiri.
Tidak semua hal memang sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Tidak semua hal sesuai dengan yang kamu impikan. Tidak semua hal yang kau usahakan, memperoleh hasil yang kamu inginkan. Tapi kita selalu punya pilihan, kita selalu punya pilihan untuk mengusahakan yang terbaik, semampu dan sekuat kita.
Kamu memang tidak bisa mengatur bagaimana orang berpikir tentang hidupmu, bagaimana orang merespons sikapmu, dan bagaimana orang bersikap padamu. Tapi kamu selalu punya pilihan untuk mengatur dirimu sendiri. Untuk mengatur ekspektasi mu, untuk mengatur sikapmu, dan untuk mengatur cara berpikir mu. Jadi fokus lah pada dirimu sendiri, fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu lakukan, serta fokuslah pada segala kesempatan yang masih bisa kamu usahakan.
Selama kamu percaya pada dirimu sendiri, selama kamu mampu bertanggung jawab pada pilihan hidupmu, selama kamu tidak melanggar nilai agama, selama kamu tidak merugikan orang lain. Maka lakukan lah yang terbaik semampu mu, tidak peduli apa yang orang lain pikir tentangmu, sebab Allah lebih tahu apa yang kamu yakini dan apa yang sedang kamu usahakan.
0 notes
Text
Bagaimana jika kita jadi orang yang biasa-biasa aja?
(12/25)
Kayanya ini series kedua gue pernah nulis judul tentang ini, bedanya waktu itu judul ini dipake buat review salah satu K-Drama yang gue tonton. Kalau sekarang yaaa sebatas refleksi gue aja dan emang pengen aja haha.
Ditengah dunia dengan segala tuntutan, keharusan, dan pencapaian yang di gembor-gemborkan di sosial media, gue bertanya ke diri gue sendiri, gimana kalau nanti ternyata gue ga jadi apa-apa? Gimana kalau gue jadi orang yang biasa-biasa aja?
Maksudnya ya, cuma jadi orang yang bertahan hidup. Dengan menjalankan rutinitas, mengusahakan yang ingin diusahakan, menjadi diri sendiri tanpa haus validasi, ataupun ya cukup jadi orang yang benar dan baik buat lingkungan sekitar.
Ga harus punya kekayaan dalam jumlah sekian. Ga harus punya pencapaian karier atau jabatan yang digaung-gaungkan. Ga harus jadi orang terkenal dan terpandang oleh seluruh alam semesta. Ya I mean, maksudnya cukup jadi diri sendiri aja.
Diri yang mau terus belajar, diri yang ga berhenti berjuang, diri yang tidak mudah menyerah, diri yang mau terus berbagi, diri yang selalu mengusahakan untuk mendengar, serta diri yang mau memperbaiki apa yang perlu diperbaiki.
Karena kan hidup tu ya naik turun, terkadang kita punya motivasi tinggi banget, tapi kadang juga kita maunya leyeh-leyeh aja. Tapi ya itu yang menjadi kan kita manusia ga si? Toh hidup tidak hanya tentang mencapai A sampai Z, toh hidup tidak berkejaran dengan apapun selain kematian. Satu-satunya hal yang paling layak untuk diperjuangkan adalah belajar untuk hidup seperti apa yang Allah mau. Meski ga gampang, banyak kufurnya, banyak lupa nya, banyak naik turunnya.
Kalau hidup hanya mengikuti apa kata orang, kita akan cape sendiri. Karena setiap orang punya standar dan harapan yang berbeda-beda, sehingga kita ga akan pernah merasa cukup. Tapi kalau kita belajar untuk hidup sesuai dengan apa yang islam ajarkan, sesuai dengan apa yang Allah harapkan kita ga butuh standar penilaian apapun selain dari Allah yang melihat kita.
Ditengah banyaknya tuntutan mencapai segala hal. Kalaupun nanti di masa depan gue jadi orang yang biasa-biasa aja, tapi semoga gue mampu menjadi orang biasa yang terus mampu berbuat baik kepada sesama, semoga gue mampu menjadi orang biasa yang berpihak pada kebenaran, dan semoga gue mampu menjadi orang biasa yang mengutamakan Allah diatas segalanya.
0 notes
Text
Melepaskan hubungan yang belum halal nyatanya tak semenyakitkan itu, jika tolak ukur kita adalah perintah dan larangan.
Jika tolak ukurnya nafsu ya pasti berat. Dan percayalah, akan selalu ada yang lebih baik dari apa yang sekarang kita pilih.
Maka, biar saja pilihan terbaik itu datang dari Yang Maha Mengatur. Tak perlu membangun hubungan dengan dalih saling mengenal lebih dalam. Toh pada akhirnya apa yang sudah 'tertulis' akan datang serumit apapun jalannya.
Rumah, 120924.1436.
58 notes
·
View notes
Text
JIKA AKU JATUH CINTA NANTI
(11/25)
Jika aku jatuh cinta nanti, aku tidak akan bertanya "Apakah kamu mencintaiku?" Tapi aku akan bertanya "Visi apa yang ingin kamu bawa? Dan apa peran ku di dalamnya"
Jika aku jatuh cinta nanti, aku tidak ingin menjatuhkan hatiku sebelum akad diucapkan, sebab setelahnya, apapun yang kau minta selama tujuannya adalah surga, akan ku usahakan patuhi dengan sepenuhnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku hanya ingin jatuh se jatuh-jatuhnya dengan ia yang mengusahakan ku sepenuh hatinya, sepenuh jiwanya, melalui cara-cara yang Allah Ridho di dalamnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin mencintaimu sedalam samudera, seluas langit di angkasa, sampai ujung nafas berhembus, sampai dunia gelap gulita dan tak mampu lagi bercahaya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin banyak-banyak berdoa kepada sang pemilik semesta, semoga kamu bahagia dan selalu mendapatkan yang terbaik olehnya.
Jika aku jatuh cinta nanti, aku ingin memendam perasaan ku dalam-dalam hingga semesta mengizinkan dan mempersatukan kita melalui cara-cara yang mungkin melebihi batas nalar dan logika.
Jika aku jatuh cinta nanti, kan ku simpan namamu lekat dalam relung jiwa, sehingga kamu selalu ada, meski raga tak selalu berjumpa.
Jika aku jatuh cinta nanti, kan ku do'akan kamu sepenuhnya, sekuat-kuatnya, dan sebaik-baiknya. Hingga semesta bosan mendengarnya.
0 notes
Text
Setelah ini mau apa?
(10/25)
Ketika gue mengambil beberapa keputusan dalam hidup yang mungkin itu keluar dari zona nyaman gue, gue sering kali berpikir. Nanti kalau gagal gimana ya? Bener ga ya ini yang gue mau? Atau gimana kalau nanti ada opportunity yg lebih baik, apa gue tetap bertahan sama keinginan gue atau ya opportunis aja?
Hanya sisa dua bulan lagi, dua bulan gue mampu menyelesaikan kontrak kerja fulltime pertama gye, ya memang bekerja bukan sesuatu hal yang baru buat gue pribadi, karena memang gue udah mulai kerja part-time sana sini sejak semester dua kuliah, udah full bayar kuliah sendiri sejak semester 5 serta menuhin biaya hidup sehari-hari di perantauan jakarta yang kadang mahalnya ga kira-kira.
Gue pribadi juga tipe yang selalu punya rencana dalam hidup, entah untuk setahun, atau bahkan untuk lima tahun ke depan. Tapi gue selalu mikir, apa itu bener yang gue mau? Jadi ga jarang, gue juga lihat-lihat sosial media buat nyari berbagai opportunity dan kesempatan lain yang bisa gue coba. Tapi tiap kali kesempatan itu ada, gue pasti selalu mikirin rencana yang ingin gue jalannya, jadi ya ujung-ujungnya berlalu seperti yang sudah-sudah.
Sebetulnya, gue suka dengan pekerjaan gue sekarang, bahkan temen-teman gue juga bilang kalau kerjaan yang gue jalanin sekarang itu kerjaan yang gue banget, kerja-kerja sosial yang gue impikan dan inginkan. Tapi nyatanya, ga semudah itu hahaha, namanya menghadapi masyarakat dengan segala dinamikanya perlu banget banyak kesabaran dan ketekunan, cumaa gue sadar kalau gue ga setekun ini.
Dalam beberapa waktu, gue juga sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan studi, yang fyuhhhh sebetulnya gue masih bingung, bener ni mau sekolah sekarang? Emang beneran butuh? Tapi kok pengen, tapi kok merasa belum se pengen itu wkwkw. Tapi orang tua juga udah nyuruh buru-buru aja buat sekolah, katanya selagi mamah & papah masih sehat, masih bisa bantu juga kalau ada apa-apa di rantauan nanti. Sama katanya inget umur, emang kamu gamau nikah apa? Gimana kalau pasangan kamu ga izinin kamu buat sekolah? (Ya gimana ya aku si emoh sama pasangan yg larang aku sekolah wkwkw) . Tapi kalau nyiapin sekolah sekarang apa ga terlalu ter buru-buru? Gimana kalau nikah dulu? (Lah kok haha, emang dah ada calon?)
Kemanakah takdir akan membawaku pergi? Bagaimana jika esok nanti, hidupku tidak jauh lebih baik? Bagaimana kalau aku gagal? Gimana kalau ternyata aku ga bisa mencapai apa yang ku mau? Gimana ya? Gimana ya? Gimana ya? Wkwkwkwk. Hwehhhh dasar ya memang manusia.
Ada banyak rencana yang sedang ku usahakan pelan-pelan, meski ga punya motivasi sekuat itu wwkwk (literally I miss my old self yg penuh energi wks 🥲). Terkadang dalam beberapa kesempatan hidup mengalir seperti air juga gapapa. Apapun yang Allah Ridho dan takdirkan, semoga juga Allah mampukan untuk menjalaninya dengan maksimal.
0 notes
Text
Enak ya, Lu mah Pinter
(9/25)
Sebagai orang yang beberapa kali dapat kalimat itu dari orang lain, gue ngerasa konotasi kata itu tuh beban bgt haha. Kenapa?
Karena kalimat "Enak ya lu mah pinter" Sometimes bikin gue jadi merasa ga layak gagal, harus bisa lebih berhasil dari orang lain, malu mengakui ketidaktahuan, some people punya ekspektasi tinggi yang bikin kita pressure ketika ga mampu memenuhi ekspektasi mereka, dan banyak pikiran lainnya yang membuat gue merasa gue harus bisa lebih baik, lebih sempurna, lebih tahu, dan lebih-lebih lainnya.
Padahal, gue selalu percaya bahwa setiap orang selalu punya potensi dan kecerdasannya masing-masing. Padahal gue lebih berterima kasih, ketika orang-orang melihat gue karena kerja keras gue dibanding sesuatu hal yang stagnan yang itu tuh bisa berubah seiring zaman. Kecerdasan seseorang itu bukan stagnansi, tapi adalah buah dari ketekunan dan kemauan untuk mau terus belajar dan mendengar.
Tapi gue juga sadar, bahwa setiap orang diberi kemampuan yang berbeda oleh Allah dalam proses memahami segala sesuatu, alias ada yang cepet bisa paham dalam belajar, ada yang memang perlu usaha ekstra untuk bisa paham sesuatu. Dan gue berterima kasih kepada Allah, karena gue tipikal orang yang fast-learner apalagi yang berkaitan dengan logika dan ilmu sosial, tapi kalau soal materi eksakta gatau ya wkwk belum punya interest belajar kesana 😭
Gue selalu percaya bahwa setiap orang itu cerdas dan selalu punya potensi untuk dikembangkan, ini juga sejalan dengan teori yang dikenalkan oleh Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk dimana setiap orang ada yang cerdas dalam bidang bahasa, matematika, kinestetik, musik, dsb. Artinya mungkin kita lemah di penguasaan hitung-hitungan logika matematika, tapi kita jago di penguasaan bahasa. Artinya bisa jadi kita lemah di olahraga, tapi kita jago di penguasaan instrumen musik dan seni lainnya. Ya intinya every people is genius in their own way.
Yang terpenting bukanlah perdebatan siapa yang lebih cerdas, lebih jago, lebih privilage, dan lain sebagainya. Tapi siapa yang mau lebih berusaha for growing up. Kebanyakan orang hanya berfokus "Ah dia mah emang dari lahir udah begitu jadi pasti gampang buat dia". Padahal dia juga butuh usaha ekstra untuk melawan rasa malas dalam dirinya, rasa rendah diri dan tidak layak dibanding orang lain, serta perasaan-perasaan lainnya yang membuat dia berpikir kayanya lebih baik mundur dibandingkan maju.
Entah berapa kali gue ngerasa minder sama diri gue sendiri yang belum ada apa-apanya. Entah berapa kali juga gue merindukan diri gue yang rajin belajar dan suka berkelana. Tapi yaaa, life is proses right, cuma kayanya ini pembenaran aja dah hahaha. Soalnya gue pribadi sadar diri, dalam beberapa hal gue kesulitan untuk fokus dan konsisten, apalagi masalah procrastination yang jadi problem sejak lama haha. Kayanya dalam banyak hal yang gue alami selama hidup, itu bukan karena gue nya dah yg pinter atau jago, tapi karena ya Allah yang maha baik yang memberikan banyak kemudahan dan kekuatan buat gue menjalani apa yang ada di depan.
Tapi gue juga sadar, bahwa kemajuan dan keberhasilan seorang individu tidak hanya ditentukan dari faktor internal diri dan kerja keras semata. Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi utamanya dari segi pemberian akses kesempatan yang sama, kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat, lingkungan yang kondusif, serta dukungan dari pihak keluarga ataupun pihak-pihak lainnya. Sehingga gue juga paham, titik point setiap orang beda-beda, sehingga apa yang mudah di gue, belum tentu mudah di orang lain. Mungkin gue cuma butuh percobaan selama 2x, tapi ada orang yang perlu nyoba 99x baru berhasil.
Tapi intinya, jangan mengkerdilkan usaha orang lain dan menganggap bahwa segalanya pasti mudah buat dia, atau dia pasti lebih tahu dibandingkan kamu. Karena setiap orang punya cerita tentang daya juangnya masing-masing, dalam mengupayakan kemajuan atau mimpi yang dia punya.
Sebagai manusia, kita berhak gagal, kita berhak menyerah, kita berhak marah, kita berhak tidak tahu akan segala sesuatu. Karena melalui hal-hal tersebut lah yang menjadikan diri kita manusia. Tidak semua hal terasa mudah, namun tidak semua hal pula terasa sulit. Selama yang diperjuangkan adalah hal baik, dan kamu mampu bertanggung jawab pada setiap pilihan hidup yang kamu pilih, maka yakinlah Allah akan mudahkan jalannya. Meski harus bangun jalanmu sendiri.
1 note
·
View note
Text
Marriage is Scarry
(8/25)
Kalau beberapa tahun lalu, banyak banget narasi glorifikasi ajakan nikah muda, nah sekarang-sekarang trend nya lagi beralih untuk mengajak orang-orang biar ga nikah, yaa ga secara terang-terangan si, tapi narasi glorifikasi cerita-cerita orang sekarang udah banyak tersebar di sosial media baik itu ceritanya tentang perselingkuhan, mokondo, ataupun KDRT yang bikin orang banyak takut untuk memutuskan untuk menikah pada akhirnya.
Lalu, emang iya ya nikah tu se serem itu?
Jujur, gue pribadi ngerasa bahwa ya memang banyak sebagian besar masyarakat yang punya kehidupan pernikahan yang kurang baik, itu adalah realitas yang kita tidak bisa munafik kan dan pinggirkan. Tapi gue juga percaya bahwa, masih banyak kok orang yang pernikahan nya juga baik-baik aja. Banyak orang yang kehidupan pernikahannya bisa kita jadikan inspirasi untuk hidup kita sendiri, ya bahasa orang-orang mah couple goals ceunah. Cuma definisi couple goals tiap orang juga bisa beda-beda.
Jadi ya sebetulnya gue percaya bahwa, realitas baik dan buruk adalah dua hal yang tidak bisa kita hindarkan mungkin kita alami. Intinya, jangan sampai apa yang sekarang mulai jadi konsumsi publik tentang cerita orang-orang mengenai pernikahannya yang tersebar di sosial media, membuat kita men generalisasi bahwa semua kehidupan pernikahan itu ya memang seperti itu adanya dan harusnya.
Sehingga kita terkotakkan-kotakkan untuk mengharapkan validasi atau gambaran pernikahan ideal seperti apa yang orang sosmed glorifikasi kan. Padahal sejatinya, apa yang cocok di orang lain, belum tentu cocok di kita. Serta apa yang ideal bagi orang lain, belum tentu ideal di kita.
Sehingga kita patut bertanya ke diri kita sendiri, kehidupan pernikahan seperti apa si yang kita dambakan? Kenapa si kita harus menikah? Dan kenapa kita memilih Ia yang menjadi pasangan kita, bukan orang lain? Kita tuh butuh orang yang seperti apa?
Ustadz Risalah Amar pernah bilang, bahwasanya ketika kita memutuskan untuk menikah maka yang pertama kali kita perlu kenal adalah diri kita sendiri, bukan pasangan kita, bukan keluarga pasangan kita, apalagi orang lain yang kita jadikan role model kehidupan pernikahannya.
Gue juga pernah bertanya dalam salah satu kelas online yang diadakan oleh Sekolah Rumah Tangga, yang judul programnya "Kelas belajar jadi istri" WKWKWK. Lucu bgt, berasa dah mo nikah padahal hilal jodohnya aja belum ada hikss 🥲 yaa gapapa yaa gaes yaa wkwk, intinya gue bertanya sama salah satu mentor gue tentang pernikahan, yang pertanyaannya yaitu "Gimana si teh kita bisa ngenalin pasangan kita luar dan dalam? Gimana kita bisa yakin kalau dia ga bakal berubah seperti fase-fase perkenalan? Gimana kalau ternyata dia ga seperti yg kita harapkan, dsb"
Terus mentor gue bilang, yang kurang lebih bahasa nya gue lupa-lupa ingat gimana.
Pertama, kita perlu paham bahwa pasangan kita adalah manusia, makhluknya Allah, jadi ga ada jaminan bahwa dia ga bakal berubah dalam prosesnya. Sehingga kita tidak boleh menggantungkan hidup kita ke pasangan kita bahkan meski kita sudah menikah, Satu-satunya tempat dimana kita boleh bergantung adalah hanya kepada Allah SWT.
Kedua, meskipun nanti ketika kita menikah kita akan menjalani hidup berpasangan dan membangun visi bersama tapi kita juga perlu paham bahwa di Yaumil Hisab nanti, Kita akan di Hisab masing-masing sebab tindak tanduk dan perilaku yang kita lakukan di dunia. Sehingga kita perlu memahami, bahwa meskipun kita sudah menikah, kita tetap hamba-Nya Allah. Artinya, segala hal yang kita lakukan harus berkiblat pada apa yang Allah perbolehkan dan apa yang Allah larang.
Sehingga sebagai makhluknya Allah, kita harus paham apa si tujuan penciptaan kita sebagai manusia itu. Apa yang Allah ingin kita lakukan yang menyebabkan kita dihadirkan olehnya di dunia, jadi pahami bahwa tanggung jawab besar kita adalah sebagai hamba, bukan sebagai titel-titel yang kita miliki di dunia. Artinya kita perlu bertanya ke Allah yang menciptakan "Allah tu maunya apa, bukan kita tu maunya apa". Pada setiap hal yang kita usahakan, pada setiap pilihan hidup yang kita tentukan.
Ketiga, mengupayakan untuk mengenal pasangan kita luar dan dalam serta memiliki frame of life yang sama, meski referensinya ataupun pengalamannya bisa berbeda. Kita paham bahwa tujuan pernikahan yang harus kita upayakan adalah pernikahan yang mampu membawa kita ke surga-Nya, sehingga mengapa antara pasangan suami dan istri harus punya frame of life yang sama, bukan hanya tentang tujuan surga-Nya aja, tapi juga tentang bagaimana mencapai surga itu. Apa yang kita harus upayakan, misi apa yang ingin kita bawa, kelebihan apa yang kita punya, serta kekurangan apa yang paling bisa kita terima. Sebab jalan dan cara orang menuju surga itu bisa berbeda pilihannya.
Sebagian orang menuju surga dengan jalan dakwah, sebagian nya lagi menuju surga dengan jalan wakaf dan sedekah, serta sebagian lagi mengupayakan surga dengan cara berbakti kepada orang tua dan keluarga. Tidak perlu membanding-bandingkan mana yang paling baik, sebab selama orientasi nya adalah Allah semuanya adalah hal baik yang patut untuk terus kita upayakan dengan segala daya, upaya, dan tenaga. Namun yang perlu kita pertanyakan adalah jalan juang mana yang mampu kita perjuangkan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang Allah hadirkan.
Jadi kesimpulannya, apakah kehidupan pernikahan itu memang se menyeramkan itu? Iya, kalau kedua orang atau salah satu orang yang menikah memiliki orientasi yang bukan Allah lah tujuannya. Tapi, kalau keduanya memiliki orientasi dan tujuannya sama, visi yang sama, nilai-nilai hidup yang selaras, maka pernikahan adalah hal baik yang perlu disegerakan apapun halang rintangnya.
Sehingga semoga Allah mempertemukan dan memudahkan kita untuk bisa bersama dengan seseorang yang bersamanya hidup kita menjadi tenang dan damai, sebab kita percaya apapun halang rintangnya Allah akan mampukan, kuatkan, dan mudahkan.
0 notes
Text
Kau mungkin pernah menerka, aku melihatmu sebagai apa kiranya?
Kembang api yang merayu atensi, tapi menyisa sepi di pukul satu pagi? Atau belati yang ditikamkan Juliet pada dadanya sendiri, ketulusan yang membuat gilanya abadi? Atau malah kau sesederhana hujan, dan aku adalah kemarau yang selalu menunggumu datang?
Ah, bukan.
Entahlah, Tuan. Aku takut gila sebab bahagia dan picik hanya sependek nafsu dan akal bedanya.
Berhenti menerka.
Izinkan aku menghidupimu lewat bahasa. Lewat kalimat yang maknanya hanya kita yang benar merasa. Bahkan jika Kita tak pernah ada, biarkan ia tetap hidup dalam kata. Sebab di dalam kata kita melekat. Di dalam kata, Kita jadi apapun yang merdeka.
Dan jika besok aku kehabisan kata-kata. Kuharap ibu mengutukmu jadi lembaran buku. Biar aku jadi pembaca yang mengembara di tiap halaman tubuhmu. Biar kalimatmu mampu kupeluk satu-satu. Atau lebih dari itu.
41 notes
·
View notes