#kehidupan mahasiswa indonesia saat sekolah di luar negeri
Explore tagged Tumblr posts
soedagoeng · 2 months ago
Text
Sebuah Perjalanan Penuh Harap dan Pelajaran di Vienna *)
Kisah ini menjadi refleksi selama enam bulan saya melangkahkan kaki keluar rumah untuk bertualang dan menetap di luar negeri hingga kurang lebih 3 tahun ke depan. Saya memulai perjalanan ini dari sebuah mimpi untuk melanjutkan sekolah doktoral di luar negeri. Sudah itu saja. Ada seorang guru yang terus memotivasi saya. Beliau yang selalu menyalakan bara api semangat untuk terus bersiap menempuh pendidikan lebih tinggi ke tempat terbaik. “Saya yang ndak pandai Bahasa Inggris jak bise S3 di Spanyol, masa’ Danu yang pintar ndak bise,” kata beliau. 
Ini selalu jadi kalimat andalan Pak Dodi Irawan setiap kali bertemu atau berdiskusi tentang pengalaman S3 beliau. Beliau dulunya guru SMP saya, tapi saat ini perjalanan karir dan takdir Tuhan menjadikannya Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tidak ada yang berubah dari sosoknya yang saya kenal sejak 18 tahun lalu. Ramah dan bersahaja. 
Sejujurnya tidak pernah ada mimpi akan ke Austria. Kalau pun saya pernah terpikir untuk bermimpi, maka tujuannya adalah ke Spanyol, tepatnya Barcelona. Karena ada klub sepakbola favorit saya di sana. Saya tahu tentang Austria hanya dari seorang kolega di Universitas Tanjungpura yang merupakan alumni dari salah satu kampus di sini. Pak Zairin Zain, beliaulah sosok selanjutnya yang menjadi salah satu pembuka jalan untuk sampai di luar negeri. Pada sebuah diskusi, beliau menjelaskan bahwa Austria memang bukan di Eropa Barat, cenderung di tengah. Tidak terlalu besar dan semegah negara-negara favorit, seperti Jerman, Perancis, Italia, atau Inggris, tapi kalau sudah di Eropa standar pendidikan tingginya sama saja. Toh, jalan-jalan keliling Eropa juga bisa asal sudah sampai di sana. Beliau juga yang akhirnya memperkenalkan saya dengan skema beasiswa Indonesia-Austria Scholarship Programme dan ASEA-UNINET. Kalimat beliau sederhana sekali: “Bang Adit, coba nia ada beasiswa ke Austria. Berkas-berkasnye ade kan?”
Itu kalimat yang mengawali perjalanan saya. Sejak itulah harapan untuk ke Austria dimulai. Petualangan dimulai dengan mengumpulkan berkas-berkas hingga berkomunikasi dengan calon pembimbing doktoral di University of Vienna. Akhirnya pada 29 September 2020 menjadi tanggal bersejarah karena seorang anak dari Kota Pontianak dinyatakan menerima beasiswa untuk studi lanjut di Austria tepatnya kota Vienna. Perjalanan itu dimulai tepat pada 30 September 2021 setelah setahun persiapan keberangkatan. 
Vienna adalah sebuah kota yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Setidaknya itu kesan saya dari sejak pertama menginjakkan kaki pada tanggal 1 Oktober 2021. Kota ini adalah perpaduan cuaca cerah dan mendung dengan sesekali angin bertiup menghembuskan udara dingin. Sarana transportasi sangat mudah. Berbelanja bahan makanan atau menemukan restoran halal bukan perkarasa susah, banyak pilihan. 
Kota ini memberikan banyak pelajaran berharga. Baik secara ilmu di kampus formal maupun kampus kehidupan. Institusi tempat saya menempuh pendidikan memiliki sistem administrasi berbasis daring yang luar biasa. Fasilitas referensi dengan basis data di laman perpustakaan daring juga memadai. Saya merasa mudah sekali mengakses buku atau artikel jurnal berkualitas dengan akun yang diberikan. Banyak juga ditawarkan mata kuliah atau kuliah tamu yang begitu bermanfaat untuk menunjang perkembangan sekolah doktor. Kolega di kantor juga baik sekali. Para staf akademik dan tim program doktor di fakultas serta program studi yang sangat ramah dan membantu proses administrasi, teman-teman sesama mahasiswa dan peneliti yang juga sama baiknya mengajarkan proses adaptasi selama di kantor, serta pembimbing disertasi yang begitu peduli. Saya amat bersyukur berada di lingkungan kerja dan kampus ini.
Hidup di Vienna juga tentang belajar menyeimbangkan waktu kerja dan menikmati hidup. Sebuah tren work life balance yang tidak hanya basa-basi. Jarang sekali ada interaksi tentang pekerjaan di luar jam kerja. Akhir pekan adalah milik keluarga. Bahkan toko dan pasar tutup di hari Minggu. Kecuali restoran karena biasa digunakan masyarakat untuk bercengkrama menikmati waktu libur atau toko-toko sembako di titik tertentu yang esensial, seperti stasiun besar. Di sini kami belajar untuk menikmati akhir pekan sebagai hadiah dari lima hari kerja yang melelahkan. 
Selain itu, orang di Vienna sangat tepat waktu. Kenapa? Karena semua sarana transportasi tepat janji saat tiba dan berangkat. Kita dengan bantuan aplikasi transportasi atau peta di Google dapat dengan presisi mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di satu lokasi. Tidak ada alasan untuk telat karena alasan macet seperti di Indonesia.  
Pelajaran kehidupan lainnya yang didapat selama di perantauan adalah bertemu dan bercengkerama dengan sesama mahasiswa atau penduduk Indonesia. Sejak awal tiba di Austria, saya dan teman langsung disambut oleh Mas Jaya Addin Linando, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Austria (PPIA). Pada malamnya kami juga diundang oleh sesama mahasiswa untuk makan malam dengan menu khas Indonesia. Hari-hari selanjutnya juga diwarnai dengan berbagai pertemuan bersama orang-orang Indonesia lainnya, mulai dari sesama anggota PPIA hingga Warga Pengajian Austria (Wapena). Bahkan jika dihitung, di komplek asrama mahasiswa yang saya tempati terdapat sekitar 10 orang pelajar Indonesia. Tidak jarang kami mengobati rindu dengan obrolan santai tentang kampung halaman. Kami juga rutin berkumpul sambil memasak makanan Indonesia dan menikmati kota bersama dengan jalan santai atau berbelanja. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika dua teman terjangkit COVID-19, kami saling mengirimkan makanan dan obat selama fase karantina. 
Meski demikian, jangan tanya soal rindu. Ini yang paling berat. Rindu istri dan anak-anak, keluarga, makanan, teman, dan suasana kampung halaman. Istri dan anak-anak yang dengan penuh kerelaan melepas saya berangkat. Mereka pula yang terus memberikan semangat tanpa putus. Anak-anak yang masih usia di bawah 6 tahun, tapi begitu dewasa bersikap saat mengantar keberangkatan. Istri yang harus berjibaku dalam mengurus anak tanpa saya. Perjalanan ini akan selalu jadi pengingat betapa saya harus banyak membalas dengan lebih banyak kebaikan dan kasih sayang. 
Rindu kadang terobati dengan panggilan video atau mengamati lini masa media sosial, tapi tidak jarang ia begitu memuncak. Karena saya hanya bisa melihat perkembangan anak-anak dari layar kaca, mendengarkan kisah istri selama mengasuh mereka, dan mendengar kabar keluarga yang sakit atau perkembangan COVID-19 di Pontianak. Rindu itu jadi sungguh sangat berat. Akhirnya semua itu menyisakan doa-doa dan harapan agar hati kembali kuat. Sehingga saya bisa bilang perjalanan ini amat penuh harap. Harapan untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan mengobati kerinduan.
Satu kejadian yang begitu berkesan dari kisah tentang rindu adalah ketika pembimbing saya, Prof. Petra Dannecker, menanyakan kondisi keluarga di Indonesia. Ketika beliau tahu kalau kami sedang menanti kelahiran anak ketiga. Responnya adalah menyuruh pulang karena saat musim dingin juga tidak ada aktivitas apa-apa di kampus. Kalimat setelahnya yang membuat saya begitu terenyuh dan tersentuh. “Penting untuk anakmu tahu kalau dia punya seorang ayah,” ucap beliau dalam Bahasa Inggris. 
Rindu yang dipendam pun seketika pecah, runtuh sudah pertahanan. Saya menangis di dalam hati ketika mendengar kalimat itu, begitu terharu. Beliau amat memperhatikan kondisi psikologis bimbingannya selama di sini. Perasaan seorang ayah yang menanti dengan harap cemas akan proses kelahiran anak yang hanya tinggal dua bulan, tapi harus tetap memfokuskan diri untuk memulai sekolah di perantauan.
Tuhan selalu punya jalan-jalan terbaik. Tidak pernah terbayangkan buda’ Pontianak ini akan pulang pergi ke luar negeri dalam hitungan bulan. Dalam rencana awal pun, kami sudah merelakan akan saling menatap layar kaca saat proses melahirkan tersebut. Tuhan begitu baik memberikan kesempatan kepada saya menemankan istri selama proses melahirkan dan menyambut putri kecil kami secara langsung. Hingga untuk mengenang persiapan dan perjalanan ini, kami menyematkan Vienna sebagai nama tengah untuk anak ketiga yang lahir pada bulan Desember 2021.
Kisah-kisah di Vienna pada akhirnya mengajarkan saya untuk senantiasa belajar bersyukur dengan semua yang telah diterima hingga saat ini. Lima bulan ini begitu banyak cerita yang begitu berharga untuk dijadikan bahan pendewasaan diri. Tentunya masih ada puluhan bulan penuh harap yang akan saya lalui. Pembelajaran diri pasti terus didapatkan seiring berjalannya waktu di kota yang indah. Seperti judul di atas, perjalanan di kota ini penuh harap dan pelajaran.
Adityo Darmawan Sudagung, 1 Maret 2022
*) Tulisan ini dikirimkan pada Writing Contest PPI Edufest 2022 dengan tema "Sepenggal kisah dari penjuru dunia, sejuta inspirasi untuk Indonesia" dan mendapatkan honorable mention.
2 notes · View notes
Text
Jurusan Pendidikan Terbaik di STKIP PGRI Nganjuk
Tumblr media
Pendidikan adalah pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Menjadi guru bukan hanya sekadar profesi, melainkan juga sebuah pengabdian yang mulia. Bagi individu yang bercita-cita untuk menjadi pendidik yang handal, memahami pilihan jurusan pendidikan di STKIP PGRI Nganjuk adalah langkah awal yang krusial. STKIP PGRI Nganjuk menawarkan program-program yang dirancang khusus untuk melahirkan generasi pendidik yang profesional, terampil, dan berkarakter. Mengenal STKIP PGRI NganjukSTKIP PGRI Nganjuk terletak di Jalan AR Saleh No 21 Nganjuk, dan merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Kota Angin. Institusi ini memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia, terutama dalam mencetak tenaga pendidik yang berkualitas. Dengan visi unggul dalam pengembangan sekolah tinggi, STKIP PGRI Nganjuk berusaha menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan akademik yang solid, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan di lapangan. Program Studi UnggulanSTKIP PGRI Nganjuk menawarkan lima program studi (prodi) jenjang sarjana strata satu (S-1), yang menjadi andalan bagi calon pendidik. Berikut adalah rincian masing-masing jurusan pendidikan di STKIP PGRI Nganjuk: 1. S-1 PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)Program S-1 PPKn bertujuan untuk membentuk guru yang mampu mendidik siswa mengenai nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Dalam kurikulumnya, mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek hukum, sosial, dan budaya yang relevan, yang sangat penting untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial pada generasi muda. Lulusan dari program ini memiliki prospek karier sebagai guru di tingkat dasar dan menengah, serta dapat bekerja di lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat. 2. S-1 Pendidikan EkonomiS-1 Pendidikan Ekonomi mempersiapkan mahasiswa untuk menguasai konsep-konsep ekonomi yang fundamental serta metode pengajaran yang efektif. Program ini menekankan pada pengembangan keterampilan analitis dan kritis yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan dan bisnis. Lulusan program ini tidak hanya dapat berkarier sebagai guru, tetapi juga dapat berperan sebagai analis keuangan, konsultan bisnis, atau bahkan wirausaha yang sukses. 3. S-1 Pendidikan MatematikaDalam S-1 Pendidikan Matematika, mahasiswa diajarkan untuk memahami dan mengajarkan konsep-konsep matematika secara efektif. Program ini sangat penting mengingat peran matematika dalam berbagai bidang kehidupan. Lulusan yang sukses dari program ini akan memiliki peluang kerja yang luas, mulai dari menjadi guru di sekolah, hingga berkarir di sektor teknologi dan riset, di mana keterampilan analitis sangat dibutuhkan. 4. S-1 Pendidikan Bahasa InggrisBahasa Inggris adalah bahasa internasional yang semakin penting dalam dunia global saat ini. Melalui S-1 Pendidikan Bahasa Inggris, mahasiswa dibekali dengan kemampuan bahasa yang kuat serta keterampilan pedagogis untuk mengajarkan bahasa tersebut. Lulusan program ini dapat berkarier sebagai guru, penerjemah, atau bekerja di perusahaan multinasional yang membutuhkan komunikasi dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa asing juga membuka banyak peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. 5. S-1 Pendidikan IPAProgram S-1 Pendidikan IPA dirancang untuk menghasilkan pendidik yang mampu mengajarkan ilmu pengetahuan alam dengan cara yang menarik dan efektif.
0 notes
Text
Jurusan Pendidikan Terbaik di STKIP PGRI Nganjuk
Tumblr media
Pendidikan adalah pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Menjadi guru bukan hanya sekadar profesi, melainkan juga sebuah pengabdian yang mulia. Bagi individu yang bercita-cita untuk menjadi pendidik yang handal, memahami pilihan jurusan pendidikan di STKIP PGRI Nganjuk adalah langkah awal yang krusial. STKIP PGRI Nganjuk menawarkan program-program yang dirancang khusus untuk melahirkan generasi pendidik yang profesional, terampil, dan berkarakter. Mengenal STKIP PGRI NganjukSTKIP PGRI Nganjuk terletak di Jalan AR Saleh No 21 Nganjuk, dan merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Kota Angin. Institusi ini memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia, terutama dalam mencetak tenaga pendidik yang berkualitas. Dengan visi unggul dalam pengembangan sekolah tinggi, STKIP PGRI Nganjuk berusaha menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan akademik yang solid, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan di lapangan. Program Studi UnggulanSTKIP PGRI Nganjuk menawarkan lima program studi (prodi) jenjang sarjana strata satu (S-1), yang menjadi andalan bagi calon pendidik. Berikut adalah rincian masing-masing jurusan pendidikan di STKIP PGRI Nganjuk: 1. S-1 PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)Program S-1 PPKn bertujuan untuk membentuk guru yang mampu mendidik siswa mengenai nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Dalam kurikulumnya, mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek hukum, sosial, dan budaya yang relevan, yang sangat penting untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial pada generasi muda. Lulusan dari program ini memiliki prospek karier sebagai guru di tingkat dasar dan menengah, serta dapat bekerja di lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat. 2. S-1 Pendidikan EkonomiS-1 Pendidikan Ekonomi mempersiapkan mahasiswa untuk menguasai konsep-konsep ekonomi yang fundamental serta metode pengajaran yang efektif. Program ini menekankan pada pengembangan keterampilan analitis dan kritis yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan dan bisnis. Lulusan program ini tidak hanya dapat berkarier sebagai guru, tetapi juga dapat berperan sebagai analis keuangan, konsultan bisnis, atau bahkan wirausaha yang sukses. 3. S-1 Pendidikan MatematikaDalam S-1 Pendidikan Matematika, mahasiswa diajarkan untuk memahami dan mengajarkan konsep-konsep matematika secara efektif. Program ini sangat penting mengingat peran matematika dalam berbagai bidang kehidupan. Lulusan yang sukses dari program ini akan memiliki peluang kerja yang luas, mulai dari menjadi guru di sekolah, hingga berkarir di sektor teknologi dan riset, di mana keterampilan analitis sangat dibutuhkan. 4. S-1 Pendidikan Bahasa InggrisBahasa Inggris adalah bahasa internasional yang semakin penting dalam dunia global saat ini. Melalui S-1 Pendidikan Bahasa Inggris, mahasiswa dibekali dengan kemampuan bahasa yang kuat serta keterampilan pedagogis untuk mengajarkan bahasa tersebut. Lulusan program ini dapat berkarier sebagai guru, penerjemah, atau bekerja di perusahaan multinasional yang membutuhkan komunikasi dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa asing juga membuka banyak peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. 5. S-1 Pendidikan IPAProgram S-1 Pendidikan IPA dirancang untuk menghasilkan pendidik yang mampu mengajarkan ilmu pengetahuan alam dengan cara yang menarik dan efektif. Dalam program ini, mahasiswa akan mempelajari berbagai konsep dasar sains, serta metode penelitian yang penting. Lulusan dari program ini berpeluang untuk menjadi guru di sekolah-sekolah atau bekerja di lembaga penelitian dan industri yang membutuhkan pemahaman ilmiah yang mendalam.
0 notes
cherais · 1 year ago
Text
Memulai Studi di Luar Negeri: Humbling Experience
Semua dimulai dari suatu hari di bulan Juni tahun 2022, ketika gue membuat folder yang berjudul "ASM Graduate Study" di Google Drive.
Bermula dari langkah se-sederhana itu, proses pendaftaran sekolah S2 terus berlanjut hingga hari ini (September 2023), gue sudah menjalani kehidupan baru di suatu kota bernama Edinburgh yang akan gue tempati sampai satu tahun ke depan.
Harus diakui perjalanan untuk mendapatkan semua ini sama sekali gak mudah. Apalagi gue berada disini dengan beasiswa penuh dari pemerintah Inggris yang sangat kompetitif dan sulit ditembus. Mungkin di lain hari, gue akan mencoba menceritakan proses dari awal sampai akhir bisa mendapatkan beasiswa itu. Untuk kali ini, sepertinya ada hal lain yang ingin gue tulis. Sesuatu yang lebih genting dan ingin ditumpahkan dari kepala.
Sebagai latar belakang, kehidupan gue di Indonesia bukan kehidupan yang sedih atau banyak beban (masya Allah tabarakallah dulu kali ya). Beban hidup ya begitu-begitu aja... kerjaan, kadang anak rewel, macet dan polusi Jakarta, perjalanan dari rumah ke kantor jauh banget (60 KM), dsb. Tapi secara umum, gue adalah manusia yang bahagia. Sehat jasmani dan rohani. Punya anak yang lucu dan suami yang baik dan penyayang. Punya pekerjaan yang oke, dimana gue bisa melakukannya dengan cukup baik bersama rekan kerja dan bos yang menyenangkan. Gue juga tinggal di rumah yang nyaman dengan helper yang bisa membantu urusan rumah. Ada mobil yang bisa digunakan untuk jalan-jalan setiap weekend.
Apa lagi yang kurang?
Yah begitulah manusia. Meskipun sudah mendapatkan semua hal yang ia mau, ia akan selalu mau lebih. Jadi, pada Juni 2022, gue pikir yang kurang dari diri gue adalah pendidikan yang lebih tinggi.
Tentu mengejar pendidikan yang lebih tinggi adalah hal yang patut didukung dan dikagumi. Tidak semua orang punya keinginan maupun kemampuan untuk melakukan itu, apalagi dalam posisi sudah berkeluarga.
Pada waktu itu, sedikit gue ketahui bahwa perjuangan sebenarnya bukan saat pendaftaran sekolah maupun mendapatkan beasiswa, namun setelahnya! Yaitu ketika kita benar-benar memulai kehidupan baru sebagai mahasiswa di tempat baru.
Dalam kasus gue, hal yang sangat membuat hidup gue berubah drastis adalah ketiadaan suami dan anak. Berhubung suami gak bisa ikut ke UK karena harus kerja, sedangkan anak (tadinya) diperkirakan akan lebih baik jika tinggal di Indonesia sama bapaknya, jadilah gue berangkat ke UK sendiri.
Percaya atau tidak, banyak hal yang tidak pernah gue sangka bisa terjadi pada diri gue, akhirnya benar-benar terjadi, seiring dengan perubahan kehidupan yang drastis ini.
Pertama-tama, gue tidak pernah menyadari betapa disfungsionalnya diri ini tanpa suami dan anak. Terutama anak, karena dia masih kecil, 3 tahun. Terlebih dalam seminggu setelah gue pergi, anak gue sakit demam tinggi selama 5 hari berturut-turut.
Ada satu malam dimana gue rasanya hampir pingsan karena overwhelmed dengan emosi, yaitu waktu video call dengan suami dan melihat anak gue lagi tertidur di atas bantalnya dengan kondisi demam hampir 40 derajat. Padahal ketika gue masih disana, anak gak pernah mau bobo sendiri kalau sakit. Dia selalu minta dipangku gue sepanjang waktu. Melihat anak tidur sendiri karena gue nggak ada disana ketika dia sakit, rasanya seperti patah hati yang paling parah yang pernah gue alami.
Ini adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Secara umum, gue tipe orang yang stabil. Ngomel pernah, kesel, sedih, marah pernah, tapi gak pernah sampai ke taraf mental breakdown seperti itu. Stabilitas emosi adalah salah satu hal yang gue syukuri selama ini.
Jadi ini adalah humbling experience yang pertama. Gue jadi menyadari bahwa gue tetep manusia yang bisa mengalami mental breakdown.
Humbling experience yang selanjutnya... nanti ya.
Brb mencerna dulu perubahan hidup yang drastis ini. Tolong doakan juga semoga anak kesayangan gue ini lekas sembuh.
Ais.
0 notes
arnaibho · 2 years ago
Text
SCHOLARSHIP, I’M COMING! (Part 1)
Halo!
Sudah lama aku tidak menulis cerita di sini. Padahal cerita yang terjadi banyak sekali dan sangat baik kalau ditulis supaya di masa depan bisa dibaca kembali. Sesungguhnya, aku akhir-akhir ini sangat sibuk. Apalagi sejak kembali bekerja pasca sekolah master di Australia. Ternyata load pekerjaan di kantor pusat luar biasa. Bayangkan saja, dua bulan di awal tahun ini aku sering pulang malam. Melemburkan diri sendiri demi menyelesaikan pekerjaan yang jatuh tempo. Tapi, ya sudahlah. Setiap pekerjaan punya kesusahannya sendiri dan yang paling penting, aku menikmatinya
Cerita tentang sekolah, akhir-akhir ini aku perhatikan, pemerintah Indonesia memang lagi giat-giatnya untuk menyekolahkan anak-anak Indonesia ke jenjang yang lebih tinggi, baik S2 maupun S3. Sebuah kemajuan yang luar biasa. Apalagi Indonesia punya sebuah lembaga yang didirikan untuk mengelola dana pendidikan dan riset, bernama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), yang kini sudah menyekolahkan puluhan ribu anak-anak Indonesia. Sekolahnya tidak hanya di universitas dalam negeri tapi juga luar negeri. Keren! Aku sendiri masih sering tidak menyangka pernah menjadi awardee beasiswa LPDP. Beasiswa ini sudah aku incar sejak tahun 2013 saat lembaga ini launched pertama sekali. Puji Tuhan, beasiswa ini Tuhan kasih ke aku, finally, pada Desember 2018.
Well, balik lagi ke cerita sekolah. Ajakan melanjutkan kuliah lagi ke jenjang berikutnya itu tidak hanya datang dari pemerintah Indonesia tapi juga karena pengaruh dari selebriti dan influencers di media sosial yang berbagi cerita tentang keberhasilannya dapat beasiswa dan cerita kehidupannya jadi mahasiswa lagi di sebuah kampus tertentu. Tidak dapat dipungkiri, ini jadi pemicu bagi kaum muda ingin punya kehidupan jadi mahasiswa di kampus-kampus keren dengan beasiswa. Belum lagi kalau belajarnya di luar negeri, hmm… mengertilah ya! Dari cerita-cerita yang dibagikan para selebriti dan influencers di media sosial mereka, kini orang-orang sangat mudah mendapatkan informasi tentang persiapan bagaimana cara mendapatkan beasiswa, cara memilih kampus, cara belajar Bahasa Inggris, cara buat essay atau personal statement, dsb. Kalau aku bandingkan situasinya pada waktu aku persiapan dulu, informasi seperti ini tidak banyak. Dulu aku persiapan dengan bermodalkan baca blog orang-orang yang tersedia di internet atau juga bertanya kepada rekan/teman yang sudah berhasil mendapat beasiswa apapun. Eh, tapi, ntahlah ya… Apa dulu aku memang tidak aware saja dengan informasi seperti ini di media sosial?
Baiklah, akhir-akhir ini, aku sering dapat DM di Instagram atau chat Whatsapp dari orang-orang sekitar maupun orang-orang yang tidak disekitar (hehehe…) yang bertanya atau konsultasi mengenai persiapan daftar seleksi beasiswa. Biasanya sih aku jawab langsung sesuai dengan pertanyaan mereka. Kalau aku sempat, aku balas. Kalaupun aku balas, balasnya suka lama. Kasihan, mereka menantikan jawabanku. Aku pernah diposisi mereka, bertanya pada para pendahulu yang sudah berhasil dapat beasiswa, Senang sekali rasanya kalau chat dibalas dengan penjelasan yang panjang dan cukup detail. Namun, ada juga sih yang jawab seikhlasnya. Itu menyedihkan. Well, karena aku pernah diposisi itu, rasanya aku tidak tega untuk tidak berbagi apa yang aku alami dan ketahui kepada teman-teman yang sekarang jadi pejuang beasiswa, yang lagi on fire mau sekolah lagi.
Tentu yang aku tuliskan ini hanya berdasarkan pengalamanku saat jadi pejuang beasiswa LPDP. Tapi, mudah-mudahan tulisan ini applicable untuk persiapan beasiswa dari sponsor manapun. Dimulai dari…
Step 0: TEKAD Dimulai dari 0 (nol) ya… biar kayak di SPBU. Yup, Step 0 ini adalah permulaan dari segala sesuatu yang mau diperjuangkan, termasuk beasiswa. Tekad itu sangat penting. Tekad tidak bisa seperempat, setengah, atau tigaperempat. Harus satu atau bulat. Tekad menolong aku untuk tidak mudah menyerah dan terus cari solusi. Aku sadar, tantangan untuk mencapai goal itu akan banyak dan bervariasi. Kalau aku tidak punya tekad yang bulat, sedikit rintangan saja bisa membuat aku menyerah dan rasanya masalah tidak memiliki jalan keluar. Jadi, mau ikutan seleksi beasiswa, miliki dulu tekad yang bulat ini. Yakinkan diri bahwa kamu bisa.
Step 1: BERDOA Yes, berdoa! Ini super penting. Apapun keyakinanmu, ingatlah, seberapa baik kita telah merencanakan sesuatu untuk mengejar goal, kalau Tuhan tidak terlibat di dalamnya, ambyar! Tentu, sebagai seorang Kristen, aku diajarkan untuk selalu melibatkan Tuhan dalam segala perencanaan; ini juga ada di Alkitab. Selain itu, doa sebenarnya merupakan manifestasi kesungguhan kita dalam mengejar mimpi. Bayangkan kamu berdoa, bilang ke Tuhan, “Ya Tuhan, aku mau ikut seleksi beasiswa. Tolong aku ya…” lalu besoknya kamu malas-malasan belajar, banyak main game, hang out tidak jelas. Kira-kira, Tuhan mau tolong tidak ya? Logikanya sederhana, kalau kita sudah doakan dihadapan Tuhan, berarti kita harus bertanggung jawab dengan doa kita. Take actions! Do what you can do, keep praying, and God do the rest.
Step 2: TENTUKAN SPONSOR Tentukan sponsor maksudnya adalah tentukan mau ikutan seleksi beasiswa apa. LPDP kah? AAS kah? Chevening kah? Stuned kah? Ministrial kah? Setiap sponsor punya visi dan misi masing-masing. Mungkin sponsornya mencari pemimpin masa depan, mencari orang-orang yang akan menjadi global influencers atau mencari scientists, dll. Cari, tentukan, dan sesuaikan dengan kebutuhanmu dan kebutuhan sponsors. Menentukan sponsor akan menentukan strategimu; termasuk menentukan apakah kamu belajar di kampus dalam negeri atau luar negeri. Dengan demikian, kamu akan tahu harus mempersiapkan apa, seperti bagaimana cara mempersiapkan essay dan wawancara jika kamu lulus hingga tahap akhir. This is about strategy. Pelajari juga, sponsornya menyediakan dana apa saja dan menanggung biaya apa saja. Apa menyediakan full scholarship atau hanya setengah? Bagaimana skema pembiayaannya? Berapa kuota awardee yang tersedia? Apa persyaratannya? Ini penting dan jangan malas ya untuk cari tahu.
Step 3: MAU BELAJAR APA? Step ini suka di skip sama beberapa orang yang pernah tanya atau konsultasi ke aku. Mereka belum tahu mau belajar apa, sudah langsung menentukan kampusnya mau di A, di B, di C. Well, wajar sih, namanya juga bingung mulai dari mana, yang paling mudah biasanya tentukan kampusnya dulu. Pengalamanku adalah aku menentukan terlebih dahulu mau belajar apa. Saat itu, aku punya beberapa pilihan: Economic, Public Policy, dan Accounting. Mengapa? Sebagai ASN, aku menyesuaikan pilihanku dengan beberapa rumpun ilmu yang jumlah kebutuhannya di organisasi masih cukup tinggi dan ini juga sesuai dengan kebutuhanku ikut beasiswa LPDP lewat jalur Afirmasi PNS, TNI, POLRI. Seiring dengan perjalanan waktu, pencarian dan perenungan yang cukup alot dan panjang, aku memutuskan belajar Accounting. Mengapa? Selain alasan yang sudah aku sebutkan sebelumnya, jurusan ini in line dengan latar belakang pendidikan sarjanaku, aku butuh ilmu akuntansi dalam pekerjaanku di organisasi, ini bukan barang baru bagiku sehingga aku tidak perlu extra effort untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan aku bisa jadi dosen di masa depan dengan background pendidikan di bidang ilmu yang sejalan.
Mungkin pengalamanku ini belum tentu applicable dengan teman-teman yang bukan jalur kedinasan. Tapi, mudahnya begini, pilihlah jurusan yang sesuai dengan kebutuhanmu atau tempat kerjamu, minatmu, ataupun rencana masa depanmu. Ingat, tujuannya mau sekolah, bukan mau bunuh diri! Loh, kok ekstrim? Iya, karena ada juga yang pilih jurusan tertentu supaya terlihat keren, supaya terkesan serius, supaya ini dan itu. Alhasil, saat sekolah, jadi tidak mampu catching up material dan gagal. Renungkan, pikirkan, dan tentukan jurusanmu dengan serius dan matang. Pilihlah jurusan yang akan menambah value padamu. Selain itu, jurusan yang kamu pilih akan menentukan strategimu dalam menulis essay dan juga wawancara jika kamu tiba di tahap akhir seleksi. So, be wise!
Lalu, apakah boleh pilih jurusan yang tidak align dengan pendidkan sarjanamu? Tentu boleh. Let say, kamu S1 Akuntansi, tapi kamu ingin belajar dan perdalam ilmu Information Technology (IT), silakan pilih jurusan IT di kampus yang menyediakan jurusan IT. Tapi, sebelum kamu tiba pada keputusan mau belajar IT, cari tahu dulu kira-kira jurusan IT itu belajar apa. Informasi ini bisa ditemukan di internet, seperti Google atau Youtube. Lebih mudahnya lagi, pilih salah satu universitas yang menyediakan jurusan IT, boleh calon universitas yang akan dilamar. Cari jurusan IT di situs universitas tersebut, cari kurikulumnya, dan lihat mata kuliah yang ditawarkan. Kira-kira ada mata kuliah asing yang tidak pernah didengar atau diketahui sebelumnya, cari tahu di Google. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan gambaran, kira-kira jika belajar jurusan IT, kamu akan menghadapi apa. Siapkah dengan tantangan belajar hal baru di kampus tersebut?
Dari situs kampus tersebut, kamu juga dapatkan informasi mengenai learning achievement, sistem penilaian (ada ujian tiap semester atau lebih menekankan pada pengerjaan projects/assignments), sistem kredit semester, dsb. So, do your research well, take notes, pray for it, and decide!
Step 4: KAMPUS APA? Setelah melewati tahapan perenungan yang panjang untuk menentukan jurusan angkot, eh… jurusan perkuliahan, melangkahlah pada pemilihan kampus. Mau kuliah di mana ya? Memilih kampus akan menjadi lebih mudah setelah kita menentukan kita mau belajar apa. Pengalamanku, pilihan calon kampus ditentukan dari daftar kampus yang disediakan oleh LPDP. Jadi, aku tidak dapat memilih kampus di luar dari pada daftar tersebut. Setahuku, LPDP sudah menentukan Top 200 universitas dunia yang dapat dilamar. Jadi, jangan khawatir. Apapun kampus yang dipilih, selama berada di daftar itu, pastilah kampus yang terbaik. Nah, ini applicable juga dengan sponsor yang lain. Itu mengapa Step 2 harus dilakukan. Jangan inginnya kuliah ke Amerika tapi pilih sponsor AAS atau Stuned. Pun kalau mau kuliah di UI tapi pilih sponsornya Chevening. Salah alamat jadinya! Kalau mau yang flexible ke negara mana saja, pilihlah LPDP, misalnya. LPDP pun menyediakan beasiswa kuliah di dalam negeri. Mengertikan mengapa memilih sponsor itu penting?
Bagaimana caraku memilih kampus saat itu? Setelah aku memutuskan aku mau belajar Accounting, aku memilih beberapa kampus yang tersedia dalam daftar LPDP. Aku apply ke satu universitas di Belanda, beberapa kampus di UK, dan satu di Australia. Mengapa banyak ke kampus yang di Eropa? Tidak bohong, karena aku memang ingin belajar di Benua Eropa. Rata-rata kampus di UK masuk Top 100 Universities di dunia dengan jurusan Accounting yang terkenal baik. Selain itu, baik Belanda, UK, dan Australia, sudah mengadopsi IFRS, sama seperti Indonesia. Mengapa tidak ke Amerika? Well, Amerika menggunakan US GAAP sehingga tidak relevan dengan sistem akuntansi di Indonesia. Mau jawaban lebih nyeleneh lagi? Andai Amerika pakai IFRS, aku sadar diri, aku tidak sanggup harus belajar GMAT dan tes lagi. Jadi, dalam memilih kampus, jujurlah pada diri sendiri. Jangan memaksakan keinginan yang tidak dibarengi dengan kapasitas dan kapabilitas yang cukup, hehehe…
Oke, balik lagi ke pemilihan kampus. Aku pilih kampus di beberapa negara yang menyediakan jurusan akuntansi, which is buaaanyak. Untuk mempermudah dan mempercepat pencarianku, aku mengunjungi QS World Universities Ranking dan Times Higher Education (referensi pemilihan peringkat kampus secara global), aku tetapkan bahwa aku hanya mengambil Top 100 Universities. Biasanya, peringkat kampus hasil QS World Universities dan Times Higher Education beririsan. Lalu, dari hasil tersebut tambah lagi filter, misalnya, ranking by subject dalam hal ini Accounting. Nah, semakin mengerucut pilihannya ‘kan? Apakah dari hasil pencarian itu aku cek satu-satu situs kampusnya? Tentu tidak. Aku kan sudah tetapkan di awal negara apa yang aku mau tuju. Jadi, dari hasil pencarian tersebut, aku hanya mengunjungi situs kampus yang ada di negara Belanda, UK, dan Australia dengan peringkat jurusan akuntansi terbaik di dunia. 
Jujur saja, proses ini cukup panjang sebab dalam pemilihan kampus, aku harus membaca kurikulum termasuk di dalamnya screening potensi mata kuliah yang akan dipelajari. Aku bandingkan kurikulum kampus-kampus tersebut dan aku sesuaikan dengan minat atau konsentrasi yang ingin kupelajari. Bandingkan sistem belajarnya seperti apa, jenis perkuliahannya apakah coursework atau with dissertation, sistem penilaian selama perkuliahan bagaimana, dll. Saranku, buatlah daftar pertanyaanmu sendiri untuk melakukan filter dan perbandingan antar kampus. Bisa dalam bentuk matriks, misalnya, sebagai cara yang efisien untuk mendapatkan jawaban terbaik. Masukkan variabel-variabel yang kamu anggap penting dalam pemilihan kampus. Be real and be patient! Take your time, think wisely and strategically. Make sure, universities of your choice will accept you as a student later.
Oke, tulisanku ini masih panjang. Aku sambung di note berikutnya di SCHOLARSHIP, I’M COMING! (Part 2). Happy reading!
0 notes
konsultanpendidikan · 4 years ago
Text
Tipe-tipe mahasiswa Indonesia yang kuliah diluar Negeri
Tipe-tipe mahasiswa Indonesia yang kuliah diluar Negeri
Kuliah diluar negeri memang memiliki tantangan tersendiri  mulai dengan kebiasaan bahasa yang berbeda, musim yang berbeda dengan Indonesia , dan pergaulan yang beragam
Berikut ini adalah tipe mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar Negeri
Mahasiswa rajin belajar
Tumblr media
Mahasiswa rajin belajar ini gak Cuma  satu jenis tapi ada beberapa . ada yang belajar banget nongkrongnya ya di perpustakaan…
View On WordPress
0 notes
sajian-bagus · 4 years ago
Link
Oleh: Akhmad Muawal Hasan - 12 Februari 2018
12 Februari 1949, tepat hari ini 69 tahun lalu. Hassan al-Banna dan saudara iparnya Abdul Karim Mansur sedang berada di markas Jama'iyyat al-Shubban al-Muslimeen di Kairo, Mesir. Keduanya dijadwalkan bertemu dengan perwakilan pemerintah, Menteri Zaki Ali Pasha, untuk bernegosiasi. Namun hingga pukul 5 sore sang menteri tak kunjung datang. Banna dan Mansur akhirnya memutuskan untuk pulang.
Saat sedang berdiri menunggu taksi, Banna dan Mansur diserang oleh dua orang tak dikenal. Suara tembakan terdengar beberapa kali. Banna roboh. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi luka-lukanya terlalu parah untuk diobati. Di hari yang sama, sang pendiri Ikhwanul Muslimin (IM) menghembuskan napas terakhir.
Di antara tahun 1948 dan 1949, tak lama usai kekalahan koalisi Arab dalam perang melawan Israel, konflik antara monarki Mesir dan IM mencapai puncaknya. IM sedang menikmati popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat Mesir—situasi yang tak disenangi Raja Farouk.
Posisi IM kian berbahaya setelah muncul rumor bahwa anggota-anggota militan di tubuh organisasi tersebut sedang merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Raja Farouk. Perdana Menteri Mahmoud al-Nukrashi Pasha kemudian membubarkan IM pada bulan Desember 1948. Aset-aset organisasi disita. Banyak anggotanya yang dijebloskan ke penjara.
Direpresi sedemikian rupa, IM justru kian beringas. Tiga minggu berselang, Abdel Meguid Ahmed Hassan, anggota IM yang juga berstatus sebagai mahasiswa kedokteran hewan di Universitas King Fouad I, melancarkan upaya pembunuhan terhadap Pasha. Pada tanggal 28 Desember 1948, tepatnya pukul 10 pagi, Hassan yang memakai seragam seorang letnan menembak Pasha, dua kali, di gedung Kementerian Dalam Negeri. Pasha meninggal seketika.
Banna mengecam tindakan Hassan dan menegaskan bahwa tindakan teror tidak diterima dalam ajaran Islam. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, ia menjadi target pembunuhan berikutnya. Banyak pihak yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah anggota kepolisian rahasia suruhan Raja Farouk. Tuduhan ini logis jika dihubungkan dengan peristiwa pembunuhan Pasha hingga memicu aksi balas dendam.
Anak Muazin yang Benci Kolonialisme Inggris
Hassan Ahmed Abdel Rahman Muhammed al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, sebuah desa delta Sungai Nil, barat daya Kairo. Ayahnya yang seorang imam, muazin, dan guru di masjid adalah pengaruh mula-mula menyemainya semangat Islam di dada Banna. Selain pada kemurnian Islam ala mazhab Hambali, Banna muda juga terpengaruh pada ajaran Sufi dan sempat ikut perkumpulan Sufi bernama al-Hassafiya.
Brian R. Farmer, dalam bukunya Understanding Radical Islam: Medieval Ideology in the Twenty-first Century (2007), menyatakan bahwa awal kegelisahan ideologis Banna berawal dari runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada tahun 1924—masa di mana Banna masih berstatus sebagai mahasiswa. Ia memandangnya sebagai bencana sekaligus “deklarasi perang melawan semua bentuk Islam”.
Usai menyelesaikan studinya di Dar al-Ulum pada tahun 1927 ia menjadi guru sekolah dasar di Ismailia. Kala itu Ismailia adalah pusat urusan Terusan Kanal oleh pemerintah Mesir. Pengaruh asingnya kuat, terutama dari Inggris yang sedang melaksanakan proyek kolonialismenya.
Penjajahan Inggris menjadi bibit kebencian Banna sebab kehadiran pentolan imperialis dari Eropa itu membuat kultur di Mesir menjadi kebarat-baratan, dengan kata lain, menggerus prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Pemerintahan Mesir yang giat mempromosikan modernitas dan sekulerisme ditakutkan Banna akan berdampak negatif pada kehidupan komunitas muslim Mesir.
Banna pernah didatangi oleh enam pekerja Terusan Suez pada bulan Maret 1928. Mereka mengeluhkan sikap tidak adil rezim kolonialis Inggris kepada mereka dan pekerja terusan lain. Orang-orang Arab dan terutama muslim dirugikan betul akibat kontrol Inggris. Sebab berselaras dengan kegelisahan Banna, ia dan keenam pekerja kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Ikhwanul Muslimin (IM) yang ditujukan untuk membela nasib para muslim Mesir yang ditindas-tindas oleh Inggris.
Orator Ulung Pendulang Simpati
IM tak hanya lahir untuk menumbuhkan kesalehan dalam diri para anggota, tapi juga bergerak di ranah sosial dengan giat berderma kepada mereka yang membutuhkan. Pergerakannya cukup militan di akar rumput, sehingga mampu menarik simpatisan dari kalangan rakyat biasa.
Dalam ulasan Carrie Rosefsky Wickham dalam The Muslim Brotherhood Evolution of an Islamist Movement (2013), Banna memberikan ceramah tak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di warung-warung kopi. Kehadiran dan isi ceramahnya menarik perhatian kalangan pekerja terusan yang bergaji pas-pasan dan muak dengan kesenjangan ekonomi di Mesir.
Hasilnya, dari yang mulanya sedikit, anggota maupun simpatisan IM berkembang hingga ke luar Ismailia. Memasuki tahun 1930-an anggota IM sudah mencapai ratusan ribu. Kantor-kantor cabangnya berdiri di berbagai kota di Mesir. Banna kemudian memindahkan markas pusatnya ke ibukota Kairo pada tahun 1932 agar lebih dekat dengan pusat kekuasaan, dengan demikian berdampak positif bagi naiknya daya tawar IM.
Nama IM makin berkibar akibat keterlibatannya dalam revolusi Arab di Palestina pada tahun 1936-1939. IM meluncurkan kampanye pro-Palestina dengan amat giat. Saking giatnya hingga berhasil membuat isu Palestina menjadi isu muslim sedunia—bukan eksklusif di Timur Tengah. Meski revolusi itu direpresi secara militer dan tak meraih tujuan pokoknya, nama sayap IM makin lebar membentang bahkan hingga ke luar Mesir.
Dalam catatan Irfan Husain di buku Fatal Faultlines (2011), anggota IM naik drastis dari sekitar 800 orang di tahun 1936, lalu menjadi 200.000 di tahun 1936, hingga setahun sebelum kematian Banna yakni 1948 sudah di angka 2 juta. IM berubah dari mulanya organisasi kecil menuju kekuatan baru yang menarik perhatian pemerintah Mesir, terutama karena potensinya menjadi organisasi militan pengguncang kekuasaan.
“Islam adalah Solusi”
Muhammad Iqbal dalam Pemikiran Politik Islam (2015) menulis bahwa kunci dari pemikiran politik Hassan al-Banna adalah Islam sebagai solusi. Solusi dari segala permasalahan yang dikandung negara yang masih menganut sistem sekuler. Dalam kasus Mesir, yang juga masih tertindas oleh kekuatan besar yang tidak Islami (baca: Inggris). Negara yang ideal bagi Banna adalah yang menerapkan Alquran dan Sunah Nabi sebagai panduan utamanya.
Islam adalah panduan hidup yang sempurna, pandang Banna, dengan demikian ia menyingkirkan ideologi sekuler lain baik yang kanan (liberalisme-sekularisme) maupun yang kiri (sosialisme-komunisme). Islam sebagai sistem politik bersifat universal atau bisa diterapkan di segala zaman dan tempat. Islam mampu menjadi solusi bagi seluruh persoalan,baik kesenjangan ekonomi, krisis identitas akibat Westernisasi, kemiskinan, perilaku tercela, dan lain-lainnya.
Banna juga mengkritik partai-partai di Mesir saat itu yang tak memperjuangkan memerdekakan diri dari Inggris. Garis perjuangan IM tidak hanya teoritis, tapi “amaliah nyata dengan saringan selektif terhadap hal-hal yang jelas hanya dapat dibenarkan oleh Islam.” Iqbal menyatakan ada semangat salaf dalam perjuangan Banna.
Mona Saleh, dalam analisisnya bertajuk Hassan al-Banna: A Starting Point for Contemporary Islamic Fundamentalism yang diunggah di Jurnal E-International Relations Students edisi Januari 2016 lalu, menyimpulkan pemikiran Banna sebagai dasar dari fundamentalisme Islam di era modern. Ide-ide tentang superioritas Islam Banna, kata Saleh, kemudian melahirkan monopoli tafsir untuk menjadi dasar penghakiman kepada kelompok non-Islam atau kelompok Islam lain.
Banna melahirkan bibit pemikiran tentang politisasi Islam dan peleburan ajarannya di dalam konstitusi sebuah negara modern. Namun ia cenderung menolak nasionalisme. Bayangannya adalah persatuan muslim di seluruh dunia sebagai satu bangsa yang terjalin lintas negara atau beberapa analis menyebutnya “transnasional”.
Banna boleh menyatakan bahwa organisasinya berjuang di jalur non-kekerasan. Namun pada 1940-an, merujuk Al-Jazeera, IM memasuki fase paramiliter sebab anggotanya ada yang mendirikan angkatan bersenjata khusus bernama al-Nizam al-Khass. Mereka terlibat sejumlah aksi terorisme seperti pembakaran sejumlah gedung milik institusi kaum Yahudi dan perwakilan asing di Kairo pada 1952, juga pembunuhan PM Mahmoud al-Nukrashi Pasha, demikian catatan Encyclopedia of World Biography.
Militansi pengikutnya berbuah pada tragedi yang melenyapkan nyawa Banna sendiri. IM juga kian direpresi usai Banna sudah tak ada. Beberapa ada yang dituduh pemerintah terlibat dalam sejumlah aksi teror lanjutan. Salah satunya rencana pembunuhan terhadap presiden pertama Mesir usai revolusi menumbangkan Raja Farouk, Gamal Abdul Nasser.
PKS: IM-nya Indonesia
Represi boleh datang di tiap rezim. Tapi IM mampu bertahan, bahkan bisa melebarkan sayap ke banyak negara. Walaupun tidak secara organisasi, akan tetapi pengaruh IM kerap hadir di sebuah negara dalam bentuk ideologis. Salah satu penopang semangat jihad IM, selain Banna yang berciri sebagai organisator, adalah Sayyid Qutb. Qutb punya pemikiran Islam-politik yang serupa, dan menjadi landasan bagi banyak gerakan politik Islam di dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam ulasan M. Imdadun Rahmat dalam buku Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (2008), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadikan IM sebagai acuan utama dalam gerakan politiknya. PKS mengadopsi pemikiran para pendiri termasuk Banna dan Qutb, manhaj dakwahnya, hingga strategi meraih dukungan atau pengikutnya. Singkat kata, PKS adalah “anak ideologis” IM. Ada juga yang menyebut bahwa PKS adalah IM-nya Indonesia.
IM amat mempengaruhi proses berkembangnya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Gerakan Tarbiyah yang menjadi embrio PKS. Mereka mengembangkan pandangan tentang Islam kaffah alias menyeluruh, sehingga meliputi dimensi politik untuk memajukan Islam itu sendiri. Dalam sebuah risalahnya Banna mengatakan bahwa syarat kesempurnaan Islam seseorang adalah keterlibatannya dalam aktivitas politik.
Pandangan ini tentu berseberangan dengan Islam ala Nurcholis Majid, misalnya, yang justru menyerukan pemilahan Islam dan politik melalui jargon “Islam Yes, Partai Islam No.” Namun, militansi Gerakan Tarbiyah dan LDK membuat PKS mampu bertahan sebagai salah satu partai Islam yang menonjol di kalangan elite politik Indonesia, terutama pascatumbangnya Soeharto pada tahun 1998.
Hingga kini PKS masih menuai hasil gerakan yang dibangun dengan meneladani IM sejak 1980-an. Meski Banna telah tiada, demikian juga Qutb yang dihukum gantung oleh rezim Gamal Abdul Nasir, pemikirannya masih hidup di tengah-tengah diskursus maupun pergerakan Islam-politik.
Buku-buku yang memuat buah pemikiran keduanya masih menjadi bahan bacaan babon bagi para simpatisan PKS—juga organisasi pengemban semangat “Islam adalah solusi” di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Pemikiran Hassan al-Banna dinilai sebagai salah satu tonggak yang mendasari fundamentalisme Islam di era modern.
5 notes · View notes
megthelearner · 4 years ago
Text
Psikologi itu apa ya?
           Aye everyone! This is going to be my first post and it will be about psychology. Yea, I’m a psychology student now, thank God, I finally made it into the major that I want since forever. First of all, lemme introduce my self, my name is Megamillenia Trifebriyanti Said, I admit that my name is way too long but I love it. Mega is the nickname everyone used to call me. By the way, forgive me if there are so many wrong grammars because I’m not native and I’m still learning. Well I actually not going to use English for the rest of the post, because my English is so basic but whatever I’m learning.
           Jadi sekarang kita bakal membahas tentang psikologi. Apa sih psikologi itu? Menurut Laura King di dalam bukunya yang berjudul The Science of Psychology: An Appreciative View, psikologi secara formal didefinisikan sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses-proses mental. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos logos yang berarti ilmu. Sehingga secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Nah, sebagai ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan ilmu pengetahuan psikologi yaitu menggambarkan, meramalkan, dan menjelaskan perilaku. Perilaku (behavior) adalah segala sesuatu yang kita lakukan yang dapat diamati secara langsung, contohnya bayi menangis, seorang mahasiswa membaca buku, dan sebagainya.
           Kenapa sih psikologi bisa dianggap sebagai ilmu pengetahuan? Padahal kan cuma tentang manusia, perasaan manusia, kok bisa-bisanya jadi ilmu pengetahuan? Pasti di antara orang-orang ada nih yang pernah terbesit di pikirannya tentang pertanyaan ini. Dalam kenyataannya, para peneliti seringkali menemukan hal yang tak terduga di dalam perilaku manusia. Contohnya saja di luar negeri pasti banyak pasangan yang sudah tinggal bersama sebelum mereka menikah, dan pasti orang-orang menganggap mereka akan lebih langgeng ketika menikah. Namun, ternyata penelitian membuktikan bahwa pasangan yang menikah sebelum tinggal bersama lebih langgeng yang berarti tingkat keberhasilan lebih tinggi (Seltzer, 2004). Hal itu membuktikan bahwa psikologi tidak menerima asumsi begitu saja seperti yang orang-orang lihat pada umumnya. Psikologi merupakan disiplin yang kuat yang menguji berbagai asumsi, membawa data ilmiah untuk memengaruhi berbagai pertanyaan dari minat utama terhadap manusia.
           Seorang psikolog haruslah berpikir layaknya ilmuwan yang berpikir kritis. Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses berfikir secara reflektif dan produktif dan mengevaluasi bukti. Kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis juga sangat penting untuk seluruh bidang kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis berarti secara aktif terlibat dengan banyak ide dan tidak puas dengan jawaban yang mudah. Berpikir kritis berarti berpikiran terbuka, ingin tahu, dan saksama.
           Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai suatu ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi dipelajari oleh filsafat atau ilmu Faal. Kemudian psikologi modern muncul pada Desember 1879 di University of Leipzig, ketika Wundt dan dua mahasiswanya melakukan sebuah eksperimen untuk mengukur jarak waktu, antara saat setelah seseorang mendengar bunyi dan saat seseorang benar-benar menekan tombol telegraf untuk memberikan tanda bahwa ia telah mendengar. Eksperimen tersebut merupakan salah satu dari sekian upaya untuk mengukur perilaku manusia melalui pengukuran fisiologis. Wundt bereksperimen mengenai cara kerja otak. Ia berusaha mengukur waktu yang diperlukan otak manusia dan sistem saraf untuk menerjemahkan informasi menjadi tindakan. Eksperimen ini menjadi awal ilmu psikologi yang baru.
Dasar-dasar Ilmiah Awal dari Psikologi
Strukturalisme
Strukturalisme menekankan kepada kajian pikiran sadar dan strukturnya. Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama pada tahun 1879 yang didedikasikan untuk mencari struktur unsur pikiran dan E. B. Tichener menamakannya pendekatan “strukturalisme”.
 Fungsionalisme
Fungsionalisme memusatkan pada fungsi dari pikiran dalam beradaptasi dengan lingkungan. Ahli dari teori fungsionalisme ini yaitu William James. Penekanan fungsionalisme pada karakter pikiran yang adaptif cocok dengan pemahaman teori evolusi Darwin.
 Pendekatan Psikologi yang Kontemporer
 Pendekatan Biologi (Biological Approach)
Yaitu pendekatan yang berpusat pada tubuh, terutama otak dan sistem saraf. Kemajuan teknologi dalam pencitraan otak memungkinkan peneliti psikologi menyelidiki otak dan segala kompleksitasnya.
 Pendekatan Behavioristik (Behavioral Approach)
Pendekatan ini menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respons perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Tokoh dari pendekatan ini yaitu John B. Watson dan B. F. Skinner.
 Pendekatan Psikodinamika (Psychodinamic Approach)
Pendekatan ini menekankan pada pikiran ketidaksadaran, konflik antara naluri biologis dan tuntutan masyarakat, dan pengalaman keluarga dini. Sigmund Freud merupakan tokoh pendekatan ini.
 Pendekatan Humanistik (Humanistic Approach)
Pendekatan ini menekankan pada kapasitas seseorang untuk pertumbuhan positif, dan kebebasan untuk memilih takdir.
 Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)
Pendekatan ini menekankan pada proses-proses mental yang terlibat. Psikolog kognitif mempelajari perhatian, berpikir, memecahkan masalah, mengingat, dan belajar.
 Pendekatan Evolusioner (Evolutionary Approach)
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya adaptasi, reproduksi, dan “survival of the fittest”.
 Pendekatan Budaya (Sociocultural Approach)
Pendekatan ini memusatkan pada penentu sosial dan budaya dari perilaku. Pendekatan ini mendorong kita untuk memerhatikan cara perilaku dan proses mental kita melekat dalam suatu konteks sosial.
  BERBAGAI BIDANG SPESIALISASI PSIKOLOGI
 Psikologi Industri/Organisasi
Membahas psikologi di tempat  kerja/perusahaan
Psikologi Kepribadian
Berfokus pada konsistensi dalam  perilaku seseorang sepanjang waktu dan sifat-sifat yang membedakan seseorang  dari orang lain
Evaluasi Program
Berfokus pada pemeriksaan  program skala besar, seperti program awal pra-sekolah, untuk menentukan  apakah mereka efektif dan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan atau tidak
Psikologi Wanita
Berfokus pada masalah-masalah  seperti diskriminasi terhadap wanita dan penyebab kejahatan terhadap wanita
Psikologi Sekolah
Mendedikasikan pada konseling  terhadap anak-anak di sekolah dasar dan lanjutan yang memiliki masalah  emosional ataupun akademis
Psikologi Sosial
Mempelajari bagaimana pikiran,  perasaan dan tindakan seseorang dipengaruhi orang lain
Psikologi Olahraga
Mengaplikasikan psikologi ke  aktivitas dan latihan olahraga
Psikologi Perkembangan
Mempelajari bagaimana manusia  tumbuh dan berubah dari masa ia dilahirkan hingga kematian
Psikologi Pendidikan
Meemperhatikan proses belajar  mengajar, seperti hubungan antara motivasi dan performa di sekolah
Psikologi Lingkungan
Memperhatikan hubungan antara  manusia dan lingkungan fisik mereka
Psikologi Evolusioner
Memperhatikan bagaimana perilaku  dipengaruhi oleh faktor bawaan genetis yang kita warisi dari pendahulu kita
Psikologi Eksperimen
Mempelajari proses-proses  merasakan, mempersepsi, mempelajari, dan memikirkan dunia
Psikologi Forensik
Berfokus pada masalah-masalah  hukum, seperti menentukan akurasi dan ingatan saksi
Psikologi Kesehatan
Mengeksplorasi hubungan antara  faktor-faktor psikologis dan kekurangan fisik atau penyakit
  Catatan Refleksi
 Materi di atas adalah materi yang dibahas dosen Psikologi Umum aku, yaitu Bu Diny Amenike, M. Psi, Psikolog. Ngomong-ngomong, aku seneng banget pas tau ternyata Ibu Keke alumni UI, kampus impian aku hehe :”). Doain aku bisa S-2 di UI ya temen-temen, walaupun masih lama, tapi ga ada salahnya bermimpi kan ya? Bu Keke juga seorang psikolog klinis yang konsentrasinya di bidang klinis anak. Bener-bener pas banget kaya impianku. Intinya aku senang bisa belajar dengan Bu Keke.
Jadi, pas di kelas kemarin, ada sesi tanya jawab gitu, ada beberapa pertanyaan dari teman sekelasku.
1.     “Beda psikolog dengan psikiater?”
Bedanya yang paling jelas yaitu kalau mau menjadi psikolog kita harus menempuh S-1 Psikologi dan S-2 Profesi Psikolog, kalau psikiater harus menempus S-1 Pendidikan Dokter dan Spesialis Kejiwaan. Kalau di Indonesia, seorang psikolog tidak boleh memberi obat kepada pasiennya karena itu ranahnya psikiater. Namun, di luar negeri, psikolog boleh memberikan obat karena psikolog di luar negeri sudah memiliki wewenag untuk memberi obat (pendidikan psikologi di luar negeri sampai 10 tahun baru bisa memberi obat).
2.     “Kok bisa ya Bu, perempuan walaupun udah menutup aurat tetap dilecehkan dan yang disalahin dan disuruh jaga diri juga tetap perempuan?” Nah ternyata pertanyaan ini tuh udah nyeret ke pembahasan psikologi gender. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai perspektif. Kalau dilihat dari sudut pandang feminist, tentu saja yang salah di sini adalah laki-lakinya karena perempuan berhak memakai apa saja yang mereka inginkan dan berhak untuk merasa aman. Namun, apabila ditinjau dari sudut pandang yang umum, tentu saja harus ada tanggung jawab dari kedua belah pihak. Perempuan yang harus menjaga diri dan berpakaian yang sesuai pada tempatnya, laki-laki pun juga harus menjaga pandangannya.
Mungkin segini dulu tulisan pertamaku, terima kasih buat yang udah nyempetin baca!
Referensi
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2018. Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.
2 notes · View notes
intanmeilani05 · 5 years ago
Text
OPINI - 2 #IPK tinggi, penting nggak sih?
IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif dalam bahasa internasonal dikenal dengan nama GPA atau Grade Point Average adalah ukuran kemampuan mahasiswa pada periode tertentu yang dihitung berdasarkan jumlah SKS yang telah ditempuh.
IPK tinggi bukan satu-satunya, ya aku setuju. Tapi kalau ada yang mengatakan bahwa IPK merupakan satu hal yang tidak penting, itu bohong banget. Sering nggak sih kita dapat doktrin dari kating-kating organisasi yang bilang ‘IPK tuh nggak penting, udah ikut organisasi aja. Kalau nanti kerja nggak akan kok ditanyain soal IPK. Asal kamu ikut organisasi dan aktif pasti kamu diterima’. Sebelum kamu terjerumus coba kamu renungkan saat kamu masuk kampus dulu, apakah nilai UN-mu tidak dipertimbangkan oleh kampus tujuanmu? Apakah pada tahap awal seleksi nilai UN-mu sama sekali tidak di singgung? Atau logika sederhana deh, kenapa perusahaan-perusahaan big ten di dunia atau Indonesia selalu mencantumkan IPK minimal 3 atau 3,5? Karena mereka yang memiliki IPK tinggi dinilai mempunyai effort tinggi juga saat studinya. Begitu juga saat bekerja nanti, karyawan dituntut untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Coba pikirkan lagi, kira-kira mahasiswa yang mendapat nilai 1 atau 2 rajin atau malas belajar? Ya, kita sudah pasti paham lah ya.
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia BUMN, BUMD, Instansi Pemerintahan, Instansi Pendidikan, dan Kementrian mensyaratkan calon pegawainya memiliki IPK minimal 3, atau bahkan ada yang mensyaratkan 3,5. Kembali ke statement kakak tingkat yang kurang bertanggungjawab itu ada dua kemungkinan kenapa dia mengatakan hal tersebut. Pertama, dia belum pernah daftar kerja. Kedua, standar kerja dia ya ditempat yang biasa-biasa aja. Bahkan tanpa ijazah S1pun bisa masuk. So, jangan terlalu terpengaruh dengan statement yang tidak bertanggungjawab itu. Kating berkata demikian karena mungkin IPK dia juga nggak tinggi-tinggi amat, makanya dia nyari teman pelengkap penderita aja.
Sebenarnya, apa saja sih manfaat IPK tinggi? Ada beberapa alasan kenapa orang-orang belajar keras untuk mendapatkannya, termasuk aku.
1.         Alat evaluasi diri.
Alat untuk mengukur pengetahuan dalam bidang yang sedang kita pelajari, seberapa cepat dan dalam kita memahami suatu konsep ilmu. Note, ini bukan alat untuk sombong ya.
 2.         Memudahkan kita saat daftar kerja.
Bekerja di tempat BUMN, BUMD, instansi pendidikan, instansi pemerintahan seperti Kementrian atau Pemda tentu mensyaratkan IPK minimal yang tidak kecil. Kalau mungkin masih tidak percaya bisa langsung cek di persyaratan masing-masing perushaan atau instansi saat ada open reqruitmen. Biasanya untuk universitas negeri dengan akreditasi A minimal IPK 3, universitas negeri dengan akreditasi B minimal 3,25, universitas swasta 3,5. Percaya atau tidak, memang ada orang yang masuk kerja karena jalur belakang alias orang dalam. Tapi, mereka akan selalu stuck di posisi tersebut, nggak akan naik jabatan karena ya memang kompetensinya hanya pada standar itu. Beda cerita ketika kita masuk kerja tanpa relasi orang dalam. Berarti perusahaan mendapat orang yang tepat dan mumpuni untuk mencapai tujuannya.
 3.         Mendidik kita untuk kerja keras dan disiplin
IPK tinggi nggak mungkin bisa dicapai hanya dengan asal masuk kelas. Dosen memberi kita nilai dengan didasarkan pada beberapa aspek keaktifan, kedisiplinan, attitude. Masing-masing dosen memiliki kriteria yang berbeda. Indikatornya biasanya UTS, UAS, kuis, keaktifan saat diskusi kelas, presentasi, PR. Note: kehadiran bukan menjadi salah satu indikator IPK tinggi. Kehadiran hanya sebagai syarat seorang mahasiswa berhak mengikuti ujian atau tidak.
 4.         Memudahkan kita untuk mendaftar beasiswa
Banyak beasiswa yang bisa kita dapat saat S2, baik beasiswa dalam negeri atau beasiswa luar negeri. Salah satunya LPDP, karena kebetulan aku juga awardee. Mungkin di lain kesempatan aku bakal nulis lagi soal beasiswa-beasiswa dalam dan luar negeri beserta persyaratan yang dibutuhkan. But, not now karena bakal panjang hehe. LPDP punya banyak jenis beasiswa yang diberikan maka syarat IPKnya pun berbeda-beda. Contohnya:
a.       Jalur reguler magister IPK 3, doktoral 3,25
b.      Prasejahtera Berprestasi magister 3,5
c.       Daerah afirmasi/3T magister 2,75 doktoral 3
d.      Indonesia Timur magister 2,75 doktoral 3
e.      Penyandang disabilitas magister 2,75 doktoral 3
f.        Olimpiade saintek dan ekonomi magister IPK 3, doktoral 3,25
g.       PNS/TNI/PolRI magister IPK 3, doktoral 3,25
h.      Dokter spesialis 3,25
i.         Alumni Bidikmisi 3,5
j.        Santri magister 2,75 doktoral 3
k.       Prestasi seni magister 2,75 doktoral 3
l.         Prestasi olahraga magister 2,75 doktoral 3
 5.         Memudahkan kita untuk lanjut studi ke sekolah yang lebih baik
Kalau punya cita-cita menjadi master di bidang yang kita tekuni tentu saja melanjutkan studi magister/S2 menjadi pilihan yang tepat. Bisa freshgrade langsung lanjut atau kerja dulu baru lanjut agar kita lebih tahu, bidang apa yang harus kita tekuni. Harapannya masing-masing indiividu tidak terkecuali aku, selalu berharap bisa sekolah di tempat yang lebih bagus, entah di dalam negeri atau di luar negeri. Setau aku, untuk lanjut di top 10 universitas di Indonesia butuh IPK minimal 3. Dan kalau mau lanjut di luar negeri bisa jadi lebih tinggi karena harus menyesuaikan GPA Internasional. Kalian bisa cek grade kalian ketika mau aplly beasiswa luar negeri di www.scholaro.com atau website lain. Waktu itu aku pernah cek dan hasilnya turun 0,20.
 6.         Sebagai bukti bakti kita kepada orangtua
Orangtua mana yang nggak bangga dengan anaknya yang memiliki skor maksimal. Orangtua sudah menggelontorkan (hiperbola sekali sih ini XD) uangnya untuk menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Kalau dikalkulasi nih, uang yang orangtua keluarkan untuk membiayai anaknya sekolah diperguruan tinggi selama satu semester kurang lebih 183jt terdiri dari asumsi uang semester 8.4 jt x 8 semester = 67.2 jt, uang saku di jogja 1.5/bln x 4th = 72 jt, uang kos 600rb/bln x 4th= 28.8, belum lagi uang wisuda, transport PP saat liburan, uang jalan-jalan, uang kegiatan yang diasumsikan 15jt. Kalau buat investasi tanah, mas atau portofolio udah berapa tuh? XD. Tapi orangtua lebih memilih untuk investasi jangka panjang demi kehidupan anaknya yang lebih baik. Membahagiakan mereka itu pahala. Jangan sampai menyusahkan mereka karena ngulang studi atau bahkan sampai DO. Jadilah anak yang baik agar hidup kita juga nggak dibikin susah sama Yang Maha Kuasa XD.
Sebenarnya masih banyak alasan kenapa IPK tinggi itu penting. Banyak orang di luar sana yang akan mencemooh jurusanmu atau program studimu. Mereka akan bilang bahwa di jurusan kita terlalu mudah mendapatkan nilai karena terlalu santai. Biarin aja, jangan terlalu menggubris omongan toxic yang membuatmu down. Mereka sibuk menyalahkan jurusan sehingga lupa akan usahanya. Padahal kalau mereka mau sedikit saja melihat teman-temannya, ada aja tuh yang jurusan teknik misalnya, lulus terpuji dengan IPK di atas 3.5, mereka hanya nggak mau mengakuinya. Dan di jurusan sosialpun ada kok yang IPKnya hanya satu koma atau dua koma. On my opinion, effort seseorang untuk itu bergantung pada seberapa tinggi mimpi orang tersebut. Semakin tinggi dan besar mimpinya, maka usaha yang ia lakukan akan besar pula. Semakin kecil dan pendek mimpinya, maka usaha yang ia lakukan juga akan kecil. Mungkin ini saja yang bisa aku tulis di Kamis pagiku ini. Sampai ketemu lagi di tulisanku selanjutnya.
2 notes · View notes
pemujaaires-blog · 5 years ago
Text
Review Artikel UNS : Lima Prodi di UNS Raih Akreditasi Internasional
I0119154 Sekar Khoiri Nismara Penulis Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Universitas Sebelas Maret berdiri sejak 11 Maret 1976, yang awalnya merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada di Surakarta. 5 perguruan tinggi tersebut: Institut Pelatihan dan Pendidikan Guru Surakarta, Sekolah Menengah Olahraga Surakarta, Akademi Administrasi Bisnis Surakarta, Universitas Gabungan Surakarta (universitas ini adalah gabungan dari beberapa universitas di Surakarta termasuk Universitas Islam Indonesia Surakarta) dan Fakultas Obat-obatan Departemen Pertahanan dan Keamanan Pengembangan Pendidikan Tinggi Nasional Surakarta. Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta. Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kentingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kentingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor yang lain. Tahun 1986, Prof. Dr. Koento Wibisono selaku rektor berikutnya, melakukan peletakan dasar-dasar percepatan pertumbuhan, Pada masa ini, perubahan telah terjadi, seperti perkembangan yang cukup bagus dalam bidang akademik dan jumlah staf, juga dalam penguatan infrastruktur kampus. Setelah Prof. Haris Mudjiman, Ph.D menjadi rektor berikutnya, percepatan UNS dimulai untuk melangkah ke arah yang lebih baik. Semangat dan komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan sangatlah dibutuhkan untuk membuat kemajuan di setiap sisi kehidupan UNS. Efek dari perubahan tersebut sangatlah mengesankan. Saat ini, di bawah pimpinan rektor Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., UNS berusaha mengejar mimpinya untuk menjadi sebuah World Class University (WCU). UNS yang terus membangun dan memperbaiki diri menyadari bahwa di era globalisasi ini menjadi sebuah perguruan tinggi yang bertaraf internasional merupakan hal yang sangat penting. Karena tentu, diharapkan alumni UNS yang akan terjun baik menjadi praktisi maupun akademisi dapat bersaing dengan lulusan-lulusan universitas lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Permasalahan yang harus diatasi oleh UNS dalam rangka mengejar gelar menjadi WCU salah satunya adalah mencapai kualitas dan kualifikasi yang setara dengan perguruan tinggi internasional. Cara membuktikan hal tersebut adalah dengan melakukan proses akreditasi program studi berstandar internasional, dan itulah yang sudah dan sedang dilakukan oleh UNS. (https://uns.ac.id/id/uns-update/lima-prodi-di-uns-raih-akreditasi-internasional.html)
 Artikel yang akan saya review merupakan berita yang berasal dari website UNS, bertajuk “Lima Prodi di UNS Raih Akreditasi Internasional” (https://uns.ac.id/id/uns-update/lima-prodi-di-uns-raih-akreditasi-internasional.html). Akreditasi internasional tersebut berasal dari dua badan akreditasi, yang pertama adalah dari ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA) dan yang kedua dari The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st century organization (ABEST21). Wakil Rektor Bidang Akademik UNS, Prof Sutarno mengatakan, empat Prodi di UNS yang sudah memperoleh sertifikasi AUN-QA di tahun 2018 ini, diantaranya Prodi S1 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Prodi Teknik Mesin S1 Fakultas Teknik (FT) dan Prodi S1 Teknik Sipil FT. Lalu yang memperoleh akreditasi internasional  dari ABEST21 yaitu Prodi S2 Magister Manajemen (MM) FEB.
Meskipun sudah mengantongi beberapa akreditasi internasional, UNS belum bisa berpuas hati. Karena jika menilik kepada artikel tersebut (https://uns.ac.id/id/uns-update/lima-prodi-di-uns-raih-akreditasi-internasional.html) saja, baru 5 dari total 174 program studi UNS yang mengantongi akreditasi internasional. Meskipun angka itu terus bertambah seiring dengan perilisan artikel (https://uns.ac.id/id/uns-update/lima-prodi-di-uns-raih-akreditasi-internasional.html) pada tanggal 28 Desember 2018, akan tetapi penambahannya belum signifikan. Bisa dibilang, perjuangan UNS untuk mencapai status WCU masih panjang.
Kesimpulannya, UNS bercita-cita menjadi perguruan tinggi berstatus WCU, akan tetapi perjuangan yang harus dilalui tidaklah mudah. Tidak mudah bukan berarti mustahil, karena UNS dapat meraih cita-citanya dengan cara terus membangun dan membenahi diri, diiringi dengan mendorong program studi yang ada untuk mencapai akreditasi internasional untuk mendapat pengakuan dari dunia. (https://uns.ac.id/id/uns-update/lima-prodi-di-uns-raih-akreditasi-internasional.html)
1 note · View note
rizkialmalik · 5 years ago
Text
Tentang Pemuda dan Keberanian
“Sejarah adalah catatan statistik tentang denyut hari, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal” – Malik bin Nabi
“Dari dulu hingga sekarang pemuda adalah pilar-pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dan dalam pemikirannya, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.” – Hasan Al-banna
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda” – Tan Malaka
Berbicara tentang pemuda, pastinya tidak terlepas dari romantika masa lalu. Juga tidak terlepas dari keberaniannya mengukir sejarah dan tawarkan masa depan. Kisah-kisah pemuda masa lalu telah terhampar begitu banyak dalam buku-buku, literatur-literatur, bahkan dalam tulisan-tulisan bebas.
Kisah Pemuda Kahfi
Kisah pemuda luar biasa nan pemberani melawan ketidakbenaran, melawan arus, dan melawan kemapanan yang ada datang dari tujuh pemuda perkasa bersama seekor anjing yang dijuluki dengan sebutan “ashabul kahfi”. Tertuang dan dimonumenkan oleh Allah sebagai nama sebuah surat dalam Al-Qur’an; surat Al-Kahfi. Mereka “ditidurkan” oleh Allah dalam sebuah goa dengan waktu yang tidak main-main lamanya. 309 tahun lamanya.
Sebelum mereka dikaruniakan oleh Allah dengan “ditidurkan” selama itu, mereka berani melawan ketidakbenaran raja dari daerahnya yang mengaku-aku sebagai Tuhan. Rajanya bernama Diqyanius. Sebetulnya 6 dari 7 pemuda “ashabul kahfi” tersebut dahulunya adalah para menteri dari Diqyanius yang selalu berada pada kemapanan dan berdiri mendampingi sang raja, sebelah kanan serta kirinya. Tiga di sebelah kanan dan tiga disebelah kiri. Sebelah kanan bernama, Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Sebelah kirinya ada Martelius, Cesitius, dan Sidemius. Mereka adalah orang-orang cerdas yang membantu sang raja dalam setiap kebijakan yang ditelurkan.
Namun pada suatu ketika, raja mereka mulai congkak, durhaka, dan dzalim. Ia mengaku-aku sebagai “Tuhan”, yang pada akhirnya ia tidak mau mengakui adanya Allah lagi. Sebabnya adalah selama 30 tahun ia tidak pernah diserang sedikitpun penyakit, bahkan pusingpun tidak. Kemudian sang raja memanggil rakyatnya dan diminta untuk taat kepadanya. Barang siapa yang taat akan diberikan pakaian dan berbagai macam hadiah, akan tetapi jika tidak mau mengikutinya maka lekas-lekas dibunuhnya.
Singkatnya, pada suatu perayaan ulang tahun sang raja. Sang raja terpelanting dari singgasananya dan akhirnya terjatuh. Akhirnya seorang cerdas dari menteri sang raja yang bernama Tamlikha berfikir mendalam atas apa yang terjadi dan menjadi keresahannya dalam-dalam. Gampangnya begini pikirnya, kalau si Diqyanius ini benar-benar asli Tuhan, maka harusnya ia tidak sedih, tidak tidur, tidak buang air, dan itu dilakukan oleh sang raja. Itu semua bukan sifat yang dimiliki Tuhan.
Pas, saat para pembantu raja alias menteri tadi berkumpul di tempat Tamlikha. Pada waktu itu juga Tamlikha menyampaikan keresahannya kepada teman-temannya. Bahwa inti dari keresahan seorang Tamlikha adalah Diqyanius bukanlah Tuhan dan teman-teman lainnya mengaminkan keresahannya. Maka 6 pemuda perkasa nan berani itupun bersikap. Mereka bersikap atas ketidakbenaran, maka melawan adalah sebuah kepastian. Mereka meninggalkan kemapanan yang dzalim menuju kepada Raja sang pencipta segalanya.
Mereka berjalan sampai kaki mereka bengkak dan berdarah, saking jauhnya perjalanan agar terhindar dari ancaman pembunuhan raja yang dzalim itu. Mereka bertemu dengan seorang penggembala kambing dan seekor anjingnya. Penggembala dan seekor anjing tersebutpun memiliki keresahan yang sama dan turut bergabung dalam barisan perlawanan terhadap raja yang dzalim dan berjuang untuk tegaknya kebenaran atas Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan. Mereka bertujuh ditambah dengan seekor anjing sebagai penjaganya menuju kedalam goa dan tinggallah mereka disana. Sampai akhirnya Allah menyempurnakan perjuangan mereka dengan menidurkannya selama 309 tahun. Mereka dibangunkan pada masa yang sudah sangat jauh berbeda dan mereka minta kepada Allah untuk dimatikan.
Seorang Hasan Al-Banna
Sosok pemuda yang sangat luar biasa dalam sejarah pergerakan dan kebangkitan islam. Ia merupakan sosok yang sudah mampu menyelesaiakan peta masalah dunia islam, menetapkan sasaran dan targetnya dan mendirikan sebuah organisasi bernama “Ikhwanul Muslimin” pada usia yang cukup muda; 22 tahun. Pemuda yang bisa disebut paling progresif dalam setiap pemikirannya. Bukan hanya progresif akan tetapi sangat progresif. Pemuda berusia 22 tahun ini mampu mentransformasikan wacana-wacana kebangkitan islam menjadi sebuah gerakan yang menyeluruh untuk kehidupan rakyat mesir pada saat itu.
Jempol penghuni dunia saat ini mungkin tidak cukup untuk memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan Hasan Al-Banna. Ia menjadi pengumpul daun-daun berserakan dan menyatukannya dalam kebangkitan bangsa Mesir. Keberaniannya menegakkan kebenaran sungguh luar biasa. Gaung perubahan dan kebangkitan segera menjalar keseluruh penjuru Mesir. Bahkan sebagian pekerjaan yang harusnya dijalankan oleh negara, dilakukan olehnya melalui Ikhwanul Muslimin seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, lembaga riset, masjid, perusahaan, dan lainnya.
Gerakannya dianggap ancaman bagi Inggris, maka Hasan Al-Banna harus diakhiri. Pada tahun 1948, sebutir peluru menembus badannya dan mengakhiri hidupnya. Usianya baru berkisar 42 tahun. Ia mati muda. Namun pada dasarnya keberaniannya memperjuangkan kebenaran tidaklah mati. Umur sejarah akan lebih panjang. Dan keberaniannya terpatri pada jiwa-jiwa pemuda islam pelanjutnya.
Pemuda Indonesia
Banyak sosok muda nan berani di penjuru negeri ini. Terbentang dari sabang sampai merauke. Terlahir dari ribuan gugusan pulau. Berdatangan dari penjuru mata angin. Kisah-kisah heroiknya dalam memperjuangkan kebenaran telah terpatri dalam banyak sekali literatur. Membakar dan menjelma menjadi provokator bagi pembacanya untuk berani bersikap diatas nilai – nilai kebenaran yang hakiki.
Tinggal di Kota Surakarta, maka sungguh memalukan ketika tak mengenal sosok muda nan berani bernama Samanhudi. Gerakan yang dibangun bersama Sarekat Dagang Islam (SDI) di daerah bernama Laweyan sungguh fenomenal dalam sejarah kebangkitan pergeraka kemerdekaan bangsa Indonesia. SDI menggaungkan perjuangan melawan monopoli dagang penjajah kolonial dan etnis asia timur atau China. Mereka tegas melawan bentuk penindasan terhadap ekenominya. Mereka menyatakan sikap atas ketidakbenaran yang terjadi saat itu.
SDI merupakan cikal bakal berdirinya Sarekat Islam (SI). SDI semacam rahim yang melahirkan SI. Tak ada yang kenal SI tanpa mengenal H.O.S Tjokroaminoto. Ia adalah pemuda yang dengan gagah berani memipin perjuangan SI. Ia merupakan singa podium pada masanya. Orasinya membakar semangat para pemuda lainnya untuk turut bergerak melawan penjajahan yang sewenang-wenang. Perjuangan SI lebih luas, tidak hanya pada perdagangan dan ekonomi saja namun merambah pada hal-hal yang berkaitan dengan sosial politik.
Hal yang menarik dari sosok H.O.S Tjokroaminoto adalah kepandaian melahirkan pemimpin-pemimpin pergerakan nasional dari rumahnya yang dibuatnya menjadi kos-kosan. Bayangkan tiga tokoh dengan pandangan yang sangat berseberangan; Soekarno, Muso, dan Kartosuwiryo pernah duduk bersama melingkar di meja makan bersama sang mentor, Tjokroaminoto. Apa yang diajarkan? Pastinya adalah mengajarkan untuk menentang ketidakbenaran dan kesewenangan penjajahan.
Lalu pada lembaran yang lain, peristiwa besar yang diinisiasi oleh para pemuda dari seluruh Indonesia. Seluruh penjuru bangsa ini mengenalnya dengan Sumpah Pemuda. Para pemuda muncul kepermukaan dalam rangka perjuangan kemerdekaan negara ini. Dari berbagai penjuru Indonesia, barat sampai timur, utara sampai selatan bersepakat untuk bersumpah atas nama bangsa Indonesia. Mereka berani menyatakan berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Inilah titik tolak perjuangan bangsa Indonesia atas nama betul-betul Indonesia.
Sejarah pemuda Indonesia sangatlah panjang, tentu tak terlupakan keberanian Soekarno, Hatta, Sukarni, Sayuti Melik, Achmad Soebardjo, Agus Salim, Tan Malaka dan yang tak mampu untuk disebutkan satu per satu melawan keburukan, ketidakbenaran, kedzaliman, serta penindasan yang dilakukan para penjajah terhadap tanah ibu pertiwi.
Di masa pasca kemerdekaan, pemuda identik dengan yang namanya mahasiswa. Tentu dikenal sosok sastrawan yang suka naik gunung, Soe Hok Gie, sang manusia merdeka, yang turut serta bersama pemuda lainnya mengingatkan Soekarno dengan tiga tuntutan rakyat. Lalu, angkatan 98an, siapa tak kenal Wiji Thukul yang menentang keras rezim Soeharto dan menyerukan keras-keras perlawanan serta reformasi. Ia dihilangkan oleh rezim, sampai saat ini. Mereka masih sama, menolak keras penindasan dan ketidakbenaran. Mereka masih sama, berpihak pada orang-orang benar dan tertindas.
Keberanian
Pemuda selalu identik dengan keberanian. Mulai dari zaman Ashabul Kahfi, Hasan Al Banna, Samanhudi, HOS Tjokroaminoto, Soekarno, Soe Hok Gie, Wiji Thukul sampai saat ini. Pemuda itu berani bertindak dan berpihak atas dasar nuraninya. Pemuda itu berani untuk mengatakan bahwa benar adalah benar dan salah adalah salah. Pemuda itu berani untuk melawan keburukan, ketidakbenaran, kedzaliman, serta penindasan meskipun nyawa menjadi taruhannya.
Pemuda itu berani melawan rajanya ketika ada ketidakbenaran disitu seperti kisah luar biasa Ashabul Kahfi. Pemuda itu berani membawa gagasan progresif terbaiknya atas agama dan perlawanan terhadap kedzaliman untuk bangsa dan umat islam seperti sosok pembaharu islam, Hasan Al Banna. Pemuda itu berani berdiri serta melawan di atas tanah lahirnya yang dijajah dan dihinakan oleh para penjajah seperti para pendahulu gerakan kemerdekaan bangsa ini. Pemuda itu berani berpihak pada kaum-kaum tertidas yang ditindas oleh rezim penguasa seperti Soe Hok Gie, Wiji Thukul dan lainnya.
Di atas keberaniannya, Pemuda pasti tawarkan masa depan yang lebih baik. Semoga, kita juga termasuk pemuda-pemuda tersebut! Lekaslah sadar, bangsa ini butuh pemuda-pemuda hebat dan berani!
Klaten, 14 Desember 2019
-------------------------------------
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diunggah setiap hari Rabu pada setiap minggunya Semoga bermakna dan menjadi makna. Nyalakan dan bakar! Selamat menikmati!
1 note · View note
literacures · 5 years ago
Text
izin bermimpi.
 loh? mau bermimpi kenapa harus izin?
teman-teman, sekarang aku pengen membagikan pemikiran ku mengenai hal-hal yang belakangan mengusik otak. aku terus dibisiki oleh mimpi-mimpi indah ku. mimpi-mimpi yang kupikir sudah mulai ku desain dengan maya di dalam alam pikiran.
faktanya, kebanyakan mimpi itu tidak terwujud. tidak banyak yang terwujud. jika dinominalkan, mungkin hanya 1/1000 mimpi ku yang baru terwujud. entah mengapa, rasanya terlalu semu. 
ingat nggak, dulu waktu umur kita 5 tahun ditanyain pengen jadi apa pas udah besar? dengan mulut dan pemikiran yang polos kita jawab sesantai itu,
 “Pengen jadi dokter, bu” 
“Adek mau jadi pilot, ma” 
“Kakak mau jadi kayak bunda juga, jadi bidan.” 
“Pengen ke bulan, boleh nggak, mi?”
sekarang. ketika membaca ini, refleksi kan perkataan itu ke diri kalian. sudah sejauh mana usaha kalian mencapai mimpi itu? apakah itu hanya omongan belaka? 
“ya gimana dong, kan gua masih kecil waktu itu. sekarang mah beda”
lantas, siapa yang berbicara sewaktu itu? tidak mungkin kan, kalian tiba-tiba dirasuki untuk berbicara seperti itu. 
teman-teman, sejatinya keinginan itu adalah mimpi-mimpi kecil kita. mimpi milik diri kita sendiri, yang datang dari berbagai sumber. bisa jadi kita mengatakan hal tersebut setelah dipengaruhi oleh media seperti televisi atau mainan, dipengaruhi orang tua, ataupun melihat-lihat sekitar. tapi, pasti otak kita berproses dan membuat keinginannya sendiri, bukan?
sesungguhnya anak kecil itu merupakan aset yang sangat berharga untuk masa depan. benar kata orang, seperti kertas putih. tergantung orang tua akan memberikan coretan seperti apa di atas kertas tersebut.
kemudian waktu berlalu. kita terombang-ambing melewati proses kanak-kanak, remaja, hingga tiba di titik dimana kita yang harus menentukan pilihan selanjutnya. 
namun faktanya, kebanyakan sih bukan begitu. malah pilihan nya terpaksa ditelan bulat-bulat demi mengabulkan keinginan orang lain. bukan dia yang menentukan pilihan, tapi orang lain yang memberikan pilihan. begini, untuk lebih spesifiknya aku ingin membicarakan mengenai proses penyaringan mahasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi. entah itu akademi, universitas, sekolah tinggi, politeknik, ataupun institut.
kembali membahas mengenai diri aku, karna aku tak ingin mengambil contoh dari cerita orang lain--dan aku juga belum tentu bisa merasakan bagaimana rasanya jadi mereka. 
ketika duduk di bangku kelas 10, aku merasakan dunia yang sangat berbeda. mengapa demikian? sejak SD hingga SMP aku dimasukkan ke sekolah Islam Terpadu dan juga swasta. sehingga, ketika aku dimasukkan ke sekolah negeri di kota ku.. semua nya terasa totally different.
pernah suatu waktu aku berpikir, aku  terlalu dimanjakan selama masa SD hingga SMP. sehingga, aku jadi ngga tau betapa kerasnya kehidupan di sekolah negeri yang sebenarnya. aku juga berpikir bahwasanya sekolah-sekolah negeri merupakan contoh kecil dari kerasnya kehidupan yang sebenarnya. and i’m glad with my parents decision, and i’m glad to be part of it.
di kelas 10 aku belum tau mengenai jenjang apa selanjutnya yang akan aku masuki selepas masa SMA itu. karena pola pikir yang masih cendrung berat ke kanak-kanak dan belum berpikir panjang. aku ditempa benar-benar hebat ketika mengikuti seleksi masuk OSIS. disana aku mendapatkan keluarga baru untuk beradaptasi, berargumentasi, belajar memanage waktu dan berorganisasi.
di masa itu, aku juga sangat-sangat-sangat menyenangi pelajaran Bahasa Inggris dan Kewarganegaraan. karena memang mata pelajar itulah yang dapat menjembatani aku menuju salah satu mimpi yang udah aku ilusikan.
skip the time, aku berada dipenghujung kelas 10. aku udah punya keinginan nih buat masuk IPS. nilai ku balance di mata pelajaran IPA pun IPS. tapi, para guru memilih untuk memasukkan ku ke IPA. 
saat itu sedang penerimaan rapor semester 2, nama ku pun dipanggil. kemudian, ibu berdiri dan duduk disebrang wali kelas ku. aku pun mengikuti ibu dan duduk disamping beliau. setelah sedikit basa-basi dan pujian mengenai hasil kerja ku selama satu tahun, mulai lah para orangtua ini berbicara mengenai arah jurusan ku selanjut nya ;
“Jadi buk, nilai adisti cukup untuk masuk IPA. ngga papa kan, buk?” tanya Wali Kelas ku kepada Ibu. Ibu pun menghadap kepadaku dan bertanya kembali, “gimana? kakak mau?”. karena diminta untuk memberikan keputusan.. aku pun menjawab dengan sedikit ragu “aduh, gimana ya. tapi kakak pengen HI, jadi kayaknya lebih ngedukung di IPS deh. boleh pindah nggak buk?” begitulah sekiranya negosiasi yang aku lakukan terhadap dua orang dihadapanku.
namun, keinginan ku--mimpi ku--keputusan ku ditolak mentah-mentah dengan alasan bahwasanya aku bisa mencoba mengembangkan diri di IPA, dan lingkungan IPA lebih cocok dengan diri ku. disitu aku kacau dan tak ingin memperlihatkannya. 
anxiety ku kambuh, pikiran ku mengelana. aku sempat berpikir bahwasanya aku tidak akan menjadi apa-apa kalau tidak jadi masuk HI. kalau tidak jadi diplomat. aku ngga bakal bisa kerja di luar negeri seperti keinginan ku. aku nggak bakal bisa nginjakin kaki di negara lain selain Indonesia. aku bakal terus stuck di satu tempat dan tak akan bisa berubah karena terus berada di posisi stagnan ini.
pikira-pikiran buruk itu terus berterbangan hingga aku sampai dititik dimana aku menyerahkan diri kepada yang di Atas. dan mengingat kembali apa yang sudah orangtua ku usahakan untuk ku selama 15 tahun aku hidup. 
                          “Ridho Allah, Ridho Orangtua”
itulah dasar atau prinsip aku terus melanjutkan hidup ke kelas 11. dengan tekanan yang secara batin tidak aku persiapkan di jurusan IPA, akupun berusaha menerima.
menerima, menerima, menerima.
masa-masa itu merupakan waktu yang tak akan bisa benar-benar aku lupakan, karena itu adalah momen ketika mimpi ku dipatahkan. 
SEKARANG....
yang dapat aku petik 3 tahun setelah kejadian itu, mimpi itu bersifat egois. aku lebih banyak menerima dan memaafkan selepas kejadian itu. mimpi itu memang egois. kita memikir kan diri sendiri untuk bahagia, padahal ada banyak hal yang bisa kita lakukan di luar keinginan kita agar banyak orang bisa bahagia. 
SEKARANG....
aku nggak ingin banyak hal. aku nggak ingin memberi makan egoisme yang dimiliki pribadi ini. satu-satunya yang paling aku butuhkan sekarang yaitu membuat orang lain bahagia dan bisa bermanfaat bagi yang lain.
bermimpi itu manusiawi, tetapi akan lebih manusiawi jika kita memikirkan sesama.
jadi, bagaimana dengan kalian? mau bermanfaat hanya untuk diri sendiri atau untuk orang lain?
dengerin lagu ini yuk, agar diri kita bisa lebih merefleksasikan diri :) 
https://www.youtube.com/watch?v=V3hwp5sPZz4
salam sayang dari buku, terima kasih!
1 note · View note
octaraisa · 6 years ago
Text
yaa Allaah, Bayarlah Aku!
oleh Bunda Sinta Yudisia
Aku pernah bilang ke suami, “Mas, kalau aku nulis tapi penghasilannya sedikit, atau malah nggak ada sama sekali, gimana?”. Suamiku alhamdulillah berkata, “ya nggak papa. Yang wajib cari nafkah itu suami. Tapi dicukup-cukupin, ya. Kalau memang Sinta bisa dakwah di situ, semoga barakah.”
Apa aku nggak pernah nangis?
Apa aku nggak pernah kecewa?
Seringlah. Pas sudah nunggu 3 bulan, bahkan 6 bulan, 9 bulan, atau ada yang 12 bulan ternyata royalti yang dihasilkan jauh dari jutaan. Bahkan kadang nggak bisa diambil di ATM. Royalti yang dicadangkan untuk bayar ini itu, bayar sekolah dll, ternyata jauh dari perkiraan.
Apakah lebih baik aku berhenti menulis dan dagang online saja? Begitu banyak temanku dagang online dan jadi kaya raya. Tapi, ah, hati ini sudah terpanggil untuk menulis.
Aku masih ingat penggal sebuah acara dakwah. Waktu itu, uangku tinggal Rp. 6.000. Anak-anakku masih kecil, 4 orang. Aku mengisi acara dan seluruh anggota keluarga menunggu, siapa tahu aku pulang bawa bingkisan. Entah uang, nasi kotak, atau kue. Ternyata, panitia memang pas-pasan. Tak ada sama sekali bingkisan yang kubawa pulang. Bahkan aku harus keluar uang bensin sendiri. Sepanjang jalan pulang, naik sepeda motor, aku menangis. Menangis membayangkan 4 anakku dan suamiku yang insyaallah jujur sebagai pegawai negeri, menahan lapar.
Hujan saat itu. Air mataku bercampur derai hujan. Tetapi entah mengapa, hatiku tidak ingin mengucapkan sumpah serapah pada panitia. Apalagi pada Allah dan malaikatNya. Mungkin saat itu imanku sedang bagus. Yang kuingat, di bawah curahan hujan aku berdoa kepada Allah.
“Ya Allah, kalau seorang pegawai saja dibayar oleh perusahaan, apalagi aku. Aku bekerja untukMu ya Allah. Maka bayarlah aku dengan pantas. Tidak ada satupun perusahaan pun di muka bumi ini yang bisa menggajiku dengan pantas, kecuali Engkau ya Allah.”
Apakah aku langsung dapat uang?
Tidak.
Tetapi hatiku terasa demikian tenang.
Suamiku juga ikhlas.
Dan anak-anakku dengan wajah teduh berkata, menyambutku yang pulang dengan tangan kosong, “kita lagi harus bersabar ya, Mi?”
Ya.
Kalau kita bekerja untuk Allah, yakinlah suatu saat, Dia akan bayar. Memang kita butuh uang, dan uang itu harus dicari agar kita tidak jatuh pada yang haram. Tetapi ketika telah berupaya keras di jalan kebaikan, yakinlah, Allah yang akan menggaji kita. Pasti banyak kesulitan. Pasti banyak keterhimpitan. Kadang kita harus berhutang, lalu bulan depan gali lobang tutup lobang. Sampai kapan? Sampai kita merasa yakin bahwa rizqi tidak selalu berupa materi.
Hingga aku tiba di sini, di kantor Profesor Koh Yung Hun. Aku melihat gaji Allah yang terpampang di hadapanku. Sedekah Minus 2016 menghantarkanku ke Seoul Foundation for Arts and Culture. Lalu 2018, ketika aku kembali kemari, aku bertemu profesor Koh Yung Hun bersama mbak Ummu Hani, dosen Malaysia yang mengajar Malay Studies.
“Bu Sinta sudah tahukan?, kalau Sekedah Minus, saya masukkan dalam buku wajib untuk mahasiswa di sini?” Aku hanya berucap alhamdulillah. “Ohya, apa bu Sinta bisa menulis untuk majalah Korea?” Aku berucap alhamdulillah lagi.
Sedekah Minus adalah karya yang entah, sudah dibayar atau tidak oleh koran yang memuatnya. Tetapi aku menuliskannya sebagai bentuk perwujudan kegalauan hatiku sendiri akan makna sedekah. Di akhir pertemuan, apa yang profesor Koh katakan sungguh membuatku tercenung.
“Dari Sedekah Minus tersebut, orang-orang yang membacanya belajar tentang makna kebaikan. Saya rasa itu yang penting. Ada 300 orang mahasiswa HUFS yang belajar di fakultas bahasa Indonesia, kami punya 4 kelas. Dan masih ada 100 orang lagi yang mengambil bahasa Indoensia untuk major kelas.”
400 orang setiap tahun, yang membaca Sedekah Minus.
Ya Allah, andaikata 400 orang itu tahu makna kehidupan. Lalu tahun ajaran berikutnya 400 lagi. Lalu tahun berikutnya 400 lagi, lebih atau kurang. Aku melihat buku wajib berjudul Membaca Teks Bahasa Indonesia : 인도네니아어 읽기연습.
Kata-kata yang diterjemahkan secara khusus ke bahasa Korea : kiai, ustadz, santri, jamaah, ibadah, azan, dhuha, rakaat, imam, istighfar, tasbih, tahmid, takbir, infak, waqiah, mulk. Kata-kata itu asing bagi masyarakat Korea tetapi mereka mencoba mencari penjelasannya. Dan apa aku pernah menduga bahwa tulisanku akan dibawa hingga ke negeri K-Pop?
Aku hanya membayangkan, para mahasiswa Korea yang belajar bahasa Indonesia akan mencari tahu apa itu sedekah. Apa itu Tuhan, apa itu agama, Indonesia, Jawa, dan yang lain-lain. Bagiku, bayaran yang diberikan Allah jauh di luar perkiraan.
Aku bekerja untukMu ya, Allah.
Maka bayarlah aku.
Adakah di atas muka bumi ini perusahaan yang dapat menggaji dengan pantas, saya, anda atau siapapun yang mencoba berbuat kebaikan di jalanNya?
281 notes · View notes
murah967tokogrosir · 2 years ago
Text
Harga Besek Bambu Ô8౩1~ÔᒿᏮÔ~1ᒿ51[WhatsApp]
Tumblr media
Barangkali ini merupakan tulisan tentang harga besek bambu yg tengah kau cari. Saat ini era tehnologi kian kedepan, jarak tiada lagi problema sebagai satu orang tetap dapat berbincang dengan orang beda di berbagai wahana lebih-lebih pada bagian dunia. Kecanggihan sains berikut ini juga membuat mudah kita untuk mengakses aneka pengetahuan apasaja dan dimanapun kita terletak. Cuma dengan menggunakan jaringan, kita dapat mengakses tulisan yang kita inginkan. Pada situs yang sudah disebutkan manusia yg memakai sebagai penelitian, mandat sekolah misalpun sebatas memperoleh pengetahuan anyar dapat menemukan lebih-lebih memberikan masukan pula lanjut dengan memberikan tinggalan komentar dibagian yg telah tersedia / mengkontak lewat kontak yang telah tersedia. Sekarang mari kita urai, apa sekedar yg terdapat pada dalam "besek", yakni : padi kadang beras putih kadang padi kuning, bisa aja sich warna-warni, tergantung warna kesukaan si empunya acara saja, ayam goreng kadang daging sapi kadang daging kambing, tetapi rasanya kami belum lihat kalau "besek" tersebut pakai daging babi dech, selanjutnya sayur dapat kangkung, dapat buncis, / wortel, seleranya masing-masing si empunya acara dong, sebagai selipannya bisa ditaruh kue-kue kecil, kayak roti apem, roti cucur yg berikut ini langka nih, risolles, lumpia, faham, tempe, dan seluruh macem roti deh duit juga boleh, lumayan buat ongkos pulang dari acara kan hehehe. Oh iy, jangan sampai ketinggalan, si penerima "besek" juga butuh cairan minum, acap diselipkan juga air batu yg gelas yang galon juga bisa, kalau muat sich. Bagus, itu saja sich dalamnya tentang satu buah "besek", gampang kan. ?! Tetapi maknanya demikian pada bagi segala insan.
kotak sampah dari anyaman bambu
Pada daerah jawa, ada suatu kelurahan yg kebanjiran tamu sekitar mancanegara yang berkunjung bagi mempelajari pembikinan besek. Kesempatan ini tentu tidak dibuang sia-sia, seketika tancap gas bagi mempromosikan kepada para wisatawan serta alhasil besek laris dan siap pada impor ke arah banyak negara. Respon yang oke dari luar negara, menjadikan budaya indonesia lebih dikenal di luar negeri dan bikin kita pula menghargai produk karya anak negeri. Seiring berkembangnya era, kebutuhan akan info-info terhadap sudut kebutuhan / kehidupan semakin gesit. Keliru satunya adalah barang jual besek merpati. Kita tahu bahwa hasil-hasil kini ini semakin banyak serta bervariasi. Oleh sebab itu, pembahasan waktu berikut ini akan menjunjung hal mengenai jual besek merpati alasan mengapa pembahasan berikut ini diperlukan karna ini adalah salahsatu elemen utama untuk sebagian pihak. Sehingga informasi tentang aneka ragam barang dan manfaatnya diinginkan bisa menopang membantu banyak manusia yg tengah mencari informasi / informasi baru terhubung hal tersebut. Mampu juga menolong para mahasiswa / pelajar yg tengah mencari material sebagai penelitian, tugas perguruan atau sekedar menggali entertainmen sebagai yang senang mengamati. Nah guna yg lain serta agar pengamat lebih gesit mendapatkan informasi yang diinginkan. Sebab di orde ilmu pengetahuan kali ini begitu simpel mengakses wacana sekitar mana aja sampai terhadap pelosok desa pun, janji dapat terkoneksi dg jaringan online dan memiliki alat sebagai mengakses internet. Dg demikian para pengamat dapat mengunjungi website ini sembarang waktu serta dimanapun kau berkehendak. Pembaca juga dapat memajukan / berkontribusi pula lanjut apabila mempunyai pandangan, pendapat, / komentar gila maupun pendapat beda tentang tulisan yg kita tulis. Pemirsa mampu membuat sampai atau mengetik pandangan, bantahan, pandangan pendapat dan sejenisnya di tabel yang sudah tersedia. Bisa serta men-japri kita melalui nomor yang udah tertera pada situs berikut ini, yg dapat kita muat dan kita kembangkan dalam penulisan ulasan berikutnya demi pula bervariasi dan cocok dengan kesenangan pengamat.
pengrajin besek bambu solo
Besek ialah keliru esa oleh-oleh tangan yang muat gampang dibuat serta bahan bakunya sangat gampang didapat. Oleh-oleh tangan berikut ini ternyata bisa dikreasikan pula bagus lebih demi mendapatkan daya menjual yg puncak, umumnya besek diberi warna agar tampangnya lebih ceria. Tata pembikinan yg sederhana, ternyata dapat menarik minat wisatawan dalam negara serta asing sebagai ikut mempelajari tata bikin besek.
0 notes
beningtirta · 7 years ago
Text
Geger Ulang-Alik: Bagian 2
Tumblr media
Tebak, foto ini diambil di kota apa?
Dari kerja serabutan jadi jutawan lalu pengangguran, begitulah lompatan kemampuan ekonomi saya periode Januari 2015-Januari 2017. Bekerja di Indonesia berbasis proyek, saya tidak bisa menabung banyak. Separuhnya karena saya masih belum mengerti betapa krusialnya untuk terbiasa menabung sejak muda, separuh lagi karena saya masih suka beli buku dan nongkrong di kafe. Cerita berikut ini adalah proses saya beradaptasi dengan uang bulanan beasiswa yang cukup dan opsi menaikkan standar hidup terbuka lebar.
*
Travelling
Berada di negara yang strategis untuk pelesir ke daratan Eropa dan Afrika, membuat penasaran para mahasiswa yang darahnya masih panas. Dengan visa Schengen, seseorang bisa mendapat akses mengunjungi 26 negara Uni Eropa. Ditambah status sebagai warga negara Indonesia, kita bisa mengurus visa ke Republik Irlandia tanpa biaya. Lalu ada Turki yang sangat accessible dengan US$25 visa elektronik yang bisa diurus online. Ada juga Maroko dan Uzbekistan yang bebas visa, dan beberapa negara lain di Asia Tengah dan Barat Daya yang bisa dikunjungi dengan skema Visa on Arrival. Di dalam kekuasaan United Kingdom sendiri ada puluhan kota dan tempat yang menarik untuk disambangi, termasuk Belfast di kerajaan Irlandia Utara, Edinburgh di kerajaan Skotlandia, dan Cardiff di kerajaan Wales. 
Di masa liburan Natal dan Tahun Baru, Paskah, atau Pasca-disertasi, seorang mahasiswa di UK bi(a)sa pergi menjelajah negara-negara dan kota-kota tetangga. Terlebih ada beberapa maskapai budget yang kalau promo bisa nggak masuk akal. Masa harga tiket pesawat satu arah setara sepiring nasi di restoran Afganistan? Untuk travelling sendiri, biasanya akan terbentuk kelompok-kelompok karena alasan keamanan, ekonomis (untuk sewa mobil dan penginapan), dan persahabatan. 
Saya sendiri memilih menginjakkan kaki ke tanah Konstantinopel, Al-Maghribi, dan enam negara Eropa untuk berwisata sejarah, gurun, dan mengunjungi rekan-rekan sejawat dari SMA ataupun saat kuliah S-1 dulu, di saat para fans mengunjungi stadion klub kesenangan mereka di Spanyol dan Italia, para pecinta alam melihat aurora, penggemar olahraga mencoba ski di pegunungan Alpen, penggemar Harry Potter dan Game of Thrones ke lokasi shooting. Di saat yang sama, beberapa teman berangkat haji setelah mengumpulkan laporan proyek desertasinya.
Menabung atau Aji Mumpung
Saat sebagian besar anak muda bertualang di sela-sela kesibukan akademik, ada juga yang menjalani kuliah ke luar negeri sebagai suatu fase yang hanya akan dilewati sebagaimana dulu di Tanah Air, makan secukupnya, pakaian seperlunya, dan hiburan seadanya (olahraga dan nonton film). Sederhana saja, karena dengan beasiswa yang memadai ini, ada pilihan untuk menabung lebih banyak dibandingkan dengan penghasilan bulanan dulu saat bekerja di negeri sendiri.
Ada juga beberapa pilihan “gaya hidup” yang tidak umum diambil. Saya menghargai pilihan dan pengorbanan teman-teman yang tidak bisa membawa keluarga untuk bersama-sama melewati satu fase kehidupan mereka. Entah itu karena alasan pekerjaan, kalkulasi biaya, dan lainnya. Yang jelas berada jauh dari pasangan dan anak-anak untuk pendidikan adalah pengorbanan yang sangat besar. Saya juga menghargai teman-teman yang menyempatkan diri untuk bekerja paruh-waktu untuk alasan menabung tanpa mengurangi performa di bangku kuliah. Saya salut pada teman-teman yang malu-malu menyembunyikan uforia dan juga stres yang mereka lalui selama studi di luar negeri. Terlebih bagi para suami yang “mengalah” meninggalkan pekerjaannya di Indonesia untuk menemani istri sekolah.
Kembali ke Tanah Air
Satu tahun bukan waktu yang pendek untuk sebuah kebiasaan menempel pada keseharian kita dan satu tahun itu sudah lebih dari cukup untuk mengubah pola pikir. 
Satu kebiasaan yang saya bawa pulang dari fase kehidupan Manchester adalah kebiasaan berlari. Shock memang saat pertama kali mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta setelah meninggalkan Manchester yang dingin di bulan Desember. Kayak disauna! Tapi perlahan tubuh saya bisa menyesuaikan dengan suhu dan kadar kelembapan di daerah tropis. Kebiasaan berlari sebagai kegiatan olahraga rutin sempat tersendat karena uforia makanan dan jajanan Indonesia keringat yang eksesif dan kualitas udara yang jauh dari ideal. Perlahan saya bisa mengakali dengan pembiasaan dan dengan start berlari lebih pagi.
Kebiasaan yang tidak bisa saya bawa pulang adalah belanja barang bekas. Memang bekasnya di sana nggak separah barang loakan di Indonesia sih. Tapi, sepertinya mental “beli baru” malah lebih kental di Indonesia. Agaknya, di Indonesia, orang-orang lebih peduli merek dan gampang termakan iklan. Ah ya, saya tidak pernah nonton TV selama di sana kecuali ada nobar pertandingan sepakbola! Makan sereal, minum susu, dan makan buah menjadi sesuatu yang mewah di Tanah Air saat di sana sereal dan buah dijual murah dan susu disubsidi pemerintah.
Yang berat ditinggalkan adalah longing to travel to new places. Dengan posisi Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudra, sebenarnya pilihan untuk travelling cukup banyak: ke daratan China, Korea, India, dan Australia yang butuh visa; ke negara-negara ASEAN, Hong Kong, Jepang, dan Maladewa yang bebas visa; atau menyambangi Timur dan Barat Indonesia yang memanjakan mata. Ya, menahan hasrat travelling ini cukup berat, biar kutelan saja.
Saat proses pencarian kerja dan beasiswa doktoral, mau tidak mau saya makan uang tabungan sendiri. Uang bulanan beasiswa sudah tidak ada lagi. Mau mencari pekerjaan di Indonesia yang gajinya setara uang hidup beasiswa selama di UK (~20 juta per bulan) hampir tidak masuk akal. Mau tidak mau gaya hidup harus disesuaikan. Juga ekspektasi akan fasilitas umum dan kenyamanan hidup. Terlebih untuk teman-teman yang memilih mengabdi dengan menjadi pendidik atau bekerja di instansi pemerintah. 
Fase sekolah ke luar negeri bisa diibaratkan liburan yang menantang dari segi intelektual maupun finansial. Sepulang studi, para penerima beasiswa akan dihadapkan dengan kenyataan punya banyak koneksi-koneksi baru dalam hubungan persahabatan dan profesional, ide-ide perubahan serta keinginan bikin usaha, dan semangat baru menjalani fase kehidupan berikutnya. 
Terakhir, sebagaimana kita shock saat pertama kali menginjakkan kaki di perantauan, kita akan mengalami shock dalam bentuk yang berbeda sepulang dari sana. Bersiaplah untuk menyikapinya!
33 notes · View notes
rialtahamda-blog · 7 years ago
Text
A Journey to A New Beginning
Postingan ini berkisah tentang berbagai proses yang saya tempuh hingga menjadi seorang Residen Anestesi FKUI-RSCM. Tertrigger oleh banyak pertanyaan teman-teman, “Kok bisa anestesi, bukannya dulu mau rehab medik, bukannya dulu mau radiologi, gimana ceritanya?”. Postingan ini agak panjang, selain berbicara proses dan nilai, dalam tulisan ini saya juga menjabarkan beberapa hal teknis. Berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat (dengan sifat broad spectrum) dan menjadi pelajaran bagi kawan-kawan sekalian (duile, gaya bener, wkwk).
Dari duluu sekalii, saya sudah bercita-cita untuk menjadi seorang spesialis. Ketika masih mahasiswa, saya pernah tertarik dg SpKFR (Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi / Rehabilitasi Medik). Namun, di akhir koas saya merasa Rehab Medik kurang pas untuk saya karena kesannya terlalu santai dan kurang menantang. Technically, saya anaknya senang tindakan.
Kenapa tidak Bedah? Saya realistis. Bedah itu sekolahnya lama. Semakin lama sekolah, semakin besar biaya yang dibutuhkan. Dengan kesibukan ppds bedah yang seperti itu, sepertinya sulit untuk punya penghasilan sampingan selama sekolah. Dan ketika nanti sekolah, saya tidak mau merepotkan orang tua lagi. Di samping, memang tidak feasible juga untuk merepotkan mama yang sudah tidak ada papa dari bertahun-tahun yang lalu. Saya puter otak, “Apa ya spesialisasi non Bedah yang masih ada tindakannya dan saya tertarik dengannya?”. Terbersitlah, “Radiologi”. Kebetulan ketika koas saya sering terpapar dengan seorang senior yang namanya Kang Donny karena beraktifitas bareng di Mesjid Asy-Syifaa’ RSHS. Di samping itu, beliau adalah guru khitan saya. Beliau FK Unpad angkatan 1995. Saat saya koas, beliau di tengah menuju akhir PPDS radiologi. Saya beres koas, beliau beres juga PPDS nya. Beliau sering banget cerita, kenapa dia yang seneng khitan (tindakan) milih radiologi bukan bedah. Beliau bilang, di Radiologi itu ada yang namanya Radiologi Intervensi. Radiologi Intervensi dapat melakukan tindakan-tindakan yang seperti bedah lakukan, tapi dengan cara yang less invasive. Tidak dapat menggantikan bedah memang, karena dia tidak mampu mengekslpore seluas bedah. Saya membayangkan, semakin canggih teknologi, akan semakin canggih pula radiologi intervensi ini. Dan di kampung saya, Sumatra Barat, belum ada yang expert akan hal ini. Radiologi sekolahnya relatif singkat dibanding bedah, tidak sesibuk bedah pula. Jadi, secara kasar, dibanding bedah, biaya yang dibutuhkan lebih sedikit dan lebih bisa mencari penghasilan sampingan (entah dengan khitan, baksos, dll) selama sekolah. Akhirnya, sejak akhir koas, saya mengubah minat saya menjadi Radiologi.
Ngapain sih ribet-ribet mikirin biaya? Kan ada beasiswa. Unpad ada beasiswa rektor (dan kamu anak Unpad), Kemenkes ada PPDS BK, dan Kemenkeu ada LPDP. Bagi saya, beasiswa Unpad bukan pilihan, karena dengannya saya harus mengabdi N tahun (sesuai lama pendidikan) di Jawa Barat, sedangkan saya ingin hidup setelah lulus spesialis di Sumatra Barat. Terlalu lama merantau, saya khawatir semangat untuk mengabdi di kampung halaman perlahan surut. PPDS BK? Big No. PNS saja belakangan katanya sudah sulit untuk mendapatkan beasiswa ini, apalagi jika saya bukan PNS. Lalu, LPDP? Setahu saya LPDP juga ada masa pengabdian 1 tahun dan sebenarnya cukup bisa diatur pengabdiannya dimana, yang penting bekerja di Indonesia. Akan tetapi, tetap saja ada risiko terasingkan dulu setahun entah ke negeri mana, sangat mungkin sekali saya bisa berubah pikiran (terkait pulang kampung) selama setahun itu. Dan hal penting yang juga harus dipikirkan, “Yakin lulus LPDP?”. Bukan bermaksud pesimis. Tapi saya merasa harus mempersiapkan skenario kalau-kalau nanti ternyata saya sekolah hanya dengan mengandalkan keuangan sendiri. Jadi, Radiologi adalah pilihan yang tepat dan aman menurut saya saat itu.
Saat internship, minat saya masih Radiologi. Di akhir internship saya menikah, minat terhadap Radiologi pun belum berubah. Memasuki kehidupan pernikahan, satu prinsip yang selalu saya pegang: “Jangan LDR! Jika harus LDR pun, minimalisasi dengan sekuat-kuatnya usaha!” Di awal pernikahan, saya diharuskan LDR karena saya masih harus menyelesaikan internship yang tersisa sekitar 1,5 bulan lagi di Purwakarta, Jawa Barat sedangkan istri saya masih internship 9 bulan lagi di Sijunjung, Sumatra Barat. Selesai internship, alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk bekerja sebagai Dokter Perusahaan di Sijunjung. Yeey! Ga LDR-an! Saya bisa menyusul menemani istri hingga akhir internshipnya di Sijunjung. So Happy :) 6 bulan berjalan di Sijunjung, istri saya sudah selesai melaksanakan internshipnya. Saat itu saya membayangkan, saya tidak mau cepat-cepat sekolah. Saya ingin merintis klinik khitan dulu di Padang bersama istri, sambil bekerja di Rumah Sakit untuk menjaga kemampuan klinis dan menambah pengalaman. Beberapa tahun setelah klinik berdiri dan klinik dirasa establish untuk ditinggal, baru deh sekolah lagi. Harapannya, klinik itulah yang akan menopang biaya kehidupan selama sekolah nanti.
Istri saya tertarik menjadi dosen dan di akhir masa internshipnya kami mendapat informasi bahwa FK Baiturrahmah di Padang sedang butuh dosen. Istri masukin lamaran kesana dengan pikiran bahwa nanti bekerja dulu disana beberapa tahun menjadi dosen tutor atau skills lab (karena belum S2) dan saya bekerja sesuai dengan rencana yang dijabarkan di atas.  Di saat istri mendaftar dosen, saya pun juga sedang mendaftar salah satu RS swasta di Padang. Kami berdua diterima. Namun, takdir berkata lain. Dekan FK Baiturrahmah menyarankan istri saya untuk langsung lanjut sekolah S2 dengan beasiswa full covered (biaya pendidikan, pelatihan, thesis, dan biaya hidup). Salah satu pilihan bidang studi yang ditawarkan dekan sesuai dengan minat istri, yaitu Public Health. Disarankan untuk ke UI atau UGM. Kami pun galau, karena ini akan merubah arah hidup dari yang sudah kami rencanakan. Kami berkontemplasi:
Istri saya memang bercita-cita persis dengan yang ditawarkan dekan FK Baiturrahmah. Lumayan banget istri disekolahin, tinggal mikirin cita-cita saya.
Jika tidak sekarang, di waktu yang akan datang belum tentu datang kesempatan baik yang sama.
Jika tawaran dekan kami terima, pilihan yang feasible adalah UI karena Jakarta lebih familiar untuk kami dan lebih dekat dengan Padang.
Jika istri berangkat ke Jakarta, maka saya juga harus kesana supaya tidak LDR. Rencana di atas pupus sudah. Lalu saya di Jakarta ngapain? Bekerja sajakah? Saat itu saya merasa sayang saja jika ke Jakarta 1,5 sampai 2 tahun menemani istri hanya dengan bekerja. Istri lulus S2, pulang ke Padang dan saya masih harus mengejar cita-cita spesialis di luar Padang (Jakarta, Bandung, atau kota lainnya) karena di Padang tidak ada PPDS Radiologi. Semakin lama dan besar potensi untuk kami LDR. Akhirnya, dalam waktu yang sangat singkat, saya memutuskan untuk mendaftar PPDS Radiologi UI, supaya istri sekolah saya juga sekolah, jika harus LDR pun karena istri selesai duluan, maka lama waktu LDR tidak terlalu lama dibandingkan jika LDR full selama saya PPDS.
Februari 2017, kami sudah 9 bulan menikah dan belum dikaruniai anak. Kami berpikir, mungkin memang Allah menyuruh kami untuk melanjutkan sekolah dulu.
Akhirnya, dalam waktu yang sangat singkat (sekitar 2 minggu), arah hidup kami berubah drastis. Istri daftar S2 IKM UI dan saya daftar PPDS Radiologi UI. Akhir Februari kami bergegas berangkat ke Jakarta, karena saya belum TOEFL di LIA Pramuka atau LBI UI Jakarta untuk melengkapai persyaratan Radiologi. Saya tergopoh-gopoh mempersiapkan persyaratan Radiologi yang cukup banyak dalam waktu yang singkat, karena pertengahan Maret pendaftaran sudah ditutup. Kalau mau liat apa saja requirement PPDS Radiologi UI, boleh lihat di gambar ini:
Tumblr media
Apa saja proses yang saya hadapi dalam seleksi PPDS Radiologi ini?
Simak (Seleksi Masuk) UI di awal April (apa saja konten Simak dan tips menghadapinya saya jelaskan di bawah) di Depok.
Dua atau tiga hari setelelah Simak, Psikotest dan MMPI di Gedung IMERI RSCM-FKUI.
Pekan depannya, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik oleh penyakit dalam di RSCM.
Setelah itu, Radiologi mensyaratkan tes Bahasa Inggris lagi di LBI UI.
Pekan depannya lagi, pemeriksaan kesehatan Mata di RSCM Kirana.
Beberapa hari setelahnya, ujian jurnal Bahasa Inggris Radiologi.
Besoknya,  tes tulis pilihan ganda dan true false tentang Radiologi dilanjutkan ujian baca rontgen.
Dua minggu kemudian, wawancara dengan konsulen Radiologi dan Psikiatri. Di Radiologi, semua calon PPDS dipanggil wawancara.
Di tengah proses di atas, istri saya sudah pengumuman (2 Mei 2017), karena S2 hanya ujian Simak, tidak ada proses lain serumit PPDS, dan alhamdulillah istri saya lulus. Pengumuman seleksi PPDS dijadwalkan 21 Juni. Dan selama itulah saya deg-degan menanti pengumuman yang akan menentukan arah hidup saya kelak. Yak, sampailah ke saat-saat yang ditunggu, 21 Juni, dan hasilnya adalah
Tumblr media
Pilu rasanya. Mau nangis, tapi ga bisa. Hal yang diharap-harapkan selama ini, gagal. Satu hal yang menguatkan namun banyak orang yang mengingatkan akan hal ini, “Mungkin Allah berkehendak lain, ada hal lebih baik yang sedang dipersiapkan untuk Hamda”.
Sekitar 3 minggu, saya mencoba menjalani kehidupan sebiasa mungkin (lebaran, silaturahim dengan keluarga serta karib kerabat, lanjut kerja, ngaji, dll) agar rasa sedih terobati. Ketika rasanya sudah kuat untuk bangkit kembali, saya bangkit dengan kebingungan, “Apa yang akan saya lakukan setelah ini di Jakarta?”. Opsinya:
Langsung daftar lagi Radiologi UI di periode berikutnya (setahun ada dua kali pendaftaran, per enam bulan). Tapi, jika opsi ini saya tempuh, ada hal lebih yang harus saya lakukan untuk menambah alasan Radiologi UI menerima saya. Sejauh saya mengevaluasi proses seleksi sebelumnya, mungkin saya kurang di: a. Ujian-ujian yang saya hadapi secara nilai (entah di Simak atau tes tulis Radiologi), b. Berkas (sepertinya yang cukup signfikan adalah rekomendasi balik dari daerah, sebelumnya saya cuma menyantumkan rekomendasi dari Kang Donny yang bukan lulusan UI dan juga bukan Radiolog senior Sumatra Barat yang menjadi target tempat kembali saya), c. Wawancara (terlalu banyak pertanyaan yang saya jawab dengan polos dan pertanyaan yang cuma butuh jawaban A namun saya jawab dengan A B C D hingga membuat saya berada dalam keadaan yang makin sulit ~ gali lobang sendiri).
Daftar Radiologi, tapi tidak langsung di periode berikutnya. Agar dapat mempersiapkan kekurangan-kekurangan di atas dengan lebih baik. Tapi, konsekuensinya, lama dan potensi LDR saya dengan istri akan semakin besar.
Saya merasa, opsi 1 dan 2 akan berani saya tempuh jika saya dapat rekomendasi daerah yang menguatkan dan berkesempatan magang langsung dengan konsulen Radiologi UI. Jika, hal itu tidak memungkinkan (tidak kunjung terlihat hilalnya) dan saya harus mendaftar PPDS segera demi mengurangi lama dan potensi LDR, terpaksa saya harus banting stir ke bidang spesialisasi lain.
Sudahi saja cita-cita mendaftar PPDS dalam waktu 1,5 - 2 tahun ini. Lanjut bekerja sebagai dokter umum di Jakarta. Istri lulus pulang ke Padang bikin klinik khitan disana (kembali kepada rencana awal). Beberapa tahun kemudian, liat situasi. Jika masih memungkinkan PPDS coba daftar lagi entah daftar apa dan dimana. Atau jika dirasa tidak perlu lagi PPDS, sepertinya menjadi dokter umum saja tidak terlalu buruk. Toh rezeki tidak mesti dijemput sebagai spesialis.
Di tengah-tengah kebingungan tersebut, saya mengubungi salah seorang kakak kelas di Unpad, angkatan 2001. Beliau perempuan, saya kenal baik dengan suaminya. Namanya Uni Rini, Beliau SpAn staf Departemen Anestesi di FK Universitas Andalas. Saya bertanya, “Ni, Hamda bingung, setelah gagal Radiologi kemarin, baiknya gimana ya Ni?”. Uni itu menjawab, “Udah Hamda, daftar Anestesi aja, Sumatra Barat masih butuh banyak, nanti coba aja dulu ketemu sama Kadept. Anestesi sini, beliau welcome banget orangnya. Beliau S1 dan PPDS Anestesinya di UI, mana tau bisa kasih tips yang lebih jitu buat nanti persiapan daftar”. Saya pun berpikir, “Betul juga ya, Anestesi. Kenapa selama ini tidak terpikir? Banyak tindakan, menantang, gue banget. Sekolahnya tidak selama Bedah. Di Padang belum ada PPDS nya (automatically, kebutuhan terhadap SpAn di Sumatra Barat masih cukup tinggi)". Dan setelah bertanya-tanya dengan senior yang sudah menempuh PPDS Anestesi di UI, sekolah PPDS disana generally recommended. It means, bukan santai ya, capek banget malah, tapi capek yang rasional karena pendidikan dan pelayanan bukan bully. Bully dalam bentuk apapun terlarang, apalagi bully uang. Ga ada biaya-biaya siluman. Yang ada malahan junior ditraktir senior. Bahkan anestesi termasuk yang paling bisa berpenghasilan dibanding banyak PPDS lain di UI. Kekhawatiran terhadap finansial lumayan terobati. Lalu, saya coba tengok-tengok requirement apa saja yang dibutuhkan untuk daftar Anestesi UI:
Tumblr media
Menurut saya, persyaratannya lebih simpel daripada Radiologi. Saya berpikir, “Sepertinya feasible untuk saya langsung daftar lagi”. Namun, saya tidak mau hanya mempersiapkan yang tertulis saja.
Saya awali perjuangan dengan pulang ke Padang menemui Kadept. Anestesi yang disarankan Uni Rini. Betul, beliau welcome sekali. Menyemangati saya untuk sekolah lagi. Beliau malah menyarankan, “Nanti magang dulu ya di RSUP M DJamil, ga perlu lama-lama, sekitar seminggu juga cukup, yang penting nanti kamu pas ditanya udah pernah magang atau belum, kamu bisa jawab sudah pernah. Dan selama magang usahakan kenal dengan konsulen-konsulen sini, karena setiap wawancara suka ada yang datang ke UI. Nanti kalo wawancara, hadapi dengan tenang, jangan grogi, tunjukkan kita yakin dan layak untuk diterima oleh mereka”. Surat keterangan magang aman, support moril dari senior Anestesi juga ada, alhamdulillah.
Sembari magang, saya juga coba kontak seorang Spesialis Patologi Anatomi di di salah satu RSUD di Sumatra Barat, Uni Sisil namanya yang kebetulan beliau adalah orang sekampung saya dan kenal baik sejak saya kecil. Beliau nanya, “Hamda mau balik ke daerah? Kalo mau, insyaAllah rekomendasi RSUD aman, nanti Uni coba hubungi Direktur, karena kita masih butuh Anestesi”. Besoknya saya izin ga dateng magang, meluncur ke RSUD bertemu Direktur dengan ditemani Uni Sisil. Direktur acc, alhamdulillah. Sewaktu mengurus surat rekomendasi, ternyata dokter di bagian struktural yang bantuin bikin surat juga orang sekampung yang masih ada hubungan keluarga. Hitungan jam, surat rekomendasi RSUD jadi.
Sekitar 10 hari di Padang, alhamdulillah dua ceklis kelengkapan berkas berhasil didapat (surat keterangan magang dan rekomendasi daerah). Tinggal menambah pengalaman pelatihan. Karena ACLS sudah, saya merasa yang urgen untuk saya ikuti segera adalah ATLS dan PTC (katanya ini highly recommended untuk yang mau daftar Anestesi UI). Dan alhamdulillah dua-duanya bisa saya ikuti dengan timeline yang pas dengan seleksi Simak dan Departemen Anestesi UI. Sejauh saya menempuh proses untuk Anestesi ini, saya merasakan banyak kemudahan yang tidak disangka-sangka. Saya merasa, segala faktor X yang dapat mepengaruhi hasil, sudah diperjuangkan dengan sebaik-baiknya. Sisanya, tinggal berjuang dengan kemampuan terbaik di seleksi nanti.
Secara garis besar, proses yang dihadapi di Anestesi hampir mirip dengan Radiologi. Namun, menurut saya di Anestesi lebih simpel. Diawali dengan regisrasi online di penerimaan.ui.ac.id hingga tengah September, lalu dilanjutkan:
Beda dengan seleksi sebelumnya yang diawali Simak UI, kali ini ujian pertamanya adalah MMPI dan Psikotest, seminggu setelah penutupan pendaftaran online. MMPI dan Psikotest sangat besar pengaruhnya terhadap hasil ujian, karena Departemen yang bersangkutan dapat menilai dari hasil MMPI dan Psikotest apakah calon PPDS tsb tepat untuk Departemen mereka atau tidak. Saran saya, pada ujian ini, jadilah waras (agar tidak jelek MMPI nya) tapi jangan merekayasa. Karena, jika direkayasa, akan ketahuan bahwa itu adalah false. Di UI, alhamdulillah ada remedial ujian MMPI (tapi psikotest tidak). Jika di remedial masih false, maka itulah hasil akhirnya. Fyi, di radio saya tidak remed, pas seleksi anes malah remed karena sempet nyoba bikin hasil MMPI seakan-akan bagus semua, wkwk.
Beberapa hari setelah MMPI dan Psikotest, waktunya untuk Pemeriksaan Kesehatan, hanya laboratorium, rontgen, dan pemeriksaan dari Penyakit Dalam. Tidak serumit Radiologi, ada pemeriksaan kesehatan mata yang bisa memakan waktu seharian.
Secara mendadak saya dan teman-teman calon PPDS Anestesi diberi tahu bahwa ujian tulis diadakan awal Oktober. Timeline seleksi kali ini sangat membingungkan karena berbeda dengan sebelumnya. Udah disaranin oleh senior-senior untuk baca Buku Ajar Anestesi UI. Al hasil baru namatin setengah udah ujian tulis. Yasudahlah, saya kaget, semua kaget, semua juga merasa kurang persiapan, manfaatkan momentumnya. Asik. Jaman saya, ujian tulis terdiri dari 50 soal pilihan ganda, Bahasa Inggris.
Pertengahan November, Simak UI di Depok. Mekanismenya persis dengan yang sebelumnya. Saran saya, di Simak UI, kalo ga yakin bisa dateng jam stgh 7 pagi disana, lebih baik menginap di sekitaran UI Depok. Jika akan menginap di Makara UI, usahakan booking H-1 bulan. Simak UI terdiri dari dua bagian, yaitu: - TPA (Tes Potensi Akademik). TPA terdiri dari tiga bagian: a. Verbal (40 soal, 30 menit), b. Matematika (35 soal, 50 menit), c. Logika (25 soal, 40 menit). Ada alokasi waktu khusus di per bagian soal TPA nya. Misal, lagi di Verbal, ya cuma boleh kerjain verbal aja, ga boleh kerjain Matematika, jika ketahuan ya pelanggaran. Hati-hati dengan TPA karena ada sistem +4 -1. Belajarlah dengan baik dari soal-soal bimbel masuk UI yang banyak merk-nya ~ tidak saya sebut satu per satu merk nya apa (entah kalian langsung les disana atau minjem soal dari mereka yang les, secara saya anaknya pelit, saya sih pinjem soal temen yang udah keterima PPDS aja, wkwk). Jangan bahas soal Bappenas, tingkat kesulitan Simak UI jauh melebihi itu, ntar bakal kaget kalo cuma bahas soal Bappenas aja. Jika latihan soal, maka usahakan bisa mengerjakan dengan cepat, jangan sekedar bisa. Karena ujian Simak itu disettingnya sulit tapi waktunya singkat. Jika stuck satu soal, lebih baik loncat ke soal lain. Jangan kaku harus mulai dari nomer awal, terkadang soal-soal nomor akhir lebih mudah. Jadi, lebih baik skimming soal dulu baru ngerjain. - Bahasa Inggris: Structure (40 soal) dan Reading (50 soal) dalam 90 menit. Bagi saya, pitfalls di Bahasa Inggris adalah structure, seakan-akan bisa, lalu mikir lama, padahal belum tentu bener. Reading Simak UI emang panjang banget, tapi jika bisa memahami dengan baik, jawabannya lebih besar kemungkinan benarnya daripada structure. Ini saya loh ya, yang kemampuan bahasa inggrisnya pas-pasan. Pelajaran penting dari pengalaman saya. Simak pertama (sewaktu Radiologi), di ruangan saya tidak ada jam dinding. Dan itu sangat menyulitkan, karena kita tidak boleh pakai jam tangan. Sulit untuk estimasi waktu dan mengatur kecepatan pengerjaan soal. Di ujian kedua (sewaktu anestesi), saya mensurvey terlebih dahulu ruangan, memastikan ada jam dan berjalan dengan baik. Alhamdulillah ada. Jika tidak ada, saya berniat bawa jam dinding sendiri dan mengajukan kepada penguji untuk dipasang ke depan kelas. I think it’s fine, karena ujian itu harus adil. Ruangan lain ada jam dinding, kenapa ruangan kita tidak boleh ada? Right?
Wawancara. Untuk Departemen Anestesi, wawancara merupakan proses penyaringan dari proses-proses sebelumnya. Sekitar 2 atau 3 hari setelah Simak, kami diberitahu Sekretariat Anestesi apakah kami lolos untuk mengikuti wawancara atau tidak, Alhamdulillah saya lolos untuk mengikuti wawancara. Jangan lupa, sebelum wawancara (semua rangkaian ujian sih kalo bisa, hehe), minta doa orang tua, istri/suami, orang-orang shalih dan sahabat terbaik, kita tidak tahu doa-doa mana yang akan memudahkan kita dan diijabah oleh Allah. Beberapa saat akan wawancara, tangan kami diperiksa oleh PPDS Anestesi apakah ada bekas luka atau tidak karena Departemen Anestesi sangat mengantisipasi penggunaan obat-obatan terlarang. Setelahnya, kami menunggu giliran untuk diwawancara. Sampailah pada saat nama saya dipanggil dan benar ternyata saat itu ada konsulen tamu dari FK Universitas Andalas. I don’t know if it helps or not karena beliau hanya menjadi observer saat wawancara. But for me, kehadiran beliau cukup menghadirkan rasa nyaman dan percaya diri. Saya tidak akan membahas secara detil isi percakapan wawancara (kalau kepo banget dengan detil, japri aja ya, hehe). Secara garis besar, wawancara bertujuan untuk mengenal si calon PPDS apakah mereka tepat untuk bergabung atau tidak. Jadi,akan sangat mungkin ditanyakan: Kenapa pilih Anestesi? Bagaimana kesiapan finansial? Bagaimana rencana setelah lulus nanti? Persiapan apa saja yang sudah dilakukan? Atau bahkan hal-hal yang sifatnya personal untuk mengonfirmasi informasi-informasi yang sudah mereka dapat dari berkas-berkas atau mmpi dan psikotest. Saran saya, jawablah dengan jujur, terus terang, apa adanya. Tapi jangan polos, jangan gali lubang sendiri dengan jawaban yang berbunga-bunga! Berikan jawaban lugas yang menguatkan namun rasional dan tidak muluk-muluk. Percaya diri, hindari sebisa mungkin rasa grogi, tunjukkan rasa yakin, namun tetap rendah hati. Attitude is number one!
Overall, saya merasa persiapan Anestesi (meski secara waktu persiapan tidak jauh beda dengan Radiologi bahkan turnovernya lebih cepat) lebih matang daripada Radiologi. Istikharah sudah dilalui, usaha-usaha sudah dilakukan, sekarang waktunya untuk bertarung dengan calon PPDS lain melalui kiriman-kiriman doa ke langit. Jangan berjuang sendiri, as I said before, minta doa dari orang-orang shalih yang banyak (orang tua, istri/suami, sahabat, karib kerabat).  Setelahnya, waktunya berserah diri kepada Yang Maha Berkehendak. Jika berada dalam kondisi seperti ini, teringat akan perkataan salah seorang kakak terbaik, “Fight like a winner and feel nothing to lose”. Sampailah pada Senin, 11 Desember 2017
Tumblr media
Hasil yang mengharu-biru, sontak menggerakkan tubuh untuk bersujud mengucap syukur. Ternyata, inilah kehendak Allah yang dulu tak disangka dan kini menjadi kenyataan. That’s the journey that I’ve been going through in the last few years. Semoga mampu menghadirkan hikmah dan manfaat bagi kengkawan semua. 2 hari lagi, waktunya bagi saya untuk menjajaki kehidupan baru di FKUI-RSCM in full version. Doakan, saya kuat menapaki awal yang menantang ini dan menyelesaikannya hingga akhir untuk menapaki awal fase lain setelahnya :)
49 notes · View notes