Awasilah dirimu dan pengajaranmu, bertekunlah di dalam Firman Tuhan (1 Tim. 4:16, 2 Tim. 3:16-17)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
BANYAK ORANG YANG HIDUP MENJADI SETERU SALIB KRISTUS
Renungan Sabtu, 23 November 2024 Nas: Filipi 3:17-21
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. - Filipi 3:17-21
Dalam nas ini, Rasul Paulus mengajak jemaat Filipi untuk mengikuti teladannya dan meneladani mereka yang hidup sesuai dengan pola kehidupan Kristen yang ia ajarkan. Namun, ia juga memperingatkan tentang orang-orang yang hidup sebagai "seteru salib Kristus". Istilah ini merujuk kepada mereka yang hidup bertentangan dengan makna salib Kristus dan nilai-nilai kekristenan. Berikut adalah penjelasannya:
(1) Ciri-Ciri Seteru Salib Kristus (Flp. 3:18-19): Hidup untuk kepuasan diri sendiri: Paulus berkata bahwa "Tuhan mereka ialah perut mereka," yang menunjukkan bahwa mereka mengutamakan nafsu duniawi dan kepentingan pribadi di atas segalanya. Kemuliaan mereka adalah aib: Mereka memuliakan hal-hal yang sebenarnya memalukan, seperti keserakahan, dosa, atau kebanggaan dalam hal duniawi. Pikiran mereka tertuju pada hal-hal duniawi: Mereka tidak memikirkan perkara-perkara surgawi atau hidup untuk kemuliaan Allah, melainkan hanya mengejar harta, kenyamanan, dan kenikmatan hidup duniawi.
(2) Makna Menjadi Seteru Salib Kristus: Menolak atau mengabaikan karya penebusan Kristus melalui salib. Menolak jalan hidup yang penuh penyangkalan diri, kerendahan hati, dan pengorbanan sebagaimana diteladani oleh Kristus (Mat. 16:24). Hidup dalam dosa dan kebiasaan duniawi yang bertentangan dengan pengajaran Yesus.
(3) Kontras dengan Orang Percaya (Flp. 3:20-21): Paulus menegaskan bahwa orang percaya memiliki: Kewargaan di surga: Hidup mereka seharusnya mencerminkan fokus pada Kerajaan Allah, bukan hanya pada hal-hal duniawi. Pengharapan pada Kristus: Mereka menantikan kedatangan Yesus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh fana menjadi tubuh kemuliaan.
(4) Panggilan untuk Meneladani Kristus: Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk meneladani hidupnya dan orang-orang yang setia kepada Injil. Ia mendorong mereka untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai salib Kristus: kasih, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah.
Refleksi: "Seteru salib Kristus" adalah mereka yang hidup tanpa mempertimbangkan makna salib Kristus, baik secara teologis (penebusan dosa) maupun secara praktis (cara hidup Kristen). Paulus memperingatkan jemaat untuk tidak mengikuti jalan hidup mereka, melainkan hidup dalam ketaatan, penyangkalan diri, dan pengharapan kepada Kristus yang akan datang. Ketundukan dan ketaatan akan Firman Tuhan adalah cara terbaik untuk hidup berpegang pada salib dan penyangkalan terhadap dosa dan segala hawa nafsu duniawi. (TWP)
0 notes
Text
SAMPAI DIMANA TINGKAT PENGERTIAN KITA?
Renungan Jumat, 22 November 2024 Nas: Filipi 3:15-16
Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. - Filipi 3:15-16
Dari nas ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang tingkat pengertian jemaat di Filipi:
(1) Tingkat pengertian yang berbeda-beda. Paulus menyadari bahwa tidak semua jemaat Filipi memiliki tingkat pengertian rohani yang sama. Beberapa mungkin sudah mencapai kematangan rohani (disebut sebagai "yang sempurna"), sementara yang lain masih bertumbuh. Paulus memberikan ruang bagi perbedaan ini dan mendorong mereka untuk terus belajar dan bertumbuh dalam pengertian rohani.
(2) Proses bertumbuh yang terus-menerus. Ayat ini menunjukkan bahwa pengertian rohani adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan yang instan. Paulus mengajak jemaat untuk terus melanjutkan perjalanan iman mereka dengan setia, sesuai dengan tingkat pemahaman yang telah mereka capai.
(3) Ketergantungan pada Allah. Paulus menekankan bahwa jika ada hal-hal yang belum dipahami oleh jemaat, Allah sendiri yang akan menyatakannya kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman rohani tidak semata-mata hasil usaha manusia, tetapi juga pemberian Allah melalui Roh Kudus.
(4) Pentingnya kesetiaan pada jalan yang benar. Paulus mendorong jemaat untuk tetap konsisten dan setia pada jalan iman yang telah mereka tempuh, terlepas dari perbedaan tingkat pengertian di antara mereka.
Refleksi: Jadi, tingkat pengertian jemaat Filipi saat itu beragam, namun mereka diingatkan untuk terus bertumbuh, bergantung pada Allah, dan setia pada jalan iman yang telah mereka jalani. (TWP)
0 notes
Text
YESUS KRISTUS TUJUAN HIDUP KITA
Renungan Kamis, 21 November 2024 Nas: Filipi 3:10-14
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. - Filipi 3:10-11, 13-14
Bila kita meneliti Filipi 3:10 menunjukkan bahwa tujuan hidup setiap orang Kristen adalah untuk:
(1) Mengenal Kristus secara mendalam: Mengenal Yesus tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara pribadi dan rohani, sehingga hubungan dengan-Nya menjadi inti kehidupan.
(2) Mengalami kuasa kebangkitan-Nya: Kuasa kebangkitan Kristus memberikan kekuatan untuk hidup dalam kemenangan atas dosa dan kematian, serta memampukan orang percaya untuk hidup dalam kebenaran.
(3) Bersekutu dalam penderitaan-Nya: Orang Kristen dipanggil untuk mengambil bagian dalam penderitaan Yesus dengan rela memikul salib mereka setiap hari, menghadapi tantangan iman, dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada kehendak Allah.
(4) Menjadi serupa dengan Kristus: Hidup seorang Kristen diarahkan untuk menjadi seperti Yesus, baik dalam karakter maupun dalam ketaatan, termasuk dalam kesiapan untuk mengorbankan diri demi kemuliaan Allah.
Refleksi: Dengan demikian, Filipi 3:10 mengajarkan bahwa tujuan hidup orang Kristen adalah menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat hidup mereka, mengenal dan menjadi serupa dengan-Nya melalui perjalanan iman yang melibatkan kuasa kebangkitan, penderitaan, dan transformasi rohani. (TWP)
0 notes
Text
MENGENAL KRISTUS ADALAH ANUGERAH
Renungan Rabu 20 November 2024 Nas: Filipi 3:4-9
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. - Filipi 3:7-9
Nas ini, menekankan bahwa mengenal Kristus adalah anugerah karena ini bukan hasil usaha manusia, melainkan pemberian Allah yang membawa keselamatan dan pemulihan hubungan dengan-Nya. Dalam konteks ayat ini, Rasul Paulus membahas bagaimana ia telah meninggalkan segala kelebihan dan pencapaian duniawi yang sebelumnya dianggap bernilai, demi pengenalan akan Kristus. Beberapa poin utama yang menunjukkan mengapa mengenal Kristus adalah anugerah berdasarkan ayat-ayat tersebut adalah:
(1) Kesadaran akan Ketidakberdayaan Manusia. Paulus menjelaskan bahwa meskipun ia memiliki segala alasan untuk membanggakan diri secara manusiawi (garis keturunan, ketaatan hukum Taurat, dan kesalehan sebagai orang Farisi), semua itu tidak mampu menyelamatkan. Pengenalan akan Kristus menggantikan semua usaha manusia yang sia-sia, menunjukkan bahwa keselamatan hanya berasal dari kasih karunia Allah, bukan dari usaha manusia.
(2) Nilai yang Melampaui Segala Hal. Paulus menyebut bahwa segala sesuatu yang sebelumnya dianggap menguntungkan menjadi kerugian jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus (Flp. 3:7-8). Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Kristus adalah pemberian Allah yang sangat berharga, jauh lebih bernilai daripada pencapaian duniawi.
(3) Kebenaran dari Allah melalui Iman. Dalam ayat 9, Paulus menegaskan bahwa kebenaran yang sejati tidak berasal dari ketaatan pada hukum Taurat, tetapi dari Allah melalui iman kepada Kristus. Ini menegaskan bahwa mengenal Kristus adalah anugerah karena iman itu sendiri adalah pemberian Allah (Ef. 2:8-9).
(4) Perubahan Status dan Identitas. Dengan mengenal Kristus, Paulus tidak lagi mengandalkan identitasnya sebagai orang Yahudi atau seorang Farisi. Sebaliknya, ia menerima identitas baru sebagai orang yang dibenarkan dan hidup oleh anugerah Allah. Transformasi ini tidak mungkin terjadi tanpa campur tangan Allah.
Refleksi: Kesimpulannya, mengenal Kristus adalah anugerah karena itu merupakan karya kasih Allah yang memungkinkan manusia berdosa menerima kebenaran, keselamatan, dan hidup yang baru, terlepas dari usaha manusia. Paulus menunjukkan bahwa hanya melalui iman kepada Kristus seseorang dapat benar-benar mengalami hidup yang penuh makna dan hubungan dengan Allah. (TWP)
0 notes
Text
BERSUKACITALAH DALAM TUHAN
Renungan Selasa, 19 November 2024 Nas: Filipi 3:1-3
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (3-1b) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.- Filipi 3:1-3
Bersukacita dalam Tuhan menurut ayat ini berarti menemukan kebahagiaan, penghiburan, dan kepuasan sejati di dalam hubungan dengan Allah melalui Kristus, bukan dalam hal-hal duniawi atau pencapaian pribadi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk bersukacita dalam Tuhan berdasarkan konteks Filipi 3 dan ajaran Alkitab lainnya:
(1) Mengandalkan Kristus, Bukan Diri Sendiri. Paulus mendorong jemaat Filipi untuk tidak mengandalkan perbuatan atau prestasi manusia, tetapi hanya pada kebenaran yang datang melalui iman kepada Kristus (Flp. 3:7-9). Bersukacita dalam Tuhan berarti mengalihkan fokus dari upaya manusiawi ke kasih karunia Allah yang melimpah.
(2) Berpegang pada Janji Tuhan. Paulus sering menekankan kepastian janji Allah, termasuk keselamatan, kasih, dan penyertaan-Nya. Bersukacita dalam Tuhan melibatkan keyakinan bahwa Allah setia memegang janji-Nya, bahkan di tengah kesulitan.
(3) Menemukan Kekuatan dalam Persekutuan dengan Tuhan. Dalam Filipi 3:10, Paulus berbicara tentang keinginannya untuk mengenal Kristus lebih dalam, baik dalam kuasa kebangkitan-Nya maupun dalam penderitaan-Nya. Sukacita dalam Tuhan ditemukan melalui hubungan pribadi yang mendalam dengan-Nya, bahkan ketika menghadapi penderitaan.
(4) Mengingat Kebahagiaan yang Kekal. Paulus menekankan bahwa pengikut Kristus adalah warga Kerajaan Surga (Flp. 3:20). Kesadaran ini memberikan sukacita yang melampaui keadaan duniawi, karena fokusnya adalah pada hal-hal kekal.
(5) Mengucap Syukur dalam Segala Hal. Dalam seluruh surat Filipi, Paulus mengingatkan jemaat untuk bersyukur dan memusatkan hati pada Tuhan. Sukacita bukan hanya respons emosional, tetapi juga keputusan untuk bersyukur atas karya Allah dalam hidup kita (Flp. 4:4-7).
Refleksi: Dengan demikian, bersukacita dalam Tuhan adalah suatu tindakan iman yang memusatkan hati pada siapa Tuhan itu, apa yang telah Dia lakukan, dan janji-Nya bagi masa depan kita. (TWP)
0 notes
Text
APA YANG KURANG DALAM PELAYANANMU?
Renungan Senin, 18 November 2024 Nas: Filipi 2:22-30
Jadi sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia. Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku. - Filipi 2:29-30
Dalam Filipi 2:22-30, Paulus menyoroti keteladanan pelayanan Timotius dan Epafroditus. Dari ayat-ayat ini, kita dapat merenungkan beberapa aspek pelayanan yang mungkin perlu ditingkatkan jika dibandingkan dengan teladan mereka. Berikut adalah beberapa poin penting:
(1) Ketulusan dan Komitmen (Flp. 2:22). Paulus memuji Timotius karena pelayanan tulusnya, seperti seorang anak yang melayani bapaknya. Kekurangan dalam pelayanan kita mungkin terletak pada kurangnya ketulusan hati atau komitmen yang teguh untuk melayani tanpa pamrih.
(2) Kerelaan Berkorban (Flp. 2:25-27). Epafroditus adalah contoh seseorang yang rela berkorban, bahkan nyaris kehilangan nyawanya demi melayani. Pelayanan kita bisa kurang dalam hal keberanian untuk menempatkan kepentingan pelayanan di atas kenyamanan atau keselamatan pribadi.
(3) Ketekunan dan Kesetiaan dalam Penderitaan (Flp. 2:29-30). Paulus meminta jemaat menghormati Epafroditus karena kesetiaannya meskipun ia hampir mati. Kita mungkin kurang dalam ketekunan untuk terus melayani meskipun menghadapi kesulitan, tantangan, atau penderitaan.
(4) Kerja Sama dan Dukungan Antar Pelayan (Flp. 2:25). Epafroditus disebut "teman sekerja dan teman seperjuangan" Paulus. Kekurangan bisa terjadi jika kita gagal membangun hubungan yang mendukung dan saling melengkapi dengan sesama pelayan.
Pertanyaan Reflektif: Apakah pelayanan kita dilakukan dengan hati yang tulus atau masih dipengaruhi motivasi pribadi? Sejauh mana kita bersedia berkorban demi pelayanan Tuhan dan sesama?
Apakah kita tetap setia melayani meskipun dalam kesulitan atau tantangan besar? Bagaimana kita bekerja sama dan mendukung orang lain dalam pelayanan?
Dengan merenungkan hal-hal ini, kita bisa meneladani semangat pelayanan seperti yang dicontohkan Timotius dan Epafroditus. (TWP)
0 notes
Text
JANGAN MENCARI KEPENTINGAN PRIBADI
Renungan Sabtu, 16 November 2024 Nas: Filipi 2:19-21
Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab SEMUANYA MENCARI KEPETINGANNYA SENDIRI, bukan kepentingan Kristus Yesus. - Filipi 2:19-21
Ayat ini ditulis oleh Rasul Paulus dalam konteks ia membahas tentang rekan-rekan pelayanannya. Paulus memuji Timotius, yang ia nilai memiliki hati yang sungguh-sungguh peduli terhadap jemaat dan mendahulukan kepentingan Kristus. Sebaliknya, banyak orang lain, menurut Paulus, lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka daripada kepentingan Kristus.
Arti "mencari kepentingan sendiri":
(1) Berpusat pada diri sendiri. Mencari kepentingan sendiri berarti mengutamakan ambisi, kenyamanan, atau keinginan pribadi tanpa mempertimbangkan kehendak Tuhan atau kebutuhan orang lain.
(2) Tidak memprioritaskan kepentingan Kristus. Dalam konteks ayat ini, "kepentingan Kristus" meliputi pelayanan kasih, misi penyebaran Injil, dan kepedulian kepada sesama dalam kasih Kristus. Ketika seseorang lebih fokus pada dirinya sendiri, ia kehilangan panggilan untuk melayani Kristus dengan sepenuh hati.
(3) Kurangnya pengorbanan dan pelayanan. Paulus menunjukkan bahwa hanya sedikit orang yang rela mengorbankan diri mereka untuk kepentingan rohani orang lain dan demi kemuliaan Allah. Sikap egois ini berlawanan dengan kerendahan hati yang diajarkan Kristus, seperti yang diuraikan dalam Filipi 2:5-8.
Refleksi: Sebagai pengikut Kristus, ayat ini mengingatkan kita untuk: Meneladani Kristus yang rendah hati dan rela berkorban. Memiliki hati yang peduli terhadap kepentingan sesama, seperti Timotius. Menempatkan misi dan kehendak Tuhan di atas ambisi atau agenda pribadi. Dengan demikian, Filipi 2:21 menantang kita untuk hidup tidak egois, tetapi dalam pelayanan dan kasih kepada Allah dan sesama. (TWP)
0 notes
Text
HIDUP BENAR DI TENGAH ANGKATAN BENGKOK HATI DAN SESAT
Renungan Jumat, 15 November 2024 Nas: Filipi 2:14-18
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian. Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku. - Filipi 2:14-18
Rasul Paulus memberikan nasihat yang sangat mendalam kepada jemaat Filipi untuk hidup dengan sikap yang berbeda di tengah dunia yang gelap. Mari kita lihat beberapa poin penting dari bagian ini:
(1) Tidak Berkeluh Kesah atau Bertengkar (Flp. 2:14) Paulus mengajak kita untuk "melakukan segala sesuatu tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan." Ini bukanlah tugas yang mudah, terutama saat menghadapi kesulitan. Namun, Tuhan menghendaki kita untuk memiliki hati yang tulus, tidak mudah mengeluh, dan tidak mencari alasan untuk berdebat.
(2) Menjadi Anak-anak Allah yang Tidak Bercela (Flp. 2:15). Dunia ini sering kali digambarkan sebagai "angkatan yang bengkok hati dan sesat." Paulus mengajak kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang tak bercacat, artinya hidup dalam kebenaran, ketulusan, dan integritas. Tantangan besar bagi kita adalah bagaimana menjadi "terang" di tengah dunia yang cenderung memutarbalikkan nilai-nilai kebenaran.
(3) Bersinar Bagaikan Bintang di Dunia (Flp. 2:15) Di sini, Paulus mengingatkan kita bahwa hidup kita seharusnya menjadi cahaya yang memandu orang lain. Dunia yang gelap memerlukan cahaya yang bersinar, dan sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menunjukkan kasih, sukacita, damai, dan kebaikan Allah.
(4) Memegang Firman Kehidupan (Flp. 2:16) Kunci untuk menjadi terang di dunia ini adalah dengan berpegang teguh pada firman Tuhan. Firman-Nya adalah sumber kekuatan dan hikmat bagi kita agar tidak terjebak dalam arus dunia yang sesat. Firman Tuhan juga memberikan kita pengharapan dan arahan, supaya kita tidak tersesat atau terpengaruh oleh dunia.
(5) Sukacita dalam Pengorbanan (Flp. 2:17-18) Akhirnya, Paulus berbicara tentang sukacita dalam pengorbanan. Ia merasa bahagia meskipun harus berkorban, karena ia tahu bahwa hidupnya menjadi persembahan bagi Tuhan dan sesamanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa pengorbanan yang kita lakukan untuk melayani Tuhan dan sesama adalah bagian dari panggilan kita.
Refleksi: Dalam dunia yang "bengkok hati dan sesat," panggilan bagi kita adalah untuk menjadi berbeda—menjadi terang yang menerangi kegelapan, menjadi anak-anak Allah yang tidak bercela. Mari kita berusaha untuk tidak terpengaruh oleh dunia, tetapi justru menjadi pengaruh positif bagi orang lain melalui hidup yang mencerminkan kasih Kristus. Dengan terus berpegang pada firman-Nya, kiranya kita dapat menjadi alat bagi Tuhan untuk mengubah dunia ini, satu hati pada satu waktu. (TWP)
0 notes
Text
BEKERJALAH KARENA ALLAH BEKERJA
Renungan Kamis, 14 November 2024 Nas: Filipi 2:12-13
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. - Filipi 2:12-13
Dua ayat dalam surat Filipi 2:12-13 memang memberikan pesan yang mendalam tentang keselamatan dan peran Allah dalam kehidupan kita. Dalam ayat ini, Paulus menasihati jemaat di Filipi untuk "mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar" (Flp. 2:12). Frasa ini sering diartikan sebagai ajakan untuk hidup dengan keseriusan dan kesadaran akan tanggung jawab sebagai orang yang telah menerima anugerah keselamatan dari Allah.
Tetapi, Paulus juga menegaskan bahwa segala upaya kita dalam menghidupi keselamatan itu bukanlah semata-mata usaha kita sendiri. Dalam Filipi 2:13, dikatakan bahwa "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Artinya, Allah sendiri yang pertama kali bekerja dalam hati kita untuk memberikan kerinduan dan kemampuan menjalankan kehendak-Nya.
Refleksi: Jadi, kita diundang untuk "mengerjakan keselamatan" dengan kesungguhan, tetapi kita juga diingatkan bahwa segala sesuatu yang baik yang kita lakukan adalah hasil karya Allah yang bekerja lebih dulu dalam diri kita. Allah yang menanamkan kemauan dan kekuatan untuk hidup dalam kasih, kebenaran, dan ketaatan. Kita hanya bisa bekerja dan bertumbuh dalam iman karena Allah terlebih dahulu telah berkarya dalam hati kita, memampukan kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya. (TWP)
0 notes
Text
BELAJAR RENDAH HATI KEPADA KRISTUS
Renungan Rabu, 13 November 2024 Filipi 2:1-11
Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. - Filipi 2:1-4
Dalam nas ini, Paulus mengajarkan jemaat Filipi untuk memiliki sikap rendah hati yang dapat dicontoh dari Yesus Kristus. Di sini, Paulus memberikan pengertian yang mendalam tentang kerendahan hati yang berpusat pada penyangkalan diri dan pelayanan kepada orang lain.
Ayat-ayat ini menyoroti beberapa poin utama tentang kerendahan hati:
(1) Motivasi Melayani dalam Kasih (Flp. 2:1-4): Paulus mendorong orang percaya untuk hidup dalam kasih, bekerja sama, dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Sikap ini adalah dasar dari kerendahan hati, yaitu tidak mencari kemuliaan diri sendiri atau berusaha untuk lebih menonjol dari orang lain.
(2) Meneladani Pikiran Kristus (Flp. 2:5): Paulus menekankan bahwa kita harus memiliki “pikiran dan perasaan” seperti Kristus. Dengan kata lain, kita diundang untuk berpikir, merasa, dan bertindak sebagaimana Kristus melakukannya.
(3) Kerelaan Yesus untuk Mengosongkan Diri (Flp. 2:6-8): Yesus yang pada hakikatnya adalah Allah, rela “mengosongkan diri-Nya” dengan menjadi manusia. Dia tidak mempertahankan hak-Nya sebagai Allah, melainkan merendahkan diri dengan menjadi hamba. Bahkan, Dia taat sampai mati di kayu salib. Ini menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa: Dia yang paling tinggi rela turun dan menanggung penderitaan demi keselamatan manusia.
(4) Peninggian Kristus oleh Allah (Flp. 2:9-11): Karena kerendahan hati dan ketaatan-Nya, Allah meninggikan Yesus dan memberikan nama yang di atas segala nama. Pada akhirnya, setiap orang akan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Allah menghargai kerendahan hati dan menempatkan orang yang rendah hati pada posisi yang mulia.
Refleksi: Dengan merenungkan Filipi 2:1-11, kita diajarkan bahwa kerendahan hati yang sejati berarti mengesampingkan ego, melayani dengan kasih, dan bersedia untuk berkorban bagi orang lain. Seperti Kristus, kita dipanggil untuk menjalani hidup yang tidak mementingkan diri sendiri, melainkan memberikan diri bagi sesama dan memuliakan Allah. (TWP)
0 notes
Text
HIDUP BERPADANAN DENGAN INJIL
Renungan Selasa, 12 November 2024 Nas: Filipi 1:27-30
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah. Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku. - Filipi 1:27-30.
Dalam nas ini, Paulus menasihati jemaat di Filipi untuk "hidup berpadanan dengan Injil Kristus," yang berarti menjalani hidup dengan cara yang sesuai dengan ajaran dan kasih yang telah diajarkan oleh Kristus.
Berikut beberapa poin utama tentang apa yang dimaksud Paulus dengan hidup berpadanan dengan Injil:
(1) Teguh Berdiri dalam Satu Roh: Menjadi orang Kristen berarti hidup dengan kekuatan dan tuntunan dari Roh Kudus, yang menolong setiap orang percaya untuk tetap teguh dalam menghadapi godaan dan tantangan dunia ini. Hidup berpadanan dengan Injil berarti tidak mudah tergoyahkan oleh tekanan atau godaan, tetapi tetap setia.
(2) Sehati Sejiwa: Paulus mendorong jemaat untuk hidup dalam kesatuan dan kasih, mengatasi perbedaan yang ada dan saling mendukung satu sama lain. Hidup berpadanan dengan Injil mencakup sikap menghormati, mengasihi, dan mendukung saudara seiman, serta menghindari perselisihan dan perpecahan.
(3) Berjuang untuk Iman: Paulus ingin mereka tetap semangat dalam perjuangan mereka untuk mempertahankan iman mereka dan menyebarkan Injil. Ini melibatkan kesediaan untuk menghadapi tantangan atau penderitaan demi Kristus, serta menjalani hidup yang menjadi teladan bagi orang lain.
(4) Mencerminkan Karakter Kristus: Menjalani hidup yang sesuai dengan Injil berarti meneladani Kristus dalam kasih, rendah hati, dan pengampunan. Dengan hidup sesuai dengan ajaran-Nya, umat percaya dapat menjadi saksi yang hidup bagi orang lain.
Refleksi: Hidup yang berpadanan dengan Injil berarti hidup yang tidak hanya mematuhi aturan agama, tetapi menghidupkan kasih dan ajaran Kristus dalam sikap, perkataan, dan perbuatan sehari-hari. Supaya hidup kita bermakna sebagai surat terbuka, yang dapat dibaca oleh sesama kita, mari wujudkan kasih yang murni dengan berpikir, berperilaku secara Kristen sejati. (TWP)
0 notes
Text
HIDUP ADALAH KRISTUS, MATI ADALAH KEUNTUNGAN
Renungan Senin, 11 November 2024 Nas: Filipi 1:21-26
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. - Filipi 1:21-24
Bagi para pengikut Kristus tujuan utamanya adalah menjadi serupa Kristus. Dalam Filipi 1:21, Paulus menulis, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Ayat ini mengungkapkan pandangan hidup Paulus yang sangat berpusat pada Kristus.
Hidup bagi Paulus berarti mengabdikan seluruh keberadaannya untuk Kristus, baik melalui pelayanan, pemberitaan Injil, maupun melalui cara hidupnya yang mencerminkan karakter dan kasih Kristus. Baginya, hidup bukan lagi tentang kepentingan pribadi, melainkan tentang bagaimana ia bisa menyenangkan hati Tuhan dan menjalankan tujuan Allah dalam hidupnya.
Di sisi lain, Paulus juga menyatakan bahwa kematian adalah keuntungan, karena kematian akan membawanya lebih dekat kepada Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus tidak takut mati, karena kematian baginya adalah pintu menuju persekutuan abadi dengan Kristus yang ia kasihi. Pandangan ini memberi inspirasi bagi kita untuk menempatkan Kristus sebagai pusat hidup kita dan melihat segala sesuatu dalam terang hubungan kita dengan-Nya.
Refleksi: kiranya aktivitas kita hari ini mencerminkan kualitas hidup yang bermanfaat bagi sesama kita, supaya Kristus dimuliakan. (TWP)
0 notes
Text
KITA ADA DI SINI KARENA MEMBELA INJIL
Renungan Sabtu, 9 November 2024 Nas: Filipi 1:12-20
Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil, tetapi yang lain karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara. Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. - Filipi 1:15-19
Dalam nas ini Rasul Paulus menyampaikan bahwa ia mengalami penderitaan dan dipenjara, namun keadaan itu justru berperan dalam menyebarkan Injil. Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu membela Injil berdasarkan ayat-ayat ini:
(1) Penyebaran Injil Tidak Terbatas oleh Keadaan: Paulus menunjukkan bahwa meskipun ia dipenjara, Injil tetap tersebar dan bahkan memotivasi orang lain untuk memberitakan Injil dengan berani (ayat 12-14). Pembelaan terhadap Injil memastikan pesan keselamatan terus tersebar, tanpa terhalang oleh keadaan.
(2) Menginspirasi dan Memberi Keberanian kepada Orang Lain: Paulus mengamati bahwa pembelaannya terhadap Injil membuat saudara seiman lebih berani berbicara tanpa takut. Ketika seseorang mempertahankan Injil dengan penuh keyakinan, ini bisa menguatkan iman orang lain (ayat 14).
(3) Tujuan yang Mulia: Meninggikan Kristus: Dalam ayat 18-20, Paulus mengatakan bahwa segala sesuatu yang ia alami adalah untuk kemuliaan Kristus. Ia ingin agar Kristus dimuliakan, baik dalam kehidupannya maupun dalam kematiannya. Membela Injil adalah bagian dari hidup yang bertujuan memuliakan Kristus.
(4) Panggilan untuk Menjalani Hidup dalam Kristus: Paulus menekankan pentingnya menyampaikan Injil, baik dalam kondisi mudah atau sulit, karena hal itu merupakan bagian dari panggilan hidup yang ia terima. Begitu pula, pembelaan terhadap Injil adalah bentuk ketaatan kita terhadap panggilan Allah sebagai orang Kristen.
Refleksi: Dari Filipi 1:12-20, kita belajar bahwa membela Injil bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri tetapi juga untuk kemuliaan Kristus dan penyebaran kebenaran Allah. Membela Injil berarti berusaha menyebarkan Injil melalui banyak cara. Kini kita bisa melakukannya dengan mudah karena banyak sarananya baik di market place melalui rekan-rekan sekerja, maupun melalui digital secara online. (TWP)
0 notes
Text
KASIH KITA HARUS SEMAKIN BERLIMPAH DALAM PENGETAHUAN YANG BENAR
Renungan Jumat, 8 November 2024 Nas: Filipi 1:7-11
Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil. Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian. Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah. - Filipi 1:7-11
Kasih bisa semakin berlimpah dalam pengetahuan yang benar karena kasih yang sejati bukan hanya soal perasaan, tetapi juga didasarkan pada pengertian yang mendalam dan bijaksana. Dalam konteks spiritual atau iman, kasih yang bertumbuh dalam "pengetahuan yang benar" melibatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran, nilai-nilai, dan prinsip moral yang berasal dari sumber-sumber yang bisa diandalkan, seperti ajaran agama atau filsafat yang bijak dan terutama kebenaran firman-Nya yang tertulis di dalam Alkitab.
Ketika seseorang memahami kebenaran secara lebih mendalam, kasihnya menjadi lebih murni, tulus, dan bertanggung jawab. Ia mampu memahami kebutuhan orang lain dengan lebih baik, tidak mudah terjebak pada emosi yang impulsif, dan lebih mampu mengasihi dengan adil serta benar. Jadi, pengetahuan yang benar membantu kasih itu menjadi lebih tulus, tidak egois, dan sesuai dengan kebenaran yang lebih besar.
Refleksi: Dengan demikian, kasih yang tumbuh dalam pengetahuan yang benar bukan hanya memberi secara emosional, tetapi juga memberikan kebaikan yang sesuai dengan apa yang benar-benar dibutuhkan dan yang membawa manfaat sejati bagi orang lain. Jika kita menemukan orang yang sakit dan mereka yang mengalami banyak kesulitan', bagaimana respon kita? Tentunya bukan saja mendoakan , tetapi juga bertindak secara spontan dan terukur, dalam rangka membantu dan meringankan beban orang-orang yang kita layani. (TWP)
0 notes
Text
DOA DAN MENGUCAP SYUKUR UNTUK JEMAAT SUPAYA BERTUMBUH
Renungan Kamis, 7 November 2024 Nas : Filipi 1:3-5
Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. - Filipi 1:3-5
Dari ayat-ayat ini, kita bisa belajar bagaimana mengucap syukur untuk jemaat yang sedang bertumbuh:
Mengucap Syukur Secara Pribadi dan Tulus. Paulus menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah setiap kali ia mengingat jemaat Filipi. Kita dapat meniru sikap ini dengan mengucap syukur secara pribadi, dalam doa kita, untuk setiap pertumbuhan dan perubahan yang terjadi dalam jemaat.
Memanjatkan Doa dengan Sukacita Paulus mendoakan jemaat Filipi dengan sukacita, bukan sebagai kewajiban. Kita juga bisa berdoa dengan penuh sukacita atas pertumbuhan iman dan kerohanian jemaat kita, bersyukur atas kesempatan untuk berjalan bersama dalam pelayanan.
Menghargai Persekutuan dalam Injil Paulus mengucap syukur atas persekutuan jemaat dalam memberitakan Injil. Ini menunjukkan bahwa kita dapat bersyukur atas kesatuan jemaat dalam melayani dan menyebarkan kabar baik. Ketika jemaat bertumbuh, kita diingatkan untuk merayakan kerjasama yang terjadi dalam pelayanan Injil.
Refleksi: Jadi, berdasarkan Filipi 1:3-5, kita bisa mengucap syukur untuk jemaat yang bertumbuh dengan mengingat mereka dalam doa dengan sukacita, bersyukur atas persekutuan dalam pelayanan, dan terus mendukung mereka dalam iman. Di manapun kita dipanggil Tuhan Yesus untuk melayani di gereja lokal kita, berdoalah untuk jemaat, supaya terus bertumbuh karena Injil yang diberitakan dan pengajaran Firman-Nya, serta karya Roh Kudus dalam kehidupan setiap orang percaya. (TWP)
0 notes
Text
PENILIK JEMAAT DAN DIAKEN
Renungan Rabu, 6 November 2024 Nas: Filipi 1:1-2
Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Filipi 1:1-2
Dalam konteks ini, penilik jemaat merujuk pada para pemimpin atau gembala jemaat (kadang juga disebut penatua atau episkopos dalam bahasa Yunani). Mereka bertugas mengawasi jemaat, menjaga iman, mengajar, dan memimpin dalam hal-hal rohani. Kini penilik jemaat berarti gembala jemaat, seorang pastor yang memiliki jabatan gerejawi. Pada dasarnya orang yang memiliki kualifikasi sebagai pemimpin rohani. Orientasi hidupnya untuk kepentingan pertumbuhan jemaat, mendoakan dan mengajarkan firman Tuhan dengan benar.
Sementara diaken adalah pelayan jemaat yang bertanggung jawab atas pelayanan praktis, seperti membantu kebutuhan anggota jemaat dan melayani orang lain dalam tugas-tugas yang lebih administratif dan fisik. Di gereja mula-mula seorang diaken memperhatikan jemaat yang lemah, utamanya jika di antara jemaat ada janda-janda yang sudah tidak produktif dalam pekerjaan dan sudah lansia. Diaken juga harus memperhatikan jemaat yang ada dalam kesulitan dan kelemahan. Namun Diaken juga memiliki pemahaman iman yang baik seperti terlihat dalam diri Stefanus, seorang martir pertama gereja (Kis 7:1-60).
Refleksi: Kedua peran ini menunjukkan bahwa jemaat di Filipi sudah memiliki struktur kepemimpinan yang rapi. Paulus menghormati mereka sebagai bagian penting dari jemaat yang mendukung pelayanan Tuhan. Jika Anda dan saya berada di komunitas jemaat sebaiknya memang ambil bagian dalam pelayanan. Semoga jemaat lokal kita semakin bertambah dan bertumbuh dalam kasih karunia, dalam persekutuan, dan dalam pengenalan akan Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita. (TWP)
0 notes
Text
Siapakah Ananias dan Safira?
Oleh Levi Berntson
Pada awal pasal kelima Kisah Para Rasul, Ananias dan Safira muncul di hadapan Rasul Petrus. Lukas, penulis Kisah Para Rasul, telah menjelaskan bahwa karena pencurahan Roh dan pekerjaan para Rasul, gereja mula-mula bertambah dalam jumlah dan iman (Kis. 2:41; 4:32). Faktanya, pertumbuhan ini begitu kuat dan tulus sehingga orang percaya berbagi harta mereka satu sama lain dengan menjual aset dan mempercayakannya kepada kebijaksanaan para Rasul (Kis. 4:34-35). Lukas bahkan memberikan contoh Barnabas, penduduk asli pulau Siprus, yang menjual ladang miliknya dan meletakkan seluruh hasilnya di depan kaki para Rasul. Barnabas akhirnya menjadi relatif terkenal di gereja mula-mula, dan dia menemani Paulus ke Antiokhia dan dalam perjalanan misionaris pertamanya (Kis. 11:25-26; 13:2-3).
Tidak ingin tertinggal, Ananias dan Safira juga meletakkan karunia finansial yang mereka dapatkan di kaki para Rasul (Kis. 5:2). Mereka berdua sangat mungkin termotivasi oleh kesempatan untuk mengesankan komunitas Kristen dan mendapatkan posisi terkemuka seperti Barnabas. Tetapi apa pun niat mereka, karunia mereka jelas tidak dimotivasi oleh iman yang tulus. Lukas menjelaskan bahwa, seperti Barnabas, pasangan suami istri ini menjual sebidang properti, tetapi mereka hanya membawa sebagian dari hasilnya, bukan jumlah penuh. Masalahnya bukan bahwa para Rasul mengharuskan pasangan ini untuk mengosongkan seluruh rekening bank mereka, melainkan bahwa Ananias dan Safira menyiratkan bahwa mereka telah melakukan hal yang persis sama seperti yang dilakukan Barnabas ketika, pada kenyataannya, mereka diam-diam "menyimpan" sebagian untuk diri mereka sendiri (Kis. 5:2).
Petrus melihat dengan benar penipuan ini dan menyebut niat jahat Ananias yang dimotivasi oleh Setan sendiri (Kis. 5:3-4). Dengan pengumuman penghakiman Apostolik ini, Ananias jatuh mati di tanah (Kis. 5:5-6). Tak lama setelah itu, Safira muncul, dan Petrus mengujinya dengan menanyakan berapa banyak yang mereka dapatkan dari properti itu. Ketika dia berbohong di hadapannya, dia juga jatuh mati seperti suaminya, mengejutkan seluruh gereja (Kis. 5:7-11).
Kisah Ananias dan Safira adalah bagian Alkitab yang signifikan karena setidaknya ada tiga alasan.
Peristiwa ini menyingkapkan keseriusan penipuan yang jahat, terutama di antara umat Allah.
Kisah Ananias dan Safira ini menyinggung Yosua 7. Selepas kejatuhan Yerikho, Akhan, seorang Israel, "menjauhkan" (perkataan yang sama ini digunakan dalam Perjanjian Lama Yunani) sebahagian daripada rampasan dari Yerikho dan menyembunyikannya di bawah kemahnya (Yos. 7:1, 21). Mengikuti langkah licik ini, Israel pergi berperang melawan Ai, dan tentara Israel dikalahkan (Yos. 7:4–6). Allah mengungkapkan dosa Akhan dan dia dan keluarganya dibunuh (Yos. 7:7–26). Alkitab mengucapkan peringatan keras tentang penipuan jahat semacam ini (lihat Kel. 20:16; Ams. 12:22; Zak. 8:16; Ef. 4:14-15; Yak. 5:12) karena sering mengungkapkan kurangnya iman yang tulus (Maz. 5:6; 1 Yoh. 1:6; Why. 21:8) dan itu merusak kesaksian umat Allah di dunia (Maz. 15:2-3; Mat. 5:16). Umat Tuhan tidak dapat melayani-Nya jika hidup mereka dipenuhi tipu daya. Mungkin inilah sebabnya Paulus menyatakan bahwa mereka yang tunduk pada otoritas seharusnya tidak "menahan" apa pun untuk diri mereka sendiri dengan niat egois, melainkan mereka harus menunjukkan iman yang baik untuk menghiasi pengakuan kesalehan mereka dengan praktek yang saleh (Tit. 2:10).
Catatan Ananias dan Safira mengungkapkan bahwa semua dosa pada akhirnya adalah dosa terhadap Tuhan.
Ketika Ananias mencoba untuk menipu Petrus, Rasul mengatakan bahwa Ananias tidak berbohong kepada manusia, tetapi kepada Roh Kudus (Kis. 5:3-4). Demikian juga, ketika Natan berhadapan dengan Daud tentang membunuh Uria dan mencuri istrinya, Daud berseru, "Aku telah berdosa terhadap Tuhan" (2 Sam. 12:13), dan dia berseru kepada Tuhan, "Terhadapmu, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa" (Maz. 51:6). Sebaliknya juga terjadi. Ketika kita berbuat baik kepada orang lain, kita pada akhirnya berbuat baik kepada Tuhan (Mat. 25:40). Inilah salah satu alasan mengapa Martin Luther berpendapat bahwa sebuah pekerjaan hanya bisa menjadi "baik" jika itu dilakukan karena iman dan untuk kemuliaan Allah. Setiap pekerjaan lain pada akhirnya dilakukan untuk melawan Tuhan dan untuk kemuliaan diri.
Dalam kisah ini, Tuhan menyela pola belas kasihan-Nya yang normal untuk mengingatkan umat-Nya bahwa mereka tidak pantas mendapatkannya.
Pada awal Kisah Para Rasul, Roh Kudus telah dicurahkan ke atas para Rasul, menghasilkan ucapan mukjizat yang mengarah pada keselamatan tiga ribu jiwa (Kis. 2:1-12, 41). Kita juga mengamati bahwa Roh yang sama membawa kesembuhan kepada orang lumpuh melalui Petrus dan Yohanes di gerbang bait suci (Kis. 3:1-10). Namun sekarang, kita melihat Roh Allah sebagai alat penghakiman, mendatangkan malapetaka kematian atas orang-orang berdosa, yang semuanya tidak pantas menerima apa-apa selain kehancuran semacam ini (Rm. 6:23). Interupsi yang tiba-tiba dan mengejutkan dalam cerita ini membawa ketakutan besar ke seluruh gereja (Kis. 5:11). Dengan cara ini, kita mengenali bahwa Roh yang sama—sesungguhnya, Allah tritunggal yang sama—adalah Allah yang murka dan berbelas kasihan. Apa yang membedakan Ananias dari Petrus? Akhan dari Daud? Mengapa yang satu mati, tetapi yang lain hidup? Mengapa seseorang menerima murka dan yang lain belas kasihan? Roh yang sama ini memberi tahu kita bahwa karunia iman dari Allah yang membedakan mereka yang menerima murka dan mereka yang menerima belas kasihan (Ef. 2:1-10).
Tulisan ini pernah dipublikasikan di website Ligonier Ministries dengan judul Who Were Ananias and Sapphira? yang ditulis oleh Levi Berntson. Diterjemahkan oleh Wira Yulianto.
0 notes