Awasilah dirimu dan pengajaranmu, bertekunlah di dalam Firman Tuhan (1 Tim. 4:16, 2 Tim. 3:16-17)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
APAKAH YANG DIMAKSUD SESAT?
Renungan Selasa, 4 Maret 2025 Nas: Markus 12:18-27
Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!" - Markus 12:24-27
Mari kita lihat beberapa contoh aplikasi kesesatan menurut Markus 12:18-27 dalam kehidupan modern:
(1) Menolak Kebenaran Alkitab karena Salah Tafsir. Seperti orang Saduki yang menolak kebangkitan karena pemahaman mereka terbatas, ada orang-orang saat ini yang salah menafsirkan Alkitab dan menolak ajaran penting tentang Allah, Yesus, atau kehidupan kekal.
Contoh: Ada yang menganggap Yesus hanya seorang nabi atau guru moral, bukan Tuhan dan Juruselamat, meskipun Alkitab jelas menyatakan keilahian-Nya (Yoh. 1:1, 14). Ada yang menganggap kebangkitan hanyalah simbolis, bukan peristiwa nyata, meskipun Paulus menegaskan bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar iman Kristen (1 Kor. 15:17).
(2) Menyesatkan Orang dengan Pengajaran yang Tidak Berdasarkan Firman Tuhan. Yesus menegur orang Saduki karena mereka tidak memahami Kitab Suci dan kuasa Allah. Dalam kehidupan modern, ada ajaran-ajaran yang tampaknya rohani tetapi sebenarnya menyesatkan karena tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Contoh: Pengajaran yang mengajarkan bahwa keselamatan bisa diperoleh dengan usaha manusia saja, tanpa iman kepada Yesus (Ef. 2:8-9). Gerakan yang mengutamakan pengalaman mistis atau tradisi manusia di atas ajaran Alkitab.
(3) Mengandalkan Logika Manusia dan Mengabaikan Kuasa Allah. Orang Saduki mencoba menjebak Yesus dengan logika manusia tentang pernikahan setelah kebangkitan. Dalam kehidupan modern, banyak orang yang hanya mengandalkan akal dan ilmu pengetahuan, lalu menolak iman karena tidak bisa memahami atau membuktikan semua hal secara logis.
Contoh: Orang yang menolak mukjizat dalam Alkitab karena dianggap tidak ilmiah, padahal kuasa Allah melampaui pemahaman manusia (Yes. 55:8-9). Orang yang tidak percaya akan kehidupan setelah kematian karena hanya mengandalkan sains tanpa mempertimbangkan iman.
Refleksi: Kesesatan dalam Markus 12:18-27 bukan hanya tentang salah tafsir, tetapi kesalahan yang membuat seseorang menolak kebenaran Allah dan kuasa-Nya. Itu bisa terjadi ketika seseorang:
(1) Menolak kebenaran Alkitab karena pemahaman yang keliru. (2) Mengajarkan atau menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan firman Tuhan. (3) Mengandalkan logika manusia saja dan mengabaikan kuasa Allah.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang percaya untuk mempelajari firman Tuhan dengan benar (2 Tim. 2:15) dan bergantung pada Roh Kudus agar tidak jatuh dalam kesesatan. (TWP)
0 notes
Text
APA YANG WAJIB KITA BERIKAN KEPADA ALLAH?
Renungan Senin, 3 Maret 2025 Nas: Markus 12:13-17
Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia. - Markus 12:16-17
Dalam Markus 12:13-17, Yesus diajukan pertanyaan oleh orang Farisi dan Herodian tentang apakah mereka harus membayar pajak kepada Kaisar. Mereka berharap dapat menjebak Yesus dengan pertanyaan ini. Namun, Yesus dengan bijaksana meminta mereka menunjukkan sekeping uang denarius dan bertanya, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Mereka menjawab, "Kaisar."
Yesus kemudian berkata: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mrk. 12:17, TB).
Apa yang Wajib Kita Berikan kepada Allah Dari perkataan Yesus ini, kita belajar bahwa:
(1) Kaisar berhak atas pajak karena uang itu memiliki gambarnya.
(2) Allah berhak atas diri kita karena kita diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27).
Refleksi: Jadi, yang wajib kita berikan kepada Allah adalah seluruh hidup kita—kesetiaan, ibadah, kasih, ketaatan, dan segala yang kita miliki sebagai bentuk penghormatan kepada-Nya. (TWP)
0 notes
Text
BATU YANG DIBUANG MENJADI BATU PENJURU
Renungan Sabtu, 1 Maret 2025 Nas: Markus 12:1-12
Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia. - Markus 12:10-12
Dalam Markus 12:1-12, Yesus menceritakan perumpamaan tentang penggarap kebun anggur. Dalam perumpamaan ini, seorang pemilik kebun anggur menyewakan kebunnya kepada para penggarap. Namun, ketika pemilik mengirim hamba-hambanya untuk menerima hasil kebun, para penggarap itu malah memukul dan membunuh mereka. Akhirnya, pemilik kebun mengirim anaknya sendiri, berpikir mereka akan menghormatinya, tetapi para penggarap justru membunuh anak itu agar mereka bisa memiliki kebun anggur tersebut.
Di akhir perumpamaan, Yesus mengutip Mazmur 118:22: "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru." (Mrk. 12:10). Makna Ayat Ini:
(1) Yesus sebagai Batu Penjuru. Yesus adalah "batu yang dibuang" oleh para pemimpin agama Yahudi yang menolak dan akhirnya menyalibkan-Nya. Namun, dalam rencana Allah, Yesus justru menjadi "batu penjuru," yaitu dasar utama keselamatan dan kerajaan Allah.
(2) Penolakan oleh Para Pemimpin Agama. Para pemimpin Yahudi (Ahli Taurat, Imam Kepala) menolak Yesus seperti para penggarap yang menolak anak pemilik kebun anggur. Mereka tahu bahwa perumpamaan ini ditujukan kepada mereka, sehingga mereka semakin ingin menangkap Yesus.
(3) Penggenapan Rencana Allah. Meski ditolak, Yesus justru menjadi bagian paling penting dalam rencana keselamatan Allah. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dialah dasar iman dan harapan bagi semua orang percaya.
Refleksi: Jangan menolak Yesus dalam hidup kita, seperti para penggarap yang menolak anak pemilik kebun. Percayalah bahwa meskipun manusia menolak atau meremehkan sesuatu, Allah dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga dalam rencana-Nya. Jadikan Yesus sebagai batu penjuru dalam hidup kita sebagai dasar iman, harapan, dan keselamatan kita. (TWP)
0 notes
Text
KUASA ALLAH DIPERTANYAKAN?
Renungan Jumat, 28 Februari 2025 Nas: Markus 11:27-33
Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." - Markus 11:27-33
Dalam nas ini, orang Farisi, ahli Taurat, dan tua-tua Yahudi bertanya kepada Yesus tentang kuasa-Nya untuk melakukan hal-hal yang Ia lakukan, seperti membersihkan Bait Allah. Mereka ingin tahu dari mana Yesus mendapatkan wewenang untuk bertindak demikian, dan siapa yang memberi-Nya kuasa tersebut.
Yesus, dalam jawabannya, mengajukan pertanyaan balik. Ia bertanya kepada mereka tentang asal-usul baptisan Yohanes. Apakah itu dari surga atau dari manusia? Jika mereka menjawab bahwa baptisan Yohanes berasal dari surga, maka Yesus bisa menegaskan bahwa Yohanes mengakui Dia sebagai Mesias, dan dengan demikian kuasa-Nya juga berasal dari Tuhan. Namun, jika mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari manusia, mereka akan menghadapi masalah dengan orang banyak yang menganggap Yohanes sebagai nabi. Karena mereka takut akan reaksi orang banyak, mereka akhirnya menjawab, "Kami tidak tahu."
Yesus pun kemudian tidak memberi mereka jawaban langsung mengenai asal kuasa-Nya, namun menunjukkan kebijaksanaan dalam cara Dia menghadapinya, memperlihatkan bahwa otoritas-Nya bukan berasal dari manusia, melainkan dari Tuhan sendiri. Ini menggambarkan bagaimana orang-orang ini merasa terancam oleh ajaran Yesus dan berusaha menguji-Nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Refleksi: kita sebagai pengikut Kristus juga sering diperhadapkan dengan bermacam-macam pertanyaan sulit seperti cerita di perikop yang kita bahas. Bagaimana kita dapat memberi jawaban sangat ditentukan oleh hikmat Allah yang diperoleh melalui proses pembelajaran Firman Allah dan pencerahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri kita. Oleh karena itu belajar firman Allah dalam Alkitab dan memohon tuntunan Roh Kudus begitu penting dan tidak dapat kita abaikan, jika kita mau dipakai oleh-Nya untuk melayani banyak orang. (TWP)
0 notes
Text
JANGAN BIMBANG HATIMU!
Renungan Kamis, 27 Februari 2025 Nas: Markus 11:20-27
Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.] - Markus 11:22-26
Markus, dalam bagian nas ini mencatat peristiwa ketika Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, serta mengajarkan pentingnya iman dan doa yang percaya. Dalam ayat-ayat ini, Yesus menekankan bahwa jika kita percaya, kita bisa melakukan hal-hal besar melalui iman, bahkan memindahkan gunung.
Berikut adalah pengajaran dari Markus 11:20-26 yang dapat mendorong kita untuk tidak bimbang hati:
(1) Iman yang penuh percaya (Mrk. 11:22-24): Yesus mengajarkan bahwa jika kita beriman dan tidak ragu, segala sesuatu yang kita doakan dengan iman akan terjadi. Ini adalah dorongan untuk menghilangkan kecemasan dan ketakutan, serta untuk percaya bahwa Tuhan mendengar doa kita.
(2) Pengampunan (Mrk. 11:25-26): Yesus juga menekankan pentingnya pengampunan dalam doa. Jika kita mengampuni orang lain, Allah akan mengampuni kita. Ini mengajarkan kita untuk melepaskan rasa dendam dan kebencian yang bisa membuat hati kita bimbang.
(3) Keberanian dalam menghadapi tantangan (Mrk. 11:23): Dalam ayat ini, Yesus berkata bahwa kita dapat berkata kepada gunung untuk berpindah dan ia akan berpindah, selama kita percaya. Ini mengingatkan kita untuk menghadapi masalah hidup dengan keyakinan bahwa Tuhan bersama kita dan kita dapat mengatasi segala sesuatu.
(4) Menghadapi pertanyaan dan tantangan (Mrk. 11:27): Di akhir bagian ini, Yesus dihadapkan dengan pertanyaan dari para pemimpin agama yang berusaha menjebaknya. Namun, Yesus menjawab dengan bijaksana dan tidak terpengaruh oleh upaya mereka untuk membuatnya ragu. Ini mengajarkan kita untuk tetap teguh dalam iman dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau tantangan dari luar.
Refleksi: bagian ini mengingatkan kita untuk tidak bimbang hati, tetapi untuk mempercayai bahwa Tuhan mendengar doa kita, memampukan kita mengatasi tantangan, dan memberi kekuatan untuk mengampuni serta berdamai dengan orang lain. (TWP)
0 notes
Text
RUMAH-KU AKAN DISEBUT RUMAH DOA
Renungan Rabu, 26 Februari 2025 Nas: Markus 11:15-19
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. - Markus 11:15-19
Markus 11:15-19 menceritakan peristiwa ketika Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang dari Bait Allah di Yerusalem. Yesus sangat marah melihat rumah Allah yang seharusnya menjadi tempat doa, malah dijadikan tempat untuk berjualan. Dalam ayat Markus 11:17, Yesus berkata, "Tidakkah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu telah menjadikannya sarang penyamun."
Dalam konteks ini, Yesus mengingatkan bahwa rumah Tuhan seharusnya menjadi tempat yang suci untuk berdoa dan beribadah, tempat di mana segala bangsa bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Yesus menegur mereka yang telah menyalahgunakan tempat tersebut untuk tujuan komersial, mengubahnya menjadi tempat yang tidak lagi menghormati tujuan asli Bait Allah.
Refleksi: Pesan dari ayat ini adalah pentingnya menjaga kesucian rumah Tuhan dan memfokuskan tempat ibadah sebagai sarana untuk berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan, dan bukan untuk kepentingan pribadi atau material. Bait Allah dalam Perjanjian Baru menunjuk kepada diri setiap orang Kristen yang tentunya sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (1 Kor. 6:19). Dengan begitu berarti hidup kita harus dijaga kekudusannya. (TWP)
1 note
·
View note
Text
MENGAPA KAMU TIDAK BERBUAH?
Renungan Selasa, 25 Februari 2025 Nas: Markus 11:12-14
Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya. - Markus 11:12-14
Dalam perikop ini, kita membaca kisah Yesus yang melihat pohon ara di pinggir jalan. Meskipun pohon itu tampak berdaun lebat, ia tidak berbuah. Yesus kemudian mengutuk pohon itu, berkata, "Tak seorang pun akan makan buahmu lagi selamanya." Ini adalah tindakan simbolis yang mengandung makna penting, yang sesungguhnya merupakan peringatan bagi para tokoh keagamaan bangsa Israel, dan Israel sebagai bangsa pilihan-Nya.
Pelajaran dari perikop ini mengarah pada pertanyaan tentang apakah kita, sebagai umat Tuhan, menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita. Pohon ara, meskipun tampak subur dan penuh daun, tidak menghasilkan buah, yang menggambarkan keadaan umat Tuhan yang hanya tampak baik dari luar, tetapi tidak menghasilkan buah rohani yang seharusnya—seperti iman, kasih, dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan Yesus terhadap pohon ara dapat dilihat sebagai gambaran tentang apa yang terjadi jika seseorang atau suatu bangsa hanya tampak religius namun tidak menghasilkan buah yang nyata. Ini adalah panggilan untuk hidup yang otentik, di mana iman yang sejati harus tercermin dalam tindakan dan perbuatan. Dalam konteks ini, "berbuah" tidak hanya berarti menunjukkan tanda-tanda rohani secara eksternal, tetapi juga menghasilkan tindakan nyata yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Refleksi: Jadi, perenungan dari nas tersebut di atas adalah tentang pentingnya menghasilkan buah yang nyata dalam kehidupan kita, bukan hanya penampilan luar atau ritual, tetapi kehidupan yang memberi dampak positif dan berkenan di hadapan Tuhan. (TWP)
0 notes
Text
HOSANA

Renungan Senin, 24 Februari 2025 Nas: Markus 11:1-11
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini." . . . Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, - Markus 11:1-3, 9
Dalam Markus 11:9, kata "Hosana!" berasal dari bahasa Ibrani yang berarti "Selamatkanlah, kami mohon!" atau "Tolonglah, kami mohon!". Dalam konteks Alkitab, kata ini digunakan sebagai seruan kepada Tuhan untuk menyelamatkan atau menolong.
Saat Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggangi keledai, orang-orang yang menyambut-Nya di jalan mengucapkan "Hosana!" sebagai ungkapan sukacita dan penghormatan, berharap Yesus sebagai Mesias yang akan membawa keselamatan bagi mereka. Mereka juga menambahkan, "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" yang menunjukkan pengakuan mereka terhadap Yesus sebagai utusan Allah.
Bagi umat Kristen, seruan "Hosana!" dalam Markus 11:9 memiliki relevansi yang sangat dalam. Secara teologis, ini menunjukkan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, yang datang untuk membawa keselamatan. Ketika orang banyak menyambut Yesus dengan kata "Hosana!", mereka mengungkapkan harapan mereka bahwa Yesus akan menyelamatkan mereka dari penindasan dan memberi kedamaian, baik secara fisik maupun rohani.
Bagi umat Kristen, seruan ini memiliki makna yang lebih mendalam karena Yesus datang untuk menyelamatkan umat manusia melalui pengorbanan-Nya di salib, yang membawa keselamatan dari dosa dan kehidupan kekal. Oleh karena itu, "Hosana!" juga dapat dipahami sebagai seruan penyembahan dan penghormatan terhadap Yesus sebagai Juruselamat dan Raja yang datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Refleksi: Seruan ini, terutama saat perayaan Minggu Palma (Palm Sunday), mengingatkan umat Kristen akan pengorbanan dan kemenangan Kristus. Umat Kristen mengucapkan "Hosana!" dengan keyakinan bahwa Yesus adalah jalan keselamatan, dan seruan ini terus bergema dalam liturgi dan doa mereka sebagai bentuk pujian dan harapan akan karya keselamatan-Nya yang sudah terlaksana. (TWP)
0 notes
Text
"PERGILAH, IMANMU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU"

Renungan Sabtu, 22 Februari 2025 Nas: Markus 10:46-52
Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. - Markus 10:51-52
Ucapan Yesus dalam Markus 10:51-52 adalah bagian dari kisah penyembuhan Bartimeus, seorang pengemis buta di kota Yerikho. Makna Ucapan Yesus:
(1) Penyembuhan atas dasar iman. Yesus menegaskan bahwa iman Bartimeus adalah faktor utama dalam kesembuhannya. Bartimeus percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan, sehingga ia berseru dengan penuh keyakinan.
(2) Keselamatan lebih dari sekadar kesembuhan fisik. Kata "imanmu telah menyelamatkan engkau" menunjukkan bahwa Bartimeus tidak hanya mengalami kesembuhan fisik, tetapi juga keselamatan rohani karena imannya kepada Yesus.
(3) Panggilan untuk mengikut Yesus. Setelah disembuhkan, Bartimeus mengikuti Yesus. Ini menunjukkan perubahan hidup setelah mengalami kasih Tuhan.
Refleksi: Ucapan Yesus ini mengajarkan bahwa iman kepada-Nya membawa pemulihan dan keselamatan, bukan hanya dalam hal jasmani tetapi juga rohani. Keselamatan lebih dari kesembuhan fisik. (TWP)
1 note
·
View note
Text
MOTIVASI, FILOSOFI DAN NILAI MELAYANI
Renungan Jumat, 21 Februari 2025 Nas: Markus 10:35-45
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." - Markus 10:45
Dalam nas ini, Yesus mengajarkan tentang tujuan kedatangan-Nya yang sebenarnya, yaitu untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Dalam bagian ini, dua murid-Nya, Yakobus dan Yohanes, meminta agar mereka diberi posisi kehormatan di kerajaan-Nya. Namun, Yesus mengoreksi pemahaman mereka tentang kekuasaan dan kedudukan dengan menjelaskan bahwa dalam Kerajaan Allah, yang besar adalah mereka yang melayani, bukan yang dilayani.
Pembelajaran yang paling inti, yang paling relevan dalam konteks Markus 10:35-45 adalah tentang nilai pelayanan, kerendahan hati, dan pengorbanan dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Yesus mengajarkan bahwa untuk menjadi besar dalam Kerajaan Allah, kita tidak boleh mencari kedudukan atau penghormatan, melainkan harus siap untuk melayani orang lain dengan tulus. Dalam dunia yang sering kali menilai keberhasilan berdasarkan kekuasaan atau status, Yesus mengubah paradigma itu dengan menunjukkan bahwa siapa yang ingin menjadi terbesar, harus menjadi hamba bagi semua.
Konteks ini juga mengajak kita untuk merenungkan sikap kita terhadap pelayanan. Apakah kita datang untuk dilayani atau siap melayani orang lain, termasuk mereka yang mungkin tidak dapat membalas atau memberi keuntungan bagi kita? Selain itu, pengorbanan Yesus yang memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang juga mengingatkan kita tentang pentingnya berani mengorbankan kenyamanan atau kepentingan pribadi demi kebaikan orang lain dan untuk kemuliaan Tuhan.
Refleksi: Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk mengikuti teladan-Nya: melayani dengan rendah hati, mengutamakan kepentingan orang lain, dan siap mengorbankan diri demi kasih kepada sesama. (TWP)
0 notes
Text
YESUS MEMBERITAHUKAN SAAT PENDERITAAN DAN KEMATIAN-NYA
Renungan Kamis, 20 Februari 2025 Nas: Markus 10:31-14
Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit." - Markus 10:32-34
Pada nas ini respons para murid terhadap pemberitahuan Yesus tentang penderitaan dan kematian-Nya dapat dilihat sebagai campuran perasaan terkejut, takut, dan bingung.
Dari teks tersebut, respons murid-murid adalah terkejut dan takut. Mereka terkejut karena mendengar Yesus menyatakan bahwa Dia akan menderita dan mati, sesuatu yang sangat sulit diterima dan dipahami. Perasaan takut muncul karena Yesus mengungkapkan hal yang begitu berat dan menakutkan yang akan terjadi di Yerusalem, yang juga mungkin mengingatkan mereka pada kemungkinan bahaya bagi diri mereka sendiri.
Refleksi: Namun, meskipun mereka merasa terkejut dan takut, tidak ada bagian dalam teks ini yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengerti atau bertanya lebih lanjut tentang apa yang Yesus katakan mengenai penderitaan dan kebangkitan-Nya. Hal ini menggambarkan kebingungannya mereka, yang sering kali terlihat dalam reaksi para murid terhadap pengajaran-pengajaran Yesus yang sulit dipahami pada saat itu. Tetapi ketika Roh Kudus bekerja bagi kita, kita akan memahami banyak hal, termasuk penderitaan orang benar. (TWP)
0 notes
Text
HARGA DAN UPAH MENGIKUT KRISTUS
Renungan Rabu, 19 Februari 2025 Nas: Markus 10:28-31
Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." - Markus 10:28-31
Dalam nas ini, Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya mengenai harga dan upah bagi mereka yang mengikuti-Nya. Setelah Petrus bertanya tentang apa yang akan diterima oleh mereka yang meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus, Yesus menjawab bahwa siapa saja yang meninggalkan rumah, saudara-saudara, atau harta benda demi Dia dan Injil, akan menerima lebih banyak lagi, baik dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang.
Isi dari Markus 10:28-31:
(1) Markus 10:28: Petrus bertanya kepada Yesus bahwa mereka telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti-Nya, dan apa yang akan mereka terima sebagai gantinya.
(2) Markus 10:29-30: Yesus menjawab bahwa siapa pun yang meninggalkan rumah, saudara, ibu, ayah, anak-anak, atau tanah demi Yesus dan Injil, akan menerima kembali seratus kali lipat dalam kehidupan ini, dalam bentuk rumah, saudara, ibu, anak-anak, dan tanah, meskipun dengan penderitaan. Tetapi dalam kehidupan yang akan datang, mereka akan memperoleh hidup yang kekal.
(3) Markus 10:31: Namun, Yesus juga menekankan bahwa banyak orang yang pertama akan menjadi terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama. Ini menunjukkan bahwa meskipun mengikuti Kristus dapat membawa pengorbanan, pahala yang diterima sangat besar, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.
Refleksi: Kesimpulannya, mengikuti Kristus memang melibatkan pengorbanan (seperti meninggalkan keluarga atau harta benda), tetapi Yesus menjanjikan upah yang lebih besar, baik di dunia ini (dengan banyak saudara seiman dan berkat lain) maupun di dunia yang akan datang, yaitu hidup yang kekal. Namun, juga diingatkan bahwa hidup sebagai pengikut Kristus bukan tanpa tantangan atau penderitaan. (TWP)
0 notes
Text
KECINTAAN PADA HARTA DUNIA, PENGHALANG UNTUK MENGIKUT KRISTUS
Renungan Selasa, 18 Februari 2025 Nas: Markus 10:17-27
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. "Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." - Markus 10:23-27
Selama kita menjadikan harta dunia sebagai yang paling utama dalam hidup kita, maka tidak mungkin kita bisa menjadi pengikut Kristus. Dalam Markus 10:17-27, Yesus mengajarkan bahwa harta duniawi dapat menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengikuti-Nya. Dalam perikop tersebut, seorang pemuda kaya datang kepada Yesus dan bertanya apa yang harus dilakukannya untuk memperoleh hidup kekal. Yesus menjawab dengan memberi perintah untuk mematuhi perintah-perintah Allah, namun ketika pemuda itu mengatakan bahwa dia sudah melakukannya, Yesus memberi satu tuntutan lagi: menjual segala miliknya, memberi kepada orang miskin, dan mengikuti-Nya.
Pemuda itu merasa kecewa karena harta bendanya sangat banyak, dan akhirnya pergi dengan sedih. Yesus kemudian menjelaskan kepada murid-murid-Nya bahwa lebih mudah seekor unta lewat lubang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah. Hal ini mengungkapkan betapa sulitnya bagi orang yang sangat terpaut pada harta dunia untuk mengikuti Yesus, karena kecintaan pada harta dapat menghalangi seseorang untuk sepenuhnya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Refleksi: Pesan utama dari bagian ini adalah bahwa bagi orang yang ingin mengikuti Kristus, hati dan prioritasnya harus sepenuhnya tertuju pada Allah, bukan pada harta atau materi. Harta bisa menjadi godaan yang sangat besar, dan jika seseorang lebih mencintai harta duniawi daripada Tuhan, itu akan sulit untuk mengikutinya dengan sepenuh hati. (TWP)v
0 notes
Text
JANGAN HALANGI ANAK-ANAK ITU DATANG KEPADAKU
Renungan Senin, 17 Februari 2025 Markus 10:13-16
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. - Markus 10:13-16
Dalam nas ini, Yesus berkata, "Jangan menghalangi anak-anak itu datang kepada-Ku," saat beberapa orang membawa anak-anak untuk diberkati-Nya, dan murid-murid-Nya mencoba mengusir mereka. Makna dari perkataan ini menunjukkan bahwa Yesus memandang anak-anak dengan kasih dan keinginan untuk mereka mendekat kepada-Nya.
Pada saat itu, anak-anak dianggap sebagai kelompok yang rendah dalam masyarakat, dan sering kali diabaikan. Namun, Yesus mengajarkan bahwa kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang memiliki sikap seperti anak-anak, yaitu ketulusan, ketergantungan, dan kepercayaan yang penuh. Dia menekankan bahwa kita harus datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan penuh kepercayaan, seperti anak-anak.
Refleksi: Perkataan ini juga mengingatkan kita untuk tidak menghalangi siapa pun, terutama yang lemah atau tak berdaya, untuk mendekati Allah, karena Dia mengasihi setiap orang tanpa kecuali. Kasih tanpa syarat, kasih yang sejati dari Allah dalam Kristus hendaknya kita respons dengan positif, bahkan kita berusaha menghidupi kasih itu dalam membangun relasi dengan sesama. (TWP)
0 notes
Text
PERNIKAHAN KRISTEN YANG KUDUS
Renungan Sabtu, 15 Februari 2025 Nas: Markus 10:10-12
Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah." - Markus 10:10-12
Nas ini berbicara tentang pengajaran Yesus mengenai perkawinan dan perceraian. Dalam konteks ini, Yesus mengajarkan bahwa pernikahan adalah ikatan yang kudus dan tidak boleh diputuskan sembarangan. Beberapa poin penting yang bisa diambil dari pengajaran ini adalah:
(1) Pernikahan adalah ikatan yang tidak boleh dipisahkan: Yesus menegaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk menjadi satu daging, dan tidak ada yang boleh memisahkan mereka (lihat Mrk. 10:6-9). Oleh karena itu, perceraian bukanlah sesuatu yang Allah kehendaki.
(2) Pernikahan adalah ikatan yang mengikat sepanjang hidup: Dalam pengajaran Yesus, pernikahan adalah hubungan yang sakral dan hanya dapat diputus jika ada pelanggaran besar, seperti ketidaksetiaan (seperti yang disebutkan dalam Mat. 19:9), tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan utama untuk perceraian.
(3) Kesetiaan dalam pernikahan: Yesus menekankan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Bila seorang pasangan beralih ke hubungan lain setelah perceraian, hal tersebut dianggap sebagai perzinahan.
Refleksi: Pernikahan Kristen yang kudus, menurut Markus 10:10-12, adalah pernikahan yang didasarkan pada komitmen yang kuat dan tidak dapat dipisahkan, dengan kesetiaan yang mendalam antara suami dan istri, mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. (TWP)
0 notes
Text
APA YANG TELAH DIPERSATUKAN ALLAH, TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA
Renungan Jumat, 14 Februari 2025 Nas: Markus 10:1-9
Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." - Markus 10:2-9
Yesus mengutip Kitab Kejadian (Kej. 2:24) yang mengatakan bahwa pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Dia menegaskan bahwa perceraian hanya diperbolehkan karena kekerasan hati manusia, tetapi itu bukanlah kehendak asli Allah. Dengan kata lain, Allah menciptakan perkawinan sebagai hubungan yang tak terpisahkan, dan perceraian bukanlah solusi yang diinginkan-Nya.
Refleksi dari Markus 10:1-9 tentang perkawinan dan perceraian dapat dilihat dari beberapa perspektif yang mendalam, baik secara rohani maupun praktis dalam kehidupan sehari-hari.
(1) Kesatuan dalam Perkawinan: Yesus mengajarkan bahwa perkawinan adalah sebuah ikatan yang sangat erat dan sakral, yang telah disatukan oleh Allah. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hubungan pernikahan, pasangan seharusnya melihat satu sama lain bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai satu kesatuan yang saling mendukung, mencintai, dan menghormati. Perkawinan bukan hanya tentang kebahagiaan pribadi, tetapi juga tentang komitmen untuk bersama-sama membangun hidup yang lebih baik, dalam kasih dan pengertian.
(2) Kehendak Allah: Allah mendesain perkawinan sebagai hubungan yang langgeng dan tidak terpisahkan. Dalam refleksi ini, kita bisa bertanya pada diri sendiri bagaimana kita dapat menghidupi prinsip-prinsip ini dalam pernikahan kita, apakah kita telah menciptakan hubungan yang berdasarkan kasih dan komitmen, ataukah kita lebih mementingkan kepentingan pribadi yang bisa memicu ketegangan dan perpisahan.
(3) Pentingnya Pengampunan dan Kesabaran: Karena Yesus menyatakan bahwa perceraian terjadi karena keras hati manusia, ini mengingatkan kita bahwa dalam hubungan apa pun, termasuk pernikahan, kesabaran, pengampunan, dan usaha untuk memperbaiki masalah sangat penting. Ketika menghadapi tantangan, bukanlah perkara mudah, namun menciptakan ruang untuk pengampunan dan pertumbuhan bersama adalah kunci untuk menjaga hubungan tetap utuh.
(4) Mencari Kehendak Allah dalam Kesulitan: Pada banyak titik dalam kehidupan pernikahan, pasangan mungkin akan merasa putus asa atau terjebak dalam masalah. Namun, refleksi dari ajaran Yesus ini mengingatkan kita untuk kembali pada kehendak Allah yang ingin melihat perkawinan menjadi tempat cinta, kesetiaan, dan pemulihan. Dalam kesulitan, kita diundang untuk mencari pertolongan Tuhan dan berusaha untuk membangun kembali hubungan dengan prinsip kasih yang tidak mudah goyah.
Refleksi: Secara keseluruhan, Markus 10:1-9 mengajak kita untuk memandang perkawinan sebagai ikatan yang sakral, bukan sesuatu yang bisa diputuskan dengan mudah, serta mengingatkan kita untuk mengutamakan kasih, komitmen, dan pengampunan dalam setiap tahap hubungan. (TWP)
0 notes
Text
HENDAKLAH KAMU SELALU MEMPUNYAI GARAM
Renungan Kamis, 13 Februari 2025 Nas: Markus 9:49-50
Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." - Markus 9:49-50
Dalam Markus 9:49-50, Yesus mengajarkan bahwa "Setiap orang akan disalurkan dengan api, dan setiap korban akan diberi garam." Ayat ini mengandung makna penting mengenai garam sebagai simbol pengorbanan dan keteguhan iman. Garam dalam kehidupan manusia menunjukkan sifat yang mengawetkan dan memberikan rasa. Dalam konteks ini, Yesus mengingatkan agar kita senantiasa menjaga kualitas hidup kita melalui iman yang murni dan integritas yang baik.
Pada ayat selanjutnya, Yesus juga berkata, "Garam itu baik, tetapi jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah kamu mengasinkannya?" Ini mengajarkan bahwa kita harus tetap menjaga rasa atau kualitas dalam hidup kita agar tetap berfungsi sebagai pengaruh positif di dunia ini.
Refleksi: Secara keseluruhan, ayat ini mengajak kita untuk menjalani kehidupan yang penuh makna, memelihara nilai-nilai moral, dan mengasihi sesama dengan ketulusan, agar kehidupan kita tetap membawa dampak yang baik bagi diri sendiri dan orang lain. (TWP)
0 notes