#Berbuat baik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Berbuat Baik.
Pentingnya punya hati yg baik, yg gak tega menyakiti orang lain. Terkadang niat baik aja, bisa disalahartikan jika tidak disampaikan, diucapkan, atau dilakukan dengan cara yg baik. Apalagi jika memang diniatkan untuk sesuatu yg tidak baik, bahkan sampai menyakiti orang lain.
Kita gak tau, perbuatan baik kita yg mana yg akan mengantarkan kita pada takdir yang baik. Dan perbuatan buruk kita yg mana yg akan memperlambat langkah kita. Bukankah berbuat baik akan melapangkan hati kita? Melembutkan hati kita? Membuat kita lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama? Bukankah menyakiti orang lain akan meresahkan hati kita? Membuat hati kita menjadi tidak tenang? Justru jika kita merasa tidak bersalah setelah menyakiti orang lain, di sanalah kita perlu mempertanyakan diri; “apakah hati ini sudah mati?”
Dosa kita kepada Allah, kita harus meminta ampun kepada-Nya. Dosa kita kepada sesama manusia? Selain harus meminta ampun kepada-Nya, kita harus mendapatkan maaf dari orang tersebut. Tertuang dalam dua hadist; "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.", "Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya." Dari dua hadist ini kita diperintahkan jika ingin berucap, ucapkanlah sesuatu yang baik, atau lebih baik diam. Bahkan kepada hewan saja kita diminta untuk tidak menyakitinya bahkan menyenangkannya, apalagi sesama manusia yang memiliki perasaan dan pikiran.
Allah pun sudah mengatakan bahwa tidak akan tertolak doa orang yang tersakiti. Bagaimana jika setelah kita menyakiti orang lain, orang tersebut mendoakan sesuatu yg buruk terhadap kita, atau mungkin dia tidak sengaja refleks berdoa kepada Tuhan mengutarakan rasa sakitnya? Sudahlah Allah tidak menyukai perbuatan kita, dosa kita harus mendapat ampunan dari-Nya dan maaf dari orang yg kita sakiti, kita juga mendapat doa dari orang yg kita sakiti tersebut.
Lantas gimana, jika kita sudah berbuat baik tetapi orang lain malah menyakiti kita? Yasudah. Tugas kita bukan untuk berharap diperlakukan baik oleh orang lain. Kita gak akan mempertanggungjawabkan atas perbuatan orang lain. Kita hanya akan dihisab atas apa yang kita lakukan.
Jika memang kita disakiti oleh orang lain, apa perlu kita membalas perbuatan tersebut? Enggak. Apa harus mendoakan sesuatu yang buruk untuknya? Enggak. Tugas kita hanya menjadi orang yang baik. Apa yang dilakukan orang lain, itu di luar kendali kita. Kita hanya bisa mengendalikan apa yang kita lakukan. Jadi, jika kita diperlakukan dengan tidak baik atau disakiti oleh orang lain, apa yang perlu dilakukan? Berdoa! Iya, berdoalah banyak hal baik untuk diri sendiri, hajat apa yang diinginkan untuk diri kita. Bukankah Allah sudah katakan tidak akan menolak doa orang yang tersakiti? Ambillah kesempatan emas itu untuk meminta semua hajat akhirat dan dunia kita. Jika memang sangat ingin mendoakan orang yang menyakiti kita, doakanlah agar ia diberikan kelembutan hati.
Ingat selalu, untuk melakukan dan mengucapkan sesuatu yg baik, dimulai dari hati yang baik. Dan selalu ingat pesan papa dan mama; “jangan berbuat jahat sama orang lain, jangan menyakiti hati orang lain”.
Allah, ampuni aku atas segala kesalahan terhadap orang lain. Entah perbuatan yang mana yang sudah menyakiti orang lain, dan entah kalimat yang mana yang sudah melukai orang lain. Bahkan sebegitu aku menyepelekannya sampai tidak mengingatnya. Tuhan, ampuni aku..
- Pekanbaru, dini hari, 18 Februari 2024
#berbuat baik#ampunan#kesalahan#menyakiti#sedih#tenang#kebaikan#pesan#doa#hati#perasaan#perbuatan#maaf
19 notes
·
View notes
Text
Harapan & Manusia
Selamat datang di pehujung tahun 2024
setelah kubuka lembaran evaluasi si buku coklat, dan buku kecil evaluasi diri. di tahun ini, lagi-lagi PRnya masih banyak.
satu hal yang sangat aku garis bawahi, belajar di tahun ini.
jangan pernah berharap dan terlalu effort dengan manusia
pada siapapun, apapun , kecuali pada sang Khaliq.
aku salah, memang. dulu tulisan tentang 'Sakitnya berharap pada manusia' belom pernah kupahami sedalam ini.
hahaha harusnya aku kembali ke masa itu ya, berbuat baik tanpa memikirkan dia akan memikirkan feedback apa yang akan dia berikan. bagaimana responnya ataupun, banyak hal lainnya.
karna akhirnya, kita juga harus tau kapan kita membutuhkan orang lain. kapan kita , berdiri di atas kaki sendiri.
apa yang melatarbelakangi aku terus berbuat baik ? ya selain karna perintah dari Allah untuk kita berbuat baik. alasan kedua, adalah aku kerap kali melihat bapak dan ibuk untuk berbuat baik.
kala itu, kami baru saja pindah ke rumah yang sekarang di tempati. tapi jangan kalian bayangkan tempatnya sebagus, seindah saat ini.
malam itu sekitar jam 9an malam, jalanan licin karna hujan. ada pasangan suami istri melaju kencang, posisi depan rumahku adalah jalan tikungan. ya, mereka kecelakaan tunggal.
motornya rusak, kondisi pengendara juga tidak memungkinkan untuk bisa mengendarai dengan baik kembali ke rumah. bapak menawarkan bantuan, akan mengantarkan ke rumahnya dengan mobil pick up. beda kecamatan, jaraknya lumayan jauh.
tidak hanya itu, beberapa hal yang ibuk bapak lakukan untuk orang-orang. hingga membuat rumah seperti bisa dikunjungi oleh siapapun, aku menyebutnya rumah Aquarium. karna apa ? karna ketika aku keluar kamar, harus siap siaga dengan pakaian lengkap gamis
maka , itulah panutanku untuk senantiasa berbuat baik. tapi sepertinya level aku berbuat baik, belum seperti ibuk bapak. belum bisa selepas itu.
di penghujung tahun ini, bulan Desember yang akan menyentuh beberapa waktu menuju tahun 2025. aku bertekad, kedepannya mungkin aku akan berbuat baik secukupnya. berproses untuk tidak mengharapkan, menunggu bahkan meminta feedback etika atau apapun itu.
ada satu cerita lagi, yang akhirnya aku sadar kenapa kita harus bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. tapi ini buruk, sedikit ada pelajaran yang akhirnya aku ambil.
aku berkenalan dengan seseorang, yaps dari online. aku adalah anak jebolan jadul, yang dulu suka sekali membaca rubrik 'Sahabat Pena' di Majalah Bobo. jadi anggap saja, ini era modern lebih canggih.
beberapa waktu aku putuskan untuk menyudahi komunikasi ini, karna ya satu dan lain hal. sebut saja, salah satunya karna etikanya dalam berkomunikasi. jujur, aku sangat kesal dan muak dengan sosok dengan umur yang dewasa. namun, tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
Hingga akhirnya dia menghubungiku kembali, menceritakan banyak hal dan apa saja yang ia lalui. buruk, dia baru saja mengalami hal yang tidak menyenangkan.
dia menceritakan setiap kejadian, setiap irisan dalam ceritanya. Persis, sama dengan apa yang dia lakukan padaku. bagaimana rasanya tidak enak hati, bagaimana rasanya kecewa dan muaknya.
pernah kala itu memang aku membatin, atau aku menyebutnya ngebatin "Semoga kamu kedepannya bisa lebih baik dan tidak merasakan sakitnya keadaan ini".
Bagaimana itu benar-benar nyata, bagaimana itu bisa sepersis itu dan plek ketiplek.
apa kita menyebutnya ? hukum alam ? atau apa ?
namun yang aku yakini, pada saat kita berbuat baik akan ada balasannya. dan begitu juga dengan perbuatan buruk.
maka teruslah berbuat baik sebisamu, maka teruslah berhati-hati untuk berinteraksi dengan manusia. bukankah kita diajarkan untuk beradab bahkan kepada siapapun dan apapun, baik dari ucapan ataupun perilaku.
terima kasih sudah menjadi pelajaran terbaik di penghujung tahun ini.
oh ya, aku suka sekali dengan lagu ini. seperti bagaimana, kita harus bisa saling memaafkan dan mendoakan yang terbaik.
terima kasih sudah membaca :)
5 notes
·
View notes
Text
Jangan Bosan Berbuat Kebaikan
gaulislam edisi 832/tahun ke-16 (17 Rabiul Awal 1445 H/ 2 Oktober 2023) Alhamdulillah, ketemu lagi dengan buletin kesayangan kamu. Sekadar tahu aja, edisi pekan ini adalah edisi terakhir di tahun ke-16 dalam penerbitan buletin ini. Insya Allah pekan depan memasuki tahun ke-17 dalam penerbitannya. Semoga Allah Ta’ala memudahkan. Buletin gaulislam terbit pertama kali pada tanggal 29 Oktober 2007…
View On WordPress
#akhirat#akhlak#akidah#amal shalih#bacaan pas remaja cerdas#berbuat baik#buletin#buletin gaulislam#buletin remaja#cewek#dakwah#dosa#dunia#ilmu#iman#islam#kebaikan#maksiat#muda#muslim#muslimah#remaja#takwa
1 note
·
View note
Text
20230311 Sama Emmi @rossanovaridwan
2 notes
·
View notes
Video
youtube
BUKAN UNTUK SEMPURNA | 4K UltraHD #manusia #sempurna #laguiniuntukmu
#youtube#Kita diciptakan bukan untuk menjadi sempurna Melainkan untuk menjadi berguna Maka tetaplah berbuat baik Sekecil apapun terlihatnya K
0 notes
Text
BERBUKA PUASA BERSAMA CIKGU NURIZAN
"Assalamualaikum Ammar, buat apa tu?" tanya Cikgu Nurizan. Lamunan ku sambil mengulang kaji ternganggu.
"Waalaikumsalam cikgu, ha ah, duk ulangkaji cikgu, takut terlupa nanti," jawab aku. Aku merupakan seorang pelajar asrama penuh di sebuah institusi pendidikan di negeri selatan tanah air. Cikgu Nurizan pula cikgu matematik kelas aku dan juga salah satu warden di asrama kami.
Cikgu Nurizan lah yang banyak menjaga ku semasa aku masuk asrama. Sebelum ini, aku merupakan pelajar sekolah harian ketika sekolah rendah, dan sebab keputusan ujian aku baik, aku dimasukkan ke asrama. Ketika aku berasa takut atau berasa kurang selesa, Cikgu Nurizan lah yang menenangkan aku dan memberi semangat kepada ku untuk belajar.
"Mari berbuka dengan cikgu, dalam sejam dua dah waktu berbuka. Kita pergi bazar, beli makanan, dan pergi berbuka ok?" ujar Cikgu Nurizan. Aku mengangguk-angguk bersetuju dengan cikgu. Aku pun bergegas dan bersiap sedia dan menunggu untuk Cikgu Nurizan mengambilku di asrama.
Beberapa minit kemudian, kereta Cikgu Nurizan muncul dan memarkir di hadapan asrama ku. Aku nampak seperti ada orang di kerusi dihadapan lalu aku pun masuk ke belakang. Rupa-rupanya, Cikgu Nurizan membawa 3 pelajar senior lain untuk berbuka puasa. Aku hanya mendiamkan diri manakala Cikgu Nurizan dan pelajar-pelajar lain rancak bersembang semasa perjalanan ke bazar.
"Ha dah nak sampai bazar dah, kamu semua nak apa," tanya Cikgu Nurizan.
"Tak nak apa la cikgu, saya nak melancap lepas berbuka," kata seorang pelajar senior. Terkejut aku mendengar pelajar senior berkata begitu.
"Eh eh mana boleh. Lancap kan berdosa," jawab Cikgu Nurizan sambil tertawa kecil.
"Kalau lancap tak boleh, bersetubuh boleh kan? Saya ada dengar dekat utube, kalau berbuka dengan bersetubuh boleh," kata pelajar senior disebelah aku. Aku berasa malu dan menundukkan muka ku.
"Pandai kamu ni, bersetubuh memang boleh," kata Cikgu Nurizan sambil tertawa.
"Kalau macam tu kami nak berbuka dengan cikgu la," sambung pelajar di sebelah aku. Ketiga-tiga mereka tertawa dan mengulangi ayat tersebut berulang kali. Aku hanya menunduk malu dan tidak bercakap apa-apa.Cikgu Nurizan hanya tersenyum dan memandu keretanya melepasi bazar.
Setelah hampir 20 minit dalam kereta, Cikgu Nurizan memarkir di sebuah lorong yang agak gelap. Terdapat sebuah motel di hujung jalan tersebut, Bangunan tiga tingkat tersebut nampak lama dan catnya agak kelam. Kami berlima keluar dan berjalan ke arah motel tersebut, aku masih keliru kerana tidak tahu apa yang akan berlaku.
"5 jam," kata Cikgu Nurizan kepada juruwang di kaunter motel. Juruwang tersebut tersengih melihat kami berlima dan memberikan kunci bilik kepada cikgu. Cikgu pulak menghulurkan RM100
"Keep the change ya," kata cikgu sambil menaiki tangga. Kami pun mengikut cikgu sehingga ke tingkat 3 dan bilik paling hujung. Cikgu membuka pintu bilik dan menyuruh kami semua masuk. Bilik tersebut suram dan mempunyai sebuah katil di tengah bilik. Dua helai tuala di sidai di penyidai bilik. Tandas pulak terletak bertentangan dengan katil. Terdapat sebuah kerusi dan meja kecil di sebelah katil tersebut.
"Sekarang baru pukul 6, kita ada sejam setengah. Apa kata cikgu uji ketahanan kamu semua sampai berbuka. Seorang 10 minit, kalau terpancut, batallah puasa," kata Cikgu Nurizan sambil melihat kami semua. Dengan segera pelajar-pelajar senior menanggalkan seluar mereka dan bersedia di hadapan cikgu.
"Ammaaar, kamu tak nak ke?" tanya Cikgu Nurizan dengan ayu. Matanya melirik tajam ke arah ku. Aku berasa takut dan tidak tahu untuk berbuat apa.
"Ala cikgu, budak tingkatan bawah ni takut la tu," kata seorang senior dengan nada mengejek. Ketiga-tiga mereka menerkam dan menanggalkan seluar aku dan menghadap aku ke hadapan Cikgu Nurizan. Kemaluan ku terpampang di hadapan mukanya.
"Ammar jangan risau ya, Ammar teruna lagi kan, nanti Ammar rasa, Ammar nak lagi," kata Cikgu Nurizan sambil meraba-raba paha ku. Ketiga-tiga senior masih lagi memegang tangan dan tubuh ku supaya aku tidak lolos untuk melarikan diri.
Dengan perlahan Cikgu Nurizan merapatkan mukanya ke arah kemaluan ku. Dengan cermat Cikgu Nurizan meniup ke arah kemaluan ku. Aku merengek kerana merasa sedikit geli. Cikgu Nurizan hanya tersenyum.
"Comel la suara kamu Ammar. Rengek lagi tau, cikgu suka nak dengar," kata Cikgu Nurizan sambil mencium paha aku. Aku perasan batangku mula menegang sedikit demi sedikit mengikut kelakuan Cikgu Nurizan. Daripada paha, ciuman Cikgu Nurizan berpindah ke kemaluan ku. Bibir merah gelapnya mula bercumbu dengan kepala kemaluan ku yang makin menegang. Gincu bibir Cikgu Nurizan mula mewarnai kepala kemaluan ku. Aku pulak makin merengek kerana aku tidak pernah dicium di kemaluan ku, rasanya baru dan susah untuk aku jelaskan. Yang aku tahu badanku berasa seronok dan panas dicium Cikgu Nurizan.
Kemaluan ku kemudiannya dimasukkan kedalam mulut Cikgu Nurizan, dengan segera badanku terasa seperti terkena renjatan elektrik. Seluruh badanku bergetar, otakku tidak dapat befikir langsung. Mulut Cikgu Nurizan berasa suam,lidahnya berasa lembut sungguh, kemaluanku mula berdenyut-denyut. Aku merengek dengan kuat tetapi Cikgu Nurizan meneruskan aktivitinya. Kemaluan ku dilancap oleh mulut Cikgu Nurizan. Tak sampai beberapa minit dilancap, badan ku berasa sungguh tegang, kaki tanganku kekejangan dan aku berasa sakit.
"Bagus jugak kamu ni Ammar, untuk kali pertama dah tahan 8 minit. Cikgu yakin kalau kamu melatih dengan cikgu lagi lama kamu akan tahan," kaya Cikgu Nurizan sambil mengurut-urut kemaluanku yang sudah lembik selepas memancut. Akibat dari terlalu seronok, aku terpancut dengan cepat. Mujur Cikgu Nurizan sempat menarik keluar kemaluan ku, pancutan aku tidak terkena di muka cikgu tapi terkena di tudung hitamnya.
"Kamu rehat dulu ya Ammar. Minumlah air mineral tu, puasa kamu dah batal dan kamu pun nampak letih," kata Cikgu Nurizan sambil mula meraba-raba salah seorang pelajar seniornya. Aku terduduk di kerusi, kaki tanganku berasa sakit dan aku tercungap-cungap. Ketiga-tiga pelajar tersebut bergilir-gilir setiap 10 minit. Kemaluan mereka lebih besar dan panjang dari ku dan mereka lebih agresif dengan Cikgu Nurizan. Mulut Cikgu Nurizan digunakan sebagai objek pelancap bagi mereka bertiga. Yang lebih memalukan untuk aku adalah mereka berjaya menahan diri dari memancut sehingga selepas waktu berbuka, manakala aku sudah letih dan tidak berdaya lagi. Selama hampir satu setengah jam, aku melihat Cikgu Nurizan bergilir-gilir menghisap kemaluan pelajar-pelajar senior, batangku mula menegang kembali tanpa aku sedari.
Sebaik sahaja azan berkumandang menandakan waktu berbuka, kesemua tiga pelajar memberhentikan giliran mereka dan mula mengerumuni cikgu.
"Cikgu kami berbuka dulu ya," kata salah seorang pelajar sambil menanggalkan tudung cikgu. Dalam sekelip mata, Cikgu Nurizan yang bertudung dan menutup aurat dibogelkan dihadapanku. Rambut lurus hitam pekat Cikgu Nurizan melambai-lambai akibat gerakan cikgu. Tubuhnya berwarna cerah kekuningan sedikit dan tidak gemuk mahupun kurus. Putingnya berwarna coklat gelap dan berada tepat di tengah-tengah tetek cikgu.
Dalam posisi duduk, kaki CIkgu Nurizan dikangkang. Seorang pelajar mula bercumbu bersungguh-sungguh sambil meraba puting manakala dua orang lagi mula berlutut dihadapan cikgu. Seorang pelajar kemudiannya mula menjilat kemaluan cikgu Nurizan dan seorang lagi mula menjilat punggung cikgu. Kesemua tiga lubang Cikgu Nurizan disumbat oleh lidah pelajar-pelajar senior. Aku melihat Cikgu Nurizan seakan-akan menjadi patung, tubuhnya dibiarkan untuk digerakkan oleh pelajar senior, malah apabila Cikgu Nurizan sedang klimaks pun, mereka tidak berhenti. Terketar-ketar tubuh Cikgu Nurizan dikerjakan mereka, aku nampak derasan air melimpah dari kemaluan cikgu dan membasahi muka pelajar senior serta lantai.
Mereka bersuka ria sehinggalah azan waktu Isyak. Kemudiannya mereka berhenti dan mengubah kedudukan Cikgu Nurizan. Cikgu Nurizan ditonggeng di atas seorang pelajar senior. Dengan perlahan Cikgu Nurizan duduk dan menjolok batang pelajar senior tersebut kedalam kemaluannya.Pelajar kedua pulak memaksa menjolok batangnya kedalam punggung cikgu dan pelajar ketiga menyumbat batangnya kedalam mulut cikgu. Kali ini, semua lubang Cikgu Nurizan disumbat ketat oleh batang pelajar-pelajarnya. Ketiga-tiga pelajar tersebut pun mula menggerakkan pinggul mereka dan Cikgu Nurizan pun bergerak sama.
Hampir sesak nafas aku tengok Cikgu Nurizan. Ketiga-tiga mereka memang agresif dan bergerak laju. Mereka terus menerus menghenjut membantai Cikgu Nurizan sehinggalah pada jam 10.15. Ketiga-tiga mereka memancut satu demi satu. Kemaluan dan punggung Cikgu Nurizan dipenuhi air mani pelajar senior manakala, pelajar yang menggunakan mulut Cikgu Nurizan memancut air maninya ke tubuh dan puting cikgu. Ketiga-tiga mereka terbaring letih tetapi Cikgu Nurizan masih lagi aktif.
"Kamu seronok tengok tadi kan, batang kamu tu dah lama menegak," Ujar Cikgu Nurizan sambil mengkangkangkan kaki aku. Dengan tangkas Cikgu Nurizan menjolok batang aku kedalam kemaluannya dalam posisi menduduk. Tubuhnya mula melantun atas bawah, kemaluannya mencengkam batang aku dengan begitu kuat dan berasa sungguh suam dan melekit akibat daripada mani pelajar senior. Aku yang baru mula kurang dari keletihan hanya mampu merengek dengan kenikmatan baru yang aku hadapi. Tetek cikgu melambung-lambung di hadapanku, mengikut rentak dan kerancakan cikgu.
"Sedap tak Ammar?" tanya Cikgu Nurizan sambil tertawa sinis selepas aku memancut sekali lagi kedalam kemaluannya. Aku terbongkang keletihan di atas kerusi dan pelajar-pelajar senior pulak terbaring keletihan di atas katil. Cikgu Nurizan dengan selambanya masuk ke tandas dan mula membersihkan dirinya tanpa menghiraukan kami.
#hot malay#lucah melayu#malay hijab#malaygirl#malaysia#melayu sedap#melayuboleh#melayucantik#melayugersang#melayumantap#malay#bahanlancap#melayu lancap#tudung mantap#biniorg#tudung melayu#melayu tudung#melayunakal#melayusundal#minah melayu#modal melayu#melayu hot#modal lancap#tudung lancap#bahan lancap#budaknakal#cerita#lucah#tudung lucah#cerpen
2K notes
·
View notes
Text
Tetaplah baik, meski kamu tidak memenuhi standar baik menurut orang lain. Tetaplah baik, meski kamu tidak memenuhi standar suka-nya orang lain.
Orang lain tak punya kewajiban menganggap kita baik, orang lain tak punya kewajiban menyukai kita. Tapi, kita punya kewajiban untuk berbuat baik ke semua orang. Allaah yang perintahkan.
—Selfreminder
548 notes
·
View notes
Text
Jangan biasakan memberi syarat untuk berbuat baik kepada pasangan, karena pasanganmu memiliki hak atas dirimu. Salinglah berbalas kebaikan, karena begitulah caranya untuk saling membahagiakan.
@taufikaulia
#quotes#nasehat#inspirasi#quoteoftheday#motivasi#taufik aulia#islam#tulisan#cinta#dakwah#pernikahan#rumah tangga
224 notes
·
View notes
Text
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu mendengar cerita-ceritamu, namun juga mampu memberi respon positif atas apa yang kamu kisahkan.
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu menemani dirimu, namun juga paham dan mampu terkait apa yang kamu butuhkan saat itu.
Menikahlah dengan ia yang telah selesai dengan dirinya, dengan kesenangannya. Sehingga tanpa kamu minta pun, ia sudah paham dan tahu bahwa kamu adalah tanggung jawabnya, prioritasnya.
Menikahlah dengan ia yang mampu melihat keletihan-keletihan dari sudut matamu, yang paham perihal lelahmu meski hanya lewat embusan napas. Sehingga tanpa kau minta, ia menjadi lebih peka untuk mengulurkan bantuan.
Menikahlah dengan ia yang ketika kakinya melangkah memasuki pintu rumah, semua urusan yang ia miliki di luar sana, ia tanggalkan di depan pintu.
Menikahlah dengan ia yang banyak bercerita. Dengan dia yang lebih senang bercengkrama denganmu dibanding dengan rekan sejawatnya, dibanding dengan ponsel miliknya.
Karena seumur hidup itu sangat panjang, begitu lama. Maka kau perlu dibersamai dengan seseorang yang paham dan mengerti caranya membangun kehangatan rumah tangga.
Sepanjang usia itu terlalu jauh. Maka kamu perlu menemukan pasangan yang tidak hanya hangat di luar rumah, saat orang-orang melihat dengan mata kepala mereka, namun juga hangat di dalam rumah. Ketika kamu dan dia hanya berdua.
Sebab berbuat baik di depan khalayak ramai adalah mudah. Namun tetap keukeh dengan sikap yang sama adalah kesulitan yang tidak semua orang bisa.
Maka menikahlah. Dengan dia yang tidak hanya mampu memelukmu kala kau sedih dan terjatuh. Namun menikahlah dengan dia yang paham dan mampu menenangkan risaumu.
Karena menikah adalah pengorbanan. Maka menikahlah dengan ia yang rela menanggalkan segala senangnya, demi menyenangkanmu.
10.13 p.m || 06 Maret 2024
#tulisan#ulvafdillah#cerita#tulisansepanjangtahun#puisi#puisiindonesia#sajak#prosa#daily poem#kisah#nasihatislami#nasihat#pernikahan#islampost#pemikiran#monolog#senandika#menikah#nasihatpernikahan
881 notes
·
View notes
Text
Jika kita berbuat dan beramal karena Allah, maka jangan pernah berhenti hanya karena manusia. Yang mahal darimu adalah niat baik dan keistiqomahan, dan yang membuatmu receh itu jika semuanya diniatkan untuk manusia. Padahal kamu tahu, memuaskan manusia itu mustahil.
— Dawuh guru
293 notes
·
View notes
Text
Zalimnya orang tuamu tidaklah menggugurkan kewajibanmu untuk berbakti kepadanya. Kamu diperbolehkan dengan adab yang baik untuk menasihati dan meluruskan kekeliruannya tapi terlarang bagimu untuk mendurhakainya.
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKu-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 8)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
163 notes
·
View notes
Text
Aku adalah anak tunggal dalam keluargaku, aku berumur 18 tahun dan namaku Hamid. Ibuku berumur 38 tahun dan bapaku berumur 45 tahun, seorang yang sibuk dengan urusan perniagaannya. Selepas melahirkan aku, ibu tidak dapat mengandung lagi kerana mengalami masalah di rahimnya.
Aku terlalu sukar untuk mempercayai bahawa aku terlalu berahi kepada ibuku. Sukar bagiku untuk membuang perasaan itu dari kotak fikiranku sejak aku menonton cerita lucah jepun yang mengisahkan seorang anak meniduri ibunya sendiri. Namun aku tidak berani melakukan apa-apa tindakan untuk meniduri ibuku sendiri. Aku hanya berangan dan selalu mengitip ibu mandi ataupun menukar pakaian.
Bayangan tubuh seksi ibu sering bermain di fikiranku, lenggokan tubuh ibu yang amat seksi itu membuatkan diriku selalu di alam khayalan membayangkan persetubuhan bersama ibu. Punggung ibu yang tonggek, lebar dan montok itu selalu ku diidam-idamkan. Malah setiap langkah ibu berjalan, punggungnya akan bergegar kuat. Aku selalu melancap sambil membayangkan aku bersetubuh dengan ibu.
Sehinggalah pada suatu malam, ketika itu bapaku ke luar negeri selama seminggu dan terjadilah peristiwa yang amat bermakna pada diriku. Pada malam itu sedang aku tidur nyenyak, tiba-tiba entah dari mana datang seorang lelaki india bertopeng menerpa ke arah ku membuatkan aku terjaga dari tidur dan lelaki itu mengacungkan parang ke leherku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa kerana ianya berlalu begitu pantas.
“Kalau mahu hidup serahkan semua duit dan barang beharga, cepat!” gertak lelaki india itu.
“Encik.. saya takde duit.” jawab ku ketakutan.
“Bohong… bawa aku ke bilik orang tua kau. Mereka pasti ada duit. Cepat…” gertak lelaki itu sambil membawaku keluar bilikku. Kerana ketakutan aku membawanya ke bilik ibu, ibu yang sedang tidur itu di tendang lelaki india itu.
“Eh… siapa kau, ape hal ni Hamid” ibu terkejut apabila melihat parang di leherku.
“Diam, kalau kau tidak mahu parang ini meragut nyawa anak kau, baik kau diam.” lelaki itu mengugut ibu.
“Kalau encik nak duit, kami boleh bagi, tapi tolong jangan apa-apakan kami encik. ” ibu merayu.
“Ye.. memang aku nak duit korang! Cepat keluarkan duit kau semua dan kumpul dalam plastik ni. Cepat!” Jerkah lelaki itu sambil mengeluarkan plastik hitam dari poket seluarnya. Ibu terus mencampakkan beg tangannya ke dalam plastik hitam itu seperti yang disuruh.
“Tolong jangan apa-apakan anak saya encik. Ambiklah duit saya ni.” kata ibu ketakutan.
“Barang kemas kau mana?!! Cepat masukkan sekali!!!” jerkah lelaki india itu dan ibu menuruti seperti yang di arahkan.
Kemudian secara tiba-tiba lelaki itu menumbuk perutku dan serta merta aku terjelupuk jatuh ke lantai.
“Hamid!!” Jerit ibu apabila melihat aku di tumbuk hingga jatuh ke lantai dan ibu terus menangis. Lelaki itu menarikku dan membangunkan semula agar aku berdiri.
“Ingat!! Jangan nak buat macam-macam dengan aku! Kalau tak, parang ni akan sembelih leher kamu berdua. Faham!!” jerkah lalaki itu kepada kami berdua.
“Baiklah.. kami dah bagi semuanya, tolonglah lepaskan kami.” rayu ibu.
”Ok, tapi sebelum aku lepaskan kamu, kau kena tolong aku dulu! Cepat ke mari!!” Arah lelaki kepada ibu sambil tangannya masih memegang kemas parang di leherku.
Ibu yang ketakutan terus menuju kepada lelaki itu sambil melihat aku yang berdiri dengan parang di leherku. Ibu menangis lagi, air mata ibu berciciran apabila melihat aku yang seperti tidak bermaya itu.
“Kau perempuan melayu yang cantik! Berapa umur kau sekarang?!” Tanya lelaki itu dalam nada yang kasar.
“Err…38 tahun… “ jawab ibu terketar-ketar.
“Kau pulak!” tanya lelaki itu kepadaku.
“18… “ jawab Hamid ringkas.
“Bagus…. bapa kau mana!!” tanya lelaki itu lagi.
“Keluar nageri…” jawabku.
“Hahahahaha!!!! Bagus!! Sekarang kau perempuan, duduk berlutut depan kau punya anak. Cepat!!” arah lelaki itu kepada ibu.
Ibu segera mengikut arahan lelaki itu. Ibu berlutut di depanku seperti yang diperintah.
“Kau buka seluar dia cepat!” arah lelaki itu.
Tangan ibu terketar-ketar membuka seluar pendekku. Air mata ibu meleleh di pipi bersama esakan tangisannya akibat ketakutan. Lelaki itu menjerkah lagi supaya cepat dan dengan pantas ibu menarik seluar pendekku ke bawah.
Sekali tarik sahaja, terserlahlah batangku yang tidak berseluar dalam itu di hadapan mata ibu. Ibu terkejut kerana ini adalah pertama kali dalam hidupnya melihat batangku di depan matanya semenjak aku remaja. Aku merasa malu apabila batangku terdedah di depan ibu.
“Bagus!!! Hahahahaha! Sekarang aku nak kau hisap batang anak kau! Cepat!!” arah lelaki itu.
“Encik.. tolonglah.. saya tak boleh buat macam ni.. dia anak saya…” rayu ibu dengan linangan air mata.
“Aku peduli hapa!! Cepatlah bodoh!!!! Kalau tak aku tetak leher anak kau kat sini jugak!!” ugut lelaki itu kepada ibu yang berlutut di depanku.
Ibu pun dengan terpaksa mula menghisap dan mengolom batangku. Ibu perlahan-lahan mengolom batangku, batangku pula perlahan-lahan keras di dalam mulut ibu. Walaupun aku dalam ketakutan, namun apabila batangku di hisap oleh ibu, batangku mula keras dan tegang. Ini kerana apa yang aku idamkan, aku telah dapat merasanya walaupun dalam keadaan begini.
“Ohhh… ibu…. Ohhh…. “ aku merengek kesedapan apabila batangku di hisap ibu.
Aku melihat wajah ibu, wajah ibu yang masih cantik itu kelihatan sedang menghisap batangku keluar masuk dimulutnya yang comel.
“Hahahaha… Bagus!!! Hari ni ada seorang perempuan melayu kena hisap batang anaknya! Hahahahaha!!!” lelaki itu ketawa.
“Hey perempuan! Kau masih ada laki kah?” tanya lelaki itu kepada ibu. Sambil menghisap batangku, ibu menganggukkan kepalanya.
“Wahhhhh!!!!! Bagus!! Hari ni ada bini melayu nak kena tebuk!! Hahahaha!! naikkan bontot kau cepat!!” arah lelaki itu.
“Tolong la jangan apa-apakan saya encik” rayu ibu.
“Kau kalau sayang anak kau, dengar cakap aku. Kalau tidak buruk padahnya… faham. Sekarang naikkan bontot kau, mulut kau kasi terus hisap!!” arah lelaki itu lagi.
Kerana takut, ibu pun menaikkan badannya dan keadaannya kini berdiri menunduk sambil menghisap batangku sementara punggung ibu pula di raba-raba tangan kasar lelaki itu.
Punggung bulat ibu yang sendat di dalam kain batik berwarna coklat itu di tepuk berkali-kali oleh tangan nakal lelaki itu. Kemudian lelaki itu mengalihkan parang dari leherku dan ianya beralih pula ke leher ibu.
Aku melihat ibu semakin takut, namun ibu terus menghisap batangku tanpa henti. lelaki itu menyelak kain ibu ke atas pinggang, punggung ibu yang di baluti seluar dalam putih itu di tepuk kasar. Tangan lelaki itu kemudian menarik seluar dalam ibu ke bawah. Lurah punggung ibu di raba jari jemari lelaki itu dengan kasar.
“Ini punggung sungguh cantik! Hahahaha! kau beruntung ada ibu cantik dan seksi macam ni!” kata lelaki itu sambil mengeluarkan batangnya yang hitam dan sudah keras itu dari celah zip seluarnya yang sudah terbuka. Batangnya di lalukan ke lubang cipap ibu. Walaupun dalam ketakutan, cairan air nafsu ibu sudah mula mengalir membasahi cipapnya.
“Hahahaha! Kau nak tahu tak! ibu kau ni yang cantik sudah stim! Hahahahaha! Air sudah banyak keluar! Hahahahaha! Sekarang aku nak rasa lubang cipap ibu kau ni…” kata lelaki itu sambil cuba menjolok batangnya masuk ke lubang cipap ibu yang sedang menonggeng itu. Serta merta ibu menelepaskan batangku dari mulutnya dan berpaling ke belakang.
“Encik… tolonglah… jangan buat saya macam ni…. Ambillah duit dan barang kemas itu… tapi jangan buat saya macam ni.. tolonglah lepas kan kami…” rayu ibu.
“Hah! Kau diam!! Kalau tak aku tetak leher kau!! Kau pun sama jugak! Jangan pandai-pandai mahu jadi hero! Kalau tidak aku kasi putus leher ibu kau! Kau berdiri disitu diam-diam, biar ibu kau kasi sedap kau punya batang!” jerit lelaki itu. Kerana ketakutan apabila mendengar kata-kata lelaki itu, ibu pun menangis semakin kuat.
“ Kau masukkan batang kau dalam mulut ibu kau! kasi dia diam. Kalau dia bising lagi, aku kasi kau berdua mati ini hari!” arah lelaki itu kepadaku.
Aku pun memegang dagu ibu, wajah ibu ku dipandang, kesian ada, sedap pun ada. Tetapi apabila mengenangkan anganku untuk menikmati tubuh ibu selama ini, aku kembali bernafsu terhadap ibu.
“Ibu… maaf ye… “ kataku sambil terus menerjah batangku ke dalam mulutnya. Dan pada masa yang sama, lelaki itu mula menjolok batangnya ke dalam lubang cipap ibu sedalam-dalamnya. Menjerit ibu menerima kehadiran batang lelaki itu.
“Hahahaha! hari ini aku dapat cipap perempuan melayu! Hahahaha! walau pun sudah longgar sikit, tapi sedap juga! hahahaha!” Kata lelaki itu sambil terus menghenjut tubuh ibu yang menonggeng menerima tusukan batang lelaki itu dari belakang.
“Ohhh… Oughhh.. Emmmpphhh…” ibu yang menonggeng itu mula merengek apabila cipapnya di tujah lelaki itu dan mulut ibu masih penuh dengan batang kerasku.
“Ohhh… ibu… Ohhh… sedapnya…. “ aku bertambah ghairah dan merengek kesedapan menikmati hisapan ibu yang sedang dihenjut lelaki itu.
Setelah beberapa minit menghenjut cipap ibu, lelaki itu mengeluarkan batangnya dan berganjak ke sisi ibu yang masih menonggeng sambil memegang batangnya.
“Heyy! kau tengok ni! tengok ni!!” jerit lelaki itu kepadaku. Aku melihat ke arah lelaki itu, sementara ibu pula menghentikan hisapannya dan turut berpaling kearah lelaki itu.
“Kau tengok, sudah basah batang aku kena lubang cipap ibu kau! Hahahaha! Ibu kau sudah tak boleh tahan lagi! Hahahaha! Kau nampak ini parang?” tanya lelaki itu kepadaku. Aku hanya mengangguk kepala, ibu pula duduk mencangkung, mungkin kerana keperitan apabila cipapnya di belasah batang kulup hitam lelaki itu.
“Kalau tak mahu kena ini parang, jangan macam-macam sama saya, faham!! Sekarang kau perempuan bontot kasi naik serupa tadi.” arah lelaki itu sambil parang di tangannya masih diacukan di leher ibu.
“Hahahaha!! bagus!! ini perempuan banyak pandai main. Kau pulak pergi diri belakang ibu kau. Kasi naik itu kain dan masukkan batang kau dalam lubang cipap ibu kau. Aku nak tengok anak sama ibu main, cepat!!” arah lelaki itu kepadaku.
Lelaki itu terus ke belakang ibu dan menyelak kain batik coklat yang dipakai ibu. Aku melihat seluar dalam ibu masih terlondeh dan tersangkut di peha ibu.
“Encik.. dia ni anak saya… saya tak boleh buat macam ni… tolonglah encik…. “ kata ibu merayu.
“Kau nampak ini parang sudah dekat leher kau? Mahu aku kasi putus kau punya kepala?!” jerkah lelaki itu kepada ibu.
Ibu kelihatan keakutan, mukanya pucat dan peluh semakin banyak timbul di dahi ibu.
“Sudah cepat! jangan mahu main-main sama aku punya parang! Cepat kasi masuk!” arah lelaki itu kepada aku.
Aku yang ketakutan ini sebenarnya gembira kerana apa yang aku idamkan kini berada di depan mataku. Kerana keinginan aku pada cipap ibu, aku pun menuruti arahan lelaki itu. Sekali tekan sahaja, seluruh batangku terus menerobos masuk buat pertama kalinya ke dalam cipap ibu. Sungguh nikmat rasanya, buat seketika aku diamkan sejenak batangku, merendam seluruh batangku di dalam lubang cipap ibu. Sambil itu, aku menunjal-nunjal kepala batangku ke dasar cipap ibu. Ibu merengek-rengek, mungkin kerana menahan kenikmatan di perlakukan begitu.
“Macam mana? ada sedap lubang kau punya ibu?!” tanya lelaki itu kepadaku.
Aku hanya diam, masih membiarkan batangku yang keras itu tertanam di dalam lubang cipap ibu yang sedang menonggeng itu.
“Apasal kau diam hah bodoh! aku tanya kau! sedap ke tidak??!!” tanya lelaki itu sekali lagi dengan lebih kasar.
“Se.. sedap…” jawabku gugup.
“Sedap ye… hahahaha… hey perempuan! sekarang kau punya anak sudah cakap kau punya lubang banyak sedap! Hahahahahaha!!!!” ketawa lelaki itu.
“Sekarang tunggu apa lagi, kasi keluar masuk itu sedap punya lubang la!!! Cakap sedap kuat-kuat! kalau aku tak dengar itu sedap punya kata, aku hiris ini leher kau punya ibu!!!” arah lelaki itu.
Aku pun mula menghayun batangku keluar masuk ke dalam lubang cipap ibu. Sungguh nikmat lubang cipap ibu yang di idamkan sejak dahulu lagi. Barulah aku dapat menikmatinya sesudah sekian lama hanya mengidam dan berangan untuk menikmatinya.
“Oooohhh… sedapnyaaa… ibu… sedapnya… Sedapnya cipap ibu… ohh ibuuu…” kata-kata nikmat terbit dari mulutku sambil menghayun batangku keluar masuk.
Aku melihat ibu hanya mampu menitiskan air matanya, membiarkan lubang cipapnya di tujah olehku. Ibu mungkin tidak menyalahkan aku, apa yang dia tahu adalah aku dipaksa untuk melakukannya. Ibu mungkin rela menerima setiap tusukan dari batangku. Lama-kelamaan kenikmatan semakin menguasai diriku, rasa takut sedikit demi sedikit hilang dan tujahan batangku membuatkan tubuh ibu semakin terlentik, mungkin ibu juga menikmatinya. Sudah lama aku ingin merasakan kenikmatan yang sebegini, air cipap ibu semakin banyak membanjiri keluar kerana dihenjut oleh batangku. Aku semakin ghairah dengan tindak balas yang diberikan oleh ibu dan aku tahu bahawa ibu semakin bernafsu.
Batangku semakin licin dengan lendir nafsu ibu yang semakin banyak. Aku semakin kuat merodok lubang cipap ibu, tanganku kini memegang punggung ibu. Daging punggung ibu di ramasku geram, hentakanku semakin laju dan semakin kuat. Aku semakin bernafsu, impianku untuk menikmati tubuh ibu kini sudah tercapai.
“Ibu… sedapnya… Ohhhh… ibuuu…. ibu… Ohhh….” aku merengek menikmati lubang cipap ibu.
“Hahaha!! Hey perempuan… sedap tak lubang kau kena lanyak batang anak kau?” tanya lelaki itu.
Ibu hanya diam, matanya hanya terpejam menikmati disetubuhiku di dalam keadaan menonggeng itu dan nafas ibu turun naik pantas.
“Hahahaha…. Tambi.. kau punya ibu sudah sedap sama kau punya batang, hahahaha!!!” kata lelaki itu sambil tangannya memegang dan mendongakkan kepala ibu ke arah batang hitamnya yang masih tegak itu. Lelaki itu menekan batangnya ke bibir ibu dan ibu cuba menutup mulutnya dari dimasuki batang hitam lelaki India yang telah merogolnya tadi.
Namun akhirnya batang lelaki itu berjaya juga menceroboh mulut ibu yang comel itu. lelaki itu pun terus menghayun batangnya keluar masuk dimulut ibu dan setelah beberapa minit, hayunan lelaki itu semakin kuat dan dalam. Aku melihat ibu hampir tersedak diperlakukan sebegitu. Aku tahu, batang hitam yang sedang bersarang di dalam mulut ibu itu bila-bila masa sahaja akan terpancut air maninya. Aku melihat ibu hanya mampu menolak tubuh lelaki itu agar batang lelaki India itu akan keluar dari mulutnya. Tetapi ibu gagal, semakin ibu menolak tubuh lelaki itu, semakin kuat lelaki India itu memaut kepala ibu.
Akhirnya, lelaki itu pun memancut air maninya yang banyak ke dalam mulut ibu. Terbeliak mata ibu apabila tekaknya di hujani pancutan demi pancutan air mani lelaki itu. Aku melihat ibu terpaksa menelan beberapa kali air mani yang telah penuh di dalam mulutnya. Lelaki itu mengerang nikmat melepaskan air mani ke dalam mulut ibu. Aku yang sedang asyik menikmati cipap ibu yang sedang menonggeng itu. Aku merasa semakin ghairah melihat lelaki itu kenikmatan melepaskan air maninya di dalam mulut ibu dan henjutanku semakin kuat dan laju.
“Hahahahaha…. Memang sedap mulut ini perempuan. Hahahaha!!!” lelaki itu ketawa kepuasan sambil menyimpan batangnya yang semakin layu ke dalam seluarnya.
“Kau sudah mahu keluar ka?” tanya lelaki itu kepadaku.
Aku menggelengkan kepala, kemudian lelaki itu mengacukan pula parangnya ke leherku.
“Sekarang kau kasi ibu kau rehat. Dia sudah penat bontot kasi tonggeng. Sudah… keluarkan kau punya batang.” arah lelaki itu kepadaku dan aku menurut arahan lelaki itu,.
“Kau perempuan boleh baring atas katil sekarang, cepat!!” arah lelaki itu kepada ibu dan ibu menurutinya sambil dia mengelap muka dan bibirnya yang bersisa air mani lelaki itu dengan lengan baju kemejanya.
“Sekarang kau main kau punya ibu atas dia punya badan. Cepat!!” arah lelaki itu kepada ku.
Aku perlahan-lahan berlutut di hadapan ibu yang sudah terbaring di atas katil. Batangku yang masih keras di usap agar kekal keras sambil mataku menikmati seluruh pelusuk tubuh ibu yang sedia menanti dalam terpaksa. Perlahan-lahan aku menyelak kain batik coklat ibu dan aku terus menarik seluar dalam putih ibu di lututnya hingga terus tanggal dari kaki ibu.
Ibu yang tahu apa yang perlu dilakukan terus mengangkang sambil memejamkan matanya. Mungkin ibu tidak sanggup melihat dirinya disetubuhi olehku, anak kandungnya sendiri. Aku pun perlahan-lahan menekan batangku masuk ke dalam cipap ibu hingga terus ke dasar cipapnya. Ibu merintih kecil menerima kehadiran batangku ke dalam cipapnya. Aku terus menghenjut batangku keluar masuk lubang cipap ibu dengan ghairah.
“Ohhh…. ibu…. maafkan Mid ibu…. maafkan Mid…. Ohhh ibuuu….. “ aku merintih menikmati cipap ibu sambil meminta maaf kepadanya.
“Hey perempuan!!! buka mata kau! cepat!!” jerkah lelaki itu.
Ibu yang ketakutan terus membuka matanya dan terus melihat wajahku, anaknya, darah dagingnya sendiri sedang enak menghenjut cipapnya. Aku tahu ibu terpaksa melihat diriku sedang menyetubuhinya kerana dipaksa itu. Hasil dari jolokan batangku di lubang cipap ibu, ibu mula memberikan tindak balas yang mengghairahkanku. Di samping air cipap ibu yang semakin banyak membanjiri, tubuh ibu juga turut terlentik seperti meminta agar aku menujah batangku semakin kuat dan dalam.
Aku tahu bahawa ibu sudah hampir kepada klimaksnya dan aku terus merendahkan tubuhku hingga tubuhku rapat dengan tubuh ibu. Aku mendengar dengusan nafas ibu semakin kuat dan aku tahu bahawa ibu itu sudah menyerahkan tubuhnya untuk di setubuhiku. Ibu yang kini sudah semakin tenggelam di dalam arus nafsunya membiarkan segala tindakanku. Ibu juga tidak menghiraukan butang baju kemeja yang dipakainya di tanggalkan ku. Puting buah dada ibu yang berwarna coklat gelap itu terpampang di depan mataku kerana ibu tidak memakai colai, aku terus menghisapnya dengan penuh bernafsu dan ibu juga tidak menghiraukannya.
Akhirnya tubuh ibu mengejang, aku tahu ibu sudah sampai ke puncak klimaksnya. Ibu kelihatan terpejam menikmati puncak klimaksnya, cipap ibu mengemut kuat batangku dan aku menusukan batangku sedalam-dalamnya. Tangan ibu memeluk tubuhku agar tubuhku semakin rapat ke tubuhnya.
“Hahahahahaha!!!! Ibu kau sudah suka sama kau punya batang. Hahahahaha!!!” ketawa lelaki itu.
Ibu yang masih lemah akibat kepuasan masih lagi memeluk tubuhku. Batangku masih berkubang di dalam lubang cipap ibu sungguh nikmat ku rasakan.
“Sudah!! Sekarang ini ibu kau sudah puas, kali ni aku bagi kau pula yang puas. Keluarkan kau punya batang cepat! Heyy perempuan! cepat tonggeng atas ini katil!!” jerkah lelaki india itu.
Setelah aku mengeluarkan batangku, ibu terus menonggeng dan aku yang sudah tahu apa yang perlu dilakukan terus menyelak kembali kain batik coklat ibu yang kembali menutupi punggungnya. Kain ibu aku selakkan ke atas pinggang, aku pun terus menghunus batangku menujah cipap ibu.
“Hey tambi!! Ada ka aku suruh kau masuk hah!!! Kau jangan bikin aku marah!! Kalau aku marah kau berdua mesti mati tahu tak!! Kau masuk lubang satu lagi tu bodoh!! Cepat!!” arah jerkah lelaki itu.
Aku agak terperanjat namun aku merasa gembira kerana aku akan dapat menikmati lubang dubur ibu. Sudah lama aku idamkan lubang dubur ibu itu, ibu yang sedang menonggeng itu juga kelihatan terperanjat.
Perlahan-lahan aku menekan batangku ke lubang dubur ibu. Agak susah untuk memasukinya, ibu melentikkan pinggangnya untuk membantu batangku masuk, aku tahu ibu terpaksa menyerahkan lubang duburnya agar di jamah batangku kerana tiada pilihan lain. Sedikit demi sedikit batangku berjaya menembusi lubang dubur ibu yang sempit itu. Sakit sedikit rasanya batangku kerana kesempitan lubang dubur ibu. Ibu pula merengek kesakitan dan memintaku agar melakukannya perlahan-lahan.
Akhirnya, batangku berjaya terbenam seluruhnya di dalam lubang dubur ibu. Ibu menggerakkan punggungnya memberikan kenikmatan yang tak terkata buatku. Punggung tonggek ibu yang lebar itu memang di idamkanku selama ini. Batangku yang terbenam di dalam lubang dubur ibu semakin keras dan aku bertambah bernafsu.
Ibu menoleh kebelakang melihatku, aku memerhatikan seluruh pelusuk tubuhnya yang sedang menonggeng melentik di atas katil. Aku meramas-ramas punggung ibu dan membelai-belai tubuh ibu yang cantik itu. Aku rasa ibu tahu aku sedang bernafsu ketika itu. Ibu terus melentikkan tubuhnya hingga punggungnya yang tonggek itu semakin tertonggeng. Aku tahu ibu mahu aku segera mengeluarkan air mani ku agar segalanya segera tamat. Aku yang keghairahan itu terus menujah dubur ibu lebih dalam dan pada masa yang sama, ibu menjerit kuat kerana keperitan dan kesakitan yang dialaminya. Aku tidak menghiraukan jeritan kesakitan ibu, aku terus menujah batangku keluar masuk di lubang dubur ibu yang sempit itu.
“Ohhhh…. ibu… ibu… ibu…. Ohhhh bontot ibu sedappppp…… Ahhhhh…” aku merengek kesedapan. Ibu menahan keperitan lubang duburnya dan membiarkan aku menikmatinya.
“Ohh.. ibu… Mid dah tak tahan ni ibuu…. ibu…. Mid nak.. pancut dalam bontot ibu… Ohhh bontot ibu seedaap…. Ahhhhhhhh!!!!! “ jeritku dan akhirnya aku kekejangan di punggung ibu.
Tekanan tubuhku yang kuat membuatkan tubuh ibu semakin tertonggeng dan semakin lentik menerima tusukan batangku yang semakin dalam dan keras. Batangku di tekan sedalam-dalamnya sambil melepaskan pancutan air maniku yang terpancut laju dan banyak sehingga memenuhi lubang dubur ibu. Punggung ibu yang diidamkan itu memang nikmat dan memuaskan nafsuku. Aku memaut erat punggung ibu dan ibu mungkin dapat merasakan batangku berdenyut kuat di dalam duburnya. Air maniku yang hangat itu memenuhi lubang dubur ibu.
Aku masih menikmati lubang dubur ibu dengan membiarkan batangku terbenam di dalam dubur ibu. Dengan lemah ibu berganjak kehadapan membuatkan batangku terlepas keluar dari dubur ibu dan kelihatan air maniku keluar dari lubang dubur ibu. Aku menggigil kenikmatan, puas.
“Mid… mana lelaki tadi…” tanya ibu yang terduduk kepenatan.
Aku memerhati sekeliling, lelaki India yang merompak tadi sudah tiada. Lelaki itu sudah pergi bersama plastik yang berisi wang dan barang kemas ibu.
“Ibu, maafkan Mid, Mid terpaksa tadi” kataku.
“Ibu tahu Mid, bukan salah kau Mid.” jawab ibu lemah.
Aku mengajak ibu ke balai polis untuk membuat laporan tetapi ibu tidak mahu perkara itu diketahui ramai.
Keesokkan paginya setelah selesai mandi, aku berjalan menuju ke bilik. Ketika aku melintasi bilik ibu, aku terlihat ibu yang memakai baju t berwarna kuning bersama skirt labuh berwarna hitam terbaring mengiring membelakangiku. Aku merapati katil dan mendapati ibu masih tidur. Peristiwa malam tadi mula membuatkan nafsuku melonjak naik.
Aku terus melucutkan tuala yang dipakai dan batangku mula tegang dan keras. Punggung ibu yang gebu dan montok itu ku usap lembut dan perlahan-lahan aku baring di belakang ibu lalu merapatkan tubuhku memeluk ibu. Batangku yang tegang di tekan ke alur punggung ibu. Ibu yang sedang lena itu tidak sedar mungkin kerana kepenatan malam tadi. Aku terus menyelak kain ibu ke atas, punggung ibu yang tonggek dan lebar itu kelihatan montok tanpa memakai seluar dalam. Punggung ibu ku usap lembut. Dengan berhati-hati aku menekan batangku ke celah kelengkang ibu. Dapat ku rasakan belahan cipap ibu bergesel dengan batangku yang keras itu. Semakin di lajukan gesekannya semakin nikmat ku rasakan, walaupun belum memasuki cipap ibu. Tiba-tiba, ibu terjaga dan menoleh ke belakang. Ibu yang masih mamai itu kelihatan terkejut dengan kelakuanku.
Ibu segera menolakku dan cuba berganjak ke hadapan untuk menjauhi tubuhnya dari tubuh ku. Dengan pantas aku memeluk tubuh ibu dan merapatkan kembali batangku di belahan cipap ibu. Ibu meronta-ronta ingin melepaskan diri, ku peluk tubuh ibu dengan kuat dan ku tekan kuat batangku di celah kelangkang ibu.
“Mid… apa ni… ibu tak suka lah… “ kata ibu sedikit marah.
“Ibu.. malam tadi boleh…” kataku.
“Malam tadi tu lain Mid… janganlah.. lepaskan ibu….” pinta ibu sambil cuba melepaskan diri.
“Bontot ibu sedap… Mid nak rasa lagi…” Kataku.
“Mid… lepaskan… ini ibu kau Mid.. Lepaskan!” ibu semakin marah.
Aku pula semakin ghairah, aku terus menelentangkan ibu membuatkan bahagian bawah tubuh ibu terdedah. Belum sempat ibu hendak mengepit kelengkangnya, batangku sudah berjaya menerobos masuk ke lubang cipap ibu.
“Ohhhh… Middd…. kenapa dengan kau niiii….. Ohhhh….” rintih ibu antara keperitan dan kenikmatan.
Aku tidak menghiraukan tolakan ibu untuk melepaskan diri, aku terus menghayun batangku keluar masuk lubang cipap ibu kandungku yang di idamkan selama ini. Dari lubang yang sedikit memeritkan batangku, akhirnya lubang cipap ibu mula dibanjiri air cipap ibu sendiri. Aku tahu ibu sudah mula merasakan kenikmatan hasil tusukan batangku.
“Mid…. ini kan ibu kau Mid… kenapa buat ibu macam ni…. Mid… tolonglah…. ” rayu ibu meminta agar aku menghentikan perbuatan ku itu.
“Maaf ibu… Mid dah lama nak main dengan ibu… ohhh.. sedapnyaaa…. Dah lama Mid geramkan tubuh ibu…. Ohhhh” kataku yang sedang menghenjut tubuh ibu.
“Mid… berhenti Mid…. ibu tak nak semua ni… Kita ni.. kan.. ohhh.. anak beranak Mid… Ohhh…. Midd…” kata ibu yang masih cuba hendak melepaskan diri.
“Tak boleh ibu… malam tadi Mid dah rasa betapa sedapnya tubuh ibu ni… lagi pun ibu sendiri yang merelakan…. Ohhh…” aku cuba bermain psikologi dengan ibu.
“Malam tadi lain Mid… malam tadi kita terpaksa Mid…. Ooohhhh…. apa kau buat ni Mid…. ohhhh.. Midd… ” kata ibu yang semakin kelihatan hilang pertimbangan antara nafsu dan kewarasan.
“Ibu selalu tayang tubuh ibu… Ohhh… ibu selalu menonggeng depan Mid… bila basuh baju…ibu selalu singsing kain sampai nampak peha… bila ibu cuci tandas… ibu selak kain sampai nampak bontot… Ohhh… ibu….” Kataku yang semakin di rasuki nafsu setelah kembali mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lalu.
“Mid.. mana ibu perasan semua tu… tolonglah Mid… jangan buat.. ibu macam ni Mid… ” rayu ibu.
“Bila ibu tidur.. kain ibu selalu terselak.. ohhhh… sedapnyaaa… ” aku sengaja membuka rahsia keberahianku terhadap ibu yang selama ini terpendam.
“Ibu suka pakai skirt ketat-ketat depan Mid. Ibu suka selak baju sampai Mid tak tahan tengok bontot ibu yang ketat dengan kain batik.. Ohh… Mid stim tau kat Ibu… Ohh…” aku meluahkan perasaan lagi.
Ibu hanya terdiam, matanya terpejam dan nafasnya semakin turun naik dengan laju. Ibu mula menikmati hayunan keluar masuk batang ku di lubang cipapnya yang sudah becak itu. Aku tahu ibu sudah pasrah, dia lupa bahawa insan yang merupakan anak kandungnya itu juga mempunyai nafsu. Aku yang semakin ghairah kerana sekali lagi dapat menyetubuhi ibu merasakan sungguh lega kerana ibu tidak meronta lagi. Segala hasrat ku yang terpendam sekian lama akhirnya berjaya. Aku merasa bangga kerana akhirnya aku dapat menyetubuhi tubuh ibu yang ku idamkan sejak dahulu lagi.
“Ohhh… Mid… ahhhh…. ” ibu mula mengerang kenikmatan.
Batangku yang menujah lubang cipap ibu mula memberikan kenikmatan kepada ibu. Ibu mula menikmati rentak hayunan batangku yang menghenjut tubuhnya. Ibu semakin mengangkang kakinya, memberikan laluan untuk memudahkan ku menghenjut dirinya. Baju t-shirt kuning yang dipakai ibu ku selak ke atas, buah dada ibu yang besar dan agak layut sedikit itu di ramas tanganku. Putingnya yang berwarna coklat gelap itu ku hisap, ku nyonyot penuh kenikmatan dan ibu semakin hanyut didalam arus nafsunya.
Sambil menghenjut, mataku memerhati wajah ibu yang sedang menikmati persetubuhan terlarang itu. Aku terus mengucup bibir ibu yang sedang dilambung nafsu itu dan dia membalas kucupanku. Aku menekan batangku masuk sehingga mencecah dasar cipap ibu. Aku dan ibu berpelukan dan berkucupan penuh nafsu, ibu sudah tidak peduli dirinya disetubuhi ku lagi. Aku mengucupan telinga lalu menjilat leher ibu dan ibu mendesah kecil. Ibu merangkul leherku, wajah kami bertentangan, senyuman mula terbit dari bibir ibu.
“Mid.. teruskan Mid…. ” kata ibu sambil tangannya memeluk tubuhku.
“Baiklah ibu…. ” kataku lembut. Aku kembali menarik dan menolak batangku ke dalam cipap ibu dengan kerelaan ibu.
“Ibu… sedap tak?…” tanyaku.
“Ohhh…. Mid…. Sedap sayanggg…. ” jawab ibu kenikmatan.
Nafas ibu semakin kuat dan terburu-buru, dadanya berombak kencang. Akhirnya ibu sampai ke puncak klimaksnya. Seluruh tubuh ibu kekejangan dan cipapnya mengemut kuat, menyedut batangku. Dada dan wajah ibu kemerahan menandakan puncak kenikmatan yang dinikmatinya. Ibu kepuasan di tanganku, anak kandungnya sendiri. Kerelaan ibu menyerahkan tubuhnya untuk di setubuhiku akhirnya berbaloi dengan kepuasan yang didapatinya. Aku merasa sungguh gembira menyetubuhi ibu kandungku sendiri.
“Ohhh.. Mid… sedapnyaaa…. ibu dah klimaks.. sayanggg…. ” kata ibu lesu.
“Ibu… Mid nak lubang bontot ibu boleh… lubang bontot ibu sedap, boleh ye bu..?” tanyaku yang telah menyaksikan ibuku hanyut dilanda badai puncak kenikmatan.
Ibu mengangguk lemah sambil tersenyum melihat aku yang masih gagah di atas tubuhnya. Aku bangun dari menindihi tubuh ibu, ibu mula meniarap sambil menongengkan punggungnya yang besar dan tonggek itu.
Aku pun mula menujah lubang dubur ibu dengan penuh nafsu. Kali ini senang sedikit batangku masuk dan ibu juga tidak merasa sakit lagi malah ibu mula menikmatinya. Setelah beberapa minit, akhirnya aku semakin hampir ke kemuncaknya.
“Ibu….. Mid nak terpancut niii…. Ohhh ibu….” aku merintih kenikmatan.
“Ohhh… Mid… ohhh… ” ibu merenggek lagi..
Akhirnya, memancutlah air maniku dan batangku berdenyut kuat di dalam dubur ibu. Ibu mengemut kuat lubang duburnya seolah mahu memerah air maniku yang terpancut keluar itu.
“Sedap tak Mid..” tanya ibu kelelahan.
“Hmm… sedapnya ibu… Sedapnya lubang bontot ibu..” jawabku.
Aku pun tertidur bersama ibu akibat kepenatan melakukan persetubuhan yang mengasyikkan itu. Aku memeluk ibu dangan penuh kasih sayang. Sejak hari itu aku dan ibu sering melakukan persetubuhan terlarang itu apabila bapaku tiada. Kini aku dapat menikmati lubang cipap dan lubang dubur itu yang ku iadamkan itu. Setiap kali melakukan persetubuhan itu, lubang dubur ibu akan menjadi tempat aku malepaskan air maniku.
664 notes
·
View notes
Text
Tuhan dan Sifat Transaksional Manusia
“Kok bisa ya dia hidupnya selancar itu, padahal sholatnya aja bolong-bolong”
“dia kerjaannya dugem tiap malem, tapi kok ya hidupnya lancar, lulus S1, kerja di perusahaan bonafide, lalu kuliah S2 ke Amerika”
Haffffttt..
Berkali-kali pikiran seperti itu muncul di kepalaku akhir-akhir ini, sampe sempet beberapa kali aku bertanya pada beberapa kawanku, kok Tuhan begitu?
menilas balik kejadian tahun lalu, masih ada part marah dalam diriku. Aku kurang apa ya saat itu? dan semua pertanyaan “ternyata aku belum cukup” untuk Tuhan “melihatku” dan “menolongku”.
Sejak kejadian itu, aku enggan “mendekat”. Bahkan meminta dengan sungguh pun rasanya enggan. Kenapa? Banyak muncul perasaan “Ngapain aku berbuat baik dan ‘beribadah’ toh nyatanya pertolongan Tuhan jauh adanya?
“Ya mending aku gausah beribadah dengan baik aja, toh nyatanya beribadah dan tidak sama adanya?”
Sampai kemudian hari ini aku berpikir, bahwa selama ini aku menganggap hubungan dengan Tuhan hanyalah hubungan transaksional. Jika aku beribadah dengan tekun, maka harusnya Tuhan memudahkan seluruh hidupku. Jika aku melakukan ritual A B C, Tuhan akan memberiku apa yang aku mau. Yap, mungkin itu yang selalu terngiang di kepalaku sejak kecil.
“kalau mau hidupnya lancar, rajin sholat Dhuha sama Tahajud”, lalu aku melakukan itu semata-mata agar urusan duniaku lancar. Maka, saat tidak datang sesuai mauku, aku marah.
“kalau mau dilancarkan saat ujian, baca surat A B C, dzikir X Y Z”, sampai ternyata ujianku tidak lancar, aku marah.
Sekali lagi, hubungan dengan Tuhan aku anggap hanya hubungan transaksional biasa. Jika aku beribadah dengan baik, Tuhan harus memberiku apa yang aku mau dalam hidup.
Tapi padahal, ibadah dan “kesuksesan” yang aku harapkan adalah dua hal berbeda. Ibadah adalah kewajiban sebagai seorang manusia, terlepas dari segala atribut yang melekat, bahkan terlepas bagaimanapun takdir yang membersamai manusia. Jika aku mempercayai Tuhan, maka aku juga harusnya melakukan ibadah-ibadah yang harusnya datang dengan “kepercayaan” itu.
Sedangkan kesuksesan, pencapaian, atau apapun itu namanya, tidak hadir dari “karena aku beribadah dengan giat, aku akan mendapat apa yang aku mau”. Tidak. Kesemuanya datang dari usahanya diri, dan tentu saja takdir yang mengiringi. Tapi sekali lagi, ibadah, bagaimanapun bentuknya, sebagus apapun, tidak kemudian serta merta membuat Tuhan memberikan apa yang kita mau.
Itu hak prerogatif Tuhan :) Manusia, yaudah, menjalani hidup dengan bahagia aja heheh toh kalau mau lebih dalam melihat, ternyata banyak sekali nikmat yang sudah Tuhan berituh.
Bandung, 23 October 2024
119 notes
·
View notes
Text
semuanya sudah ada waktunya.
semuanya sudah ada waktunya, termasuk urusan rezeki. beberapa waktu terakhir ini aku dipahamkan dengan konsep semua sudah ada waktunya termasuk urusan rezeki. bagaimana tidak, kalau dulu ketika terasa begitu sempit segala urusan tidak pernah mudah, nggak ada uang meski untuk sekadar makan, menahan diri untuk tidak membeli baju, menahan diri untuk tidak membeli buku dan keinginan lainnya.
entah bagaimana caranya, rezeki itu akan datang kepadamu dengan cara yang tidak akan pernah kamu sangka-sangka sebelumnya. entah ada seseorang yang mengenalkanmu dengan pekerjaan yang kamu butuhkan, memberimu sebuah pekerjaan, memberimu ilmu untuk berketerampilan, memberimu modal untuk memulai usaha, dan banyak hal dan cara yang lainnya.
hal-hal kecil yang kamu mulai terasa begitu besar seketika kamu mulai menapakinya satu persatu dengan kesabaran dan terus memupuk harap. sesuatu yang awalnya kecil, lama kelamaan terasa begitu panjang dan penuh arti. demikianlah kehidupan ini berjalan sebagaimana mestinya. setiap orang sudah ditetapkan jatah rezekinya.
jika ditahun ini waktunya seseorang untuk bersinar, maka ia akan bersinar bagaimanapun sebelumnya ia tak terlihat. dia akan tetap bersinar meskipun kehidupan sebelumnya mungkin sangat memilukan. selama ia masih hidup, selama ia masih bernafas kemanapun dia berada jatah rezekinya akan selalu ada untuknya. sebab dunia ini milik Allaah, dan Allaah yang menjamin setiap rezeki makhluk yang hidup sekalipun ia lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
maka, jika saat ini kamu terus berpikir harus bagaimana dan bagaimana untuk bersinar. mengapa tak kau coba berpikir dan memperbaiki diri untuk memulainya dengan lebih bermakna yaitu dengan cara bersyukur terlebih dahulu. mencoba untuk melakukan kebaikan meski itu kecil, memperbaiki hubungan dengan Allaah dengan cara terbaik yang bisa kamu lakukan. berdoa, bersyukur, dan menjalani kehidupan dengan baik dan tak menutup pintu putus asa dalam hidupmu. kamu kelak akan sampai sekalipun dengan langkah yang kecil, sekalipun dengan langkah yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
jangan berhenti berharap kepada Allaah, jangan pernah berhenti berdoa kepadaNya, kemustahilan itu tidak ada selama engkau yakin Allaah bersama denganmu dan mengabulkan setiap doa-doamu. jangan khawatir perihal rezekimu, selama kamu masih hidup, percayalah kamu akan selalu ada rezeki. mungkin saat ini kamu sedang dititik terendahmu, tapi kamu tidak akan pernah tahu hal kebaikan apa yang telah menantimu nantinya.
kamu akan bersinar jika memang sudah waktunya bersinar bagaimanapun terperosok nya hidupmu saat ini. dan sebesar apapun usahamu untuk bersinar jika belum waktunya maka kamu tidak mampu untuk dititik itu. semuanya akan ada jalannya, dan semua akan menemukan jalannya jika memang sudah waktunya.
yang perlu kau pupuk adalah dirimu untuk tidak menyerah pada kehidupan dunia ini. teruslah bertahan dan hidup apapun ujian yang datang dengan silih berganti tanpa henti. yang perlu kau hidupkan adalah lentera harapmu kepada Allaah, berbaik sangka, menenun harap dan rasa syukur kepadaNya tanpa tapi. meski berkali-kali mungkin lentera itu mengecil, meski berkali-kali ingin padam oleh angin. tetaplah jaga lentera harapmu kepada Allaah, sayang. jangan berputus asa dari Rahmat Allaah, ku mohon jangan menyerah dengan doamu, jangan yaa.
mari memeluk diri sendiri, mari untuk tidak lelah memeluk diri sendiri ketika mulai kehilangan arah. kamu boleh kehilangan banyak hal, tapi tidak dengan dirimu sendiri, tapi tidak dengan keyakinanmu kepada Allaah. jangan yaa, jangan sampai. nanti kamu kelelahan sekali..
perempuan dengan harapannya kepada Allaah || 11.49
104 notes
·
View notes
Text
Jalan Pulang, Jalan Pengabdian
"Dia mah enak, suaminya perhatian." "Dia mah enak, meski udah nikah masih dibolehin sekolah tinggi dan ngejalanin bisnis." "Dia mah enak, nggak tau tuh dia gimana rasanya menunggu kehadiran anak." "Dia mah enak, mertuanya baik." "Dia mah enak …"
Hayo, apa lagi yang biasanya memenuhi pikiran kita ketika melihat pernikahan atau keluarga orang lain? Kalau kita list terus, panjang dan nggak akan beres-beres nggak, sih? Hehe.
Harus kita akui, terkadang hati kita menjadi kecil ketika melihat bagaimana Allah menghadirkan kebaikan-kebaikan-Nya pada keluarga lain. Dari jauh kita mengira bahwa pasti keluarga tersebut sudah berada pada puncak bahagianya. Kita jadi lupa bahwa di saat yang sama Allah juga sedang (dan akan selalu) menghadirkan kebaikan pada keluarga kita. Sayangnya, syukur kita biasanya jadi terkikis ketika di benak kita terbersit satu kalimat mematikan, "Tapi bukan yang begini yang aku mau, Ya Allah." Padahal,
Kita ambil satu contoh yaitu istri yang suaminya baik dan perhatian. Dengan atau tanpa ia sadari, sejatinya itulah peluang amal shalih sekaligus ujian baginya. Apakah ia mampu taat atau justru jadi berbuat seenaknya kepada suaminya? Begitu pun dengan takdir-takdir yang lain.
Kuncinya adalah terkoneksinya jiwa kita kepada Allah dalam memaknai apapun yang ditakdirkan-Nya untuk keluarga kita.
Sebab, takdir-takdir itulah yang memang perlu kita tempuh dalam rangka mengabdi kepada Allah dan menjemput kepulangan terbaik kita. Bukankah ujung dari perjalanan keluarga adalah terselamatkannya diri dan keluarga dari api neraka?
Hari ini, mungkin ada banyak diantara kita yang sedang sekuat hati berusaha mencintai takdir yang digariskan-Nya. Tidak mengapa, mari kita lanjutkan usaha mencintai itu. Sebab suatu hari nanti, insyaAllah kita akan benar-benar mencintainya. Ia tidak pernah dimaksudkan-Nya untuk mengantar kita kemana-mana selain kepada sebersih-bersihnya jiwa menuju jalan pulang yang sebenarnya.
Wallahu 'alam bishawab.
99 notes
·
View notes
Text
Tentang Penolakan
Katanya, semakin dewasa kita semakin terbiasa dengan ‘penolakan.
Bentuk-bentuk penolakan dari orang dewasa lainnya bisa datang dalam bentuk:
- tidak merespon pesan (dengan asumsi sudah membaca pesan tersebut meski dari pop-up notification dilayar hape), semi mengabaikan untuk waktu yang cukup lama
- berkata “maaf, tidak” secara asertif dan bicara langsung atau menyampaikan penolakannya (bisa menyertakan alasan maupun tidak)
- mengalihkan pembicaraan, tidak mau menyinggung topik tertentu yang sebetulnya ia sedang ‘memberikan tanda penolakan’.
Setidaknya tiga hal ini yang seringkali muncul dari orang terdekat kita, teman kita, maupun kenalan kita. Aku pribadi sedang belajar untuk tidak mengambil hati ketika mendapatkan tanda-tanda penolakan seperti 3 hal diatas tersebut.
Aku perlu berlapang hati dan meluaskan penerimaan jika ada hal-hal yang tidak sesuai keinginanku.
Toh wajar sekali manusia punya respon yang berbeda ketika dihadapkan sesuatu. Mungkin aku juga pernah melakukan satu atau beberapa diantara cara penolakan tersebut baik kusadari atau tidak, aku mohon maaf jika itu membuatmu atau siapapun yang membaca tulisan ini menjadi tidak nyaman karena ‘perlakuanku���.
Jujur, memang tidak nyaman dan tidak enak ditolak itu. Entah dalam konteks sedang menjajakan barang ‘jualan’, sedang mengajak seseorang untuk berbuat sesuatu, maupun sedang meminta bantuan.
Tapi sebisa mungkin, tolaklah sesuatu dengan cara yang baik.
Cara yang tidak menyakiti, penolakan yang sopan yang membuat lawan bicara bisa mengerti. Upayakan saja, selebihnya respon lawan bicara bukan tanggungjawab kita.
Tangerang, 13 Desember 2024 | 11.46 WIB
73 notes
·
View notes