Tumgik
#akurstory
akurstory · 1 month
Text
Peringatan Darurat
Tumblr media
Kurang dari 24 Jam rangkaian peristiwa ter-"Plot Twist" Telah dipertontonkan. Bukannya kabar baik yg di sajikan melainkan sebaliknya. Yaa, barangkali ini adalah ujiannya sebuah bangsa yang hendak naik tingkat. Kita boleh saja pesimis dengan kondisinya, tapi ingatlah "setitik cahaya" saja sudah cukup memberikan perbedaan yang berarti di tengah kegelapan.
Tadi, "Setitik Cahaya" itu telah dinyalakan kembali. Setitik cahaya yang memberikan perbedaan yang berarti. Setitik Cahaya yang telah memantik hati nurani yang telah lama mati. Kini, setitik cahaya itu telah menyala di berbagai penjuru negeri. Menyambut seruan bersatu untuk mencerahkan negeri. Itulah pejuang sejati, ia lebih memilih menyalakan "setitik cahaya dibanding mengutuk kegelapan"
Terakhir inginku kalian membaca kutipan dari Sutan Pane yg kutemukan di Novel "Selamat Tinggal" karya Tere Liye, berikut:
Kita tidak pernah sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat kepada orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaikinya, dan menebus kesalahan tersebut. Berani mengucapkan "Selamat Tinggal"
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. Apalagi pura-pura bodoh, bebal, keras kepala, tidak peduli saat nasihat tiba. Ucapkanlah "Selamat Tinggal" kepada sifat membantah pada kebenaran, "Selamat Tinggal" kepada selalu mengatakan tidak pada kejujuran, serta suka sekali berseru, tapi, tapi, dan tapi.
Tidak akan ada yang bisa menjamin perubahan akan mudah. Boleh jadi situasi semakin sulit. Tapi ingatlah nasihat agama, barangsiapa yang hendak berubah menjadi lebih baik, maka apapun kemalangan yang menimpa berikutnya, semua adalah kebaikan baginya. Dia senantiasa bersabar dan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Kita bisa memperbaiki semuanya. Bagaimana memulainya? Mulailah dengan mengucapkan kalimat itu kepada diri kita. Ucapkan dengan gagah, "Selamat Tinggal" semua keburukan masa lalu. "Selamat Tinggal" semua kebodohan dan ketidakpedulian itu. Sungguh, "Selamat Tinggal"
Dan "Selamat Datang" REVOLUSI
Sutan Pane, Jakarta, 1965.
4 notes · View notes
novelku · 4 months
Text
Introduction
Semilir angin mendayu di angkasa, walaupun tak kasat mata, namun terasa menerpa apa saja yang dilaluinya. Dari menerpa ruang kosong sampai pohon kopong. Lantas angin itu menerbangkan debu, polusi, dan dedaunan. Tapi angin tersebut tidak bergerak dengan sendirinya, melainkan telah disisipkan takdir tuhan dan menerbangkan sehelai daun yang kelak akan jatuh di atas sebuah buku seorang pemuda yang tengah membaca di bawah sebuah pohon yang rindang. Pemuda tersebut terkejut, bukan karena daun itu. Tapi karena daun itu jatuh tepat di bagian kosong buku tersebut yang bentuknya persis seperti bentuk daun. 
Yang lebih mengejutkan lagi, setelah daun itu sempurna melekat, buku itu mengambang beberapa meter dari permukaan tanah dan mengeluarkan cahaya hijau yang membuat silau mata yang melihatnya. 
Saking terkejutnya pemuda tersebut melangkah mundur sampai-sampai tersungkur di tanah 
“Selama ini aku penasaran dengan buku aneh itu, ternyata buku itu–” belum selesai ucapannya buku itu telah membuka sebuah portal dan menghisap apapun yang ada disekitarnya termasuk pemuda tersebut. Sontak pemuda itu berpegangan pada batang pohon, namun usahanya itu sia-sia dia ikut terhisap kedalam portal itu dan……
“Arrgghhh………!!!” dia langsung menekan shortcut pada keyboard (ctrl+A) dan menekan delete. 
“Cerita ini terlalu kebetulan! mana ada daun bisa tepat banget jatuh di atas buku orang itu. Takdir Tuhan tidak se-‘Receh’ itu” Terbit berseru kesal di kamarnya.
Otaknya sedang buntu, lantaran chapter terakhir dari novel yang sedang dia tulis berkali-kali terasa kurang keren untuk mengakhiri ceritanya. “aaa.. Sudahlah, lebih baik aku ‘Healing’ sebentar mencari inspirasi” Terbit pun beranjak dari meja kerjanya, bersiap-siap dengan style yang santai, membuka pintu kamar untuk menuju keluar dan tak lupa pintunya kemudian ditutup. 
“Gelap oy, aku juga mau keluar woy……!!” si sudut pandang ketiga ngamook 
“Hehehe… Sorry yee…! kita ganti POV yee… soalnya gaya tulisan lu kaku amat. Nanti pembaca pada ngantuk, hahaha” 
ahh…… lega banget rasanya bisa hiling… anak-anak jaman sekarang gitukan ya, stress dikit hiling, pusing dikit hiling, mumet dikit hiling hahaha… Untungnya tak sulit bagiku mencari tempat hiling. 
Di sekitar tempatku tinggal memang banyak spot healing yang gak kalah kerennya. Ada wisata danau indah yang sunyi, menanjak bukit nan indah, atau berenang di aliran air terjun mini dan masih banyak lagi, paket komplitlah pokoknya. 
Tak perlu menempuh jarak puluhan kilometer untuk mencapainya, paling jauh mungkin hanya sekitar 5 km dari rumahku. Yang paling menyenangkannya adalah semua wisata disini gratis… tis… tis… gak ada tuh yang namanya “pungli” yang menyebalkan. 
Oh ya, kita kenalan dulu ya, Namaku Terbit aku bukanlah seorang penulis. eits.. bentar dulu jangan marah-marah gitu dong, yang diceritain tadi tuh, karya tulisan pertamaku dan belum terbit pula. Jadi aku masih belum pantas disebut sebagai penulis. Lagian aku masih sekolah kok, jadi nulis itu cuma iseng-iseng doang, bukan pekerjaanku. Btw aku sekarang kelas 11 SMA, bersekolah seperti biasa dan bagiku tidak ada yang menarik dari sekolah kecuali diriku sendiri. 
Yaa, hanya aku yang menarik, aku anak yatim. Ayahku sudah tiada sejak aku masih di dalam kandungan ibu. Setelah umurku sekitar hampir 5 tahun ibuku meninggalkanku entah kemana dan tanpa alasan yang jelas. Sebelum meninggalkanku, ibu menitipkanku kepada nenek yang telah tinggal bersama kami sejak ayahku meninggal dunia. 
“Ibu berangkat kerja dulu ya nak, jadilah anak yang baik dan hebat” itulah kalimat terakhir yang kudengar dari ibuku 12 tahun lalu.  
Semenjak diriku ditinggal ibu, Aku yang waktu itu hanyalah bocah polos yang belum paham kalimatnya, membuatku selalu bertanya kepada nenek, “Ibu kapan pulang nek?”, “kemana Ibu nek?”, “kok ibu kerjanya lama nek?” dan terus bertanya-tanya. Tapi nenek lebih memilih memberikan jawaban yang menenangkan dibandingkan mengatakan yang sebenarnya.  Kelak pada akhirnya aku paham setelah beranjak dewasa. 
Selain meninggalkanku, ibuku juga meninggalkan buku-buku karyanya. Buku-bukunya tertata rapi di rak buku dengan cetakan yang sederhana. 
“Nek, itu buku siapa?” aku bertanya ketika aku masih kelas 10 SMA
“Oh, itu buku karya ibumu nak. Semua buku yang ada di rak buku itu adalah karya ibumu” sontak aku terkejut, tidak menyangka bahwa ibuku menulis semua buku yang jumlahnya kurang lebih 100+ exemplar dengan judul yang berbeda. 
“Ibumu mulai  menulis sejak dia mahasiswa sampai melahirkanmu, nak. Tapi, buku-buku tebalnya itu tak ada satupun yang diterbitkan. Lihatlah, buku itu dijilid sederhana dengan design cover seperti tugas makalah dari sekolahmu” nenek menjelaskan, aku termangu mendengarkannya. Belum sempat aku bertanya balik nenek melanjutkan penjelasannya, 
“Nenek juga heran, buat apa menulis buku sebanyak itu tapi cuma dijadikan pajangan di rak buku. Ibumu pun tak pernah menjelaskan alasannya, setiap kali ditanya pasti jawabannya ‘ini cuma hobiku bu’. Nenek membiarkan saja, toh baguslah ibumu punya bakat menulis. Tapi, huft….” nenek menghela nafas sembari melepaskan kacamatanya dan menyeka matanya yang berkaca-kaca. Helaan nafas nenek seolah-olah menjelaskan semuanya. Dari situ aku mulai paham mengapa ibuku pergi dan membuatku mulai menulis buku sejak saat itu.“Hah… lega rasanya, sepertinya healing-nya sudah cukup, waktunya pulang” - Bersambung :)
0 notes
akurstory · 13 days
Text
"Alasan kanapa kau tersenyum saat sedih dan menangis saat bahagia adalah karena hatimu telah menaklukkan dirimu" nandemonaiya
0 notes
akurstory · 4 months
Text
Terbaik
Dikala pagi, ketika matahari telah naik setinggi satu tombak (Waktu Dhuha'). Diriku dihampiri si pengendara "kobra hitam" . Ditemani semilir angin diriku mendapat wejangan darinya, "Apapun yang terjadi padaku, itulah yang terbaik untukku" ujarnya . Sontak membuat suasana seolah-olah hening dan memperjelas kicauan burung-burung yang merdu.
Bagiku pesan itu sangat berharga, karena beberapa hal yang pernah ku capai, tidak membuatku merasa bangga alias biasa-biasa saja bahkan cenderung tidak mensyukuri apa yang telah kucapai. Yah begitulah, dengan pernyataanya aku kembali tersadar bahwa tugasku hanyalah melakukan yang terbaik dan menerima dengan lapang dada apapun hasil yang ku terima kelak.
Hai bro, pesanku padamu, "tetaplah semangat menghadapi hari esok" thanks for you and everyone
1 note · View note
akurstory · 4 months
Text
Mendasar, Mendalam, dan Mengerikan
Kalian tau apa yang dalam di dunia ini? Yaa Lautan. (Salah satunya yaa :), masih banyak yang dalam lainnya, kayak "Cintaku Pada-Nya" Eaa dalem banget dah tu).
Jika selama ini dirimu hanya bisa berenang di permukaan laut saja, maka cobalah menyelam lebih dalam lagi. Semakin dalam dirimu menyelami lautan, hal-hal yang mengerikan akan segera menyapamu. Seperti makhluk laut yang belum pernah kau lihat, tekanan air yang semakin berat, atau arus bawah laut yang sangat cepat, mengerikan bukan?
Begitupun dengan kehidupan, semakin dalam dirimu menyelami makna kehidupan sampai mampu memahami hal-hal mendasar dalam hidup, hal-hal mengerikan pasti juga akan segera menyapamu. Untuk apa? untuk menguji kebijaksanaanmu.
0 notes
akurstory · 5 months
Text
Semua Layak Dirayakan
Semuanya layak dirayakan....
Aku tahu, Idul fitri adalah hari yang berbahagia bagi tiap keluarga khususnya keluarga muslim. Saling bersimpuh memohon maaf, bercengkrama gembira, dan menyantap hidangan “template hari raya” bersama keluarga.
Yaa, itu kondisi yang sangat ideal, dari paradigma stereotipe masyarakat umum. Namun, apakah dunia ini akan selalu memberikanmu kondisi ideal itu? Tentu saja tidak bukan?!
Semuanya layak dirayakan....
Aku tahu, tidak semua orang dapat merayakan idul fitri dalam kondisi yang ideal. Karena tuntuan pendidikan, pekerjaan, atau urusan lain yang mengharuskan dirimu tetap di tanah rantau. Tapi, apakah mereka bisa merayakannya?
Of course, Semua layak dirayakan...
Semuanya layak dirayakan....
Esensi sebuah perayaan adalah ekspresi dari rasa syukur. Rasa syukur tidak mengenal segmen kuantitas sehingga menghadirkan rasa cukup berapapun jumlahnya.
Termasuk di hari Raya Idul Fitri. Dengan kondisi yang tidak ideal dirimu harus mensyukurinya agar dapat merayakan hari raya dengan perasaan yang cukup.
Semuanya layak dirayakan....
"Dengan siapa pun, cara, dan medium apapun “Rayakanlah” dengan syukurmu yang luas, sampai rasa cukup selalu meliputi rangkaian perjalanan hidupmu"
0 notes
akurstory · 5 months
Text
Hanya Perlu terus Maju
Kita hanya perlu terus maju
Kita tau, ke depan bisa jadi semua tidak akan sama lagi, bisa jadi mudah atau malah semakin sulit. Tapi kita tak perlu khawatir, tugaskita hanyalah bergerak perkara hasilnya apa? dan kapan itu bukan urusan kita lagi.
Kita Hanya Perlu Terus Maju
Penting untuk memperhatikan langkah-langkah ke depan, tapi khawatir akan halangan dan rintangannya justru akan semakin membuatmu terhambat. Jadi, hadapilah rintangan dan singkirkan halangan itu.
Kita Hanya Perlu Terus Maju
Sah-sah saja sesekali menengok ke belakang untuk merefleksi perjalanan yang telah dilalui, tapi tenggelam dalam nostalgianya apalagi sampai mundur sangat-sangat tidak disarankan.
Refleksikan sejenak, lalu kita hanya perlu maju lagi... lagi... dan lagi....
1 note · View note