selalulah ambil setiap hal yang baik meskipun hanya setitik debu, karna itu salah satu cara kita beriman kepada -Nya. Mencari Hikmah. Bahwa setiap yang Dia Kehendaki pasti tersebar banyak hikmah didalamnya. Temukan!
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
"Doa itu ibadah,
maka dikabulkan atau tidak, ditunda atau disegerakan, tetap dapat pahala. Maka, jangan tergesa-gesa dalam berdoa dan berharap segera dikabulkan. Dikhawatirkan kita akan berhenti berdoa ketika doa kita tidak disegerakan."
(Faidah Ustadz Abu Muhammadain Mulyadi hafizhahullahu ta'ala | Kajian Kitab Riyadhus Shalihin)
87 notes
·
View notes
Text
Aku
Aku kira hujan akan datang, maka aku berpayung menyambutnya. Menyambut untaian rintik, yang telah lama kunanti bersama doa-doaku yang panjang.
Namun aku keliru. Rupanya hanya awan saja yang kelabu, lantas pergi dan berlalu, bersama payungku yang terhuyung-huyung dibawa angin.
Maka diwaktu yang lain, aku putuskan tuk berubah jadi hujan, sebab aku ingin disambut. Ingin sekali. Tapi yang kukira menyambut, justru nyenyak terlelap. Sementara aku, yang jadi titik air berjatuhan, ditatap bulan penuh kasihan.
Hei. Aku tak menyerah.
Esok lusa, aku menyamar. Pura-puranya aku menjadi payung. Biar terancam dibawa angin, tersesat hingga entah kemana, tapi tak apa, asal pernah dianggap ada.
Tapi sayang, kini hujan yang tiada, terik pun entah kemana.
Hei. Hei. Hei. Aku tak bersedih. Dan tak akan bersedih.
Ada memang sebagian hati yang cedera. Tapi itu sedikit. Karena sebagian besar dari keseluruhan hatiku berkata begini, “Amboi, beruntung sekali kita. Beruntung sekali dapat waktu tuk jadi tahu, bahwa mengusahakan yang kita cita-citakan itu semenyenangkan ini. Bahwa punya gairah untuk mencapai yang kita harapkan itu seasyik ini. Tak bisa begini, kita berpikir tuk begitu. Tak tercapai dengan cara ini, kita bersungguh dengan cara itu. Terjatuh terserak, kita bangkit dan segera menghapus luka-luka. Seakan luka itu kecil saja. Sebab kita tersulut oleh rasa bahagia, oleh rasa tangis yang mengharu biru, jika nanti apa yang kita cita, benar-benar jadi nyata.”
Maka kemudian aku tersenyum mendapati kata hatiku sendiri. Lelah-lelah bukan jadi tiada, tapi memudar dengan lekas. Dan aku sibuk dalam renungan yang panjang, mengusahakan lagi yang terbaik, yang ianya aku titipkan bersama pintaku kepada Tuhan.
Achmad Lutfi
Wolfsburg, 28.06.2015
150 notes
·
View notes
Text
Butuh Untuk Taat
Seberapa penting orang baik berada di lingkungan orang-orang yang belum baik?
Terkisah ada seorang supir muda yang shalih dan taat beribadah. Sayangnya pendidikannya tidak tinggi dan pengalaman kerjanya juga minim. Namun ia seorang jujur dan siap bekerja. Takdir mempertemukannya dengan seorang direktur di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Pekerjaannya yang melekat dengan sang direktur mempunyai hikmah tersendiri. Dia selalu shalat tepat waktu, namun direkturnya yang muslim tersebut kadang shalat kadang tidak. Suatu hari, dia menemani direktur menemui klien di sebuah hotel. sang direktur berpesan: “Kamu tunggu di lobi. kalau engkau mau shalat, minta izin dulu ya. Walau saya dalam pekerjaan apapun telpon saja. bila saya tidak menjawab telponmu, kirimkan pesan wa. bila lima menit saya tidak menjawab pesanmu maka kamu susul aku dulu dan katakan kepada pihak hotel ingin bertemu aku untuk urusan penting.” Pertemuan berlalu sampai tiga jam. Dari waktu Ashar hingga mendekati maghrib. Saat maghrib telah tiba sesuai saran dari sang direktur supirpun menelpon untuk minta izin shalat. telpon pertama di angkat, dia pun shalat maghrib seperti biasanya. Waktu berlalu hingga isya, dia pun kembali menelpon. Kali ini telponnya tidak di angkat. Lalu dia mengirimkan pesan namun tidak dijawab. Lima menit tanpa jawaban dia pun masuk dan meminta izin pihak hotel untuk diantar keruang pertemuan. Oleh pihak hotel, dia diantarkan ke ruang pertemuan hingga ke pintu. Ruang pintu ruang pertemuan tersebut. Di ketuk dan dibukakanlah pintu oleh seorang wanita cantik dan direktur tersebut di dalam kamar dalam kondisi hampir mabuk. Sang supir memberanikan diri bicara, meminta izin untuk shalat. “Shalat di sini saja!” perintah sang direktur. “Pertemuan sudah selesai. Aku mau ke kamar mandi dan tolong kamu antar aku kembali kerumah.” Walau canggung, sang supir muda itu menurut perintah direktur itu dan shalat dalam ruang pertemuan yang sejatinya kamar president suite tersebut. Selesai shalat dia menemukan bosnya sudah merapikan bajunya sedangkan wanita cantik itu duduk di sofa kamar tanpa banyak bicara. “Ayoo pulang.” perintah sang direktur. Si supir ikut dengan patuh walau banyak pertanyaan bermain di dalam kepalanya, soal keberadaan sang perempuan dan hal aneh lainnya. Di perjalanan, sang direktur pun bertanya, “Kamu tahu kenapa aku memintamu meminta izin kepadaku ketika ingin shalat?” “Tidak pak.” jawabnya singkat. sudah jadi prosedur kerja sang sopir agar tidak banyak bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sambil mendesah direktur berkata, “Hari ini ada deal penting dengan pemasok luar negeri soal bahan baku proyek yang sedang kita kerjakan. keputusannya ada padaku. bila aku katakan ya, maka mereka akan mendapatkan kontrak senilai 5 juta dollar. sekitar 75 milyar. tapi bila aku katakan tidak dan meminta penawaran lebih murah lagi maka aku bisa menghemat dana perusahaan sebesar 30 persen dari jumlah 75 milyar itu karena ada penawaran lain yang masuk dan lebih menguntungkan.tinggal dia mau menurunkan harga atau aku mengambil dari pemasok kompetitornya” “Masalahnya adalah si pemasok itu tahu bahwa aku mempunyai hubungan dengan perempuan muda yang engkau lihat di dalam kamar. dia adalah hadiah dari sang vendor di project sebelumnya. perempuan itu sangat pintar dan berbakat dalam memikat lelaki. khususnya aku. di project sebelumnya aku akhirnya menandatangani penawaran si vendor karena perempuan itu.” “Lebih dua jam dia berusaha melakukan hal segala cara yang sama seperti dua tahun lalu agar aku menandatangi kesepakatan harga. ketika aku hampir tergoda, telpon kamu masuk, meminta izin untuk shalat Maghrib. telponmu menyelamatkan aku untuk sementara waktu.” “Mendekati Isya penawaran semakin ketat. perempuan itu hampir mampu menguasai keadaan. dia memang telah menurunkan harga hingga 20 persen dan aku hampir menandatangani kesepakatan dengan imbalan dia. namun kembali kamu menelpon dan kemudian meminta izin langsung. aku kembali tersadar dan kembali pada tawaran akhir. aku berhasil mendapatkan harga 30 persen lebih murah dan rayuan perempuan dapat kutepis.” “Kamu tahu kenapa rayuan perempuan itu dapat kutepis?” tanya sang direktur. “Tidak pak.” “Aku bukan lelaki taat sepertimu. Shalatpun kadang kala aku tinggalkan. Tapi aku malu melakukan perbuatan maksiat di saat orang baik sepertimu malah meminta izinku untuk shalat. Ketahuilah, ketaatanmu tidak hanya bernilai bagimu, tapi dapat memberikan kebaikan bagi orang di sekitarmu. Setidaknya menumbuhkan rasa malu bagiku untuk berusaha tidak bertindak buruk saat berada di dekatmu.”
—
Tulisan ust. Rahmat Idris di atas kembali mengingatkan saya,
Pernahkah menemui seseorang yang kita kenal dengan sangat, sampai-sampai ia ceritakan hampir semua permasalahan hidupnya pada kita. Dia tetap cerita walaupun tahu akan mendapatkan jawaban seperti apa, dia tetap cerita walau tahu bahwa kita akan mengomelinya tanpa henti tentang keputusannya yang jelas-jelas tidak sesuai syariat itu. Dia tetap cerita, mempercayakan semuanya pada kita, tidak pada yang lain yang lebih berpeluang untuk mendukung keputusannya.
mungkin, bukan hanya kita yang butuh akan ketaatan kita pada Nya, ada orang-orang di sekitar kita yang juga turut merasakan dan butuh akan taatnya kita pada Nya.
347 notes
·
View notes
Text
Ya Allah, dalam antrian ku menunggu tiket pulang, biarkan aku ya Allah untuk menunggu di tempat-tempat terbaik, bersama orang-orang baik, membuat kisah terbaik dengan ridha Mu, agar saatnya aku dapatkan tiket pulang itu, aku dapat pulang dengan senyuman menenangkan, sampai pada tujuan yang diidam-idamkan, sampai pada surga Mu yang kekal lagi membahagiakan.
Bandung, 20 Januari 2019
Sebab aku tidak tahu, kapan waktunya aku berpulang. Namun sebagai manusia yang terlalu banyak khilaf, terlalu sering lupa, terlalu banyak berbuat dosa, ada sekuncup harap yang tak pernah luput terucap dalam rapalan doa yang terpanjat, matikan aku dalam keadaan husnul khotimah.
422 notes
·
View notes
Text
Kalau kita diminta bersabar menunggu sesuatu, dan ternyata ketika tiba diujungnya ternyata sesuatu itu gagal kita miliki, maka sebenarnya, kita sudah sukses. Kita sudah sukses bersabar. Itulah hakikat bersabar. Tidak ada korelasi dengan jadi atau tidak jadinya kita memiliki sesuatu.
Darwis Tere Liye
112 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/3dfb9c6b7830e3563d20e1f09fb22c07/f86483cc014085eb-68/s540x810/dccd654999104141a09876b8023a36707861b291.jpg)
Everyone need to read Quran everyday, even just a little.
775 notes
·
View notes
Text
Berteman dengan ‘Insecurities’
Merasa insecure (meragukan diri sendiri) itu kadang-kadang perlu juga. Dengan takaran yang pas, insecurity malah bisa berguna. Seperti kata dr. Gerald Stein di blognya:
“How can something bad be something good? The answer: in moderate doses. We all benefit from a bit of insecurity.”
Insecure adalah salah satu wajah dari rasa takut. Sementara rasa takut punya manfaat dan tujuan: memberi sinyal agar kita meningkatkan keamanan. Memberi tahu bahwa kita mesti berhati-hati.
Lawan insecure itu overconfident, yang mana ngga sehat juga. Titik moderatnya bisa tercapai kalau kita tambahkan sejumput insecurity dalam mangkuk percaya diri kita.
Jadi, alih-alih mengutuki diri sendiri karena terus menerus merasa insecure, coba kurangi dosisnya sedikit lalu lihat itu sebagai sesuatu yang berguna. Jadikan itu alat untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. Jadikan itu sebagai dorongan untuk maju.
Beberapa kegunaan perasaan insecure:
1. Membuat kita lebih realistis. Karena insecurity membuat kita mampu melihat risiko dan ancaman. Kita pun jadi bisa lebih awal mengantisipasinya.
2. Memudahkan untuk berempati dan rendah hati. Pada kadar yang moderat, insecurity membuat kita sadar bahwa diri kita “bukan siapa-siapa”. Gunanya, kita jadi ngga meninggikan diri di depan orang lain.
Kita pun bisa lebih jernih melihat ketidaksempurnaan manusia, yang dengannya kita jadi lebih mudah berempati pada orang lain. Tidak mudah menghakimi, toh kita semua tidak ada yang sempurna.
3. Mendorong kita agar terus belajar. Kalau kata Steve Jobs, stay foolish, stay hungry. Karena dengan menjadi bodoh, kita ngga akan berhenti belajar.
Intinya, insecurity membuat kita bertanya pada diri kita sendiri,
“Apakah ini hal terbaik yang bisa aku lakukan?”
“Apa yang harus aku perbaiki?”
“Apa yang harus aku lakukan kalau aku ngga berhasil?”
Insecurity itu semacam suara di kepala kita yang menjadi pemandu. Seringkali ia juga mengingatkan kita bahwa ada tujuan yang kita perjuangkan.
Sama seperti kesedihan yang harus diterima sebagai bagian dari hidup, sebagai emosi yang wajar dan justru berguna, demikian pula perasaan insecure. Menerima dan mengakuinya adalah bagian penting dari proses pengelolaan diri, proses belajar, proses bertumbuh.
991 notes
·
View notes
Text
Karena ketika kamu menulis sesuatu, ia membantumu untuk mengingat. Bahwa ada begitu banyak hal penting di dunia ini yang terlewat begitu saja dalam sekejap.
—ibnufir
187 notes
·
View notes
Text
Aku memilih diriku sendiri dan begitulah beberapa hubungan berakhir. Aku memilih Tuhanku, dan begitulah beberapa hubungan membaik.
Dalam episode sebelumnya:
Aku memilih semua orang, jadi aku kehilangan diriku sendiri.
— Giza. Mencari ridha manusia itu satu kebodohan otodidak yang kalo dipikir-pikir senggak guna itu untuk kehidupan akhirat
479 notes
·
View notes
Text
Memprasangkai Takdir
bismillaah,
Seseorang pernah menulis, “Sesuatu yang dicitakan harus diusahakan dan diperjuangkan dengan maksimal walaupun merupakan jenis takdir yang tidak dapat dirubah di lauhul mahfudz.” Pilihan itu melazimkan perjuangan, meski memperjuangkan itu sendiri juga adalah pilihan :”).
…
Kita tentu sudah mengetahuinya bahwa apa yang telah-sedang-dan akan terjadi pada hidup kita, semuanya sudah tercatat rapih di lembaran Lauhul Mahfudz. Dinamakan “Mahfudz” karena dianya terjaga dan terpelihara dari perubahan, kata Ustadz
Lalu untuk apa kita letih-letih berusaha, berikhtiar sepenuh hati, jika toh hasil akhirnya sudah diketahui dan tidak bisa diubah? Bagaimana jika ternyata hasil akhirnya tidak sesuai dengan ingin kita, tidak sesuai dengan apa yang telah kita ikhtiarkan? tidakkah semua harap, usaha dan doa kita menjadi sia-sia?
Para sahabat pun juga tidak terlepas dari kegelisahan ini, ketika Rasulullaah SAW menyampaikan sabdanya tentang bahwasanya siapa saja yang kelak akan menjadi penduduk surga dan penduduk neraka sudah ditetapkan, bahkan jauh sebelum manusia itu dilahirkan di dunia.
Para sahabat gelisah, dan bertanya, “Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan.”
Ia bertanya, “Lalu apa gunanya beramal?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim, no. 2648)
Sekelas sahabat yang keimanan dan amal shalihnya paling top diantara ummat Rasulullah aja khawatir, ya, apalagi yang butir-butir debu kayak kita 😭
Jadi, untuk apa beramal kalau hasil akhirnya toh sudah diketahui?
Kita beramal, kata Ustadznya kemarin, untuk memprasangkabaik-i ucapan Rasulullaah di atas, bahwa “masing-masing akan dimudahkan untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya”.
Usaha yang kita lakukan, adalah bentuk dari prasangka baik kita, optimis kita, juga harap kita bahwa kita sedang berjalan menuju takdir yang in syaa Allaah telah Dia tetapkan untuk kita.
Ta-tapi bagaimana jika ternyata takdir Nya berkehendak lain? yaudaah tinggal nangis aja sampai lega 😭😭😭
Wa maa indallahi khair, in syaa Allaah. Setiap yang Allaah tetapkan, in syaa Allaah tersebar banyak hikmah di dalamnya. Ini kenapa senantiasa meluruskan niat, senantiasa dan terus menerus berdoa, berpasrah pada Nya menjadi kebutuhan utama kita sebagai hamba Nya. Karena kita benar-benar ga bisa apa-apa tanpa Nya, bahkan me- “it’s okay it's okay it's okay” diri sendiri aja juga ga akan bisa tanpa pertolongan dan rahmat dari Nya.
Bukan kita yang hebat, Allaah yang beri pertolongan dan mampukan.
48 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/b2371db4c0165381f9c7b69029ef516e/ce78d71331a6188e-39/s540x810/eab9210dba25ecc671e9081743669b6999618fb4.jpg)
Diantara banyak quote dan opini ngaco di internet, i can't disagree with this one
177 notes
·
View notes
Text
Puncak kemewahan itu ketika kamu merasa bahwa membagikannya di sosial media adalah suatu kesia-siaan.
—Taufik Aulia
463 notes
·
View notes
Text
“Sesuatu yang dicitakan harus diusahakan dan diperjuangkan dengan maksimal walaupun merupakan jenis takdir yang tidak dapat dirubah di lauhul mahfudz.”
—
Pilihan itu melazimkan perjuangan, meski memperjuangkan itu sendiri juga adalah pilihan :”).
@ Naufal el Ghiyats
44 notes
·
View notes
Text
“Kamu tahu bagian romantis dari hubungan hamba dengan Rabbnya? Ialah saat hamba berdoa, berikhtiar, lalu berserah diri sepenuhnya kepada Allah, menerima apapun yang menjadi takdir baginya, karena si hamba tahu, bahwa Allah lebih tahu tentang dirinya, sifatnya, karakternya, kebutuhannya, kesukaannya, ketidaksukaannya, kekuatannya, kelemahannya, masa lalunya, masa depannya, urusan-urusannya, isi kepalanya, dan isi hatinya, daripada dirinya sendiri.”
— Inilah sebenar-benar #RelationshipGoal
940 notes
·
View notes
Text
“Kebahagiaan ibarat intan berlian. Sesulit apapun jalannya, sejauh apapun tempat persembunyiannya, kebanyakan orang akan tetap berjuang untuk mencarinya. Bersyukurlah bagi mereka yang bisa menemukannya di dalam diri mereka sendiri”
—
130 notes
·
View notes
Text
“Bukan karena kitanya belum siap atau belum mampu atau yang serupanya. Yaa karena Allaah Ta'aala belum menakdirkannya untuk kita saja :)”
—
sudah setop sampai disini, ga usah dilanjuti dengan tapi atau kalimat pertanyaan pengeyelan lainnya.
Ingat! Allaah, Tuhan kita yang Maha Baik dan Penguasa Alam semesta dan seisinya itu tidak akan ditanyai tentang apa-apa yang sudah Ia perbuat.
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai” (Al Anbiya’: 23)
Dan ingat juga dear, Allaah, Tuhan kita yang Maha Pemurah dan Maha Berkehendak itu sungguh-sungguh sangat malu jika mendapati seorang hamba yang telah berdoa, percaya dan berprasangka baik pada Nya, pulang kembali (setelah berdoanya) dengan tangan kosong :))).
wa maa indallaahi khayr :)
168 notes
·
View notes