#terbit buku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tiap-tiap dari manusia adalah novelis dari buku terbitan tentang dirinya sendiri.
3 notes
·
View notes
Text
RISET UNTUK BUKU BERIKUTNYA <3 Karena buku ke-9 (Tumbuh Dewasa dengan Segenap Tanya) sudah menanti terbit. Mari beranjak ke naskah buku ke-10. Pada buku ke-10 ini saya mengadakan sebuah riset. Khususnya buat teman-teman tumblr di sini yang memiliki peran menjadi anak pertama di keluarga dan berkenan untuk mengisi kuesioner yang saya buat. Bolehhh banget untuk DM by chat tumblr/inbox ya :)
Buku ke-10 akan banyak bercerita tentang anak pertama, insyaAllah :)
51 notes
·
View notes
Text
Buku Tentang Menulis
Saya selalu menahan diri untuk menulis buku tentang menulis. Entahlah. Merasa belum pantas.
Lalu akhir Mei kemarin, ketika berada di Makassar untuk memenuhi undangan Makassar International Writers Festival, saya merenung lama sekali.
Rupanya, sudah lebih dari 10 tahun saya menjadi penulis ... Belasan buku telah terbit dan beberapa di antaranya cukup beruntung untuk dikenal luas dan terus dicetak ulang ... Dan saya, berada di sini, berbicara di salah satu festival sastra paling bergengsi di Indonesia ...
Dengan segala dinamika dan jatuh-bangunnya, saya merasa sangat bersyukur bisa sampai di titik ini. Bisa terus berkarya dan mencukupi kebutuhan hidup dari karya tersebut, rasanya mengharukan.
Maka izinkan saya merayakan perjalanan panjang ini. Menuangkan ilmu & pengalaman dari 10 tahun menulis ke dalam sebuah buku.
Buku ini berisi panduan praktis untuk menulis buku, khususnya novel. Ditulis dengan penjelasan sederhana, dilengkapi berbagai contoh dan template.
Buku bisa diunduh di sini.
Selamat membaca, semoga bermanfaat. :)
51 notes
·
View notes
Text
Penolakan Kesekian
Hari ini salah satu naskahku ditolak penerbit. Mereka menyertakan alasan, naskahnya terlalu puitis untuk nonfiksi dan pula bukan fiksi. Naskah ini adalah naskah pertama yang kuselesaikan, berisi banyak tulisan afirmasi sebagaimana aku menulis jurnal di awal-awal aku menulis di tumblr.
Isinya itu nyaris semuanya katarsisku di masa itu, yang setelah kufilter cukup layak untuk dibagi. Judul naskahnya sendiri aku buat Tetaplah Hidup, sesuai dengan judul akun ini.
Perjalanan naskah ini udah panjang, pernah diterima penerbit semi mayor tapi dianggurin satu tahun dan akhirnya aku tarik kembali. Sudah ditolak empat penerbit mayor. Tapi baru kali ini memberikan alasan penolakan, jadi itu cukup membuat aku merasakan sesuatu, semacam tulisanku nggak cukup puitis jadi puisi, tapi terlalu puitis sebagai buku pengembangan diri.
Sebelum mengirimkan naskah biasanya aku selalu riset penerbit itu gimana, jadi bukan asal kirim. Sebisa mungkin aku pilih yang tulisanku sesuai dengan tipe buku-buku yang mereka terbitkan. Baru kali ini akhirnya aku merasa, mungkin memang tulisanku yang itu bukan sejenis tulisan yang disukai pasar sehingga nggak banyak penerbit yang menerbitkan tulisan sejenis, tulisan yang tiba-tiba pengen kusebut sebagai afirmatif/reflektif puitis. Atau sepertinya, emang mainku masih stagnan di penerbit yang itu-itu aja.
Kalau ditanya apa akhirnya aku merasa sesuatu yang buruk, ada sedikit, perasaan di mana aku merasa asing untuk diterima, seolah nggak sesuai pasar. Tapi bisa jadi, itu justru hal yang menarik dari caraku menulis, meski kemungkinan besar tetap banyak tulisan semisal yang masih jarang kutemui diterbitkan penerbit-penerbit yang kuketahui.
Sekarang, tulisanku sudah nggak banyak yang reflektif, sepenuhnya aku bergeser ke tulisan puisi dan fiksi lainnya. Entah mungkin karena aku merasa selesai mengeksplor diri aku dalam bentuk tulisan yang reflektif, atau bisa jadi aku sudah menggeser caranya aja dan menjadi benar-benar puitis.
Tapi omong-omong soal menulis reflektif, itu adalah momen paling menyenangkan saat beberapa orang menyampaikan bahwa meraka juga merasakan dan mengambil pelajaran dari tulisanku. Aku merasa lebih berdampak. Alasan yang kupakai untuk benar-benar menjadi penulis, setelah pernah mimpi itu aku tidurkan bertahun-tahun lamanya.
Aku harap, apapun yang kutulis sekarang, tetap memberikan dampak, setidaknya penghiburan untuk jiwa-jiwa yang lelah, entah karena cinta, entah karena negara.
Omong-omong, insyaAllah masih dalam bulan ini, kalau nggak ada aral melintang buku pertamaku akan segera rilis. Meski aku mungkin rada sungkan promosi di sini, karena sepertinya pengikut akun ini adalah pembaca tulisan afirmatifku yang dulu atau pembaca tulisan sajak / suratku yang menye sekarang. Sedangkan buku yang mau terbit ini adalah buku puisi yang isinya kebanyakan satire dan sarkas, dengan tema sosial. Tapi sebagai akun media sosialku yang paling menjangkau banyak orang, kalian lagi membaca naskah promosi pertamanya sekarang, hehe.
47 notes
·
View notes
Text
Simple way of life
Di kelas sosiologi suatu pagi, bersama pa Iqbal yang aksen sundanya tak terlupakan,
Pak, saya harus apa supaya hafalan saya tidak hilang?
Agaknya terbit ingin itu selepas termenung melihat piawainya sang bapak menyebut berbagai teori manusia zaman baheula, bersama dengan pencetusnya yang aku suka terbalik-balik sendiri.
Nah, ini menarik banget, anis. pa Masum semalem abis ngebahas soal itu di majelis barunya beliau. Kita teh lagi ngebedah suatu kitab. Talim muta'allim, namanya.
Setelahnya aku berseloroh ingin ikut majelis yang sama dan ditolak sambil tertawa, ari kamu teh, gabisa. Itu khusus bapa-bapa kaya bapa!
Hadeh, pa iqbal memang lucu selalu. semoga bapak dijaga Allah.
Dan, nama kitabnya tertancap lama di kepala. Maklum, kala itu tak banyak referensi kitab masuk kepalaku. Itu, belum duniaku.
Sama halnya di suatu pagi, sembari memandang langit-langit rumah di atas matras selepas plank. Suara ustad Budi menyambar di telinga,
Itulah indahnya khazanah keilmuan islam. Kaidah suatu ilmu bisa disusun dalam bentuk syair. Bayangkan aturan grammar bahasa inggris, dibuat dalam susunan puisi sastra yang indah. Contoh simple dan masyhurnya, kitab alfiyah ibn malik, syair yang memuat tata aturan bahasa arab.
Dan, nama kitabnya tertancap lama.
Aku ingin mempelajarinya dan penasaran sekali, namun tak paham juga harus lewat apa atau harus bagaimana memulainya agar sampai kesana.
Hingga esok lusanya, kitab imam az Zarnuji itu suatu hari tanpa sengaja kutemukan di sebuah toserba. kaget bukan main. aku langsung ingat pa iqbal. dalam kunjungan tahun lalu ke kampus peradaban itu pun, kusampaikan kisah ini pada sang bapak. Beliau tentu hanya tertawa, tak ingat.
Kerap begitu ya, orang-orang ikhlas melupakan amalnya yang membekas.
Hingga esok lusanya juga, kitab ibn Malik itu hari ini menjadi rujukan utama ilmu nahwu di kampusku. tanpa disengaja, ia jadi wajib kupelajari dan dijelaskan oleh duktur-duktur yang hebat. Betul, kitabnya indaaaah sekali. Semester pertama aku masih semangat menghafal baitnya, semester selanjutnya......yah, harus taubat sih emang.
Hingga hari ini, aku jadi senang 'menakuti' diriku,
Kita harus benar-benar siap ya Fat, disampaikan pada apa-apa yang kita pinta. Setelah diberi, kebersyukuran atas nikmat itu tak boleh dianggap sekadar saja.
Noh makanya, syair tuh, hapalin si harusnya. hadeh.
Berani minta ilmu, berani tanggung jawab.
And, its always that simple.
Haha, kalo yang ini buku Sentuhan Parenting-nya ust. Budi. Sangat sangat sangat sangat lama kuinginkan, hingga akhirnya Allah kasih juga kemarin, kemarin kemarin kemarin sih, sudah lama sekali.
Tidak tahu harus menyematkan foto apa, jadinya ini saja.
Anw, tema Generasi Zabad dan peradaban zhan ini bagus sekali. Kapan kapan lah kita petakan.
7 notes
·
View notes
Text
tapi ini bukan tentang buku.
Ada yang bilang, "Mengapa harus membaca buku yang sama dua kali? Bukan kah endingnya akan sama?"
I think, betul. Tetapi jangan melupa, bahwa buku yang bernama manusia, tidak pernah memiliki ending yang benar-benar selesai. Bahkan buku yang pernah terbit pun sesekali akan dicetak ulang dengan revisi lebih baik lagi apabila ada kesalahan di dalamnya.
Bahwa buku yang bernama manusia, akan selalu memiliki bab-bab baru yang tak pernah terduga dan penuh misteri–entah akan memberi kebaikan atau malah sebaliknya untuk para pembacanya.
Jadi, jangan mudah menilai buku karena sampulnya bahkan jangan sampai menilai buku karena tidak selesai membacanya.
sekali lagi, tapi ini bukan tentang buku.
–23, Juli.
Iyun Na.
79 notes
·
View notes
Text
[My Second Book is Out!]
“Meski rencana yang ada tak sesuai harapan awal, aku yakin kamu pasti bisa melewatinya. Percayalah, pada saatnya nanti kamu akan mendapatkan hikmah terbaik seorang pejuang.”
- Kumpulan judul bab di buku ‘Bukan Dunia yang Keras, Mungkin Kita yang Terlalu Lunak’ -
—————————
Seneng banget akhirnya buku keduaku ini bisa terbit!
Dari dulu pengen banget bisa menghadirkan buku yang nggak bosen dibaca berkali-kali sama orang-orang di luar sana.
Buku yang setelah dibeli akan tetap terpakai, tidak hanya teronggok di perpustakaan rumah setelah selesai dibaca, namun bisa dibaca lagi berulang-ulang sebagai penyemangat pembaca yang lagi berjuang di fase-fase hidup tertentu.
Melalui buku ini, aku ingin menjadi teman berjuang untuk banyak orang di luar sana. Menemani banyak orang menerima kegagalannya, memaksa dirinya untuk kembali bangkit, dan mencapai mimpi-mimpinya.
Aku ingin menjadi teman melalui kalimat-kalimat indah yang terukir di sebuah buku kecil, yang selalu bisa membersamai saat kalian menuju tempat kerja, universitas, juga saat menuju target selanjutnya dalam hidup.
Buku ini full colour & full original illustrations. Semoga suka ya! Selamat membaca. :)🤍
*Pemesanan akan selalu dibuka, silakan check out melalui chat ke 081210041594 - akan dapat free pouch!
#reminder#hidup#ntms#life#self reminder#selfimprovement#islam#life lessons#positivemindset#buku#review buku#bukuislami#islampost#islami
46 notes
·
View notes
Text
Bismillaah teman - teman ✨️🙏
Alhamdulillaahilladzi bini'matihi tattimush shalihat ♡♡♡
Teman - teman telah terbit buku keduaku yang berjudul "Hatimu, Berharaplah kepada Allaah".
Bagi teman - teman yang ingin memesan buku ini bisa melalui kontak penerbit ya, atau bila ingin melalui aku nanti bisa aku bantu (teman - teman boleh pesan melalui chat tumblr).
Terimakasih banyak ya 🙏✨️
8 notes
·
View notes
Text
Aku Berusaha Jadi 'Morning Person' dan Ini Hasilnya
Siapa sih yang tidak pernah terinspirasi oleh cerita orang-orang sukses yang selalu bangun pagi? Dari CEO perusahaan besar hingga atlet profesional, mereka sering mengklaim bahwa menjadi "morning person" adalah salah satu kunci keberhasilan mereka. Sebagai seseorang yang sudah lama merasa hidup dalam "shift malam"—bangun kesiangan, produktivitas dimulai setelah matahari terbenam, dan tidur larut malam—aku memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Misi: Mengubah Pola Hidup
Idenya sederhana: selama 30 hari, aku akan mencoba menjadi morning person. Targetnya adalah bangun pukul 5:30 pagi setiap hari, memanfaatkan waktu pagi untuk rutinitas produktif, dan tidur sebelum jam 11 malam. Mungkin terdengar mudah bagi sebagian orang, tapi untukku? Ini seperti menantang gravitasi.
Hari Pertama: Awal yang Berat
Hari pertama dimulai dengan alarm yang memekakkan telinga pukul 5:30 pagi. Aku menekan tombol snooze lebih dari lima kali sebelum akhirnya menyeret tubuhku dari kasur pukul 6:15 pagi. Rasanya seperti melawan monster tak terlihat yang berteriak, "Kembali tidur!" Tapi aku berhasil menyalakan lampu, mencuci muka, dan membuat secangkir kopi.
Namun, sepanjang hari aku merasa seperti zombie. Rasa kantuk tidak mau pergi, dan aku justru menghabiskan sore dengan tidur siang panjang. Malamnya, meskipun berusaha tidur lebih awal, aku malah gelisah dan akhirnya baru tertidur pukul 1 pagi.
"Bagaimana orang-orang melakukan ini setia hari?" pikirku sebelum akhirnya terlelap.
Minggu Pertama: Tubuh Berontak
Selama minggu pertama, bangun pagi terasa seperti hukuman. Tubuhku, yang terbiasa begadang hingga pukul 2 pagi, berontak setiap kali alarm berbunyi. Namun, ada satu hal positif: aku mulai menyadari betapa tenangnya dunia saat pagi.
Jam 6 pagi, udara terasa segar, jalanan masih sepi, dan burung-burung mulai berkicau. Aku mencoba memanfaatkan waktu ini untuk jogging ringan di sekitar kompleks, sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.
Namun, adaptasi ini tidak tanpa tantangan. Aku sering merasa kantuk hebat di siang hari, yang membuat fokus bekerja menjadi sulit. Aku mulai mencari tahu cara untuk mengatasi ini dan menemukan bahwa power nap selama 20 menit bisa sangat membantu.
Minggu Kedua: Pola Baru Terbentuk
Setelah satu minggu penuh perjuangan, tubuhku mulai sedikit menyesuaikan diri. Bangun pukul 5:30 pagi tidak lagi terasa seperti hukuman mati, meskipun tetap sulit.
Aku mulai membangun rutinitas pagi yang menyenangkan. Berikut adalah aktivitas yang kulakukan setiap pagi:
1. Meditasi 5 menit untuk membantu fokus.
2. Membaca buku motivasi atau artikel selama 15 menit.
3. Membuat sarapan sehat (biasanya oatmeal atau smoothie).
4. Merencanakan tugas harian menggunakan jurnal
Ternyata, pagi hari benar-benar memberiku waktu tambahan untuk fokus pada diriku sendiri sebelum dunia mulai menuntut perhatianku.
Minggu Ketiga: Keajaiban Terjadi
Minggu ketiga adalah titik balik. Aku tidak hanya merasa lebih segar di pagi hari, tapi juga lebih produktif sepanjang hari. Sebelumnya, aku sering merasa tergesa-gesa saat bangun siang karena langsung disambut dengan pekerjaan atau tanggung jawab. Sekarang, aku merasa punya kendali penuh atas hariku.
Salah satu momen paling memuaskan adalah ketika aku selesai menyelesaikan pekerjaan penting sebelum jam 10 pagi. Rasanya luar biasa mengetahui aku punya sisa hari untuk hal-hal lain.
Selain itu, aku mulai menikmati momen kecil yang sebelumnya terlewatkan, seperti melihat matahari terbit atau mendengar suara dunia yang perlahan bangun.
Minggu Keempat: Morning Person Sejati?
Di minggu keempat, aku mulai merasa bahwa kebiasaan ini bukan sekadar eksperimen lagi, ini mulai menjadi gaya hidup. Meskipun ada hari-hari di mana aku tergoda untuk kembali ke kebiasaan lama (terutama di akhir pekan), aku berhasil menjaga rutinitas pagi dengan konsisten.
Keuntungan yang paling terasa adalah peningkatan kesehatan mental. Bangun pagi memberiku rasa pencapaian yang instan, membuatku merasa lebih percaya diri menghadapi hari. Aku juga lebih sedikit menunda-nunda pekerjaan karena memiliki waktu yang terstruktur.
Namun, aku tidak akan berbohong: menjadi morning person tidak serta-merta membuat hidup sempurna. Ada hari-hari di mana aku merasa lelah lebih cepat, terutama jika kualitas tidur malamku kurang baik.
Apa yang Aku Pelajari
1. Bangun pagi adalah kebiasaan, bukan bakat. Seperti halnya olahraga atau diet, menjadi morning person membutuhkan latihan dan konsistensi.
2. Rutinitas malam sangat penting. Jika aku tidak tidur cukup atau tidak rileks sebelum tidur, bangun pagi menjadi jauh lebih sulit.
3. Kualitas lebih penting daripada kuantitas. Bangun pagi tidak akan membantu jika waktu yang digunakan tidak produktif. Aku belajar pentingnya mengisi pagi dengan aktivitas yang bermakna.
Akhir Kata: Apakah Aku Akan Melanjutkan?
Jawabannya adalah ya. Meskipun tidak selalu mudah, menjadi morning person telah membawa banyak perubahan positif dalam hidupku. Aku merasa lebih produktif, lebih tenang, dan lebih terkoneksi dengan diriku sendiri.
Namun, aku juga belajar bahwa setiap orang punya ritme hidup yang berbeda. Tidak semua orang harus bangun pagi untuk menjadi sukses atau bahagia. Yang terpenting adalah menemukan rutinitas yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan hidup kita.
Jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mencoba menjadi morning person, aku sangat merekomendasikannya. Tapi ingat, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Jadi, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri dan nikmati prosesnya!
2 notes
·
View notes
Text
setelah berjuang melawan kemalasan, insyaallah desember terbit buku ke 4.
2 notes
·
View notes
Text
Novel Terbaru: Janji untuk Ayah
Akhirnya, setelah tiga tahun, novel ini selesai dan akan segera terbit.
Momen kehilangan segalanya, sering kali menjadi momen untuk menemukan diri sendiri.
∞
Setelah kematian ibu, Elang tinggal sebatang kara dan kehilangan alasan untuk hidup.
Hari-harinya berjalan tanpa tujuan hingga datang kabar mengejutkan tentang keberadaan ayah yang tidak pernah ia kenal.
Bermodalkan sebuah alamat, Elang memulai perjalanan tak terduga. Rintangan demi rintangan menghadang, namun tekadnya tak tergoyahkan.
Ia telah berjanji akan menemukan ayahnya.
Kisah petualangan yang mendebarkan sekaligus menghangatkan hati dari penulis novel best-seller Seribu Wajah Ayah.
---------
Kata Mereka, Pembaca Pertama
"Novel ini page turner abis. Alurnya sangat flowly, konfliknya jelas dari A sampai Z, tersusun rapi. Karakter para tokohnya juga balance. Aku paling suka sama Aral dan Lintang, yang mengajarkan bahwa hidup adalah medan petualangan yang sesekali perlu dirayakan. Buku yang unik, keren, mendebarkan, sekaligus menghangatkan hati pembaca. Worth reading and worth buying. Rate: 5/5" - Ahmad (@im.yaannn_)
“Healing fiction ini penuh dengan kritik sosial. Emosinya dapet, rangkaian katanya indah, kental dengan nilai agama. Pembaca bakal dibikin penasaran sama cara Elang menghadapi cobaan yang datang silih berganti. Tapi, seperti yang dibilang sama buku ini: kalau kita fokus sama rasa sakitnya, kita bakalan menderita. Kalau kita fokus sama pembelajarannya, kita bakal bertumbuh.” - Syarif (@menceriakan)
“Novel ini tipis tapi isinya padat banget. Setiap perjalanan ada maknanya. Elang bukan sekedar mencari ayahnya, tapi justru mencari jati dirinya sendiri. Cerita fiksi yang penuh dengan pelajaran hidup, disampaikan dengan sangat halus. A must-read, sih!” - Keiko Siahaan (@keikoas)
"Saya hanyut ke dalam dunia yang diciptakan penulis. Ikut merasakan perjalanan Elang menggunakan motor supra, sampai mendaki gunung. Pesan-pesan inspiratif dan kehangatan hubungan antar tokoh di novel ini precious banget. Buat kamu yang lagi butuh bacaan inspiratif yang mengandung bawang, novel ini salah satu yang terbaik." - Wildan (@welldonemusthofa)
23 notes
·
View notes
Text
Tugas Sejarah Mauza Wulandari(18) & Neng Arla Cantika(29).
Resensi Novel : Gadis Kretek.
Judul Buku: Gadis KretekPenulis
Buku: Ratih Kumala
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Kompas Gramedia)
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 274
ISBN: 978-979-22-8141-5
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Novel Gadis Kretek ini sudah diterjemahkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Mesir dan Jerman.
Sang penulis novel, Ratih Kumala merupakan seseorang yang mengenyam pendidikan di jurusan sastra, tepatnya di Sastra Inggris di Universitas Sebelas Maret. Buku pertama Ratih Kumala yang ia tulis berjudul Tabula Rasa yang juga mendapatkan penghargaan di Sayembara Novel Dewan Kesenian di tahun yang sama saat buku ini pertama kali diterbitkan yaitu tahun 2004.
Novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala menggambarkan latar belakang sejarah industri rokok kretek di Indonesia dan perjalanan cinta di masa pergerakan nasional. Berikut adalah resume yang berfokus pada aspek pergerakan nasional dalam novel ini:
Cerita bermula pada masa penjajahan Belanda, ketika bisnis rokok kretek mulai berkembang di Indonesia. Salah satu tokoh utama, Soeraja, adalah anak seorang pengusaha rokok kretek yang ambisius. Soeraja bertemu dengan Jeng Yah, seorang gadis desa yang penuh semangat dan berpengaruh besar dalam hidupnya. Hubungan mereka tidak hanya dibangun di atas cinta, tetapi juga pada semangat pergerakan nasional.
Jeng Yah terlibat dalam kegiatan pergerakan nasional, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keberaniannya dalam menyuarakan kemerdekaan dan melawan penindasan menjadi inspirasi bagi Soeraja dan orang-orang di sekitarnya. Namun, perjalanan cinta mereka tidak berjalan mulus. Konflik dan perbedaan pandangan politik memisahkan mereka.
Selama masa pendudukan Jepang, industri kretek mengalami tantangan besar, tetapi semangat nasionalisme tetap membara di antara para tokohnya. Ketika Indonesia merdeka, industri kretek kembali bangkit, dan kisah cinta serta perjuangan mereka menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan bangsa.
Dalam novel *Gadis Kretek* karya Ratih Kumala, periode pergerakan nasional yang digambarkan mencakup akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya pada masa penjajahan Belanda. Novel ini mengisahkan tentang pergerakan nasional Indonesia melalui kehidupan seorang wanita muda, dan latar belakang sejarah yang digambarkan mencerminkan perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda serta kebangkitan kesadaran nasional.
Periode yang digambarkan dalam novel ini melibatkan beberapa fase penting dalam pergerakan nasional Indonesia, termasuk:
1. Awal Pergerakan Nasional Penggambaran kehidupan sosial dan politik di masa awal pergerakan kemerdekaan, ketika berbagai organisasi dan tokoh mulai muncul untuk menentang kekuasaan kolonial.
2. Pertumbuhan Gerakan Kemerdekaan Menunjukkan bagaimana ide-ide nasionalisme mulai berkembang dan menginspirasi berbagai lapisan masyarakat untuk berjuang melawan penjajahan Belanda.
3. Perubahan Sosial dan Politik Menggambarkan dinamika dan perubahan sosial serta politik yang terjadi di Indonesia pada masa tersebut, serta bagaimana perjuangan kemerdekaan mempengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat.
Novel ini memberikan perspektif fiksi yang kaya tentang bagaimana pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia berlangsung di tengah latar belakang sejarah yang penuh tantangan.
Gadis Kretek dikisahkan dengan dua sudut pandang. Sudut pandang orang pertama dari tokoh Lebas, sebagai “aku”. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Soeraja dan Purwanti. Gaya bercerita yang asyik membuat kami ikut merasakan dengan apa yang dirasakan Lebas. Penulis juga menggunakan sudut pandang orang ketiga, si serba tahu sehingga memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita dan ikut terhanyut dalam kisah masing-masing tokoh.
Kelebihan novel ini yaitu penulis mampu menggabungkan berbagai latar, kisah, sisi budaya dan sejarah dengan porsi yang pas. Kita diajak melihat perjuangan pergerakan menuju Indonesia merdeka dari segi industri kretek. Diksi yang digunakan dalam novel ini mampu membuat para pembaca untuk memahami ceritanya serta mampu menghadirkan suasana dengan alur yang menarik dan menyenangkan sehingga para pembaca dapat merasakan hadir di dalamnya.
Adapun kekurangan tidak banyak, mungkin karena buku ini menarik dari awal, kekurangan-kekurangannya jadi terlewat. Namun alangkah baiknya keterangan tentang istilah bahasa Jawa diletakkan sebagai footnote, tidak di belakang bab, supaya memudahkan pembaca yang tidak bisa berbahasa Jawa. Ada pula beberapa typo di sana-sini juga penulisan nama tokoh yang sepertinya tertukar.
Melalui narasi yang menggabungkan sejarah keluarga dan dinamika industri rokok kretek, novel ini menyoroti pentingnya semangat pergerakan nasional dalam membentuk identitas dan masa depan bangsa Indonesia. "Gadis Kretek" menggambarkan bagaimana perjuangan, cinta, dan nasionalisme saling berkaitan dan membentuk perjalanan hidup para tokohnya.
3 notes
·
View notes
Text
Pengendalian diri dan konsep ikhtiar-tawakkal
Beberapa hari lalu aku berdiskusi singkat dengan temanku soal pengendalian diri. Dari buku yang aku baca beberapa waktu lalu, salah satu kunci pengendalian diri adalah bahwa kita harus tau mana hal-hal yang berada di bawah kendali kita, dan mana hal-hal yang berada di luar kendali kita. Pemahaman itu sangat penting agar kita tau batasan diri, karena tidak semua hal berjalan seperti yang kita inginkan.
Dunia ini berjalan tanpa peduli apa perasaan dan bagaimana kondisi kita saat ini. Tidak peduli apakah kita sedih, menangis, senang, tertawa, cemburu, alam akan tetap berjalan. Matahari akan tetap terbit dan tenggelam. Laut akan tetap pasang dan surut. Mendung akan tetap datang disusul hujan. Angin akan tetap berhembus. Kucing akan tetap mengejar tikus. Pun begitu manusia, akan tetap fokus pada dirinya masing-masing.
Jika salah satu teman kita berkhianat, apa yang harus kita lakukan? Pada titik inilah pengendalian diri kita diuji soal bagaimana kita merespon teman yang berkhianat tadi. Perlu dipahami bahwa pengkhianatan oleh si teman adalah sesuatu yang berada di luar kendali kita. Sedangkan bagaimana respon kita terhadap itu adalah sesuatu yang berada di dalam kendali kita. Apakah kita akan merespon dengan sesuatu yang lebih buruk? Ataukah kita akan merespon dengan yang lebih baik? Semua itu berada di bawah kendali kita.
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi, memberi sebuah analogi bahwa saat seorang pemanah menarik anak panah untuk membidik sasaran, selama anak panah itu belum dilesatkan maka itu adalah hal yang berada di bawah kendali si pemanah. Namun, ketika anak panah itu dilesatkan maka itu adalah hal yang berada di luar kendali si pemanah. Bidikan si pemanah bisa jadi sudah akurat, tapi selalu ada kemungkinan anak panah itu dibelokkan oleh angin yang tiba-tiba berhembus, atau tertabrak kerikil yang entah datang dari mana, yang membuat anak panah itu meleset dari target bidikan.
Dalam Islam, saat anak panah panah masih ditangan pemanah, kondisi itu berada di ranah ikhtiar yang masih bisa diusahakan dengan maksimal. Adapun saat anak panah dilesatkan, kondisi itu berada di ranah tawakkal yang seluruhnya kita serahkan kepada Allah karena tidak ada celah lagi bagi kita untuk berikhtiar disitu. Namun lucunya, terkadang manusia belum berikhtiar dengan maksimal, dan serta merta menyerahkan kepada Allah. Lalu saat hasilnya tidak sesuai yang diharapkan dia berkata bahwa Allah itu tidak adil. Pemikiran semacam itu menyalahi logos atau pola bagaimana alam ini berjalan, atau bahasa Islamnya menyalahi sunnatullah.
4 notes
·
View notes
Text
Allah... ini, kemana ya.
Setahun yang lalu di kelas yang serupa. Mendengar ucap guru yang sama, dengan hatiku yang masih banyak belum menerima. Di kepala masuk, logika sudah sejalan, tapi hatiku sumpah serapah mengoceh. terlalu banyak konsep idealis nan tak sesuai!
Tahun ini di kelas yang serupa, ternyata hatiku lebih tenang. Mendengar fitrah penciptaan yang memang berbeda antara (hanya) dua gender, aku sudah bisa tersenyum. Satu dua kali bahkan termenung sembari menghubungkan dengan kelas satunya lagi yang memetakan detail tugas benarnya.
Tak jarang aku menghitung juga, bila tau garapannya sesulit ini, kenapa tidak ada yang mengajari sedari dahulu ya. kenapa tidak ada yang menghimbau dan menyuruh keras untuk dipersiapkan ya. Kenapa dinormalisasi untuk 'trial-eror' dan belajar sambil berjalan saja, ya.
Dan Allah sungguh Maha Baik, Maha Baik sekali.
Dalam perjalanan tahun ini, kerap terjadi di berbagai momen ketika guru-guruku yang berbeda ruang dan waktu dan momentum, berucap hal yang sama. Seakan mereka bersepakat sebelumnya untuk mengatakan ini dan itu, menasihati itu dan ini. Seakan telah bekerjasama untuk membimbing kesana.
Alhamdulillah, sungguhan, Allah Maha Baik sekali. Sungguh tiada puji selain hanya untuk-Nya saja.
Maka hari ini jadi lembut lah hatiku untuk paham, dan tunduk, dan bangga,
untuk berujar,
masuk syurga-Mu, bertemu dengan-Mu, aku ingin
menjadi shalihah, pada setiap perannya.
Yang itu ternyata, keren sekali. sulit sekali. minta ampun deh. tapi, keren sekali. tapi sulit sekali. tapi semoga Allah bersamai saja.
Menakjubkan sekali cara Allah memuliakan wanita, harus berapa kali ya aku bersyukur mengenal-Nya.
-----------
Edisi sangat sangat bahagia sebab diberi buku oleh guru~
Pesan ustad Henri cuma satu, 'harus dibaca ya!'
Kukatakan, 'setiap hurufnya tad, Doakan berkah ya!'
Oiya, dan ribuan terimakasih dihaturkan pada kakak ideologis yang love languagenya 'effort' ke orang orang. Hari terakhir kelas kerjanya cetak pamflet wisuda ala-ala untuk kita semua dan buat video terimakasih untuk ustad, aih hangat sekali ibunda mujahidah itu~
Termasuk pula, aku jadi kebagian berkahnya manakala beliau sudah dijanjikan mendapatkan buku, aku jadi dapat juga karena tengah 'menemplok' disampingnya.
Setiap pekan bersamanya terbit sesi diskusi tambahan bila kelar kelas, sebutlah itu setengah jam waktu emas dari telaga rehat kalibata menuju markas progresif gang haji basar, mana mungkin aku melewatkan momen menyedot semua ilmunya si ibunda!
Semoga Allah jaga selalu, kakak dan keluarga~
5 notes
·
View notes
Text
Alster Lake
Judul : Alster Lake
Penulis : Auryn Vientania
Penerbit : Kawah Media Pustaka – Bukune
Tahun Terbit : 2021
Genre : Fiksi, Roman
Sinopsis :
Cerita ini berawal dari kisah seorang perempuan bernama Alea yang meninggalkan bukunya di perpustakaan, yang kemudian seseorang menemukan buku itu. Alea menceritakan betapa sukanya ia pada karakter fiksi di buku Alster Lake karya Dean Bjorn. Namun ternyata seseorang yang mengembalikan buku itu adalah penulisnya sendiri.
Memiliki ketertarikan yang sama tentang Jerman, Dean Bjorn jatuh cinta untuk pertama kalinya pada pembacanya itu. Ia menyatakan cintanya ketika mereka sedang berlibur bersama di Hamburg, di tepi Alster Lake, menggunakan surat cinta. Tentu saja Alea tidak menolak, karena dari awal ia sudah jatuh cinta pada karakter fiksi yang dibuat oleh Dean, yang ternyata karakter itu adalah dirinya sendiri.
Kelebihan :
Penulis mampu membuat para pembaca dapat memvisualisasikan negara Jerman di imajinasi mereka sendiri secara jelas, sehingga merasa seperti sedang dibawa jalan-jalan ke Jerman dengan membaca buku ini.
Adegan-adegan dalam cerita novel Alster Lake ini dituliskan secara jelas dan detail, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti, dan buku ini menjadi ringan untuk dibaca.
Buku Alster Lake dapat menambah wawasan, karena terdapat beberapa kosakata dalam Bahasa Jerman yang diselipkan pada setiap babnya.
Sampul buku Alster Lake sangat menarik dan menggunakan gaya vintage yang cocok dengan alur cerita pada isi buku ini.
Kekurangan :
Bahasa yang digunakan dalam percakapan antar tokoh dinilai terlalu formal, sehingga memberikan kesan yang kaku.
Beberapa bagian cerita Alster Lake menggantung dan menimbulkan sejumlah pertanyaan. Seperti ketika adegan Dean Bjorn menghilang tidak dijelaskan apa yang terjadi kepada Dean Bjorn, bagaimana ia akhirnya bisa memulihkan dirinya sendiri.
Lompatan cerita terlalu jauh, yang mana tiba-tiba Alea wisuda.
Kesimpulan :
“Alster Lake” adalah novel yang memuat konflik yang tidak terlalu berat, dan juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami semua orang. Novel ini juga dapat membuat pembaca secara tidak langsung belajar sedikit mengenai Jerman, bahasanya, tempatnya, jalannya dan negaranya.selain itu banyak pelajaran menarik yang dapat kita ambil dalam novel ini.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel :
Jangan mengambil keputusan ketika dirimu dikuasai emosi. Emosi apa pun itu. Sebab, emosi membuat dirimu tidak dapat berpikir secara jernih.
Komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan. Maka itu, apa pun yang terjadi, baik itu baik atau buruk sekali pun, selalu coba untuk komunikasikan kepada orang yang berhubungan denganmu.
Rekomendasi :
Novel ini sangat cocok untuk orang yang menyukai novel romansa namun tidak terlalu terkesan romansa dan juga novel ini cocok untuk yang ingin mengetahui tentang jerman, budaya, dan bahasanya karena novel ini memberikan sedikit pengetahuan tentang jerman.
3 notes
·
View notes
Text
Tentang Menulis
Novel kedua saya yang berjudul Sanggrahan, 1990 akhirnya terbit. Alhamdulillah. Self-publish, but still. Yang tertarik bukunya bisa dibeli di link ini. ---
Bersamaan dengan terbitnya novel ini, kali ini saya ingin menulis sedikit sebagai bentuk terima kasih untuk kawan lama saya, Ditta Aprillia.
Sebenarnya menerbitkan novel sudah jadi mimpi saya sejak kuliah. Dulu, saat saya masih bekerja part-time di agensi iklan dan menunda-nunda menyelesaikan skripsi, iseng-iseng saya mencoba menulis novel. Sejak lama saya memang tertarik dengan misteri dan horor. Ada satu penulis yang karyanya benar-benar saya sukai. Namanya H.P. Lovecraft dan lewat karyanya saya mengenal tentang bentuk horor yang ‘berbeda’ dari cerita mistis khas Indonesia. Begitu sukanya saya dengan tulisan Lovecraft hingga saya memutuskan untuk membuka file word dan mulai menyusun plot dan karakter tentang cerita Lovecraftian yang settingnya di Indonesia.
Seiring dengan perjalanan waktu lama kelamaan saya menyadari beberapa hal. Yang pertama, ternyata saya punya selera dan gaya menulis yang berbeda dari kebanyakan orang. Nggak ada satupun teman (atau bahkan orang Indonesia lain) yang menyukai horor dan misteri khususnya tulisan Lovecraft seperti saya. Sampai hari ini pun kalau melihat cerita horor Indonesia selalu berputar di topik supranatural khas seperti pocong atau kuntilanak. Yang kedua, saya akhirnya sadar kalau hal yang paling sulit dari menulis novel itu bergelut dengan perasaan negatif yang terus keluar di kepala bahwa tulisan saya ini aneh, jelek, dan nggak pantas diterbitkan. Entah berapa kali saya berupaya mengakhiri proyek novel itu karena merasa tulisan saya itu nggak sebagus yang saya harapkan. Sampai saya berpikir bahwa memang menulis itu memang bukan bakat saya dan keputusan untuk menulis novel itu ya cuma semangat sesaat yang sebenarnya tidak ada juntrungannya.
Oleh karenanya saya sangat berhutang budi pada April.
Dari sekian banyak teman yang saya minta untuk setidaknya melihat bab 1 draft saya, hanya April yang berkenan untuk meluangkan waktunya untuk membaca draft novel yang saya tulis. April juga dengan baik hati mengatakan kalau tulisan saya bagus dan dia menunggu saya menyelesaikan novel yang saya tulis. April tidak pernah tahu bahwa kebaikan sederhananya saat itu menjadi api yang mendorong saya untuk terus menulis. Kata-katanya saat itu seakan meruntuhkan semua insekuritas dan keraguan yang saya rasakan tentang menulis. Setiap kali ada perasaan negatif yang berbisik bahwa karya tulis saya itu jelek, saya selalu kembali ke ingatan kata-kata April setelah membaca draft novel saya. Betapapun tidak populernya karya saya nanti, bagi saya rasanya cukup jika saya bisa membuat seseorang menikmati novel saya seperti yang April bilang.
Pril, setelah menunggu 8 tahun dan ditolak 13 penerbit, draft novelku yang pertama akhirnya dibeli hak adaptasi filmnya oleh Falcon Pictures tahun 2022. Aku nggak tahu kapan bakal difilmkan (atau jadi difilmkan atau nggak), tapi yang jelas aku sangat berterima kasih. Kalau bukan karena kebaikan hatimu saat itu mungkin aku akan berhenti menulis. Setiap kali aku mikir kalau aku nggak punya bakat nulis, seakan-akan selalu ada yang bilang di kepalaku “... tapi kata April novelku bagus kok”. Aku sekarang sudah menulis empat naskah buku Pril. Dua novel dan dua buku non-fiksi (salah satunya yang soal selebriti kemarin). Itu semua karena kebaikan sederhanamu saat itu.
Terima kasih sudah menjadi pembaca pertamaku. Terima kasih karena sudah membuatku terus menulis.
2 notes
·
View notes