#ketidakpedulian
Explore tagged Tumblr posts
dur-elan · 27 days ago
Text
Refleksi Hati: Menghadapi Ketidakpedulian dengan Pengampunan
Dalam perjalanan hidup, kita sering dihadapkan pada ketidakpedulian. Namun, melalui pengampunan dan kasih, kita bisa menemukan kekuatan untuk tumbuh. Mari saling memahami dan mendukung satu sama lain. 🌱✨ #RefleksiHati
Beberapa waktu lalu, saya terlibat dalam sebuah percakapan yang membuat saya merenung dalam-dalam. Seorang teman berbagi renungan yang sangat menyentuh, dan itu mendorong saya untuk melihat kembali pergumulan yang sedang saya hadapi. Dalam perjalanan hidup ini, saya sering kali berhadapan dengan orang-orang yang menunjukkan ketidakpedulian, bahkan terkadang memaksakan kehendak mereka dengan dalih…
0 notes
nukhshine · 8 days ago
Text
Berteriaklah
Berteriaklah, meski kau tahu tak seorang pun mendengar. Meski suaramu luruh di tengah kekosongan, meski gemanya terhenti di dinding-dinding bisu yang tak pernah memantulkannya kembali. Berteriaklah, bukan karena kau mengharap balasan, bukan karena kau ingin mereka berhenti dan mendengarkan. Tapi karena ada sesuatu di dalam dirimu yang harus dilepaskan—sesuatu yang akan membunuhmu perlahan jika kau diam terlalu lama.
Berteriaklah, meski dunia tetap berputar tanpa peduli. Mereka sibuk dengan cerita masing-masing, terlena dalam labirin hidup yang tak pernah bersinggungan denganmu. Bahkan ketika kau memohon, bahkan ketika suaramu serak oleh keputusasaan, kau tahu bahwa telinga mereka tak pernah benar-benar terbuka.
Namun, apa pedulimu? Ini bukan tentang mereka. Ini tentangmu. Tentang mengakui keberadaanmu di tengah dunia yang sering kali mengabaikan. Tentang memberi ruang bagi dirimu sendiri untuk merasa, untuk mengeluarkan semua luka yang selama ini terperangkap.
Berteriaklah, meski sunyi adalah satu-satunya jawaban. Karena dalam sunyi itulah, kau akan menemukan dirimu sendiri. Dalam ketidakpedulian mereka, kau akan belajar bahwa yang paling butuh mendengar suaramu bukanlah mereka, tapi dirimu sendiri.
Biarkan suaramu menjadi perlawanan terakhir terhadap kekosongan. Biarkan suaramu menjadi bukti bahwa kau ada, meski tak ada saksi. Berteriaklah, meski hanya untuk mengisi kekosongan udara, meski hanya untuk mengingatkan dirimu bahwa kau hidup, bahwa kau bertahan.
Dan ketika kau selesai, saat suara itu akhirnya lenyap bersama angin, kau akan tahu: teriakan itu bukanlah sia-sia. Sebab meski tak ada yang mendengar, kau telah mendengarkan dirimu sendiri. Dan kadang, itu sudah lebih dari cukup.
—Bandung, 26-01-2025
24 notes · View notes
philophobiaid · 3 months ago
Text
Philophobia
Di lembah sunyi yang tak terjamah kata, Ada hati menggigil, menggenggam takut, Tak berani melangkah, meski sejengkal saja, Pada rasa yang kian menyesak, menelusup dalam sukma.
Philophobia—penjaga gerbang sunyi, Hati bagai batu, rapuh di ujung jurang, Melarikan diri dari gemerisik lembut kasih, Tersandung dalam bayangan akan pedih yang pernah merangkul erat.
Di balik mata, ada luka tertoreh lama, Senyum semu menyelubung rindu, terhenti dalam bayang, Mata menatap kosong, menjauhi hangat pelukan, Menghindar dari genggaman yang mungkin meluluhkan.
Rasa? Ah, rasa itu bara di hulu sungai, Mengalir tenang tapi penuh api tersembunyi, Membakar ke dalam, menjalari nadi-nadi, Namun takut menjejak, takut jatuh dalam lautan sepi.
Tak ada yang tahu, betapa hati ini takhluk, Di bawah tajamnya bayangan kehilangan, Sebab cinta, adalah kekuatan sekaligus kepedihan, Dan philophobia, adalah benteng yang aku bangun dari keruntuhan.
Bertahan dalam sunyi, Menyulam hari dalam ketidakpedulian, Namun dalam gelap, terbitlah benih rindu, Menguji nyali yang rapuh oleh takut jatuh.
Adakah akhir bagi kebekuan ini, Atau hanya angin yang membawa pilu? Philophobia—aku terkurung di dalamnya, Terpenjara cinta yang tak pernah kuizinkan mendekat.
9 notes · View notes
bersuara · 11 months ago
Text
Daripada merasa sakit hati mengenai ketidakpedulian mu itu, aku lebih memilih untuk tidak membiarkanmu mengetahui kabarku lagi. Baik kabar bahagia bahkan kabar tersedih mengenaiku.
Kamu, aku asingkan seperti halnya orang asing yang tidak berhak mengetahui apapun tentangku.
Hatiku sudah terhimpit sesak, maka tidak ku biarkan lagi semakin sesak dikarenakan sikapmu.
- 3 Maret 2024
23 notes · View notes
azurazie · 1 year ago
Text
Tumblr media
Saudaraku, bila belum mau berdiri di antara ababil-ababil yang berbondong-bondong berusaha dengan cara apapun untuk mengubah keadaan, atau bahkan belum mampu menjadi 'Sijjil', dalam artian terjun langsung menjadi alat untuk memperbaiki keadaan. Setidaknya janganlah sampai justru diri ini baik sadar maupun tidak telahbmenjadi tentara gajah yang kelak akan ikut diluluhlantakkan Allah, seperti daun-daun yang dimakan ulat. Karena ketidakpedulian kita. Atau bahkan berpihak di tempat yang salah. Segera tentukan di mana barisanmu. Dengan tindakanmu sesuai dengan kemampuan. Atau minimal dengan hatimu.
#safepalestine
#safegaza
@azurazie
29 notes · View notes
arsualas · 19 days ago
Text
Menemukan Keseimbangan dalam Keputusan Moral
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara membantu orang lain atau memenuhi kebutuhan kita sendiri. Dilema ini tidak jarang menimbulkan perasaan bersalah atau kebingungan tentang apa yang benar. Namun, apakah selalu benar untuk mendahulukan orang lain? Ataukah lebih masuk akal untuk memastikan kebutuhan kita terpenuhi terlebih dahulu sebelum membantu?
Bayangkan sedang berada di pesawat, dan terjadi penurunan tekanan kabin. Petunjuk keselamatan selalu mengingatkan kita untuk mengenakan masker oksigen sendiri sebelum membantu orang lain. Mengapa? Karena jika kita tidak cukup kuat untuk menjaga diri sendiri, kita tidak akan mampu membantu orang lain secara efektif. Prinsip ini berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari.
Merawat diri sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan langkah yang bijaksana untuk memastikan bahwa kita memiliki kekuatan fisik, mental, dan emosional untuk menghadapi tantangan dan mendukung orang-orang di sekitar kita. Dengan menjaga kesehatan dan kesejahteraan kita, kita membangun kapasitas untuk menjadi pendukung yang lebih baik bagi orang lain.
Dalam dunia yang penuh dengan tuntutan, prioritas menjadi kunci. Jika kita terus-menerus mengorbankan kebutuhan kita demi orang lain, kita berisiko mengalami kelelahan atau bahkan burnout. Ketika kita kehabisan energi atau sumber daya, kemampuan kita untuk membantu orang lain juga menurun. Sebaliknya, dengan memenuhi kebutuhan pribadi terlebih dahulu, kita dapat memberikan dukungan yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.
Membantu seseorang sekali mungkin memberikan kepuasan segera, tetapi jika itu mengorbankan stabilitas kita, kita mungkin tidak dapat membantu lagi di masa depan.
Dengan memprioritaskan kesejahteraan sendiri, kita bisa memastikan bahwa kita tetap dalam posisi yang baik untuk membantu lebih banyak orang dalam waktu yang lebih lama.
Dari sudut pandang utilitarianisme, yang menilai tindakan berdasarkan hasil yang memberikan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak, memastikan kebutuhan pribadi terpenuhi adalah langkah yang masuk akal. Jika kita menjaga diri sendiri, kita berada dalam posisi untuk menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi lebih banyak orang. Pengorbanan diri yang berlebihan mungkin tampak mulia, tetapi bisa membatasi potensi kita untuk memberikan manfaat lebih luas.
Keseimbangan antara membantu orang lain dan menjaga diri sendiri adalah hal yang penting.
Kita tidak bisa menjadi segalanya untuk semua orang sepanjang waktu.
Ada saatnya kita perlu berkata "tidak" untuk menjaga batasan pribadi. Menyadari bahwa perawatan diri adalah bagian dari tanggung jawab kita kepada diri sendiri dan orang lain adalah langkah menuju kehidupan yang lebih harmonis dan bermakna.
Kesimpulan
Mendahulukan kebutuhan sendiri sebelum membantu orang lain bukanlah tanda ketidakpedulian, melainkan strategi untuk menjadi individu yang lebih kuat dan tangguh. Dengan merawat diri sendiri, kita menciptakan fondasi yang kokoh untuk mendukung orang lain dengan cara yang lebih berarti dan berkelanjutan. Keseimbangan ini adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan makna dan kontribusi positif.
—s.b
3 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
Gimana ya, kalo ga sampai?
Siang tadi selepas aksi untuk Palestina, kami duduk sambil ngobrol-ngobrol ringan. Kami yang udah lama ngga ketemu ini, cerita apa aja sejak nostalgia lagu, memori masa kecil dari lagu-lagu yang diputer, sampe ke kotak infaq yang beredar di tengah-tengah aksi. Lalu seorang teman melempar pertanyaan, yang sebenarnya lebih berupa sekelebat pemikiran yang lewat di kepalanya.
"Dari semua kotak infaq yang beredar tadi, kalo ada yang manipulatif dan memanfaatkan kesempatan gimana ya?"
Kami semua terdiam, karena obrolan yang tadinya ringan jadi ketambahan beban.
"Yaah, itung-itung sedekah juga buat yang nerima" selorohku menanggapi obrolan dengan santai.
"Lagian kan, tadi dikabarin juga sama penyelenggara kalo infaq officialnya ada di kotak bertanda official" ucap yang lain menambahkan.
"Tapi kalo salah masukin gimana, kalo infaq kita ga sampe buat mereka?" Lanjutnya masih belum terima.
"Insyaallah dihitung sesuai niatnya, infaq buat Palestina." Jawabku, sejauh yang aku pahami.
***
Obrolan lain, saat aku dan seorang teman pergi kembali ke parkiran untuk mengambil kunci yang tertinggal.
"Menurutmu, apa yang bikin orang-orang ini mau berangkat ke sini buat aksi? Kalo dilihat-lihat, latar belakangnya beda-beda banget. Ada orang tua, anak-anak, pesantren, pekerja kantor, pengusaha, pekerja lepas, bahkan wibu. Apa yang bikin mereka mau berjuang, atau seengganya bersuara untuk Palestina ya?" tanyaku penasaran.
Soal ini, aku yakin ga semua orang tau persis apa yang sedang terjadi di Palestina, bahkan orang yang hadir dalam aksi tadi sekalipun. Beberapa mungkin juga tengah ikut-ikutan karena yang lain juga berangkat, sedang dia masih berusaha memahami dan belajar soal perjuangan Palestina. Sekelas pedangang asongan bahkan ikut menyumbangkan jualannya di tengah panasnya aksi. "Es teh ini gratis mba, ambil aja" katanya ringan.
Aku, jelas bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya sedang orang-orang ini lakukan di siang hari aksi yang panas? Aku belum paham.
Sambil berjalan, kami berdua melanjutkan obrolan. "Kalo aku sih, karena bisa apa lagi kita selain ikut hadir di sini? Selain materi dan media, walaupun mungkin juga ga seberapa dibanding perjuangan para pejuang Palestina. Cuma pengen ikut memperjuangkan, ya walaupun lagi-lagi gini doang."
Sambil menyebrang, aku menganggukkan kepala. "Iya sih, selagi bisa ya kenapa engga gitu ya" kataku sambil lalu.
***
Lain halnya saat kami berangkat. Di pinggir jalan, seorang pemulung berkata: "Ngapain sih repot-repot Palestina, Indonesia aja belum kelar"
Perkataan yang, gabisa begitu saja ditelan mentah-mentah dan dibalas saat itu juga. Karena pada faktanya, bapak tersebut mungkin belum menerima haknya di tengah kita yang memperjuangkan hak warga negara lain (walaupun ini bukan hanya soal warga negara lain, dan saat itu aku pun rasanya ga terima wkwk).
***
Cerita perjalanan hari ini dan perjuangan untuk Palestina, ternyata banyak banget pelajarannya. Sejak ilmu kenapa kita harus bergerak untuk Palestina misalnya, apa yang mendasari perjuangan untuk Palestina, dan apa yang sebenarnya sedang diperjuangkan. Apakah tanahnya, apakah perdamaiannya, atau muslimin di sana?
Karena Allah gasuka, kalo diibadahi tanpa kita punya ilmunya kan?
Terus soal niat dan Allah yang membukakan dan memperkenankannya, juga perkataan bapak pemulung.
Jangan-jangan, itu bukan bentuk ketidakpedulian. Karena bisa jadi, perkataan itu muncul, karena hak orang-orang terdekat di sekitar kita belum tertunaikan.
Semoga perjuangan buat Palestina diterima Allah, dan dikasih kemenangan. Semoga Allah jadikan kita orang-orang yang berperilaku adil.
***
Jumat, 13 Oktober 2023
Habis aksi mode ukhti, setelah sekian masa ga mode ukhti aksi 🙏
14 notes · View notes
elangfatah · 5 months ago
Text
12 Aturan Stoik Untuk Kehidupan Yang Baik [4]
(1) Bangun pagi hari
Jurnaling ; menulis, membaca, refleksi diri
Jalan-jalan ; menggerakkan tubuh, olahraga
Melakukan sesuatu secara mendalam ; fokus pada apa yang ada di depanmu
(2) Fokus pada apa yang berada dalam kendalimu
Mengidentifikasi dan memisahkan hal-hal yang ada di bawah kendali dan tidak di bawah kendali kita.
(3) Jangan meliarkan pikiran
"Kita lebih sering takut dari pada terluka, dan kita lebih sering menderita karena imajinasi dari pada realita." -Seneca-
Fokus pada saat sekarang dan pada apa yang bisa dikendalikan
(4) Perlakukan kesuksesan dan kegagalan dengan cara yang sama
"Menerima tanpa kesombongan, melepaskan dengan ketidakpedulian." -Marcus Aurelius-
Kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang berada di luar dirimu, itu tidak mengubah siapa dirimu. Kamu tetaplah manusia yang sama.
(5) Lakukan satu hal baru setiap hari
Kita harus mendapatkan 1 kemenangan kecil, semakin cepat dimulai semakin baik perasaan dan dirimu.
Apa langkah kecil yang bisa dilakukan untuk memajukan proyek yang sedang kamu kerjakan?
(6) Buatlah pilihan yang indah
Keindahan terletak pada perilaku manusia yang baik ; valueable
Saat dihadapkan dengan beberapa pilihan, ambil yang paling sulit dan menantang
"Jika pilihanmu indah, kamu juga akan indah." -Epictetus-
(7) Terus menerus mempertanyakan "apakah ini perlu?"
"Sebagian besar dari apa yang kita katakan dan lakukan itu tidak penting." -Marcus Aurelius-
"Jika anda mencari ketenangan, lakukan lebih sedikit." -Marcus Aurelius-
(8) Cintai takdirmu (amor fati)
Jangan berharap semua hal seperti yang kita bayangkan, tapi cintailah semua hal yang terjadi dalam hidup kita
Setiap kali hal buruk terjadi, respon secara positif (mengambil hikmah)
(9) Bicaralah dengan orang mati
Dengan membaca buku, seolah-olah kita berbicara dengan orang mati
Tubuh mereka mungkin membusuk di tanah, tetapi di halaman buku mereka hidup dan sehat
(10) Tegas pada diri sendiri dan pengertian pada orang lain
Memahami dan memaafkan mereka yang telah terputus dari kebenaran
Standar anda adalah untuk anda, bukan orang lain
Membenci dosanya sambil tetap mencintai pendosanya
Saat merasa kecewa dan hampir menghakimi seseorang, berhentilah dan cari kebaikan di dalam dirinya
(11) Balikkan rintangan
Hambatan adalah bahan bakar untuk membuat api menyala lebih besar
Melewati rintangan demi rintangan akan meningkatkan skill
Dalam segala hal, ada hal yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan
(12) Ingat, kita sekarat setiap hari
Apapun waktu yang telah berlalu adalah milik kematian
Kematian adalah proses yang sedang terjadi pada kita saat ini, karena waktu terus berlalu dan tidak akan pernah kembali
Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
5 notes · View notes
akurstory · 5 months ago
Text
Peringatan Darurat
Tumblr media
Kurang dari 24 Jam rangkaian peristiwa ter-"Plot Twist" Telah dipertontonkan. Bukannya kabar baik yg di sajikan melainkan sebaliknya. Yaa, barangkali ini adalah ujiannya sebuah bangsa yang hendak naik tingkat. Kita boleh saja pesimis dengan kondisinya, tapi ingatlah "setitik cahaya" saja sudah cukup memberikan perbedaan yang berarti di tengah kegelapan.
Tadi, "Setitik Cahaya" itu telah dinyalakan kembali. Setitik cahaya yang memberikan perbedaan yang berarti. Setitik Cahaya yang telah memantik hati nurani yang telah lama mati. Kini, setitik cahaya itu telah menyala di berbagai penjuru negeri. Menyambut seruan bersatu untuk mencerahkan negeri. Itulah pejuang sejati, ia lebih memilih menyalakan "setitik cahaya dibanding mengutuk kegelapan"
Terakhir inginku kalian membaca kutipan dari Sutan Pane yg kutemukan di Novel "Selamat Tinggal" karya Tere Liye, berikut:
Kita tidak pernah sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat kepada orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaikinya, dan menebus kesalahan tersebut. Berani mengucapkan "Selamat Tinggal"
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. Apalagi pura-pura bodoh, bebal, keras kepala, tidak peduli saat nasihat tiba. Ucapkanlah "Selamat Tinggal" kepada sifat membantah pada kebenaran, "Selamat Tinggal" kepada selalu mengatakan tidak pada kejujuran, serta suka sekali berseru, tapi, tapi, dan tapi.
Tidak akan ada yang bisa menjamin perubahan akan mudah. Boleh jadi situasi semakin sulit. Tapi ingatlah nasihat agama, barangsiapa yang hendak berubah menjadi lebih baik, maka apapun kemalangan yang menimpa berikutnya, semua adalah kebaikan baginya. Dia senantiasa bersabar dan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Kita bisa memperbaiki semuanya. Bagaimana memulainya? Mulailah dengan mengucapkan kalimat itu kepada diri kita. Ucapkan dengan gagah, "Selamat Tinggal" semua keburukan masa lalu. "Selamat Tinggal" semua kebodohan dan ketidakpedulian itu. Sungguh, "Selamat Tinggal"
Dan "Selamat Datang" REVOLUSI
Sutan Pane, Jakarta, 1965.
4 notes · View notes
lucifermorningstark · 6 months ago
Text
August 13 2K24 Luka - luka akan....
Sirna.
Seiring dengan berjalannya waktu
Namun dalam perang begini,
Kadangkala memang luka - luka yang baru
Akan muncul bahkan sebelum luka yang lama benar - benar mengering
Dan sesungguhnya memang percuma,
Bukannya aku tak pernah berusaha!
Melalui semua cara yang kutahu
Telah kucoba untuk menutupi fakta ini
Aku menjadi Riak!
Menjelma sebagai Api!
Dan terjebak dalam gelap!
Hingga kembali bangkit dengan julukan Setan!
Nyata-nya semua neraka ini....
Senantiasa mengerucut kepada setiap ketidakpedulian-mu,
Awal mula peperangan ini,
Segala kisah! Luka! Dan duka! pertempuran di dalamnya
Adalah memang karena angkuh-mu
Entah sampai kapan....
Apakah kita akan sempat bertemu lagi?
Atau memang semuanya harus berjalan dengan sedemikian lucu
Tentang sebuah tragedi yang harus ditertawakan
Dimana aku harus mati terlebih dahulu
Demi sekedar menunggu kepulangan-mu?
Seluruh dunia juga tampak seperti biasa....
Munafik dan palsu
Kebohongan yang disampaikan melalui suara merdu biduan seperti-mu
Akan didengar dan dipercaya tanpa tanya
Sementara suara - suara kebenaran
Yang diteriakkan oleh para pejuang seperti kami ini
Hanya akan dianggap Onar!
Yang keluar entah dari dasar lubang yang mana....
5 notes · View notes
herupras · 8 months ago
Text
kali ini penerimaan tanpa menyangkal.
iya aku menulis lagi. kali ini aku mencoba menerima segala bentuk perasaan. asing, dingin, ketidakpedulian dan hal-hal menyedihkan lainnya akan aku lahap habis. kali ini aku mencoba untuk tidak ada “tapi” walau rasanya berat. kau sudah mendoakan yang terbaik untukku. seharusnya, aku pun mendoakan yang terbaik untukmu. jika dia orang yang kau anggap mampu mengisi kekosongan hari-harimu yang berat, aku turut bersuka cita, semoga segala yang kau harap segera terlaksana.
beberapa hal butuh waktu yang panjang untuk bisa diterima akal dan perasaan. entah sudah hari keberapa doa-doaku berterbangan untuk meminta menghilangkan perasaan yang terlalu berlebihan ini. kau kucemaskan berhari-hari meski kutau sudah tidak ada pedulimu di daftar hal-hal yang harus kau kerjakan hari ini. aku tau senyummu menari-nari di bengkel vespa dan di antara tuangan bensin dari jerigen ke tangki motor itu, sesekali tepuk tangan tanda bangga dan penghargaan di senin malam itu. aku pun turut bangga, sebab senyummu mampu mekar di antara redup lampu dan bising suara motor 2tak yang kau coba tarik gasnya itu. dan lagu All The Time milik The Sigit menjadi pilihannya yang paling bijak untuk menjelaskan inti video yang diunggahnya di Instagram stories.
akhirnya aku mendoakan keselamatan dan kebahagiaanmu dengan hati yang penuh. semoga kau bertemu dengan orang-orang baik dan dijauhkan dari orang-orang yang membuat emosimu memuncak. apapun, aku mendukung dengan sungguh-sungguh segala mimpi yang kau damba. di antara riuh lelahmu ada banyak orang yang dengan sadar rela menjadi rumah tempatmu melabuhkan sesak pikiranmu. kau sungguh layak untuk dibanggakan. jika dunia yang brengsek ini mematahkanmu, kau bisa menyusunnyan kembali, aku tau kau tangguh dan mampu merapihkan segala kesedihanmu. aku tidak pernah menyesal pernah menjalani hari-hari kemarin, semoga kau juga. jika dunia terlalu jahat, aku masih ada di sini dan jadi orang terkahir yang bisa kau cari. seperti kata Kunto Aji di lagu Saudade “tanganku terbuka kapan pun kau ingat pulang.”
bahagia selalu yaa! sampai jumpa lagi, iya aku menulis sampai jumpa lagi di versi terbaik diri kita masing-masing.
bgr, mei 2024.
2 notes · View notes
surya01909 · 9 months ago
Text
Seolah kemampuan sosialku berkurang. Kata-kata menjadi tak semengalir itu. Interaksi bagaikan berbatas. Energi tak mudah lagi aku dapatkan. Ekspresi diri seperti terhalang. Ada ketakutan yang muncul hingga semua itu tak bisa lagi keluar. Ada keheningan yang mengikutinya dan aku tak sanggup. Terikat tapi akulah penyebabnya. Berada dalam dinding ini, tak bisa berkembang. Upayaku menjadi bagaikan ketidakpedulian. Aksi-aksiku bagaikan bumerang nantinya.
Padahal aku, sang angin. Tak bergerak maka aku tak terdefinisi. Sepuluh juz itu hilanglah sudah bahkan sepuluh baris tak aku dapatkan. Kukira waktu ternyaman, ternyata aku gegabah. Tak melibatkan dalam pilihan. Lalu bisa apa. Kuhanya mematut menjalani jalan ini.
2 notes · View notes
ruangsyindi · 10 months ago
Text
Allah selalu punya cara untuk mempertemukan kita dengan "alarm kehidupan" bagaimana pun bentuknya. Mengalami berbagai kejadian atau bahkan bertemu dengan orang-orang yang akan membuat kita kembali diingatkan dan berkaca dengan setiap masalah yang kita alami adalah cara Allah untuk membuat kita jadi tidak punya alasan agar tidak beryukur.
Tadi malam sepulang dari acara makan malam bersama dengan teman-teman, dalam perjalanan saya bercerita dengan salah satu teman semasa masih sekolah SMA. Obrolan kami awalnya terkesan ringan. Hanya seputar kabar kegiatan sehari-hari saja. Sampai akhirnya melebar dan meluas pada pembahasan yang membuat saya jadi jadi langsung bersyukur berada dalam lingkungan keluarga yang begitu saling peduli dan memiliki orang tua yang penuh tanggung jawab seperti mama dan papa. Apa yang dialami oleh teman saya itu juga membuat saya jadi merasa bersalah atas semua sikap yang kadang sering mengeluh tentang keluarga saya. Padahal jika dibandingkan dengannya, saya benar-benar beruntung. Lantas hanya karena kesalahan-kesalahan kecil, saya jadi lupa untuk bersyukur.
Saat ini, teman saya itu juga belum menikah. Sehingga tanggung jawab untuk memastikan keamanan dan keselamatan dia masih berada pada ayahnya, bahkan adik laki-lakinya. Tidak membiarkan anak serta kakak perempuan pulang kerja larut malam sendirian menggunakan tranportasi umum dengan jarak rumah yang tidak dekat adalah sebuah tanggung jawab yang musti hadir dalam hati kedua laki-laki itu. Apalagi posisinya teman saya itu masih belum bisa membawa kenderaan sendiri.
Saya yang masih sering banyak menuntut dan mengeluh, semakin tersadar dengan ceritanya yang mengatakan sejak mendengar ketidaksiapan ayah dan adiknya untuk menjemputnya pulang kerja jika sudah larut malam membuat dia memaksakan diri untuk jadi perempuan yang lebih berani lagi. Tidak lagi memaksa mereka untuk membantunya. Dia harus keluar dari zona nyaman. Karena berhenti dari bekerja juga bukan pilihan yang tepat baginya saat ini. Berteman dengan sabar dan memperkuat pengharapannya pada Allah yang tidak akan pernah bosan dan jenuh dalam menjaga dan melindungi hamba-Nya.
Bahkan seorang ayah dan saudara pun akan sampai pada fase kebosanan dan ketidakpedulian pada kita, sekalipun kita adalah anak dan juga saudara. Hanya Allah yang meski kita menjauh, tapi akan selalu menunggu kita tanpa bosan dan jenuh untuk kembali pada-Nya. Hanya Allah yang tidak akan pernah bosan memberikan bantuan meski setiap saat kita meminta. Yang tidak akan pernah mengungkit-ngungkit kebaikan pada hamba-Nya. Tidak akan ada yang memang layak menjadi tempat kita menaruh harapan, selain kepada-Nya.
Allah mengirimkan saya orang tua dan saudara-saudara yang begitu peduli dan tanggung jawab bukan berarti saya pun menaruh harapan kepada mereka melebihi harapan saya kepada Allah. Sampai kapan pun saya tidak akan pernah bisa mengharapkan orang lain bisa selalu ada untuk membantu saya. Kemudian enggan untuk memaksa diri agar menjadi perempuan yang mandiri. Saya pun tidak bisa menjamin akan sampai dimana batas kebersediaan keluarga saya untuk membantu saya ini dan itu. Sama seperti saya tidak bisa menjami panjang pendeknya usia seseorang. Mungkin bisa saja keluarga saya akan selalu bersedia membantu saya dan bertanggung jawab pada saya. Tapi kebersamaan ini tidak akan pernah abadi. Mereka tidak akan bisa selamanya membersamai saya.
Karena sejatinya, yang paling abadi memang hanya mengandalkan Allah. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dimana pun dan kapan pun. Menjauhkan kita dari segala keburukan dan memudahkan kita berada dalam kebaikan.
Rabu, 16 Ramadhan 1445 H / 27 Maret 2024
2 notes · View notes
anggraeni1903 · 11 months ago
Text
Dibelahan bumi ini ku duduk ditepian senja Memutar kembali kenangan kita berdua Merasakan betapa dirimu memberiku luka Tak berfikir apa yang terjadi setelahnya Apakah mungkin ,Jika ketidakpedulian mu itu berawal dari ketidakpedulian ku? Ataukan kemarahan mu itu berawal dari kemarahan ku?Aku berharap jika itu kebenarannya aku mohon maafkan diriku.mungkin aku memang bukan yang ditakdirkan untuk berada disebelah mu tetapi diriku hanya sebagai sebuah kisah yang bisa membuatmu untuk belajar menjadi dewasa . Sayang setelah tidak denganku semoga dirimu menemukan seseorang yang membuat mu bahagia .
2 notes · View notes
jajalwaeofficial · 1 year ago
Text
Sama...
Tumblr media
Tak terasa tinggal beberapa hari aku memasuki usia kepala tiga. Usia yang kata sebagian orang adalah waktu untuk mengambil jeda dari berbagai macam kekhawatiran. Tapi bagiku, tidak seperti itu. Nyatanya, kepalaku masih dipenuhi dengan hal hal yang sebetulnya belum terjadi tapi selalu menghantui diriku sendiri.
Aku adalah gadis ibukota yang belum menikah, tiga tahun lalu memutuskan untuk merantau dengan maksud menghindar dari keluarga toxic yang setiap hari bertanya kapan aku menikah, adik-adik yang selalu bertengkar satu sama lain, bapak ibuk yang tidak akur.
Keluargaku selalu jadi pusat perhatian. Bagiku, mereka sumber kecemasan dan ketidakbahagiaan dalam hidupku. Empat tahun lalu, bertemu setiap hari seperti berjalan diatas beling, benar benar mencederai perasaanku. Kritik tanpa henti, kecemburuan dan ketidakpedulian sudah menjadi rutinitas keluargaku.
Sadar telah terperangkap dalam lingkungan yang tak sehat, aku merasa merantau jadi satu satunya cara untukku lari, melindungi diriku sendiri.
Tapi, ternyata, disini sama saja.
2 notes · View notes
ruangrindusblog · 1 year ago
Text
“Casing”
Kepala ini semacam lumba-lumba liar, penuh keceriaan dan kekacauan, Imajinasi liar dan abstrak, tak terikat oleh kenyataan.
Sebagai lukisan mentah yang belum tersentuh, Berkutat di dalam labirin waktu yang tak terpetakan.
Mereka bersembunyi, seolah dalam persembunyian tersembunyi, Mengintai dalam kegelapan malam tanpa ujung.
Muncul saat kesibukan menyerang, bergerak saat aku tidur lelap, Namun kamu, dalam ketenangan yang tak tergoyahkan, diam tanpa cela.
Serumit itukah kehidupan ini, sampai-sampai dirimu tersesat dalam kebingungan? Lelahkan teman-temanmu, bosankan kerabatmu, ketakutan keluargamu, laparmu lupa pada dirimu sendiri.
Bahagia adalah seperti sebatang permen yang lumer dalam ceritamu yang tak tentu arah, Panca indra yang bergerak tanpa henti, sementara dirimu tertinggal dalam ketidakpedulian.
Tentang aku, yang selalu mencari tahu, Sejauh mana aku mengenal diriku, siapakah aku? Dalam aliran waktu yang tak pernah berakhir,
Pertanyaan terdalam yang tak kunjung memiliki jawaban pasti, siapakah aku dalam kisah ini yang tak pernah berakhir?
By : ewia putri
3 notes · View notes