#Berjuang
Explore tagged Tumblr posts
esbatubulet · 5 months ago
Text
Dalam beberapa keadaan, berjuang tidak selalu berarti maju. Terkadang kita harus mundur sejenak untuk dapat memperbaiki keadaan..
87 notes · View notes
diksibising · 6 months ago
Text
𝘉𝘦𝘳𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘴𝘪𝘬
𝘔𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘳 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘳𝘪
𝘋𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘰𝘴𝘦𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘳𝘪𝘷𝘢𝘴𝘪,
𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺.
124 notes · View notes
maiichan-world · 10 days ago
Text
Menaruh harapan pada seseorang yang kau tau tidak akan menjadi milikmu itu menyakitkan.
Jakarta Selatan, 19 Januari 2025
15 notes · View notes
lilanathania · 13 days ago
Text
Matinya para Pejuang
Hidup di zaman sekarang memang serba mudah. Informasi ada di mana-mana dan teknologi memfasilitasi aktivitas kita. Sayangnya, kehidupan serba mudah ini akhirnya membunuh bibit-bibit perjuangan.
Tumblr media
Musuh utama manusia di zaman serba instan dan mudah ini sebetulnya hanya satu: MALAS. Malas berjuang, tidak punya motivasi, terlalu banyak distraksi, apapun sebutannya.
Begitu banyak orang yang tidak mau berpikir dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Zaman dahulu, kita perlu melakukan usaha A-Z untuk memahami dan menyelesaikan tugas. Pergi ke perpustakaan, membaca koran, tanya ke sana-sini, semua usaha harus dikerahkan untuk mencapai sesuatu.
Zaman sekarang, karena segalanya dipermudah, yang timbul justru rasa malas. Buat apa menghafal? Ada Google. Buat apa mengerjakan tugas? Ada ChatGPT. Buat apa mendengarkan di kelas? Ada YouTube. Semua difasilitasi sehingga proses bersusah-payah seakan tak ada artinya.
Sekarang saya tanya, kapan terakhir kali Anda membaca buku untuk mencari sebuah jawaban? Kapan terakhir kali Anda butuh berjuang mati-matian untuk mendapatkan sesuatu? Seberapa sering hal itu terjadi?
Orang bisa berargumen, 'Pakai ChatGPT itu juga butuh kemampuan lho! Kan kita yang bikin prompt!' Betul, saya setuju. Tapi ada proses belajar yang hilang ketika penemuan jawaban terjadi secara instan. 'Tapi saya masih membaca ringkasan buku yang dibahas dalam podcast dan YouTube channel!' Bagus, tapi hal itu tidak bisa menggantikan proses membaca konvensional. 'Ya begitulah orang sirik yang jadul dan ga bisa move on! Sudah ada teknologi kok tidak dipakai!' Nah, di poin ini ada satu hal penting yang Anda perlu tahu.
Manusia terbiasa melihat perkembangan zaman dan kemajuan teknologi sebagai sesuatu yang linear. Masyarakat pedesaan harus pergi ke kota. Radio diubah menjadi telepon kemudian smartphone. Pasar digantikan dengan mall lalu e-commerce. Semua ini adalah tanda kemajuan peradaban. Setujukah Anda?
Pola pikir ini cenderung menganggap hal tradisional sebagai keterbelakangan yang perlu 'diperbaiki' atau 'ditingkatkan'. Padahal, kita sekarang berada dalam era yang aneh. Pengetahuan sangat mudah didapat, tetapi banyak manusia semakin bodoh. Berbagai fasilitas dibuat untuk meningkatkan produktivitas, tetapi orang makin malas. Jadi.. Betulkah ini sebuah bentuk kemajuan?
Beberapa waktu lalu saya menemukan pembahasan menarik fenomena ini dari sudut pandang ilmu fisika, khususnya teori entropi. Walau saya jelas bukan orang yang ideal untuk menjelaskan tentang hukum fisika, secara sederhana, entropi adalah sebuah kondisi tidak teratur yang selalu meningkat. The universe tends towards chaos (Anda boleh membaca lebih jauh di sini, penjelasannya cukup ramah untuk orang yang tidak punya background ilmu fisika). Dalam dunia dan sistem yang serba teratur, kerusakan/kekacauan pasti akan terjadi. Bukti sederhananya, rumah atau taman yang rapi membutuhkan perawatan dan usaha ekstra untuk terlihat cantik. Secara natural, rumah dan taman akan menjadi berantakan atau rusak bila dibiarkan. Begitu juga dengan bumi, manusia, dan segala isinya. Semua hal akan menjadi chaos seiring dengan berjalannya waktu.
Bagaimana bila teori ini kita terapkan secara filosofis? Dunia dan masyarakat selalu bergerak menuju kekacauan. Menjaga pemerintah yang adil, makmur, dan demokratis sangat sulit karena selalu ada orang-orang yang serakah. Menjadi orang yang altruis dan rajin tidak mudah karena ada godaan kemalasan dan nafsu duniawi lain. Menciptakan dunia yang damai dan penuh kebaikan mustahil karena secara alami semua hal cenderung berubah manjadi hancur. Itukah masa depan yang sudah digariskan oleh teori fisika? Jangan-jangan, teknologi bukanlah bentuk kemajuan, melainkan titik awal kehancuran manusia? Apakah penemuan dan penggunaan teknologi adalah misi bunuh diri yang tidak kita sadari?
Saya bukan cenayang dan bukan juga ilmuwan fisika. Saya tidak tahu jawabannya.
Yang pasti, dalam keseharian, kita selalu dihadapkan pada pertempuran dengan banyak hal. Kemalasan, iri dengki, ketamakan, kerakusan, dan berbagai hal buruk lainnya. Semua itu sulit dilawan, tapi bukan mustahil. Semua hal ada cheat-nya, tapi kita bisa menolak bermain curang atau gampang. Teknologi tidak boleh menggantikan hal-hal utama yang menjadikan kita manusia.
Mungkin ini saatnya kita hidup seakan kembali ke zaman batu. Paksa diri untuk berjalan kaki, jangan manjakan kaki dengan naik motor atau mobil. Paksa diri membaca buku, jangan sekadar baca ringkasan dan ulasan. Paksa diri kerjakan tugas dengan usaha mandiri, jangan terpaku pada ChatGPT. Saya percaya, modernitas dan teknologi bukanlah solusi untuk semua hal. Kemajuan bukanlah garis linear yang harus diamini 100%. Kita harus berani mengkritisi teknologi dan semua kemudahan ini. Ambil yang positif, batasi yang negatif.
Di mana-mana saya melihat kematian para pejuang. Mereka yang sudah sepenuhnya ditaklukkan kemalasan, selalu mencari jalan pintas yang instan dan mudah. Semoga kelak kita bisa melihat bangkitnya lagi para pejuang yang gugur dalam peperangan dengan diri sendiri.
13 notes · View notes
aledisini · 7 months ago
Text
Paham Agama
Having parents who understand Islam is truly a blessing.
Mulai dari pola didik sampai cara pandang terhadap dunia, umi abi gue cukup ketat sama anak-anak nya. Tapi tulisan ini bukan tentang gimana umi abi ngedidik kami putri-putri nya. Ini tentang terima kasih dan rasa syukur.
Sejak kecil, gue selalu diajarin bahwa tujuan besar setiap manusia adalah masuk surga. Entah jalan maju mundur atau kanan kiri pertimbangan nya selalu "bisa membawa ke surga nggak?". Gue terbiasa untuk berpikir panjang dan diskusi sama orang tua setiap dihadapkan dengan persimpangan. Mana yang lebih sedikit mudhorot nya dan mana yang lebih Allah ridhoi.
Di umur segini, gue masih rely on orang tua. Termasuk di saat-saat gue kecewa sama dunia. Dalam kondisi biasa, nasehat abi lebih tegas dan menjurus, umi bagian nego dan diskusi. Tapi di kondisi gue lagi futur, umi bakal jadi yang tegas dan abi yang puk puk.
Minggu kemarin gue capek banget, iya capek sama dunia. Umi chat panjang, sebenernya gue udah diajarin berulang-ulang konsep nya, tapi tetep aja waktu jatuh susah banget praktek nya. Umi bilang, "Dunia sdh ditetapkan Allah, gak akan tertukar. Mau dikejar kek apa juga, kesannya sudah sangat deket banget dan hampir gak ada kemungkinan gagal, tapi kalau Allah belum menghendaki, gak akan terjadi itu". Gue bukan saingan nya siapa-siapa, kalau emang Allah menghendaki ya kun fayakun, terjadilah, maka terjadilah. Bisa jadi memang usaha gue kurang, bisa jadi juga memang belum waktu nya. Allahua'lam. Rencana Allah selalu yang terbaik.
While gue nangis liat chat panjang umi, dan tentu saja blm bisa bales. Ga lama setelah nata hati dan air mata dulu wkwk, abi nelpon. Abi bukan tipe yang mudah ekspresiin perasaan, jadi abi nelpon adalah sesuatu buat gue. "Udah gausah nangis, emang orang banyak macem nya. Selalu ada jalan kok. Kita liat nanti aja, tapi kamu harus paham konsekuensi nya". Alhamdulillah nya stock air mata udah abis tu berapa ronde sebelum ditelpon, jadi nggak banjir, ya mbrambang dikit aja wkwk.
Gue tau ngga semua orang punya orang tua yang bisa dijadikan figur. Umi abi gue juga bukan orang tua yang nggak pernah salah atau flawless. Tapi gue paham, jadi orang tua nggak pernah mudah. Moreover, jadi orang tua yang paham agama dan mampu menghidupkan Islam dari rumah, untuk kemudian dibawa anak-anak nya melanglang buana itu jelas jauh lebih susah.
Inilah kenapa alasan terbesar memilih jodoh paling utama karena agama nya. Karena itu hal dasar yang akan menentukan surga neraka keluarga. Plus ujian hidup di rumah tangga "katanya" akan lebih mudah dijalani kalau proses di depan nya didasarkan dengan agama. Ya ini jadi motivasi gue juga biar berusaha jadi lebih baik terus, kan jodoh sekufu ya, kalo mau dapet yang baik ya sadar diri aja.
At the end, gue selalu bersyukur punya orang tua yang paham agama. Jadi kalau ditanya figur parenting gue siapa, gue selalu tau jawaban nya, umi abi. Bukan Nikita Willy atau Bu Irina. Walaupun tetep, selalu ada ruang untuk explore jadi lebih baik lagi hehe. Semangat orang tua dan calon orang tua, the future rests on our shoulders.
youtube
~Ini bagus lagu nya, soal nya kaya lagi di puk puk aja sih wkwk
45 notes · View notes
aurorabreeze · 4 months ago
Text
Jalani, Nikmati, Syukuri
tidak ada orang yang baik-baik saja di dunia ini, semua sedang berjuang dengan prosesnya masing-masing.
—ummi
16 notes · View notes
uuoia · 1 year ago
Text
248
Dalam dakwah ini setiap orang memiliki perannya masing-masing.
Ada yang menjadi wajah yang selalu nampak oleh khalayak, ada juga yang menjadi kaki yang mengupayakan setiap tapak, ada yang jadi tangan, telinga, mata, hingga organ yang tak terlihat namun terasa kerjanya seperti paru-paru, jantung, hingga sistem pencernaan, dll.
Jangan pernah remehkan setiap kontribusi karena semua berharga dalam perjuangan panjang ini. Semua punya amanah berbeda yang tidak bisa dibanding-bandingkan antara satu dan lainnya. Bagaimana mau membandingkan, bila mata tugasnya melihat sedang telinga mendengar? Keduanya memiliki indikator kehebatannya sendiri-sendiri bukan?
Jangan memaksa kaki untuk menjadi tangan ataupun sebaliknya. Tangan tak sekuat kaki untuk menopang seluruh tubuh organisasi dan kaki tak selues tangan dalam menggenggam. Semua punya kapabilitasnya sendiri-sendiri.
Lalu bagaimana jika ada bagian yang tidak ada?
Berarti kondisinya istimewa.
Layaknya manusia, tidak semuanya diciptakan sempurna. Namun kita sudah melihatnya sendiri bahwa kekurangan sering kali menjadi kelebihan. Allah ﷻ sudah mengukurnya dengan bijak, bahwa bisa saja satu pejuang bisa memikul lebih dari satu peran. Walaupun kesulitan, tapi inilah indahnya perjuangan yang selalu menuntut pengorbanan. Dan dalam pengorbanan itu juga... sering kali kita mendapat banyak pelajaran dan keberkahan.
62 notes · View notes
duniapetualangkata · 8 months ago
Text
Kita sudah melakukan yang terbaik sepanjang usia kita , sudah berusaha sejauh ini. Katanya tidak ada usaha yang sia sia. Buktikanlah.
Kita sudah berupaya, sudah berkorban dan mencurahkan segala tenaga akan sebuah perihal. Meskipun hasilnya belum kita dapatkan.
Kita sudah berjuang, kita sudah dewasa secara mental. Fokus kita sekarang adalah untuk menemukan seseorang yang dapat menghargai segala perihal yang kita lakukan.
15 notes · View notes
jemarimenari93 · 9 months ago
Text
Wahai jiwa dan ragaku...
maaf ya... aku terus menerus memaksamu untuk kuat, terus menerus mengajakmu untuk berlelah-lelah, aku tahu kamu sudah sangat lelah
Namun, kamu masih muda... semangat ya... cari bekal untuk masa depanmu, untuk anakmu, untuk mewujudkan harapan harapan kecilmu...
kamu kuat kok, dua tahun itu tidak lama...
kamu pasti bisa...
Saat kamu ingin menyerah, Ingatlah.... bagaimana kamu selalu mengunci pintu dan mengajak anakku bermain hanya didalam rumah, karena takut ada pedagang yang lewat sedangkan kamu rak memegang uang sepeserpun...
Ingat juga, bagaimana kamu selalu kehujanan dan kepanasan saat mencuci piring karena diluar rumah dan belum punya dapur
ingat juga, bagaimana masa kecilmu banyak buku di Bazar sekolah yang ingin kamu miliki namun tak satupun yang bisa kamu beli
Ingat juga, lisan-lisan manusia yang selalu merendahkanmu karena kemiskinan kamu
Dan ingat pula... orang-orang baik disekitarmu yang selalu memberi sesuatu yang amat sangat berarti bagimu, yang selalu membantu meringankan urusanmu..
kamu boleh berdo'a agar Allah melimpah kan rezeki yang banyak dan berkah, kamu boleh minta ingin jadi orang yang kaya supaya mudah untuk bersedekah, supaya mudah membantu orang, juga supaya ibadahmu lebih dipermudah...
Semangatlah wahai diri...
(HongKong, 15mei 2024) mata lagi sakit, pusing, sakit gigi, capek, gemeter, abis lembur... pingin tidur
10 notes · View notes
philautiagirl · 26 days ago
Text
Ini terdengar ironi dan miris :
(Penuh pro dan kontra, it means depending on each person's situation).
Ketika orang tua ke anak adalah seutuhnya.
Dan anak ke orang tua adalah seperlunya.
Ketika orang tua ke anak mampu memberi tanpa diminta.
Dan ketika anak ke orang tua hanya mampu mendengar dan ragu untuk memberi.
Ketika orang tua ke anak adalah akan memberi solusi.
Dan anak ke orang tuanya adalah memberi masalah.
It's not fair. Ketika perjuangan dan pengorbanan tanpa ada timbal balik yang cukup.
Seringkali kita membandingkan satu sama lain dengan gambaran kasar yang terlihat. Tapi, abai terhadap yang tak terlihat.
Seringkali nilai menjadi tolak ukur tapi tanpa sadar bahwa bentuk kecil dari peduli adalah "Perhatian".
Ketika rumah menjadi tempat berpulang.
Dan kedua insan selalu menyambut dengan "Harapan".
Lantas, tidak bisa kah seseorang yang disebut anak, mengabulkan harapan kecil mereka ?.
Ketika "sulit dan waktu yang tak cukup" menjadi sebuah alasan. Itu terdengar ironis.
Dan mirisnya, seseorang yang tertinggal di atap itu berteriak meminta pertolongan, tapi tidak terdengar.
Tangerang, 03 Januari 2025
Writing by NH
2 notes · View notes
esbatubulet · 4 months ago
Text
Saat kita merasa lelah berjuang dan kaki seakan enggan untuk terus berjalan, beristirahatlah. Sejenak melepas lelah. Bukannya malah mengaku kalah, lalu menyerah..
32 notes · View notes
ismidi · 1 year ago
Text
"Bersyukurlah maka akan Allah tambahkan nikmatnya untukmu"
Suatu hari aku pernah ingat entah dimana membaca kata-kata diatas. Mensyukuri nikmat sebagai salah satu bentuk penghambaan paling genuine ketika kita sudah berusaha mengupayakan segalanya tapi belum kunjung berhasil atas apa yang kita inginkan.
Maka saat semuanya terasa berat dan merasa semua jalan seakan-akan buntu, jalan satu-satunya adalah kembali. Kembali untuk mengadu dengan cara mensyukuri nikmat atas segala kapasitas yang telah Dia serahkan untuk kita.
Hal paling menenangkan adalah ketika perjuangan terasa memberatkan, tetapi masih diberikan kesempatan untuk bisa mengidentifikasi segala nikmat. Berdialog saat dini hari dengan suasana yang tenang dan gelap malam.
Nikmati saja semua kesulitan, karena percaya you'll passed it!
15 notes · View notes
maiichan-world · 8 days ago
Text
Kau tau? Lucunya, anganku seringkali menggantung pada sebuah simpul bahwasanya semua narasi dan kemungkinan tentangmu itu bukan hanya sekedar imajinasiku semata.
Jakarta Selatan, 21 Januari 2025
7 notes · View notes
lilanathania · 8 months ago
Text
Iri tanpa Lupa Diri
Memang manusiawi bila terkadang (atau sering?) kita merasa iri. Mungkin orang lain lebih sukses, bahagia, dan punya hidup sempurna. Bagaimana mengelola emosi semacam ini?
Tumblr media
Zaman ini memang penuh dengan 'pupuk' yang membuat rasa iri tumbuh subur. Media sosial menunjukkan semua sisi terbaik orang-orang di sekitar kita. Wajah cantik, baju dan sepatu bermerek, liburan impian, pasangan ideal, dsb dsb dsb. Semuanya bertebaran dan menghantui kita pagi-siang-malam. Sulit bagi kita untuk menutup mata dari semua konten itu.
Kesuksesan dan kebahagiaan hidup orang lain sering membuat kita merasa kecil. Merasa ingin juga memiliki semua itu. Saya kira keinginan itu tidak salah. Tentu semua orang punya harapan untuk sesuatu yang lebih baik.
Sayangnya, seringkali kita melampiaskan perasaan itu secara negatif. Ada orang yang iri kemudian memanifestasikan lewat kebencian. Orang tidak salah apa-apa, digosipkan yang tidak benar. Orang tidak melakukan apa-apa, dijutekin tanpa alasan jelas. Rasa iri memang kerap mengubah perilaku. Kadang kita juga suudzon menganggap orang itu hanya bisa sukses karena KKN, lewat jalur belakang, menyuap, atau dugaan-dugaan buruk lain. Lepas dari bagaimana cara mereka mencapai suatu hal, fenomenanya sebenarnya sama: ingin sesuatu yang tidak terjadi dalam hidup kita.
Hal ini kemudian menggerogoti diri sendiri. Mungkin dalam bentuk memaksakan diri membeli barang yang sebetulnya di luar budget. Menggunakan uang secara berlebihan untuk liburan padahal ada kebutuhan lain yang diabaikan. Meminta uang pada orang tua atau sahabat lalu 'lupa' mengembalikan. Bentuk iri yang seperti ini tentu sangat merugikan. Sudah buruk emosinya, lebih buruk lagi dampak jangka panjangnya.
Setiap kali merasa iri, saya mencoba tak lupa diri. Mengawali refleksi dengan bertanya pada diri. Mengapa kamu ingin seperti itu? Bisakah kamu mencapai hal itu? Jika hal itu positif dan bisa dicapai, go for it! Contoh, teman mendapatkan beasiswa studi lanjut di luar negeri. Berarti kita perlu banyak belajar dan mencari tips-tips menulis motivation letter. Sedangkan untuk hal negatif atau di luar jangkauan, berarti tidak perlu dituruti. Contoh, saudara rajin flexing benda-benda branded dengan harga selangit. Buat apa diikuti? Toh banyak benda tidak bermerek yang fungsinya sama.
Dengan mengkategorikan rasa iri ke dalam kutub positif dan negatif, kita menciptakan filter yang aplikatif untuk berbagai terpaan konten di media sosial. Mana yang perlu dan tidak perlu untuk di-iri-kan. Apakah filter ini membuat proses pencernaan rasa iri menjadi lebih mudah? Tentu tidak langsung. Emosi kita jelas masih meronta-ronta minta didengarkan. Bedanya, kali ini kita bisa berteriak balik, "Kalau mau begitu ya usaha lah! Jangan sirik doang!" Setelah itu kita baru bisa memikirkan langkah-langkah riil untuk mencapai apa yang tadinya kita iri-kan :)
Yah, begitulah sehari-hari isi otak dan percakapan saya dengan diri sendiri. Terkadang iri, tapi segera saya atasi sebelum menggerogoti. Yuk sama-sama berjuang memproses emosi ini tanpa lupa diri.
11 notes · View notes
aledisini · 6 months ago
Text
Growing from zero
Buat gue, "mulai dari 0" banget itu Juli 2023.
Pindah unit, to something that completely new for me. Something that I've never touched because I knew I had completely zero knowledge about that. Takut? Oh iya jelas. Bertubi-tubi ditambah gue waktu itu sendirian.
But I think I've managed to pass the hardest start.
After all, kita manusia, yang bertumbuh dari hari ke hari. Menjadi lebih baik dari hari kemarin, supaya tidak jadi orang yang merugi bukan?
My journey to push those boundaries tuh kayak jungkir balik dikocok-kocok. Tapi bikin gue sadar, for the very first time, gue merasa punya tim yang bisa diajak bicara dan diskusi. Gue tau kapabilitas dan pengetahuan gue itu ga sampe seujung kuku kemampuan mereka. But they willing to teach me, and tutor me wkwk. Ofc, bayangin aja gue liat kabel warna warni udah gatau itu apaan. Kabel weh pokona kan. Ini sama peer sama manager gua kalo gua diem bingung dijelasin, nama-nama nya dan terus buat apa. Kalo gue gatau tentang alat-alat kerja kantor gue yang super banyak itu, nanti tuh pas jalan makan siang bakal sengaja dilewatin buat nunjukin ke gue wujud nya kaya apa.
Being with them for the past year ngajarin gue, that it's okay not to know everything, there will always be time and opportunity to learn. They may not the perfect team that everyone had in mind, but those two are the best team I've ever had.
Walaupun ya gue tau, sekarang juga gue masih banyak gatau nya, masih banyak salah nya juga. At least I've tried, hehehe.
With this tumblr notes, I would like to thank myself first for surviving this far, and everyone who has accompanied me growing over the past year. Eak biar agak mellow sedikit kan.
Selamat menyambut hari esok, selamat menyeka khawatir, selamat menyembuhkan duka. Semoga selalu Allah iringi langkah kaki kita semua🤗
14 notes · View notes
ruanguntukku · 5 months ago
Text
Ada rasa lelah yang lebih menyiksa ketimbang rasa lelah terus berusaha agar selalu membanggakan.
Lelah ketika kita tidak pernah dianggap cukup bagi orang-orang yang diupayakan.
Sekalipun kita berhasil, akan selalu ada kekurangan yang menjadi hasil akhir. Maka lebih-lebih lagi jika keadaannya kita tidak bisa menjadi apa-apa.
Tidak akan pernah cukup meski kita kesakitan.
Tidak akan pernah cukup meski kita berusaha mengerti dan memahami keadaan.
Tidak akan pernah cukup meski kita membungkam keluh agar tidak menyusahkan.
Bahkan sering kali permintaan menjadi hal terlarang untuk diucapkan, karena enggan menambah beban.
Ironisnya, kita tau bagaimana rasanya tidak bisa menjadi utuh dan diterima dengan penuh, maka kita pun berusaha untuk menjadi pendengar yang baik. Berusaha menjadi rumah yang hangat untuk orang lain, meskipun hati kita porak-poranda.
Terus menjadi tempat menerima, memberi yang terbaik, tanpa bisa diterima dengan baik.
Terus menjadi pendengar yang baik, meluangkan waktu dan perhatian dengan penuh, tanpa didengarkan dan dipahami dengan utuh.
Mungkin awalnya biasa saja, tapi kesepian dan kehampaan yang bertumpuk tak terasa telah menjadi belati dalam diri.
Ketika jiwa dan raga benar-benar lelah, maka semua rasa itu jadi tertumpah ruah.
Merasa gagal, tidak berharga dan enggan tetap bertahan.
Sisi bayangan yang selalu tidak dilihat dan dipedulikan terasa perih luar biasa.
Sekali lagi, bercerita menjadi opsi yang sulit untuk dilakukan. Bukan, bukan karena bingung harus memulai dari mana. Tapi, bingung siapa yang mau menerima cerita getir yang hilang arah. Siapa mau mendengar mulut meracau tak tentu arah, saking penuhnya hal-hal yang selama ini mati-matian untuk dipendam sendirian.
Ya, memendam semuanya tidak semudah itu. Ada rasa ingin diperlakukan sama. Aku ingin didengarkan juga, aku ingin diluangkan waktunya dan bisa disimak dengan seksama.
Bukan hanya sekadar tenaga yang tersisa dari penatnya dunia kerja. Bukan dengan meremehkan bahwa apa yang kurasa hanyalah hal sederhana.
Mungkin apa yang menjeratku bukanlah soal hal-hal yang besar, tapi ini penting untuk diriku.
Mungkin, karena hanya berkutat dengan rutinitas rumahan bersama anak-anak semuanya dipandang biasa. Padahal ada banyak hal terpendam yang sakitnya luar biasa.
Menjadi tidak pernah cukup untuk siapapun rasanya begitu perih, terlebih saat berada di suatu kota yang masih terasa asing di sini.
Pertemanan adalah hal yang traumatis buatku. Di sisi lain aku harus menerima menjadi bayangannya yang tersamarkan dibalik keramahannya yang luar biasa pada semua orang.
Baginya adaptasi adalah hal yang mudah. Bagiku, itu adalah hal yang sangat sulit.
Aku mengenal banyak orang di sini. Tapi semuanya senyap. Sunyi. Tak ada yang peduli.
Justru banyak dari mereka yang hanya menitipkan pertanyaan soal keadaanku. Padahal pesan daring bisa saja langsung dikirim padaku. Namun, lagi-lagi aku harus terima peran ini. Menjadi terasing, tersisih dan tersamar di belakangnya.
Ketika pengorbanan yang sulit itu terlalui, nyatanya aku masih belum cukup untuk disyukuri dengan utuh. Masih ada harap lainnya yang harus aku capai. Masih ada keinginannya yang harus aku raih.
Rasanya lelah, hanya ingin pulang. Meski entah harus melangkah ke mana. Terkadang rumah ini bukan terasa rumah, melainkan tempat asing yang tak dikenal.
Ketika diri ini tidak pernah diterima dengan utuh, maka tetap harus memberi yang terbaik bagi mereka yang dititipkan padaku.
Tidak ada kata libur menjadi seorang ibu. Meski kekeringan melanda kalbu.
Terkadang harus kembali menampar diri. Meminta isi kepala untuk tenang kembali. Diam. Sunyi. Agar bisa beristirahat untuk melanjutkan aktivitas kembali. Meski luka itu belum terobati.
Akhirnya kembali ke sini. Ruang yang aku siapkan untuk diriku sendiri. Kembali di dalam sendu yang semoga akan membaik sesaat lagi.
:')
—SNA, Ruang Untukku #140
Ahad, 15-09-2024 | 00.25
Venetie Van Java,
Dengan penuh pengharapan pada-Nya, semoga Dia kembali menguatkanku kali ini. Aamiin.
3 notes · View notes