#sedang babak belur
Explore tagged Tumblr posts
Text
Manusia yang paling menyayangimu adalah diri sendiri. Dan yang lain yang paling mencintaimu adalah Allah.
Dari sekian babak belur yang sudah dirasakan, bukankah cuma Allah yang paling membuka tempat untukmu menjadi diri sendiri?
Allah yang paling menyambutmu dengan bahagia. Manusia? Memang mengecewakan.
@terusberanjak
#sedang berantakan#perlu babak belur#sedang babak belur#self reminder#quotes#note to myself#beranjak#reminder#terus beranjak#ntms#tulisan#catatan#nasihat
494 notes
·
View notes
Text
pembelaan.
Tumblr, lama tidak menulis. beberapa waktu aku menarik diriku dari sosial media apapun. aku merasa tidak memiliki sesuatu untuk ditulis dan memang sedang disibukkan dengan beberapa hal.
namun kali ini rasanya ingin sekali menulis perihal tentang nasihat dan kebahagiaan.
terkadang seringkali, jika ada seperti lalu menulis selalu saja menemukan DM dan komenan bahwasanya diri ini tidak bisa menerima nasihat, keras hati, dan angkuh.
"itu nasihat kenapa di publish? kenapa gak jadi bahan renungan"
"kenapa angkuh sekali menerima nasihat, itu nasihat baik, itu bener nasihat itu. kenapa seakan-akan mencari pembenaran dengan di publish?" dan komenan yang lain yang tidak dituliskan disini.
jika kamu mengimani bahwasanya perihal dunia itu bisa diusahain dan Allaah yang menetapkan. mengapa harus memaksakan nasihatmu yang demikian untuk sampai diterima? jika kamu beriman kepada takdir Allaah, kamu mengaku bertauhid, kamu paham bahwasanya Allaah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki hambanya. mengapa kamu pula tidak mengimani bahwasanya anak juga merupakan karunia Allaah. sebesar apapun usahanya, sekuat apapun doa dan upayanya, pada akhirnya takdir Allaah yang menentukan seseorang itu Allaah karuniakan anak atau tidak.
lupakah engkau dengan kisah masyhurnya Ibunda Aisya Radhiyallahu 'anha yang bahwa hingga akhir hayat beliau, beliau tidak Allaah karuniai keturunan. padahal beliau adalah orang yang Allaah jamin surga, dan tidak diragukan lagi kesholihan dan kepintaran beliau.
lupakah engkau dengan kisah masyhurnya Nabi Zakariyyah alahissalam yang bertahun-tahun lamanya baru Allaah karunia seorang anak yang solih. padahal beliau adalah seorang Nabi, namun Allaah uji beliau bertahun-tahun lamanya perihal menunggu.
lupakah engkau dengan kisah masyhurnya Ibunda Maryam yang atas kuasa Allaah beliau hamil dan memiliki seorang anak yang solih dan seorang Nabi? padahal beliau tidak memiliki suami, tidak pernah disentuh laki-laki manapun.
tiada seorangpun yang menginginkan kondisi demikian. jika kamu bahagia dengan hidupmu yang demikian. cukupkanlah dirimu dengan demikian. nasihat itu diberikan ketika seseorang meminta untuk dinasehati. bukan ujug-ujug menasehati padahal kenal saja tidak. kita tidak akan pernah tahu perjuangan seseorang dibalik layar media sosialnya.
bisa jadi itu adalah caranya untuk tetap tegar dan baik-baik saja setelah gagal promil. atau itu adalah caranya untuk berdamai dengan keadaan setelah babak belur sebelumnya.
penantian 7 tahun dengan upaya sudah promil dengan dokter yang berbeda. disaat gak lagi promil, jalan-jalan sama suami, beliau hamil. Masya Allaah, demikianlah. jika sudah takdirnya untuk hamil, Allaah akan mudahkan jalannya apapun itu. jika memang belum, sebesar apapun usahanya maka hal itu tidak terjadi. inilah yang dinamakan mengimani takdir lekat-lekat.
السعادة لا تعني أنك لن تبكي أو تحزن.
السعادة هي أن تعيش مع كل الأقدار,
و تعيش فيها حامدا,
شاكرا مبتسما.
Bahagia itu bukan berarti kamu tak pernah menangis atau bersedih hati.
Bahagia yang sebenarnya ialah, ketika engkau bisa hidup bersama takdir-takdir baik ataupun buruk,
Dalam keadaan selalu memuji Allah,
Bersyukur kepada-Nya, dan selalu tersenyum atas segala ketetapan-Nya."
bahagia itu mahal harganya, sungguh. jika kamu sudah bahagia, maka kamu tidak akan sibuk dengan kebahagiaan orang lain yang berbeda caranya dengan hidupmu. semua orang berhak menikmati bahagia mereka dengan cara mereka masin-masing, ada atau belum adanya anak sekalipun,.
maka tak adil rasanya membanding kebahagiaan satu sama lain. menulis seperti itu sama orang yang sedang ataupun sudah berjuang, apa engkau berpikir itu adalah sebuah nasihat? enggak, sayang. itu bukan nasihat. itu seperti halnya engkau menyombongkan dirimu dengan sudah dikaruniai anak dan bahagiamu cukup dirumah minum kopi sachet, itu bukan nasihat untuk merendah namanya tapi menyombongkan kehidupanmu yang telah memiliki anak dengan versi kamu sendiri.
menulis ini bukan berarti menyangkal nasihat , bukan, bukan sama sekali. namun kamu tidak pernah tahu perjuangan apa seseorang hingga sampai di titik yang engkau sangka itu.
engkau tidak akan dihisab perihal perbuatan orang lain kepadamu. namun engkau akan dihisab perihal ketikan, perbuatan, perkataan yang engkau lakukan kepada orang lain meski hal itu tak bermaksud untuk menyakiti hati orang lain dalam versimu. berapa banyak orang lain dari sebuah kebenaran lantaran nasihat yang tidak pada tempat, waktu, dan kondisi yang sebenarnya.
semoga Allaah menolong diri ini dan kita semua untuk demikian, berkata pada sesuatu yang menyakitkan. menasehati itu penting, tapi bukankah salah satu ak seorang muslim adalah apabila ia meminta nasihat maka beri haknya untuk diberikan nasihat? jika tidak meminta nasihat, maka tahanlah untuk demikian, dan berikanlah banyak udzur kepadanya sebanyak-banyaknya.
*pict pertama diambil dari Instagram mba Ari Ummu Irhaby.
*pict kedua dan ketiga adalah percakapanku dengan seorang teman yang juga pejuang garis dua.
keduanya sudah izin dengan yang bersangkutan. jadi setelah ini jangan ada yang bilang lagi ya kalau takut berteman sama penulis. takut kisahnya ditulis di media sosialnya. sungguh, aku tak akan berani menulis jika tanpa meminta izin kepada pemilik cerita terlebih dahulu. dan bahkan nama, tempat, dan kondisinya semua akan aku jamin privasinya.
sudut ruang || 20.13
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#pejuang garis dua#pejuanggarisdua#hamil#kehamilan
122 notes
·
View notes
Text
Tak Ada yang (Harus) Selesai Hari Ini
Untuk mereka yang patah, atau hampir patah.
Tak ada yang akan selesai hari ini, entah lelahmu yang teramat sangat, atau pikirannya yang penuh tanda tanya. Luka-lukamu yang belum pulih itu pun merengek untuk kau obati. Isi kepalamu terlalu penuh, tapi mereka menolak untuk tumpah, dadamu begitu sesak sementara kau tak punya cukup waktu bahkan untuk dirimu sendiri.
Sementara hidup tidak mengenal waktu untuk mengujimu. Ia tidak peduli dengan apa yang sedang kamu hadapi, se-tertatih apapun kamu menjalani hari. Andai hidup memiliki tombol berhenti, mungkin kamu akan menekannya hanya untuk sekadar bernapas sejenak, duduk sebentar sambil memulikan luka di telapak kakimu itu. Hidup menawarkan kita segalanya, namun, hidup tidak pernah menunggu. Ia hanya akan tetap memaksamu berjalan -sebab yang diam hanya akan ditelan dan tertinggal. Kamu tentu punya dua pilihan: menghadapi semuanya -tentu dengan sisa-sisa kekuatanmu- atau lari.
Pilihan kedua sempat terlintas di kepalamu, namun persoalan lainnya adalah: sampai kapan? Kamu bisa mencari distraksi untuk sementara namun sekali lagi, itu hanya sementara. Pelarianmu yang kau rencanakan itu hanya akan membawamu kembali ke kamar itu, tempat masalahmu sengaja kamu simpan dan tak ingin kau hadapi. Tentu memang ada pula masalah yang memang tidak layak untuk kamu berikan perhatian, namun, karena kepalamu begitu penuh, kamu tidak tahu mana yang benar-benar masalah dan mana yang sebenarnya tak layak kamu katakan itu masalah. Ada yang pernah berkata, bahwa semakin bertambah usia, kita harus semakin bijak memilah, mana masalah yang perlu dihadapi dan mana yang sebaiknya kita biarkan begitu saja. Sementara kamu belum fasih melakukan hal itu.
Kehilangan demi kehilangan kamu lalui, entah yang ke berapa kali ini. Kehilangan kata orang, adalah perasaan akan keterikatan, sementara keterikatan bukanlah bentuk kasih sayang yang baik. Sementara bagimu, bagaimana mungkin tidak merasa terikat jika dua manusia begitu dekat dengan berbagi segala hal -perihal cerita, napas dan ingatan. Penerimaan bukanlah hal yang mudah, setidaknya bagimu. Selalu ada perasaan gamang yang muncul di antaranya. Kamu tak punya pilihan lain untuk menjalaninya, sebab tak ada jalan pintas untuk menerima.
Sementara kecewa adalah perasaan yang akrab denganmu belakangan ini. Ekspektasi memang demikian, dia membuatmu melayang-layang seolah terbang, padahal ia hanya menunggumu lengah untuk menjatuhkanmu. Kamu begitu takut, untuk sekadar percaya pada orang lain. Sebab ini bukan kali pertama kamu dikhianati. Entah berapa banyak maaf yang telah kau berikan kepada orang lain, namun tidak dengan diri sendiri. Kamu pun berjanji bahwa mulai hari ini, setiap kali kamu memberikan maafmu kepada orang lain, mintalah maaf juga kepada dirimu sendiri, dua kali lebih banyak. Sebab, manusia seringnya terlalu fokus untuk memaafkan orang lain yang menyakiti, hingga lupa bahwa ternyata diri sendiri juga babak belur bahkan lebih parah.
Tak ada yang abadi, termasuk pula lelah, luka, kecewa dan perasaan dikhianati. Waktu mungkin tidak bisa menunggu, tapi tak ada pula yang mengharuskanmu buru-buru menyelesaikan segalanya bukan? Kepercayaanmu mungkin hancur dan entah apakah akan bisa seperti semula lagi atau tidak, namun siapa pula yang membutuhkan sesuatu yang sempurna, manusia dapat melihat keindahan bahkan dari sesuatu yang rapuh sekalipun. Sebab, mempercayai itu adalah keputusan, sementara berkhianat merupakan sebuah pilihan.
Pada akhirnya kamu tahu pasti, bahwa tak ada yang perlu diselesaikan hari ini. Itu saja cukup untuk membuatmu kembali berjalan kembali esok hari.
Tangerang, 21 November 2024.
J.
11 notes
·
View notes
Text
Pantulan Orang Lain
Adakala di mana pada saat-saat tertentu aku melihat kehidupan teman-teman seperjuangan di sekolah dan kuliah, mereka sudah begitu bersinar, sangat terang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dulu tampak santai dalam mengerjakan tugas, hari ini sudah menjadi orang hebat.
Aku sedang tidak membandingkan pencapaian siapapun. Tidak sedang mengasihani diriku yang belum/tidak seperti mereka. Tidak sedang iri dan sebal melihat keberhasilan mereka.
Namun, aku merindukan semangatku. Aku merindukan antusiasku berjalan menuju harapan-harapanku yang kutanam. Aku merindukan menjadi seorang aku yang punya banyak mimpi. Aku merindukan adanya letupan api di dalam dadaku setiap melakukan sesuatu untuk bucket-list dari tahun ke tahun. Aku kehilangan gairah untuk menjadi/menginginkan sesuatu.
Aku menimbang-nimbang, sejak kapan aku tidak menyalakan percikan itu di dalam tubuhku?
Semenjak karya duetku dipatahkan oleh seseorang kah di akhir tahun 2020? Patah yang tidak sederhana sebab harapanku untuk menumbuhkan karya itu pupus karena partnerku (yang tentu saja bukan orang biasa di hatiku saat itu) memilih untuk menikahi temanku sendiri. Patah kali itu aku tidak menangis, tetapi lukanya terasa sangat menyakitkan di dalam dadaku. Aku ditinggalkan meski ia tahu kondisiku sedang tidak baik-baik saja. Ya, ia tahu karena aku memberitahu kondisiku saat itu. Aku menjadi sangat lemah.
Atau semenjak upaya menemukan seseorang di tahun 2021 gagal lagi? Sampai melarikan diri kembali sekolah di tahun 2022. Aku memaksakan kehendak untuk membuat diriku sibuk supaya rasa sakitku lenyap menjadi kabut. Padahal kesibukan pekerjaan sudah membuatku babak belur, malah kutambah dengan sibuk kuliah lagi. Tidak heran banyak kawan-kawan yang menanyakan keputusanku saat itu. Dan perjuangan selama itu terasa sia-sia saat kekacauan di September 2023 datang kepadaku, sebuah titik balik dari Tuhan yang menyadarkanku untuk menjadi manusia lebih logis ke depannya (atau justru membuatku mati rasa, entah sampai kapan)?
Berbulan-bulan sampai hari ini, aku hanya menjalani hari-hari untuk bertahan hidup. Hanya itu. Aku melepaskan hal-hal yang sekiranya kuinginkan, hanya untuk bertahan hidup. Aku melepaskan antusiasku berkarya. Bahkan aku memutuskan untuk cuti kuliah sebab kekacauan di September 2023 kemarin. Aku kembali babak belur tapi tetap berusaha sebaik-baiknya menjalani hari-hari hanya untuk bertahan hidup.
Sudah berkali-kali rasanya aku ingin pulang, ke diriku sendiri. Menjadi aku yang energik dan meletup-letup. Beberapa tahun belakangan, aku menjadi happy person saat bertemu orang-orang dan setiap malam selalu saja menangis. Semua itu kulakukan hanya untuk bertahan hidup.
Ca, bahkan saat ini kamu membiarkan dirimu senyap, hatimu padam, dan terus-menerus mengizinkan kedua matamu bengkak sebab masih saja menangisi hal yang sama.
Ca, aku ingin menyudahinya. Aku ingin mengembalikan diriku lagi. Tapi aku belum siap, entah kapan akan siap. Aku tidak ingin denial dan memaksakan diri untuk kembali menjadi aku di saat seperti ini. Barangkali aku masih butuh rehat, walau entah sampai kapan.
Melihat pencapaian teman-teman seperjuangkanku semasa sekolah dan kuliah membuatku sedih, bukan serta-merta iri, melainkan membuatku berkaca ke diriku sendiri, ke bagian terdalam dari seorang aku. Saat ini aku senyap, aku sadari itu. Aku hanya ingin menghidupkan letupan-letupanku lagi, tapi entah bagaimana caranya.
- ca
21 notes
·
View notes
Text
Dibalik momen patah hati, aku selalu mengambil keputusan yang cukup penting bagi hidupku selanjutnya. Saat SMP setelah aku putus dari mantan, aku langsung memutuskan fokus ingin mengejar SMA favorit. Belajar sangat rajin sampai aku yang SMP ga pernah masuk 10 besar bisa masuk SMAN favorit dengan persyaratan nilai tinggi dan lolos tes masuk. Lalu setahun setelah lulus dari kampus, aku patah hati lagi, aku semakin nekat untuk rantau agar menemui lingkungan baru untukku sembuh, daftarlah aku menjadi relawan mengajar di pojok negeri. Terus sepulang relawan, sekarang patah hati lagi, apakah ini saatnya aku menjemput mimpiku yang sudah beberapa tahun tertunda, yakni sekolah ke luar negeri? Mungkinkan patah hati selalu menjadi momen kembalinya mimpi-mimpi yang pernah terpatri?
Kalau patah hati bisa request sama Allah, maunya sih ini yang terakhir ya. Asli capeek banget harus berusaha sembuh sendirian tanpa orang baru, terus baru sembuh, jatuh hati lagi dibuat patah lagi tust issue lagi, rugi dong! I have no time for this drama things anyway, mending cari uang, bangun karir dan sekolah ajaa. Pengen dibuat mati rasa, sampai akhirnya aku bertemu dengan yang tepat itu, cuma butuh saling mencintai dengan satu yang tepat, gausa banyak-banyak, gamau capek nyeleksi, apalagi ikut saingan memperebutkan satu orang aja, i have no energy for that, yang jelas aja, yang menjadikanku tujuan satu-satunya :).
Sebenarnya capek juga mengalami patah hati berturut-turut seperti ini, inginnya sih kisah asmaraku mulus seperti teman-temanku yang lain, tapi ternyata jalur yang kulalui memang harus demikian.
Apakah aku marah? Selama ini aku belum pernah marah sih sama Allah, cuma yaa komplain pasti, karena siapa weehhh yang mau berduka terus ke orang yang masih hidup, apalagi doi sudah bahagia dengan yang baru wkwkw. Hal buruk tentang berduka itu, hidup harus jalan terus padahal sebenernya hati sedang babak belur ga mau jalan.
Beberapa bulan ini, utamanya ramadan, aku mencoba untuk kontemplasi, memunguti hikmah dari ambyarnya kisahku ini. Bahwa sejatinya aku sebagai manusia tidak memiliki apapun, semuanya hanyalah titipan, yang abadi hanyalah zatNya. Mungkin memang masanya sudah habis, kami sudah menyelesaikan tugas masing-masing selama bertemu, mungkin di masa depan takdir kami tak bersisian. Berusaha meyakini bahwa Allah selalu punya rencana yang terbaik untuk masing-masing dari kami, meski itu membuatku sangat kecewa. Mungkin nanti setelah melalui momen ini, aku akan sadar dan berterima kasih padaNya karena sudah dijauhkan.
Aku mencoba memperluas sudut pandang kali ini. Memandang momen patah hati sebagai masa tambahan untuk mencintai diri sendiri sebelum jatuh cinta lagi dengan benar. Memperbaiki hubunganku dengan keluargaku. Kesempatan menciptakan momen terbaik dengan teman-teman dan keponakanku. Kesempatan untuk belajar dan fokus meningkatkan karir karena belum terlalu banyak tanggungan dibandingkan ketika sudah berkeluarga nanti. Kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, jadi rasanya cuma sama Allah aku bisa mendapatkan rasa tenang, setelah nangis berderai dengan doa yang sama, atau masalah yang itu-itu lagi.
Belakangan, aku merasa terkuatkan dengan ayat "and He found you lost and guided you", segalau apapun hidupku, Allah memang selalu tahu cara untuk menuntunku kembali. Entah lewat mimpi-mimpiku yang memanggil untuk diwujudkan, juga lewat teman-teman dan keluargaku yang selalu mendukungku di keadaan apapun.
Aku percaya bahwa orang-orang patah hati yang sembuh tanpa orang baru itu terberkati, karena masa-masa limbung menjadi momen untuk semakin mendekat padaNya. Allah membuka jalanNya agar hamba ini kembali bersujud padaNya. "Call upon Me, I will response to you"
"At the end of the day, its only me and Allah"
"I lost him, but I find Allah and myself, so I win" :)
16 notes
·
View notes
Text
Kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal duka yang membuatmu lara?
Kau yang pernah singgah dengan duka yang begitu dalam dan bercerita bahwa tengah menjadi manusia yang sedang ditinggalkan.
Kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal kenyataan yang pernah membuatmu babak belur?
Kau yang pernah berbahagia karena kehadirannya namun pada akhirnya kau dibuat menangis sesegukan olehnya.
Dan kepada sang pujangga hati, ingatkah kau perihal kecewa yang dikemas rapi oleh gelora tawa yang begitu renyah?
Kau yang pernah begitu yakin jika dia perhentian terakhirmu, namun semua sirna ketika dia hanya menjadikan dermaga untuk tempatnya istirahat.
Namun kini, kau tengah membersamaiku dengan segala keajaiban yang kau miliki dan dengan segala semua rahasia yang tertutup rapat hingga tidak satu orang pun mengetahuinya.
Kepada sang pujangga hati, pada paragraf terakhir yang aku tulis ini, aku berjanji bahwa perihal meninggalkan dan ditinggalkan tidak akan pernah ada. Kau akan menjadi manusia yang paling beruntung dan berbahagia. Fransdeta
Yogyakarta, 20 Oktober 2023
34 notes
·
View notes
Text
Bolehkah kusebut Lingkaran yang Dirindukan?
Setelah berbelas purnama saling menatap layar (walau banyak pasang surutnya), keriweuhan menjemput asa (walau babak belur men-tawadzun-kan semua hal), momen berkumpul saat ada yang diwisuda (walau tidak lengkap), akhirnya bertemu dan bertukar cerita kembali.
Senang sekali mengetahui kalian terus bertumbuh. Rasanya, baru banget tiap jumat berkunjung ke sekolah menemani istirahat siang kalian, di pojok belakang kelas atau mushola lantai dua Darul Irfan.
Pesanku tadi, untukku dan untuk kalian, adik-adik shalihahku,
Apapun yang sedang dan akan kita hadapi; ujian kehidupan, semoga kita menjadikan Allah sebagai tempat pelarian kita. Menjadikan solat dan sabar sebagai solusi-solusi permasalahan hidup kita. Menjadikan kebermanfaatan terhadap sesama adalah tujuan utama kita. Dan menjadikan FirdausNya adalah tempat pertemuan akhir dan abadi bagi kita.
Semoga terus Allah tautkan dan jaga hati-hati kita dalam taat, dalam dakwah.
7 notes
·
View notes
Text
Saat awal-awal mengajar di rumah, tidak disangka saya cukup keteteran menjalaninya. Saya pikir akan berbeda dengan mengajar di sekolah. Tapi rasa lelahnya mirip. Pagi bikin soal, siang mengajar, belum lagi kalau yg les malam tetiba ngirim kisi-kisi buat quiz esok harinya alhasil bikin soal sembari menemani anak-anak yang belajar di rumah. Oleh karena itu di akhir pekan saya jarang pergi-pergi karena merasa sudah cukup lelah 5 hari sebelumnya. Beberapa ajakan bertemu juga sering saya tolak, kaya udah kehabisan energi buat ngobrol ngalor ngidul. Sampai ada seorang adik yang sering banget minta ketemu, ditanya kenapa gak cerita lewat chat atau telpon saja, katanya lebih lega kalau ceritanya pas ketemu langsung.
"Teh, kapan ada waktu teh? Aku pengen banget ketemu, pengen cerita, tapi harus ketemu langsung."
Karena gak enak menolak terus, akhirnya saya setuju untuk bertemu.
Pertemuanpun terjadi, yang saya soroti sejak pertemuan kami terakhir adalah berat badannya berkurang banyak, juga perubahan pada penampilanya.
Kami mencari tempat yang cukup nyaman untuk bercerita, setelah itu saya membuka obrolan
"Jadi, ada apa nih?" buka saya
"Teh, Allah Maha Pengampun kan?"
Iiih kok apa nih baru mulai juga, feeling saya mulai agak takut.
"Ada apa? Kamu kenapa?" Saya memegang pundaknya
Air matanya jatuh, ia menangis sejadi-jadinya. Lalu mengalirlah cerita demi cerita. Pada beberapa bagian dari ceritanya, saya ingin sekali marah, tapiiii ah sudahlah. Saya pikir, ia sudah lebih dulu kecewa pada dirinya sendiri sebelum orang lain, jadi saya tidak perlu menambahkan pelik di hatinya.
Teh, apa Allah akan menerima taubatku? Setiap malam aku selalu merasa takut. Apa aku layak menjadi hamba-Nya? Teh, sudah lama aku menanggalkan kaos kaki setiap kali pergi keluar. Teteh lihat aku, kerudungku. Bahkan aku pernah kepikiran 'apa aku gak perlu shalat aja ya?'
Barulah giliran saya yang menangis. Tersentak dengan apa yang baru saja ia ungkapkan. Saya minta maaf karena pernah menyepelekan permintaannya untuk bertemu. Saya minta maaf karena merasa tidak ada disampingnya saat ia membutuhkan dukungan, tempat cerita, tempat berbagi. Lalu, saya mencoba meredam kecewa.
Kamu boleh merasa babak belur, seakan dunia kamu hancur. Kamu boleh marah sama aku, sama keluarga kamu, sama orang-orang yang kamu percayai saat kita gak ada buat kamu. Tapi, kamu gak boleh kehilangan Allah. Jangan sampai kita ninggalin shalat, apalagi yang bisa nolong kita kalau kita gak shalat, sedangkan disana letak pertolongan-Nya. Kamu boleh marah sama manusia, tapi kamu gak boleh marah sama Allah karena itu artinya kamu gak ridho dengan takdir-Nya. Baik ataupun buruk takdir itu terjadi atas kehendak Allah kan?
Sekitar 4 jam kami mengobrol, dengan banyak sekali hikmah untuk satu sama lain. Setelahnya saya melirihkan doa, semoga pertolongan dan kebaikan Allah selalu meliputinya. Semoga setiap luka lekas pulih meski akan berbekas. Semoga setiap derita akan berganti bahagia. Semoga ia selalu dikuatkan pada apapun takdir yang sedang dipergilirkan.
Kami saling berpamitan, saya menunggu Ami menjemput. Lalu teringat kalimat menakutkan yang ia lontarkan
"Teh, makasih ya udah nyempetin ketemu dan dengerin cerita aku. Kemarin-kemarin aku sempat kepikiran apa aku b*n*h d*r* aja ya."
Ini kali kedua saya mendengar pernyataan yang serupa dari orang yang berbeda. Saya jadi merasa bersalah juga bersyukur dengan pertemuan ini, bersyukur karena Allah yang menggerakan, Allah yang menggerakan dengan menitipkan rasa 'gak enak nolak terus'. Tapi inilah pertolongan-Nya. Karena dua kejadian ini, saya jadi berusaha meluangkan waktu meski kadang lagi habis energinya. Karena hari itu saya belajar tentang kadar penerimaan seseorang terhadap ujian itu gak bisa disamaratakan. Saya belajar lagi tentang menjadi teman cerita. Terutama saya belajar bahwa pada setiap takdir baik ataupun buruk yang Allah kehendaki pasti ada hikmah dan kebaikannya.
Semoga hikmahnya sampai kepadamu (juga).....
4 notes
·
View notes
Text
Day 1 - Describe a time in your life you succeeded in doing something that scared you
30 days gratitude challenge
Sambil mikir apa yaa.. Apa aja yg udah terjadi sama hidupku, apa aja ketakutanku yg sukses aku melewatinya.
Fase Berduka
Bisa melewati fase berduka sih sepeninggal ibu. Di hari ibu meninggal ditengah kehancuran hidupku sekaligus rasa takut muncul apa aku bisa hidup tanpa ibu? Kayanya ngga bisa. Mungkin pasca smua ini terjadi sebentar lg aku gila, aku gabisa nerima kenyataan yg pahit ini. Aku marah sama Allah, knp harus menimpaku? Aku butuh ibu, sangat butuh. Banyak momen yg harus kulewati bersama ibu. Knp Kau ambil ibu ya Allah? Aku takut gmn nanti menjalani hidup. Apa aku bisa??? Hubunganku dan ibu sedekat itu, teman ngobrol bahas ttg hidup, akademik, film, hobi, buku, gosip artis. Terakhir2 ibu suka drakor thn 2009 itu banyak di indosiar. Cukup ada ibu hidupku komplit, kalo ngga ada gmn??
But life must go on. Berusaha menjalani hidup tanpa ibu berat, apalagi awal2, perannya kaya kudu aku yg gantiin. Kayanya pernah aku tulis jg disini. Ya gitu sebagai anak sulung, kayanya tanggung jawabnya besar jg bahkan kdg bapakku ada sisi fragilenya. Seorang bapak yg harusnya tangguh bisa tiba2 fragile dan gabisa ngambil keputusan, minta ditenangkan. Disaat yg sama aku gatau gmn cara menghadapinya, sebetulnya akupun sama2 fragile tp aku kuat2in aja dgn "menguatkan" bapak padahal dlm hati dan jiwaku sedang trembling parah. Adikku lebih parah lagi, dia sangat bergantung padaku. Aku ternyata seorang people pleasure yg sebetulnya fragile inside. Lantas aku harus mengeluh pada siapa? Akupun lg dalam fase berduka, akupun hatinya hancur, pengen ditenangin. Tapi ttp saja peran baruku aku jalani wlpn babak belur, karena akupun sayang mereka.
Alhamdulillah setelah semuanya adaptable termasuk aku sendiri. Berperan sendiri yg melelahkan akhirnya perlahan mulai selesai, kita semua jauh lebih kuat. Setelah bertahun2 aku pribadi sukses melewati fase berduka ku yg amat menakutkan perlahan bisa diterima dgn baik, sudah ngga terasa berat lg. Lukanya mulai sembuh, mulai terbiasa dgn ketiadaan ibu.
Pengalaman pertama melahirkan
Saat hamil yg selalu ditakutkan pasti melahirkan, saat seorang ibu berjuang hidup dan mati. Banyak kasus ibu meninggal, anak meninggal atau dua2nya meninggal. Gimana ngga stress ngadepinnya. Di tengah hamil aja ada berita duka, temen kuliah anaknya meninggal, teteh sepupu anak ke 4 nya meninggal. Temennya temen meninggal krn melahirkan dpt ajalah kabar2 duka kaya gt selama masa hamil.
Trimester 3 apalagi, hamil besar mendekati lahiran. Berdoa terus ngga berhenti, sering tiba2 nangis ke suami dan blg aku takut ngga selamat dan suamiku jadi duda, anak jadi gapunya ibu. Ditenangin terus, dipelukin, gaboleh stress bumil tuh.. Tapi ya gmn yaa huhu. Taunya karena ketuban seret di minggu ke 37 anakku harus segera dilahirkan, jadi lahirnya di jadwalkan setelah kontrol lusa disuruh balik lg. Aku takut, takut bgt. Yg ditunggu2 selama 9 bulan akhirnya tiba, ketakutanku harus kuhadapi. Bismillah..
H-1 menjelang lahiran aku tidur di mertua karena dirumah mertua banyak yg jagain. Kita tidur dikamar tidur suamiku, saat malem2 aku nangis dan baper. Aku blg sama suami, "ini malem terakhir kita berdua, bisa aja aku ngga balik lg (meninggal) atau kita balik lg ke kamar ini jadi bertiga. Skrg aku bener2 takut" sambil nangis sesenggukan. Suamiku jadi sedih dan nenangin aku terus kalo smua akan baik2 saja, Allah jaga kami..
Hari H masuk RS lsg diinduksi karena memang belom ada kontraksi, bahkan konpal (kontraksi palsu) pun ngga ada samsek. Di cek jg msh bukaan 1. Suami nemenin aku terus sambil ngehibur aku. Besok paginya ketuban di pecahin sama obgynnya, baru mulai kerasa mulesnya. Jam10 pagi aku inget. Makin parah menuju siang, yg jenguk dan nemenin mulai rame sebetulnya aku mulai risih tp skaligus berterimakasih atas perhatiannya. Semuanya panik ngeliat aku kepayahan, sampe muntah2. Rasanya susah dideskripsiin, sakitnya parah kaya disiksa sampe bergumam "Ya Allah maaf jika aku banyak dosa aku pantas dapat siksaan yg sakit ini, aku pasrah tolong ambil saja nyawaku aku udah gakuat nahan rasa sakit ini". Beneran gakuat udah sepasrah itu. Bukaan mentok di 5 pula, lama bgt! Akhirnya menjelang sore udah mulai dikit2 kebuka lg jam 5 lebihan baru deh tuh bukaan 10 dan pindah ruangan ke ruang melahirkan. Aku harus masih berjuang, ngeden.. Dikasih instruksi dulu kalo udah mulai terasa ada kontraksi silakan ngeden, jgn ngeden kalo ngga ada. Untunh msh mudeng, udah mau pingsan boro2 dengerin jg. Mana tangan kiri infusan jd ngga ada tenaga posisi ngedennya. Tp tetep aja main gunting aja biar cepet haaa.. Pas udah keluar bayi, enak bgt itu lsg lega ya Allah, kontraksi mereda. Tp ngilu saat dikodok plasentanya kedalem, gpp sebentar itumah. Yg paling traumtis sih mules kontraksinya. Saat di jahit aja yg katanya sakit dah bomat deh sakitnya. Sempet2nya bidan bercanda ke suami "bapak, ini dijahitnya sisain ngga?". Muka suami msh shock ngga nangkep itu candaan, ditanggepin sm senyum getir aja. Kalo aku ya bu bodo amatlah buruan aku pgn tidurrrrr cape bgtttt! Boleh ngga tidur 1000 thn???
Alhamdulillah lega ternyata aku dan bayiku selamat. Terharu bgt dgn keajaiban ini, penuh rasa syukur. Aku dan suamiku resmi jadi Ibu dan Ayah di usia pernikahan kami yg belom setahun itu huhu. Sudah terlewati masa itu.. Waktunya berjuang kembali dgn tantangan berikutnya, mengurus bayi new born yg ngga kalah challengingnya.
4 notes
·
View notes
Text
"Sepertinya perlu perbaiki hubungan dulu dengan pemilik semesta dan orang-orang terdekatmu. Sesederhana memperbaiki sikap, mudah meminta maaf atas kesalahan yang dibuat, baru kemudian memperbaiki masalah yang sedang menerpamu saat ini."
@terusberanjak
#sedang berantakan#sedang babak belur#self reminder#quotes#note to myself#beranjak#reminder#terus beranjak#ntms#tulisan#catatan#nasihat
293 notes
·
View notes
Text
Sebuah Pencapaian Baru: Antologi Pertama
Pertama kali tahu nama penulis Ahmad Rifa'i Rif'an dari buku beliau yang kubaca beberapa tahun yang lalu. Judulnya "Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk". Aku membeli buku itu tahun 2016 silam.
Semenjak baca buku itu, aku kemudian berburu karya-karya beliau yang lain. Betapa tidak, tak butuh waktu lama, aku langsung menyukai gaya penulisan beliau yang tegas, lugas, dan seringnya "nge-jleb". Buku-buku beliau sering kali membuatku merasa seperti sedang dimarahi, atau "ditampar sana-sini". Aku sering "babak belur" setelah baca buku beliau. Tapi itulah yang menarik dari karya seorang Ahmad Rifa'i Rif'an.
Entah sudah berapa banyak buku beliau yang ada di rak bukuku. Ya, sesuka itu aku sama karya-karya beliau. Namun, dulu tidak pernah tebersit sekali pun di pikiranku untuk ikut menulis antologi bersama beliau.
Beberapa tahun lalu, aku ingat ada posting-an yang berisi ajakan menulis buku antologi dengan beliau. Saat itu, aku hanya memandang posting-an tersebut, lalu berkata dalam hati,
"Ah tidak mungkin aku ikut. Lagi pula, aku tidak berbakat untuk menulis. Aku tidak bisa menulis."
Seiring berjalannya waktu, menulis ternyata menjadi kebiasaanku. Bahkan, menulis menjadi aktivitas yang sangat kunikmati selain membaca buku. Kebiasaanku menulis ternyata membuatku berani untuk memiliki satu mimpi baru: menulis antologi bersama salah satu penulis favoritku ini.
Selang beberapa hari kemudian, aku rajin memantau Instagram. Barangkali, akan ada posting-an dari beliau yang berisi ajakan untuk menulis buku antologi. Aku harus ikut menulis dengan beliau, sehingga mimpiku bisa menjadi nyata.
Gayung pun bersambut. Beliau memposting ajakan untuk menulis buku antologi dengan judul "Indahnya Memaafkan". Aku kemudian teringat, aku punya stok tulisan tentang memaafkan. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung mengirimkan tulisanku saat itu juga.
Dan hari ini, mimpi itu telah menjadi nyata. Aku berhasil mewujudkan keinginanku untuk menulis buku antologi bersama beliau. Aku termasuk salah satu dari puluhan penulis di buku ini. Alhamdulillaah. Sebuah pencapaian yang mungkin bagi orang lain terkesan sederhana, tapi bagiku ini pengalaman luar biasa. Terlebih lagi, sekarang adalah bulan yang istimewa bagiku. Jadi, aku seperti mendapatkan kado terbaik.
Aku berharap semoga tulisan sederhanaku dalam buku ini bisa menginspirasi pembaca, dan semoga suatu saat nanti, aku bisa menyumbangkan tulisan lagi di buku antologi mas Ahmad Rifa'i Rif'an.
(7 April 2024 | 15:47 WIB)
#life#tulisan#motivasidiri#motivasi#cerita#writers on tumblr#penulisbuku#penulis#bukuantologi#nonfiksi#motivating quotes#selfreminder
4 notes
·
View notes
Text
Cross the Line.
adegan berantem , kissing
•••
Tama berjalan menuju gedung kosong fakultas kedokteran yang sudah lama tidak terpakai dengan emosi memenuhi dadanya. Gedung ini berada di ujung kampusnya, gedung paling jauh dari gerbang kampus dan tentu dari gedung fakultasnya. Sudah lama menantikan hal ini, Tama berniat membuat Abraham babak belur parah supaya Abraham tahu kalau Abraham salah memilih orang untuk diajak bertarung.
Tama melihat sebuah motor Kawasaki terparkir di depan gedung. Motor Abraham. Abraham sudah sampai, berarti saat ini Abraham menunggunya. Langkahnya semakin cepat setelah tahu orang yang ingin Tama habisi sudah ada di dalam.
Tama masuk ke dalam gedung yang memang tidak pernah dikunci. Tapi Tama tidak tahu mereka harus bertemu dilantai berapa. Jadi setelah masuk Tama hanya naik tangga saja sampai nanti Tama melihat atau merasakan keberadaan Abraham.
“Sok-sokan nantangin gue sih ini Beta. Berani banget. Gak ada takutnya. Gue kasih pelajaran ya ini si Aje, biar tahu kalo dia salah berurusan sama orang.” Rutuk Tama sambil berjalan menaiki tangga.
Tama mendengar langkah kaki di lantai atas.
‘Pasti si Aje.’ Pikir Tama.
“Tama… buruan sih. Lama bangeeet.” Terdengar teriakan Abraham dari 2 lantai diatas Tama sekarang. Nadanya sangat meremehkan Tama.
“Berani banget ini anak? Nantangin banget? Emang nyalinya segede apa sih bisa segitu berani nantangin gue?!” Tama kesal setelah mendengar perkataan Abraham. Tapi tiba-tiba Tama teringat tatapan dan memorinya ketika terakhir kali di kantin tempo lalu. Tatapan yang mendominasi Tama. Tama langsung menggelengkan kepalanya, melupakan memori tersebut.
Tama sengaja membuat dirinya semakin kesal dan marah, biar Abraham bisa mencium feromonnya dan mengetahui jika Tama sudah sampai.
“Oh Tama udah sampe, ya?” Goda Abraham yang menyeringai puas karena rencananya untuk mencium feromon Tama berhasil. Abraham memejamkan matanya sambil berbaring di hospital bed yang tidak terpakai. Membayangkan setiap inci tubuh Tama berada dalam sentuhannya.
‘Anjing! Tama!! Lo wangi banget. Wangi lo kadang bikin gue sange!’ Kata pikiran kotor Abraham.
Tama sudah berada di lantai yang sama dengan Abraham. Mencari Abraham di setiap ruangan.
“Bangke. Dimana sih itu anak?!” Tama semakin kesal karena Abraham memilih ruangan yang berada dari tangga. Sampai akhirnya Tama berada di depan ruangan paling ujung, tertulis ‘Ruang Praktikum III’ di pintunya. Tama bisa merasakan ada Abraham di dalam.
Tama membuka pintu cukup keras sampai pintu membanting dinding. Tama masuk ke dalam ruangan tersebut. “Gak usah banyak bacot, bangun terus sini lo!” Kata Tama setelah melihat Abraham yang sedang rebahan di hospital bed.
Abraham menyeringai, menuruti perintah Tama, ia bangun dari posisinya lalu berjalan mendekat pada Tama. Hanya ada mereka berdua disini. Tidak ada suara apapun yang terdengar selain deri nafas penuh emosi dari Tama dan langkah kaki Angkasa.
“Lo mau langsung jotos-jotosan? Mau pake apa? Karate? Tinju?” Tantang Abraham dengan penuh seringaian.
Tama tidak suka lagak Abraham seperti yang meremehkannya. Memang tubuh Tama lebih kecil dari Abraham, tapi Tama seorang Alpha. Hukum alam mengatakan tenaga Alpha lebih besar dari Beta. Emosi Tama semakin memuncak.
Tama langsung mendorong Abraham yang sudah berdiri di hadapannya dengan jarak hanya 10cm. Abraham terdorong ke belakang. Tapi reaksinya sangat santai, tidak ada sulutan emosi sedikit pun. Hal itu malah membuat Tama semakin emosi.
“Lo ngeremehin gue, ya!” Tama mendekat ke arah Abraham dengan mengepalkan tangan kanannya, hendak menonjok Abraham. Tapi Abraham dengam mudah menghindar. Kedua tanganya dimasukan ke dalam saku celananya.
“Gak kena!” Abraham terkekeh meledek Tama.
Amarah tama semakin mendidih. Feromon sudah memenuhi ruangan. Abraham yakin ini lebih kuat dari pada saat di kantin tempo lalu. Karena feromon ini wanginya semakin membuat Abraham mabuk. Adrian semakin ingin menghirup feromon Tama, jadi ia semakin menggoda Tama.
“Anjing! Gak usah ngindar! Gak jago berantem lo?!”
“Jago, makanya gue bisa ngehindar. Lo kali yang gak bisa berantem makanya nonjok gue aja gak kena?” Abraham sengaja menggoda Tama.
“Bacot!” Tama sekali lagi melayangkan bogem ke arah wajah Abraham. Tapi lagi-lagi Abraham mengelak. Tama tidak putus asa, ia mencoba menendang Abraham tapi Abraham bisa menghindar.
Abraham menikmati apa yang dilihatnya sekarang, Tama yang penuh emosi mencoba sekuat tenaga untuk menghajar dirinya. Ditambah feromon manis beraroma kayu manis dan coklat yang kuat yang membuat Abraham semakin tersenyum puas.
“Anjing! Bangsat! Sini lo! Jangan ngehindar terus. Lo kalo takut gak usah ngajakin gue berantem harusnya!” Tama marah karena tidak ada satupun pukulan dan tendangannya yang berhasil mengenaik Abraham.
‘Bangsat! Ini orang emang jago apa takut doang sih!’ Tama merutuk dalam hati.
Tama terdiam menatap Abraham penuh amarah. Abraham hanya menaikan kedua alisnya, benar-benar memandang rendah dirinya, menganggapnya hanya sebuah mainan untuk ia kontrol.
“Gue diem kali ini. Lo bisa maju dan tonjok gue kalo mau.” Tantang Abraham.
‘Anjing emang anjing! Gue masuk jebakan setan ini. Taik! Tapi kalo gue pergi sebelum nonjok dia, gue gak akan puas!’
Dan lagi-lagi logika Tama kalah dengan egonya sendiri. Tama bergerak maju dengan kedua tangan mengepal keras. Tama bisa merasakan giginya menggeretak menahan amarah yang sudah tidak bisa dibendung. Tama tidak peduli jika satu gedung ini bisa dipenuhi oleh feromonnya. Ia hanya mementingkan ego dan marahnya. Abraham harus dihajar.
Abraham menatap Tama. Dirinya diam menunggu Tama menghampirinya. Terdengar deru emosi dari nafas Tama. Feromonnya semakin kuat, semakin mendekat benar-benar semakin membuat dirinya mabuk kepayang. Abraham melihat Tama mengayunkan tangannya yang mengepal ke arah wajahnya.
Abraham menyeringai. Dan menahan tangan Tama. Tapi Tama tidak habis akal. Tangan satunya ia coba untuk memukul perut Abraham, tapi lagi-lagi bisa Abraham tepis. Senyum Abraham menyungging di depan wajah Tama.
Tatapan Tama semakin dalam. Bola matanya berubah menjadi hitam pekat. Dan detik itu juga membangkitkan tombol di tubuh Abraham. Akibat dari feromon Tama yang berlebih dan dirinya akan segera rut, Abraham tidak sengaja mengeluarkan feromonnya. Enigmanya sekarang mengontrol dirinya. Rutnya dimulai.
Tama kaget ketika melihat sorot mata Abraham yang semakin hitam dan tajam. Tatapannya lebih tajam dari pada Beta biasanya, malah melebihi Alpha. Tama menghirup sebuah feromon kuat beroma mint, musk dan leather. Sangat kuat sampai menusuk hidung Tama. Tapi tidak membuat dirinya pusing, malah membuat Tama ingin tunduk pada pemilik feromon ini. Kepalan tangan Tama melemah. Tama menatap Abraham bingung, mereka masih di posisi yang sama. Emosi Tama seketika mereda setelah mencium feromon tadi. Semakin lama feromon ini mempengaruhi tubuh Tama. Kaki Tama lemas, Tama menjatuhkan kedua tangannya yang tadi masih ditahan oleh Abraham.
“Tam, fuck. Sorry. I can’t hold myself anymore.” Abraham memegang kedua lengan Tama sekaligus menahan Tama agar tetap berdiri. Abraham menahan sekuat tenaga agar Enigmanya itu tidak mengendalikan dirinya, tapi feromon sang Alpha semakin lama semakin harum. Mengalir diseluruh tubuh Abraham. Abraham tahu sudah sangat lama sang Enigma menginginkan sang Alpha. Kekuatan dirinya untuk mengontrol Enigmanya semakin lemah, karena dirinya juga menginginkan Tama.
“Je, kenapa gue. Eungh… Tama tiba-tiba melenguh. Je, ini gue kenapa?” Tama merasakan seluruh tubuhnya gatal dan sedikit panas, Tama ingin disentuh di seluruh tubuhnya. Oleh Abraham. Hanya oleh Abraham. Pikirannya gila.
“Sorry, Tama. Gue tau pada akhirnya lo bakal nonjok gue. Tapi, izinin gue lakuin ini dulu ke lo, ya? Gue mau cium lo, sentuh lo. Gue mau lo.” Ucap Tama dengan suara sedikit menggeram. Abraham menahan Enigmanya untuk keluar semua. Abraham tidak mau Tama terkejut pada yang terjadi saat ini. “Gue mau lo, Tam.”
Pikiran Tama aneh. Kata-kata Abraham barusan benar-benar membuat Tama lemah. Tama seperti seorang Omega yang takluk di hadapan Alpha.
Tama mengangguk.
Dan tanpa pikir panjang Abraham mencium Tama. Keduanya melenguh ketika bibirnya saling bertemu. Abraham menarik tubuh Tama agar menempel padanya. Tama langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Abraham. Tama menempelkan seluruh tubuhnya pada Abraham. Merengek menginginkan lebih. Abraham semakin mendekatkan tubuhnya. Kedua tangannya berada di bongkahan pantat Tama. Tama semakin melenguh di tengah-tengah ciumannya, menginginkan hal yang lebih lagi.
Sore itu sore yang aneh bagi Tama, tapi sore itu Tama sadar jika dirinya seutuhnya takluk pada Abraham. Seorang Enigma. Enigmanya.
•••
Sorry for any mistakes and typos.
8 notes
·
View notes
Text
Pada bulan Mei tahun ini; Izin Pamit
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, atas karunia patah hati di hari kemarin. Tuhan tau bahwa yang terbaik akan tetap jadi yang terbaik. Tuhan tau bahwa yang tidak baik di masa depan diri, perasaan itu dimusnah-hanguskan sejak sebelum jatuh-jauh terikat. Bukan karena kita dua insan yang tidak baik, tentu aku percaya dan yakin setiap hamba-Nya adalah baik.
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, atas pemahaman dan pemakluman-Nya pada diri-sosok yang bebal ini. Sulit diberi paham karena keras kepala nan-egois. Untuk itu Tuhan izinkan merasakan apa yang dikejar oleh ego-diri yang sulit diredam, dengan bersusah payah, dan tersungkur berdarah-darah. Jika belum babak-belur, bisakah keras kepalaku ini diredam? Tentu, tidak. Aku sangat bebal atas apa yang aku yakini bisa digapai.
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, tetap diberi hikmah dan pemahaman terbaik, dari hati yang diizinkan lapang menerima selalu. Bahwa pelajaran terbaiknya adalah, betapa urusan-perasaan-jatuh-cinta dengan harap sendiri harus dimusnahkan dengan cara paling rasional. Tidak dengan menduga-duga, sekalipun doa bisa melekatkan yang nun-jauh di sana. Ini bukan soal itu, ini soal dua manusia yang bisa bersama, salah seorang telah mengupayakan, namun hanya diri yang berjuang riang: dia sama sekali tidak menyadari apapun, bahkan enggan memberi sambutan. Apa yang bisa ku harapkan? Tentu tidak ada.
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, mempertemukan-ku dengan sosok sebaikmu. Kau dididik dengan sangat baik. Kau tumbuh dengan cara terbaik. Kau punya pemahaman kehidupan yang baik. Kau sama sekali tidak bersalah dan tidak perlu memikul kesalahan atas bebal upayaku yang mengira bahwa sekat bisa didekatkan. Beristirahatlah, jangan memaksa diri begitu jauh. Aku tau kau sangat rapuh. Memahamimu sama sekali tidak sulit, pun tidak rumit seperti yang kau bayangkan sendiri. Hanya saja aku tidak diberi ruang izin. Bersyukur aku tetap pada batasku. Aku tidak menyalahkanmu, pun tidak menyalahkan diri sendiri, sebab aku menyadari kebaikan-ku terlalu berat bagi hatimu yang penuh lara nan rapuh. Sehat selalu di sana. Aku selalu menanti kabar baik darimu.
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, bahwa yang telah terjadi di hari kemarin, sudah lah, biar lah di sana. Aku tidak perlu gusar apalagi sampai menarik kambali keputusan berat nan bulat yang telah diputuskan, bahwa yang di belakang tidak perlu ku sesali, tidak perlu dibawa serta. Usahaku telah usai, walau kalah, gagal, dan memalukan. Usahaku adalah usaha terbaik yang selalu aku upayakan atas rahmat-Nya. Tidak ada sedikitpun niat untuk mencoba mencuri jalan buruk untuk bisa bersama denganmu. Tuhanku tidak mengizinkan, aku percaya Tuhan sedang melindungi ku dari ketidaktahuan atas batasan diri.
Hari ini aku menyadari betapa maha-baik-nya kuasa-Nya atas hidup ini, bahwa aku diberi kekuatan sebesar hari ini dalam memaknai urusan hati dan perasaan. Aku sangat diajarkan, betapapun bisa diupayakan, sesulit dan terjal jalan yang sedia ku tempuh untuk bisa dapat bersama, untuk apa? Untuk apa sampai demikian? Berjuang harusnya bersama-sama nan serasi. Sekalipun momen dan waktunya tepat, semua akan sulit jika tanpa ridho-Nya. Aku lega, ikhlas, dan rela atas apapun yang telah terjadi kemarin.
Kau beruntung pernah menjadi tujuan terkuatku di kala hari kemarin. Namun tuan, aku menyerah.
Terima kasih, izin pamit.
17 notes
·
View notes
Text
Merasa Cukup
Jika diminta memilih antara bersabar dan bersyukur, aku akan memilih bersabar. Bukan karena aku menikmatinya, tapi karena merasa telah lebih banyak bersabar. Bukan karena aku adalah orang yang sabar, tapi karena aku terus menerus melatih satu hal itu. Menurut penilaian seorang guru bimbingan konseling yang cukup senior di sekolahku dulu, aku adalah anak yang tangguh. Sangat sulit menghentikanku kecuali jika aku sendiri yang mau.
Aku akan terus mencoba tanpa kenal lelah bahkan tanpa tahu malu. Dengan mudah aku bisa menganggap sebuah kegagalan sebagai sebuah prestasi tersendiri. Tetap bertahan setelah digempur kegagalan yang bertubi-tubi, bukankah itu adalah sebuah pencapaian? Si paling sering gagal, hahha.
Itulah mengapa istilah tidak cepat puas menjadi kata sifat yang seringkali disematkan padaku. Ngeyel bahasa lainnya, keras kepala sinonimnya. Jika aku tidak membuktikannya sendiri sampai berhasil, aku tidak akan berhenti. Tidak mudah kapok, meski sudah babak belur.
Aku terlalu sering melatih otot sabar. Mencoba mendorong diri hingga titik batas kemampuan terakhir dalam melakukan apapun, hampir semuanya, apapun. Terutama pada hal-hal yang menarik perhatianku. Selama jalan yang ditempuh tidak merugikan orang lain, masih sesuai agama dan norma, dan tidak membuatku kehilangan nyawa, aku tidak segan mencobanya. Mencari setiap celah kemungkinan yang ada, siapa tahu berhasil? Itu yang selalu muncul dalam benakku.
Jadi, jika sewaktu-waktu aku menyerah, itu tandanya aku sedang tidak baik-baik saja atau sebenarnya aku sedang mengambil jeda untuk mengumpulkan tenaga atau memutar otak demi menemukan solusi lain yang bekerja. Secara teknis, aku tidak berhenti karena sudah menyerah.
Ya, itulah aku yang terus menerus mendidik diri untuk bersabar dalam mencapai sesuatu. Tapi bagaimana dengan bersyukur?
Menikmati semua karunia hidup setiap harinya.
Merasakan sensasi hati yang terisi penuh atas nikmat iman dalam agama yang lurus.
Bahkan sesederhana, yang sebenarnya tidak, menjadi hadir dalam beberapa helaan nafas yang masuk dan keluar dari rongga dada.
Merasa cukup dengan apapun yang ada hari ini, di sini, bersama kesadaran penuh atas diri.
Bersabar itu indah, tapi disertai kemampuan untuk banyak-banyak bersyukur akan membuatnya menjadi jauh lebih mudah.
2 notes
·
View notes
Text
Hujan Berbisik
Seorang pemuda dengan pakaian hitam molor, celana jeans yang sobek-sobek, dan wajahnya yang babak-belur penuh luka goresan itu duduk melamun di pinggir jalan ibukota yang saat itu tengah hujan. Pemuda itu meringis, tubuhnya terasa nyeri ketika tetesan hujan jatuh mengenai luka-lukanya yang tak kunjung mengering. Beberapa saat pemuda itu merasa bahwa tetesan air hujan tak lagi membasahi tubuhnya, dan ia melihat tepat di depannya seorang gadis sedang berjongkok sambil menyodorkan payung kepadanya, gadis berseragam SMA dengan rambut panjang lebat itu pun menyuruh pemuda itu menerima payungnya dengan paksa. Setelahnya, gadis itu mengambil sesuatu di tasnya yaitu sebuah note kecil dan bulpoin, gadis itu menulis sesuatu disana lalu menyobek selembar kertas itu dan memberikannya kepada pemuda itu. Tak lama setelah memberikan kertas itu, gadis itu berlari menuju halte bus yang tak jauh dari sana. Saat sadar gadis itu pergi tanpa membawa payungnya, pemuda itu pun berdiri lalu hendak mengejarnya. Namun terlambat, bus yang berhenti di halte itu telah menancap gasnya tepat ketika pemuda itu baru berlari beberapa langkah. Dengan penuh tanya, pemuda itu membaca tulisan yang ada di kertas itu.
Anak kecil saja tahu, saat hujan kita harus membawa payung. – Kinara.
Senyuman tipis terbit di bibirnya setelah membaca tulisan mengejek itu, namun hanya beberapa detik saja sebelum akhirnya ia ingat bahwa ada luka di bibirnya dan membuatnya meringis ngilu. Segera setelah itu karena sudah terlanjur berdiri, sejenak ia sadar bahwa tadi ia hendak berlari mengejar gadis itu dengan keadaan yang payah ini. “Sepertinya kebodohanku semakin parah” ucapnya pada diri sendiri dengan tawa getir. Memandang payung biru itu, pemuda itu menghela nafas sambil mengibaskan bajunya, “Apa gunanya kasih payung ke orang yang bajunya sudah basah” pikirnya heran dengan gadis itu. Sambil berjalan picang dan sesekali berdesis kesakitan, pemuda itu terus memikirkan tidakan gadis SMA tadi, “Ini juga, haruskah mengejek orang lewat tulisan. Lagian yang namanya ejekan tetap saja buruk kan?” Oceh pemuda itu.
Pemuda tampan bernama Arjuna itu dulunya adalah seorang mahasiswa di jurusan DKV. Hidupnya normal-normal saja sebelum perusahaan Ayahnya bangkrut, perubahan yang tiba-tiba ini membutnya terpaksa keluar dari kampus dan menjual beberapa barang untuk melunasi hutang yang jumlahnya tak sedikit itu. Tak disangka, kemarin tiba-tiba salah seorang yang mengaku penagih hutang Ayahnya itu datang dan merampas paksa uang yang baru dihasilkan Arjuna dari menjual komputernya, Arjuna tentu merasa tidak adil dengan para penagih hutang itu, ia pun sedikit melawan dan terjadilan aksi pukul hingga Arjuna memiliki beberapa luka ditubuhnya. Entah kenapa ia merasa emosional dan berpikir hidupnya hancur dan malang hingga ia pun menyalahkan orang tuanya untuk dijadikan alasan, terkadang menyalahkan orang lain adalah cara cepat untuk menenangkan diri. Setelah itu Arjuna memilih untuk tidak pulang, disitulah hari dimana ia bertemu dengan gadis ‘payung’ itu.
Keesokannya Arjuna kembali ke halte bus untuk mengembalikan payung milik Kinara, Arjuna juga penasaran dengan gadis bernama Kinara itu. Beberapa menit kemudian sebuah bus berhenti dan akhirnya seseorang yang ditunggu pun turun di halte itu, “Syukurlah” ucap Arjuna. Ia pun memanggil gadis itu, “KINARA!”teriaknya lantang namun Kinara tak kunjung menoleh, Arjuna pun menarik lengannya. Kinara menoleh kaget, “Aku sudah panggil tadi, kenapa tidak merespon?, kamu Kinarakan?” tanya Arjuna. Gadis itu malah berkutat dengan ponselnya dan mengintrupsi Arjuna untuk menunggu. Gadis itu pun menampilkan layar poselnya kepada Arjuna.
Maaf, apa kakak memanggilku?
Arjuna mengangguk sambil menggaruk tengkuknya bingung.
Maaf, Aku tidak bisa mendengar suara. Apa yang ingin anda sampaikan?tolong bicara pelan agar Aku bisa membaca gerak bibirmu.
Arjuna pun kini paham kenapa gadis ini memberinya kertas hari itu, “Aku hanya ingin mengembalikan payung, terimakasih telah meminjamkannya kepadaku kemarin” ucapnya peralahan seperti perintah gadis itu.
Simpan saja kak, lagian sekarang sedang tidak hujan.
Membaca itu Arjuna pun kembali bertanya, “Tapi ini milikmu?”.
Kembalikan nanti saja kak, saat payung itu sudah rusak. Mulai sekarang jangan lupa bawa payung itu saat hujan.
Arjuna mengangguk.
Kinara pun tersenyum, sebelum melenggang pergi ia bertanya kepada Arjuna, Siapa namamu kak?
“Arjuna”jawabnya.
Arjuna seperti seorang ksatria. Setelah itu Kinara pergi.
Arjuna menatap punggung Kinara yang mulai menjauh, “Tuhan entah teguran apa yang kau berikan kepadaku saat ini, tapi aku bersyukur kau mengirimkan sebuah payung di tengah badaiku” ucapnya penuh arti. Ia pun kembali menata niatnya untuk mencari lowongan pekerjaan dengan senyuman yang merekah di sepanjang jalan.
2 notes
·
View notes
Text
Pesan lama.
Sebuah pesan dari seorang guru ketika di bangku sekolah, “Mba, kalau ikut suatu majelis ilmu ngga papa kalau kita ngga bisa memahami semuanya. Tapi setidaknya ada satu hal yang bisa kita ambil. Cukup 1 aja, itu bisa jadi sebuah hikmah”
Maka di sinilah aku. Si pencari 1 hal yang harus bisa ku ambil dari sebuah pertemuan.
Hari itu, sebuah kalimat sederhana yang menjadi oleh-oleh di ingatan pendekku.
“Kalau bukan karena surga, saya ngga mau capek-capek begini” katanya.
Deg. Sederhana bukan?
Tapi itu selalu jadi pelecut bagi si fakir ilmu ini menghadapi “yaudahlah ngga usah dipaksa”. Sadar sebetulnya bahwa kita bukan sedang memaksakan diri. Melainkan kita yang menghindari apa-apa yang masih bisa diusahakan.
Mendewasa emang capek. Tapi mau berhenti pun, apa iya nanti ngga babak belur?
Pada akhirnya berjalan itu harus, dan berhenti bukan pilihan. Dan pada setiap ikhlas yang dijalankan, ada yang tak pernah abai memberi ganjaran.
4 notes
·
View notes