#berdiskusi
Explore tagged Tumblr posts
kbanews · 1 year ago
Text
Berdiskusi dan Nobar, Anies Ajak Milenial Terlibat Pembangunan Kota
JAKARTA | KBA – Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan bertemu dengan mahasiswa dari Naruna Ceramic Salatiga. Pada pertemuan itu Anies Baswedan mendiskusi dan nonton bareng (nobar) film dokumenter terkait branding Kota Jakarta. Anies menjelaskan tentang branding selama memimpin di Jakarta. “Nobar dan diskusi dengan adik-adik mahasiswa di Salatiga, nonton film dokumenter terkait branding…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kartikagmacademy · 1 year ago
Text
Tumblr media
0 notes
Text
BELI DISINI, TELP: 0812-3131-6315, Jual Mesin Pengering Egg Tray Otomatis di Pangkajene Kepulauan
PenPabrik Mesin Pencetak Rak Telur Carton , Pabrik Mesin Pencetak Rak Telur Carton , Pabrik Mesin Oven Rak Telur Carton
youtube
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kemungkinan upaya rak telur atau egg tray nyatanya amat menjanjikan, beberapa entrepreneur rak telur atau egg tray sanggup menghasilkan tiga juta s/d lima juta helai egg tray tiap-tiap bulannya, bahan baku yang paling gampang didapat adalah dibikin dari kertas sisa ataupun kardus sisa.Dikenali jika kebutuhan pasar pada keperluan rak telur atau egg tray ini bertambah 40% tahun ini, ini karena telur adalah satu diantara kebutuhan dasar yang nyaris tiap rumah jelas memerlukannya untuk konsumsi keseharian.Tangkap kesempatan itu, kami dari Pabrik Mesin Egg Tray mulai kerjakan kajian serta sudah sukses bikin Mesin Pembikin Egg Tray, di mana tray yang dibuat dengan bahan baku kertas atau kardus sisa.Pabrik Mesin Rack Telur udah sukses membikin Mesin Oven Egg Tray Automatis, maka dari itu bisa menolong beberapa produsen rak telur atau egg tray buat menaikkan produksi biar lebih maksimum.Dengan memakai Mesin Pengering Egg Tray Automatis hasil kami, karena itu proses pengeringan rak telur atau egg tray tak kan terkait dari panas cahaya matahari kembali dan bakal jalan dengan kontrol automatis.Apabila pengin berdiskusi serta memperoleh data sedetailnya.SIlahkan mengabari Sales Engineer kami:Kontak Kami:Pak HakiTELP/WA: 0812-3131-6315Website: https://mesinraktelur.com
PenPabrik Mesin Pencetak Rak Telur Carton , Pabrik Mesin Pencetak Rak Telur Carton , Pabrik Mesin Oven Rak Telur Carton
0 notes
jndmmsyhd · 2 months ago
Text
RTM (Rumah Tangga Muda): Melanjutkan Mimpi
Sebab pernikahan itu adalah menyatukan impian yang sekiranya bisa disatukan, seni untuk menyamakan tujuan agar langkah kaki bisa berjalan beriringan, dan pernikahan adalah cara menambah ilmu dan amal
Tahun 2019 sampai 2022 adalah tahun yang lumayan panjang dan penuh lika-liku untuk perahu saya dan istri, disamping pekerjaan saya sebagai seorang penulis, freelance, ngegarap beberapa proyek ekspor impor dengan teman-teman, membimbing umrah dan sebagainya, saya pun memiliki kewajiban untuk melanjutkan impian saya, meneruskan S2.
Benar, saya dan istri saling bergantian, istri saya dulu yang mengambil S2 saat itu dan saya mengumpulkan uang sekaligus menunggu kelulusan S1 saya. Biaya perkuliahan S2 di Malaysia (IIUM) lumayan mahal juga sebenarnya. Tapi, saat itu kami berpikir "ah, gapapa. Insyaallah nanti ada rezekinya, sebab tujuan kita baik pasti Allah bantu". Tahun 2020 bulan desember pun akhirnya saya melanjutkan S2 di kampus yang sama dengan istri, yang pada saat itu pula istri sedang menulis final thesis. Dan alhamdulillah tahun 2021 istri lulus Magister dengan nilai terbaik.
Pada saat kelulusannya, saya merasa bahagia, dan dari situlah kepercayaan saya pada janji-Nya itu semakin nyata. Allah mudahkan semua rencana kami dan juga cukupkan kebutuhan kami.
Tahun 2023 kami berdiskusi perihal siapa yang akan terlebih dulu melanjutkan jenjang S3, berujung pada keputusan saya yang lebih dulu melangkah ke S3 di kampus yang sama (IIUM), sementara istri sabar dulu sambil saya segera menyelesaikan studi ini, mungkin setelah itu baru dia yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Tujuan kenapa kami melanjutkan kuliah awalnya berbeda-beda, hingga akhirnya kami menyatukan narasi bahwa "ilmu yang kami cari ini adalah persembahan kami sebagai rasa syukur pada Allah dan juga modal kami untuk mendidik anak-anak dan keluarga kami, bukan untuk nyari kerja”.
Sampai hari ini, mendekati penghujung tahun 2024, keyakinanku soal apa yang Allah takdirkan itu selalu baik semakin kuat, entah bagaimana nanti masa depan itu biarlah Allah yang mengaturnya, sebab itu ranahnya Allah, bukan ranahnya manusia untuk memikirkannya.
Untuk teman-temanku, yang akan menikah atau telah menikah, menyatukan visi dan tujuan pernikahan itu tidak mudah, ada banyak hal yang harus diistikhorohkan bersama-sama, diobrolkan dan dibicarakan bersama-sama. Meski akan ada bagian dari mimpi kita yang harus ditunda dulu, gapapa. Setiap cerita memang pasti berbeda alurnya, bukan?
Semoga Allah mudahkan langkah kita, lindungi keluarga kita, dan Allah berikan keberkahan untuk setiap waktu dan usaha kita.
— Ditulis di kereta menuju Gambir
Ahad, 17 November 2024
@jndmmsyhd
163 notes · View notes
andromedanisa · 2 months ago
Text
aku tidak ingin berandai-andai.
terkadang aku penasaran, bagaimana ibunda Aisyah Radhiyallahu 'anha menghadapi hari-harinya dengan tetap kuat dan yakin kepada Allaah atas takdir yang ditetapkan untuknya. Allaah telah menetapkan Ibunda Aisyah Radhiyallahu 'anha tidak memiliki keturunan.
aku hanya ingin tahu bagaimana beliau menghadapi banyak pertanyaan yang mungkin diajukan kepadanya kala itu. kalaupun tidak ada bagaimana beliau melalui hari-harinya selain belajar, menjadi salah satu perawi hadits terbanyak dikalangan para sahabat. akupun ingin tahu apakah semasa beliau hidup, apakah pernah beliau meminta agar dikarunia keturunan? ataukah beliau bahkan tidak pernah sama sekali meminta akan hal tersebut?
aku penasaran bagaimana beliau akan menjawab sebuah pertanyaan "wanita yang memiliki keturunan/ anak banyak biasanya ia sangat mencintai pasangannya (suami). sementara wanita yang tidak memiliki keturunan biasanya ia tidak mencintai suaminya. cintanya tidak besar."
bagaimana mungkin?
membaca kisah beliau ketika difitnah saja membuatku menangis, bagaimana bisa beliau setegar itu kalau bukan karena pertolongan Allaah. bagaimana beliau tetap memilih diam dan menyerahkan semuanya kepada Allaah tanpa sedikitpun mengklarifikasi kebenarannya seperti apa. jika ku kembalikan kepada diriku, maka aku akan sibuk klarifikasi kesana kemari mengatakan bahwa berita itu tidaklah benar. namun demikianlah generasi terbaik memberikan tauladan.
kenapa menuliskan ini?
beberapa waktu lalu aku mengikuti sebuah kajian Ibu hebat. disana mengundang sebuah pemateri seorang ustadzah yang terbilang masih muda. didalam ceramah beliau, beliau menyampaikan bahwa ibu-ibu harus bangga kalau memiliki anak lebih dari tiga. artinya ibu sangat mencintai bapak (pasangannya). apalagi kalau anak pertamanya mirip sekali dengan ibu, artinya ibu dicintai bapak dengan begitunya.
kemudian beliau melanjutkan tausiyahnya,.
karena biasanya Bu, para wanita yang tidak memiliki anak kebanyakan dari mereka biasanya tidak begitu mencintai suaminya. kalau punya anak satu atau dua cintanya tidak sebesar seperti cintanya ibu yang anaknya lebih dari tiga. ujar beliau dengan di iringi sebuah senyuman.
aku tertegun lama sekali, hal itu membuatku menginstropeksi diri. bertanya dengan jujur, apakah benar demikian?
malamnya aku berdiskusi dengan suami, lalu ku tutup dengan tangisan.
ah, pertanyaan seperti itu mungkin terasa ringan dan tidak menyakitkan bagi mereka yang telah Allaah karuniai buah hati meski hanya memiliki satu ataupun dua. dan pertanyaan tersebut sangat membuat bangga dan bahagia buat mereka yang memiliki buah hati lebih dari tiga. lalu bagaimana dengan mereka yang sedang Allaah uji dengan sebuah penantian?
jika ditanya kok belum isi, kok belum hamil, kok masih belum punya anak. kapan hamil, kapan punya anak, kapan merasakan hamil dan melahirkan. dengan pertanyaan sebelumnya. entah mengapa pertanyaan "mereka yang belum punya anak biasanya tidak benar-benar mencintai suaminya."
menghujam sekali, sampai ke inti jantungku. dan aku menangis setiap kali mengingatnya.
aku tidak ingin berandai-andai. tapi aku hanya ingin tahu bagaimana Ibunda Aisyah Radhiyallahu Anha akan menyikapi hal demikian jika dihadapkan pertanyaan tentang hal tersebut. namun, pada akhirnya aku sadar bahwasanya beliau adalah wanita yang cerdas, beliau tak akan sibuk dengan penilaian makhluk. baginya cukuplah Allaah sebagai saksi dan sebaik-baik penolong.
kalimat pertanyaannya tidak begitu panjang, namun membuatu seperti beku. membuatku tidak berdaya untuk sekadar menulis, menumpahkan semuanya dalam kata-kata. tapi sekarang, aku lebih tenang. dan aku ingin kembali berkarya. siapapun yang membaca tulisan ini, semoga Allah karuniakan kepada kalian kesehatan dan kebahagiaan yang berlipat-lipat..
sejumput hikmah || 18.23
91 notes · View notes
herricahyadi · 4 months ago
Text
Anak Abah
Saya mau cerita sedikit. Jadi, beberapa waktu lalu saya sempat menyampaikan kritik ke para pengikut Anies Baswedan (Anak Abah) soal sikap mereka yang justru antikritik, sukar berdiskusi, dan malah sama mengerikannya seperti buzzer-buzzer Mulyono. Mereka merasa berbeda, tapi tindakannya sama saja. Justru sangat jauh dari semangat diskursus yang dibangun oleh Anies Baswedan. Tadinya saya kira ini hanya ledekan dari buzzer-buzzer Mulyono saja. Hingga akhirnya saya mengalami sendiri: dicaci, dibantah, dicancel, bahkan di-unfollow sama teman sendiri.
Terakhir, ada adik kelas di UI dulu yang sebenarnya tidak pernah ada masalah apa-apa, tidak ada perdebatan atau bagaimana. Kita saling follow di X. Hingga waktu dia merespon tuit saya dengan begitu defensif. Saya balas dengan santai dan seperti diskusi biasa. Namanya juga berbeda pendapat dan saya pikir kita ya tetap teman. Ternyata setelah itu dia unfollow saya. Agak heran, cuma berbeda opini begitu sampai baperan, kok, bisa? Padahal saya juga pemilih Anies Baswedan. Bedanya saya tidak pernah memuja tokoh: mau dianggap sebagus apapun tokoh tersebut. Uniknya orang-orang seperti teman saya itu sama-sama mengaku mereka membela nilai yang dibawa; tidak memuja tokoh. Tapi tindakannya justru jauh dari hal yang diklaim. Saya, sih, tidak bermasalah untuk di-unfollow karena saya tidak sebaperan itu. Yang jadi masalah adalah dia unfollow saya tapi tidak me-remove saya sebagai follower dia. Kan curang ya, haha.
Anyways, saya mengajak teman-teman di sini agar jangan terlalu mudah baperan di politik. Berbeda pilihan jangan sampai bermusuhan. Membela orang yang kita dukung jangan berlebihan. Apalagi buat yang muslim, loyalitas kita itu hanya kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Kalau agama dihina, Nabi dihina, baru kita boleh baperan. Tapi tokoh politik kita bela mati-matian, untungnya apa?
64 notes · View notes
nonaabuabu · 2 months ago
Text
Tumblr media
Lihat ini, aku jadi sadar. Meski nggak mendidik ala-ala parenting, berdiskusi dan lainnya, orang tuaku cuma nggak mendidik aku soal nilai harus bagus. Meski urusan gagal, kesehatan mental dan eksplorasi hobi itu baru terjadi setelah aku di fase dewasa, tapi mereka memenuhi semua ceklis didikan.
Soal nilai harus bagus, aku nggak ingat itu pernah. Karena orang tuaku seperti kebanyakan orang tua keluarga kurang mampu yang anaknya sekolah aja sudah sangat menjadi berkah, nilai bagus urusan kesekian.
Tapi yang lainnya, banyak yang diajarin, dan yang belakangan sering ditekankan ayah kalau aku lagi cerita adalah, cara berkomunikasi. Soalnya semakin kesini kemampuan sosialku semakin jauh dari sebelumnya, jadi cukup mengkhawatirkan.
28 notes · View notes
penaimaji · 1 year ago
Text
Membangun Narasi Indah Pernikahan
Dibalik narasi-narasi indah pernikahan, tentu berawal dari ketidaksempurnaan kita—manusia yang juga banyak salahnya. Jangan denial, manusia juga memiliki kekurangan
Kesalahan bukanlah sebuah masalah, selama kita mau memberi ruang kepada pasangan untuk upgrade diri menjadi lebih baik. Melihat potensi dan sisi baik pasangan yang jaaauuhhh lebih banyak
Dua manusia yang hidup dari sisi berbeda. Masing-masing membawa dampak dari luka-luka selama dua puluh lima tahun silam, yang kini berubah menjadi cerita perenungan dan pembelajaran. Ruang-ruang itu tertata lebih baik; bertahap melalui ruang validasi-penerimaan-melakukan perbaikan-melakukan perubahan
Melihat kilas diriku yang sekarang amat jauh berbeda. Sampai di titik ini, keberadaan anak membuat kami semakin dekat, meski tidak selalu mulus jalannya. Hal-hal sederhana seperti beres-beres rumah, memasak, mengurus anak, yang dilakukan bergantian juga kerjasama. Menemani tumbuhkembangnya, berdiskusi, menceritakan hal-hal kecil satu sama lain
Hidup sederhana, apa adanya, tanpa banyak drama. Memprioritaskan kebutuhan yang penting-penting saja. Tidak perlu berisik ketika bertemu banyak prahara, dan tetap menjaga hubungan dengan Yang Maha
Melewati satu persatu masalah yang dihadapi, mengembalikan semuanya pada diri sendiri supaya tidak mudah menyalahkan orang lain. Kuncinya ialah bersyukur, menikmati yang indah hingga yang pahit sekalipun
Terimakasih sudah mau menjadi tempat, dimana aku merasa diterima tanpa takut dihakimi. Terimakasih sudah membantu banyak hal untuk lebih memahami diri sendiri; juga saling memaklumi
Semoga Allah mampukan menjalani skenario kehidupan ini yang muaranya tentu kembali pada Ia—Pencipta Alam Semesta
Jakarta, 6 September 2023 | Pena Imaji
220 notes · View notes
mamadkhalik · 3 months ago
Text
Kingdom of Allah
Dari sini, aku ingin mengazamkan diri untuk membagikan insight dari buku “30 nights make it closser” dari @quranreview.
Selain untuk mengikat ilmu, harapanya dengan challenge ini dapat menjadi alasan untuk tetap dekat dengan Al-Quran dan menjadi hujjah di hari akhir kelak.
Kita mulai dari ayat pertama :
Tumblr media
Allah mention kata Al-Mulk yang diawali dengan tabarak. Kata ini berasal dari kata Barakah. Kalau versi Imam Al-Alusi, Barakah itu tenang, stabil, tumbuh, dan bertambah. (Buku 30 nights make it closser hal - 16)
Petang tadi, sempat berdiskusi dengan adik-adik perihal masalah dakwah. Kita berdiskusi panjang lebar, mencari titik temu, dan akhirnya menyepakati solusi.
Ketika aku membaca ayat ini, aku merasa tenang. Kita sudah berikhtiar semampunya. Selanjutnya kita pasrahkan semua kepada Allah.
Meski kita hidup di Negara wkwkland, fufufafaland, wakanda, atau sebutan apapun yang mengarah kepada pesimisme, yakinlah sebagai seorang beriman, kita hidup di kerajaaNya Allah.
Kalau kita berdakwah untukNya, insyaAllah akan dimudahkan olehNya juga.
Kalau kok ada yang merasa tidak tenang, nggak nyaman, berarti belum benar-benar sadar bahwa sedang tinggal di area kerajaanya Allah. (Buku 30 nights make it closser hal - 21)
Semoga Allah mudahkan.
Surakarta, 05 November 2024
Menuju Dauroh Marhalah 1 KAMMI UNS.
Tadabbur Al-Mulk : 01, Buku "30 Nights Make It Closser" by Quranreview
23 notes · View notes
ferlianaharman · 5 months ago
Text
Perjalanan Panjang Hidup dengan Satu Orang
Menikah itu bukanlah hanya sah di mata agama dan hukum, bukan hanya tentang dua keluarga besar yang telah menjadi satu, bukan hanya perihal satu tempat tidur, bukan tentang status yang berganti jadi suami-istri.
Namun menikah itu adalah komunikasi; bisa diajak bicara, bisa diajak untuk berdiskusi, membantu cari jalan keluar, tidak menyudutkan tapi jadi penenang.
Jadi, kalau diantara salah satunya berpikir bahwa lebih hebat, lebih bisa melakukan berbagai hal sendiri, lebih berkuasa, lebih pintar; lalu untuk apa status dipertahankan jika ternyata masih belum bisa menurunkan ego?
Menikah itu bukan untuk unjuk 'siapa yang paling' tapi saling berbagi, saling belajar, mau mengalah, mau untuk mendengarkan, mau untuk dibicarakan secara baik-baik.
Itu kenapa banyak perselingkuhan terjadi; karena butuh 'teman bicara' dan butuh 'teman berbagi'
Belajarlah untuk bisa jadi air bagi ego diri sendiri dan juga pasangan.
Bagaimana dia mau mendengarkanmu; sedangkan setiap kali dia bicara kamu selalu sibuk?
Bagaimana dia mau sabar; jika kamu selalu menyalahkannya tanpa mau mendengarkan penjelasan darinya?
Bagaimana dia mau menghargai dirimu; sedangkan kamu saja tidak pernah bisa menghargai setiap hal yang dia lakukan untukmu?
Jangan selalu menuntut untuk dia bisa sempurna; sedangkan kamunya saja tidak pernah mau belajar untuk menjadi lebih baik.
28 notes · View notes
85kilometer · 9 months ago
Text
Menyepakati Jeda
Adalah dua satu empat belas; setelah percakapan panjang dengan pasangan—aku dan ia bersepakat untuk rehat dari segala hiruk-pikuk kepala. Namun seluruh akal menggerogoti raga, mengelumat daya tak bersisa hingga jadi abu tanpa nyawa.
Pertengkaran memang selalu melelahkan, namun kita tak alpa melakukan. Aku menyayanginya, dan ia juga menyayangiku. Kita saling menyayangi namun dengan cara masing-masing. Hingga seringkali kita berdebat; entah memperdebatkan diri kita atau orang lain. Dan kita, selalu saja tak kehabisan topik dalam mengupas apapun.
Ia dengan segala kecerdikan mampu mengutarakan isi kepala yang seringkali kutentang. Begitu juga denganku, yang bersikukuh dengan pendirian. Ironisnya, kita tak henti bertarung hingga menjelang petang.
Kukira berdiskusi tanpa lelah selalu menemui titik temu, namun baginya menuai masalah baru.
Lalu, kupikir beradu argumen selalu menyimpul benang merah, namun baginya hanya lilitan benang tanpa arah.
Akhirnya, kita menyepakati jeda, meminimalisir komunikasi, dan memberi rehat pada raga yang dirundung lelah. Agar hening memberi perenungan dan memahami esensi kedua jiwa yang saling menentang.
46 notes · View notes
miroplasi · 8 months ago
Text
Langkah 17
Luangkan waktu untuk berkunjung, meminta nasihat, bertanya, berdiskusi kepada orang tua, orang berilmu, orang berpengalaman, orang yang mungkin selama ini tidak mau kamu dengarkan..
Mulai dengar nasihat-nasihat mereka, niatkan untuk mendapatkan pencerahan, jalan keluar dan bahan untuk evaluasi diri
Rendahkan hati untuk meminta & mendengarkan nasihat terutama ke orang terdekat, yang mereka kenal kamu luar dalam & tentunya menginginkan kebaikan untuk kamu. -moma
Rasanya banyak sekali keangkuhan diri dalam mendengar nasehat. Banyak part menolak nasehat yang berbeda dari pandangan secara tak sadar. Yang barangkali inilah yang menjadikan diri terhalang dari jalan keluar dan perbaikan.
Astagfirullah lagi
Astagfirullah terus
Kata Moma, "Sepahit dan semenyakitkan apapun sebuah nasehat. Terima dan dengarkan dengan baik. Selanjutnya jadikan untuk evaluasi diri dan pertimbangan. Obat itu pait tapi menyembuhkan"
Setelah ini yuk, kita perbaiki lagi.
28 notes · View notes
o-agassy · 1 month ago
Text
Luka Pengasuhan
Setelah beberapa edisi berdiskusi dengan psikolog, saya mulai memahami bahwa saya memiliki luka pengasuhan yang hingga kini belum sepenuhnya sembuh.
Tumbuh dalam lingkungan yang minim afirmasi positif menjadi salah satu penyebabnya. Apalagi, saya berasal dari keluarga menengah ke bawah. Saat di sekolah dulu, saya sering merasa tidak dianggap sebagai bagian dari “golongan” yang dianggap layak menjadi pemeran utama.
Kesibukan orang tua mencari nafkah menjadi faktor lain yang mendukung kurangnya aspek diskusi dalam keluarga. Pertanyaan sederhana seperti “Bagaimana kabar hari ini?” atau “Apa rencana ke depan?” mungkin hampir tidak pernah terjadi.
Nilai-nilai tradisional yang masih kental turut menjadi alasan kultural di mana orang tua dan orang yang lebih tua kerap menekan anak untuk tidak bertanya macam-macam. Hal ini membuat banyak hal berakhir tanpa kejelasan.
"Ssst, sudah sana diam, jangan banyak tanya."
Padahal, anak juga manusia yang ingin mendapatkan penjelasan. Anak sedang tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Jika pertanyaan mereka dijawab dengan seksama dan tepat, hal itu dapat menjadi pemicu positif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Lalu, apa luka pengasuhan saya?
Saya merasa kurang mendapatkan apresiasi dan afirmasi positif sepanjang perjalanan hidup saya. Saya tahu saya bukan dari keluarga kaya, apalagi seorang siswa yang menonjol di sekolah. Kuliah pun saya tempuh dengan sepeda bekas proyek mahasiswa, bukan dengan mobil.
Budaya di sekolah juga tidak banyak membantu. Guru-guru cenderung hanya memperhatikan siswa-siswa yang dianggap cemerlang dan outstanding di kelas. Sedangkan saya, hanyalah siswa medioker yang keberadaannya nyaris tidak memengaruhi iklim akademik di sekolah.
Ternyata, kurangnya afirmasi positif semasa kecil menjadi pemicu bagi alam bawah sadar saya untuk mencari validasi di kehidupan dewasa. Pikiran-pikiran seperti “Aku kok tidak dianggap,” “Kenapa cuma dia yang selalu dielu-elukan pimpinan?” atau “Sepertinya aku memang tidak bisa apa-apa; buktinya aku tidak diajak dalam proyek itu” kerap muncul.
Tubuh dan pikiran memiliki batas lelahnya. Ketika keduanya sedang dalam kondisi “low battery,” itu adalah saat yang paling menyebalkan. Kita merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain. Padahal, kenyataannya kita juga berkontribusi dengan baik, bahkan bisa jadi sangat baik.
Namun, luka pengasuhan ini menjadi pelajaran berharga bagi saya untuk lebih memahami diri sendiri dan berusaha menciptakan lingkungan yang lebih positif, baik untuk diri saya maupun untuk orang-orang dan terutama keluarga kita.
9 notes · View notes
andromedanisa · 2 months ago
Text
lima tahun berjalan bersama, beriringan, berbagi, berdiskusi, bertukar pikiran, bercerita, berdua, berbahagia. Allaah jaga kami, jaga pernikahan ini. aku sungguh bersyukur, Engkau mempertemukanku dengannya.
aku sungguh bersyukur dia menjadi pasanganku, aku sungguh bersyukur atas kebaikanMu kepadaku dengan menganugerahi dia menjadi bagian hidupku. jaga kami, jaga pernikahan ini hingga surgaMu. aamiin
56 notes · View notes
herricahyadi · 2 months ago
Note
Bismillah...
Mohon maaf kak, izin bertanya tanggapan kakak terkait pandangan anak broken home yang takut menikah. Apalagi, ayahnya mengidap skizofrenia (gamgguan jiwa) yang menyebabkan si anak (perempuan 27 tahun) takut menikah dan selalu menolak laki-laki yang datang (mengajak nikah). Terimakasih 🙏
Pertama, saran saya jika ketakutan tersebut sudah sampai taraf mempengaruhi banyak hal dan menyentuh aspek kejiwaan, coba untuk ke psikolog. Konsultasikan ke yang ahli bagaimana cara menghadapi situasi seperti ini. Sebab jika sudah masuk aspek kejiwaan, artinya bukan lagi persoalan biasa. Kecuali jika dia masih bisa berpikir logis dan tidak terpengaruh bagaimana keputusannya. Jika ketakutannya membuatnya waswas, trauma, atau sejenisnya, lebih baik ke psikolog dulu untuk berdiskusi. Ke psikolog itu bukan hal yang buruk dan tidak berarti ada masalah mental health. Kita harus menormalisasi “pergi ke psikolog” untuk mendapatkan alternatif solusi.
Kedua, jika tidak sampai pada taraf pertama dan masih bisa dikendalikan, saya bisa kasih saran sedikit. Ketakutan-ketakutan itu biasanya muncul karena kita melihat standar orang lain dan diproyeksikan ke diri kita. Misalnya, takut menikah karena keluarga bukan orang berada, takut karena orang tua begini-begitu, takut karena pendidikan tidak tinggi, takut karena tidak percaya diri dengan fisik sendiri, takut karena tidak bekerja, dsb. Ketakutan itu lebih banyak karena faktor dari luar yang diinternalisasi. Kemudian seolah jadi bagian dari diri kita. Situasi ini mirip sekali.
Padahal, menikah itu sebenarnya terjadi antara dua manusia dan yang akan mengarungi semuanya ya keduanya. Keluarga itu seringkali hanya jadi pelengkap. Misalnya, jika pakai nilai-nilai Islam, tanggung jawab, bakti, dan prioritas itu berubah ketika berumah tangga. Karena unit baru terbentuk dan unit tersebut berdiri sendiri. Keluarga? Bukan bagian fondasi dari unit tersebut, tapi pelengkap saja. Artinya, menikah itu urusan kita dan orang lain tidak perlu intervensi. Dalam kasus di atas, ketika dia menikah, tanggung jawab ayahnya telah berpindah ke suaminya kelak sesaat setelah ijab-kabul. Dia punya keluarga baru yang jadi prioritas dan bertanggung jawab di situ. Ayahnya tetap jadi tempat berbakti tapi pada level dan bentuk yang berbeda. Ini juga sebenarnya menjawab bahwa “broken home” itu tidak berarti “broken mind”. Jangan membiarkan anggapan bahwa seorang yang berasal dari broken home akan berpengaruh pada kehidupannya. Belum tentu.
16 notes · View notes
dillagadingkusuma · 22 days ago
Text
Semoga Mendapat Pasangan yang Suka Berdiskusi dan Mencari Solusi Bersama
Sebagai manusia yang memiliki rasa penasaran yang cukup banyak. Aku memiliki keinginan untuk membersamai seseorang yang suka belajar, berkomunikasi dengan asik, punya keterampilan pemecahan masalah dengan bijak.
Aku senang berbicara, pun aku senang mendengarkan. Keterampilan untuk mendengar menurutku lebih sulit dari pada berbicara. Dan memang tidaklah mudah.
Jadi aku harap, semoga pasanganku bisa mendengarkanku dan akupun mendengarkannya. Saling komunikasi tanpa perasaan terhakimi. Menerima satu sama lain, dan tahu kapan untuk realistis dan kapan harus menggunakan rasa.
Hidup ini singkat, maka aku ingin satu yang benar-benar membawa kata selamat. Selamat di dunia, dan selamat di akhirat.
Untuk permasalahan yang akan menghampiri, semoga kita temukan solusi yang tepat dan diiringi keridhoan Allah di dalamnya.
Ia boleh bermimpi setinggi-tingginya. Akupun juga.
Ia boleh meraih pencapaian yang ia idam-idamkan, akupun juga.
Tapi yang tak boleh kita lupa, atas segala hal yang kita dapat semoga selalu berlandas pada Agama dan Sunnah-Nya. Berlandas pada aturan-Nya. Semoga dibanyaknya ucapan yang kita ucapkan, selalu teduh dan selalu memuji kebesaran-Nya.
Sholat 5 waktu itu bukan bare minimum. Karena itu wajib. Sering kali terlupa, dan kagum pada laki-laki yang menjalankan sholat berjamaah di masjid. Padahal, bukankah Rasullah memang selalu berjamaah di masjid ya?
Semoga Allah memudahkan langkahmu untuk selalu sholat di masjid ya mas?
Walau aku kapan kita akan bersama. Semoga itu waktu yang tepat, dan dalam kesiapan yang terbaik pula. Semoga tak pernah hilang rasa syukurmu, dan tak hilang pula rasa syukurku. Saat tiba waktunya untuk beribadah bersama. Entah siapapun dirimu mas, semoga segala hal baik yang sedang kita upayakan berbuah manis atas izin-Nya.
Boyolali, 1 Januari 2025
23.40
9 notes · View notes