garamterang
Garam dan Terang
2K posts
Awasilah dirimu dan pengajaranmu, bertekunlah di dalam Firman Tuhan (1 Tim. 4:16, 2 Tim. 3:16-17)
Don't wanna be here? Send us removal request.
garamterang · 8 hours ago
Text
KETIKA DIBAGI-BAGIKAN, ROTI DAN IKAN ITU SEMAKIN BETAMBAH -TAMBAH
Renungan Jumat, 24 Januari 2025 Nas: Markus 8:1-8
Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata:"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. - Markus 8:1-8
Kisah tentang mukjizat Yesus yang menggandakan roti dan ikan untuk memberi makan ribuan orang tercatat dalam Markus 8:1-8. Berikut adalah intisari dari peristiwa tersebut berdasarkan teks Alkitab:
(1) Konteks Situasi: Banyak orang mengikuti Yesus, dan mereka telah bersama-Nya selama tiga hari tanpa makanan. Yesus merasa kasihan kepada mereka, karena mereka bisa kelaparan di perjalanan pulang.
(2) Tanggapan Murid-murid: Ketika Yesus meminta murid-murid-Nya memberi makan orang banyak itu, mereka bertanya bagaimana bisa menyediakan makanan bagi mereka di tempat yang terpencil.
(3) Tindakan Yesus: Yesus meminta murid-murid untuk melihat apa yang mereka miliki. Mereka menemukan tujuh roti dan beberapa ikan kecil.
(4) Mukjizat Terjadi: Yesus mengambil roti dan ikan, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkannya. Murid-murid membagikannya kepada orang banyak. Makanan itu tidak habis-habis, malah cukup untuk memberi makan lebih dari empat ribu orang.
Hasilnya: Semua orang makan sampai kenyang. Bahkan ada sisa sebanyak tujuh bakul penuh. Kisah ini menggambarkan kuasa ilahi Yesus dan juga belas kasih-Nya kepada kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani. Mukjizat ini menunjukkan bahwa Yesus mampu mencukupi kebutuhan, bahkan dalam keadaan yang tampaknya mustahil.
Refleksi: Peristiwa ini juga mengajarkan tentang iman, pengucapan syukur, dan pentingnya percaya kepada Tuhan yang dapat memenuhi kebutuhan umat-Nya dengan cara-Nya yang ajaib. (TWP)
0 notes
garamterang · 1 day ago
Text
EFATA: TERBUKALAH!
Renungan Kamis, 23 Januari 2025 Nas: Markus 7: 31-37
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. - Markus 7:31-35
Benar, kata "Efata" berarti "terbukalah" dalam bahasa Aram, dan kata ini diucapkan oleh Yesus dalam Markus 7:31-37 ketika Ia menyembuhkan seorang pria yang tuli dan gagap.
Berikut konteksnya: Yesus sedang berada di daerah Dekapolis ketika orang-orang membawa seorang pria yang tuli dan gagap kepada-Nya, memohon agar Yesus menyembuhkannya. Yesus membawa pria itu menjauh dari kerumunan, meletakkan jari-Nya ke telinga pria tersebut, meludah, lalu menyentuh lidahnya. Kemudian, Yesus menengadah ke langit, menghela napas, dan berkata, "Efata," yang artinya "Terbukalah." Segera setelah itu, telinga pria itu terbuka, pendengarannya pulih, dan lidahnya terlepas sehingga ia bisa berbicara dengan jelas. Mukjizat ini menunjukkan kuasa Yesus atas penyakit dan keterbatasan fisik, serta menggambarkan bagaimana Yesus membawa pembaruan dan pemulihan.
Refleksi: Secara simbolis, kata "Efata" juga dapat diartikan sebagai ajakan bagi manusia untuk membuka hati, pikiran, dan hidup mereka kepada Allah dan karya-Nya. Ya, Yesus juga menjanjikan Kerajaan Allah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ketika hati kita terbuka untuk Yesus dan Firman Allah, maka kita dilahirbarukan oleh Roh Kudus, untuk jaminan bagian kita, bahwa kita milik Kristus. Hati kita terbuka untuk memahami persoalan dengan jernih dan tepat. Kini kita harus membuka hati kita untuk Yesus bekerja melalui Firman dan Roh- Nya. Dengan demikian hidup kita akan terus diperbarui. (TWP)
0 notes
garamterang · 2 days ago
Text
KERENDAHAN HATI MENDAHULUI KEMENANGAN ROHANI
Renungan Rabu, 22 Januari 2025 Nas: Markus 7:24-30
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. - Markus 7:24-30
Kisah perempuan Siro-Fenesia dalam Markus 7:24-30 mengungkapkan bagaimana kerendahan hati, iman, dan ketekunan dapat menggerakkan hati Yesus untuk bertindak. Perempuan ini datang kepada Yesus dengan permintaan untuk menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Namun, percakapan yang terjadi di antara mereka menggambarkan ujian iman yang mendalam.
(1) Kerendahan Hati dan Iman yang Teguh. Ketika Yesus berkata bahwa "tidak patut mengambil roti yang disediakan untuk anak-anak dan melemparkannya kepada anjing" (ayat 27), perempuan itu tidak tersinggung. Sebaliknya, ia dengan rendah hati menjawab bahwa bahkan "anjing di bawah meja pun makan remah-remah dari anak-anak" (ayat 28). Jawabannya menunjukkan pengakuan terhadap otoritas dan kasih karunia Yesus, meskipun ia adalah seorang non-Yahudi.
(2) Ujian dan Jawaban Yesus. Respons perempuan itu menunjukkan iman yang tulus dan rendah hati. Yesus kemudian berkata, "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu" (ayat 29). Ini menunjukkan bahwa iman dan ketekunan dalam menghadapi ujian rohani membawa kemenangan.
(3) Kemenangan Rohani. Anak perempuan perempuan Siro-Fenesia dilepaskan dari roh jahat, menunjukkan kuasa Yesus atas segala sesuatu, termasuk dunia roh. Perempuan ini mengalami kemenangan rohani karena imannya yang besar dan kepercayaannya yang total kepada Yesus.
Refleksi: Iman yang Berbuah. Kerendahan hati dan pengakuan terhadap otoritas Yesus adalah kunci untuk mengalami kasih karunia-Nya.
Ketekunan dalam Permohonan. Tuhan menghargai permohonan yang tulus dan bertekun dalam doa, meskipun ujian atau penolakan awal mungkin terjadi.
Kasih Karunia Universal. Kuasa penyelamatan Yesus tidak terbatas pada bangsa tertentu, tetapi meliputi semua orang yang datang kepada-Nya dengan iman.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa iman sejati mampu melampaui segala rintangan dan mendatangkan kasih karunia Allah. (TWP)
0 notes
garamterang · 3 days ago
Text
BUKAN YANG MASUK,TETAPI YANG KELUAR DARI MULUT YANG NAJIS
Renungan Selasa, 21 Januari 2025 Nas: Markus 7:14-23
Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." . . . sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." - Markus 7:14-15, 21-23
Dalam Markus 7:14-23, Yesus mengajarkan tentang apa yang benar-benar menajiskan seseorang, bukan dari segi makanan atau hal-hal lahiriah, tetapi dari hati dan apa yang keluar darinya. Berikut adalah penjelasan dari bagian ini:
(1) Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan (ayat 14-15): Yesus berkata bahwa makanan yang dimakan seseorang tidak dapat menajiskannya, karena makanan hanya masuk ke perut dan keluar dari tubuh. Ia ingin menunjukkan bahwa hukum Taurat tentang makanan yang haram atau halal bersifat lahiriah dan tidak menentukan keadaan rohani seseorang.
(2) Yang keluar dari hatilah yang menajiskan (ayat 20-23): Yesus menjelaskan bahwa yang benar-benar menajiskan adalah apa yang keluar dari hati manusia. Hati adalah pusat kehendak, pikiran, dan perasaan manusia. Dari hati keluar: Pikiran jahat, perzinahan, pencurian, pembunuhan, percabulan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, iri hati, hujatan, kesombongan, kebebalan.
Semua ini berasal dari dalam diri seseorang dan menunjukkan sifat dosa yang ada dalam hati manusia. Inilah yang membuat seseorang najis di hadapan Allah.
Refleksi: Yesus ingin mengubah pandangan orang-orang Yahudi pada waktu itu, yang cenderung terlalu fokus pada aturan lahiriah. Ia mengingatkan bahwa kerohanian yang sejati berasal dari hati yang murni, bukan sekadar ketaatan pada tradisi atau ritual agama. Fokus utamanya adalah pembaharuan hati melalui kasih dan kebenaran Allah. (TWP)
0 notes
garamterang · 4 days ago
Text
OTORITAS FIRMAN ALLAH TIDAK BOLEH DIABAIAKAN DEMI TRADISI
Renungan Senin, 20 Januari 2025 Nas: Markus 7:9-13
Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah —, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." - Markus 7:9-13 (TB)
Dalam Markus 7:13, Yesus berkata kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat:
"Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti. Dan banyak hal seperti itu yang kamu lakukan."
Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus menegur mereka karena mereka menggantikan otoritas Firman Allah dengan tradisi buatan manusia. Ada beberapa alasan mengapa otoritas Firman Allah tidak boleh diabaikan demi tradisi atau adat istiadat menurut konteks ayat ini:
(1) Firman Allah adalah kebenaran mutlak. Firman Allah berasal langsung dari Tuhan, sedangkan tradisi manusia adalah buatan manusia yang terbatas dan dapat salah. Jika tradisi bertentangan dengan Firman Allah, maka tradisi tersebut harus ditinggalkan, karena Firman Allah adalah standar kebenaran yang tertinggi (Yes. 40:8).
(2) Tradisi dapat mengaburkan maksud Allah. Yesus menunjukkan bagaimana tradisi yang dipegang oleh orang-orang Farisi justru membuat mereka gagal memahami maksud Allah. Mereka lebih peduli pada aturan buatan manusia daripada kehendak Allah, sehingga mereka tidak mempraktikkan kasih, keadilan, dan ketaatan yang sejati.
(3) Tradisi tidak boleh menjadi penghalang ibadah sejati. Tradisi yang salah dapat mengubah ibadah sejati kepada Allah menjadi sekadar ritual kosong. Dalam konteks Markus 7, Yesus memberi contoh bagaimana tradisi mereka, seperti aturan tentang korban, membuat mereka mengabaikan perintah Allah yang jelas, yaitu menghormati orang tua.
(4) Firman Allah mengatasi budaya atau adat manusia. Meskipun adat istiadat atau tradisi memiliki nilai dalam konteks sosial, Firman Allah memiliki otoritas universal dan kekal. Ketika tradisi bertentangan dengan perintah Allah, umat Allah dipanggil untuk lebih setia kepada Firman-Nya daripada kepada adat atau kebiasaan lokal (Kis. 5:29).
Refleksi: Markus 7:13 mengingatkan bahwa Firman Allah adalah otoritas tertinggi dalam kehidupan orang percaya. Adat istiadat atau tradisi tidak boleh menjadi alasan untuk meniadakan kehendak Allah yang telah dinyatakan dengan jelas. Oleh karena itu, setiap tradisi atau adat harus diuji berdasarkan Firman Allah, dan jika bertentangan, harus disesuaikan atau ditinggalkan. (TWP)
0 notes
garamterang · 6 days ago
Text
PERINTAH ALLAH Vs. PERINTAH MANUSIA
Renungan Sabtu, 18 Januari 2025 Nas: Markus 7:1-8
Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." - Markus 7:6-8
Dalam Markus 7:1-8, Yesus berbicara tentang perbedaan antara perintah Allah dan tradisi manusia. Ayat ini mencatat peristiwa ketika orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik murid-murid Yesus karena tidak mematuhi tradisi tertentu, seperti membasuh tangan sebelum makan. Yesus menanggapi kritik tersebut dengan menegaskan bahwa mereka lebih mementingkan tradisi buatan manusia daripada perintah Allah.
(1) Konteks (Mrk. 7:1-5): Orang Farisi dan ahli Taurat bertanya mengapa murid-murid Yesus tidak mengikuti tradisi nenek moyang, yaitu membasuh tangan sebelum makan. Tradisi ini bukanlah perintah langsung dari Allah, melainkan adat yang dikembangkan oleh para pemimpin agama Yahudi untuk menjaga kesucian ritual.
(2) Jawaban Yesus (Mrk. 7:6-8): Yesus mengutip Yesaya 29:13 untuk menunjukkan bahwa hati mereka jauh dari Allah meskipun mereka memuliakan-Nya dengan bibir. Dia menegur mereka karena menggantikan perintah Allah dengan aturan manusia. Dalam ayat 8, Yesus berkata: “Perintah Allah kamu abaikan untuk memegang adat istiadat manusia.”
Yesus menekankan bahwa: Perintah Allah bersifat kekal dan harus diutamakan, seperti kasih kepada Tuhan dan sesama. Tradisi manusia bisa menjadi penghalang jika ditempatkan di atas kehendak Allah. Tradisi yang tidak berakar pada firman Allah dapat membuat orang mengabaikan perintah yang sejati.
Relevansi: Ayat ini mengingatkan kita untuk:
(1) Memeriksa apakah tradisi atau kebiasaan kita sesuai dengan kehendak Allah atau hanya formalitas belaka.
(2) Menempatkan firman Allah sebagai otoritas tertinggi dalam hidup, di atas adat, kebiasaan, atau ajaran manusia.
(3) Menjaga agar ibadah kita bukan sekadar ritual, tetapi berasal dari hati yang sungguh-sungguh mengasihi Allah.
Dalam nas ini, Yesus mengajarkan pentingnya integritas iman, yaitu mematuhi perintah Allah dengan hati yang tulus, bukan sekadar menjalankan tradisi tanpa makna rohani. (TWP)
0 notes
garamterang · 7 days ago
Text
YANG MENJAMAH YESUS MENJADI SEMBUH
Renungan Jumat, 17 Januari 2025 Nas: Markus 6:53-56
Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh. - Markus 6:53-56
Relevansi kisah Markus 6:56 untuk masa kini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, khususnya dalam hal iman, pengharapan, dan kehadiran Allah yang terus bekerja dalam kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa pelajaran yang relevan:
(1) Iman sebagai kunci untuk mendekat kepada Tuhan. Kisah ini mengajarkan bahwa iman adalah jembatan untuk mengalami kuasa Allah. Meski orang-orang hanya menjamah jubah Yesus, iman mereka menjadi dasar mukjizat itu terjadi. Dalam kehidupan masa kini, iman kepada Tuhan tetap menjadi kunci untuk menghadapi tantangan hidup, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual.
(2) Allah hadir dan peduli pada penderitaan manusia. Kesembuhan yang Yesus berikan mencerminkan kasih dan perhatian-Nya kepada orang yang menderita. Di masa kini, meskipun mungkin tidak dalam bentuk mukjizat fisik yang langsung, Allah tetap hadir melalui berbagai cara, seperti penghiburan spiritual, komunitas gereja, dan pertolongan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
(3) Pentingnya mendekatkan diri kepada Yesus. Orang-orang dalam kisah ini tidak hanya percaya tetapi juga mengambil langkah untuk mendekat kepada Yesus. Hal ini mengingatkan kita untuk secara aktif mencari Tuhan, baik melalui doa, membaca Alkitab, maupun membangun hubungan dengan-Nya
(4) Kesembuhan tidak selalu fisik. Dalam konteks masa kini, "kesembuhan" juga dapat berarti pemulihan jiwa, penguatan iman, atau kelegaan batin. Banyak orang yang menemukan pengharapan dan damai sejahtera melalui hubungan dengan Tuhan, meskipun situasi mereka tidak selalu berubah secara fisik.
(5) Menjadi saluran kasih Tuhan. Kisah ini dapat mendorong orang percaya untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan dengan peduli terhadap mereka yang membutuhkan, baik secara fisik maupun rohani, seperti Yesus yang menyentuh kehidupan banyak orang.
Dengan merenungkan kisah ini, kita diingatkan bahwa kuasa Allah masih nyata dan bekerja dalam hidup kita melalui iman, doa, dan kepercayaan kepada-Nya. (TWP)
0 notes
garamterang · 8 days ago
Text
"TENANGLAH! AKU INI, JANGAN TAKUT!"
Renungan Kamis, 16 Januari 2025 Nas: Markus 6:45-52
Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil. - Markus 6:49-52
Pernyataan Yesus dalam Markus 6:50, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" mengandung pelajaran rohani yang mendalam. Berikut beberapa pelajaran rohani yang bisa kita ambil:
(1) Yesus Hadir di Tengah Ketakutan. Dalam konteks ayat ini, para murid berada dalam ketakutan di tengah badai di laut. Kehadiran Yesus menunjukkan bahwa Dia hadir di saat kita merasa takut atau tidak berdaya. Ini mengajarkan kita bahwa di tengah situasi yang sulit, Yesus selalu ada untuk menenangkan dan menguatkan kita.
(2) Iman Mengatasi Ketakutan. Yesus memanggil kita untuk percaya kepada-Nya, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil. Ketakutan sering kali muncul karena kurangnya iman, tetapi Yesus menunjukkan bahwa kepercayaan kepada-Nya membawa kedamaian yang melampaui situasi apa pun.
(3) Kedamaian yang Datang dari Yesus. Yesus tidak hanya memberi kata-kata penghiburan, tetapi kehadiran-Nya sendiri adalah sumber kedamaian. Ini mengingatkan kita bahwa kedamaian sejati tidak berasal dari keadaan dunia, melainkan dari hubungan kita dengan Tuhan.
(4) Yesus Berkuasa atas Alam dan Keadaan. Dalam konteks ini, Yesus berjalan di atas air, menunjukkan kuasa-Nya atas alam. Ini meneguhkan iman kita bahwa Dia juga berkuasa atas setiap masalah dan badai dalam hidup kita.
(5) Panggilan untuk Tidak Takut. Ketakutan sering kali menjadi penghalang bagi kita untuk melangkah dalam iman. Yesus memanggil kita untuk mengganti ketakutan dengan kepercayaan, karena Dia berjanji tidak akan meninggalkan kita sendirian.
Relevansi: Ketika menghadapi situasi yang menakutkan, ingatlah bahwa Yesus hadir bersama kita. Berdoalah memohon kekuatan dan kedamaian dari-Nya. Bangun iman melalui membaca firman Tuhan dan merenungkannya, sehingga ketakutan dapat digantikan dengan keyakinan pada janji-Nya. (TWP)
0 notes
garamterang · 9 days ago
Text
BELAS KASIHAN YESUS KEPADA MEREKA YANG SEPERTI DOMBA TAK BERGEMBALA
Renungan Rabu, 15 Januari 2025 Nas: Markus 6:30-44
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. - Markus 6:34
Markus 6:34 menceritakan belas kasihan Yesus kepada orang banyak yang datang kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan perhatian Yesus yang mendalam terhadap kebutuhan rohani dan jasmani manusia. Gambaran "domba yang tidak mempunyai gembala" melambangkan orang-orang yang kehilangan arah, tanpa pemimpin atau bimbingan. Yesus, sebagai Gembala yang Baik, datang untuk memenuhi kebutuhan itu dengan kasih dan pengajaran-Nya.
Pesan dari ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya memiliki Yesus sebagai pemimpin rohani dan bagaimana Dia peduli terhadap keadaan setiap orang yang tersesat, terluka, atau membutuhkan panduan hidup.
Yesus memulai dengan mengajarkan banyak hal kepada orang banyak karena Dia tahu bahwa kebutuhan rohani mereka lebih mendesak daripada kebutuhan jasmani. Berikut beberapa alasan mengapa Yesus memilih untuk mengajar terlebih dahulu:
(1) Menyediakan Arah dan Pengertian. Orang banyak digambarkan seperti "domba yang tidak mempunyai gembala," yang berarti mereka kehilangan arah dan tidak tahu bagaimana menjalani hidup dengan benar di hadapan Allah. Dengan mengajarkan firman Allah, Yesus memberi mereka panduan dan pengertian tentang kebenaran, keselamatan, dan hubungan dengan Allah.
(2) Pemberian Makanan Rohani. Firman Allah adalah makanan rohani yang memberi hidup. Dalam Matius 4:4, Yesus berkata, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Dengan mengajar, Yesus memenuhi kebutuhan terdalam manusia yang tidak bisa dipenuhi oleh hal-hal materi.
(3) Penyembuhan Melalui Firman. Firman Allah membawa penyembuhan, penghiburan, dan harapan. Orang banyak yang datang kepada Yesus sering kali membawa beban hidup yang berat, baik secara jasmani maupun rohani. Pengajaran-Nya memberikan mereka kelegaan dan pemulihan yang mereka butuhkan.
(4) Persiapan untuk Tindakan Selanjutnya. Pengajaran Yesus sering kali menjadi langkah awal untuk membangun iman. Setelah mendengar firman-Nya, banyak orang dipersiapkan untuk mengalami mukjizat atau perubahan hidup. Dalam konteks Markus 6, setelah mengajar, Yesus kemudian melakukan mukjizat memberi makan lima ribu orang, yang menunjukkan perhatian-Nya terhadap kebutuhan jasmani mereka.
Refleksi: Dengan mengajar terlebih dahulu, Yesus menunjukkan bahwa kebutuhan rohani lebih penting dan mendasar daripada kebutuhan jasmani, karena dari hati yang dipenuhi firman Allah, manusia dapat hidup dengan benar dan penuh damai sejahtera. (TWP)
0 notes
garamterang · 10 days ago
Text
KETIKA NAFSU DUNIAWI TAK BISA DIKENDALIKAN
Renungan Selasa, 14 Januari 2025 Nas: Markus 6:14-29
Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu." Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi." - Markus 6:14-16
Dalam Markus 6:14-29, diceritakan tentang peristiwa kematian Yohanes Pembaptis yang terjadi karena nafsu duniawi yang tidak terkendali. Kisah ini mencerminkan bagaimana keinginan yang tidak terkendali, jika tidak dikelola dengan bijaksana, dapat membawa konsekuensi yang tragis.
Berikut poin-poin penting dalam kisah ini:
(1) Herodes dan nafsu kekuasaan serta hedonisme. Herodes Antipas hidup dalam kemewahan dan kesenangan duniawi. Ia menikahi Herodias, istri saudaranya sendiri, yang menurut Yohanes Pembaptis adalah dosa. Meskipun Herodes menghormati Yohanes dan mengakui kebenarannya, nafsu dan ambisinya mencegahnya bertindak benar
(2) Herodias dan kebencian yang menguasai. Herodias sangat membenci Yohanes karena ia menegur pernikahannya dengan Herodes. Kebenciannya membuatnya merencanakan pembunuhan Yohanes melalui cara manipulatif. Hal ini menunjukkan bagaimana keinginan membalas dendam yang tidak terkendali dapat menghancurkan hati nurani seseorang.
(3) Janji yang didasari nafsu dan emosi. Pada pesta ulang tahun Herodes, Salome, putri Herodias, menari dengan memikat di hadapan Herodes dan para tamunya. Karena terpesona, Herodes membuat janji emosional, menawarkan apapun yang Salome minta. Nafsu dan kebanggaan membuatnya tidak berpikir rasional.
(4) Akibat dari Nafsu Duniawi. Salome, atas saran Herodias, meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas piring. Meskipun Herodes sebenarnya enggan, ia memenuhi permintaan itu karena rasa malu dan takut kehilangan wibawa di depan tamu-tamunya. Hal ini menunjukkan bagaimana keinginan mempertahankan citra sosial dapat menyebabkan seseorang melanggar hati nurani dan kebenaran.
Refleksi: Kisah ini mengajarkan bahwa nafsu duniawi yang tidak terkendali—entah itu berupa kebencian, keinginan akan kekuasaan, atau nafsu hedonis—dapat membawa kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kita dipanggil untuk mengendalikan hawa nafsu melalui hikmat, ketaatan pada firman Tuhan, dan kekuatan Roh Kudus. Seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23, buah Roh mencakup pengendalian diri, yang sangat penting untuk melawan godaan duniawi. Adakah aspek khusus dari kisah ini yang ingin Anda diskusikan lebih dalam? (TWP)
0 notes
garamterang · 11 days ago
Text
YESUS MEMANGGIL DAN MENGUTUS MURID-MURID-NYA
Renungan Senin, 13 Januari 2025 Nas: Markus 6:6-13
Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. - Markus 6:6-9
Dalam Markus 6:6-13, Yesus memanggil dan mengutus murid-murid-Nya untuk melaksanakan misi pewartaan Injil. Perikop ini menunjukkan bagaimana Yesus melatih murid-murid-Nya untuk terlibat langsung dalam karya pelayanan-Nya, yaitu membawa kabar baik dan memperluas Kerajaan Allah. Berikut penjelasan isi perikop tersebut:
Misi ini menunjukkan kombinasi antara pewartaan Firman (pertobatan) dan tindakan nyata melalui pelayanan penyembuhan.
(1) Panggilan untuk Bersaksi: Setiap pengikut Kristus dipanggil untuk memberitakan Injil, baik melalui kata maupun tindakan.
(2) Ketergantungan pada Allah: Kita diajarkan untuk percaya bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan kita dalam pelayanan.
(3) Karya Pewartaan yang Holistik: Misi pelayanan mencakup pemberitaan pertobatan, pelayanan penyembuhan, dan melawan kejahatan spiritual.
(4) Respons terhadap Penolakan: Penolakan adalah bagian dari misi, tetapi itu tidak boleh menghentikan kita untuk terus melayani.
Relevansinya: Dengan demikian, Markus 6:6-13 menjadi panduan untuk melayani dengan kerendahan hati, kepercayaan pada Allah, dan semangat yang gigih meskipun menghadapi tantangan. Misi penginjilan dan pemuridan selalu relevan dalam segala zaman, meskipun dapat menggunakan berbagai metode dan kreativitas yang terus berkembang di era digitalisasi seperti abad 21 ini. Peran doa kita dan Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui para murid Kristus di zaman post modern ini, tetap menjadi faktor penting yang menghadirkan kuasa Allah yang menyelamatkan. (TWP)
0 notes
garamterang · 13 days ago
Text
YESUS DITOLAK DI ANTARA KELUARGANYA
Renungan Sabtu, 11 Januari 2025 Nas: Markus 6:1-4
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." - Markus 6:1-4
Dalam Markus 6:1-4, Yesus mengalami penolakan di kampung halaman-Nya, yaitu Nazaret, ketika Ia mengajar di sinagoge. Berikut adalah ringkasan isi dan konteks ayat-ayat tersebut:
(1) Markus 6:1 Yesus kembali ke kampung halaman-Nya, disertai oleh murid-murid-Nya.
(2) Markus 6:2 Pada hari Sabat, Ia mulai mengajar di sinagoge, dan banyak orang yang mendengar-Nya terheran-heran. Mereka bertanya-tanya dari mana Yesus memperoleh hikmat dan kuasa untuk melakukan mukjizat-mukjizat itu.
(3) Markus 6:3 Namun, mereka mempertanyakan latar belakang-Nya, berkata: "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada di sini bersama kita?" Keraguan mereka terhadap Yesus berasal dari kenyataan bahwa mereka mengenal Dia sebagai orang biasa dari keluarga sederhana.
(4) Markus 6:4 Yesus menjawab: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Hal ini menunjukkan bahwa mereka sulit menerima Yesus sebagai seorang nabi atau Mesias karena mereka memandang-Nya hanya berdasarkan latar belakang manusiawi-Nya.
Makna dan Aplikasi: Penolakan Yesus menggambarkan bagaimana familiaritas dapat menghalangi seseorang untuk melihat kebenaran atau potensi yang luar biasa dalam orang lain. Nas ini juga menunjukkan bagaimana iman dan sikap hati memengaruhi respons seseorang terhadap karya Tuhan.
Relevansinya: Yesus tetap melanjutkan misi-Nya meskipun ditolak, menjadi teladan ketekunan dan kesetiaan terhadap panggilan Ilahi. Bagaimana respons keluarga Anda, ketika mereka mengetahui bahwa Anda memutuskan untuk percaya, menerima Kristus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Penebus? Apa pula respons mereka ketika Anda memutuskan untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani-Nya? (TWP)
0 notes
garamterang · 14 days ago
Text
TALITA KUM
Renungan Jumat, 10 Januari 2025 Nas: Markus 5:35-43
Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. - Markus 5:39-43
Ungkapan "Talita kum" berasal dari Injil Markus 5:41 dan ditulis dalam bahasa Aram. Ayat tersebut berbunyi: "Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: 'Talita kum,' yang berarti: 'Hai anak perempuan, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Dalam konteks ini, Yesus berbicara kepada anak perempuan Yairus, seorang pemimpin rumah ibadat, yang telah meninggal. Dengan kata-kata ini, Yesus membangkitkan anak tersebut dari kematian.
Makna "Talita kum": Talita berarti "anak perempuan" atau "gadis kecil." Kum berarti "bangun" atau "bangkit." Dengan demikian, "Talita kum" dapat diterjemahkan sebagai "Gadis kecil, bangunlah" atau "Anak perempuan, bangkitlah." Frasa ini mencerminkan kuasa dan belas kasih Yesus, serta menunjukkan otoritas-Nya atas kematian.
Selama pelayanan-Nya di dunia, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus membangkitkan tiga orang mati secara spesifik. Berikut adalah peristiwa-peristiwa tersebut:
(1) Anak laki-laki janda di Nain (Luk. 7:11–17). Yesus membangkitkan anak laki-laki seorang janda yang sedang dibawa ke pemakaman. Dengan penuh belas kasihan, Ia menyentuh keranda dan memerintahkan anak itu untuk bangkit.
(2) Anak perempuan Yairus (Mat. 9:18–26, Mrk. 5:21–43, Luk. 8:40–56). Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus, seorang pemimpin rumah ibadat, yang telah meninggal. Ia berkata, "Talita kum," yang berarti, "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
(3) Lazarus (Yoh. 11:1–44). Lazarus, saudara Maria dan Marta, sudah empat hari dikuburkan ketika Yesus datang. Yesus memanggilnya keluar dari kubur, menunjukkan kuasa-Nya atas kematian.
Relevansinya: Ketiga mukjizat ini menunjukkan kuasa Yesus sebagai Tuhan atas kehidupan dan kematian, serta membuktikan bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25). Iman kita bukan hanya berdasarkan keyakinan bahwa Yesus pasti sanggup membangkitkan orang mati, tetapi juga berdasarkan sejarah yang sudah tertoreh dalam pelayanan Tuhan Yesus di bumi. (TWP)
0 notes
garamterang · 15 days ago
Text
"PERGILAH DENGAN SELAMAT DAN SEMBUHLAH DARI PENYAKITMU!"
Renungan Kamis, 9 Januari 2025 Nas: Markus 5:24-34
Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. . . Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" - Markus 5:24, 30-34
Kutipan yang terkait dengan Markus 5:34, yang merupakan bagian dari cerita tentang perempuan yang menderita pendarahan selama 12 tahun. Ayat tersebut berbunyi: "Maka kata-Nya kepada perempuan itu: 'Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!'”
Ayat ini menggambarkan bagaimana iman seseorang dapat menjadi sarana kesembuhan, baik secara rohani maupun fisik. Dalam kisah ini, perempuan tersebut disembuhkan setelah menyentuh jubah Yesus dengan keyakinan bahwa tindakan itu akan menyembuhkan dirinya. Rupanya ketika Yesus berkeliling memberitakan Injil Kerajaan Allah, Yesus makin dikenal masyarakat luas, perihal tindakan-Nya yang menyembuhkan dan membebaskan banyak orang dari berbagai penyakit rohani maupun penyakit fisik.
Yesus kemudian menegaskan bahwa iman perempuan yang sudah mendengar kabar tentang Yesus yang penuh belas kasihan dan kuasa ilahi, dia percaya dan dengan iman yang besar adalah alasan untuk menerobos pagar betis berusaha menjamah ujung jubah Yesus yang sedang dikerumuni banyak orang. Dengan tindakan perempuan yang sudah menderita sakit pendarahan 12 tahun itu, dia menerima kesembuhan.
Relevansinya: Pesan dari ayat ini adalah bahwa iman yang dikaruniakan Allah memotivasi perempuan itu untuk menemui Yesus, meskipun harus berjuang dalam kondisi sakit dan mungkin saja tubuhnya lemas. Ia menerobos kerumunan banyak orang untuk menjamah ujung jubah Yesus, akibatnya membawa keselamatan, damai sejahtera, dan kesembuhan. (TWP)
0 notes
garamterang · 16 days ago
Text
LETAKKANLAH TANGAN ATAS KAMI
Renungan Rabu, 8 Januari 2025 Nas : Markus 5:21-23
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." - Markus 5:21-23
Ungkapan "letakkanlah tangan-Mu atas kami yang sakit dan mau mati ini" dapat ditemukan dalam kisah Markus 5:21-23, yang menceritakan tentang Yairus, seorang kepala rumah ibadat, yang datang kepada Yesus untuk memohon kesembuhan bagi putrinya yang sedang sakit parah.
Berikut konteks ayat tersebut:
Markus 5:22-23: "Datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: 'Anakku perempuan sedang sekarat; datanglah kiranya dan letakkan tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.'"
Makna dari permohonan ini: (1) Iman Yairus: Permintaan Yairus menunjukkan keyakinannya yang mendalam akan kuasa Yesus untuk menyembuhkan bahkan di tengah situasi yang tampak tanpa harapan.
(2) Penyembuhan melalui sentuhan: "Meletakkan tangan" adalah simbol tindakan Yesus yang membawa kesembuhan dan pemulihan, yang sering digambarkan dalam pelayanan-Nya.
(3) Kerendahan hati dan ketergantungan: Tindakan Yairus bersujud di hadapan Yesus mencerminkan kerendahan hati dan ketergantungan total kepada kuasa Allah.
Relevansinya: Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam situasi yang paling sulit, kita dapat datang kepada Yesus dengan iman, percaya pada kuasa-Nya untuk membawa kesembuhan dan kehidupan. (TWP)
0 notes
garamterang · 17 days ago
Text
BERITAHUKAN TENTANG SEGALA SESUATU YANG DIPERBUAT TUHAN ATASMU
Renungan Selasa, 7 Januari 2025 Nas: Markus 5:1-20
Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" - Markus 5:19
Dalam Markus 5:1-20, terdapat kisah seorang pria yang dirasuki roh jahat di daerah Gerasa. Setelah Yesus mengusir roh-roh jahat itu, mereka masuk ke kawanan babi yang kemudian terjun ke danau dan mati. Pria yang telah dibebaskan itu ingin mengikuti Yesus, tetapi Yesus memiliki misi lain untuknya, supaya pria itu bersaksi kepada banyak orang.
Pria itu kemudian pergi dan menceritakan kepada banyak orang di daerah Dekapolis tentang apa yang telah dilakukan Yesus kepadanya. Banyak orang menjadi takjub mendengar kesaksiannya.
Pesan Utama: (1) Kesaksian Pribadi: Pria tersebut diminta untuk menyaksikan kasih dan kuasa Tuhan melalui pengalaman pribadinya.
(2) Penginjilan yang Sederhana: Menceritakan apa yang Tuhan lakukan dalam hidup kita adalah bentuk penginjilan yang kuat.
(3) Tindakan Tuhan yang Mengubah Hidup: Ketika Tuhan bekerja dalam hidup seseorang, itu membawa pemulihan, kebebasan, dan kesaksian yang berdampak bagi orang lain.
Relevansinya: Kisah ini mengingatkan kita untuk tidak menyimpan pengalaman iman kita untuk diri sendiri, melainkan membagikannya kepada orang lain, sehingga mereka juga dapat mengenal kuasa dan kasih Tuhan. (TWP)
0 notes
garamterang · 18 days ago
Text
"GURU, ENGKAU TIDAK PEDULI KALAU KITA BINASA?"
Renungan Senin, 6 Januari 2025 Nas: Markus 4:35-41
Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" - Markus 4:35-41
Pertanyaan, "Guru, engkau tidak peduli kalau kita binasa?", muncul dalam konteks Markus 4:35-41, di mana Yesus dan murid-murid-Nya berada dalam perahu di tengah danau. Berikut adalah penyebab utama mengapa mereka berkata demikian:
(1) Badai yang Mengancam. Ayat 37 menjelaskan bahwa "tiba-tiba mengamuklah angin ribut yang sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air." Situasi ini membuat murid-murid panik karena mereka merasa terancam tenggelam dan kehilangan nyawa.
(2) Yesus yang Tertidur. Dalam ayat 38, dikatakan bahwa Yesus tidur di buritan perahu di atas sebuah bantal, meskipun badai besar sedang berlangsung. Hal ini membuat para murid merasa Yesus tidak peduli terhadap bahaya yang sedang mereka alami.
(3) Kurangnya Iman. Setelah Yesus menenangkan badai, Ia menegur murid-murid-Nya dengan berkata, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (ayat 40). Ketakutan mereka menunjukkan kurangnya iman terhadap kuasa dan perlindungan Yesus, meskipun mereka telah menyaksikan banyak mukjizat-Nya sebelumnya.
Relevansinya: Secara keseluruhan, ucapan murid-murid tersebut mencerminkan ketakutan dan keraguan mereka terhadap kuasa Yesus, meskipun Dia hadir bersama mereka. Kisah ini mengajarkan pentingnya iman, terutama dalam menghadapi situasi yang tampak berbahaya atau di luar kendali. (TWP)
0 notes