#prosa hidup
Explore tagged Tumblr posts
verazka · 4 months ago
Text
Katanya Hidup
Katanya hidup itu harus bahagia, tapi bagaimana kita bisa mengenal kesedihan? Katanya hidup itu harus punya tujuan, tapi kalo ditengah jalan kita tersesat dan kehilangan tujuan kita bagaimana? Katanya hidup itu harus saling mengasihi, tapi jika tidak ada sesuatu yang mau dikasih bagaimana? Nyatanya hidup itu berjalan sesuai keadaanmu saja, tidak perlu menstandarkan hidup orang lain ke dalam…
0 notes
langitdanlaut · 7 months ago
Text
Tumblr media
Selamat hari perpanjangan kontrak kehidupan Mungkin dari sekian banyak cuplikan luka Lautan membuatku setuju untuk datang ke dunia
Semoga tidak berumur panjang Walau sudah Lelah Tolong hilangkan niatan yang selalu aku pikirkan
Semoga selesai saat iman sedang kuat-kuatnya Saat amal sudah berani melawan dosa Saat ridhaNYA sudah siap memeluk jiwa yang penuh darah
Sekali lagi Semoga hidayah semakin banyak diberikan Agar iman semakin menguatkan diri Hingga lekas waktu berhenti Hingga sudah sesak diri
Selamat hari lahir ke dunia Semoga tidak berumur panjang Lara
Rabu, 03 Juli 2024, Pulau Merak Kecil - Banten.
172 notes · View notes
diega-guardiola · 8 months ago
Text
Tuhan Tentang rasa cinta itu, Itu karunia-Mu, Itu izin-Mu, Sementara, Atau selamanya, Hanya Kau yang tau, Hanya Kau yang mampu, Aku? Hanya hamba-Mu, Tak kuasa atas kendali-Mu, Tuhan, Pintaku hanya satu, Jangan beri goresan, Padanya pun padaku, Karena, Keduanya akan terasa sama bagiku, Tuhan, Bahagiakan kami, Dengan cara-Mu, Dengan jalan terbaik-Mu. Apa pun itu..
29 notes · View notes
fitryharahap · 23 days ago
Text
Dia Menikahimu Karena Kamu, atau Karena Dia Ingin Menikah dan Memilih Kamu?
Di masa kini, pernikahan sering diasosiasikan dengan cinta. Tapi, ada sesuatu yang mengusik pikiranku akhir-akhir ini—mungkin terdengar aneh atau bahkan hampir tak pernah lagi dibicarakan: kemungkinan adanya laki-laki yang memandang pernikahan dengan cara berbeda. Terutama mereka yang terikat pada pandangan tradisional, yang menikah semata-mata untuk "mencari peran istri"—seseorang yang diharapkan mampu memenuhi ekspektasi tradisional, seperti mengurus rumah, mengasuh anak, dan mendukung peran sosial mereka.
Niat menikah ini biasanya muncul karena merasa sudah mapan dan siap, tapi belum tahu siapa yang akan dinikahi. Jadi, dicari saja kandidat terbaik untuk mengisi peran itu, tanpa benar-benar mempertimbangkan kecocokan emosional atau perjalanan bersama.
Pernikahan idealnya bukan sekadar soal cinta saja, juga bukan soal pemenuhan peran saja. Tapi kalau dasarnya hanya pemenuhan peran semata, apa nggak terlalu rentan? Saat orang yang dinikahi ternyata nggak mampu memenuhi ekspektasi itu, hubungan pernikahan bisa kehilangan maknanya. Berbeda dengan hubungan yang berkembang melalui waktu dan proses panjang. Ada sejarah, kenangan, dan pengorbanan yang menjadi pengikat saat tantangan datang. Bahkan ketika pasangan nggak lagi mampu memenuhi tugas tertentu, ikatan emosional yang kokoh dan telah terbangun sejak lama seringkali cukup kuat untuk menjaga hubungan tetap bertahan.
Tentu saja, setiap hubungan punya tantangannya. Aku tetap mengakui kalau hubungan yang dibangun lama pun bisa ada masalahnya, dan yang sekadar mencari peran istri pada awalnya pun belum tentu nggak peduli atau nggak baik niatnya. Mungkin banyak yang bisa benar-benar tulus dan berhasil membangun koneksi mendalam setelah menikah, lalu melihat pernikahan sebagai perjalanan bersama, bukan sekadar peran. Tapi tetap saja, rasanya mengkhawatirkan membayangkan berada dalam hubungan di mana kita hanya dianggap pelengkap—hidup seperti figuran dalam cerita orang lain. Sekadar memenuhi kebutuhan tertentu, tanpa ruang untuk berkembang sebagai co-star yang setara. Hanya muncul di beberapa scene, nggak diberi dialog, dan akhirnya malah "di-cut" karena dianggap "nggak sesuai naskah."
Bagaimana kalau kita mempertimbangkan apa yang sebenarnya kita cari dalam hubungan sebelum memutuskan menikah? Bertanya dan menjawab pada diri sendiri dengan jujur. Apakah pasangan kita memilih kita karena benar-benar melihat diri kita, atau hanya karena ingin menikah lalu kita yang ada di sana? Apakah kita menginginkan hidup yang berputar pada peran tertentu, atau hubungan yang setara sebagai rekan sejati?
Apapun keputusan itu, semoga lahir dari kesadaran, bukan keterpaksaan.
Tambahan: Jika pasangan memilih kita karena mencintai kita, tapi dalam hal ini kita memiliki pandangan yang berbeda dengan mereka—kita dengan pandangan yang lebih modern atau egaliter mengenai pernikahan dan hubungan sementara mereka masih dengan pandangan pernikahan yang tradisional, mampukah kita saling berkompromi atau menyesuaikan ekspektasi tersebut?
8 notes · View notes
ubaylukis · 7 days ago
Text
Tumblr media
9 notes · View notes
senantiyasa · 16 days ago
Text
Kenapa Terlambat Datang?
Kamu datang memelukku dari belakang. Aku terisak hebat, bahu dan tubuhku bergetar. Aku tetap berdiri tegak. Saat kamu datang, aku tahu pasti kalau yang datang adalah kamu. Kamu memelukku dengan erat, menyalurkan hangat yang kamu punya sekalipun tubuhku masih terguncang. Aku masih menangis, membiarkan tetes demi tetes air mata berganti menjadi bagaikan aliran sungai yang berderai. Dan kamu masih memelukku.
Lama-lama, dengan kamu yang memelukku tanpa suara, tangisanku pun mereda. Aku sesenggukan dan tanganmu masih melingkar nyaman. Aku membalik badan, menemukan matamu menatap tepat ke pupil mataku. Kamu memelukku sekali lagi, lalu sebuah maaf pelan lolos dari bibirmu seiring dengan tanganmu yang mengusap kepalaku lembut.
Kenapa kamu datang terlambat, Tuan?
Maaf, Nona.
Kenapa kamu terlambat datang, Tuan?
Maaf, Nona.
Kenapa baru datang sekarang, Tuan?
Maafkan aku, Nona. Aku di sini sekarang.
Selama ini aku sendirian dan semuanya terasa begitu berat. Aku tidak tahu harus melakukan apa selain menangis. Walau begitu, aku harus tetap berjalan. Air mata menggenang di telapak kakiku, Tuan. Aku harus berjalan dengan banjir di sekelilingku. Kamu ke mana saja sebenarnya, Tuan?
Aku tidak ke mana-mana, Nona. Aku di sini sekarang.
Maafkan aku yang terlambat datang, Nona. Pemilikku mengatakan, kamu harus melalui sendiri jalan panjang yang membawamu sampai ke sini sebab di sinilah kita semestinya bertemu, Nona. Aku tidak tahu pasti seberat apa pengelanaanmu. Tapi kamu sampai di sini, Nona. Kamu di sini. Dan aku di sini.
Aku minta maaf, Nona.
Aku pun perlu mendaki ribuan gunung yang berhasil kulalui itu sendirian. Akan ada banyak gunung lain yang menanti kita di depan sana, Nona. Tidak apa-apa. Kita jalani berdua, ya?
Aku mengangguk. Kamu tidak terlambat datang, Tuan. Kamu mempererat pelukanmu.
Terima kasih sudah datang, Tuan.
Senantiyasa, 2025.
5 notes · View notes
85kilometer · 9 months ago
Text
Dimanakah Letak Sisiku Sekarang?
Jika kau melihat ruang ini, maka kau tak menyangka bahwa itu adalah aku; karena tabiatku yang ahli dalam menyamar.
Mungkin kau sering menemuiku dalam sisi aku yang periang, dan ketawa ringan yang sering kau dengar.
Namun, terkadang dinding juga menampakkan sisi yang lain; yang bukan tidak mungkin bisa 180 derajat berbanding terbalik dengan aku yang kau ketahui.
Kadangkala, aku tampak muram, dan penuh misteri.
Itulah aku.
Kau akan sulit menemukan aku yang sesungguhnya.
Karena aku adalah sekumpulan misteri, dan perangaiku adalah rumpang yang tak rampung.
Aku sendiri pun tidak mengerti.
Siapakah aku sebenarnya?
Dan, dimanakah letak sisi ku sekarang?
Ataukah, aku tidak memiliki satu sisi pun diantara keduanya?
10 notes · View notes
mputraff · 2 years ago
Text
31
“Menjadi dewasa susah ya. Apa-apa harus disiplin. Manajemen waktulah, irit uanglah, sampe-sampe harus memikirkan besok harus makan apa.” Mengapa banyak sekali orang diluar sana berkata demikian? Aku juga, sih. Hehe. Tetapi setelah dipikir-pikir pada saat kita masih dalam kandungan apakah kita memikirkan besok mau makan apa? Jangankan berpikir, dalam kandungan saja kita tidak ingat. Lalu, pada saat kecil apakah kita memikirkan hal serupa? Pagi sarapan apa? Siang, sore, bahkan malam atau besok siapa yang akan memberi makan? Tidak, kan? Tetap saja kita masih bisa menjalani hari-hari dengan senyuman dan tawa. Maksudku begini, bila waktu kecil saja kita bisa menjalani hari-hari dengan mudah. Menjadi dewasa—pun sama, toh ada Yang Maha Memudahkan. Apakah kita lupa tentang janji-Nya? Bersama kesulitan ada kemudahan. Dan benar saja, meski sudah berkepala dua, aku masih bisa menjalani hari-hari dengan bahagia, bahkan tertawa. Aku juga masih bisa makan enak. Jadi apa bedanya? Bila seorang berkata “ingin kembali seperti masa kecil?” Yang ada kita lupa bersyukur. Kita selalu saja memakai kacamata kufur. Padahal sejatinya Yang Maha Pemurah tetap memberikan kita nikmat meski kita masih jauh dari kata taat. Jadi apa bedanya? Allah memberikan kita nikmat layaknya deras hujan. Cibiru, Al - Ihsan, curhat sedikit semoga bermanfaat.
93 notes · View notes
summerinbali · 11 months ago
Text
ini yang aku lihat, sekarang coba kamu yang berkaca.
tumpukan kertas berisikan tulisan lama, hasil berkaca seorang lelaki tumbuh. ada yang memuat surat cinta, cerita kesedihan, kenangan dan kemenangan. ada rasa perjalannya sendirian tapi selalu jumpa keramaian.
lelaki itu ingat betul setiap tulisannya dan cerita dibaliknya. lelaki itu mengenali setiap tumpukan kertas itu. tetapi seluruhnya hanya duduk dipojokan ruangan, dibiarkan berdebu. tidak akan usang, hanya menjadi terlupakan.
apabila lelaki itu kembali berkaca lagi, ia mungkin sudah menjadi sosok yang jauh berbeda dengan refleksi sepuluh tahun yang lalu.
kini, ia bukan lagi seorang musafir, atau petualang ulung. saat pagi menjadi realis sejati berhadapan dengan dunia dan malam menjadi sahibulhikayat handal dengan dua pendengar setia.
aku bisa melihat bambu cina itu kini dalam dirinya. walaupun banyak goyah dan ragu, ia tetap berdiri kokoh. dengan angin yang jadi kawannya, setiap hembusan memberikan arah kemana ia harus bergerak.
you know that i am proud of you and your growth thus far. i hope you never catch tired of growing.
7 notes · View notes
fitriaal · 3 months ago
Text
Mungkin ini waktunya untuk egois
Aku bosan diam dan selalu memikirkan perasaan orang lain
Aku sedang tidak baik baik saja
Dan tak ada satupun orang yang mengerti
Semua orang menganggap enteng masalah yang aku hadapi
Banyak hal yang menggangu pikiranku
Aku didera rasa khawatir yang amat sangat menggangu
Tak ada kata penenang, tak ada kata penyemangat
Hanya ada diri sendiri
3 notes · View notes
wardunarian · 6 months ago
Text
Hayyy ....apa kabar..??
kau tahu bahwa hari ini sungguh melelahkan, kau tahu bahwa bahu ini serasa mau patah,Kau tahu bahwa lelah ini sudah sampai di hati? Kau tahu bahwa kepala serasa mau pecah ketika pikiran tdak menemui alur yanga baik?
apa boleh sejenak aku berhenti atau sekedar menepi,??? Apa boleh sebentar saja aku mengeluh dan berhenti utk pura pura kuat??
Aku ingin kau mendengar keluh kesahku sejenak lalu kau pahami dengan segala keadaan ini....Tapi sekali lagi aku tdak cukup berani utk sampaikan ini kepadamu,,karena aku pernah patah dengan jawabanmu bahwa yg aku hadapi masih belum seberapa dengan yang kau hadapi... atau jawaban lain yg buat aku mmilih utk begini saja dulu ....
Jadi laki laki dewasa dgn segala bebannya memang suatu keunikannya sendiri,,,mau menangis susah,mau mengeluh atau sekedar curhatpun lebih susah, ahhhhhhhhhh...
2 notes · View notes
langitdanlaut · 6 months ago
Text
Sempat kupertanyakan Kemana perginya doa-doa yang kupanjatkan Apakah tenggelam di lautan dosa Ataukah memang tak ada kesempatan nyawa Tak juga kudapatkan jawaban Ragu dipenuhi sendu menyelimuti kalbu Sepertiga malam yang syahdu berubah abu
Disedikitnya imanku Masih tak tahu malu mengepal amarah Mencaci maki akan hidup yang penuh luka Padahal sujud saja masih penuh malas Setan masih gemar bersanding Mengatur jadwal kesibukkan disela kewajiban Sungguh keparat Kubentak diriku sendiri di depan cermin retak
Lalu apa yang kucari Kenikmatan apa yang hendak kutimbun Entah akupun bingung mencarinya Seakan tugasku banyak Padahal hanya Ibadah Namun memang tak mudah Iman berjalan dengan ujian dan godaan Lucunya umur yang sudah tua Masih saja sulit mengatur makna Padahal sudah tahu jalannya
86 notes · View notes
sipenabicara · 1 year ago
Text
R I N D U
Sayang, Tak ada bahasa kerinduan yang sederhana Setiap rindu harus terbalas tuntas, tidak boleh disisakan Entah dengan pertemuan atau dengan sekedar sapaan dalam dunia virtual
Rindu itu justru sangat sederhana  Bukan soal sekedar bertemu dan becanda Atau pun hanya soal bertegur sapa Ini hanya sekedar perasaan yang sama rata
Sayang, Tak ada yang perlu kamu khawatirkan Perihal cintaku padamu itu sudah nyata Ia mengalir deras mengikuti alur perjalanannya Tak akan berhenti di kata selain bahagia
Rindu itu sangat menyebalkan menurutku Dia lebih menggebu saat tak bertemu Tapi justru kaku saat di depanmu Sungguh benar-benar mengganggu
dari_saya & ryz
2 notes · View notes
fitryharahap · 16 days ago
Text
Sulitnya Menyentuh Titik Temu
Sering, aku merasa perlu bertanya lebih dari sekali. Bukan karena tidak percaya, tetapi karena adanya kebutuhanku untuk memahami lebih dalam. Maka sebelum kebutuhan itu terpenuhi, pertanyaan itu akan kudatangkan lagi, dan lagi. 
Di lain sisi, kamu mungkin merasa bahwa satu jawaban sudah cukup. Langsung ke inti.
Mungkin karena duniaku dipenuhi dengan nuansa yang tak selalu bisa diselesaikan hanya dengan satu garis lurus. Sehingga, jawabanmu yang sederhana tak pernah sepenuhnya lengkap bagiku. Malah terasa seperti penghindaran.
Kamu,  lebih memilih jalan tercepat, lebih memilih diam atau menjawab dengan singkat, berharap hal-hal akan selesai begitu saja. Sedang aku—yang berurusan dengan perasaan dan ketidakpastian yang lebih kompleks—kembali bertanya, mencari jawaban yang lebih dalam.
Kamu enggan mengalah, aku semakin berkeras, dan kebenaran mengabur—kita justru menjadi lebih jauh dari kebenaran yang sebenarnya.
Kebingungan masing-masing kita tak pernah mencapai tepi.
5 notes · View notes
upepo28 · 1 year ago
Text
Mati
Kedukaan bagi yang ditinggalkan, kesukaan bagi yang meninggalkan. Kenapa? Karena mati adalah hadiah. Kenapa? Karena segala sesuatunya sudah selesai, "Waktunya pulang, nak." :)
-upepo
2 notes · View notes
senantiyasa · 27 days ago
Text
siklus
sepertinya semua ini memang suatu siklus. setiap titik harus ditempuh tanpa terkecuali demi mencapai satu putaran penuh. saat di bawah rasanya berat sekali karena menopang seluruh perjalanan di pundak. lalu saat di atas rasanya sungguh ringan karena beban-beban letaknya di bawah. namun, pada akhirnya semua ini adalah siklus. semua ini akan kelak akan terulang pada masanya. satu putaran yang kita lalui sekarang mungkin tidak pernah kita bayangkan dulu akan menapakinya. dan kita yang sekarang bisa jadi begitu khawatir dengan seberapa menantangnya siklus di masa mendatang. satu hal yang harus diingat, jari-jari lingkaran pada siklus kita tidak pernah sama. selesai mengitari satu lingkaran, diameternya membesar. membesar, dan terus membesar. hingga tidak terasa, hati kita pun ikut membesar dan melapang. sebab saat menjalaninya kita mungkin tidak menyadari, aku harap kita bisa mensyukuri sekecil apa pun langkah kita hari ini. serta semoga kita bisa memeluk diri kita sendiri dan berkata, mari kita itari satu putaran lagi. lagi, lagi, dan lagi.
senantiyasa, 2025.
6 notes · View notes