#merawathalbaik
Explore tagged Tumblr posts
jumrawati · 5 years ago
Text
Tumblr media
Kuliah Pra Nikah ala Mbak Lulu
Ba'da dzuhur, saya melipir ke teras masjid untuk sedikit beristirahat sambil membaca kisah-kisah inspiratif. Kemudian seorang perempuan mendekat, meminta izin duduk sambil mengeluarkan bekal makannya.
"Yuk mbak, makan" ajaknya.
"Selalu bawa bekal sendiri biar bisa lebih hemat" lanjutnya memulai obrolan yang bakalan panjang yang akan sulit saya runutkan di sini karena segitu loncat-loncatnya dari satu pengalaman ke pengalaman lain.
-
"Jenengan udah nikah?" Tanyanya kemudian setelah dia beres menceritakan keluarga kecil dengan segenap perjuangannya, seorang abdi negara yang dikaruniai 2 orang anak dari suami yang hanya tamatan SMA.
"menuju kesana Mbak" kataku senyum-senyum halus, menyimpul doa.
"Jangan buru-buru, pernikahan itu ibadah sepanjang sisa hidup kita, menyatukannya mungkin mudah tapi menjaganya itu tidak mudah, ada 2 isi kepala yang harus disatukan, di antara banyak kepentingan dan tuntutan. Pikirkan matang-matang, cari laki-laki yang siap dengan kekurangan kita, yang baik perlakuannya pada keluarganya, pada ibu-bapaknya, pada adik-kakanya, pada lingkarannya sehingga bisa membawa kebaikan itu pada keluarga kita. Bukan semata-mata fisik, status apalagi harta, itu semua gampang perginya, beda dengan akhlak yang akan terus melekat." Meleleh kan akunya.
Usia pernikahan mereka menuju 11 tahun, dihidupi dengan sederhana, misalnya aja soal bawa bekal biar nggak harus makan di luar. Pakain juga beli baru kalau yang lama sudah lusuh, bahkan untuk mudikpun, sepanjang 2 jam perjalanan mereka tempuh dengan bersepeda. Amat sedehana kelihatannya tapi padanya bergantung 2 adik yang sedang dikuliahkan dan 2 anak yang sedang disekolahkan saat diapun sedang menempuh magisternya. Ehh, tinggalnya juga kos-kosan, mereka tidak menciptakan kesulitan yang mereka sendiri belum sanggupi jalani. "Sekarang bisanya kos-kosan, yah ini aja dulu, harus ada skala prioritas" katanya.
-
Prosenya begitu luar biasa tanpa didampingi seorang ayah, Dia bisa menjadi guru dan membersamai kuliah adik-adiknya. Caranya menterjemahkan kehidupan islami dalam kehidupannya sangat menakjubkan, tidak fanatik, tapi rutinnya di rawat.
Satu kondisi lain yang unik menurutku adalah cara dia menyelesaikan konflik keluarga, Ia selalu memulai "iya aku salah....., maaf yah aku belum bisa....", cara dia mengakui kesalahan, menempatkan diri sebagai istri, menjaga harga diri suaminya, masyaallah sangat hebat. Tak berbilang mataku berkaca-kaca, hatiku menyeruak, betapa kerdilnya diri ini. Hingga tidak berasa 80 menit berlalu, Ia harus melanjutkan projek PPLnya lagi.
Aku tersenyum pada diri sendiri, merasa lucu dan bersyukur betapa takdir begitu uniknya terangkai tanpa kebetulan, harus jauh-jauh kesusahan di Surabaya agar bisa belajar pada Mbak Lulu, Perempuan sederhana yang mau diajak hidup susah.
6 notes · View notes
jumrawati · 5 years ago
Text
Tumblr media
Menyimpul Kisah Milik Orang Lain
Keramaian masih menemani, hiruk-pikuk berlalu-lalang, datang, tinggal pergi silih berganti kusaksikan. Beberapa percakapan pun menghampiri bergantian menemani menunggu.
"Sekolah?"
"Sudah selesai"
"Kerja berarti"
"Sudah selesai juga"
"Harusnya sudah kerja, kan tujuan kuliah biar bisa kerja. Apalagi orangtua sudah membiayai, harusnya giliran anak membalas orangtua...."
--Percakapan 1
"Rencana ke depannya apa?"
"Fokus kerja"
"Kalau dihitung-hitung yah, kuliah itu menghabiskan uang, SD-SMP-SMA sampai kuliah sudah menghabiskan berapa? Terus nanti kalau akhirnya kerja, gajinya tarolah 3jtan, tidak akan membayar semua yang dihabiskan untuk sekolah".
--Percakapan 2
"Mau pulang sekarang?"
"Belum pak, rencananya mau jalan-jalan dulu di sekitar sini".
Kemudian seorang sopir menghampiri, "bagaimana, jadi ikut?".
"Tidak, ternyata orang baru, jadi mau jalan-jalan dulu di sekitar sini" kata bapak sebelumnya menjelaskan obrolanku padanya kepada pak sopir sambil tertawa-tawa kecil.
"Mau jalan-jalan ke mana dek? Ndak usah dek nanti hilang, kalau hilang nanti ndak bisa pulang di rumah, kan bakal repot lagi". Sambil tertawa-tawa cekikikan bersama temannya.
--Percakapan 3
Pada kesempatan berikutnya untuk menunggu yang teramat panjang, buku menjadi pilihan untuk membawa pikiran pada dimensi lain yang menyenagkan, kemudian kuletakkan di sampingku, ada bapak-bapak yang begitu antusias mengambilnya bahkan tanpa pamit, beberapa menit lembarannya di bolak-balik memilih bertanya
"Ini bukunya beli?"
"Iya".
"Lain kali kalau mau beli buku, mending buku-buku hadist nabi, lebih bermanfaat".
--Percakapan 4
Begitulah pada perjumpaan yang tak lama, wejangan-wejangan selalu menyelinap masuk, yang kadang-kadang lebih condong menghakimi dibanding menasehati, ingin mengklarifikasi, membela pemikiran dan prinsip diri, tapi buat apa? Menunjukkan keberdayaan diri? Ngapain? Cukup disenyumin aja, orang-orang memang unik, suka menyimpul sepotong cerita milik kita berangkat dari kisah mereka masing-masing, tanpa pernah tau proses apa yang sedang diperjuangkan seseorang.
3 notes · View notes
jumrawati · 5 years ago
Text
Prosesi Akad Nikah ke Resepsi
Tumblr media
Sejenak menghadiri kondangan yang asing sama sekali, orang-orangnya maupun kampungnya. Hanya sekedar ikut keluarga yang ternyata berkeluarga dengan yang punya akad--keluarga jalur sebelah--.
Menjadi orang asing sendiri di apit-apit keramaian, hanya bisa berdiam menyapu pandang sekeliling dan membiarkan pikiran menterjemahkan apapun secara acak.
Prosesi akad nikah sedang berlangsung di dalam rumah, terdengar mempelai pria di pandu membaca ayat-ayat sepenggal demi sepenggal, nyaris mengusik kesakralan makna. Aku membatin "kenapa nggak dipelajari dulu, padahal ini bacaan harian".
"SAH" Orang-orang bersahut-sahutan, tiga pohon cengkeh dan seperangkat alat sholat menjadi mahar pernikahan. Doa untuk pengantin ditengadahkan, terbesit andai semua orang-orang ikut menengadah betapa berkahnya pernikahan sang pengantin.
Sang Pengantinpun diarak-arak keluar menuju singgasananya untuk mendengar nasehat pernikahan. Seorang mulai berbicara, untuk kesekian kalinya mendengar seperti ini, aku masih mengeluh. Betapa tidak, pemgantin diarahkan membuat janjin atas nama Allah yang tidak ada dasarnya, hanya bentuk-bentuk kalimat yang dikarang oleh penceramah berangkat dari pengalamannya. Belum lagi berbagai lolucon yang dipelintir-plintir ke urusan ranjang, kalau saya sebagai mempelai, itu memalukan. Ditambah lagi, penjelasan tugas-tugas sebagai suami dan istri, yang mengharuskan suami menjadi kuda, ayam dan kawananannya. Maksudku, analogi boleh tapi tidak menjadikan orang-orang bersorak-sorak menertawai mempelai pria kan.
Dan yang paling mengganggu apa coba? Tugas sebagai istri, mulai dari urusan dapur dan ranjang penuh ganjaran, bahkan mencuci pakaian suami diganjar dengan pahala gampang melahirkan, mudah keluar ruh saat sakaratul maut, dan lapang jalannya di jembatan sirath al mustakim. Sampai diklaim bahwa istri-istri yang susah melahirkan itu durhaka pada suami. Wahhh, kacau.
Saya tidak membantah tugas istri yang harus menyenangkan suami tapi mengada-adakan sesuatu tanpa dasar itu bukan becandaan. Nasehat pernikahan ditutup, orang-orang saling menggoda mencuci pakaian suami--kebetulan duduknya di antara ibu-ibu--, menyisakan tawa-tawa kecil.
Saya tidak tahu ditempat lain, tapi dari yang saya saksikan nasehat pernikahan lebih banyak menjadikan perjalanan keluarga sebagai lolucen untuk ditertawai bersama, bukan malah diambil maknanya, padahal moment ini sangat pas untuk mengetuk kembali rumah-rumah keluarga yang tertutup kehambaran.
Orang-orang mulai menikati hidangan, sisa makanan tak terelakkan, sampah-sampah mulai berserakan. Akupun juga bertanya-tanya, seperti apa resepsi yang ideal? yang tidak merusak keberkahan pernikahan.
1 note · View note
jumrawati · 5 years ago
Text
Hak Orang Lain
Tumblr media
Sehari ini uang teramat pas-pasan untuk sebuah perjalanan panjang yang tak lagi bisa ditawar berangkatnya. Aku memesan transport online setelah menelaah semua titik termurah, akhirnya ketemu harga 65k diantara 70-80an dengan nama alamat yang dituju. Dengan segenap macet-macetnya, melampaui sejam, bapak sopir membuka percakapan mendebarkan.
"Mbak, titiknya udah sampai sini. Sementara tujuannya masih jauh ke depan".
Perasaanku mulai tak enak yang coba kusamarkan dengan tenang.
"Iyakah pak? padahal nama alamatnya udah sesuai titik" aku mencoba menawar keberuntungan.
"Iya mbak, cuman memang ternyata itu titik yang salah. Tempatnya masih jauh mbak, kalau bapak anter sampai dalam, kasian bapak rugi mbak"
"Terus gimana baiknya pak?" Aku bercemas-cemas harap.
Mobil berhenti kemudian, memperjelas situasi. Meminta aku menambah titik baru. Diantara hati yang tak enak berbaur pikiran yang tak karuan mengingat uang di dompet, batinku mendumel mengutuk kelakuan orang perkotaan yang tidak mau rugi, namun kesadaran sempat-sempatnya marajuk "Jum, ini haknya si bapak, jangan ditahan".
Aku terenyuh, menambah titik baru, membayar tol, membayar uang masuk, 87k. Campur marah, campur sedih, campur haru. Untuk menuju perjalanan 30 jam itu dengan uang 13k melintas provinsi, se incipun tak bergeser dari memoriku.
1 note · View note
jumrawati · 5 years ago
Text
Ibu, Ankot dan Ruas Jalan
"Bu, angkot di sini cuman 1 jalur yah?" Tanyaku pada ibu penjaga warung makan terdekat
"Dua lah, 1 di sini, 1 di sebelah" Si ibu menjawab ketus, menunjuk 2 ruas jalan raya di depan.
"Bukan bu, maksudku kalau dari sini sudah menjangkau seputaran kota yah?"
Tapi aku tidak lagi memunggu jawaban si Ibu melihat angkot segera merapat. Aku berlalu, naik ke angkot setelah mengkonfirmasi ke sopir angkotnya, sisa-sisa suara kudengar ibu itu mendumel
"Bagaimana caramu itu bertanya".
---
Menyebalkan, itu kesan pertama. Bagaimana bisa orang bertanya, yang posisinya tidak tahu, bukannya bantu diarahkan malah kena nyolot.
Tapi mari berpositif, si Ibu mungkin belum pernah ke kota besar jadi tak paham kalau angkot itu ada kemungkinan punya banyak jalur.
--
Ketidaktahuan yang dilindungi atas nama harga diri memang sering kali mamasang gertakan atau kemarahan sebagai tameng.
0 notes
jumrawati · 5 years ago
Text
Tumblr media
Anak Petani
Terik seperti pas di ubun-ubun, melelehkan energi menjadi bulir keringat. Kami tetap berangkat ke kebun. Mama, Bapak, Adik dan Bibit Nilam sudah menunggu.
Tidak cukup dua jam perjalanan motor untuk disambut hidangan mangga bekal berpacu dengan Si bibit, gelas plastik dan cangkul.
Tak lama, langit menggelap di sana-sini, hujan berkejaran menyentuh tanah, waktu yang pas bagi si bibit beradaptasi dengan kehidupannya. Hujan makin menderas, dingin sudah menyelimuti, pakaian yang seharusnya melindungi malah berbalik menyerang dengan basah kuyupnya, menggigilkan tubuh.
Kami tak beranjak pergi, serbuan air hujan, tanah berlumpur, genangan air, basah kuyup kami, dan empat puluh menit membuatku tersenyum, tak percaya berada di frame yang seperti ini. Frame yang menjagaku untuk tetap menyederhana.
0 notes
jumrawati · 5 years ago
Text
Tumblr media
Plan Cepat Saji di Kota Perjuangan
Kunci kamar terlupakan, pagiku terjebak menunggu, mengalah pada 'bisa jadi' yang meragukan, berkompromi dengan urusan yang tak jelas ujung pangkalnya, plan A timpang.
Plan B kemudian kupilih, bangku kayu panjang menjadi saksi sederet kegelisahan menunggu sesuatu yang enggan menawarkan keberuntungan.
Hingga menyeberang ke plan C yang juga mensyaratkan menunggu, bermain petak umpet dengan wifi gratis, melihat kehidupan elit berkelindangan, good looking dan grooming lalu lalang yang sesekali berlarian menghampiri seseorang yang terlihat penting. Aku sejujurnya tak yakin ini tempat apa, tapi yang kubutuhkan ada di sini, di pojokan belakang brand kopi terelit itu, hingga 3 jam waktu aku serahkan, urusan tak juga berpangkal.
Waktu semakin mendesak, berlari pada plan D tak bisa lagi ditawar, sayang orang lain mana tahu jika urusan yang tak jelas ujung pangkalnya ini sangat mendesak, akhirnya harus berdebat dulu dengan emosi sendiri dan berujung bonus menunggu lagi.
Plan D perlahan dirangkai namun rangkanya tak lengkap, mengambil opsi E sebagai penopang, mengobrak-abrik benteng pertahanan harga diri, sampai di sini aku belajar realistis, kapan saatnya menggunakan feeling dan kapan harus melepasnya. Kapan harus mundur, kapan tetap maju. Pada akhirnya perpaduan plan D dan E memamerkan hasilnya.
Malam semakin menjadi, aku berlari keluar, menatap kemewahan kota Perjuangan, menghirup aroma bebas, menyimpul senyum lega, betapa selembaran kertas ini bisa mengikat haru.
0 notes