#memaknaiperjalanan
Explore tagged Tumblr posts
penaimaji · 26 days ago
Text
Ridha Kita
Perjalanan di dunia, terkadang tidak selalu menyenangkan, juga tidak selalu bahagia. Kita tentu tahu, akan ada badai ujian, hingga langit cerah silih berganti. Kehidupan dewasa ini, banyak sekali derai airmata sedih, pun bahagia. Lelah sudah menjadi bagian dari kita. Sakit sudah menjadi teman bagi kita. Kecewa pun sudah menjadi niscaya dalam setiap langkah kita.
Tidak ada sesuatu yang ideal; tidak ada hal-hal yang berjalan mulus sesuai dengan keinginan kita. Tentu saja, kita tidak akan mendapatkan semuanya secara sempurna.
Justru, semua akan menjadi utuh, dan disempurnakan dengan ridha kita; keikhlasan dan kelapangan hati kita.
Memang tidak pernah mudah menjadikan hati kita ridha. Butuh waktu bertahun-tahun untuk terus memupuk dan menyiangi tauhid kita; menjadikan hati lapang atas segala ketentuan dari Allah Tabaaraka wa Ta'ala.
Bagaimanapun, hidup akan terus berjalan. Apabila kita sedih dan banyak menelan kepahitan, ingatlah, bahwa semua itu datangnya dari Allah. Sehingga kita tahu, kemana seharusnya kita mengembalikan setiap urusan.
Jakarta, 1 Desember 2024 | Pena Imaji
95 notes · View notes
Text
Tumblr media
Apakah setelah hujan akan selalu ada pelangi?
Tidak. Pelangi tidak selalu hadir setelah hujan reda.
Bisa saja justru angin topan yang datang setelah gerimis singkat. Mungkin malah disusul awan abu-abu yang membuat gelap. Meski begitu, cahaya akan selalu ada. Dalam episode hidup yang membadai penuh gemuruh sekalipun, cahaya akan selalu ada. Siap mengarahkan kita ke jalan paling sempurna.
Am. 040123.
#pertanyaanpertanyaandikepala
#30hbc2304
#30haribercerita2023
#memaknaiperjalanan
2 notes · View notes
dianesstari · 7 years ago
Text
Tumblr media
Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?
Malam kemarin asrama heboh dengan istilah “kaburamaqtan” yang dicurhatkan anak-anak santri ke saya. Mam, itu toh kakak osis “kaburamaqtan” semua. Kaget! Mata sedikit membesar dengan kening berkerut. “Kok bisa sayang?” Saya masih belum connect sama curhatannya. Yang lain menimpali. Iya mam, “ masa tadi di kasi berdiriki semua sambil pegang buku tafsir jalalain sampai selesai bacaan surah Al-Mulk. Terus, terus? Saya masih mencoba menggali masalahnya, mendengarkan mereka satu persatu. Mendadak asrama jadi pasar karena curhatan massal mereka.
Kakak osisnya lagi rapat di mesjid, jadi mereka bebas mengadukan semua perasaannya ke saya. Bayangkan gimana serunya mendengar curhatan mereka yang serba unik. Ada yang mengeluh karena sakit, ada yang mengadu lagi bombekan, ada yang mengeluh kehilangan barang, ada yang menangis rindu sama orang tua, ada yang di gap sama kakak kelasnya juga ada yang dikira deka-deka (Istilah kakak ade, anak pesantren pasti tahu ini) dan seabrek pengaduan mereka yang kadang saya tanggapinnya senyum-senyum. Abis ekspresi mereka lucu kebangetan, hehehe.
Tapi yang paling heboh yah tema “kaburamaqtan” itu tadi. Lanjut yah, jadi mereka ini merasa diperlakukan tidak adil sama kakak osisnya karena diberikan hukuman terlambat ke mesjid sholat berjamaah. Padahal mayoritas yang mendapat shaf paling belakang karena masbuk itu justru kakak osisnya. “Huh, Mam. Itu kakak osis na suruhki pergi sholat berjamaah tepat waktu tapi dia sendiriji yang terlambat, “kaburamaqtan.”
Saya baru paham ternyata yang mereka maksud itu potongan ayat di surah As-shaff,
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
Saya langsung merinding pas membaca ulang surah ini. Saya teringat selama ini dengan begitu pedenya membagikan tulisan-tulisan bernada kebaikan. Ya Salam, serasa ditampar 😢😢😢 . Sudah sejauh mana kata-kata itu berdampak untuk kebaikan sendiri?
Jangan sampai tulisan itu berhenti di #selfreminder, namun tak pernah membekas sampai ke hati sendiri. Semangat berbagi untuk orang lain namun diri sendiri entah kemana ruhnya. Nyawa kebaikannya seperti menguap ke udara. Sama seperti lilin yang hanya mampu menerangi sekitarnya namun melelehkan dirinya sendiri.
Perjalanan kali ini, saya belajar untuk lebih berhati-hati, berbagi kebaikan itu memang sebuah tujuan yang mulia. Namun alangkah indahnya lagi jika setiap kata yang kita bagikan adalah sesuatu yang lebih dulu kita khatamkan. Mengajak orang berbuat baik? Maka diri sendiri dulu yang diajarkan untuk berbuat baik. Walaupun bukan berarti harus baik dulu baru berbagi kebaikan. Semuanya berjenjang. Tidak mungkin kan selamanya kita membagikan apa yang tidak kita miliki? Terus belajar untuk bisa sampai ke tahap itu karena saya yakin di balik setiap kata-kata kebaikan ada usaha dan perjuangan untuk bisa sampai kesana.
Ketika dapat notification, privat message, direct message, chat dari orang, “Wah Masya Allah mbak keren loh tulisannya. Kak, noted banget nih. Subhanallah ukhti makasi sudah diingatkan.”
Disitu kadang saya merasa sedih. Apakah diri saya sudah benar-benar melakukannya? Atau hanya tertinggal sebagai pemanis kata?
“Dan yang paling aku takutkan, ketidakmampuanku berdiri di atas kata-kataku sendiri.”
Makassar, 9 November 2017
📋 @dianesstari
🎨 @shintamalia
#30dayswritingproject
#memaknaiperjalanan
#berdayabertumbuh
69 notes · View notes
shintamalia · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Perempuan itu sesenggukkan, mempertanyakan banyak hal kepada Tuhan. Bagaimana mungkin sebuah pertemuan hanya meninggalkan luka? Bagaimana mungkin ditumbuhkan jika hanya untuk dipatahkan? Ah, bagaimana mungkin Tuhan mempermainkan perasaan manusia semudah itu? Meskipun pertanyaan itu telah beranak pinak, nyatanya dia tak kunjung mendapat jawaban. Mencoba rasional memang sulit di saat-saat seperti ini. Namun, perempuan itu tak ingin memperparah lukanya, dia mencoba mengubah sudut pandang. Mencoba mengambil makna dari setiap kejadian. Kemudian, dia mendapati bahwa melepaskan adalah yang terbaik. Beberapa perasaan memang tak harus berbalas, iyakan? Hati yang patah, tentu akan sembuh pada waktunya. Ruang-ruang hati manusia tentu tidak akan pernah kosong. Sekarang perempuan itu telah berjalan begitu jauh, meninggalkan kenangan. Tuhan nampaknya sedikit demi sedikit telah memberikan jawaban. Laki-laki itu mungkin tidak cocok untuknya, atau dia yang tidak cocok untuk laki-laki itu. Entahlah. Yang jelas, mata manusia hanya menjangkau luarnya saja, dia hanya mampu menerawang hati orang lain. Maka tak jarang cinta membutakan. Tapi Tuhan tau semuanya. Perempuan itu telah tumbuh dengan luka yang telah hampir sembuh seutuhnya, mengambil begitu banyak pelajaran. Tidak ada yang perlu disesali. She deserves more than him, so does the man. 😃 Kalian taukan lirik lagu silampukau? " Cinta memang tak perlu berbalas. Tak usah mengemis dan memelas" 🎻 written by @shiinta.amalia - designed by @dianesstari #30dayswritingproject #memaknaiperjalanan #berdayabertumbuh #perasaan #02/'12
16 notes · View notes
jumrawati · 5 years ago
Text
Hak Orang Lain
Tumblr media
Sehari ini uang teramat pas-pasan untuk sebuah perjalanan panjang yang tak lagi bisa ditawar berangkatnya. Aku memesan transport online setelah menelaah semua titik termurah, akhirnya ketemu harga 65k diantara 70-80an dengan nama alamat yang dituju. Dengan segenap macet-macetnya, melampaui sejam, bapak sopir membuka percakapan mendebarkan.
"Mbak, titiknya udah sampai sini. Sementara tujuannya masih jauh ke depan".
Perasaanku mulai tak enak yang coba kusamarkan dengan tenang.
"Iyakah pak? padahal nama alamatnya udah sesuai titik" aku mencoba menawar keberuntungan.
"Iya mbak, cuman memang ternyata itu titik yang salah. Tempatnya masih jauh mbak, kalau bapak anter sampai dalam, kasian bapak rugi mbak"
"Terus gimana baiknya pak?" Aku bercemas-cemas harap.
Mobil berhenti kemudian, memperjelas situasi. Meminta aku menambah titik baru. Diantara hati yang tak enak berbaur pikiran yang tak karuan mengingat uang di dompet, batinku mendumel mengutuk kelakuan orang perkotaan yang tidak mau rugi, namun kesadaran sempat-sempatnya marajuk "Jum, ini haknya si bapak, jangan ditahan".
Aku terenyuh, menambah titik baru, membayar tol, membayar uang masuk, 87k. Campur marah, campur sedih, campur haru. Untuk menuju perjalanan 30 jam itu dengan uang 13k melintas provinsi, se incipun tak bergeser dari memoriku.
1 note · View note
kadialwa · 4 years ago
Text
"Semua telah Allah atur"
Ada satuhal yang harus kita pelajari dari perjalanan ini...
Bukan tentang sebuah kegagalan ataupun kemenangan melainkan tentang sebuah ikhtiar yang kita tempuh,
Karna jika bicara tentang kegagalan orang yang sukses pun ia bisa berhasil karena belajar dari kegagalannya.
Mari kita sama-sama belajar, tidak semua yang kita inginkan adalah hal terbaik untuk maslahat hidup kita, maka ikhtiar dan ikhlas adalah kunci utamanya...
Aku pernah dengar sebuah kajian yang di sampaikan ustadz Adi hidayat katanya, :
"Ketika Allah menakdirkan ke tempat yang kita inginkan tiba-tiba Allah belokkan ke arah lain, bagaimana memahaminya?...
Kadang jalan kehidupan yang Allah tetapkan bukan harus sesuai dengan apa yang kita inginkan
Di belokkannya ke arah lain karena Allah tau di sana bukan maslahat kita.
Ada yang lebih kita butuhkan yang mungkin saja harus kita cari di tempat lain".
karena mungkin Allah punya rencana yang lebih indah dari sekadar angan mu
#memaknaiperjalanan
#ikhtiarlillah
1 note · View note
ulfiaana · 5 years ago
Text
Sekali dalam Hidup
Segala hal yang kita keluhkan tentang hidup, entah itu pekerjaan atau kehidupan itu sendiri, ternyata hanya sebuah hal kecil yang tak ada apa-apanya saat berbicara tentang kematian. Teman, mati itu hanya sekali, kita hidup setiap hari. Satu kali itu yang akan menentukan kita untuk masuk ke kehidupan selanjutnya yang entah seperti apa.
Keluhan-keluhan tentang menderitanya hidup hanya karena banyak hal tak sesuai rencana itu, seperti keluhan kosong tak tau diri, saat diri merasa mati itu semakin dekat, sedang hati menyadari bahwa nikmatnya Allah izinkan untuk hidup hingga saat ini adalah nikmat terbesar. Nikmat Allah berupa waktu untuk memperbaiki segala hal yang tak kita usahakan selama ini. Untuk berbuat lebih banyak lagi.
Temanku, kematian itu begitu dekat, kita tak tau jatah waktu kita masing-masing. Andaikan kita tau, mungkin kita hanya akan hidup dalam ketakutan dan melakukan kebaikan sebanyak mungkin untuk menghadap kepadaNya sambil tersenyum dengan air mata menggenang. Temanku, kematian itu begitu dekat, hingga suatu hari kita terbangun dalam keadaan tak lagi memiliki kesempatan. Kalaupun bisa menangis, kita tau tangisan tak mampu mengembalikan kita yang telah kembali kepadaNya.
Tak ada yang menjanjikan kita mampu hidup abadi di dunia ini. Jatah hidup kita mungkin berbeda-beda. Kita mungkin juga sedang menunggui waktu untuk tiba giliran kita kembali kepadaNya pula. Temanku, semoga Allah selalu menuntun kita kedalam jalanNya. Wahai jiwa yang tenang, semoga kita kembali kepadaNya dalam keadaan hati yang ridho dan diridhoiNya, hingga Allah sendiri berkata, masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.
Ponorogo, 4 Maret 2020
Rizka Ulfiana, 22 th
0 notes
penaimaji · 1 year ago
Text
Banyak dari kita lupa, kalau manusia akalnya terbatas. Sehingga tak ingat lagi, kalau Allah Yang Maha Kuasa, punya segala-galanya. Kita tidak boleh mengandalkan diri sendiri, sampai di titik takdir. Manusia hanya berikhtiar, berupaya semampunya, lalu menyerahkan pada Ia
Hati kita kalau ikhlas dan jujur dalam meminta, apa yang tidak mungkin bagi-Nya?
Memintalah dengan sungguh; dengan memperbaiki amal ibadah dan perbuatan secara utuh
Surabaya, 13 Juli 2023 | Pena Imaji
217 notes · View notes
penaimaji · 1 year ago
Text
Iman: Meyakini Janji Allah
Mungkin kalau ditanya sanggup apa enggak mengurus anak, egoku akan menjawab, "Tidak sanggup". Namun, aku sadar ini merupakan peran besar yang mendulang banyak pahala untuk diri —seonggok daging yang amal-amalnya masih berantakan
Tidak semua harus dijawab dengan ego. Tidak semua harus diukur dengan takaran manusia. Terkadang kita hanya butuh satu, yaitu iman (yakin)
Disaat aku merasa hidup ini berat dan penat, aku selalu memohon pada Ia untuk memberiku kekuatan. Sungguh, kita —manusia ini tidak memiliki daya dan upaya, kecuali atas kehendak-Nya
Nikmat Allah sungguh melimpah, namun manusia memang seringkali berkeluhkesah. Semoga kita tak lupa untuk meletakkan iman (keyakinan), bahwa segala sesuatu telah Allah takdirkan untuk kita sebagai anugerah; pelajaran; rasa gembira yang sepaket dengan rasa gundah
Bersyukur, ketika memiliki pasangan yang baik dan pengertian. Sampai terkadang aku balik ke masa-masa manis, asem, asin, pahit jaman masih gadis dulu. Doa spesifik ini memang sungguh bertemu dengan muaranya, masyaAllah alhamdulillah
Perlu lagi kuingat, bahwa tidak semuanya harus dipikir dengan akal pikiran —yang amat terbatas. Barangsiapa yang mengimani janji-janji Allah, semoga Allah limpahkan kesabaran dan ketenangan. Allah akan beri banyak pelajaran untuk kita, agar menjadi pribadi yang lebih baik
Bersungguh-sungguhlah dalam meminta, walau banyak derai air matanya. Terimakasih.. sudah mau berbesar hati melewati setiap perjalanan
Refleksi menjelang dua tahun pernikahan
Sidoarjo, 1 Juli 2023 | Pena Imaji
125 notes · View notes
penaimaji · 2 years ago
Text
Memahami
Setelah hampir satu bulan menjajal medan dan kondisi di Jakarta, kami memutuskan untuk pindah ke kontrakan yang lebih ekonomis for frugal living, juga bisa lebih untuk saving. Aku memutuskan untuk di rumah dulu, menemani tumbuhkembang anak. Kami mencari rumah yang tidak jauh dari tempat suami bekerja, agar tetap dekat dengan keluarga. Yang penting di dalam rumah nyaman, anak masih bisa bermain, tetangga tidak mengganggu (+ tyda julid), juga dekat dengan masjid dan pengajian
Persaingan kerja di Jakarta ini luar biasa. Saat aku berkeliling menikmati suasana kota, di pinggir jalan aku melihat banyak kang servis AC, servis HP, menawarkan pada orang-orang yang lewat. Di rumah pun juga demikian, kulihat ada orang berjalan dari gang menuju gang, menawarkan jasa servis elektronik, jasa wenter, atau jual beli barang bekas. Adapun jasa baby spa, menerima layanan home service saja, karena mereka belum memiliki tempat, dan mungkin masih banyak lagi
MasyaAllah. Aku salut karena mentalnya kuat, punya inisiatif dan berdaya saing. Definisi rezeki harus dijemput, sisanya tawakkal. Semoga Allah mudahkan mereka—juga kita, dan Allah beri kelancaran setiap urusannya
Dulu saat kami tinggal di desa, kami punya beberapa inisiatif lapangan kerja, juga mengabdikan diri untuk beramal. Namun, kebanyakan tidak punya semangat yang tinggi dalam meraih sesuatu. Beberapa masyarakatnya tidak mau keluar dari zona nyaman, sulit diajak kerjasama maupun mengembangkan diri
Mungkin di lain waktu, insyaAllah aku juga akan menceritakan betapa struggle-nya mengajar siswa di daerah, karena banyak faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi minat belajar mereka
Oh iya, balai pelatihan disana saja sedikit peminatnya, sampai mereka diberi uang saku agar mau mengikuti kegiatan tersebut. Intinya mereka ini hanya butuh uang, tapi tidak berpikir jangka panjangnya
Kami pikir-pikir, yang harusnya menggerakkan masyarakat seperti ini memang yang punya modal besar dan punya wewenang, sayangnya tidak bisa diharapkan, justru disana menjadi ladang krpsi. Masyarakat mana peduli, yang penting mereka bisa makan
Begitulah kehidupan, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Setiap orang punya cara berjuangnya masing-masing. Biasanya tergantung latarbelakang setiap individu, karakter, juga lingkungannya
Ada yang mental baja, si ambis yang keras dengan diri sendiri, yang biasanya juga keras dengan orang lain, sering melakukan sesuatu yang high risk, tersettle karena lingkungan, yang sanggup tahan banting mau gimanapun kondisinya
Ada juga yang mental kerupuk, tidak bisa susah sedikit, semua ingin nyaman, dan usaha seadanya, yang tidak mau beranjak dari zona nyaman, selalu merasa cukup dengan apa-apa yang dikerjakan, suka rutinitas berulang. Biasanya sangat berhati-hati melakukan hal yang baru
Ada juga yang mental flexing, yang penting hidupnya aman dari penglihatan orang lain. Rela-relain mengeluarkan over-budget hanya untuk menunjukkan "sesuatu" pada orang lain
Ada juga yang mental pengemis, si beban yang seringnya tidak tahu diri. Entah karena malu bekerja yang biasa-biasa saja atau memang terbiasa manja dengan privilege keluarganya dulu, atau memang pemalas, yang lebih sering mengandalkan orang lain
Paling tidak ketika kita menemui kesenjangan-kesenjangan tersebut, kita bisa lebih memahami dan tidak menilai dari satu sisi saja. Banyak-banyak memberi udzur dan berempati dengan kondisi atau pilihan orang lain
Jakarta, 15 Juni 2023 | Pena Imaji
44 notes · View notes
penaimaji · 2 years ago
Text
Kalau hidupmu seringkali bertemu dengan cerita pengorbanan, barangkali memang disitu cara Allah untuk memberimu jalan dalam meraih pahala
Jadikan perjuangan sekecil apapun, semelelahkan bagaimanapun aktivitasmu, tidak lain ialah untuk beribadah kepada Allah
Beribadah tidak hanya di atas sajadah. Mencari nafkah juga ibadah, bersedekah juga ibadah, berbakti pada orang tua juga beribadah, merawat dan mengurus anak juga beribadah. Bahkan kita tersenyum dan mengucap salam sudah terhitung pahala
Semoga setiap helaan nafas; setiap peluh perjuanganmu hari ini menjadi tabungan pahala di akhirat kelak. Semoga kamu tidak pernah berhenti untuk terus berjuang, memberi manfaat, juga menjalani peran sebaik-baiknya
Buntok, 11 September 2022 | Pena Imaji
212 notes · View notes
penaimaji · 2 years ago
Text
Menujumu
Banyak orang yang under-estimate dengan pernikahan yang melalui proses ta'aruf, termasuk aku salah satunya (beberapa tahun yang lalu). Bagaimana kita bisa tahu aslinya kalau belum kenal? Bagaimana kalau ia bukan orang yang baik? Yah, kurang lebihnya gitulah
Kupikir, menikah bukan hanya tentang dengan siapa kita menikah, tapi bagaimana diri kita sendiri. Kita harus paham apa yang kita butuhkan, apa yang harus kita lakukan, juga kemauan untuk selalu belajar sepanjang perjalanan
Satu hal yang paling penting, yaitu niat menikah untuk ibadah. Bukan tentang siapa yang paling banyak berkorban. Bukan tentang aku aku-an yang sudah begini atau begitu
Bukan soal siapa yang kita kejar, melainkan apa yang kita kejar untuk meraih ridha Allah
Aku selalu meminta doa secara detail, laki2 yang seperti ini, seperti itu, yang aku butuhkan. Namun, apa yang kita terka-terka seringkali membuat kita lupa apa yang seharusnya menjadi tujuan kita
Setelah melewati rentetan perjalanan hidup, aku menemui sebuah persimpangan jalan yang akhirnya aku mantap menujunya
Hingga hampir satu tahun hidup bersamanya, sedikit demi sedikit aku mulai mengerti, mengapa aku meng-iyakan apa yang dulunya tidak aku percaya.
Bahwa kekuatan tawakkal itu nyata. Disaat kita sudah melalui lika-liku hidup, sampai di satu titik kita sadar, bahwa apa yang kita inginkan belum tentu Ia ridhai
Maka dari itu, sebelum meminta sesuatu kepada Allah, mintalah ridha pada Allah. Jemputlah ridha-Nya. Percaya sepenuhnya pada Ia, dan jangan bosan untuk terus berdoa, niscaya Ia akan tunjukkan sesuatu yang tidak kita sangka sebelumnya
Perjuangan dalam pernikahan masih terus berjalan.
Terimakasih sudah saling mendukung dan mengingatkan. Terimakasih sudah saling melengkapi apa yang kurang, untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Buntok, 6 Juli 2022 | Pena Imaji
248 notes · View notes
penaimaji · 2 years ago
Text
Memahami Orang Lain
Kadang, ada orang bisa berbalik membenci pada kita hanya karena satu hal; yaitu karena kita tidak bisa memenuhi permintaannya. Bukan semata-mata kita menolak, melainkan sudah mencoba memberi pengertian, memberi alternatif, namun tetap saja nihil dan tidak diterima
Mungkin kita mengira dengan memberikan alasan dan alternatif lain meski dia tetap tidak mau terima, itu semua sudah selesai. Kita mengira mereka akan berusaha memahami; kita juga mengira, mereka akan menghargai keputusan kita
Namun ternyata tidak, justru semakin keruh. Sampai ia pun menghasut orang lain juga. Entah kenapa sampai bisa sebegitu marahnya dan sakit hati, padahal kita berusaha membantu dan berbuat baik. Kita bahkan tidak pernah sengaja menyakiti, berusaha selalu ada disaat mereka tidak baik-baik saja
Melihat mereka berbuat seperti itu, kita berusaha untuk memahami kondisi mentalnya; memahami karakternya; memahami latarbelakang keluarganya, kebiasaan dan didikan keluarga besarnya; lalu tetap berusaha untuk berbaiksangka. Namun, jika pada akhirnya di satu titik kita merasa relasi ini tidak sehat dan toxic, maka buatlah jarak
Pertemanan yang baik bukanlah yang suka cemburu, iri dengki, aku-akuan, kompetitif, juga suka menggosip dan menghasut. Yah, kadang susah sekali menemukan teman yang relasinya sehat, apalagi kalau kita pindah domisili dan memulai hari-hari yang baru. Kita yang awalnya tidak seperti itu, bahkan bisa perlahan berubah, karena terbawa pengaruh negatif
Sikap mereka yang sudah mulai terlalu sering merendahkan diri kita, membuat kita tak habis pikir, "bisa gitu banget ya. Orangtua kita kalau nuntut aja nggak sampai segitunya sama kita"
Namun, begitulah kehidupan dan orang-orang yang kita temui. Akan selalu ada karakter begini dan begitu; akan ada hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan persepsi kita. Hal-hal tersebut tentu di luar kontrol kita
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Apakah memaksa mereka untuk memahami kita?
Apa harus menjelaskan pada mereka bagaimana diri kita, dan kenapa kita begini dan begitu?
Hehe tidak perlu ya..
Pada akhirnya, yang harus kita lakukan adalah menerima dengan lapang dada; tidak membalas perbuatannya; mengendalikan pikiran kita untuk memberi udzur pada orang lain; membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengannya. Jadi sewajarnya, ya sekadarnya
Kehidupan setelah menikah itu luas dan kompleks sekali, kita tidak langsung bisa berada di lingkungan yang sehat dan supportif; kita tidak langsung mendapati pertemanan yang sehat tanpa drama. Tidak mudah dicari saat seperti single dulu
Terkadang, kita baru menyadari betapa nikmat memiliki pertemanan yang sehat, disaat kita sudah lama tak merasakan itu lagi. Semoga tetap kuat menghadapi apa yang sudah digariskan oleh Yang Kuasa. Jangan pernah lari, hadapi, karena kalau kita lari, bisa jadi kita akan bertemu dengan hal yang sama lagi nanti
Buntok, penghujung tahun 2022 | Pena Imaji
91 notes · View notes
penaimaji · 3 years ago
Text
Kedudukan Suami dan Istri
Setelah menikah, aku seringkali dihadapkan dengan banyak realita yang bersinggungan dengan kedurhakaan istri terhadap suami, yang berimbas pada retaknya rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, selingkuh, cerai, hingga bunuh diri.
Realita di sekitar itu nyata rasanya. Fenomena durhaka merupakan salah satu ketakutanku dulu saat sebelum menghadapi pernikahan.
Islam mengajarkan, bahwa kedudukan suami itu lebih tinggi dari istri. Bahkan Rasulullah juga pernah menyampaikan, seandainya boleh bersujud pada manusia, Rasulullah memerintahkan istri untuk sujud pada suami. Why? Ya nggak tahu, syariat nggak usah dinalarlogika pake akal, nanti kita ujung-ujungnya malah menuhankan kecerdasan kita sendiri.
Nah, paham kan, gimana pentingnya memilih suami dari segi akhlak dan agama; yang bisa diajak diskusi, dan satu frekuensi soal value hidup? Ya karena gimanapun suami kita nanti, kita harus ngimam ke dia loh.
Nggak usah banyakin PR, berharap dia nanti berubah. Manusia nggak semudah itu berubah cuy. Realistis aza.
Mau seperti apapun juga suami, ia tetap memiliki kedudukan di atas istri. Meski barangkali di beberapa case, si istri lebih tinggi status sosialnya, atau keilmuannya, atau hartanya, atau gajinya.
Rasanya penting sekali memahami hal ini. Kalau kita kemakan ego sendiri sih, ya habis sudah rumahtangga. Istri merasa lebih tinggi; merasa nggak mau terlihat lebih rendah atau derajatnya harus sama; merasa nggak butuh suami; merasa bukan hal yang penting melayani suami dari hal-hal kecil. Begitu pula sebaliknya, suami terhadap istri.
Ini sih kembali lagi pada diri masing-masing ya, kita mau pegang value hidup berupa hukum agama atau pemikiran-pemikiran lain? Yaaa yang jelas sih, kita harus menyamakan persepsi itu sebelum masuk ke jenjang pernikahan.
Menjadi suamipun meski kedudukannya lebih tinggi, ya juga jangan banyak menuntut ini dan itu pada istri, toh ia punya keterbatasan. Kenali dirinya, lihat kebiasaannya dulu, latar belakangnya juga, beri waktu ia beradaptasi. Begitu pula istri terhadap suami.
Daripada banyak menuntut diantara keduanya, mending dikomunikasikan, saling diskusi, beri ruang tumbuh satu sama lain. Perjalanan pernikahan ini memang mengharuskan kita belajar, belajar menurunkan ego; belajar untuk saling memenuhi kebutuhan; belajar untuk saling memahami; supaya saling nyaman satu sama lain.
Setelah mendengar kabar salah satu keluarga dari rekan kerja, yang bunuh diri setelah cekcok dengan pasangannya, aku berdiskusi, bercerita pada suami, dan bilang pada suamiku, "Kalau aku ngelakuin kesalahan, tolong mas bilang aja ke aku ya"
Jika saat ini kita diberi pasangan yang baik, maka bersyukurlah. Namun jika belum dipertemukan, percayalah, bahwa yang paling penting dari hidup ini bukan semata-mata pernikahan, melainkan bagaimana kita belajar untuk terus bertumbuh dan berbenah; beradaptasi; berperan dan berdaya; juga memperluas zona nyaman kita.
Buntok, 10 Maret 2022 | Pena Imaji
315 notes · View notes
penaimaji · 3 years ago
Text
Perjalanan Menemukan
Laki-laki yang sabar.
Sekian tahun yang lalu, laki-laki yang sabar merupakan salah satu kriteria wajib bagiku. Aku tak pernah bosan; tak pernah lelah untuk meminta kepada Tuhanku. Aku tahu kekuranganku; di sisi lain aku paham kelebihanku. Sosok yang aku dambakan benar-benar sulit ku jangkau. Sebab, banyak sekali orang di pandangan masyarakat terlihat baik, bijak, atau paham agama, namun akhlak kepada keluarganya buruk.
Lantas, bagaimana aku bisa menilai?
Ya. Pikirku saat itu. Pikiran yang memiliki batas. Pikiran yang hanya bisa ditakar oleh akal manusia.
Semua lelaki tampak kasar, keras, licik, dan selalu ingin memenangkan segalanya; selalu ingin tampak bijaksana. Padahal, siapa yang tau di dalam hatinya? Kenapa sok tahu?
Sampai berada di satu titik, aku ingin menyerah; hampir-hampir tidak ingin memiliki pasangan hidup. Muak. Segala ucapan serapah rasanya cukup menggambarkan kebencianku. Dari marah yang meletup di kepala, hingga akhirnya sabar yang bersilir dalam dada.
Ya sudah. Aku lelah. Aku hanya memohon perlindungan-Nya.
Lalu entah mengapa, seseorang yang tepat itu datang justru ketika aku pasrah dan menyerahkan segala hidupku pada Allah. Aku tidak lagi bersandar pada diriku sendiri. Aku hanya melanjutkan hidup, take it easy.
Sungguh, semua itu berubah semenjak aku dipertemukan dengannya. Hatiku jauh lebih tenang. Kehadirannya adalah bukti kuasa Allah, bukan semata-mata karena manusia itu sendiri.
Tentu. Ia memang bukan manusia yang sempurna, begitu pula diriku. Namun, kami saling mengisi apa-apa yang rumpang dalam jiwa kami. Ia lebih dari cukup; laki-laki yang begitu sabar menghadapiku. Membuatku berkali-kali terharu ketika aku mengingat kembali seberapa lama aku meminta sosoknya dalam doa.
Aku mengubah perspektifku, bahwa bukan orang lain yang salah, sekali lagi, bukan. Mungkin tak sadar, selama ini aku yang jauh dari Tuhanku. Mungkin tak sadar, aku lupa. Dan begitulah cara Ia menggiring setiap manusia, untuk kembali pada-Nya.
Sungguh, Allah akan mendengar hamba-Nya, sekalipun saat berpeluh doa, ia hanya menangis tanpa berucap kata. Ia tau apa yang ada di dalam hati hamba-Nya.
Kawan, jangan pernah menyerah. Perjuangkan apa yang memang layak diperjuangkan untuk hidupmu; dunia dan akhiratmu. Untuk menggenapi separuh agamamu.
Jikalau kamu takut menikah karena banyak cerita tentang lelaki brengs*k di dunia ini, percayalah, kamu masih punya Allah. Ingat, kamu cuma punya Allah sebagai tempat bersandarmu. Mereka tidak lain adalah jalan berliku yang Allah hadirkan dalam ceritamu.
Kalau kamu sudah lelah mencari, cukup tawakkal, menyandarkan diri pada Pencipta. Mintalah pada-Nya. Bersungguh-sungguh meminta pada Ia Yang Maha Kuasa, tidak akan membuat manusia jera.
Buntok, 6 Desember 2021 | Pena Imaji
509 notes · View notes
penaimaji · 3 years ago
Text
Kembali
Kalau dipikir-pikir, menyandarkan apapun—bahkan hal-hal kecil, hanya kepada Allah itu jauh lebih tenang. Belajar untuk tegak di atas kaki sendiri, dengan artian gak menggantungkan apapun ke manusia. Asli sih ini, jauh lebih lapang.
Tetap berbuat baik itu mudah, tapi nyatanya nggak semudah itu saat kita berbuat baik agar dibalas serupa, tapi mendapati kenyataan justru tidak demikian.
Disaat kita merasa sudah berkorban, rasanya menyakitkan kalau tak sadar tujuan kita adalah manusia, bukan Pencipta.
Ya, begitulah.
Pada dasarnya, manusia memang sering salah dan lupa, tujuan yang baik kadang berbelok. Itulah mengapa Allah hadirkan rasa sakit, kecewa, atau hal serupa, supaya kita lebih sadar diri, kepada Siapa seharusnya kita kembali.
Buntok, 16 Januari 2022 | Pena Imaji
221 notes · View notes