#nabi Musa
Explore tagged Tumblr posts
Text
💔 Memahami Trauma Emosional 📖
Sumber: Luka Emosional, Penyembuhan Spiritual – Emotionally Traumatized, Spiritually Recovering (YouTube Nouman Ali Khan Indonesia) Continue reading 💔 Memahami Trauma Emosional 📖
View On WordPress
7 notes
·
View notes
Text
Doa yang Mengubah Takdir
Menurutku, tempat ternyaman di rumah adalah kamarku sendiri. Tapi kalau dibandingkan dengan tidur bersama ibuk, tempat ternyaman itu bisa beralih dengan mudah. Entah mengapa tidur bersama ibuk selalu menenangkan, padahal ibuk tidak melakukan apa-apa, hanya tidur di sebelahku. Meski terkadang aku request untuk ditepuk-tepuk sih hehe.
Sebelum tidur, aku biasa pillow talk sama ibuk, bisa bahas apa saja, paling banyak bahas soal jodoh. Respon umum yang aku lakukan adalah memeluk ibuk seerat mungkin sampai ibuk sulit bergerak sambil bilang, "Aku sayang banget sama ibuk, terima kasih sudah membersamai aku sampai hari ini. Aku dengan takdirku yang ribet ini,"
Ibuk pun menjawab, "Ya, (takdir) harus diterima, harus ikhlas. Takdir adalah bagian dari rukun iman jadi harus diimani juga agar utuh keimanannya. Kalau sama takdir gak beriman, perlu dipertanyakan tuh keimananya (seseorang),"
Ibuk pun melanjutkan tentang ceramah Ustadz Hanan Attaki yang pernah ia dengar. Kisahnya tentang Nabi Musa yang diminta seorang nenek untuk berdoa pada Allah agar diberikan satu anak karena nenek itu sangat mendambakan seorang keturunan. Nabi Musa pun melakukannya dan jawaban Allah selalu sama, "Nenek itu tidak punya anak karena itulah takdirnya," kurang lebih begitu jawaban Allah pada Nabi Musa.
Namun, nenek itu tidak menyerah, beberapa kali setelahnya nenek itu kembali memohon pada Nabi Musa agar meminta pada Allah agar Allah memberikannya seorang anak. Dan jawaban Nabi Musa tetap sama.
Yang berbeda, nenek ini setiap kali mendapatkan jawaban yang sama dari Nabi Musa, dia selalu berdoa, "Yaa Rahiim, Yaa Rahiim, takdir saya memang tidak akan memiliki anak, tapi Engkau Maha Penyayang Ya Allah,"
Doa yang lembut itu ternyata pada akhirnya mampu mengubah takdir nenek dalam kisah ini. Bahkan, Nabi Musa pun melakukan konfirmasi langsung pada Allah atas kejadian ini. Lantas, jawaban Allah sangat menggetarkan hati.
"Wahai Musa, sesungguhnya rahmat-Ku itu mendahului takdir. Aku mengubah takdir atas nenek ini yang semula tidak punya anak menjadi bisa punya anak,"
youtube
Begitulah, bagaimana pun kita merasa takdir tidak berpihak pada kita, percayalah selalu ada rahmat Allah yang mampu melampaui takdir tersebut.
Semangat, biidzniLlaah!
#menulis#doa#takdir#berubah#kisah#Nabi Musa#jodoh#ibuk#pillow talk#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat#30dwc#30dwcjilid43#day 19#Youtube
4 notes
·
View notes
Video
হযরত মুসা আঃ সাপ কত বড়? Story of Prophet Musa and Firaun - Maulana Bazlu...
0 notes
Text
Arti Islam
Islam adalah nama sebuah agama, sebagaimana agama lain juga memiliki nama. Misalnya, Hindu. Itu adalah sebuah nama yang berasal dari kata "sindhu" yang dalam bahasa Sansekerta berarti "sungai". Ada sebuah sungai yang bernama Indus yang mengalir di daerah sekitar India dan Pakistan saat ini. Kata Indus berasal dari kata "sindhu" tersebut. Adapun Hindu adalah nama yang masyarakat yang menetap di sepanjang lembah Sungai Indus itu. Jadi, nama "Hindu" berasal dari nama sebuah masyarakat yang berasal dari nama tempat yang berawal dari nama sungai (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 144)
Agama Hindu tidak berasal dari individu tertentu bahkan tidak bisa dikatakan berasal dari periode sejarah tertentu. Hindu adalah cara berbagai hidup yang mengkristal menjadi sebuah agama. Hal ini berbeda dengan biasanya agama-agama lain. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 144)
Nama agama Kristen berasal dari kata Yunani "Kristianos" yang berhubungan dengan kata "Kristus" yang berarti "Dia yang diurapi" atau "Dia yang dipilih Tuhan" atau "Al-Masih" atau bisa juga berarti "Al-Musthafa". Jadi, nama "Kristen" berasal dari nama gelar untuk orang, yang dalam hal ini adalah Yesus atau Nabi Isa as. Jadi, nama "Kristen" sangat bergantung kepada seorang Yesus atau Nabi Isa as dalam hal kelahirannya, kehidupannya, dan kebangkitannya. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 112)
Nama agama Yahudi mulanya adalah nama bagi keturunan Nabi Ibrahim as lewat putranya yang bernama Nabi Ishak as yang memiliki putra yang bernama Nabi Yaqub as. Keturunan Nabi Yaqub as inilah yang belakangan disebut Yahudi atau Bani Israil karena Nabi Yaqub as juga kadang disebut Israil. Nama Yahudi adalah pemberian dalam kitab-kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang mendapatkan Ten Commandments pada masa Nabi Musa as. Lalu, Yahudi dipimpin oleh Nabi Daud as dan kemudian Nabi Sulaiman as. Jadi, nama Yahudi mulanya adalah nama keturunan Nabi Ibrahim as yang kemudian menjadi nama agama. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 174-175)
Berbeda dengan agama-agama pada umumnya, Islam tidak diambil dari nama tempat, nama individu, atau nama keturunan dari seseorang. Islam adalah bahasa Arab yang bisa berarti ketergantungan kepada atau kesediaan untuk tunduk kepada supremasi Ilahi, Tuhan, Allah SWT. Bahkan seorang Kristiani yang tunduk dan tulus kepada Tuhan bisa disebut tergolong Islam. Memang ada beda Islam dengan huruf I besar dengan islam dengan huruf i kecil. Dengan huruf i kecil, siapapun yang tunduk dan tulus kepada Tuhan disebut Islam. Tetapi Islam dengan I besar hanya mereka yang menyatakan syahadatain. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 156) .
Karena itu, Islam tidak bisa disebut ajaran Muhammad atau Muhammadanisme. (M. Quraish Shihab, Kumpulan 101 Kutum tentang Islam, Tangerang: Lentera Hati, 2016, 8). Islam bahkan lebih tepat (walaupun masih keliru) disebut sebagai Damaiisme atau ajaran damai daripada Muhammadanisme karena fokus Islam adalah pada inti ajarannya sendiri, bukan pada pembawanya.
Mengapa mereka yang tunduk dan tulus kepada Tuhan bisa tergolong Islam dengan i kecil? Seluruh manusia (juga seluruh makhluk) pada dasarnya memang tunduk kepada Tuhan, baik mereka menyadari atau tidak atau mereka mengakui atau tidak. Adakah manusia yang mampu menolak untuk menjadi manusia dan tiba-tiba terlahir sebagai manusia, sebagai laki-laki, sebagai perempuan, dan seterusnya? Tentu saja tidak ada. Jadi, pada dasarnya, semua makhluk tunduk dan itu berarti semua makhluk adalah Islam dengan i kecil.
Ketika seorang manusia menyadari dan mengakui bahwa dia memang tunduk dan tulus kepada Tuhan, maka dia mulai memasuki Islam dengan I besar. Ketika dia bersyahadat, maka benar-benar dia memasuki Islam dengan I besar. Namun, jika seorang manusia bersyahadat, tetapi tidak ada kesadaran dalam dirinya bahwa dia tunduk dan tulus kepada Tuhan, maka sesungguhnya dia masih dalam Islam dengan i kecil, walaupun secara lahiriah dia masuk Islam dengan I besar.
Sebagai perwujudan dari misi Islam untuk kedamaian manusia, maka Islam menegaskan dirinya berasal dari Allah SWT. Ini penting karena jika berasal dari manusia, maka yang menjadi sentral bukan hanya ajarannya, tetapi juga pembawanya. Jika itu yang terjadi, maka bisa saja akan muncul sosok sebagai tirani pembawa yang menahbiskan dirinya sebagai faktor paling penting dari ajaran Islam itu sendiri. Tirani pasti tidak akan pernah membawa kepada kedamaian.
Meski berasal dari Allah SWT, Islam adalah agama kemanusiaan, bukan agama Ketuhanan karena ajaran Islam adalah untuk kepentingan manusia, bukan kepentingan Tuhan. Posisi sentral Tuhan dalam Islam bukan sebagai tanda bahwa Islam untuk Tuhan, tetapi untuk menutup kemungkinan ada sosok-sosok makhluk yang menitipkan kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan budayanya dalam ajaran Islam atas nama ajaran Islam. Dampaknya akan sangat buruk karena mengatasnamakan agama untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Karena Islam adalah untuk kemanusiaan, maka Islam sangat memaklumi realitas kemanusiaan itu sendiri. Manusia yang berdosa sebesar apapun tetap terbuka pintu taubat baginya karena Islam memaklumi kealpaan manusia. Bahkan bagi Islam, apapun dalam kehidupan manusia bisa menjadi ibadah. Jika itu ibadah seperti shalat, puasa, atau zakat, maka itu memang ibadah. Tetapi jika itu bekerja, berkarya, mencari nafkah, bergaul sesama manusia, yang tampaknya adalah urusan sehari-hari atau tampak sepele, tetapi dalam Islam semua itu adalah ibadah karena dengan itu, manusia bisa bermanfaat bagi sesamanya manusia.
#tuhan#agama#allah swt#manusia#nabi muhammad saw#nabi isa as#nabi musa as#yahudi#kristen#hindu#budha#sosial#ekonomi#politik#kemanusiaan#zakat#shalat#puasa#Ketuhanan#islam#nabi yaqub as#nabi ibrahim as#bani israil
0 notes
Text
10 Muharram
Peristiwa 10 Muharram adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai Hari Asyura. Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Islam, dan pada tanggal 10 Muharram terjadi beberapa peristiwa bersejarah yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim. Berikut adalah beberapa peristiwa terkenal yang terjadi pada tanggal 10 Muharram: Peristiwa Nabi Musa (AS) dan Bani…
View On WordPress
#10Muharram#Asyura#bani israel#Fir&039;aun#Husain bin Ali RA#Laut Merah#Nabi Ibrahim AS#Nabi Isma&039;il AS#nabi muhammad saw#Nabi Musa AS
0 notes
Text
Farah Belajar Menjadi Berani daripada Kisah Nabi Musa AS
Tajuk: Farah Belajar Menjadi Berani Daripada Kisah Nabi Musa A.S. . Apa yang kita boleh belajar dari pengalaman Farah? ▪︎“Usaha Tangga Kejayaan.” Usaha Farah nampak bersahaja tapi berkesan! She acknowledged her weaknesses and was brave enough to critically think on how to express her thoughts and execute her mission. InshaAllah berkat usaha & doa, pasti berjaya. ▪︎“Malu bertanya, sesat jalan.” Semua usaha pasti ada lelahnya. Tapi kita harus bangkit semula setelah berehat, belajar dari pengalaman dan cari cara untuk permudahkan urusan. Jangan segan untuk minta tolong bila perlu. . --- • Dapatkan buku terpakai di : https://carousell.app.link/AjJ031jWKxb • Dapatkan buku baru di : https://www.imanshoppe.com/products/farah-belajar-menjadi-berani-daripada-kisah-nabi-musa-a-s?ref=ICHAMICHA
0 notes
Text
VIRAL !! Bak Seperti Di Zaman Nabi Musa, Jutaan Belalang Permukiman Penduduk
VIRAL !! Bak Seperti Di Zaman Nabi Musa, Jutaan Belalang Permukiman Penduduk
BNews–NASIONAL-– Sebuah fenomena alam di mana jutaan belalang menyerbu permukiman warga terekam dalam sebuah video yang menjadi viral di media sosial. Berdasar pengakuan seorang pria yang merekam video tersebut, fenomena itu terjadi di Waingapu, Sumba, Nusa Tengggara Timur (NTT). “Hari ini tanggal 6 januari 2023. Lihatm pertanda apakah ini? Tuh lihat di lapangan hama belalang, ini di Waingapu…
View On WordPress
#Belalang#Berita Jateng#Berita Jogjakarta#Berita Magelang#Berita Nasional#Berita Viral#Borobudur News#Magelang#Ribuan Belalang Permukiman Penduduk#VIRAL !! Bak Seperti Di Zaman Nabi Musa#Viral jutaan belalang serang permukiman penduduk
0 notes
Text
“Palestinian women and a girl at the annual Palestinian pilgrimage to Nabi Musa.”
Photographed by Hanan Isachar, 2002.
588 notes
·
View notes
Text
Sebagaimana doa Nabi Musa saat melarikan diri atas kejaran orang-orang Bani Israil, karena saking kuatnya tak sengaja membunuh seseorang yang sedang dilerai
"Rabbi inni limaa anzalta ilayya min khoirin faqiir"
Allah Maha Tahu, Nabi Musa hanya butuh makan untuk kembali dapat energi, tapi Allah berikan lebih, karena Allah Maha Tahu yang terbaik, yang dibutuhkan hambaNya
Sebagaimana kesadaran diri Nabi Yunus, saat pergi meninggalkan kaumnya, karena berputus asa, beliau berdoa dalam kegelapan, yang sangat gelap, benar-benar gelap
"Laa ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzholimin"
Maka saat kembali ke daratan, 1000 orang kaumnya sudah memeluk ajaran tauhid
Sebagaimana senyuman, harapan, dan doa Rasulullah saat ditawari Malaikat Jibril yg dibersamai dua Malaikat pemikul gunung untuk ditimpakan pada penduduk Thaif
"Tidak, jangan. Aku ingin diutus sebagai pembawa rahmat bukan musibah, dan sungguh mereka kaum yang belum tahu. Semoga kelak dari sulbi-sulbi mereka lahir para mujahid pembela agamaNya"
Allah, Allah, Allah!😭
Sedikit rangkuman dari yang disampaikan ustadz Salim A Fillah; menyadarkan diri ini. Seberat apapun bebanmu hari ini yis, sesendiri apapun hari ini kau rasakan yis, atau bahkan sesepele apapun keinginanmu yis
Mintalah pada Allah, adukan padaNya, ingatlah Dia!
168 notes
·
View notes
Text
Barangkali kamu lupa jika dunia ini adalah tempat dimana Nabi Nuh dikhianati istri dan didurhakai anaknya. Tempat dimana Nabi Ibrahim diusir bapaknya lalu dibakar namrudz beserta kaumnya. Tempat dimana Nabi Yusuf dibuang saudaranya, dijadikan budak, kemudian dipenjara. Tempat dimana Nabi Musa dikejar tirani fir'aun dan bala tentaranya. Pun tempat dimana Rasulullah Muhammad dikatakan gila dan dilempari kotoran di sekujur tubuhnya.
Jadi, masih percaya kalau di sini kita bisa menemukan bahagia?
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
244 notes
·
View notes
Text
⚠️ Taktik Manipulatif Firaun dalam Mengendalikan Nabi Musa
Continue reading ⚠️ Taktik Manipulatif Firaun dalam Mengendalikan Nabi Musa
View On WordPress
2 notes
·
View notes
Text
nabi musa (prophet moses) mosque/maqām in jericho governorate, palestine. local muslim tradition holds that moses was buried here. where exactly this tradition comes from is unknown.
every year, one friday before good friday in the greek orthodox calendar, a yearly pilgrimage from jerusalem to nabi yusha takes place, after which a festival in moses's honor is held. this began in the mid-19th century, though palestinian tradition holds that its origins lay in saladin's recapture of jerusalem from crusaders in 1187. this continues to hold symbolic importance today. the structure itself was likely built by mamluk sultan baybars eight decades later.
since the 1967 occupation, the pilgrimage was prohibited for 20 years (most likely due to association with the 1920 nabi musa riots) before being permitted again. since then, it's been prohibited on and off - most recently after the second intifada in 2000, before being renewed in 2007.
215 notes
·
View notes
Text
Jangan Nabi Muhammad Saw, Jangan Dulu
Aku dikejar-kejar oleh kebenaran yang begitu saja aku yakini meski tidak begitu kupahami dari mana asalnya. Jangan-jangan itu berasal dari bisikan entah dari mana tapi pasti ada. Aku yakin itu. Aku tahu memberi itu baik dan aku tidak tahu mengapa aku mengetahuinya.
Aku gantian mengejar kebenaran itu tetapi mulai kuragukan jika kebenaran semata-mata berasal dari luar diriku dan aku mulai mendialogkan kebenaran yang datang dari dalam diriku dengan berasal dari luar. Kadangkala aku mendialogkannya dengan diriku sendiri.
Lalu kusadari bahwa aku terbatas dalam hal mencari kebenaran yang kuyakini ada itu. Rasioku terbentur dinding keterbatasannya sendiri. Realitas yang hendak kupahami pun tidak secara utuh menampakkan dirinya padaku. Rasioku yang terbatas terbentur penampakan yang bukan hakikat sesungguhnya.
Jangan-jangan keyakinanku tentang rasioku yang terbatas tidak lah benar. Bukankah keyakinan itu lahir dari rasioku yang terbatas? Jadi, kesimpulannya itu layak diragukan. Sebaiknya aku kembali kepada keyakinan superioritas rasioku.
Dengan rasioku, seharusnya segala apapun yang ada harus dipahami secara rasional. Ilmu pengetahuan lahir dari keyakinan atas superioritas rasio. Aku pun memasuki era kemajuan dan modernitas yang tak terbayangkan olehku sebelumnya. Pada tahap ini, rasioku memang menentukan tetapi yang lebih menentukan adalah realitas di luar rasioku karena kebenaran harus berkorespondensi dengannya.
Belum 300 tahun sejak keyakinanku kepada rasio terbukti membawa kemajuan, aku kecewa. Kemajuan teknologi merusak manusia dan habitatnya. Aku terancam punah. Rasioku kembali menjadi pesakitan. Jangan-jangan rasioku tidak semewah yang kuduga. Atau jangan-jangan aku telah menunggangi rasioku demi hasrat liarku yang sesungguhnya jahat dan merusak. Barangkali juga tidak merusak, hanya egois.
Apakah aku egois karena aku sendiri? Mungkinkah aku melakukan sesuatu semata-mata karena aku? Sepertinya tidak. Aku memang ada tetapi dunia sekelilingku juga turut membentuk siapa aku dan egoku. Aku tidak boleh mengabaikan itu.
Rasioku pernah kuyakini sebagai penentu realitas, tetapi aku berubah dan menganggap rasioku memang ditentukan oleh realitas di luarnya karena harus berkorespondensi dengannya. Lalu aku kembali berubah menganggap rasioku penentu realitas, tapi rasio ini jangan-jangan rasio yang jahat dan berakibat aku dan bumi binasa.
Lalu aku kembali berubah aku tidak bisa menyalahkan begitu saja rasioku. Realitas ini turut membentuk rasioku. Jadi, dia punya andil yang tidak remeh.
Saat rasio sudah sedemikian berjaya, rasio tidak lagi memikirkan hakikat dan tujuannya. Dia lebih sibuk merumuskan alam semesta semata-mata untuk menemukan hukum-hukum dasar yang berlaku padanya. Hukum-hukum itu menjadi jauh lebih penting daripada alam semesta itu sendiri. Eksploitasi alam semesta dan manusia semakin menjadi-jadi.
Sampai di sini, aku bisa berkaca kepada semua yang telah aku lakukan dan bagaimana rasioku bekerja. Tampaknya tidak ada yang benar-benar rasional dan ilmiah setelah sekian lama rasioku telah menghasilkan peradaban yang sedemikian maju. Semua tidak lebih daripada proses anarkis yang menabrak semua yang tidak rasional dengan cara-cara yang juga tidak rasional.
Akupun mulai bertanya-tanya. Jangan-jangan rasio dan realitas aku andaikan ada dan saling berinteraksi sesungguhnya tidak ada. Yang ada hanyalah bahasa. Ya, katakanlah rasioku dan realitas adalah sama-sama realitas. Di luar itu hanya ada bahasa. Jadi, yang ada hanyalah bahasa dan realitas dalam posisi bahasa adalah realitas yang sesungguhnya, bukan realitas. Kalaupun realitas ada, maka itu adalah realitas bahasa.
Jangan-jangan benar apa yang disebutkan di atas. Andaikan manusia tidak ada, apakah segala yang tampak ini ada? Kalaupun ada, ada seperti apa? Bukankah kehadiran kita yang membuat segalanya jadi ada? Lalu, andaikan manusia ada, tapi tidak ada bahasa. Bagaimana mungkin semuanya ada tanpa bahasa? Manusia tanpa bahasa sama seperti tumbuhan, hewan, dan bebatuan. Manusia tanpa bahasa, tidak ada manusia. Alam semesta tanpa manusia, tidak ada alam semesta.
Apapun itu, bahasa memang telah menjadi sarana yang tiada tara dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban berutang besar kepada bahasa. Namun, ilmu pengetahuan dan teknologi hadir untuk menaklukkan. Barangkali sudah menjadi tabiat ilmu pengetahuan untuk itu. Ilmu pengetahuan melahirkan rumusan-rumusan yang tujuannya adalah penaklukan. Memahami berarti menguasai hingga mengeksploitasi. Meski seharusnya tidak begitu, itulah kenyataannya.
Apa yang tersisa dari puing-puing yang diakibatkan oleh penaklukan dan penjajahan? Tidak ada, kecuali bahwa kebenaran tidak lagi penting. Jika keinginan bisa tercapai tanpa kebenaran, mengapa harus benar?
Apa itu keinginan? Keinginan adalah segala hal bertaut dengan kepentingan aku seperti ideologi, keyakinan, identitas, dan lain-lain. Semua bukan hanya tidak harus benar, tetapi juga harus hidup meskipun itu berarti semua selainnya harus mati.
Contoh bentuknya yang parah adalah pro-Jo atau anti-Jo. Kebenaran layu di hadapan keduanya karena keduanya punya prinsip yang penting kami dan bukan mereka. Contoh lain adalah yang penting agama ini dan bukan yang lain.
Pada titik yang jauh lebih parah, pro-Jo atau anti-Jo tidak lagi penting karena yang penting adalah menang. Besok pro-Jo dan lusa anti-Jo sama sekali tidak penting. Ideologi yang awalnya mendingan daripada tidak ada kesetiaan sama sekali menjadi turun lebih hina karena yang penting menang dan ideologi hanyalah jualan.
Di era seperti disebutkan di atas, aku merindukan masa silam saat-saat rasionalitas masih bisa diperpegangi. Masa-masa itu mungkin tidak lagi pernah kembali karena harus kuakui bahwa rasionalitas juga penuh bopeng. Rasionalitas tetap harus dikawal oleh semacam nurani agar tidak sama sekali semaunya.
Nurani siapa yang menjaga rasionalitas? Nurani aku? Jangan percaya! Aku masih terpenjara hasrat-hasrat rendah, kadang seksual, kadang sensual. Nurani kamu? Ah, kamu dan aku sebelas dua belas.
Sebaiknya kita menunggu datangnya seorang nabi. Nabi seperti Nabi Musa as? Jangan, beliau terlalu rasional. Nabi Isa as? Jangan, beliau terlalu spiritual. Nabi Muhammad Saw? Jangan. Paling tidak jangan sekarang. Kita membutuhkan syafaat beliau di Akhirat. Barangkali jauh lebih baik Nabi Adam as. Beliau berani berbuat meski terancam salah. Namun, beliau bersedia memperbaiki diri jika salah meski dihukum harus turun ke bumi. Lagian, bukankah memang beliau adalah Khalifah? Mengapa harus Nabi Adam as? Bukankah ada kita? Bukankah kita adalah keturunan Nabi Adam as tanpa harus tes DNA? Ya, kita. Kamu dan aku.[]
0 notes
Text
139
Allah tidak melenyapkan lautan dihadapan Nabi Musa. Allah membukakan jalan dengan membelahnya.
Allah tidak menyingkirkan Nabi Ibrahim dari api yang membakarnya. Allah mendinginkan apinya.
Ia tidak menghilangkan kesulitan yang diberikan kepadamu. Tapi memberikan jalan serta kekuatan agar kamu mampu menempuhnya.
Jadi, ketika kamu berdoa sebab menginginkan bunga. Jangan menangis ketika yang datang kepadamu justru hujan.
(c)her.written.thoughts on Instagram
@ffahraa
17 notes
·
View notes
Text
Lalu, apa alasanmu ingin menikahi anak puteriku, Nak?
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena. Aku menegakkan punggung, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Di situasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada di posisiku? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul agar tidak terlalu mepet deadline? Sepertinya banyak hal di dalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya. Mungkin ini alasan Fathia menanyakan pertanyaan yang sama dua minggu lalu, agar aku siap ketika ditanya hal yang sama oleh Abinya. Sial, mana ketika itu aku tak menjawab pertanyaan dia dengan baik lagi. Aku hanya menggunakan analogi kampungan untuk menjelaskan mengapa aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Mampus, hari ini aku merasakan akibatnya.
Aku masih memikirkan jawabannya. Waktu seperti berhenti sejenak, sedangkan aku masih bisa memikirkan sesuatu secara leluasa. Aku melihat perempuan itu senyum manis malu-malu kepadaku, percaya bahwa aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sedangkan aku, masih bergulat dengan pikiranku, menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu.
Pikiranku menyelam ke dalam otakku dengan lebih dalam, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Abi.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi.
Jadi maksud saya seperti ini, Abi. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada istri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu di kantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang solehah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu sholat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur di atas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan. --
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasan ku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat dengan dosen ketika di kelas psikologi klinis di kampus bisa berguna juga ya untuk melamar perempuan yang aku cintai.
Semoga memang ayah dia bisa mencerna apa yang aku sampaikan, dan semoga apa yang aku harapkan bisa terwujud. Aku ingin segera menggenapkan separuh agamaku.
Bersambung (3/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 3
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
271 notes
·
View notes
Text
Some of the names that had previously been mentioned here in this channel. The least we can do is to atleast mention the ones we know..
Our scholars from Bangladesh who are behind bars, among whom are:
Sheikh Jashim Uddin Rahmani
Sheikh Hārūn Izhar
Sheikh Ali Hassan Osama
Sheikh Mahmud Hasan Gunvi
Sheikh Abu Taha with his two assistants Amir Uddin Foyez and Abdul Muhit
Our Scholars, students of knowledge and preachers who have been imprisoned and tortured by Tawagheet Regimes, among whom are:
Shaykh Nāṣir alFahd
Shaykh Sulaymān Nasir al-Alwan
Shaykh Waleed As-Sinani
Shaykh Khalid Rashid
Shaykh Ali al-Khudayr
Shaykh al-Khalidi
Shaykh Saud al-Obaid al-Qahtani
Shaykh Ahmad al-Asir
Shaykh Faisal
Shaykh Benbrika
Shaykh Abu Baraa- As-Sayf
Shaykh Abu Umar
Abu Hamza al-Misri
Abu Hamza (ATP)
Abu Imran (Belgium)
Abu Ilyas (Holland)
Abu Abdurrahman (Denmark)
Our scholars who had been k***d in the way of Allah after imprisonment:
Shaykh Musa al-Qarni
Shaykh Faris az-Zahrani
Shaykh Hamad al-Humeidi
Shaykh Abdul Aziz al-Tiwayli
Others:
Afiya
Hayla al-Qusayr
Umm A
Umm Abdul Qayoom
Ukht M and her daughters S and R (UK)
Sabir Miah (UK)
Ali Hussain (UK)
Safiyya (UK)
Safiya Yassin (USA)
Our young Deutsch
sis & student of Shaykh AMJ
Muhammad Abu Bakr (Minshawary)
Ali Bhola
Abul wali AbuKhadir Muse (The Smiling Somali)
Iqbal Khan (India)
Abu Syahla
Muhammad
Abu Yousuf
Brother R
Abu I and Abu N
Ukht S & Ukht H from India
Umm Hud
Sister A
Sister B & siblings & their mother
Umm Mariyah
Brothers Jahanzaib, Nabeel, Abdullah Basit
Sister S (Bangladesh)
Our dear brother Muhammad Azharuddin
Brother 'Talib Exposed'
Brother Abu Luqman (Anjem)
Brother Khaled
Abu Fazul
Abu Umar (Pakistan)
Iqbal
Ibn Tsar (Chechen)
Hadi Nabi
Abu Ibrahim
Ari and Alan
Last edited on 25 Sep 23
Shared
اللهم فك قيد اسرانا و اسرى المسلمين
68 notes
·
View notes