Awasilah dirimu dan pengajaranmu, bertekunlah di dalam Firman Tuhan (1 Tim. 4:16, 2 Tim. 3:16-17)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
KETIDAKADILAN DALAM PENGADILAN YESUS
Renungan Senin, 7 April 2025 Nas: Markus 15:1-5
Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran. - Markus 15:1-5
Ketidakadilan dalam pengadilan Yesus menurut Markus 15:1-5 sangat jelas terlihat dari beberapa aspek, baik secara hukum, moral, maupun spiritual. Berikut ini penjelasan poin-poin utamanya:
(1) Tuduhan yang Tidak Berdasar. Para imam kepala dan tua-tua menyerahkan Yesus kepada Pilatus tanpa bukti yang kuat. Mereka hanya mengandalkan tuduhan yang bersifat politis agar Yesus tampak berbahaya di mata Romawi (seperti mengaku sebagai Raja orang Yahudi), padahal motivasi mereka adalah iri hati (Mrk. 15:10, ayat setelahnya). “Banyak tuduhan diajukan terhadap-Nya, tetapi Ia tidak menjawab.” (ayat 3).
(2) Pengadilan yang Sudah Diatur Hasilnya. Yesus sebenarnya sudah "dihukum" oleh Sanhedrin sejak malam sebelumnya (Mrk. 14:55-65), dan proses di depan Pilatus hanyalah formalitas untuk eksekusi. Tidak ada proses penyelidikan atau pembelaan yang adil.
(3) Yesus Tidak Membela Diri. Keheningan Yesus di hadapan tuduhan bukan karena bersalah, tapi karena menunjukkan keteguhan dan kepasrahan-Nya terhadap kehendak Allah. Namun secara hukum duniawi, ini membuat pengadilan jadi sepihak dan berat sebelah. “Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus heran.” (ayat 5).
(4) Pilatus yang Goyah dan Tidak Tegas. Meskipun Pilatus heran dan tidak menemukan kesalahan dalam diri Yesus, ia tetap meneruskan proses menuju penyaliban karena tekanan massa dan keinginan untuk menyenangkan rakyat (lih. ayat-ayat berikutnya). Ini menunjukkan ketidakadilan dari seorang hakim yang tahu kebenaran tapi tidak bertindak adil.
Refleksi: Pengadilan Yesus adalah cerminan dunia yang menolak kebenaran dan keadilan ketika kebenaran itu tidak sesuai dengan keinginan mereka. Namun, melalui ketidakadilan ini, justru rencana keselamatan Allah dinyatakan secara sempurna (TWP)
0 notes
Text
DARI PENYANGKALAN MENUJU PERTOBATAN
Renungan Sabtu, 5 April 2025 Nas : Markus 14:66-72
Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus: "Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!" Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!" Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu menangislah ia tersedu-sedu. - Markus 14:70-72
Judul "Dari Penyangkalan Menuju Pertobatan" paling cocok untuk Markus 14:66–72 karena menggambarkan keseluruhan dinamika batin dan perjalanan spiritual Petrus dalam perikop tersebut:
(1) Menggambarkan proses yang utuh. Perikop ini tidak hanya menceritakan penyangkalan Petrus terhadap Yesus, tetapi juga reaksi emosionalnya setelah menyadari apa yang telah ia lakukan—ditandai dengan tangisannya. Ini menunjukkan awal dari pertobatan yang sejati.
(2) Menunjukkan pertumbuhan rohani. Judul ini menyiratkan perubahan hati dan arah hidup. Penyangkalan adalah titik jatuh Petrus, tapi pertobatan adalah awal pemulihannya. Ini mencerminkan harapan dan kasih karunia Allah.
(3) Relatable dan reflektif. Banyak orang bisa merasa terhubung dengan kegagalan Petrus dan harapan akan pengampunan. Judul ini membuka ruang perenungan pribadi: bagaimana kegagalan bukan akhir, tetapi bisa menjadi awal yang baru.
(4) Mengandung pesan Injil. Inti dari kabar baik adalah bahwa kejatuhan bukan akhir cerita. Judul ini merangkum pesan pengampunan, pemulihan, dan kasih karunia Tuhan.
Refleksi: Jadi, judul ini tidak hanya mendeskripsikan kejadian, tetapi juga makna rohani dan transformasi yang terkandung di dalamnya. Sejarah rohani kita bisa tercermin dalam kisah penyangkalan Petrus dan pertobatannya. Jika kita dulu bukan Kristen atau Kristen, tetap ada cerita pertobatan dari penolakan terhadap Kristus. Jika kini kita menjadi percaya sepenuhnya kepada Kristus, itu karunia iman yang tak bisa ditolak. (TWP)
0 notes
Text
PENGAKUAN YESUS SEBAGAI MESIAS DAN HUKUMAN DARI SANHEDRIN
Renungan Jumat, 4 April 2025 Nas: Markus 14:53-65
Maka Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? - Markus 14:60-63
Pernyataan "Pengakuan Yesus sebagai Mesias dan Hukuman dari Sanhedrin" sangat penting bagi bangsa Yahudi karena beberapa alasan historis, teologis, dan sosial:
(1) Klaim Mesianis yang Menggemparkan. Yesus mengakui bahwa Ia adalah Mesias (Kristus) dan Anak Allah (Mrk. 14:61-62). Dalam konteks Yahudi, Mesias adalah figur yang dinantikan sebagai pemimpin yang akan membebaskan Israel, baik secara politik maupun spiritual. Klaim ini mengejutkan Mahkamah Agama (Sanhedrin) karena mereka tidak melihat Yesus sebagai pemimpin yang memenuhi ekspektasi mereka.
(2) Tuduhan Hujatan terhadap Allah. Bagi pemuka agama Yahudi, klaim Yesus sebagai Anak Allah dianggap sebagai penghujatan (Mrk. 14:63-64). Dalam hukum Taurat (Im. 24:16), seseorang yang menghujat Allah harus dihukum mati. Oleh karena itu, pengakuan Yesus menjadi alasan utama bagi mereka untuk menjatuhkan hukuman.
(3) Ancaman terhadap Kekuasaan dan Tradisi Yahudi. Yesus sering mengkritik pemimpin agama Yahudi dan sistem keagamaan yang korup. Jika Yesus benar-benar Mesias, maka otoritas imam-imam dan ahli Taurat akan dipertanyakan. Mereka melihat Yesus sebagai ancaman terhadap kekuasaan dan tradisi mereka.
(4) Dampak terhadap Harapan Mesianis Bangsa Yahudi. Sebagian besar orang Yahudi mengharapkan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Namun, Yesus tidak datang sebagai pemimpin politik, melainkan sebagai Raja spiritual yang membawa keselamatan dari dosa. Konsep ini bertentangan dengan harapan banyak orang Yahudi saat itu.
(5) Titik Balik dalam Sejarah Keselamatan. Pengakuan Yesus ini menjadi momen kunci dalam perjalanan-Nya menuju salib. Hukuman dari Sanhedrin menjadi langkah awal menuju penyaliban, yang kemudian digenapi sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah bagi manusia.
Refleksi: Dengan demikian, pengakuan Yesus sebagai Mesias bukan hanya menjadi dasar penghukuman-Nya oleh Sanhedrin, tetapi juga merupakan peristiwa yang membentuk sejarah iman Kristen dan berdampak besar bagi bangsa Yahudi serta dunia. Pengakuan dari Tuhan Yesus sebagai Mesias dan Kristus ini sangat penting juga bagi iman Kristen. Kita yang telah percaya kepada-Nya memiliki pengharapan akan keselamatan, tetapi juga Kerajaan Allah yang sudah kita miliki hari ini. (TWP)
0 notes
Text
KETIKA IMAN KITA DIUJI?
Renungan Kamis, 3 April 2025 Nas: Markus 14: 47-52
Salah seorang dari mereka yang ada di situ menghunus pedangnya, lalu menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Kata Yesus kepada mereka: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang. - Markus 14:47-52
Dalam nas ini, kita melihat sebuah momen dramatis di taman Getsemani ketika Yesus ditangkap. Seorang dari antara murid-murid—yang dalam Injil lain diidentifikasi sebagai Petrus—menghunus pedang dan memotong telinga seorang hamba Imam Besar. Namun, Yesus tidak mendukung tindakan kekerasan ini. Ia justru menerima penangkapan-Nya dengan penuh ketundukan pada kehendak Bapa.
Bagian ini juga mencatat bagaimana murid-murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri. Bahkan seorang pemuda yang hanya mengenakan kain lenan lebih memilih melarikan diri dalam keadaan telanjang daripada tetap berada di dekat Yesus.
(1) Kesetiaan yang Terguncang. Murid-murid Yesus, yang sebelumnya menyatakan kesiapan untuk mati bersama-Nya (Mrk. 14:31), justru melarikan diri saat bahaya datang. Ini menunjukkan betapa mudahnya manusia goyah ketika kesetiaan mereka benar-benar diuji. Bagaimana dengan kita? Apakah kita tetap setia kepada Tuhan dalam tantangan hidup, ataukah kita lari ketika menghadapi pencobaan?
(2) Yesus dan Jalan Ketaatan. Sementara murid-murid panik dan bertindak berdasarkan emosi, Yesus tetap tenang dan taat kepada kehendak Allah. Ini menjadi pengingat bahwa mengikuti Tuhan bukan tentang mencari kenyamanan, tetapi kesiapan untuk tunduk pada rencana-Nya, bahkan ketika itu sulit.
(3) Melarikan Diri atau Bertahan? Pemuda yang melarikan diri tanpa pakaian adalah gambaran dari banyak orang yang tidak siap menghadapi kesulitan dalam iman mereka. Saat tantangan datang, kita mudah terjebak dalam ketakutan dan kehilangan keberanian. Namun, Tuhan memanggil kita untuk tetap berpegang pada-Nya dan tidak menyerah dalam iman.
Refleksi: Apakah kita benar-benar siap untuk tetap setia kepada Tuhan, bahkan ketika keadaan tidak sesuai dengan harapan kita? Atau, seperti murid-murid, kita lebih memilih melarikan diri ketika iman kita diuji? Kiranya Tuhan menguatkan hati kita agar kita tidak hanya setia dalam keadaan baik, tetapi juga dalam saat-saat sulit. (TWP)
1 note
·
View note
Text
CIUMAN PENGKHIANAT
Renungan Rabu, 2 April 2025 Nas: Markus 14:43-46
Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat." Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Rabi," lalu mencium Dia. Maka mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. - Markus 14:43-46
Ya, "Ciuman Pengkhianat" adalah judul yang sangat cocok karena langsung menggambarkan cara Yudas Iskariot mengkhianati Yesus—dengan sebuah ciuman sebagai tanda kepada para penangkap-Nya. Judul ini ringkas, tetapi kuat dalam makna, mencerminkan kepalsuan kasih yang digunakan Yudas untuk menyerahkan Yesus kepada musuh-Nya.
Ya, cara Yudas Iskariot dalam mengkhianati Yesus dapat terjadi dalam kehidupan masa kini, meskipun dalam bentuk yang berbeda. "Ciuman pengkhianat" melambangkan pengkhianatan yang dilakukan dengan cara yang tampak penuh kasih dan kepercayaan, tetapi sebenarnya berisi niat jahat.
Beberapa contoh pengkhianatan serupa dalam kehidupan modern:
(1) Pengkhianatan dalam Persahabatan – Seseorang yang berpura-pura menjadi teman dekat tetapi diam-diam menyakiti atau merugikan kita.
(2) Pengkhianatan dalam Pekerjaan – Rekan kerja yang terlihat mendukung, tetapi diam-diam menjatuhkan kita demi keuntungan pribadi.
(3) Pengkhianatan dalam Hubungan – Pasangan yang berpura-pura mencintai, tetapi ternyata tidak setia.
(4) Pengkhianatan terhadap Nilai dan Prinsip – Orang yang pernah setia pada iman atau nilai-nilai moral, tetapi karena tekanan atau keuntungan duniawi, memilih untuk meninggalkannya.
Refleksi: Kisah Yudas mengajarkan kita untuk waspada terhadap kemunafikan dan pentingnya ketulusan dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama. (TWP)
0 notes
Text
DUKA YESUS DI GETSEMANI
Renungan Selasa, 1 April 2025 Nas : Markus 14:32-42
Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa." Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah." - Markus 14:32-34
Yesus dapat melewati penderitaan emosional dan spiritual dalam pergumulan-Nya di Taman Getsemani dengan beberapa cara yang tercermin dalam Markus 14:32-42:
(1) Membawa Pergumulan-Nya dalam Doa. Yesus tidak menyimpan penderitaan-Nya sendiri, tetapi Dia mencurahkan isi hati-Nya kepada Bapa. Dalam Markus 14:36, Yesus berdoa: "Abba, ya Bapa, segala sesuatu mungkin bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." Doa ini menunjukkan kejujuran dan ketergantungan penuh Yesus kepada Bapa, meskipun Dia tahu penderitaan yang harus Dia hadapi.
(2) Mengakui Kehendak Bapa Lebih Utama daripada Kehendak-Nya Sendiri. Meskipun Yesus ingin "cawan" penderitaan itu diambil, Dia tetap menyerahkan diri pada kehendak Allah. Ini menunjukkan bahwa penyerahan diri kepada kehendak Tuhan memberi kekuatan untuk melewati penderitaan.
(3) Berjuang dalam Ketekunan. Yesus tidak berdoa hanya sekali, tetapi Dia terus berdoa tiga kali (Mrk. 14:39). Ini menunjukkan bahwa pergumulan-Nya adalah proses, bukan sesuatu yang langsung selesai. Ketekunan dalam doa memberi-Nya kekuatan untuk tetap teguh.
(4) Memiliki Dukungan dari Murid-Murid-Nya (Meski Mereka Gagal). Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk mendampingi-Nya dan berdoa (Mrk. 14:33-34). Meskipun mereka tertidur dan gagal mendukung-Nya, ini menunjukkan bahwa dalam penderitaan, komunitas dan persahabatan tetap penting.
(5) Bangkit dengan Kesiapan dan Keberanian. Setelah pergumulan-Nya, Yesus akhirnya berkata kepada murid-murid-Nya: "Marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat." (Mrk 14:42). Ini menunjukkan bahwa setelah mengalami pergumulan batin yang mendalam, Yesus bangkit dengan keberanian dan kesiapan untuk menghadapi salib.
Refleksi: Yesus melewati penderitaan emosional dan spiritual dengan berserah kepada Bapa, berdoa dengan tekun, menerima kehendak Allah, mencari dukungan orang terdekat, dan akhirnya bangkit dengan keberanian. Ini menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi pencobaan dan pergumulan hidup—dengan membawa semuanya kepada Tuhan dalam doa dan berserah kepada kehendak-Nya. (TWP)
1 note
·
View note
Text
JANJI KESETIAAN YANG DIUJI
Renungan Senin, 31 Maret 2025 Nas: Markus 14:26-31
Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lain pun berkata demikian juga. - Markus 14:26-31
Kesetiaan Petrus diuji dalam situasi yang sangat sulit ketika Yesus ditangkap dan diadili. Berikut adalah beberapa poin penting yang menunjukkan bagaimana kesetiaannya goyah tetapi akhirnya dipulihkan:
(1) Janji Kesetiaan Petrus (Mrk. 14:29-31). Sebelum Yesus ditangkap, Petrus dengan penuh keyakinan berkata, "Sekalipun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Yesus menubuatkan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali sebelum ayam berkokok dua kali.
(2) Ketakutan dan Penyangkalan (Mrk. 14:66-72, Luk. 22:54-62). Saat Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah Imam Besar, Petrus mengikuti dari jauh. Tiga kali orang menuduhnya sebagai pengikut Yesus, tetapi karena takut, Petrus menyangkal dengan tegas, bahkan bersumpah bahwa ia tidak mengenal Yesus. Setelah ayam berkokok, Petrus teringat perkataan Yesus dan menangis dengan sedih.
(3) Pemulihan Kesetiaan Petrus (Yoh. 21:15-19). Setelah kebangkitan-Nya, Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Yesus meneguhkan kembali Petrus sebagai pemimpin murid-murid-Nya dengan berkata, "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Ini menunjukkan bahwa meskipun Petrus gagal dalam ujian kesetiaannya, Yesus tetap memberikan kesempatan untuk bertobat dan melayani kembali.
Refleksi: Pelajaran dari kesetiaan Petrus yang diuji: (1) Kesetiaan bisa goyah di tengah tekanan, tetapi Tuhan memberi kesempatan untuk bertobat. (2) Ketakutan bisa mengalahkan janji awal kita, tetapi Tuhan tetap memulihkan orang yang benar-benar menyesal. Penyangkalan Petrus bukan akhir dari pelayanannya, justru menjadi titik balik untuk kesetiaan yang lebih teguh di kemudian hari. Jika kita tidak setia, Yesus tetap setia, jika kita pernah terpikir akan mundur dari kekristenan, atau mundur dari pelayanan, ini saatnya untuk memperbarui komitmen kita! (TWP)
1 note
·
View note
Text
PERJAMUAN KUDUS DITETAPKAN
Renungan Sabtu, 29 Maret 2025 Nas: Markus 14:22-25
Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah." - Markus 14:22-25
Dalam nas ini, Yesus menetapkan Perjamuan Kudus saat makan bersama murid-murid-Nya pada malam sebelum penyaliban. Inilah momen penting di mana Yesus memberikan roti dan anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya, menandai Perjanjian Baru antara Allah dan manusia.
Isi dan Makna Markus 14:22-25:
(1) Yesus Memberikan Roti (ayat 22). "Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ‘Ambillah, inilah tubuh-Ku.’” Roti melambangkan tubuh Yesus yang akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia.
(2) Yesus Memberikan Cawan Anggur (ayat 23-24). "Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.’” Anggur melambangkan darah Yesus yang dicurahkan sebagai pengampunan dosa dan penetapan Perjanjian Baru.
(3) Janji tentang Kerajaan Allah (ayat 25). "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.". Yesus menegaskan harapan eskatologis bahwa perjamuan sejati akan digenapi di Kerajaan Allah kelak.
Refleksi: Perjamuan Kudus adalah sakramen penting dalam iman Kristen yang mengingatkan umat percaya akan pengorbanan Kristus dan janji keselamatan. Melalui roti dan anggur, kita mengenang kasih Yesus dan menantikan kedatangan-Nya kembali. (TWP)
0 notes
Text
NASIB TRAGIS SI PENGKHIANAT
Renungan Jumat, 28 Maret 2025 Nas: Markus 14:12-21
Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." - Markus 14:21
Kalimat dalam ayat ini, Yesus mengucapkan pernyataan yang sangat keras mengenai Yudas Iskariot, pengkhianat-Nya: Ayat ini menunjukkan betapa mengerikannya akibat yang menanti Yudas karena perbuatannya.
Nasib Tragis Yudas Iskariot:
(1) Pengkhianatan yang Memenuhi Nubuat. Yudas bukan sekadar mengkhianati Yesus demi 30 keping perak (Mat. 26:14-16), tetapi ia juga menjadi alat dalam penggenapan rencana keselamatan Allah. Meskipun demikian, Yesus tetap memperingatkan bahwa tindakan Yudas akan membawa kehancuran baginya sendiri.
(2) Penyesalan yang Terlambat. Setelah melihat Yesus ditangkap dan dihukum, Yudas menyesali perbuatannya. Dalam Matius 27:3-5, Yudas mengembalikan uang perak kepada imam-imam kepala dan tua-tua, lalu berkata, "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Namun, mereka menolak bertanggung jawab atasnya.
(3) Akhir yang Tragis. Yudas akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri dengan gantung diri (Mat. 27:5). Kisah ini juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 1:18, yang menggambarkan bagaimana tubuhnya hancur setelah kematiannya.
(4) Peringatan dari Yesus.Yesus mengatakan bahwa akan lebih baik jika Yudas tidak dilahirkan. Ini menegaskan betapa mengerikan akibat dari pengkhianatan terhadap Tuhan. Peringatan ini tidak hanya berlaku bagi Yudas, tetapi juga bagi siapa saja yang memilih untuk menolak dan mengkhianati Kristus.
Refleksi: Nasib Yudas menjadi pengingat bahwa meskipun Allah mengizinkan rencana-Nya terjadi, setiap orang tetap bertanggung jawab atas pilihannya. Yudas memiliki kesempatan untuk bertobat dengan sungguh-sungguh, tetapi ia memilih jalan yang membawa kehancuran. Nasib tragis juga pasti dialami oleh mereka yang meninggalkan Yesus di masa kini demi apa pun dan dengan berbagai alasan apa pun. (TWP)
2 notes
·
View notes
Text
PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT
Renungan Kamis, 27 Maret 2025 Nas : Markus 14:10-11
Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. - Markus 14:10-11
Pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus mengandung banyak pelajaran berharga bagi kehidupan kita. Berikut beberapa di antaranya:
(1) Cinta Uang Dapat Menyesatkan. Yudas menyerahkan Yesus hanya demi 30 keping perak (Mat. 26:15). Ini mengajarkan bahwa kecintaan terhadap uang dapat membawa seseorang kepada dosa besar dan menjauhkan dari Tuhan (1 Tim. 6:10).
(2) Kedekatan Fisik dengan Yesus Tidak Menjamin Kesetiaan. Yudas adalah salah satu dari dua belas murid Yesus, tetapi hatinya tidak benar. Ini menunjukkan bahwa sekadar berada di lingkungan rohani atau aktif dalam pelayanan tidak cukup jika hati tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
(3) Godaan dan Kesempatan Bisa Menguji Karakter Kita. Ketika Yudas melihat kesempatan untuk mendapatkan uang dengan mengkhianati Yesus, ia tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Ini mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga terhadap godaan yang bisa menjerumuskan kita.
(4) Penyesalan Tanpa Pertobatan Tidak Menyelamatkan. Setelah menyadari dosanya, Yudas menyesal (Mat. 27:3-5), tetapi alih-alih bertobat dan meminta pengampunan Tuhan, ia memilih mengakhiri hidupnya. Hal ini mengajarkan bahwa penyesalan tanpa pertobatan tidak membawa keselamatan.
(5) Hikmat dalam Memilih Teman dan Lingkungan. Yudas bergaul dengan imam-imam kepala yang ingin menangkap Yesus. Ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan, karena pergaulan yang buruk dapat merusak karakter yang baik (1 Kor. 15:33).
(6) Tuhan Bisa Memakai Segala Hal untuk Menggenapi Rencana-Nya. Meskipun pengkhianatan Yudas adalah perbuatan jahat, Tuhan menggunakannya sebagai bagian dari rencana keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Ini mengajarkan bahwa Tuhan dapat memakai bahkan situasi terburuk untuk tujuan yang lebih besar (Rm. 8:28).
Refleksi: Pelajaran ini mengingatkan kita untuk selalu setia kepada Tuhan, menjauhi godaan dunia, dan hidup dalam pertobatan sejati, setia kepada kebenaran Kristus. (TWP)
0 notes
Text
KETIKA TINDAKAN KASIH DIHINA?
Renungan Rabu, 26 Maret 2025 Nas: 14:3-9
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu. - Markus 14:3-5
Ya, tindakan kasih wanita itu dihina oleh beberapa orang yang hadir. Dalam Markus 14:4-5, beberapa orang gusar dan menganggap perbuatan wanita itu sebagai pemborosan. Mereka berpikir bahwa minyak narwastu yang mahal itu lebih baik dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin.
Namun, Yesus justru membela wanita itu. Dalam Markus 14:6-9, Yesus mengatakan bahwa apa yang dilakukan wanita itu adalah tindakan yang indah dan penuh kasih. Dia mengurapi-Nya sebagai persiapan untuk penguburan-Nya, dan perbuatannya akan selalu dikenang.
Refleksi: Ini menunjukkan bahwa tindakan kasih sejati kepada Yesus tidak selalu dipahami atau dihargai oleh orang lain. Namun, yang terpenting adalah bagaimana Yesus sendiri melihatnya dan Dia menghargai pengorbanan yang dilakukan dengan hati yang tulus. Bagi wanita dalam cerita ini, Yesus Sang Guru dan Tuhan baginya paling berharga dan paling dihormati. Apalah artinya minyak narwastu seharga tiga ratus dinar dibanding Tuhan Yesus, yang saat itu Dia membutuhkan dukungan moril dan tindakan kasih, dimana kira-kira enam hari lagi akan ditangkap, disiksa, menderita aniaya dan puncaknya disalibkan dan mati. (TWP)
1 note
·
View note
Text
JALAN MENUJU SALIB: TIPU MUSLIHAT UNTUK MEMBUNUH YESUS
Renungan Selasa, 25 Maret 2025 Nas: Markus 14:1-2
Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat." - Markus 14:1-2
Dalam nas ini, para imam kepala dan ahli Taurat merencanakan tipu muslihat untuk menangkap dan membunuh Yesus.
Analisis tipu muslihat mereka:
(1) Mereka merencanakan secara diam-diam: mereka tidak ingin menangkap Yesus secara terbuka karena khawatir akan reaksi keras dari orang banyak yang mengikuti-Nya.
(2) Menghindari keributan saat perayaan Paskah: Paskah adalah perayaan besar bagi orang Yahudi, dan banyak orang berkumpul di Yerusalem. Jika mereka menangkap Yesus secara terang-terangan, bisa terjadi pemberontakan atau kerusuhan.
(3) Mencari cara yang licik: Mereka ingin menggunakan strategi yang tidak mencolok agar bisa menangkap dan membunuh Yesus tanpa menarik perhatian banyak orang.
Tipu muslihat ini akhirnya terwujud ketika Yudas Iskariot mengkhianati Yesus dengan memberi tahu para pemimpin agama tentang tempat di mana Yesus bisa ditangkap tanpa diketahui oleh banyak orang (Mrk. 14:10-11, 43-46).
Refleksi: Jalan menuju salib bagi Yesus adalah merupakan suatu proses yang tragis dan mengerikan, karena menjadi saat-saat paling berat dalam menanggung dosa dunia dan kejahatan kita, yang kemudian ditimpakan kepada-Nya. Kita melihat seakan-akan manusia berdosa dan iblis berkolaborasi merencanakan pembunuhan, penumpahan darah Yesus, pembantaian keji yang tiada tara. Betapa sesaknya dada kita mengingat hal ini, betapa besar kasih dan pengorbanan Yesus demi keselamatan kita dari hukuman kekal dalam api neraka. (TWP)
0 notes
Text
BERJAGA-JAGALAH!
Renungan Senin, 24 Maret 2025 Nas: Markus 13:33-37
"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!" - Markus 13:33-37
Dalam nas ini, Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga dan berdoa karena mereka tidak tahu kapan waktunya Tuhan akan datang.
Makna Perintah Ini:
(1) Berjaga-jaga secara rohani – Yesus mengingatkan agar selalu siap sedia dalam iman, karena kedatangan-Nya tidak bisa diprediksi. (2) Berdoa dan waspada – Kehidupan Kristen harus diisi dengan doa dan kewaspadaan terhadap dosa dan pencobaan. (3) Kesetiaan dalam tugas – Seperti hamba yang ditinggalkan tuannya, setiap orang percaya memiliki tanggung jawab dalam pelayanan dan harus setia menjalankannya. (4) Jangan lengah – Tidur dalam konteks ini menggambarkan kelalaian rohani. Orang Kristen harus tetap aktif dalam iman dan pelayanan hingga Yesus datang kembali.
Refleksi: Pesan utama dari Markus 13:33-37 adalah kesadaran dan kesiapan dalam menjalani kehidupan Kristen karena kedatangan Tuhan bisa terjadi kapan saja. Perlu dicamkan, bahwa Tuhan Yesus memberikan gambaran yang begitu jelas tentang rencana kedatangan-Nya kembali. Jika kita merupakan murid-murid-Nya tidak perlu takut dan bimbang karena kedatangan-Nya kembali adalah kepastian sepasti kedatangan-Nya yang pertama. (TWP)
1 note
·
View note
Text
HANYA BAPA YANG MENGETAHUI WAKTUNYA
Renungan Sabtu, 22 Maret 2025 Nas: Markus 13:29-32
Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." - Markus 13:29-32
Secara khusus bahwa makna dari bahwa Hanya Bapa yang mengetahui waktunya dalam Markus 13:32. Ayat ini adalah bagian dari pengajaran Yesus tentang akhir zaman. Dalam konteksnya, Yesus sedang berbicara kepada murid-murid-Nya mengenai tanda-tanda akhir zaman dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Namun, di ayat ini, Yesus menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu kapan tepatnya hari itu akan datang, kecuali Bapa di surga.
Poin-poin penting dari Markus 13:32:
(1) Waktu Kedatangan Yesus adalah Rahasia Allah. Yesus menyatakan bahwa tidak ada manusia, malaikat, bahkan Anak (Yesus sendiri dalam status-Nya sebagai manusia) yang tahu kapan hari itu tiba. Ini menunjukkan bahwa Allah Bapa memiliki otoritas penuh atas rencana akhir zaman. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam spekulasi atau mencoba menghitung kapan akhir zaman akan terjadi.
(2) Kedaulatan Allah dalam Sejarah. Allah memiliki rencana yang sempurna dan Dia bekerja sesuai dengan waktu-Nya sendiri. Meskipun manusia ingin mengetahui masa depan, kita diajak untuk mempercayakan segalanya kepada kehendak Allah.
(3) Yesus dalam Inkarnasi-Nya. Ketika Yesus berkata bahwa "Anak pun tidak tahu," hal ini berkaitan dengan pembatasan diri-Nya sebagai manusia (Flp. 2:6-7). Sebagai manusia, Yesus rela melepaskan sebagian hak keilahian-Nya, termasuk dalam mengetahui waktu akhir zaman. Namun, setelah kebangkitan dan pemuliaan-Nya, Yesus memiliki kembali segala kuasa dan pengetahuan penuh sebagai Tuhan (Mat. 28:18).
(4) Panggilan untuk Hidup dalam Kesiapan. Karena kita tidak tahu kapan Yesus akan datang kembali, kita dipanggil untuk selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Markus 13:33-37 mengajarkan kita untuk hidup dengan iman, kesetiaan, dan ketaatan kepada Tuhan.
Refleksi: Aplikasi dalam Kehidupan: Tidak Perlu Menebak Waktu Kedatangan Tuhan. Banyak orang mencoba meramalkan kapan Yesus akan datang kembali, tetapi firman Tuhan jelas mengatakan bahwa itu tidak bisa diketahui. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk fokus pada hidup dalam iman dan ketaatan, bukan pada spekulasi.
Berjaga-jaga dalam Kekudusan dan Iman. Karena Yesus bisa datang kapan saja, kita harus hidup dengan hati yang bersih, bertobat dari dosa, dan setia dalam pelayanan.
Percaya pada Waktu Tuhan. Jika kita menghadapi ketidakpastian dalam hidup, ayat ini mengajarkan kita untuk bersandar kepada Tuhan yang mengetahui segalanya.
Jadi, Markus 13:32 mengajarkan bahwa waktu kedatangan Yesus adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah Bapa. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak sibuk menghitung kapan itu terjadi, tetapi fokus hidup dalam kesiapan, iman, dan ketaatan. (TWP)
0 notes
Text
PENGUMPULAN UMAT PILIHAN DAN TANDA AKHIR ZAMAN
Renungan Jumat, 21 Maret 2025 Nas: Markus 13:27-28
Dan pada waktu itu pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. - Markus 13:27-28
Dalam dua ayat ini, Yesus berbicara tentang pengumpulan umat pilihan-Nya pada akhir zaman serta memberikan perumpamaan pohon ara sebagai tanda-tanda yang perlu diperhatikan. Ini menunjukkan bahwa kedatangan-Nya sudah dekat dan umat-Nya harus berjaga-jaga.
Nubuat ini tentang pengumpulan umat pilihan dan tanda-tanda akhir zaman adalah bagian dari pengajaran-Nya mengenai kedatangan-Nya yang kedua kali. Pertanyaannya apakah nubuat ini sudah digenapi?
(1) Pengumpulan Umat Pilihan (ayat 27). Yesus mengatakan bahwa pada waktu kedatangan-Nya, malaikat-malaikat akan mengumpulkan umat pilihan dari seluruh dunia. Ini sering dikaitkan dengan kedatangan Kristus yang kedua dan pengangkatan orang percaya (Mat. 24:31, 1 Tes. 4:16-17). Apakah sudah digenapi? Belum sepenuhnya. Injil telah diberitakan ke seluruh dunia, banyak orang telah percaya kepada Kristus, tetapi pengumpulan terakhir umat pilihan dalam konteks akhir zaman masih menunggu kedatangan Yesus yang kedua kali.
(2) Perumpamaan Pohon Ara (Mrk. 13:28). Yesus menggunakan pohon ara sebagai simbol tanda-tanda akhir zaman. Ketika rantingnya mulai bertunas, itu berarti musim panas sudah dekat—artinya ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa akhir zaman semakin mendekat. Apakah sudah digenapi? Sebagian besar tanda-tanda yang Yesus sebutkan dalam Markus 13 (perang, bencana alam, penganiayaan, kemurtadan, pemberitaan Injil ke seluruh dunia) memang sedang terjadi di zaman ini. Banyak orang menghubungkan perumpamaan pohon ara dengan berdirinya kembali Israel sebagai negara pada tahun 1948, tetapi interpretasi ini masih diperdebatkan.
Refleksi: Nubuat ini belum sepenuhnya digenapi, tetapi banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kita sudah semakin mendekati penggenapannya. Orang percaya diingatkan untuk tetap berjaga-jaga dan setia, karena kedatangan Kristus bisa terjadi kapan saja (Mrk. 13:33-37). (TWP)
0 notes
Text
KEDATANGAN KEMBALI KRISTUS PENUH KUASA DAN KEMULIAAN
Renungan Kamis, 20 Maret 2025 Nas: 13:24-26
"Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. - Markus 13:24-26
Dalam nas ini, Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya kembali dengan penuh kuasa dan kemuliaan. Ayat-ayat ini menggambarkan tanda-tanda kosmik yang dahsyat serta kemunculan-Nya sebagai Raja yang berdaulat. Penjelasan Markus 13:24-26:
(1) Ayat 24-25 – Akan terjadi perubahan besar di alam semesta: Matahari akan menjadi gelap. Bulan tidak bercahaya. Bintang-bintang akan berjatuhan. Kuasa-kuasa langit akan goncang. Ini menandakan peristiwa luar biasa yang mendahului kedatangan Kristus.
(2) Ayat 26 – Yesus akan datang dalam kemuliaan: "Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya." Ini merujuk pada penggenapan janji kedatangan Yesus yang kedua kali, seperti yang juga disebutkan dalam Daniel 7:13-14 dan Wahyu 1:7.
Makna Kedatangan Yesus dalam Kemuliaan: Penggenapan Janji – Yesus akan datang kembali untuk menghakimi dunia dan menegakkan Kerajaan-Nya. Penghiburan bagi Orang Percaya – Mereka yang setia kepada Kristus akan melihat kemenangan-Nya dan mengalami keselamatan kekal. Peringatan bagi Dunia – Ini adalah panggilan untuk bertobat sebelum hari kedatangan Tuhan tiba.
Refleksi: Kedatangan Yesus yang kedua kali bukan dalam kerendahan seperti saat pertama kali, tetapi dalam kemuliaan dan kuasa sebagai Raja dan Hakim. Oleh karena itu, kita sebagai orang percaya harus tetap berjaga-jaga dan hidup dalam kesetiaan kepada-Nya. (TWP)
0 notes
Text
TUHAN AKAN DIPERSINGKAT WAKTUNYA
Renungan Rabu, 19 Maret 2025 Nas: Markus 13:20-23
Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang telah dipilih-Nya, Tuhan mempersingkat waktunya. Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan. Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu." - Markus 13:20-23
Dalam bagian khotbah berkaitan dengan akhir zaman ini, Yesus berbicara tentang masa kesusahan besar yang akan datang sebelum akhir zaman. Frasa "sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya" dalam ayat 20 merujuk pada kasih karunia Allah yang mengintervensi agar penderitaan itu tidak berlangsung lebih lama dari yang bisa ditanggung manusia.
Makna dalam Konteks Alkitab:
(1) Masa Kesusahan yang Dahsyat. Ayat ini merupakan bagian dari nubuat Yesus tentang akhir zaman (Mrk. 13:19-20), di mana akan terjadi penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Jika Tuhan tidak memperpendek hari-hari itu, tidak ada yang bisa bertahan hidup.
(2) Kasih dan Pemeliharaan Allah bagi Umat Pilihan. Tuhan memperpendek hari-hari itu demi umat pilihan-Nya, yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Ini menunjukkan belas kasih Allah yang menjaga umat-Nya agar tidak binasa.
(3) Peringatan tentang Penyesatan. Dalam ayat 21-23, Yesus memperingatkan bahwa pada masa itu akan muncul mesias palsu dan nabi palsu yang menyesatkan banyak orang. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk tetap waspada dan tidak mudah percaya pada tanda-tanda ajaib yang menyesatkan.
Refleksi: Frasa "sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya" menegaskan bahwa dalam masa kesusahan besar, Tuhan tetap berdaulat. Ia akan membatasi penderitaan itu demi menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ini adalah bentuk kasih Allah yang melindungi umat-Nya dari kehancuran total dan memberikan harapan bagi mereka yang tetap setia kepada-Nya. (TWP)
0 notes