#materialisme
Explore tagged Tumblr posts
Text

"[…] les matérialistes, avec tout leur "bon sens" tant vanté et tout le "progrès" dont ils se considèrent fièrement comme les produits les plus achevés et les représentants les plus "avancés", ne sont, au fond, que des êtres en qui certaines facultés se sont atrophiées au point d'être complètement abolies. C'est d'ailleurs à cette condition seulement que le monde sensible peut leur apparaître comme un "système clos", à l'intérieur duquel ils se sentent en parfaite sécurité ; il nous reste à voir comment cette illusion peut, en un certain sens et dans une certaine mesure, être "réalisée" du fait du matérialisme lui-même ; mais nous verrons aussi plus loin comment, malgré cela, elle ne représente en quelque sorte qu'un état d'équilibre éminemment instable, et comment, au point même où les choses en sont actuellement, cette sécurité de la "vie ordinaire", sur laquelle a reposé jusqu'ici toute l'organisation extérieure du monde moderne, risque fort d'être troublée par des "interférences" inattendues."
René Guénon, Le Règne de la Quantité et les Signes des Temps, 1945.
10 notes
·
View notes
Text
Bahwa kebahagiaan adalah hasil dari pengembangan diri. Bahwa kita harus mengembangkan kualitas-kualitas positif dalam diri kita, seperti cinta, kebaikan, dan kebijaksanaan, untuk mencapai kebahagiaan.
#bahagia#berbagi kebahagiaan#kebahagiaan#socrates#quotes#life#quote#positif#lifestyle#semangat#pengembangan diri#motivasi#positive mental attitude#positive vibes#keluarga#mindset#attitude#lifehack#cinta#kebijaksanaan#wisdom#filsafat#materialisme#hedon#hedonisme#kutipan#kata bijak#inner beauty#happiness#happy
5 notes
·
View notes
Text
«E de les vanitats d’aquest món usa així com de la barca qui està per passage d’algun riu: que passa hom, despuis (pagat lo barquer) té cascú son camí e no torna a la barca sinó per necessitat de passar venint lo cas, e tantost lleixar l’ha. Usa, doncs, d’aquest món a ús necessari, e les superfluïtats rau de ton pensament, e no desigs les grans coses, les quals, encara que les haguesses, perdent-les, despuis, entristeixen lo cor.»
~Curial e Güelfa, llibre 3r, cap. 13~
#citacions#saviesa#coneixement#vanitat#superfluïtat#superflu#desig#materialisme#Curial e Güelfa#anònim
1 note
·
View note
Text
jeg vil være den man kender som forstår hegel. problemet er at jeg ikke forstår hegel overhovedet.
#det er sådan en vigtig del af marxisme som en videnskab (dialektistisk materialisme) men FUUUCKK MANDDDD…..#hvad MENER du med det finitte og infinitte sind….
4 notes
·
View notes
Text
"De la contradiction", de Mao Zedong
"De la contradiction" (1937) est l'un des Cinq essais philosophiques les plus influents de Mao Zedong : contribution universelle au marxisme
Le texte “De la contradiction” (1937), a été écrit par Mao Zedong. Il s’agit de l’un des Cinq essais philosophiques les plus influents du dirigeant chinois. Il est considéré comme une contribution universelle au marxisme, car il développe et explique le matérialisme dialectique avec simplicité et des exemples concrets. Mao explore la dialectique matérialiste, inspirée de la pensée marxiste, mais…
#Chine#chine-magazine#communisme chinois#contradiction#Mao#Mao Zedong#Marx#marxisme#materialisme dialectique
0 notes
Text
1 note
·
View note
Text
Dipikir-pikir sekian balik kenapa kita di lahirkan kemuka bumi ini. Padahal dulu kita tak pernah request kepada Allah agar kita dilahirkan.
Dan jika kita ingat-ingat dulu kita bercinta-cita itu kan pengen jadi doktor, polisi, pilot dan lain²nya. Dan setelah melihat ayat ini, berati kita semua adalah para utusan dan bala tentaranya Allah yang ditugaskan di bumi.
اَللّٰهُ يَصْطَفِيْ مِنَ الْمَلٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَّمِنَ النَّا سِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
"Allah memilih para utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."(QS. Al-Hajj 22: Ayat 75)
Untuk selalu menyenandungkan dakwah rasulullah. Meneruskan tugasnya rasulullah, selalu mengajak kembali kepada aturan yang dibuat oleh Allah.
Sebab; sadar ataupun tidak kita adalah ruh-ruh Al-Qur'an yang mengalir dalam tubuh manusia yang akan menghidupkan umat manusia dengan Al-Qur'an. Dan kita adalah cahaya yang terang yang akan menyingkap tabir kegelapan materialisme dan akan menggantikannya dengan makrifattullah.
اَ لَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَ رْضِ اَقَا مُوا الصَّلٰوةَ وَاٰ تَوُا الزَّكٰوةَ وَاَ مَرُوْا بِا لْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلّٰهِ عَا قِبَةُ الْاُ مُوْرِ
"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan."(QS. Al-Hajj 22: Ayat 41)
7 notes
·
View notes
Text
Seperti Makkah dan Madinah
Mungkin kita sudah familiar dengan sirah Nabi Muhammad SAW. Dari zaman Rasulullah hingga saat ini Makkah tetap menjadi sebuah kota metropolitan, penuh pendatang, riuh ramai, kotanya para pedagang. Tempat Allah SWT menempa hamba yang paling mulia. Perjuangan melawan kebathilan dimulai dari sini. Keringat, darah, air mata Rasulullah dan sahabat di awal kenabiannya rasanya sudah cukup menggambarkan betapa kerasnya kota ini.
13 tahun kemudian, Allah memperjalankan Rasulullah bersama Abu Bakar ke Madinah al-munawarah artinya kota yang terang benderang, kota harapan, kota yang menjadi titik terang dakwah. Jika di Makkah ayat-ayat yang banyak turun tentang aqidah, di Madinah banyak tentang kehidupan sosial dan masyarakat. Bahkan hingga hari ini, jika kita umroh pasti merasakan kedamaian dan ketentraman kota ini, sehingga sangat cocok untuk mulai menyusun strategi-strategi dakwah. Di Madinah lah kita bisa melihat sisa-sisa peradaban terbaik itu, dari level rumah tangga hingga level negara. Bahkan hingga peristiwa fathul Makkah, walau Makkah kembali di tangan ummat Islam, Rasulullah masih tinggal di Madinah hingga sisa hidupnya. Di madinahlah tempat peristirahatan terakhir manusia paling agung Nabi Muhammad SAW beserta istri dan sahabat-sahabatnya.
Jika kita refleksikan di kondisi sekarang, tinggal di Makkah ibarat tinggal di Jakarta, Surabaya atau kota-kota lainnya. Kota metropolitan, tempat orang mengadu nasib, ramai. Kondisi sosial masyarakat kota besar lebih beragam. Permasalahan dan pemikiran serasa penuh, mau apa aja ada. Sebuah kota perjuangan dan simbol ketangguhan. Meski sangat tidak setara membandingkan Makkah dan Jakarta setidaknya itulah yang kulalui sekarang, mental besi harus dibutuhkan untuk melewati hari-hari di Jakarta. Mungkin itu sebabnya juga, kajian-kajian aqidah ramai terlebih saat ini pemikiran aneh-aneh mudah sekali masuk di kota-kota besar. Feminisme, LGBT, sekuler, liberal, materialisme, kapitalisme dll, memang jd target untuk dakwah di kota besar. Selain hal-hal buruk layaknya Makkah sebelum Islam datang, hal baik tentu mudah berkembang pesat di kota besar (yaa sekarang kan udah ada islam yaa jd gak se jahiliyyah itu juga). Kajian-kajian islam sangat cepat berkembang, kalau kata seseorang udah kayak prasmanan aja tinggal milih, mau ustadz yang mana, mau bahasan apa tiap hari ada. Komunitas muda-mudi juga berkembang cepat dan rasanya ga banyak kendala yang dihadapi, mau bentuk kayak gimana, mau dibuat seperti apa kegiatan selalu ada.
Lain halnya dengan kota-kota kecil lainnya di Indonesia. Kita pilih satu, Probolinggo contohnya (karena bingung kasih contoh apa) meskipun tak bisa di bandingkan dengan Madinah, perlu diakui kota-kota kecil sangat nyaman dan tenang. Kalau orang jawa bilang ayem. Kondusif untuk membentuk dakwah-dakwah peradaban, lintas generasi, kokoh, dan tak lekang oleh waktu. Walau tantangan ummat lebih beragam di kota besar, kota-kota kecil pun juga punya tantangannya sendiri. Pola pikir masyarakat tentang pendidikan yang perlu di tingkatkan, kesejahteraan masyarakat, serta akses terhadap ilmu agama yang belum se masif di kota-kota besar juga jadi tantangan tersendiri.
Mudahnya akses 'ngaji' dan bertemu orang-orang inspiratif dengan pemikiran luar biasa di Jakarta ini selalu membuatku teringat akan Probolinggo atau Jawa Timur lah yang lebih luas. Tiap datang ke majelis ilmu, komunitas hijrah anak muda, komunitas sosial, klub buku, kelas intensif islam dll di pikiranku 'bisa ga ya diterapin di rumah yang kaya gini' sampai tak jarang ku kejar-kejar panitia/pengurusnya buat nanyain hal-hal yang membuatku penasaran, gimana pendanaannya, siapa ustadznya, gimana mekanismenya, gimana metodenya dll.
Dari awal aku sadar, kontrak janji tinggal di kota ini dengan orangtua hanya sementara bukan untuk selamanya. Pun bekerja, banyak ilmu baik, buruk yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Menjadi anak rantau membuatku belajar memahami banyak hal. Berpacu dengan waktu rasanya, saat berat dan kasur memanggil-manggil untuk rebahan saja di akhir pekan, kupaksakan langkahku untuk terus bergerak untuk hal-hal baik yang mungkin bisa menjadi ilmu di masa depan.
Allah SWT memang paling memahami hambanya. Allah SWT kasih teman-teman seperjuangan yang luar biasa, Nanda orang ter paham aku dari jaman kuliah sampai kerja di hal-hal yang tak jauh beda. Anggit yang semangat belajarnya tinggi selalu aja ada yang di share. Dan Naqila, orang yang aku gak nyangka bisa kenal di kantor dengan isi pikiran yg hampir sama dan keluarganya yang luar biasa. Sayang kalian karena Allah.
Obrolan-obrolan dengan Anggit yang cukup idealis, pengen bikin ini itu, dari pengen jadi ibu yang baik, pengen punya anak hafizh, pengen punya anak pembebas Al Aqsha, pengen bikin usaha, pengen punya rumah dakwah, pengen bikin perpustakaan, pengen bikin klub buku dll. Cerita BPU nya Anggit, cerita orang tua kita di masa pensiun tetap di jalan kebaikan cukup meningkatkan semangat itu. Kalau dipikir-pikir kita cukup pemimpi yaa. Tapi gak apa-apa, gusti Allah mboten sare, Allah tahu dan menghargaimu walau progresmu cuma 0,000001 persen di hari ini untuk menjemput mimpimu Allah tetap catat kebaikan itu. Mungkin saat ini Allah lagi persiapkan ilmunya, bukankah ilmu sebelum amal? maka berlelah-lelahlah dengan ilmu sebelum mewujudkan amal itu.
Dinding-dinding asrama mutiara yang penuh dengan mimpi itu semoga terealisasi satu per satu (walau entah kertasnya udah hilang). Semoga keinginan membuat peradaban Islam di daerah sendiri layaknya Rasulullah membentuk peradaban di Madinah itu tak lekang oleh waktu. Semoga tulisan ini, menjadi pengingat untukku untuk selalu semangat bahwa ada segudang kebaikan-kebaikan untuk meraih Ridho-Nya dalam setiap nafas hidup ini. Terlepas, seberat apa rintangan nanti, dengan siapa menjalani ini, dengan atau tanpa sarana yang ada saat ini mimpi itu akan terus ada dan terealisasi... Yakin Allah SWT membersamai. Bersabarlah ditempa di kota ini, layaknya Nabi Muhammad ditempa di Makkah sebelum hijrah ke Madinah.
Di tulis di hari pahlawan, semoga semangatnya terus berkobar seperti para Pahlawan kemerdekaan.
10.11.2024 00.15 WIB
5 notes
·
View notes
Text
Kalau diperhatikan, latar belakang mereka yang terdakwa korupsi rata-rata punya strata pendidikan yang tinggi, kapabel dalam bidangnya, circle yang elitis, bahkan ada yang sukar di penetrasi saking berpengaruh secara sosial dan finansial.
Tapi ternyata, jabatan, harta, ilmu, tidak menjadi jaminan seseorang terhindar dari "isme" nir-moral.
Pantas saja nasehat ulama kepada pemimpin-pemimpin muslim dulu; untuk menjadikan "niat" sebagai komoditi bisnis-, memformulasi materialisme untuk tujuan rabbani.
Nama yang harum dalam sejarah meski sudah berkalang tanah, adalah laba dari hasil berniaga dengan Tuhan🌷
9 notes
·
View notes
Text

"Vos masses envieuses, muflisées, rationalistes, prosaïsées, enragées de matérialismes, exigeront toujours infiniment plus de matière que toutes vos mécaniques les plus productrices, les mieux tourbillonnantes, vous permettront jamais de leur distribuer, surtout égalitairement. Vous êtes frits. Rien ne vous sauvera. Vous n'arriverez jamais à joindre les deux bouts. Vous aurez beau promettre, surpromettre, et promettre encore, vous faire éclater de promesses, vous ne contenterez jamais personne. Vous serez toujours distancés par cent mille autres nouveaux bobards. La rage, le chantage, le délire matérialiste surpasseront toujours et comment ! de cent mille coudées vos pires mirages, vos pires engagements, les plus éhontés, les plus culottés, les plus faribolants. Même l’armature de votre boutique sera saccagée en fin de compte. Votre propre système à produire les richesses, l'usine, la mine, les coopératives s'écrouleront, comme tout le reste, sous les assauts du peuple, dans la boulimie délirante populaire. L'imagination matérialiste nous condamne à l'infini dans la destruction, la philosophie matérialiste, la poésie matérialiste nous mènent au suicide par la matière, dans la matière. Tous ces acharnements prosaïques ne sont qu'autant de trucs de la matière pour nous dissoudre, nous rattraper. Les hommes épris de matière sont maudits. Lorsque l'homme divinise la matière il se tue."
Louis-Ferdinand Céline, L’école des cadavres, 1938.
4 notes
·
View notes
Text
Soul gone. SOLD OUT!
#hedon#iblis#sold out#soul#dark souls#lifestyle#attitude#hedonisme#satanic#satan#satanic agenda#materialisme#quotes#love#life#indonesia#quote#positif#motivasi#cinta#muslim#islam#inner beauty#mental health#mental#negatif#negativisme#adab#agama
2 notes
·
View notes
Text
FACTION BACKGROUND
Abnegation
Abnegation berada di Kota Tua Bern yang tenang dan bersejarah, di mana prinsip-prinsip yang memandu mereka adalah tidak mementingkan diri sendiri dan kesederhanaan. Di situs Warisan Dunia UNESCO ini, jalan-jalan sempit dan bangunan-bangunan kuno menciptakan suasana yang tenang dan bermartabat, cocok untuk faksi yang berdedikasi pada layanan publik dan pemerintahan.
Anggota Abnegation menjalani hidup yang sederhana dan rendah hati, dengan fokus pada pelayanan kepada orang lain dan kebaikan yang lebih besar. Mereka menjauhi materialisme dan kemewahan, tinggal di rumah-rumah yang sederhana dan mengenakan pakaian sederhana. Rutinitas harian mereka berkisar pada membantu masyarakat, baik melalui kerja sukarela, layanan publik, atau tindakan kebaikan.
Abnegation menjunjung tinggi sifat tidak mementingkan diri sendiri dan kerendahan hati. Tujuan utama mereka adalah melayani orang lain, dan pekerjaan mereka melibatkan pemerintahan, layanan publik, dan dukungan masyarakat. Anggota Abnegation bekerja dalam peran seperti pejabat pemerintah, pekerja sosial, dan pengasuh, dengan fokus pada kebutuhan masyarakat dan memastikan bahwa sumber daya masyarakat digunakan untuk kebaikan yang lebih besar.
Amity
Amity membangun faksinya di pinggiran kota Bern yang damai, khususnya di Wabern dan Köniz, tempat dimana alam memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh ladang hijau, hutan, dan padang rumput, anggota Amity hidup dalam harmoni dengan alam, berfokus pada pertanian, komunitas, dan hidup berdampingan secara damai.
Kehidupan di Amity berpusat pada pertanian dan dan hidup berkesinambungan. Komunitas ini berkembang pesat melalui kerja sama, bersama-sama mereka mengolah tanah dan berbagi hasil kerja keras mereka. Lingkungannya tenang, dengan rumah-rumah yang dibangun agar menyatu dengan lanskap dan meningkatkan rasa kesejahteraan. Musik, seni, dan kegiatan komunal merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan, yang mencerminkan nilai-nilai Amity tentang kedamaian, kegembiraan, dan harmoni.
Amity menghargai kedamaian dan harmoni. Prinsip utama mereka adalah kebaikan, dan pekerjaan mereka melibatkan pembinaan kesejahteraan masyarakat dan kehidupan yang berkelanjutan. Anggota Amity bekerja di bidang pertanian, pengorganisasian masyarakat, dan konservasi lingkungan. Mereka berdedikasi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis, meningkatkan ikatan masyarakat, dan memastikan bahwa semua anggota masyarakat hidup dalam kenyamanan dan kedamaian.
Candor
Candor didirikan di jantung kota Zurich, di distrik Altstadt yang bersejarah, tempat nilai-nilai kebenaran dan keadilan tertanam kuat. Dikelilingi oleh arsitektur abad pertengahan dan jalan-jalan yang ramai, anggota Candor tinggal dan bekerja di lingkungan yang menuntut kejujuran dan transparansi. Pusat kota, dengan lembaga hukum dan pusat keuangannya, berfungsi sebagai tempat yang sempurna bagi sebuah faksi yang berdedikasi untuk menegakkan kebenaran.
Di Candor, hidup adalah dialog yang konstan. Para anggota dilatih untuk bersikap jujur dan adil, dituntut untuk terlibat dalam perdebatan dan proses hukum yang membentuk tatanan moral masyarakat. Alun-alun publik sering kali menjadi tuan rumah forum terbuka tempat warga berdiskusi dan menyelesaikan masalah secara terbuka. Komitmen Candor terhadap kejujuran memastikan bahwa masyarakat mereka tetap adil dan etis, tanpa ruang untuk penipuan atau korupsi.
Candor menghargai kejujuran dan integritas. Prinsip utama mereka adalah kejujuran, dan tugas mereka meliputi pengawasan masalah hukum, memastikan transparansi, dan menegakkan keadilan. Para anggota Candor bekerja sebagai hakim, pengacara, dan pejabat publik, yang berdedikasi untuk menjaga masyarakat yang etis dan transparan. Mereka bertanggung jawab untuk menangani perselisihan, menegakkan hukum, dan memastikan bahwa semua tindakan dan kebijakan dilakukan dengan jujur.
Dauntless
Faksi Dauntless bermukim di Zurich Barat, distrik industri yang dulunya terkenal dengan lingkungan perkotaannya yang keras dan lingkungan budaya yang semarak. Anggota faksi ini berkembang pesat di gedung-gedung industri yang kokoh dan telah ditransformasikan, tempat dimana kekuatan, keberanian, dan ketahanan menjadi kunci untuk bertahan hidup. Daerah ini, yang dulunya merupakan pusat industri, kini menjadi tempat pelatihan yang sempurna bagi mereka yang melindungi dan mempertahankan masyarakat mereka.
Kehidupan di Dauntless sangat intens dan penuh aksi. Para anggota menjalani pelatihan fisik yang ketat, mendorong diri mereka hingga batas maksimal dalam rintangan dan latihan taktis. Faksi ini menghargai keberanian dan keberanian, mempersiapkan para anggotanya untuk menghadapi tantangan secara langsung. Ikatan sosial ditempa melalui pengalaman bersama, dan suasana distrik yang menegangkan mencerminkan semangat berani dan tangguh dari faksi ini.
Dauntless menghargai keberanian dan tindakan. Prinsip utama mereka adalah keberanian, dan pekerjaan mereka melibatkan perlindungan dan pertahanan. Para anggota Dauntless bertanggung jawab untuk menjaga keamanan, menangani keadaan darurat, dan mengambil tugas-tugas berbahaya. Mereka bekerja sebagai petugas penegak hukum, pemadam kebakaran, dan responden darurat, selalu siap menghadapi risiko secara langsung dan memastikan keselamatan masyarakat.
Erudite
Faksi Erudite bermukim di daerah Zürichberg di Zurich yang sebelumnya menjadi rumah bagi universitas-universitas di Swiss. Terletak di antara perbukitan dan pepohonan hijau yang rimbun, para anggota Erudite tinggal di bangunan-bangunan modern yang menyatu dengan alam. Distrik ini cocok untuk lingkungan belajar dimana Erudite mendedikasikan hidup mereka untuk menghidupkan kembali keberadaan universitas-universitas dan lembaga-lembaga pengetahuan.
Jalanan di Erudite dipenuhi dengan perpustakaan, laboratorium, dan ruang belajar tempat ide-ide mengalir bebas. Erudite percaya bahwa kunci untuk membangun kembali umat manusia terletak pada pemahaman dunia di sekitar mereka dan mendorong batas-batas sains dan teknologi. Mereka adalah para pemikir, cendekiawan, dan visioner, yang selalu berusaha untuk mengungkap kebenaran-kebenaran baru dan memajukan masyarakat.
Erudite menghargai kecerdasan dan pengetahuan di atas segalanya. Tujuan utama mereka adalah mengejar kebenaran dan pemahaman. Mereka bertanggung jawab atas pendidikan, penelitian, dan kemajuan teknologi. Para anggota Erudite terlibat dalam berbagai kegiatan seperti penelitian ilmiah, pengajaran, dan pengembangan teknologi inovatif. Tugas mereka adalah memimpin kemajuan masyarakat melalui pengembangan intelektual dan memastikan bahwa semua keputusan didasarkan pada data dan akal sehat
2 notes
·
View notes
Text
PEMBINASA KEJI AKAN BERDIRI DI TEMPAT KUDUS?
Renungan Senin, 17 Maret 2025 Nas: Markus 13:14-16
"Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya — para pembaca hendaklah memperhatikannya — maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun dan masuk untuk mengambil sesuatu dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. -Markus 13:14-16
Dalam nas di atas, Yesus berbicara tentang suatu peristiwa yang disebut sebagai "Pembinasa Keji" yang akan berdiri di tempat yang tidak sepatutnya. Ungkapan "Pembinasa Keji" merujuk pada nubuat dalam Daniel 9:27; 11:31; dan 12:11, yang menggambarkan suatu kekejian besar yang mencemarkan tempat kudus (Bait Suci).
Interpretasi Sejarah; beberapa penafsir melihat "Pembinasa Keji" dalam beberapa konteks sejarah:
(1) Penistaan oleh Antiokhus IV Epifanes (167 SM). Antiokhus IV, raja Yunani dari Dinasti Seleukia, menajiskan Bait Suci di Yerusalem dengan mendirikan patung Zeus dan mempersembahkan korban babi di atas mezbah. Ini dianggap sebagai penggenapan pertama dari nubuat Daniel.
(2) Kehancuran Yerusalem oleh Roma (70 M). Banyak sarjana Kristen percaya bahwa "Pembinasa Keji" dalam Markus 13:14 merujuk pada peristiwa pengepungan dan penghancuran Bait Suci oleh pasukan Romawi di bawah Jenderal Titus pada tahun 70 M. Tentara Roma membawa lambang kekaisaran ke dalam Bait Suci, yang dianggap sebagai tindakan penistaan.
(3) Antikristus di Akhir Zaman. Dalam eskatologi Kristen, beberapa menghubungkan "Pembinasa Keji" dengan kedatangan Antikristus di akhir zaman, yang akan mendirikan kekuasaannya di tempat kudus dan menghujat Allah (2 Tes. 2:3-4, Why. 13).
Refleksi: Suatu kesimpulan, Secara historis, "Pembinasa Keji" merujuk pada peristiwa penghancuran Bait Suci oleh Antiokhus IV dan kemudian oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M. Secara eskatologis, beberapa orang Kristen percaya ini mengarah pada peristiwa di akhir zaman, di mana Antikristus akan menodai tempat kudus.
Yesus memberikan peringatan ini agar para pengikut-Nya segera melarikan diri saat melihat tanda-tanda kehancuran, seperti yang terjadi saat pengepungan Yerusalem oleh Roma. Bagi kita orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh dunia, harus memperhatikan berita dunia global, khususnya yang terkait dengan situasi dan kondisi bangsa Israel terkini. Tetapi secara individu kita harus terus berdoa dan berjaga, bilamana Pembinasa Keji (mungkin manusia jelmaan Iblis) yang berusaha untuk mengatur sistem kepercayaan kita, yang berorientasi pada materialisme, individualisme, hedonisme, dan konsumerisme. (TWP)
0 notes
Text
Kisah Kalut Pendidikan
Pendidikan adalah cara untuk membuat manusia yang seutuhnya manusia, namun seperti apakah manusia yang seutuhnya manusia? Aristoteles (384 SM - 322 SM) berkata: manusia yang bahagia. Cicero (106 SM - 43 SM) berkata: manusia sempurna. Manusia yang sempurna adalah meninggalkan orientasi kebuasan dan orientasi kebanggaan menuju orientasi penalaran rasional.
Era Pencerahan (akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-19) menolak Aristoteles tentang pendidikan. Bukan manusia bahagia yang menjadi tujuan pendidikan, tetapi manusia berkebudayaan. Bagi Era Pencerahan, manusia yang seutuhnya manusia adalah manusia yang memaksimalkan relasinya dengan alam. Terkadang relasi itu tidak membahagiakan, misalnya saat alam berubah menjadi bencana, tetapi pasti melahirkan kebudayaan, yaitu seni, sains, dan filsafat.
Gottfried von Harder (1744-1803) melihat manusia yang seutuhnya manusia adalah mereka yang bergantung kepada kolektivitas tetapi kolektivitas terbatas pada kekhasan budaya yang melingkupinya. Herder mempersempit relasi manusia dengan alam dengan relasi manusia dengan manusia, namun sama-sama menekankan pengaruh eksternal terhadap pembentukan manusia yang seutuhnya manusia yang dalam hal ini adalah kekhasan budaya masing-masing manusia.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) memperluas relasi manusia versi Harder dan menyebutnya sebagai relasi manusia (roh subjektif) dengan segala hal di luar manusia yang disebutnya roh objektif. Relasi tersebut dibangun dalam bingkai rasionalitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Setiap generasi belajar dari generasi sebelumnya sehingga suatu saat manusia mencapai kesadaran tertinggi, yaitu menyatu dengan kesadaran roh objektif tersebut yang sesungguhnya adalah ekspresi Diri Sang Roh (Rasional) Ilahi itu sendiri.
Puncak dari Era Pencerahan adalah positivisme. Positivisme (abad ke-19) mengembalikan pemikiran Arisoteles tentang pendidikan yang melahirkan manusia bahagia. Modernitas melahirkan ilmu pengetahuan dan produk-produk hukum yang digadang-gadang menjadikan manusia bahagia karena minimnya penderitaan yang diselesaikan oleh ilmu pengetahuan dan hukum. Belakangan, kebahagiaan menjadi kesenangan, lalu menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Kapitalisme lahir dari sini. Seni dan filsafat tidak ada harganya karena "jarum pentul sama harganya dengan puisi."
Positivisme melahirkan hal-hal yang maha dipuja yang dinamai modernitas, kemajuan, serta peradaban. Dampaknya ternyata sangat buruk karena melahirkan rasialisme dan diskriminasi karena jika ada yang modern, maju, dan beradab, maka ada yang primitif, terkebelakang, dan barbar. Lalu atas nama menjadi manusia yang seutuhnya manusia, orang harus dijajah, ditindas demi untuk diberadabkan, dimajukan, dan dimodernkan. Di era seperti inilah lahir sekolah sebagai lembaga satu-satunya yang mampu melahirkan manusia yang seutuhnya manusia.
Bukan hanya sekolah yang dilahirkan oleh positivisme, tetapi juga negara dan hukum. Problemnya, yang lahir kemudian adalah mekanisasi manusia. Manusia yang seutuhnya manusia sama dengan manusia mekanik yang memiliki kehidupan tetapi tidak memiliki jiwa. Hidupnya seperti gerak jam yang teratur kapan harus tidur, bangun, bekerja, hingga tidur lagi. Mekanisasi melahirkan pabrikasi yang produknya adalah manusia. Ya, manusia adalah produk, tidak lebih.
Karl Marx (1818-1883) hadir sebagai kritik terhadap positivisme dan Era Pencerahan. Marx senada dengan Hegel dalam hal adanya semacam roh objektif yang bersifat absolut yang menjadi muara dari segala upaya manusia menjadi manusia yang seutuhnya manusia, namun Marx memahami bahwa relasi antara roh objektif dengan manusia dibingkai oleh materialisme dan aktivitas material manusia. Faktor material inilah memengaruhi kesadaran manusia dalam kehidupannya. Bahkan manusia tidak memiliki kesadaran karena apa yang dimaksud oleh manusia dengan kesadaran sesungguhnya adalah faktor-faktor material sebagai pengandali manusia.
Kekuasaan atas faktor-faktor material melahirkan stratifikasi sosial berdasarkan gender, ras, umur, keterampilan, dsb. Di setiap strtifikasi sosial itu, hadir penguasa-penguasa material yang akan terus menjaga kekuasaannya dengan berbagai cara dari gangguan mereka yang cemburu dan hendak merebut. Karena itu, penguasa material membutuhkan ideologi dan keyakinan (agama) untuk memanipulasi kesadaran masyarakat agar tetap terbuai di dalam ketidakberdayaannya dan menganggapnya sebagai kenyataan alamiah dan wajar. Dalam ketidakberdayaan dan juga ketidaksadarannya, masyarakat akan terus-menerus menggantungkan diri pada kekuasaan/penguasa material. Intinya adalah ada relasi timbal balik antara kondisi material dengan sistem-sistem pemikiran dominan. Bahkan bagi Marx, “pendidikan” sesungguhnya adalah ideologi untuk memanipulasi.
Salah satu permisalan untuk kosa kata kosa kata seperti: pendidikan, masyarakat terdidik, universitas, dan yang berkaitan dengan itu. Semuanya sesungguhnya adalah ideologi yang memainkan gugusan kosa kata yang dibentuk agar terkesan luhur, tapi sesungguhnya tujuannya adalah kekuasaan kaum tertentu atas kaum yang lain demi kepentingan kekuasaan material. Katakanlah kaum terdidik itu bernama dosen, rektor, peneliti, dekan, pengamat, dsb. Bukankah yang mengikat mereka semua adalah kepentingan kekuasaan material dengan jargon-jargon kosa kata kaum terdidik, akademisi, cendekiawan, dsb yang kesannya sungguh luhur? Semua tidak lebih daripada “permainan bahasa”, language games, sebagaimana istilah Ludwig Wittgenstein (1889-1951).
Manusia mekanik sebagai hasil pendidikan adalah manusia yang hidup bukan untuk saat ini, tetapi untuk masa depan karena kehidupannya senantiasa dihantui oleh masa depan yang tidak pasti. Masa depan itu bukan ditentukan sendiri oleh manusia itu sendiri, tetapi ditentukan oleh kolektivitas. Sepertinya, manusia jenis itu dinamai manusia rata-rata dan manusia kawanan, menurut istilah Friedrich Nietzsche (1844-1900). Manusia bukan kawanan, tetapi adalah individu-individu dengan kekhasannya masing-masing. Dia hanya akan menjadi manusia jika menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi orang lain. Persoalannya, Nietzsche seperti sedang menyulut pemberontakan dari individu kepada masyarakatnya.[]
#pendidikan#friedrich nietzsche#Wittgenstein#karl marx#g. w. f. hegel#aristoteles#ideologi#cicero#positivisme#Gottfried von Harder
0 notes
Text

#QuoteOfTheDay (20241212):
“Inilah duniamu yang kau perjuangkan untuk diraih dan yang membuatmu menangis karenanya.” (Umar bin al-Khattab ra)
Di era materialisme saat ini, manusia sering kali berusaha keras, dengan segala cara, mencapai kesuksesan materi, kekuasaan dan kenyamanan hidup. “…saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan…” (Al-Hadid: 20). Mereka melupakan tujuannya diciptakan: semua aktivitas diproyeksikan dalam rangka ibadah kepada Allah (Adz-Dzariyat: 56), sebagai bekal untuk akhirat kelak.
Banyak yang akhirnya terjatuh, dan dunia menjadi sumber kekecewaan dan kesedihannya. Allah mengingatkan, “… Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (Al-Hadid: 20). “Ya Allah, perbaikilah kesudahan dari segala urusan (amal) kami. Dan lindungilah kami dari kehinaan dunia dan azab akhirat.” (Ahmad: 16970)
#This #your #world #strive #to #gain #that #cry #over
Telegram Channel: https://t.me/x_QoTD
0 notes
Text
Peran Pendidikan Agama Islam di Era Modern
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda di era modern ini. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, pendidikan agama Islam tidak hanya berfungsi sebagai sarana ibadah dan spiritualitas, tetapi juga sebagai pilar utama dalam membangun masyarakat yang beretika dan bermoral.
Penguatan Nilai-Nilai Moral dan Etika Pendidikan agama Islam memberikan fondasi nilai-nilai moral dan etika yang kuat kepada peserta didik. Dalam era modern yang sering kali menghadirkan tantangan dalam bentuk materialisme dan hedonisme, pendidikan agama Islam berperan sebagai penjaga dan pelindung nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab.
Pembentukan Karakter yang Kuat Selain nilai-nilai moral, pendidikan agama Islam juga fokus pada pembentukan karakter yang kuat. Ajaran-ajaran Islam mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan dalam setiap aspek kehidupan. Karakter-karakter ini sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan dan tekanan yang ada di era modern.
Peningkatan Kompetensi Sosial Pendidikan agama Islam juga meningkatkan kompetensi sosial peserta didik dengan mengajarkan pentingnya kebersamaan, toleransi, dan gotong royong. Dalam masyarakat yang semakin majemuk, kemampuan untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan berbagai kelompok dan agama menjadi semakin penting.
Pembangunan Kepribadian Berbasis Spiritual Di tengah kesibukan dan tekanan hidup modern, pendidikan agama Islam membantu individu menemukan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual. Dengan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, peserta didik dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan bermakna.
Peran dalam Pembangunan Masyarakat Pendidikan agama Islam juga berperan dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik. Melalui dakwah dan kegiatan sosial, individu yang terdidik secara agama dapat memberikan kontribusi positif bagi komunitasnya, baik dalam bentuk pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan sosial.
Referensi:
Ali, A. (2020). Pendidikan Agama Islam: Konsep dan Implementasi. Jakarta: Pustaka Islami.
Rahman, F. (2019). Nilai-Nilai Islam dalam Pendidikan. Bandung: Mizan.
Yusuf, H. (2018). Islam dan Tantangan Modernitas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
1 note
·
View note