Awasilah dirimu dan pengajaranmu, bertekunlah di dalam Firman Tuhan (1 Tim. 4:16, 2 Tim. 3:16-17)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
YESUS MENETAPKAN MURID-MURID-NYA
Renungan Selasa, 24 Desember 2024 Nas: Markus 3:13-19
Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. - Markus 3:13-15
Yesus memilih dan menetapkan 12 murid-Nya dalam Markus 3:13-19 dengan tujuan tertentu yang memiliki relevansi mendalam bagi kehidupan Kristen hingga saat ini. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat kita refleksikan:
(1) Pemanggilan Pribadi oleh Yesus. Yesus memanggil murid-murid-Nya secara khusus untuk datang kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa hidup Kristen adalah tentang hubungan pribadi dengan Kristus. Relevansi: Setiap orang percaya juga dipanggil secara pribadi untuk mengikuti Yesus dan memiliki relasi yang erat dengan-Nya.
(2) Dipersiapkan untuk Tugas Misi. Yesus menetapkan para murid untuk: Menyertai Dia (ayat 14), diutus untuk memberitakan Injil, menerima kuasa untuk melayani (ayat 15), Relevansi: Yesus mempersiapkan orang percaya untuk menjalankan tugas pelayanan, baik dalam memberitakan Injil maupun menunjukkan kasih dan kuasa Allah melalui tindakan nyata.
(3) Keberagaman Murid. Kedua belas murid berasal dari latar belakang yang beragam—ada nelayan, pemungut cukai, hingga seorang nasionalis radikal (Simon orang Zelot). Namun, mereka dipersatukan dalam panggilan Yesus. Relevansi: Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari berbagai individu dengan latar belakang berbeda. Namun, semua dipersatukan dalam tujuan melayani Allah dan sesama.
(4) Keterbatasan Manusia Tidak Menghalangi Panggilan Allah. Yesus memilih murid-murid yang tidak sempurna—mereka memiliki kelemahan, seperti Petrus yang menyangkal Yesus dan Yudas yang mengkhianati-Nya. Relevansi: Allah tidak memanggil yang sempurna, tetapi Dia memperlengkapi orang yang Dia panggil. Ini menjadi penghiburan bagi umat Kristen bahwa kelemahan manusia bukan penghalang bagi karya Allah.
Refleksi: Gambaran Gereja dan Kerajaan Allah. Pemilihan 12 murid mencerminkan simbolisme 12 suku Israel, menegaskan bahwa Yesus datang untuk membangun umat Allah yang baru, termasuk gereja-Nya. (TWP).
0 notes
Text
YESUS PENYEMBUH SEGALA PENYAKIT
Renungan Senin, 23 Desember 2024 Nas: Markus 3: 7-12
Dalam Markus 3:10, tertulis: "Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya untuk menjamah-Nya."
Ayat ini menekankan kuasa Yesus sebagai penyembuh fisik yang menarik banyak orang yang menderita berbagai macam penyakit. Penyembuhan ini bukan hanya tanda belas kasihan-Nya terhadap penderitaan manusia, tetapi juga merupakan bagian dari misi-Nya untuk menunjukkan kerajaan Allah dan kuasa-Nya atas dunia, termasuk dosa.
Walaupun Markus 3:10 secara spesifik berbicara tentang penyembuhan fisik, dalam konteks keseluruhan pelayanan Yesus, Dia juga menyembuhkan "penyakit" spiritual, termasuk dosa. Misalnya, dalam Markus 2:5, ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh, Dia berkata, "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Ini menunjukkan bahwa kuasa penyembuhan Yesus mencakup fisik dan rohani.
Yesus datang sebagai penyembuh totalitas manusia—baik tubuh maupun jiwa. Oleh karena itu, dalam iman Kristen, Yesus dikenal sebagai penyembuh segala penyakit, termasuk dosa, yang adalah akar dari banyak penderitaan manusia.
Refleksi: Jika ada Kristen yang sudah lama dalam kondisi sakit, bahkan selama bertahun-tahun. Sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Tuhan Yesus, bahkan berbagai upaya telah dilakukan, termasuk tindakan-tindakan medis dan berbagai bentuk pengobatan, namun tidak kunjung sembuh, itu bukan berarti Tuhan Yesus tidak sanggup menyembuhkan. Untuk orang-orang tertentu Tuhan Yesus cukup mengaruniakan iman, agar tetap bertahan dalam penderitaan fisik, tetapi manusia batiniahnya semakin kuat di dalam Dia, dan mengatakan: "cukuplah kasih karunia-Nya bagiku." (TWP)
0 notes
Text
MENYEMBUHKAN ORANG PADA HARI SABAT
Renungan Sabtu, 21 Desember 2024 Nas: Markus 3:1-4
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. - Markus 3:1-4
Kisah Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat dalam Markus 3:1-4 memiliki relevansi penting bagi orang Kristen saat ini, baik dalam kehidupan rohani maupun praktik iman. Berikut adalah beberapa poin relevansinya:
(1) Kasih Lebih Penting daripada Hukum. Yesus menunjukkan bahwa kasih dan belas kasihan kepada sesama lebih penting daripada aturan agama yang kaku. Bagi orang Kristen, ini menjadi panggilan untuk mengutamakan kasih dan pelayanan kepada sesama di atas formalitas agama. Hukum Allah harus dipahami dalam terang kasih kepada Tuhan dan sesama manusia (Mat. 22:37-40).
(2) Ketaatan yang Benar. Kisah ini mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah bukanlah sekadar mematuhi aturan, tetapi memahami maksud Allah di balik hukum itu. Orang Kristen dipanggil untuk menjalankan iman dengan sikap hati yang tulus, bukan sekadar formalitas agama.
(3) Menghindari Legalisme. Legalistik seperti yang dilakukan orang Farisi masih bisa ditemukan dalam kehidupan modern. Ada kecenderungan untuk menilai orang lain berdasarkan aturan agama tanpa melihat keadaan atau kebutuhan mereka. Orang Kristen diajak untuk tidak terjebak dalam sikap seperti itu, tetapi lebih terbuka dan memahami konteks kasih Allah.
(4) Melayani Tanpa Batasan Waktu. Dengan menyembuhkan pada hari Sabat, Yesus menunjukkan bahwa pelayanan dan kebaikan tidak boleh dibatasi oleh waktu atau aturan. Hal ini menginspirasi orang Kristen untuk siap melayani kapan saja, bahkan ketika melibatkan pengorbanan pribadi.
(5) Yesus Sebagai Teladan Kasih dan Kuasa. Kisah ini mengingatkan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan memulihkan, baik secara fisik maupun rohani. Orang Kristen dapat menjadikan tindakan Yesus sebagai teladan hidup, untuk membawa kasih dan penyembuhan bagi orang lain di sekitar mereka.
(6) Panggilan untuk Menghadapi Penolakan. Sama seperti Yesus menghadapi penolakan dan fitnah dari orang Farisi, orang Kristen juga mungkin menghadapi tantangan dan penghakiman saat menjalankan iman mereka. Kisah ini menguatkan mereka untuk tetap berbuat baik meskipun menghadapi tekanan atau oposisi.
Refleksi: Kisah ini mengajarkan bahwa iman Kristen bukan hanya tentang ketaatan pada hukum, tetapi tentang menjalankan kasih, belas kasihan, dan pelayanan tanpa syarat. Relevansinya terletak pada bagaimana orang Kristen menjalankan kehidupan yang mencerminkan kasih Kristus, baik dalam tindakan maupun sikap hati. (TWP)
0 notes
Text
HARI SABAT DIADAKAN UNTUK MANUSIA
Renungan Jumat, 20 Desember 2024 Nas : Markus 2:23-28
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" . . . Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, . . ." - Markus 2:23-24, 27
Markus 2:23-28 adalah bagian dari Injil Markus yang mencatat percakapan Yesus tentang hukum Sabat. Dalam perikop ini, Yesus menjelaskan bahwa Sabat diberikan untuk kebaikan manusia, bukan sebaliknya. Berikut adalah ringkasan dan penjelasan ayat-ayat tersebut:
(1) Konteks: Murid-murid Yesus memetik bulir gandum di ladang pada hari Sabat, yang dianggap oleh orang Farisi sebagai pelanggaran hukum Sabat. Menurut tradisi Yahudi, tindakan itu termasuk "bekerja," yang dilarang pada hari Sabat.
(2) Yesus mengingatkan teladan Daud (ayat 25-26): Yesus merujuk pada kisah Daud dalam 1 Samuel 21:1-6, ketika Daud makan roti sajian yang secara hukum hanya boleh dimakan oleh imam. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia (seperti kelaparan) lebih penting daripada peraturan ritual.
(3) Prinsip dasar Sabat (ayat 27): Yesus menegaskan bahwa Sabat dirancang untuk kebaikan manusia, sebagai waktu istirahat dan penyegaran. Sabat bukanlah beban yang harus dipaksakan, melainkan anugerah untuk kesejahteraan manusia.
(4) Yesus adalah Tuhan atas Sabat (ayat 28): Dengan menyebut diri-Nya "Anak Manusia" yang juga Tuhan atas Sabat, Yesus menunjukkan otoritas-Nya untuk menafsirkan makna Sabat. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa Yesus memiliki kuasa ilahi atas hukum.
Refleksi: Makna bagi Manusia: Ayat ini mengajarkan bahwa hukum dan aturan agama seharusnya melayani kebutuhan manusia dan memuliakan Allah, bukan menjadi beban. Sabat adalah waktu untuk memulihkan hubungan dengan Allah, keluarga, dan diri sendiri. Fokusnya adalah kasih, bukan legalisme.
Inti pesan: Sabat diciptakan demi kebaikan manusia, bukan manusia demi memenuhi tuntutan Sabat. Puji Tuhan. (TWP)
0 notes
Text
ANGGUR BARU HENDAKNYA DISIMPAN DALAM KANTONG YANG BARU
Renungan Kamis, 19 Desember 2024 Nas: Markus 2:18-22
Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." - Markus 2:18-22
Markus 2:22 terdapat kalimat: "Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." Ayat ini merupakan perumpamaan yang disampaikan Yesus untuk menggambarkan pentingnya kesiapan menerima sesuatu yang baru. Dalam konteks ini, "anggur baru" melambangkan ajaran Yesus dan perjanjian baru, sedangkan "kantong kulit" melambangkan cara lama atau tradisi agama Yahudi yang kaku dan tidak sesuai lagi dengan ajaran Yesus.
Yesus ingin menunjukkan bahwa ajaran-Nya membutuhkan hati dan pikiran yang siap menerima pembaruan, bukan sekadar terikat pada tradisi lama yang tidak lagi relevan. Jika ajaran baru dimasukkan ke dalam sistem lama, maka seperti kantong kulit tua yang tidak dapat menahan fermentasi anggur baru, sistem itu akan "pecah" atau gagal.
Refleksi: Pesan ini relevan bagi setiap orang yang ingin mengalami pembaruan rohani—mereka harus memiliki hati yang terbuka dan fleksibel untuk menerima perubahan yang dibawa oleh karya Allah. Kita pun dikondisikan oleh Roh Kudus yang melahirbarukan kita, agar memiliki hati, bagai tanah yang gembur dan subur. Dengan demikian setiap hati kita siap ditanami benih Firman Tuhan yang murni dan suci. (TWP)
0 notes
Text
YESUS DATANG UNTUK MEMANGGIL ORANG BERDOSA
Renungan Rabu, 18 Desember 2024 Nas: Markus 2:13-17
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. - Markus 2:17
Ayat ini menegaskan misi Yesus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan mereka yang terhilang dan membutuhkan pertobatan. Yesus tidak mencari orang yang merasa dirinya benar atau sempurna, tetapi justru orang-orang yang menyadari kelemahan, dosa, dan kebutuhannya akan kasih karunia Allah.
Pesan ini juga mengingatkan kita tentang belas kasih Tuhan yang besar terhadap orang berdosa dan mengundang mereka untuk bertobat dan mengalami pemulihan dalam hubungan dengan-Nya.
Istilah "orang benar" di sini bukan berarti ada orang yang benar secara mutlak di hadapan Allah. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa semua manusia telah berdosa (Rm. 3:10, "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak").
Ketika Yesus menyebut "orang benar," konteksnya lebih merujuk pada orang-orang yang merasa diri benar—seperti para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka sering memandang rendah orang berdosa (pemungut cukai, pendosa publik) dan merasa sudah cukup benar karena ketaatan hukum secara lahiriah.
Refleksi: Yesus sedang menegur sikap sombong rohani mereka. Orang yang merasa dirinya sudah benar tidak akan merasa perlu bertobat atau mencari keselamatan. Sebaliknya, Yesus datang untuk orang yang menyadari dosa-dosanya dan membutuhkan kasih karunia serta pengampunan Allah. Jadi, pernyataan ini menekankan belas kasih Yesus kepada orang-orang berdosa yang rendah hati dan mau datang kepada-Nya untuk pemulihan. (TWP)
0 notes
Text
YANG BEGINI BELUM PERNAH KITA LIHAT
Renungan Selasa, 17 Desember 2024 Nas: Markus 2:1-12
Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. . . Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." - Markus 2:1-3, 12
Ungkapan "Yang begini belum pernah kita lihat" dalam Markus 2:1-12 muncul setelah Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh. Pernyataan ini diucapkan oleh orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut, dan memiliki beberapa makna penting dalam konteks perikop ini:
(1) Kuasa Ilahi Yesus yang Unik. Ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu, Ia tidak hanya melakukan mujizat fisik, tetapi juga menyatakan bahwa dosa orang tersebut diampuni (Mrk. 2:5). Hal ini sangat mengejutkan karena hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Orang-orang yang hadir tidak pernah menyaksikan kuasa seperti ini sebelumnya—baik kuasa untuk menyembuhkan maupun klaim ilahi untuk mengampuni dosa.
(2) Konfrontasi dengan Ahli Taurat. Dalam perikop ini, ahli-ahli Taurat mempertanyakan dalam hati, “Mengapa Ia berkata begitu? Ia menghujat Allah! Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” (Mrk. 2:7). Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan membuktikan bahwa Ia memiliki otoritas, baik untuk menyembuhkan secara fisik maupun untuk mengampuni dosa. Hal ini memperlihatkan sesuatu yang benar-benar baru bagi mereka.
(3) Penyataan Kemuliaan Allah. Ketika orang lumpuh itu berjalan setelah disembuhkan, semua orang yang melihatnya merasa takjub dan memuliakan Allah (Mrk. 2:12). Ungkapan "belum pernah kita lihat" menandakan pengalaman mereka yang luar biasa terhadap karya Allah yang dinyatakan melalui Yesus.
(4) Mujizat sebagai Tanda Mesianik. Tindakan Yesus menunjukkan bahwa Ia bukan sekadar seorang guru atau nabi, tetapi Mesias yang dijanjikan. Orang-orang yang hadir belum pernah melihat seseorang yang bertindak dengan kuasa sedemikian rupa.
Refleksi: Jadi, ungkapan ini mencerminkan keheranan dan kekaguman orang banyak terhadap Yesus, yang tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga menyatakan otoritas ilahi untuk mengampuni dosa, sesuatu yang sangat baru dalam pengalaman religius mereka. Ketika kita mengerti betapa besar kasih Allah yang dinyatakan dalam Kristus telah mentahirkan kita dari segala dosa dan melepaskan kita ikatan keduniawian. (TWP)
1 note
·
View note
Text
"AKU MAU, JADILAH ENGKAU TAHIR."
Renungan Senin, 16 Desember 2024 Nas: Markus 1:40-45
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. - Markus 1:40-45
Perkataan Yesus dalam nas ini; “Aku mau, jadilah engkau tahir,” memiliki makna mendalam bagi keimanan kita, terutama dalam memahami kasih, kuasa, dan kehendak Allah. Berikut adalah beberapa poin penting:
(1) Kasih Allah kepada yang terpinggirkan. Orang kusta pada zaman Yesus adalah kelompok yang sangat terpinggirkan secara sosial, agama, dan kesehatan. Mereka dianggap najis dan dijauhi oleh masyarakat. Namun, Yesus mendobrak stigma ini dengan tidak hanya menyembuhkan orang tersebut tetapi juga menyentuhnya (ayat 41). Tindakan ini menunjukkan bahwa kasih Allah tidak dibatasi oleh status, dosa, atau keadaan manusia. Maknanya: Allah menerima kita apa adanya, bahkan ketika kita merasa tidak layak. Iman kita bertumbuh ketika kita menyadari bahwa kasih Allah melampaui semua batasan manusia.
(2) Kuasa Yesus untuk menyembuhkan dan menyucikan. Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya dengan menyembuhkan penyakit fisik sekaligus mengembalikan orang tersebut ke status sosial dan religius yang diterima. Dalam konteks iman Kristen, ini juga melambangkan bagaimana Yesus menyucikan dosa manusia, menjadikan kita layak di hadapan Allah. Maknanya: Kuasa Yesus meliputi penyembuhan fisik dan spiritual. Hal ini mendorong kita untuk percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
(3) Kehendak Allah yang penuh belas kasih. Ketika orang kusta itu berkata, “Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku,” ia menunjukkan imannya kepada kehendak Allah. Yesus menjawab dengan jelas, “Aku mau.” Hal ini mengungkapkan hati Allah yang penuh belas kasih dan kesediaan-Nya untuk menyelamatkan. Maknanya: Kita diajak untuk menyerahkan hidup kita kepada kehendak Allah, percaya bahwa Dia menginginkan yang terbaik untuk kita, bahkan dalam penderitaan.
(4) Panggilan untuk bersaksi. Setelah disembuhkan, Yesus meminta orang itu untuk mematuhi hukum Musa dengan mempersembahkan persembahan dan menunjukkan dirinya kepada imam sebagai bukti kesembuhan. Namun, orang tersebut justru menyebarkan berita tentang Yesus ke mana-mana. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami kasih dan kuasa Allah, kesaksian itu sulit ditahan. Maknanya: Kita dipanggil untuk bersaksi tentang apa yang telah Allah lakukan dalam hidup kita, sehingga orang lain juga dapat mengenal-Nya.
Refleksi: Keimanan Melalui perikop ini, kita belajar untuk: (1) Beriman penuh kepada Yesus, percaya pada kuasa dan belas kasih-Nya. (2) Melihat kasih Allah yang melampaui batas, terutama kepada yang terpinggirkan. (3) Menjadi saksi kasih Allah, membawa harapan bagi dunia yang membutuhkan.
Jadi kalimat Tuhan Yesus ; “Aku mau, jadilah engkau tahir,” adalah undangan Yesus bagi kita untuk mendekat kepada-Nya, mempercayai kuasa-Nya, dan hidup dalam kasih-Nya. (TWP)
0 notes
Text
YESUS MEMBERITAKAN INJIL DAN MENGUSIR SETAN-SETAN
Renungan Sabtu, 14 Desember 2024 Nas: Markus 1:35-39
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan. - Markus 1:35-39
Yesus melanjutkan misi-Nya (ayat 38) "Jawab-Nya: 'Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.'Yesus tidak hanya fokus pada satu tempat, tetapi terus bergerak memberitakan Injil, menunjukkan bahwa misi-Nya universal.
Yesus mengajar dan mengusir setan (ayat 39). "Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan." Pelayanan Yesus mencakup pengajaran dan pembebasan dari kuasa jahat, menunjukkan kuasa dan otoritas-Nya sebagai Mesias.
Berikut ini adalah makna teologisnya:
(1) Keteladanan doa: Doa menjadi inti kehidupan Yesus, bahkan sebelum pelayanan besar dilakukan. Prioritas misi: Yesus tidak hanya fokus pada keinginan orang banyak, tetapi menjalankan misi-Nya untuk memberitakan Injil secara luas.
(2) Kuasa atas roh jahat: Tindakan Yesus mengusir setan menegaskan otoritas-Nya atas dunia spiritual dan kemenangan-Nya atas kuasa jahat.
Refleksi: (1) Doa pribadi: Seperti Yesus, kita perlu menyediakan waktu untuk berdoa dan mencari kehendak Allah. (2) Pelayanan yang terfokus: Prioritas kita seharusnya sesuai dengan misi Allah, bukan hanya mengikuti desakan kebutuhan dunia. (3) Mengandalkan kuasa Allah: Dalam menghadapi tantangan rohani, kita harus percaya pada kuasa Allah yang lebih besar dari kejahatan.
Jadi nas ini mengajarkan kita untuk mengikuti teladan Yesus dalam menjalin hubungan dengan Allah, memprioritaskan misi-Nya, dan hidup dalam kuasa-Nya. (TWP)
1 note
·
View note
Text
YESUS TIDAK MEMBERI KESEMPATAN SETAN-SETAN UNTUK BERBICARA
Renungan Jumat, 13 Desember 2024 Nas: Markus 1:32-34
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. - Markus 1:32-34
Yesus melarang setan-setan berbicara karena beberapa alasan:
(1) Setan mengenal identitas Yesus sebagai Mesias. Setan-setan tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah. Namun, Yesus tidak ingin kesaksian tentang diri-Nya berasal dari setan, karena mereka adalah sumber ketidakbenaran dan kebohongan (Yoh. 8:44). Kesaksian tentang Yesus harus berasal dari Allah, orang-orang yang percaya, dan karya-karya-Nya, bukan dari roh jahat.
(2) Menghindari kebingungan atau kesalahpahaman. Jika setan berbicara dan mengakui siapa Yesus, hal itu bisa menimbulkan kebingungan di antara orang banyak. Mereka mungkin salah memahami misi Yesus sebagai Mesias. Yesus ingin pewahyuan tentang diri-Nya terjadi melalui ajaran dan tindakan-Nya, bukan melalui pernyataan dari musuh-Nya.
(3) Kendali penuh atas pelayanan-Nya. Yesus menunjukkan otoritas-Nya dengan membungkam setan. Hal ini menegaskan bahwa Dia memiliki kuasa mutlak atas roh-roh jahat dan tidak mengizinkan mereka memengaruhi rencana Allah atau mengacaukan tujuan-Nya.
Refleksi: Tindakan Yesus ini mencerminkan kebijaksanaan-Nya dalam mengungkapkan identitas dan misi-Nya pada waktu yang tepat, sesuai dengan rencana keselamatan Allah. Kita sebagai pengikut Kristus juga harus meneladaninya, jangan kompromi dan memberi kesempatan atau celah bagi setan-setan untuk mengacaukan pikiran dan mengaburkan tujuan hidup kita untuk menjadi seperti Kristus. (TWP)
0 notes
Text
TUHAN YESUS MENYEMBUHKAN SAKIT DEMAM
Renungan Kamis, 12 Desember 2024 Nas: 1:29-31
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. - Markus 1:29-31
Dalam nas ini diceritakan bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon (Petrus) yang sedang sakit demam. Berikut ringkasan kisahnya:
Setelah Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari rumah ibadat di Kapernaum, mereka pergi ke rumah Simon dan Andreas. Di sana, ibu mertua Simon sedang terbaring sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaan tersebut kepada Yesus.
Yesus kemudian mendekati ibu mertua Simon, memegang tangannya, dan menolongnya berdiri. Seketika itu juga, demamnya hilang, dan ia mulai melayani mereka.
Pada petang harinya, orang-orang membawa banyak orang sakit dan yang kerasukan setan kepada Yesus. Yesus menyembuhkan banyak dari mereka, menunjukkan kuasa-Nya atas iman. Yesus peduli pada kebutuhan fisik dan rohani manusia.
Refleksi: Jika Anda ingin menggali lebih dalam tentang perikop ini, saya bisa membantu. (TWP)
0 notes
Text
YESUS MENGAJAR DENGAN KUASA ILAHI
Renungan Rabu, 11 Desember 2024 Nas: Markus 1:21-28
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. - Markus 1:21-22
Dalam Markus 1:21-22, perbedaan utama antara Yesus dan para ahli Taurat terletak pada otoritas (kuasa Ilahi) yang menyertai pengajaran-Nya.
(1) Otoritas (Kuasa Ilahi) Yesus. Yesus mengajar dengan otoritas langsung dari Allah, karena Ia adalah Anak Allah. Firman yang disampaikan-Nya memiliki kekuatan dan keabsahan yang nyata. Pengajaran-Nya bukan hanya berbasis pengetahuan, tetapi juga membawa transformasi, kebenaran, dan kuasa yang menyentuh hati pendengar. Contohnya, Ia sering berkata: "Aku berkata kepadamu. . ." (bukan mengutip otoritas lain), yang menunjukkan bahwa Ia berbicara dengan otoritas pribadi yang berasal dari keilahian-Nya.
(2) Pengajaran Ahli Taurat. Para ahli Taurat dikenal sebagai pengajar hukum Taurat yang sering mengutip tradisi atau ajaran nenek moyang, tetapi mereka tidak memiliki otoritas pribadi. Mereka hanya mengulang hukum atau tradisi tanpa kuasa untuk memberikan makna yang baru atau mendalam. Pengajaran mereka cenderung legalistik, berbasis aturan yang kaku, tanpa memberikan kehidupan rohani yang menyentuh hati.
Respons Orang Banyak. Orang-orang takjub karena mereka merasakan kuasa yang hidup dalam pengajaran Yesus, berbeda dari pengajaran formalistik yang biasa mereka dengar dari ahli Taurat. Pengajaran Yesus adalah doktrin yang membawa perubahan nyata dalam kehidupan pendengarnya. Pengajaran ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya seorang guru biasa, tetapi Mesias yang membawa kebenaran dan kuasa Allah ke tengah-tengah umat-Nya.
Refleksi: penting bagi kita para pemercaya Kristus, memperhatikan dengan teliti pengajaran Yesus sebagai Mahaguru yang penuh kuasa. Setiap ajaran yang terucap dari mulut Yesus bersifat transformatif, mengubahkan mindset kita, kemudian Roh-Nya memberi pencerahan dan selanjutnya memotivasi kita untuk berubah, dan mengakibatkan pembaruan hudup. (TWP)
0 notes
Text
PENUHILAH PANGGILAN-MU
Renungan Selasa, 10 Desember 2024 Nas: Markus 1:16-20
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia. - Markus 1:16-20
Dalam nas ini, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan memanggil murid-murid pertama, yaitu Simon (Petrus) dan Andreas, serta Yakobus dan Yohanes. Teks ini mengajarkan bagaimana seseorang dapat memenuhi panggilan Tuhan Yesus untuk menjadi "penjala manusia." Berikut beberapa poin penting dari perikop ini:
(1) Merespons Panggilan dengan Iman dan Ketaatan (Mrk. 1:16-18). Yesus memanggil mereka secara pribadi: Yesus berkata kepada Simon dan Andreas, “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (ayat 17). Panggilan ini bersifat langsung dan personal. Tindakan segera: Simon dan Andreas meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan mengikuti Yesus tanpa ragu. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi panggilan Tuhan memerlukan iman dan ketaatan yang segera.
(2) Meninggalkan Hal-hal Duniawi (Mrk. 1:19-20). Yakobus dan Yohanes meninggalkan ayah mereka serta perahu mereka untuk mengikuti Yesus. Hal ini melambangkan pengorbanan yang harus dilakukan ketika seseorang memilih untuk mengikuti panggilan Tuhan. Panggilan untuk menjadi penjala manusia menuntut keberanian untuk melepaskan kenyamanan dan prioritas duniawi.
(3) Fokus pada Misi Kerajaan Allah (Mrk. 1:15). Sebelum memanggil murid-murid, Yesus menyampaikan pesan utama: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ayat 15). Panggilan untuk menjadi penjala manusia berarti bergabung dalam misi membawa orang lain kepada Kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil.
Refleksi: (1) Menjawab Panggilan dengan Hati Terbuka: Apakah kita bersedia mendengar dan merespons panggilan Tuhan untuk melayani-Nya, bahkan jika itu mengubah hidup kita secara drastis? (2) Meninggalkan Halangan: Adakah hal-hal yang kita perlu lepaskan agar kita dapat mengikuti Yesus dengan sepenuh hati? (3) Menjadi Penjala Manusia: Bagaimana kita dapat terlibat dalam misi Tuhan, baik melalui pemberitaan Injil, pelayanan di gereja, atau kesaksian hidup kita sehari-hari? Menjadi penjala manusia adalah panggilan mulia yang membutuhkan iman, komitmen, dan keberanian. Dengan mengikuti teladan para murid pertama, kita dapat turut ambil bagian dalam misi Yesus untuk membawa keselamatan kepada dunia. (TWP)
0 notes
Text
BERTOBATLAH DAN PERCAYALAH KEPADA INJIL
Renungan Senin, 9 Desember 2024 Nas: Markus 1:14-15
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" - Markus 1:14-15
Nas ini menyampaikan pesan penting dari awal pelayanan Yesus, yaitu:
(1) "Waktunya telah genap" menandakan bahwa saat yang ditunggu-tunggu dalam rencana keselamatan Allah telah tiba.
(2) "Kerajaan Allah sudah dekat" menunjukkan bahwa kehadiran Yesus membawa pemerintahan Allah di tengah-tengah manusia.
(3) "Bertobatlah" adalah panggilan untuk meninggalkan dosa dan berbalik kepada Allah.
(4) "Percayalah kepada Injil" mengundang orang untuk menerima kabar baik tentang keselamatan melalui iman kepada Kristus.
Ayat ini adalah inti dari pemberitaan Yesus: panggilan kepada semua orang untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah melalui pertobatan dan iman.
Refleksi: iman Kristen pada dasarnya dikaruniakan oleh Allah kepada setiap orang yang dipilih-Nya, melalui karya Roh Kudus yang melahirkanbarukan kita, sehingga menjadi ciptaan baru secara rohani. Berita Injil dan pertobatan kita merupakan rangkaian karya Roh-Nya di dalam diri kita. Sikap hati kita terhadap Injil merupakan respons positif kita. Kini keselamatan dan Kerajaan Allah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam keimanan kita. (TWP)
1 note
·
View note
Text
JIKA PENCOBAAN MENDATANGI-MU
Renungan Sabtu, 7 Desember 2024 Markus 1:12-13
Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia. - Markus 1:12-13
Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun untuk dicobai. Sulit dipahami, bagaimana mungkin Roh Suci memimpin untuk dicobai?
Nas ini menunjukkan bahwa Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun untuk mengalami waktu pencobaan, yang merupakan bagian dari rencana Allah. Meski kelihatannya aneh bahwa Roh Kudus memimpin Yesus ke tempat di mana Ia dicobai oleh Iblis, ada beberapa alasan teologis di balik hal ini:
(1) Persiapan untuk Pelayanan Yesus. Sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya, Ia diuji untuk menunjukkan ketaatan-Nya kepada Allah. Ini mencerminkan bagaimana Yesus sebagai manusia sejati harus menghadapi godaan dengan tetap taat kepada kehendak Bapa-Nya. Padang gurun menjadi tempat untuk menguji karakter dan keteguhan Yesus.
(2) Mengidentifikasi Diri dengan Umat Manusia. Dengan menghadapi godaan, Yesus menunjukkan solidaritas-Nya dengan umat manusia yang juga bergumul dengan dosa dan godaan (Ibr. 4:15). Namun, Ia tidak berdosa, sehingga menjadi teladan kemenangan atas pencobaan.
(3) Melawan Iblis di Wilayahnya. Padang gurun sering kali dianggap sebagai tempat yang tandus, liar, dan penuh bahaya, melambangkan kekacauan dan wilayah kekuasaan Iblis. Dengan pergi ke sana, Yesus secara simbolis menghadapi musuh di "tempatnya" dan menunjukkan otoritas-Nya atas kuasa jahat.
(4) Ketaatan pada Roh Kudus. Fakta bahwa Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun menunjukkan ketaatan total Yesus pada kehendak Allah. Ini adalah bagian dari misi penyelamatan-Nya, di mana setiap langkah-Nya dipimpin oleh Allah.
Refleksi: Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun bukan untuk mencelakakan-Nya, tetapi untuk mempersiapkan-Nya menghadapi misi besar-Nya. Ini juga mengajarkan bahwa pencobaan dan ujian sering kali menjadi bagian dari rencana Allah untuk memperkuat iman dan ketaatan kita. (TWP)
0 notes
Text
ENGKAULAH ANAK-KU YANG KUKASIHI
Renungan Jumat, 6 Desember 2024 Nas: Markus 1:9-11
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." - Markus 1:9-11
Nas ini menceritakan peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanes di sungai Yordan. Dalam peristiwa ini, Allah secara langsung menyatakan identitas Yesus sebagai Anak-Nya yang dikasihi. Berikut adalah cara menjelaskan ayat tersebut:
(1) Konteks Peristiwa. Yesus datang dari Nazaret ke Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes, meskipun Yesus tidak berdosa. Baptisan ini menandai permulaan pelayanan Yesus dan menunjukkan kerendahan hati-Nya untuk mengambil bagian dalam kondisi manusia.
(2) Pernyataan Allah. Setelah Yesus dibaptis, Alkitab mencatat bahwa: Langit terbelah: Ini simbol bahwa surga terbuka untuk menyatakan kehendak Allah. Roh Kudus turun seperti burung merpati: Melambangkan kehadiran Roh Kudus dalam pelayanan Yesus. Suara dari surga berkata, "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.": Pernyataan ini menegaskan identitas Yesus sebagai Anak Allah dan kasih Allah kepada-Nya.
(3) Makna Teologis. Identitas Mesias: Allah secara langsung menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya, menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia. Kasih Allah: "Anak-Ku yang Kukasihi" menunjukkan hubungan kasih yang mendalam antara Allah Bapa dan Yesus. Penyertaan Roh Kudus: Kehadiran Roh Kudus menandakan bahwa seluruh pelayanan Yesus akan dipenuhi oleh kuasa Allah.
(4) Relevansi Bagi Kita. Yesus sebagai teladan: Seperti Yesus memulai pelayanannya dengan baptisan, kita juga dipanggil untuk hidup dalam hubungan dengan Allah melalui iman dan ketaatan. Kasih Allah kepada manusia: Melalui Yesus, Allah menunjukkan bahwa Dia mengasihi kita dan ingin menyelamatkan kita.
Refleksi: Dengan memahami ayat ini, kita melihat bagaimana Allah menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya yang dikasihi dan memulai misi penebusan-Nya di dunia. (TWP)
1 note
·
View note
Text
BAPTISAN ROH KUDUS OLEH YESUS KRISTUS
Renungan Kamis, 5 Desember 2024 Nas: Markus 1:5-8
Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." - Markus 1:5-8
Nas ini berbicara tentang pelayanan Yohanes Pembaptis dan peran Yesus dalam baptisan Roh Kudus. Berikut adalah isi bagian tersebut:
Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa baptisan air yang ia lakukan hanyalah simbol pertobatan. Yesus digambarkan sebagai Pribadi yang jauh lebih berkuasa, yang akan memberikan baptisan yang lebih mendalam, yaitu baptisan dengan Roh Kudus.
(1) Yesus datang untuk memberikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh Yohanes, yaitu baptisan dengan Roh Kudus. Ketika seseorang dibaptis dengan Roh Kudus, itu berarti ia menerima: Kehadiran Allah secara langsung: Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri yang tinggal dalam hati orang percaya (1 Kor. 3:16).
(2) Kuasa untuk hidup baru: Baptisan dengan Roh Kudus membawa transformasi hidup (Gal. 5:22-23) dan kuasa untuk menjadi saksi Kristus (Kis. 1:8).
Refleksi: Baptisan dengan Roh Kudus ini menunjuk pada karya Yesus setelah kebangkitan-Nya, ketika Roh Kudus dicurahkan kepada para murid (misalnya di Kisah Para Rasul 2:1-4 pada hari Pentakosta). Baptisan Roh Kudus melambangkan pembersihan rohani, kuasa, dan kehadiran Allah yang berdiam dalam hidup orang percaya. (TWP)
0 notes