#berteman
Explore tagged Tumblr posts
Text
Aku : Kak apa kabar? Kelasnya udah mulai lagi loh, seru yuk ikutan lagi, sama-sama belajar lagi . Ikutan yuk. Seorang : Alhamdulillah sehat. (Udah gitu aja)
Sebuah jawaban sederhana, namun ke-NYES-an nya terasa sampai di hati. Diabaikan. Sudah berulang kali. Bahkan ada yang udah bilang. "Perhatianmu sudah sampai 3 kali, kamu sadar ngga sih kalau dia ngga mau berteman sama kamu. Sudah hentikan".
Oh iya, aku ternyata yang terlalu mencoba berpikir positif, kenapa aku ngga kepikiran dia ngga mau temenan lagi. Sudah dicukupi. Segala positif thinking, pun juga segala pertanyaan kenapa. Cukup disudahi. Tanpa intensi apapun. Nggak semua orang -berlembut hati untuk sekadar basa- basi.
0 notes
Text
RATU MEMANG RATU AKU GUYS 🙏🙏🙏🙏🙏
#ratu the indonesian girl duo I LOVE THEM SO MUCH!!!!!!!!!!!!!#ME WHEN KTIA BERTEMAN!!! TEMAN TAPI MESRA!!!!
0 notes
Text
Sebagian orang ada yang menunggu waktu malam tiba untuk bisa bercerita pada Tuhannya, sepi dan sunyi, hanya antara dia dan Tuhannya saja.
Tersebab siang yang ramai oleh manusia itu, seringkali berkhianat. Pada rahasia yang akhirnya tersebar dan menjadi obrolan sesama mereka.
Bukankah bercerita pada Allah itu begitu menenangkan? Terkadang berteman air mata, dan terkadang berteman senyuman.
Bangunlah, dan ceritakan hari-harimu pada-Nya, hanya kamu dan Tuhanmu saja.
@jndmmsyhd
436 notes
·
View notes
Text
Hidup memang penuh akan abstraksi yang tak akan pernah bisa terkendali, akan ada masa dimana kita hanya bisa berpasrah dengan semua resah yang tengah kita dera, nasihat dan saran dari mereka yang datang sebegai pemecah masalah tak akan lagi berpengaruh, karena pada dasarnya mereka menyatakan solusi atas dasar pengalaman mereka sendiri.
Namun, setiap alur cerita dari manusia itu berbeda beda, pengalaman nya tak akan sama persis dengan seperti yang kita rasa, karena kejadian nya berada pada ruang dan waktu yang berbeda, akan ada beberapa variable dengan hipotesis yang tak sama.
Kita tak akan pernah benar benar menemukan solusi melalui kontemplasi, karena semua teori teori yang bermunculan pada benak kita belum pernah teruji, akan selalu ada hal yang bermunculan diluar perdiksi kita sendiri. Jangan terlalu membuang buang energy untuk mencari solusi, hanya ada satu kunci untuk semua masalahmu itu,
yaitu tetaplah bertahan dan berteman dengan semua kesakitan.
Pada akhirnya, semua yang menodai kehidupan mu, akan luntur dengan sendirinya
23/04/24
#reminder
199 notes
·
View notes
Text
Ramadan #16
Berteman di usia dewasa, secukupnya. Melekatlah pada orang-orang yang baik dan saleh. Sambunglah dan rawatlah silaturahmi dengan orang-orang yang setujuan. Perdalam rasa kasih dan sayang pada orang-orang baik dengan saling mendoakan.
Di dunia ini, akan tetap ada yang tidak menyukaimu bagaimanapun kamu berperilaku. Mereka mungkin akan menggunjingmu di belakang, melihatmu sebagai orang yang salah meski sebanyak apapun hal baik yang kamu lakukan.
Kamu tidak perlu memikirkan tabiat mereka. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara berpikirmu sendiri pada hidup dan orang lain. Jika ada hal yang bengkok, luruskanlah. Jangan takut untuk berubah menjadi lebih baik, meskipun perubahan itu akan membuatmu mengkoreksi sikap dan pernyataanmu sendiri.
215 notes
·
View notes
Text
Ya Habiballah
Lagi bacain kakak buku tentang Nabi Muhammad, rasanya hatikuuu nyesekk banget. Ada ya orang setegar Rasulullah. Nggak salah, Allah pilih beliau.
Nggak pernah lihat ayahnya, karena ayahnya meninggal waktu Rasulullah di dalam kandungan, selepas itu ibunya meninggal waktu Rasulullah kecil.
Merasa sendirian, sedih, cuma ada Ummu Aiman. Disarankan ikut kakeknya sama Ummu Aiman, begitu dirawat kakek, menemukan sosok ayah dalam diri kakek--kakenya meninggal. Rasul ikut paman, lalu Rasul menyaksikan kepergian pamannya juga...
Bertemu istri yg begitu disayang, yang paling menguatkan, Allah uji dengan dipanggilnya sang istri lebih dulu. Allah uji lagi dengan kehilangan anak laki-laki. Ya Allaah...
Rasulullah tuh sudah berteman dengan kehilangan dari kecil. Ini masih belum terhitung ujian-ujian lain saat dakwah.
Ya Rasul...🥺
Allah hadiahi Rasulullah dengan banyaknya sholawat yg dikirimkan kepada beliau, terus mengalir sampai nanti hari akhir. Begitu banyak yg sayang sama beliau. Dan kata beliau, yang terus menguatkan, ya ummatnya.
Malu nggak sih, aku yang ga ada apa-apanya ini, yang banyak dosanya ini, jadi salah satu alasan beliau kuat dah bahagia?😭
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad🤲🏻
Semoga kita termasuk umat-umat Rasul yang mendapat syafaat beliau nanti di hari akhir. We miss you, ya habiballaaah🫶🏻
266 notes
·
View notes
Text
Pertemanan Anti-Ribet (?)
Belakangan ini saya lagi mikir, kayaknya saya sudah memasuki fase dimana saya nyaman membangun batasan yang sehat dengan orang-orang yang ribet, mempermasalahkan hal kecil, banyak mengeluh, suka berprasangka, dan nggak sat-set. Wkwk! Bingung sih menjelaskannya, tapi saya yakin teman-teman, if we are in the same phase, pasti paham juga kan terkait dengan hal ini?
Benar saya suka berteman, benar saya juga tipe yang berusaha untuk mempertahankan relasi pertemanan agar silaturrahim bisa memanjang. Tapi, di situasi dan kondisi tertentu, sejujurnya saya juga terkadang merasa lelah untuk mengurusi hal-hal yang saya pikir sudah bukan waktunya lagi untuk dipermasalahkan sekarang, dalam relasi pertemanan masa dewasa.
Memang, terkadang teman-teman ini karakternya beda-beda. Ada yang low maintenance (super chill, gapapa jarang ketemu, tapi sekalinya ketemu kita tahu kalau kita masih sangat terkoneksi tanpa banyak ba-bi-bu), ada juga yang high maintenance (suka pundung, ribet, dsb). Terus gimana? Jalan tengahnya, kalau buat saya, saya akan tetap memperjuangkan silaturrahim sebisa, semampu, sesanggup yang saya lakukan. Masalahnya, hidup di masa dewasa ini urusannya sudah semakin kompleks, kan? Maka, kebijaksanaan untuk memilih persoalan apa yang perlu kita fokuskan dan yang mana yang bisa nanti dulu juga jadi penting.
Well, tulisan ini ceracau saja sih sebenarnya. Tapi saya jadi ingin refleksi ke diri sendiri, jangan sampai saya jadi teman yang ribet dan high maintenance. Sebaliknya, saya ingin menumbuh-suburkan cara berteman yang sama-sama memudahkan, sama-sama respect, sama-sama chill dan tidak penuh tuntutan. Dan untuk teman-teman yang pernah merasa saya sebaliknya, saya minta maaf ya. Semoga kita, di masa dewasa ini, bisa terus berproses untuk berelasi dengan cara yang dewasa juga.
Any opinion? :)
75 notes
·
View notes
Text
Ruang Tunggu
Penantian panjang dalam kebaikan tidak akan pernah jadi sia-sia.
Percayalah, bertemu atau tidak dengan apa yang kamu harapkan, selama kamu berada dalam ruang tunggu kebaikan, kamu tidak akan menyesal. Sebab, kebaikan menumbuhkan kebaikan lain. Kebaikan akan berteman dengan kebaikan.
Kita akan bertemu di perjalanan bila tujuan kita sama. Kalau hanya berpapasan atau pun tidak bertemu dalam perjalanan, mungkin kita hanya berbeda kereta saja. Bila tujuannya sama, akan bertemu. Beruntung sekali bila kita bertemu dalam perjalanan pada satu gerbong yang sama.
Ruang tunggu jangan disalahartikan diam, ruang tunggu dalam hidupmu itu bergerak. Ruang tunggumu bisa diisi banyak kegiatan sosial, pekerjaan, pengajian, dan lain-lain.
Hiasi ruang tunggu itu dengan pemahaman yang baik. Pastikan ruang tunggu itu selalu berwarna, pastıkan ruang tunggu itu selalu nyaman, agar katika nanti ada yang datang, kamu telah mempersiapkan.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-Baik
Bogor, 22 Maret 2024
109 notes
·
View notes
Text
Pengen berbagi cerita bulan ini, masya Allah banget dah. 3x taaruf semua gagal, apakah aku terlalu ruwet dan rewel? Apakah aku terlalu kritis?
1x entah ini ga ada kelanjutan nya, padahal ga bahas-bahas yang serius, 1x nadzor di Solo, berteman dan kenal hampir 2 tahun pernah lost kontak juga. Tapi kayak digantung saja hasilnya. Malah bertanya pada sendiri, ini orang bener serius apa enggak sih, buang waktu saja deh. Oh dia cuman penasaran maybe. Sudah dewasa lho dia.
yang ke 2x kali bener bener syari, pakai perantara, masuk sesi tanya jawab. Sampai pada akhirnya ikhwan nya mundur.
Afwan tuk Pertanyaan² itu tdk Ana jawab jdi Ana putuskan tuk mengundurkan diri dari ta'aruf.
"Moga Anthiy dpt yg lebih spesifik ats pertanyaan² Anthiy/ diskusi dgn ikhwan lain yg lbih baik dari Ana, Aamiin."
Baru tanya mau tinggal dimana setelah menikah dan bagaimana pengelolaan keuangan keluarga besok gimana, eeh udah mundur duluan, dilihat dari hobi dia suka hiking, membaca olahraga, umur sudah sangat matang sebagai laki-laki, pekerjaan mapan ( bekerja di perusahaan asing) harusnya jawaban nya sudah diluar kepala dong. Punya planning ke depan.
Aah bisa jadi aku yang terlalu rumit mengajukan pertanyaan. Ya sudah Alhamdulillah pokoknya,
Yang 3x nya, Ini perantara nya langsung minta nadzor tanpa sesi diskusi atau tanya jawab.
"Oh kok gini, bukan nya sebelum nadzor itu memang harus ada diskusi dulu, untuk lanjut nadzor, tapi ini malah ga boleh tanya tapi langsung nadzor? " gumamku, karena sudah terbiasa pakai pertanyaan dulu, aku bersikukuh buat ngajuin pertanyaan dan list nya sebagai berikut .
Pertanyaan untuk ikhwan, boleh dijawab via wa /chat lewat perabtara atau ketika saat bertemu (nadzor)
1. Masalah tempat tinggal; setelah menikah mau di mana? Kalau belum punya rumah apakah mau tinggal dengan mertua? Atau mengontrak?
2. Visi dan misi menikah nya bagaimana? dan bagaimana cara untuk mencapai visi misi tersebut?
3. Bolehkah nanti setelah menikah lanjut bekerja, traveling? Kalau tidak boleh bekerja gimana solusinya? Apakah buka usaha di rumah? Atau full mengurus rumah tangga?
4. Jika menikah dan sudah lama belum dikaruniai anak bagaimana menghadapinya? Atau sampai akhir menikah tidak diberi keturunan juga bagaimana? Atau diberi karunia seorang anak dengan kondisi yang spesial bagimana?
5. Bagaimana komposisi pengelolan keuangan atau manajemen keuangan rumah tangga besok?
6. Bagimana sifat atau karakter calon mertua atau ipar?
7. Bagaimana sikapnya saat melampiaskan emosi atau melampiaskan ketika marah, kesal dll?
8. Bagaimana pola asuh anak yang akan diterapkan besok setelah menikah?
9. Lebih suka istri yang pendiam, menurut atau yang kritis?
10. Setelah menikah minta pelayanannya yang seperti apa? Misal selalu diambilkan makanan dan minuman atau lain nya. Atau ingin selalu dilayani walau hal-hal sepele.
11. Apakah sudah paham tentang hak dan kewajiban suami istri?
12. Apakah perlu atau dibutuhkan pembagian tugas dalam rumah tangga?
13. Bagaimana kalau banyak perubahan fisik secara signifikan setelah menikah? Masih bisa menerima?
14. Jika pengelolaan keuangan rumah tangga nanti dikelola bersama, bagaimana konsep nya? Apakah berarti istri tahu semua pendapatan dan sumber penghasilan suami secara terbuka? keluar dan masuknya uang dlm rmh tangga?
15. Untuk persiapan mental, finansial dan ilmu sebelum menikah bagiamana ?
16. Kalau Selingkuh, Apa konsekuensinya? hal apa yg bisa dikatakan sebagai perselingkuhan ? standart e selingkuh itu yg kek gimana
17. Tipe yang mendengarkan atau tidak?
Mungkin ini dulu jika ada waktu mungkin saya bisa menambahkan.
Barakalllah fiikum.
Aah ga bisa berkata kata lagi aku, perantara pihak ikhwan merespon begini.
Ahsan di tanyakan pada saat ta'aruf Bu, bisa di sampaikan ke pihak akhwatnya, Alhamdulillah saya sudah pernah memproseskan lebih dari 10kali dan juga baru kali ini ada pertanyaan yg sebanyak itu, kayaknya pertanyaan yg begitu rumit akan menjadi penghalang/Ikhwan akan mundur nantinya, menurut ana selama ke dua pasangnya sebelum/setelah menikah akan Istiqomah dlm tholabul ilmi, menuntut ilmu syar'i akan menjadi kebaikan dlm rumah tangganya, Barokallahu fiikum.
Ahh bagaimana ini konsep nya? Apakah aku harus tanya yang ringan-ringan saja, dan seluruh pertanyaanku dibahas setelah menikah?
Aah bagaimana ini konsep nya.
Sudahlah.
@saarahsatujuan au aahhh gelap kak.
40 notes
·
View notes
Text
Jul~ kemarin, Juni terlalu menguras energi dan pikiran. Kulihat kau pun datang dengan buah tangan setumpuk perihal yang masih perlu kuselesaikan. Perjuangan belum kelar, kata juni. Lalu ia menitipkan harapan dan sekotak mimpi padamu untuk diselesaikan.
Jul, prosesnya masih tidak mudah. Sisa sisa keberanian kadang berjatuhan, berserakan di lantai. Aku masih kerap memungutnya, lagi dan lagi. Maksutku, mari berteman dihari-hari melelahkan sekalipun. Tapi jul, kadang katanya menyerah juga sebuah langkah yang harus diambil. Bagaimana menurutmu jul?
Jul, memang benar aku menunggu sebuah kabar yang kau hadirkan di tengah-tengah kedatanganmu. Meski begitu ingatkan aku untuk menyiapkan ruang untuk segala kemungkinan.
68 notes
·
View notes
Text
Teman
Hari-hari ini terasa betul perkara sirkel pertemanan. "Agama seseorang itu tergantung teman dekatnya" terkait ini ada ulasan menarik dari postingan sosial media instagram di akun @rizaputranto — tentu kita perlu membaca jurnal yg beliau sampaikan secara mandiri, utk mengonfirmasi
Beliau, yg dikenal sebagai peneliti menjelaskan adanya keterkaitan antara prefrontal cortex dengan lingkungan sosial.
Prefrontal cortex, bagian otak ini berhubungan dengan pemikiran diri. Sering disebut "personality center" dan banyak menganalisis input dari sekeliling. Sehingga menurut J Perso Socio 2020, kata beliau di captionnya, dengan siapa kamu menghabiskan waktumu akan menentukan perasaanmu terhadap diri kamu sendiri—apakah itu dengan kamu?😁
Yaps, dengan siapa kita berteman akan mempengaruhi bagaimana kita hidup sebagai seorang manusia, terutama dalam mengemban amanah sebagai hambanya Allah
Mencari teman yang ideal tidak akan mungkin kita temukan, karena begitu hakikat manusia, tapi paling tidak kita bisa mencari yang satu frekuensi
Ah, sebenernya agak sedikit rindu masa-masa sebelum menjalani kehidupan sebagai mahasiswa profesi.
"Emergency meeting" kami menyebutnya. Sebelum terpisah jarak dan kesibukkan, kami melakukannya di berbagai tempat; warmindo dekat kampus, angkringan pinggir jalan raya, kos tempat numpang tidur dan mandi, hingga restoran mewah yg tentu saja dibayar dengan uang awal bulan atau dibayari senior hahah
Apa yg kami bicarakan? Tentu beragam, dari mulai TOD saat bermain UNO hingga strategi bagaimana caranya kebaikan yang sudah diwariskan para senior bisa bertahan, minimal saat kami masih ada di kampus.
Selingan candaan yg random juga tidak terlewat semisal menertawakan konten dari twitter, ig, atau bahkan kelucuan kita masing-masing
Jujur agak kangen, tapi gengsi, namanya juga laki-laki
Tapi, begitulah, sirkel kita pada akhirnya bukan menghilang—semoga saja. Hanya saja semakin melebar, meluas, sehingga banyak yg pada akhirnya masuk dan menemani perjalanan kita
Pertemanan. Tidak perlulah membicarakan soal dia anak siapa, atau darimana, cukup yang membawa kita pada kebaikan dan satu frekuensi
Tidak malu membicarakan palestina di tongkrongan. Tidak malu mensyiarkan sholat tepat waktu di warung makan. Tidak malu membicarakan dakwah yang akan di dengar orang lain. Tidak malu untuk mengucap salam saat bertemu dan berpisah.
"Sekarang, aku juga mikirnya gitu yis. Yang penting satu frekuensi" begitu kata salah satu senior dokter iship yang aku temui di RSPA Boyolali
Ah iya satu frekuensi. Kita usahakan tetap berada dalam sirkel itu. Setidaknya jika tidak bisa membawa kebaikan, kitalah yg terciprat kebaikan itu
Oh iya, tentang mencari teman satu frekuensi, lagi-lagi, apakah itu kamu?
92 notes
·
View notes
Text
Perjalanan menemukan diri sendiri
Perjalanan menemukan diri sendiri adalah perjalanan berteman dengan sepi. Jika sebelumnya kita memasukkan teralu banyak "bising" dalam hidup kita: berteman dengan teralu banyak orang, mendengar dan melihat teralu banyak. Maka perjalanan menemukan diri sendiri harus kita lalui dengan keheningan dan juga kesenyapan.
Menjadikan diri kita sendiri sebagai satu-satunya yang menemani kita di segala keadaan. Yang melihat tangis, senyum, semangat, dan juga hal-hal yang tidak pernah dilihat dan diketahui orang lain.
Perjalanan menemukan diri sendiri adalah perjalanan dalam memaafkan. Memaafkan diri kita dan memaafkan orang lain.
Memaafkan diri kita yang tak pernah merasa cukup dengan apa adanya kita. Memaafkan diri kita yang seringkali lebih mendahulukan kebahagiaan orang lain dibanding diri sendiri. Memaafkan diri kita yang terkadang menjadi begitu keras kepada diri sendiri.
Memaafkan orang lain yang menyakiti dan tak sengaja menyakiti kita. Memaafkan orang lain yang seringkali tak memahami maksud kita yang sebenarnya. Memaafkan orang lain yang jarang mau menerima kita apa adanya.
Perjalanan menemukan diri sendiri adalah perjalanan seumur hidup. Di dalam perjalanan itu kita akan dihadapkan dengan kebingungan, kehilangan arah, kesalahpahaman, kekeliruan, masalah-masalah dan ketidakpahaman kita dengan diri sendiri. Dengan apa yang sebenarnya kita cari.
Namun, melalui itu semua pula. Kita akan semakin belajar memahami diri sendiri. Dengan segala apa yang benar-benar diinginkan dan tidak diinginkannya. Dengan apa yang membuatnya bahagia dan sengsara. Dan dengan apa yang mendekatnya pada ketenangan.
Perjalanan menemukan diri sendiri adalah perjalanan yang begitu melelahkan dan menguras emosi. Karena , terkadang kita merasa lebih mudah untuk memahami orang lain daripada memahami diri sendiri. Karena memahami diri sendiri, berarti kita harus siap untuk melihat diri kita dalam keadaan "telanjang". Sebuah proses yang mau tidak mau membuat kita mengakui, bahwa di dalam diri kita ada begitu banyak sekali cacat yang harus diperbaiki.
Perjalanan menemukan diri sendiri adalah perjalanan kita untuk lebih sayang dengan diri kita sendiri. Sebuah perjalanan untuk menemukan, sebenarnya sosok seperti apa kita selama ini.
98 notes
·
View notes
Text
Kalau kita mau berteman, bukan dilihat dari usia kajian seseorang, tapi dilihat dari seberapa bermanfaatnya ilmu dia, dan seberapa berpengaruhnya ilmu dia terhadap diri dan karakter dia.
Seharusnya yang lebih lama belajar, bisa mewarnai, bukan justru terwarnai.
Serial Riyaadhush Shalihiin | Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc. حفظه لله تعالى
66 notes
·
View notes
Text
Beranjak yang Jauh Orang yang kalah terhadap hidupnya cenderung akan lebih mudah menyalahkan orang lain atas apa yang ia rasakan dan alami. Apakah pernyataan ini valid? Tentu saja tidak jika dilihat dari aspek ilmiah dsb. Hanya saja, selama aku meriset di tahun 2023 hingga saat ini untuk keperluan ide-ide cerita, realita ini yang banyak kutemukan.
Kalah ini definisinya sangat subjektif, tergantung orang yang mengalami atau menjalani kehidupannya. Bisa berangkat dari trauma di masa lalu, kejadian/peristiwa besar yang pernah terjadi, termasuk hal-hal yang tidak berhasil ia raih di usia-usia tertentu. Siapa yang pertama akan disalahkan? Keluarga. Seperti peran orang tua, keluarga besar, dsb. Setelah itu orang lain. Orang lain yang hanya berpapasan sebentar dalam cerita hidupnya saja bisa dijadikan kambing hitam atas masalah-masalah besar hidupnya saat ini.
Seolah dunia ini hanya berpusat padanya. Tidak bisa melihat dunia ini lebih luas dengan perspektif orang lain. Perspektif yang tidak pernah berusaha ia miliki sebab ia terus merasa dirinya yang lebih penting, mimpinya lebih penting, hidupnya lebih penting. Yang lain, tidak.
Jika kamu pernah ketemu yang seperti itu. Mulai batasi komunikasi, mulai jaga jarak pertemanan jika berteman. Suatu hari kamu pergi, kamu akan menjadi kambing hitam atas kerumitan hidupnya, meski kamu tidak ngapa-ngapain, hanya sedang fokus dengan hidupmu sendiri. Sedang struggling sama hidupmu dan tidak ada waktu untuk hal lain.
Tidak ada manfaatnya memelihara pertemanan yang demikian karena makan hati. Lekas beranjak dan berburu teman-teman yang soleh, yang hatinya hangat, yang kalau ketemu menentramkan, yang senantiasa mengingatkan pada hal-hal baik, empati yang luas, dan membangun hubungan di atas landasan yang sangat kuat, ukhuwah.
Makin dewasa, makin pilih-pilih dalam membangun pertemanan :) (c)kurniawangunadi
127 notes
·
View notes