#Kuliah di London
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cara Terbaik Membalas Jasa Guru
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh dr. Detty.. apa kabar dok? semoga dalam keadaan sehat dokter & keluarga🙏🏻
Terima kasih banyak inspirasi dokter selama ini, terutama percakapan dengan dokter di Melbourne saat 2019. Mungkin dokter lupa namun bagi saya sangat berkesan, sebagai murid yang saat itu sedang exchange namun berkesempatan berdialog bahkan jalan-jalan dengan dokter Detty.. belajar banyaak hal saat itu.
Saya hendak memberi kabar baik dokter, insyaAllah saya akan melanjutkan studi S2. Alhamdulillah saat ini sudah diterima di Harvard Medical School dengan beasiswa LPDP. Mohon doa restu dan nasehat dokter..
Setelah beberapa hari lalu mendapat letter of acceptance dari Harvard, aku mengabari beberapa guru dan dosen. Salah satu dosenku yang kuhubungi adalah dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, PhD, SpOG(K).
Beberapa jam kemudian, ada pesan masuk.
Ternyata beliau sedang berada di tanah para Nabi, bumi yang diberkahi Allah. Tanah Syams: Palestina.
“MasyaAllah Tabarakallah. Saya merinding membacanya. Doa terbaik saya untuk dr. Habibah dari tanah para nabi yg diberkahi Allah, Palestina”
Beliau kemudian menambahkan:
Aku yang jadi merinding.
Kilas balik ke 2019 ketika dirizqikan berjumpa beliau di Melbourne tanpa sengaja. Allah memang pembuat skenario terbaik. Saat jauh di negeri seberang justru bisa bertemu secara eksklusif, karena di kampus kami terpisah oleh kesibukan. Hanya dapat mengagumi Director of Cochrane Indonesia ini di kelas, saat lecture-lecture beliau.
"Dulu saya bela-belain menjadi asisten dosen untuk 3 departemen, demi menghidupi diri saat kuliah."
Sore itu, sambil menysuri St. Hilda Beach diiringi angin kencang, Allah mengajarkanku tentang kegigihan.
Kegigihan dr. Detty meniti pendidikan. Dengan latar belakang keluarga beliau yang kurang mampu, dokter Obgyn ini harus berjuang dengan beasiswa sejak bangku sekolah.. hingga S3.
Jadi asdos satu departemen aja berat, ini tiga. Batinku.
Setelah lulus menjadi dokter, beliau mendapat beasiswa dari Dikti untuk studi S2 di Swedia. Maka setelah menyelesaikan program wajib kerja 5 tahun sebagai obsgyn, beliau berangkat. Ternyata, setelah lulus.. beliau ditawarkan melanjutkan S3 oleh pemerintah Swedia.
Wah semangat sekali ya beliau sekolah terus.. MasyaAllah..
Awalnya beliau enggan karena harus meninggalkan anak-anak di Indonesia untuk periode waktu yang panjang. Namun berbekal ridha suami, beliau akhirnya mengambil tawaran tersebut.
Suami saya justru yang memotivasi saya. Kata suami saya: kesempatan tidak datang dua kali.
Alhamdulillah selama perkuliahan beliau diizinkan untuk pulang ke Indonesia dan menemui keluarga. Tidak hanya sekali, dua kali: 4x! dan itu semua dibiayai.
Beliau tersenyum sambil berkata,
Mungkin jarang yaa saat itu, ada seorang wanita, berjilbab pula, yang mau sekolah jauh-jauh (di tempat yang musim dinginnya -44 derajat Celsius).
Maka saya disekolahkan, tanpa harus ada tanggung jawab moral dan syarat mengabdi ke pemerintahan Swedia. Alhamdulillah.
Ternyata dengan niat yang baik, Allah mudahkan beliau mengikuti banyak courses di kota lain di Eropa (Geneva, London, dll.) secara cuma-cuma, selama studi S3 tersebut.
Kami terus mengobrol bahkan ketika di atas tram (kereta listrik di Melbourne). Aku sungkan dan canggung. Maklum, ini kali pertama aku belajar networking. Hehe. Apalagi dengan prestasi dr. Detty yang luar biasa. Minder sekali.
Namun.. beliau adalah dokter yang keibuan, rendah hati dan bersahaja. Terbukti dari hangatnya beliau menyimak cerita-cerita recehku tentang exchange hehe..
Wah, alhamdulillah ya dek masih muda sudah bisa dapat banyak pengalaman di luar negeri. Saya jadi ingat, pertama kali saya berangkat ke luar negeri. Saat itu saya kuliah semester 3. Saya diminta mewakili Indonesia untuk konferensi di Bangkok. Saat berangkat di bandara Adisucipto, saya diiringi seakan saya hendak berangkat haji.
dr. Detty tertawa mengenang ramainya keluarga dan dosen (dosen-dosen legendarisnya FK UGM) yang melepas kepergian beliau saat itu ke bandara. Memang di era tersebut, masih sedikit sekali orang Indonesia yang dapat berangkat ke luar negeri. Apalagi dengan ekonomi keluarganya saat itu.
Pertemuan itu membekas sekali. Aku terharu, juga tertampar. Ya Allah, banyak hal yang perlu kusyukuri. Banyak privilege yang Allah berikan padaku. Hari itu aku membatin, ingin mensyukuri nikmat ini dengan terus menuntut ilmu. Dengan terus mencari ladang amal yang bermanfaat untuk ummat. Hari itu terbersit di hati (dari Allah): semoga bisa bersekolah lagi, jika memang studi tinggi dapat meluaskan kebermanfaatan diriku.
Beliau satu dari sekian banyak guru-guru yang berjasa dalam hidupku.
Seorang kakak dulu mengingatkanku: jasa guru dan dosen tidak akan dapat terbayar,
Maka cara terbaik membalas jasanya adalah dengan mengamalkan ilmu yang diberikannya. Cara terbaik membalas jasanya adalah dengan mendoakannya. Doa agar Allah melipatgandakan kebaikan untuknya dan keluarganya.
Maka jika sekarang aku berdiri di titik ini, tidak lain dan bukan adalah akumulasi dari jasa banyak sekali manusia. Hanya Allah-lah yang dapat membalas kebaikan mereka, keikhlasan mereka.
Selamat terus bertumbuh, merely standing on the shoulders of giants.
-h.a.
Saya tidak pintar, namun saya dibiasakan dan dimudahkan mengamalkan satu amalan ketika saya belajar. Dari kecil, saya selalu belajar dalam keadaan berwudhu.
-dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, PhD, SpOG(K)
Mohon doa untuk guru-guru kami..
47 notes
·
View notes
Text
Edinburgh dan Episode Menangisku
Hari ini aku ketemu sama salah satu kenalanku, beliau juga kuliah di Edinburgh, dulu sempat kenal waktu pelatihan di Solo tapi cuma sebatas tau aja.
Kita cerita banyak hal soal kehidupan kuliah kita selama kurang lebih dua bulan ini. Sharing struggle-nya, perjuangan sampai di titik ini.
Terus ada satu cerita buruk yang pernah mbaknya alami sebelum di Edinburgh dan aku ke trigger karena hampir sama dengan yang aku alami. Akhirnya aku cerita juga, dan aku nangis, because that’s one of the worst experience I have in my life. Yang menyisakan trauma dan perasaan negatif sampai sekarang sejak 4 tahun kejadian itu berlalu.
Sejak di Edinbrugh, aku emang lebih sering nangis, nangis yang sejadi-jadinya, di tengah malam, saat sendirian. Dan beberapa waktu lalu pun, flatemate aku, beliau PhD, orang London, cerita soal apa yang terjadi di kerluarganya, dan again, it triggered me as well. Alhasil, aku pun cerita karena barangkali bisa buat beliau merasa kalo beliau ga sendiri menghadapi hal buruk/berat itu.
Dan lagi, aku yang malah nangis, dan beliau yg menenagkan aku. Beliau bilang kalo apa yang aku alami adalah hal yang sangat berat, dan wajar kalau aku kadang merasa sesak dan nangis saat mengingatnya.
Soal keluarga ini adalah soal perasaan kehilangan. Meski sudah banyak tahun terlewati, beliau bilang bahwa, perasaan itu, that grief, will always be there in our heart. Akan selalu ada di hati kita, akan selalu berjalan beriringan dalam hidup kita. It takes time to get peace with it, untuk berdamai dengannya perlu banyak waktu.
Beliau psikolog that’s why, beliau bisa menjelaskan dan memberikan affirmasi + validasi atas apa yang aku rasakan terkait hal itu.
Sampai disini dulu, kita lanjut nanti, InsyaaAllah.
Edinburgh, 8 November 2024
3 notes
·
View notes
Text
Menulis
Waow sudah lama sekali saya nggak update karena kehidupan sangat dinamis.
Mau rekap dan bersyukur dulu saja kepada Allah SWT karena diberi kesibukan yang sungguh membuat pusing dan stres, tapi minimal jadi nggak galau apa itu makna kehidupan kalau lagi galau banget gini:
Weekend kemarin Sabtu nggak ngapa-ngapain beres kelas SMA16. Kayanya lanjut nonton apa ya? Lupa juga. Karaokean DAY6 apa yah. Terus jalan ke center sorean ba’da Ashar buat beli saos ABC, kelengkeng, ke Waterstones beli giftcard Kak Kaca, beli kopi dan sabun, dan ditutup dengan jajan YiFang.
Minggu setelah kelas 16 ada call sama angkatan GEA 11! Bahas UKT mahal banget, belajar banyak sih tentang… well, mostly pertanyaan yang keluar tapi betulan jadi banyak banget pertanyaan yang muncul (yang bisa dicari jawabannya) seperti:
kenapa kita ganti sistem jadi UKT dari yang dulu pas jaman kita kuliah uang pangkal aja di depan terus semesteran Rp 5 juta/semester
kenapa LPDP gaada buat S1, cuma buat S2 dan S3 doang
apakah sistem loan untuk kuliah seperti di UK dan US itu adalah yang paling bagus
gimana Jerman dan Perancis bisa ngegratisin SPP kuliah S1 atau minimal murah banget lah ya, jawabannya ternyata adalah tax money.
Kami semua (yang dateng 4-5 orang dari 87 orang, wow gaada 5% bahkan) gaada yang tahu jawabannya karena bukan expertise kita, but that’s what discussion are for kan. Tetap sangat senang karena sudah menyempatkan diri untuk hadir.
Di awal-awal sebelum mulai diskusi juga Adis sempat nanyain si Repsol udah produce natural hydrogen, jadi sempat membuatku baca lagi artikel-artikel natural hydrogen itu occurrence-nya gimana.
Habis dari diskusi, ke ulang tahun Kak Kaca, untungnya tetangga, masih sama-sama di Castle Mill kami. I had so much fun bertemu Rashid, Najlaa, makan nasi kuning juga. My heart was full lah pokoknya. Dari situ ke city, ketemu Deva bentar, terus lanjut jjs (jalan-jalan sore) ke Christchurch Meadow. Dilanjut ngopi (decaf) dan makan cake sambil baca di Endorphin. Ku tertarik banget sama koleksi-nya Endorphin kemarin baca salah satu bukunya studentnya Hawkings tapi sangat pusing dan gangerti akhirnya ku berhenti setelah chapter 1.Habis itu pulang! Di rumah dilanjut meeting prep untuk acara buka bersama nanti tanggal 23 Maret.
3. The whole week before: Jumat ke Royal Holloway! Sangat senang juga karena sangat produktif. Diskusi banyak sama Alex dan berhasil pinjam InfraRed Thermometer! Ku juga berhasil nge-vacuum seal 11 tubes, WHICH WERE A LOT, tapi karena skill-nya sudah ke-build dan confidence-nya juga sudah ada, itu semua selesai dalam 2 jam saja including packing.
4. Kamis di lab sampai malem karena nyiapin sampel: dari nyuci carius tubes, ngeringin tubes, masukin sample ke tubes, packing. Mayan efektif sih dan CAPEK.
5. Senin-Rabu lupa ngapain aja tapi kayanya nyiapin buat sealing di Jumat juga. Dan juga ngerjain manuscript gak ya(?) Lupa-lupa inget. Ku gak sabar menyelesaikan semua 24hour opening supaya bisa langsung fokus nulis ke manuscript ke 2.
Oh inget deng dikit! Senin-nya tuh aku mulai kerja baru sore karena paginya ngopi dulu sama Deva di Westgate wkwkw, terus dilanjut lunch makan Ji sama Mbak Shofi (dia mau apply PhD), Iris, dan Mbak Jessica. Seru banget ngobrolnya.
6. Minggu kemarinnya lagi: Sabtu ke London! Ulang tahunnya Shivanky. Kukasih dia hadiah giftcard Waterstones juga (wkwkw sangat tidak creative ya Noni ini). Ku beli di Waterstones yang depan Trafalgar Square. Ku senang banget ketemu sama teman-temannya Shiv (yang adalah super smart ambitious typical Oxford graduates lah ya) dan kami ngomongin banyak hal. We talked in Tate Modern, took some nice pictures over the Millenium Bridge, then lanjut makan Jollibee di Leicester Square. Itu Jollibee perdana aku HUHU SANGAT ENAK.
7. Hari Minggu-nya nggak ngapa-ngapain cuma siang getting susu di Sainsbury’s Jericho. Terus malamnya formal dinner KE-TIGA DI MINGGU ITU! Di Exeter sama Deva dan Aji. Sangat seru juga sih karena pertama kali mengajak Deva formal’s and we did talk about a lot of things.
8. Week yang sebelum itu ngapain yah. OH. LAGI DEMOTIVATED BANGET KERJA. Itu tuh habis dapet kiriman comments dari Alex dan tinggal kurapikan aja sebetulnya. Jumatnya ngerjain Lumex kayanya sama Joost, terus lanjut lunch Comptoir Libanais sama Bu Yani. Kamisnya, pagi, aku ke Nizami Ganjavi buat cari-cari buku belajar baca Korea, terus siangnya lanjut ke Westgate Library (LANJUT BELAJAR BAHASA KOREA), dan lanjut ngobrol di G&D depan Christchurch sama Hanif. Habis itu ada formal dinner Graduate High Table. Ku ga banyak ngobrol sama siapa-siapa, mostly Mas Felix aja di samping. Rabu di RUMAH SEHARIAN. Selasa WFH juga cuma sorean ke Lung Wah Cong beliin Deva kecap ABC dan ke Black Sheep. Senin juga WFH dan sorean ke Cohen Quad lanjut ke Exeter buat formal Subject Family Dinner. FIUH.
9. Weekend sebelumnya lagi: Sabtu jalan jauh ke Cowley setelah random di Westgate dan Sasi’s. Minggunya pengajian ku ngisi tausiyah tapi payah karena kurang prep but it is okay.
UDAH DEH. Balik lagi ke post terakhir yang gabisa kerja ituu. WOWWW. Itu literally di atas adalah rekapan selama 3 minggu. Sangat banyak hal yang terjadi sesungguhnya. AND I MET SO MANY PEOPLE??? Harus disyukuri dan SEMANGAT NONI sedikit lagi perjalanannya!!! Fighting!
19:27 04/03/2024 office room dept
2 notes
·
View notes
Text
Takut Menjadi Orangtua
(hanya tulisan hasil overthinking seseorang yang masih lajang)
Beberapa hari yang lalu, saya baca sebuah postingan dari akun instagram 'islamfiy' soal kampanye lgbt di london melalui mata pelajaran siswa sd. Disana menampilkan sosok perempuan berhijab bernama Hafsa yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang lesbian. Disamping ngeri mengingat bagaimana gencarnya paham liberalisme yang berkembang, saya jadi ovt, saya takut membayangkan anak saya nanti harus berhadapan dengan dunia yang semenyeramkan seperti apa.
Dulu jika berandai soal kehidupan pernikahan, yang ada dalam pikiran saya hanya berputar pada kemandirian finansial dan kematangan psikologis. Tapi semenjak kuliah, saya menemukan lingkungan yang tidak pernah saya rasakan, orang-orang yang jauh berbeda dengan mereka yang selama di pondok selalu membersamai saya, dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Karena itu lah saya semakin fakir ilmu dan malah semakin merasa belum siap untuk membangun rumah tangga. Bukan karena tidak mau, tapi di dunia yang sudah serba gila ini, saya khawatir tidak dapat menjadi ibu yang bertanggungjawab. Banyak pertanyaan yang menghantui saya; Apakah ilmu saya sudah cukup? Apakah saya mampu menjadi madrasatul uula bagi anak saya kelak? Apakah nanti saya bisa dapat menjaga dan mendidik anak-anak saya?
“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).
Buku yang saya baca blm seberapa, kelas-kelas yang saya ikuti masih dapat dihitung jari, lingkarang diskusi yang saya ikut pun masih sangat sedikit. Saya gundah bukan main. Walaupun teori-teori itu sudah pernah saya dapatkan, tapi saya masih sangat takut untuk mempraktikannya langsung. Tapi itu tidak menjadikan saya ingin childfree ya wkwkwkwk toh ketakutan ini juga yang mendorong saya mengikuti kelas-kelas pemikiran dan membaca buku-bukunya, ya karena saya tidak mau buta tentang mana yang haq dan bathil di dunia yang sudah penuh 'keabu-abuan' ini.
Jika hari ini saya dengan mudah dapat menemukan banyak hal menyimpang seperti lgbt yang dinormalisasi dan bahkan menjadi segmen hiburan yang banyak dinikmati, saya jadi berpikiri, di kehidupan anak saya nanti bisa saja sudah tidak ada lagi kampanye soal lgbt, karena bukan tidak mungkin itu sudah menjadi bagian dari masyarakat. Itu baru lgbt. Belum lagi hal-hal lain yang sedang marak di berita belakangan ini seperti perzinahan, kekerasan, dan bahkan pembunuhan yang tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Yang tentu saja akar dari segala permasalahan tersebut adalah perang pemikiran melalu media apapun itu.
Dewasa ini pemikiran islam malah dianggap kuno dan kaku sedangkan pemikiran islam liberal yang juga banyak dikaji oleh para cendikiawan yang belajar islam di eropa dan amerika malah banyak diminati dan dianggap berkemajuan. Padahal ada orang belajar islam di barat saja rasanya sudah aneh. Belum lagi memakai referensi-referensi orang non islam sebagai bahan belajar. Ya boleh sih, tapi yaa seharusnya tetap dikritisi bukan malah iya-iya saja. Ini malah terbalik, karya tokoh-tokoh muslim dan bahkan al-qur'an yang dikritisi, lagi-lagi dibandingkan dengan ucapan tokoh yang bukan islam pula. Sekalinya pakai referensi orang islam, ternyata tokoh syiah ataupun mu'tazilah dan beranggapan bahwa mereka adalah bagian islam yang tidak sesat. Dan budaya belajar islam liberal seperti ini banyak diajarkan secara tidak langsung dalam jenjang pendidikan, tapi dari ceramah para seniornya, dalam forum kaderisasi, diskusi-diskusi ataupun ya hanya ikut-ikutan karena dianggap keren.
Filasafat memang harus dipelajari, tapi dengan panduan yang benar. Bukan sekali dua kali para aktivis islam liberal menganggap islam hanya sebagai produk sejarah. Coba sesekali tanya bagaimana rukun islam mereka. Bahkan dalam tataran kampus, mudah ditemukan para aktivisnya enggan mejalankan kewajiban yang sudah dengan jelas diperintahkan, ada yang memang malas tapi ada juga yang malah dengan berani menggugat otoritas wahyu. Aneh? Ya inilah realitasnya lingkungan yang kita tempati sekarang, mungkin suatu alasan juga mengapa kita umat islam malah ikut terhayut dalam hal-hal yang syubhat dan pada akhirnya keliru membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lahhh bentar ini jadi kayaknya banyak yang mulai keluar dari judul tulisan wkwkwkwkwk skippp
Jadi, yaa gituuu. Saya dihantui perasaan takut. Di dunia seperti apa nanti anak saya tumbuh. Formulasi apa yang harus saya rumuskan untuk mendidik anak. Sudah siapkah saya menjalani fase tersebut? Sedangkan sebagai anak kecil, mereka pasti akan melihat pada orang tua, karena bagi mereka orang tua adalah ukuran kebenaran. Makanya setiap kali mendapat kabar kawan yang akan menikah, saya kagum bukan main. Keteguhan hati seperti apa yang mereka miliki. Kekuatan besar apa yang sudah mendorong mereka untuk dapat mengambil keputusan yang luar biasa hebat itu. Saya selalu kagum dengan mereka, terutama kami masih di umur belia. Saya tidak bisa membayangkan ujian-ujian apa saja yang sudah mereka lewati sebagai ibu muda yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun dengan banyaknya pr serta kekurangan ini, saya tidak ingin menyerah. Saya tetap ingin dapat berkumpul lagi dengan keluarga di surga Allah kelak. Semoga Allah senantiasa mengutkan dan melindungi kita, keluarga kita, dan keturunan-keturunan kita kelak.
🌼 • ┈ ๑ ⋯ ୨ ୧ ⋯ ๑ ┈ • 🌼
Salam sayang, Piwa.
5 notes
·
View notes
Text
Dulu pas lagi booming film ayat-ayat cinta jadi antusias pengen kuliah di cairo mesir.
Lanjut baca novel Edensor (tetralogi laskar pelangi) jadi pengen ke london nyampe S2
Liat drakor "Pinocio" cita-cita mau jadi wartawan
Lanjut lagi nonton "Style" pindah keinginan jadi editor...
Seperti itulah manusia semakin hari semakin banyak kemauannya.
Mau ku sekarang cuma 2. Pengen hidup tenang sama mati dalam keadaan husnul khotimah. Udah itu aja
3 notes
·
View notes
Text
Menentukan Pilihan
Dari dulu, paling sulit kalau diminta untuk memilih. Ketika membicarakan hal ini dengan seorang sahabat, dia berkata kurang lebih seperti ini, "kamu itu cuma pengen mencoba ini dan itu, kalau bisa dicoba semuanya kenapa enggak? Makanya terkesan plin-plan atau enggak bisa milih. Sesederhana itu." Perkataan yang masih membekas dalam ingatan meski hampir sepuluh tahun berlalu.
Kesulitan ini juga aku alami ketika harus menentukan pilihan jurusan untuk studi lanjut. Pernah ingin melanjutkan studi di jurusan Manajemen Proyek, tapi tidak jadi karena setelah mengikuti pelatihan singkat tentang manajemen proyek, kepala langsung pusing dan sepertinya memang tidak sesuai dengan pekerjaan saat ini.
Mau ambil jurusan Ekonomi atau Kebijakan Publik, tapi ketika lihat mata kuliahnya, aku juga langsung merasa pusing memikirkan kuliahnya haha. Padahal kuliah juga belum, dasar aku. Ekonomi dan politik memang bukan suatu hal yang menarik bagiku. Belajarnya sih mungkin masih bisa diusahakan. Namun kalau harus ujian kemudian mengerjakan tugas akhir, wah, sepertinya aku tak mampu.
Ketika ingin mendaftar Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) tahap 1 tahun 2022 dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), aku terlebih dahulu melihat daftar peringkat perguruan tinggi versi LPDP. Aku pun melihat jurusan-jurusan yang ditawarkan dari kampus top ten di dunia dan persyaratan pendaftarannya.
Dari sekian kampus dan sekian jurusan, awalnya aku tertarik pada jurusan Digital Engineering Management MSc di University College London (UCL), namun di tengah-tengah proses pendaftaran, aku menyadari sepertinya jurusan Digital Technologies and Policy MPA di UCL lebih cocok. Sehingga, di tahap 1, aku memilih jurusan ini sebagai pilihan pertama, MSc Future Governance di The University of Edinburgh sebagai pilihan kedua, dan Global Master of Public Administration di Seoul National University.
Selain mendaftar beasiswa, aku juga mendaftar di jurusan Digital Technologies and Policy MPA. Alhamdulillah berhasil mendapatkan Conditional Letter of Acceptance (LoA) karena skor bahasa Inggris yang belum memenuhi. Qadarullah, aku gagal di seleksi beasiswa tahap 1, sehingga tidak jadi melanjutkan kuliah di jurusan ini. LoA yang didapat pun harus diikhlaskan untuk dilepas karena kebijakan penundaan kuliah di UCL yang cukup saklek.
Di pendaftaran LPDP tahap 2, aku kembali melihat-lihat jurusan dan menemukan jurusan Innovation, Public Policy and Public Value MPA di UCL. Aku rasa jurusan ini jauh lebih sesuai dengan pekerjaan dan kebutuhanku saat ini. Di tahap 2, aku memilih jurusan ini sebagai pilihan pertama dengan pilihan kedua dan ketiga sama seperti pada seleksi tahap 1. Bedanya, kali ini aku tidak mendaftar kuliah karena pendaftaran masih ditutup. Qadarullah, aku gagal kembali di seleksi beasiswa tahap 2.
Setelah gagal dua kali, aku berpikir kembali kira-kira jurusan apa yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan ilmunya bisa diterapkan di pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari. Aku tidak mau "salah jurusan" untuk kedua kalinya karena hampir 90% hard skill yang ku dapatkan ketika kuliah S1 tidak terpakai di pekerjaan.
Aku pun kembali berdiskusi dengan teman di kantor, membaca hasil asesmen diri dari beberapa situs gratisan, meninjau pekerjaan yang rutin dilakukan selama empat tahun ke belakang, mencoba memproyeksikan pekerjaan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, dan membuka web kampus dan jurusan. Sampai akhirnya menemukan jurusan Public Policy and Management MSc di University of Glasgow. Jurusan ini mirip dengan jurusan Innovation, Public Policy and Public Value MPA di UCL. Kombinasi antara kebijakan publik dan manajemen dengan sentuhan inovasi. Kombinasi yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan insya Allah ilmunya bisa diterapkan.
Tiba-tiba, aku teringat dengan sebuah folder yang berisi brosur-brosur digital beberapa jurusan dan kampus yang pernah menarik minatku. Aku pun membuka brosur dari University of Manchester dan menemukan bahwa dulu aku memang pernah tertarik pada jurusan MSc International Development: Public Policy and Management. Sepertinya, memang jurusan ini adalah jurusan yang tepat.
Bismillah, aku memutuskan untuk mencantumkan tiga jurusan ini pada pendaftaran beasiswa di tahun 2023, insya Allah. Dengan urutan sebagai berikut:
Innovation, Public Policy, and Public Value MPA - UCL
MSc International Development: Public Policy and Management - The University of Manchester
Public Policy and Management MSc - University of Glasgow
Setelah menentukan pilihan, aku merasa ada angin segar dan semangat baru untuk berburu beasiswa agar bisa segera lanjut studi dan belajar kembali. Bismillah, semoga Allah mudahkan, aamiin.
2 notes
·
View notes
Text
Hardy lahir di London, Inggris dan tumbuh serta besar di kota Barnet. Ia kemudian pindah ke Jakarta, Indonesia. Hardy merupakan lulusan SMU Negeri 34 Jakarta dan selanjutnya menempuh kuliah di Universitas Trisakti.[1]
0 notes
Text
Aku mau bilang kalo aku bersyukur banget. Banget2 di kehidupanku. Tuhan Yesus selalu baik. Mau jadi ibu. Jadi istri yang baik, setia. Yes, istri menurut Proverb 31. Here i am. Yang masih mau untuk kuliah S2 Hukum dengan beasiswa. Yang masih mau untuk mengulas kembali bahasa inggris. Kalau pun cuma bisa ngajar anak sendiri pun ya ga masalah. Masih mau coba bikin kue dan tetep bawa dalam doa untuk bisnis hampers. Aku tau pasti, aku ada untuk suatu tujuan. Aku ada untuk jadi berkat. Untuk sekarang ya ini yang bisa aku lakukan. Memang betul kita ga bisa kejar uang, kejar popularitas, pengakuan orang lain. Karna ini bukan tentang diri sendiri. Ini tentang bagaimana Tuhan Yesus dinyatakan. Aku masih mau menyanyi, belajar piano, belajar gitar. Ternyata aku juga punya bakat seni. Ternyata aku cukup kreatif untuk melukis diatas kanvas. Beberapa kali aku cuma mendapat judgement kalo hasilku jelek, ga artistik, ga nyeni banget. Wkwkwkw padahal dalam diri ini seneng banget liat warna.
Sebelum Papi J panggil aku, Pi.. ijinkan aku naik gunung ya, pulang ke Tanimbar, jalan2 keliling Indonesia, sampe di london atau di jepang. Wkwkw banyak banget mintanya. Sama anak-anak dan suami ya Pi. Juga tolong supaya ada berkat aku bisa bangun rumah mama, supaya bisa tinggalin usaha ke adek2. Kalo kasi uang aja bisa habis cepet. Kalo modal usaha bahkan usahanya tinggal dilanjutkan.. nah itu.
Wihh, gaya banget lu !
Sebagai anak Papi J, minta apa aja.. bebas. Apalagi Papi J tau kalo kita minta supaya jadi berkat. Soal hidup kita, Papi J yang atur. Kita hidup untuk Papi J. Ga banyak yang bisa kita lakukan, ga banyak yang bisa kita kasih.
I'll be the godly mom and the godly wife forever. God choose me.
Apapun yang Tuhan kerjakan ga pernah salah.
Dengan semua buruk, pahit, hitam, manis, tawa, prestasi dibelakangku, semua punya maksud yang baik. See, aku ga salah jurusan kuliah. See ? Gpp kok dengan cerita introvert ku. Who knows me ? Who read this things ? I dont care. See ? Aku ga salah untuk jatuh cinta ke orang yang menjadi teman hidupku sekarang. Thats because of You, Papi J
Danke so much
I can write more to explain how much im grateful rite now. But, Papi.. thank you.
For everything You've done and what You will do for me. Thank You.
I love You forever, RJ
0 notes
Text
6 Juli 2022
Lagi resah dan gelisah banget, tiap hari ngecekin email untuk nunggu pengumuman program pembinaan beasiswa master dari kemendikbud. Kalau ditulisan juknisnya, tgl 27 juni pengumuman tapi sampe hari ini blm ada email masuk, apa emang gak keterima? Masa sih :”) wk denial banget. Aku ngerjain motletnya sepenuh hari lohhh wakakaakak dasar, hny mengandalkan ikhtiyar. Tapi pas iseng liat porta gform-nya kemarin, kayanya ada perpanjangan, jadi.. mgkn emang pengumumannya diundur?
Alhamdulillah bangettt kemarin bestie-ku keterima LPDP. Setelah bulan mei lalu doi keterima harvard (DAN JOHN HOPKINS!!!!!) alhamdulillah she secure her funding to pursue master degree, alhamdulillah tsumma alhamdulillah :”) she really deserve that, indeed. One of the most hard working girl i’ve ever met. Salah satu teman terrbaik!
Dan secara resmi, berarti 2 bestie-ku akan pergi ke US untuk pursue her master degree. 1 di harvard, 1 lagi di Uchicago. Dua-duanya pake beasiswa LPDP. Hhhmmmm jadi semakin ingin utk sekolah lagi gak sihhh :”)
Bulan depan bukaan chevening, kayanya mau nyoba walau kaya blm punya bekel LoA maupun IELTS. Tapi kan aku berprogress juga. Tiap selasa sama jumat, aku les ielts , walau masih tertatuh-tatih di reading-nya aja, tp bismillah! Semogaa rejekikuuu huhuhu!!
Kemarin udh sempet mau apply King’s College London biar at least dapet LoA, tapiiii kaya ngerasa blm kuat banget, apa bener mau ambil di jurusan itu atau gmn? Yaa sebenernya kayanya sih fix yaa jurusan maternal and child health, cuman aku kaya ngasih waktu ke diri sendiri dulu utk nge-explore.
Skrg lagi ikut course di coursera tentang global maternal and child care yang ngadain adalah Yale University! Terus kaya… ya knp gak ke Yale aja sekalian?!?? Tapi pas di cek, nggak ada dong jurusan itu??? Aneh?! Kayanya dibawah school of nursing, tp nggak spesifik langsung jurusannya itu, tp kaya i wann be as specific as possible, jadi kayanya gak ke yale, tp gatau juga sih. So far yg bnr2 judulnya ada “maternal & child health” atau “women and child health” itu ya di KCL dan di glasgow kl gasalah. Ohiya di minessota dan boston juga ada sihh, tp blm explore curriculum-nya. Blm explore fullbright juga knp ya lebih tertarik chevening?? Krn gak pengen kuliah lama2 keknya ahhaha 🤣
Kl ngeliat tmn2 udh pada dapet LoA dan pada dapet beasiswa, aku kaya ngepuk-pukin diri sendiri, “tenang, Na, its okay to have a slower pace than your (single) friend. Sekarang prioritasnya masih bocah dan suami yg nyelesein kuliahnya dulu. Yang penting km berprogres!”
Yup, itu aja.. seengganya keinginanku utk kuliah gak sekadar day dreaming without action. At least udh berusaha les ielts, mempersiapkan basic bahasa. Terus ikut course juga yg bs memperluas wawasanku tntg mother and child health. Bismillah ya Naaaa!!!
0 notes
Text
idk bro, dont ask me.
Persiapan LPDP 2025? Tiap orang punya pacenya masing-masing, ya. Temen-temen gue pada ke UK/Europe. Beberapa ada juga yang tembus US. Gue udah coba filter sih yang menjadi inceran gue.
US
UK
Singapore
Australia
NZ
Canada
Gue bisa coret nomor 5 dan 6. Mungkin banyak ya alesan gak masuk akal ketika memilih tempat tujuan yang mau gue raih. Kayak gue milih US bener-bener karena kalo ditanya, "lulusan mana?" gue bisa jawab sambil nyengir, "US."
Ga penting kan? Pride? Entah. Kalo UK gue rasa less harsher than US. UK lebih hangat nampaknya & lebih mudah nyari tempat ibadah kalo UKnya di London. Tapi sayangnya rata-rata programnya setahun kalo di UK, jadi gue mau cari yang lebih lama sebenarnya.
Singapore kayaknya gue bisa bayangin gue bakal stress karena fast-paced living. Tapi NUS/NTU tuh sangat menjual.
Australia gue pikir udah yang paling friendly dan paling masuk akal untuk kebutuhan gue. Tapi gue butuh buang jauh-jauh pemikiran, "oh lulusan Sydney doang?" Kalo gue S2 di Aussie, at least gue udah beradaptasi lebih cepat.
Saat ini urutannya:
Australia - US Singapore - UK
Gue masih mau ngewujudin cita-cita gue buat kuliah di US, yeah me and my ego. Tapi kadang harus masuk logic juga, ya. Berat sekali rasanya untuk melepas.
At least gue udah tau apa yang mau gue raih: S2 sebagai sarana yang intensif untuk meningkatkan kompetensi gue agar bisa berkontribusi lebih baik kepada masyarakat, khususnya di bidang yang gue geluti sebagai seorang konsultan.
0 notes
Text
Edinburgh lyfe
Setelah menghabiskan waktu di Glasgow, memang harus menyempatkan untuk bisa eksplor Edinburgh dan segala keindahannya. Aku suka gaya gothic dan vibesnya Edinburgh yang berbeda dari kota-kota lain di UK.
Perjalanan di Edinburgh juga ditemenin sama Virginia, temen dari PB LPDP juga yang lagi kuliah disana dan nginep di KamarPelajar Mas Fikri yang jadi bahan silaturrahim juga dengan mereka.
Selama di Edinburgh cukup bgt waktunya untuk ngelilingi landmarks2 dan beberapa atraksi2 pas natal dan tahun baru termasuk naik Around the World di Chrismast Marketnya, kalo dibandingin sama Dufan kayaknya sebutannya Ontang Anting.
Had so much fun di Edinburgh dan siap2 untuk balik ke London buat ketemu sama temen2 yang lain.. termasuk Nirwan
0 notes
Text
To My 17 Years Old Self
Hari ini aku membaca ulang seratus mimpi yang pernah kamu tulis. Jujur, aku tidak bisa membacanya tanpa tertawa. Sungguh. Karena, spoiler alert, semua mimpi itu tampak seperti omong kosong dan hampir 80% tidak terwujud.
29. Menang lomba debat mahasiswa tingkat nasional dan internasional (tidak, ini tidak pernah terwujud, kamu akan sibuk berteman dengan orang baru)
49. Buka restoran halal (tidak, kamu tidak akan pernah mau mengelola restoran, bisnis bukan kamu banget)
53. Menggagas perusahaan software (tidak, tidak, kamu akan membenci spotlight yang terlalu besar)
57. Jadi menteri luar negeri (jangankan menteri luar negeri, jadi diplomat saja kamu tidak mau)
Aku mengawali surat ini dengan menertawakan mimpimu. Kamu pasti membenciku, haha.
Kamu pasti bertanya-tanya, jika sekarang saja aku menertawakan seluruh mimpimu, masa depan seperti apa yang akan kamu jalani?
Yep, exactly itu alasan mengapa aku menertawakan mimpimu. Karena masa depanmu akan sangat berbeda. Tidak...seperti yang kamu bayangkan.
Dan sebelum kamu menuduhku berubah jadi pesimis dan pecundang yang tidak mau mengejar mimpinya, dengarkan aku dulu.
Memang benar aku bukan duta besar. Bukan menteri luar negeri. Tidak juga bekerja di Kementerian Luar Negeri. Setelah sekian lama menggenggam mimpi itu, aku melepasnya untuk melayang seperti balon-balon di udara.
Memang benar aku bukan pemilik restoran yang kamu inginkan. Jangankan restoran, bisnis kecil keluarga saja kuserahkan seluruhnya ke adik. Dia lebih hebat dalam mengelola semua itu.
Memang benar aku tidak ikut lomba apapun di tingkat internasional. Ketika sudah memasuki masa kuliah, aku menyadari ada banyak hal yang ingin kulakukan di luar kelas. Aku bosan belajar terus.
Kalau membuka restoran saja aku tidak tertarik, kamu bisa membayangkan apa jawabanku tentang perusahaan software. Tidak, aku tidak mau.
Aku banyak sekali berubah pikiran bertahun-tahun setelah kamu menulis semua itu.
...
Oke, kita mulai cerita tentang masa depan dari sini.
Kamu benar. Waktu memilih jurusan ini, kita sama-sama membayangkan akan berakhir menjadi perempuan berjas yang melangkah masuk ke Gedung Pancasila. Atau di New York. Atau di London. Atau di mana pun itu. Hari-hari akan dipenuhi dengan pembicaraan kepentingan. Hari-hari akan dipenuhi dengan dignitaries, malam kebudayaan, dan jamuan kenegaraan.
Menjadi "seseorang" di antara kerumunan, itu kan yang kamu mau?
Namun, bertahun-tahun setelah kamu menulis semua itu, ada banyak pengalaman dan pelajaran yang aku pelajari.
Pertama, menjadi "seseorang" ternyata tidak sepenting itu.
Aku pernah merasakan hidup di tengah spotlight, meski tidak besar. Berbicara dari panggung ke panggung. Masuk di media massa. Berpapasan dengan tokoh-tokoh penting, bahkan ada yang sampai memberiku jalan karir pertamaku.
Namun, panggung yang kamu lihat dari layar tidak tampak segemerlap itu. Bahkan, banyak yang dibangun dengan cara-cara yang...mungkin tidak kita sukai. Ada yang dibangun dengan menginjak mimpi dan hidup orang lain. Ada yang dibangun dengan mengkhianati kelompok lain.
Prinsipmu akan jadi yang pertama menghalangimu untuk menginjaknya. Jika itu terjadi, dengarkan apa katanya. Kamu tidak akan menyesal.
Kamu terlalu baik hati dan lurus untuk menginjak panggung seperti itu.
Kedua, menjadi biasa-biasa saja ternyata tidak seburuk itu.
Ketika Yusuf Habibi meninggal, ingat nggak apa yang kamu pikirkan? Kamu ingin punya lebih banyak waktu untuk orang-orang penting dalam hidupmu, bukan?
Kamu akan punya lebih banyak waktu untuk melakukannya.
Kurasa hal pertama yang perlu kamu pelajari setelah tidak berusia 17 tahun lagi justru adalah bagaimana mendapatkan ikatan yang diperjuangkan. Bukan bagaimana menjadi "seseorang". Ini penting sekali untuk melunakkan keras kepalamu dan membuka hatimu untuk hal yang baru.
Kita punya privilege keluarga yang harmonis. Artinya, seburuk apapun kamu, keluargamu nggak mungkin meninggalkanmu. Mereka akan selalu bantu kamu, meski kamu membuat pilihan yang salah dalam hidup.
Namun, orang lain tidak akan begitu. Untuk membuat ikatan dengan mereka, kamu harus memberanikan diri menghadapi kelemahanmu sendiri. Kamu harus melunakkan keras kepalamu. Kamu harus membuka hatimu. Kamu harus mau melihat pantulan bayanganmu dari cermin mereka.
Tidak semua bisa seperti Yusuf Habibi yang menaruh effort-nya 100% untukmu meski kamu brengsek dan egois, tahu? Mungkin hanya sekali seumur hidup kamu bertemu seseorang seperti itu.
Dan kamu harus menerima fakta ini.
Makanya, bertemanlah. Carilah ikatan itu sebanyak-banyaknya dengan orang yang sama baiknya denganmu. Kamu akan menemukannya. Kamu akan mendapatkannya. Kamu juga akan berjuang untuk mempertahankannya.
Dengan begitu, kebaikan Yusuf bisa hidup dalam dirimu.
Namun, jika suatu hari nanti hubungan itu tidak lancar, jangan ragu untuk memutuskannya. Jangan berteman hanya karena "sudah berteman bertahun-tahun", tetapi orang itu tidak bisa menghargai apa yang kamu beri. Atau berkata, "You're too much".
Kamu tidak pernah too much atau too overbearing untuk orang-orang yang benar-benar sayang kepadamu.
...
Aku tahu ini too much untuk kamu terima sekarang. Namun, kuharap kamu bisa mencernanya dengan baik.
Aku percaya kamu akan membuat pilihan yang baik.
Karena aku berakhir di masa depan yang kuinginkan.
1 note
·
View note
Text
Peaking
Hola amigos…
Sudah memasuki minggu ke-2 bulan September WOW… 2023 ini cepet banget gaksih, apa perasaan w aja…
Ni hari Senin awalnya mau wfh aja karena semaleman diare kebangun 2x jam 2 pagi dan 4 pagi padahal baru tidur jam 1… Akhirnya juga bangun jam 8.30 karena pengin ke belakang lagi HUHU. Yang jam 2 langsung minum Imodium 2 tablet + tolak angin, terus yang jam 4 minum norit 5 biji + oralit. Ku tuh sebetulnya punya 1 strip neo-entrostop pas kemarin otw ke UK juga sakit perut tapi gatau nyelip di mana itu obat… Yaudahlah abis ini beli lagi aja di Boots… Kemudian jam 9-an Oliv ngajak lunch bareng karena dia sudah kembali ke Oxford… Ku yang ekstrovert ini tentu saja tidak bisa resist the urge untuk ngobrol dan ketemu orang sehingga ku memutuskan untuk mandi dan berangkat jam 12 teng, setelah sebelumnya sarapan es kopi (di rumah masih panas banget) dan sandwich telor + gimbap beef dibikinin Listi huhu terharu.
Di linacre barusan makan fish dan cabbage + carrot (gaada karbonya samsek baru sadar w), lalu ke office deh sekarang. Ini tuh lagi bingung selain 1 stip obat hilang, gunting kuku juga gatau ada di mana… Padahal ini kuku udah mulai panjang (terutama kaki)… Semoga ada di pouch makeup deh ya, nanti sampai rumah cek lagi.
Kemarin weekend lumayan lah ya istirahatnya… Walaupun ku sebetulnya belum merasakan efek relaxing dari rumah yang sekarang seperti rumah Headington sih… Apa karena panas banget ya? Di rumah headington tuh buka gorden langsung view halaman belakang pohon-pohon dan emang under shade banget sih, window kamar tuh, ngadepnya ke utara jadi gapernah dapet direct sunlight, dan apa karena di ground floor juga ya, beneran ADEMMM banget, to the level it gets REALLY cold sih kalau lagi winter, tapi ya gapapa juga, I prefer cold tinggal layering aja yang banyak daripada kepanasan gabisa di-apa-apa-in.
Sabtu ke rumah Bu Yani PANAS-PANASAN HUHU. Untungnya dari rumah cuma sekali sih naik X1 dari stasiun… TAPI jalan ke stasiunnya yang HELLISH banget. I eventually decided to pake payung aja deh tu jalan… bebas deh orang mau nge-judge apa gimana gua mah ga peduli ye, yang penting ni sunlight ga directly menyerang my skin… Terus di rumah Bu Yani banyak makan enak (walaupun pedas sekali, which might’ve been contributing to my diarrhea now). Ada es teler juga!!! Sangat senang. Kayanya di rumah bisa deh ini bikin es buah/es teler kalau masih panas juga ke depan… Kemarin habis dikasih kalengan buah-buahan sama Wian… Tapi barusan cek weather forecast harusnya ke depan udah mulai masuk weather autumn sih (HAMDALAH). Yaudah itu buah buat buka puasa aja kali ya tahun depan… Semoga belum expired deh.
Dari rumah Bu Yani, Nadia ikut pulang karena mau nginep di rumah. Malemnya ya curhat-curhat relationship aja biasa, dilanjut nonton Jeongwaja dan Workman sangat lucu ternyata nonton video absurd youtube tu memang lebih enak kalo ramean ya, kalo sendirian ada aja yang lucu tapi missed. Lalu tidur. Kepanasan juga sih ini beberapa kali kebangun saking keringetannya. Paginya Nadia ada meeting terus I decided to look at pics from SKZ albums I bought from Nadia (karena udah lewat juga sih fasenya dia). Sekarang juga lagi mikir gimana caranya naroh ni poster-poster without ruining the wall…
[Dari sini udah mulai teks yang ditulis besoknya aka 12/09/2023 yaitu ulang tahunnya Kim Namjoon, karena kemarin udah keburu harus cabs ketemu sama teman dari London]
Barusan seharian ini literally belom buka kerjaan wkwk malah ngurusin akun abal geologi gitu lagi HUHU. Semua cerita lengkapnya ada di akun X aku ya ges.
Duh ni post tuh awalnya dikasih judul “peaking” karena mau bahas periode di mana orang-orang peaking bisa beda-beda: ada yang di high-school, [PELATNAS!], kuliah S1, kuliah S2, kerja di tempat A, B, dst. Terus pengennya sih bahas panjang lebar gimana ciri-cirinya orang-orang yang peaking di past ini dan mau bilang kalo kasian ya mereka... tapi sekarang otak udah dipenuhi hal-hal lain huhu (saking banyaknya yang terjadi pada hidupku dalam 24 jam terakhir). Intinya tapi doaku untuk semua orang semoga kalian selalu peaking in the present! Jadi semoga sekarang kalian lagi merasa peaking: “I’m at my best in my life!” Terus besok datang dan kalian peaking lagi. Jadi grafiknya akan naik terus! Walaupun ga mungkin sih ya, life kan akan ada ups and downs, tapi minimal general trendnya selau naik! Ku salah satu yang ngerasa Alhamdulillah hidup selalu peaking sampai sekarang: pas high school ya senang sekali, lalu pelatda pelatnas juga senang, masuk ITB senang, ke Paris S2 senang, ke UI kerja senang, sekarang Alhamdulillah di Oxford walaupun depressed kadang-kadang tapi tetap senang juga in general. Senangnya to the level yang bisa bilang “Oh ini kayanya the best period of my life deh, the best achievement I am working on.” Semoga bisa gini terus sampai meninggal. Selalu ada yang bisa dikerjain with me being proud and happy doing it. AAMIIN.
Btw postingan ini ku-akhiri di sini ya karena berikutnya akan bahas hal yang berbeda lagi juga dan pengin dikasih judul beda sendiri. Ciao!
VHL, 18:16 12/09/2023
6 notes
·
View notes
Text
21 Agustus 2023
Nama: Usratul Maqfira S
Kelas: 7C/Manajemen Pemasaran
Nim: 20652054
Mata Kuliah: Marketing Politik
1. Mengenal politikus Muda
• Faldo Maldini, S.Si., M.Res., M.I.P. (lahir 9 Juli 1990) adalah pengusaha dan politikus Indonesia dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Setelah menyelesaikan studi sarjana di UI pada 2013, Faldo berencana bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tetapi urung. Ia merasa PKS tidak memberinya "tempat" dan melihat peluang ada di Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, ia mengaku mendapat tawaran bergabung dengan PAN dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan melalui Ray. Faldo diberi jabatan sebagai kepala departemen dalam struktur kepengurusan PAN.
Pada 2017, dalam waktu relatif singkat, Faldo menduduki jabatan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN. Dalam posisi itu, ia bertanggung jawab berkoordinasi dengan DPW dan DPC di daerah, membangun sistem pengkaderan yang sistematis, hingga mengupayakan Zulkifli Hasan untuk ikut dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Dalam ajang pemilihan umum legislatif 2019, Faldo maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PAN daerah pemilihan Jawa Barat V, tetapi tidak terpilih. Pada Oktober 2019, ia mengundurkan diri dari PAN dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di PSI, ia mendapat posisi sebagai Ketua DPW PSI Sumatra Barat.
Selaku politikus PSI, Faldo menyatakan dukungannya terhadap Perda Syariah, yang bertentangan dengan sikap PSI di pusat. Pernyataan ini ia sampaikan dalam pidato politik pencalonan dirinya di ajang Pemilihan umum Gubernur Sumatra Barat 2020.
Sejak 14 Juli 2021, Faldo menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara bidang Komunikasi dan Media.
Faldo masuk ke Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI pada tahun 2008. Di kampus, ia mengenal gerakan tarbiyah dan menjadi kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Ia mulai aktif berorganisasi dan pernah menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Fisika UI tahun 2010, Ketua BEM FMIPA UI tahun 2011, hingga Ketua BEM Universitas Indonesia tahun 2012. Di bidang akademik, ia menerima Beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri dan Goodwill International Scholarship. Pada 2011, ia meraih juara 3 pada kompetisi Mahasiswa Berprestasi. Pada 2013, ia menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar Sarjana Sains (S.Si.). Faldo melanjutkan pendidikan pasca-sarjana di Imperial College London. Pada pemilihan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom (UK) 2013, Faldo ikut dalam kontestasi bersaing dengan Ray Zulham Farras Nugraha, anak Zulkifli Hasan, politikus PAN dan Menteri Kehutanan RI. Faldo terpilih sebagai Ketua PPI UK periode 2013-2014. Ia sebelumnya dikenal aktif menentang penertiban lapak pedagang-pedagang liar di sekitar Stasiun KRL ruas Depok-Pasar Minggu pada tahun 2012. Aksi penentangan penggusuran tersebut dilakukan dengan meletakkan batang kayu besar di tengah rel kereta lin Bogor.
2. Efektabilitas dan Kapabilitas artis muda sebagai anggota partai politik.
• Latar Belakang Ali Syakieb
Ali Syakieb adalah seorang aktor kelahiran Bogor, 6 Juni 1987. Ia adik dari aktris terkenal Nabila Syakieb. Ali anak dari kedua dari tiga bersaudara dan memiliki keturunan Arab. Sebelum meniti karier di dunia hiburan dengan wajah tampannya, Ali sempat berprofesi sebagai seorang pilot. Sulitnnya mencari pekerjaan pilot, ia banting setir jadi artis. Ali memulai kariernya di dunia hiburan dengan bergabung di salah satu rumah produksi pada 2007, saat usianya menginjak 20 tahun. Ia mulai bermain sinetron pertamanya berjudul Alisa. Setelah itu kariernya kian berkembang dengan bermain sinetron lainnya seperti Khanza, Hingga Akhir Waktu, Amanah dalam Cinta, Tukang Bubur Naik Haji. Selain bermain sinetron, Ali juga bermain di film layar lebar yang salah satunya mengangkat namanya menjadi lebih dikenal banyak orang lewat film Srigala Terakhir yang tayang pada 2009. Dalam film itu, ia beradu akting dengan Vino G Bastian, Fathir Muchtar, Dion Wiyoko, dan Dalllas Pratama, Wajah tampannya juga banyak menghiasi FTVSelain sibuk di dunia entertainment, Ali miliki bisnis yaitu bisnis kue, seperti halnya artis lainnya. Adik kandung Nabila Syakieb itu memilih Kota Bogor sebagai tujuan pasar kuenya. Namun walaupun demikian ali syakieb memutuskan untuk memilih masuk partai NasDem dalam terjun ke politik. Namun memutuskan keluar dan masuk partai DI Perjuangan. memantapkan diri menjadi Caleg PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Jabar XI atau Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.
• Pendidikan dan Pengetahuan Ali Syakieb
Ali Syakieb merupakan alumni dari Deraya Flying School. Ali Syakieb mengawali karirnya dengan berprofesi sebagai seorang pilot. Kemudian, sampai saat ini ia memilih untuk berkarir di dunia entertainment.
Prestari Ali Syakieb : Penghargaan dan nominasi
- 2016 SCTV Awards Aktor Utama Paling Ngetop dalam karya Istri Untuk Papaku,
Aktor Mega Series/FTV Terkiss dalam karya Suara hati Istri
- 2022 Pasangan Baper Terkiss
• Komunikasi Politik dan Aspirasi Dari Masyarakat
Ali syakib memiliki Visi misinya sama, karena PDI Perjuangan itu nasionalis, 2 program yang akan dia perjuangkan selaras dengan profesi dan latar belakangnya dan akan membuat regulasi agar PH (production house) punya jam kerja yang jelas
1 note
·
View note
Text
Butuh yang suka
Ada beberapa pertanyaan seputar kebiasaan membaca yang sering orang tanyakan ke saya. Setidaknya ada 3 pertanyaan yang paling sering dilontarkan, "Kenapa suka baca?", "Kapan waktu baca bukunya?", dan yang terakhir "Gimana kalau belum ada buku bacaan yang membuat kita mau baca?". Mari kita urai benang yang belum terlanjur kusut ini wkwk.
1️⃣ Kenapa suka baca?Jujur, awalnya saya sama sekali ga suka baca buku. Lingkungan rumah dan keluarga pun ga mendukung saya untuk akhirnya akrab dengan buku. Saya ingat betul, pertama kali saya baca buku ketika kelas 2 SMP. Judul buku yang saya baca "Infinitely Yours".
Dari judulnya aja udah kebayang kan, itu tipe novel romance yang alurnya ringan, menyenangkan, dan banyak bumbu-bumbu percintaanya. Saya boleh pinjam buku itu dari salah satu teman, kata dia bagus ceritanya.
Lanjut ke perjalanan membaca berikutnya. Kali ini giliran tetralogi empat musim karya Ilana Tan yang saya baca. Summer in Seoul, Autumn in Paris, Winter in Tokyo, dan Spring in London, saya tuntaskan hanya dalam waktu satu minggu. Berikutnya? Hiatus berkepanjangannn wkwk. Buku-buku itu gak membuat saya lantas punya kesukaan baca buku secara kontinu. Saya baru kembali baca buku di tahun kedua kuliah. Lama banget ya jedanya? hehe.
Itu termasuk salah satu fenomena besar dalam hidup yang saya dalami betul "kenapanya". Setelah lama bertanya kenapa, kenapa, dan kenapa? Jawaban itu pun muncul ke permukaan. Ternyata, rasa keingintahuan saya lah yang sudah pingsan sejak lama. Akal saya sudah terlalu lama tidur. Sehingga saya merasa tidak butuh untuk membaca lagi. Saya lebih suka mendapat informasi yang instan, TV, sosial media, cerita teman, dan sebagainya.
Lantas, apa turning point-nya? Alarm apa yang akhirnya membangunkan rasa ingin tahu dan juga akal saya? Sederhana sekali, akal dan rasa ingin tahu saya terbangun di sebuah kajian yang saya hadiri.
Sore itu, tahun 2017, saya mengikuti kajian yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus, tepatnya oleh departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat). Jujur, saya sudah lupa apa tema kajian yang dibawakan saat itu. Namun, saya ingat betul betapa kepala ini sangat riuh, sibuk berpikir dan mencari jawaban kesana kemari. Kajian yang waktunya terbatas tentu belum bisa menjawab semua pertanyaan yang terlanjur menggunung di kepala saya. Akhirnya saya bertanya pada seorang kakak tingkat, kira-kira buku apa yang bisa mengakomodir rasa keingintahuan saya saat ini. Beliau merekomendasikan sebuah buku berjudul "Risalah untuk Kaum Muslimin" karya Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Buku yang cukup berat untuk saya kala itu wkwk. Bahkan untuk bisa memahaminya, saya perlu membaca tiap lembarnya secara berulang minimal 3x. Ditambah lagi, buku tersebut ditulis menggunakan bahasa Melayu. Singkatnya, buku tersebut mejelaskan persoalan apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh kaum muslimin. Dan pentingnya menjadikan Islamic Worldview sebagai bingkai dalam setiap gambaran kehidupan kaum muslim.
Sejak saat itu, akal saya seperti merengek untuk diberi makan. Sebagaimana perut ini yang keroncongan kalau belum bertemu nasi, wkwk. Akhirnya saya mulai rutin membaca buku. Dan, tentunya, tidak semua buku saya baca. Hanya buku-buku tertentu yang memang sesuai dengan kebutuhan saya. Seringnya saya membaca buku tentang pemikiran Islam, mengingat betapa gencarnya perang pemikiran yang kita hadapi saat ini. Karena saya seorang pendidik, saya juga suka sekali membaca karya-karya Ust. Adian Husaini yang membahas konsep pendidikan Islam. Lalu, buku seputar isme-isme baru yang coba merusak aqidah. Novel-novel pembangkit jiwa, atau buku-buku yang heartwarming juga menjadi pilihan saya.
Jadi, kalau saya simpulkan, pernyataan saya suka membaca buku agaknya kurang tepat. Karena rasa suka tidak mendasari saya untuk membaca buku. Tetapi, perasaan butuh itulah yang membuat saya ingin terus membaca dan mungkin tanpa sadar telah berubah menjadi suka. Seperti halnya makan, saya makan bukan karena suka, tetapi karena saya lapar dan butuh makanan untuk mengisi tenaga. Sebagai manusia yang fakir ilmu, saya butuh buku dan juga guru untuk bisa terus menemukan jawaban dan hikmah dari kehidupan.
2️⃣ Kapan waktu baca bukunya? Kalau weekday, sebenarnya gak punya waktu khusus, kapanpun ada waktu luang saya usahakan untuk baca. Biasanya sebelum masuk kelas atau saat jam istirahat. Kalau weekend, biasanya saya saya baca sekitar jam 10 pagi dan jam 4 sore.
3️⃣ Gimana kalau belum ada buku bacaan yang membuat kita mau baca? Hey, that's totally okay! Cari stimulus lain yang juga bisa membuat akal kita terus berkembang. Bisa denger kajian, ikut short course, diskusi sama temen, apapun itu asalkan terus ada asupan untuk pemikiran kita.
Allah udah lebihkan manusia dari makhluk ciptaan-Nya yang lain, yaitu dengan adanya akal. Dalam Al Quran juga Allah seringkali menyeru kita untuk berpikir dan merenungkan apa yang ada di langit dan di bumi. Selamat berpikir, jangan lupa berdzikir!
1 note
·
View note
Text
Perjalanan #2
Barangkali sesuatu ditunda karena hendak disempurnakan; dibatalkan karena hendak diganti yang utama; ditolak karena dinanti yang lebih baik. — Ustadz Salim A. Fillah
Di tahun 2022, saya hanya memiliki tiga target — menikah, lanjut studi, punya paspor biru. Hampir semua teman-teman saya di komunitas dan rekan-rekan di tempat kerja mengetahui hal ini. Cara "paling mudah" untuk mendapatkan paspor biru adalah dengan lanjut studi di luar negeri atau menikah (berdasarkan cerita dari para senior di kantor).
Di awal tahun, saya berhasil mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) Conditional dari University College London (UCL) untuk program MPA Digital Technologies and Policy. Namun, karena gagal pada seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Tahap 1, saya pun tidak memproses lebih lanjut LoA tersebut. Sampai awal bulan September, saya sudah tidak berharap banyak untuk mencoret salah satu dari target yang saya buat. Saya memang mendaftar kembali beasiswa LPDP Tahap 2, yang akhirnya kembali gagal. Namun, apabila lolos pun, saya bisa kuliah paling cepat tahun 2023.
Di akhir bulan September, saya mendapatkan kabar kalau ada kemungkinan saya ditugaskan untuk melakukan evaluasi ke salah satu kantor perwakilan di luar negeri. Sebuah kabar yang sangat tidak terduga. Harapan untuk mendapatkan paspor biru kembali menyala. Sembari tetap berdo'a, saya mencoba untuk menurunkan ekspektasi karena segala sesuatu bisa terjadi.
Alhamdulillah, di pertengahan bulan Oktober, saya mendapatkan paspor biru untuk pertama kalinya (dan semoga bukan yang terakhir). Saya juga resmi ditugaskan ke kantor perwakilan di Singapura bersama dua orang senior lainnya. Ketika ditanya adakah tempat yang ingin saya kunjungi setelah selesai bertugas, saya menjawab hanya ingin ke sebuah toko buku yang bernama Wardah Books karena ingin membeli buku Journey Through The Qur’an. Buku ini sudah masuk ke dalam wishlist sejak bulan Ramadhan. Saya sudah mencoba mencari buku ini di tempat lain, namun belum berhasil menemukannya. Ternyata, jarak tempuh antara Wardah Books dengan hotel tempat kami menginap hanya berjarak sekitar 300 meter. Saya dan senior pun cukup berjalan kaki ke Wardah Books :)
Alhamdulillah, satu dari tiga target di tahun 2022 berhasil dicoret. Saya pun berhasil membeli buku yang sudah lumayan lama masuk dalam wishlist :)
Karena setiap perjalanan punya cerita. Temukan cerita perjalanan lainnya di:
Perjalanan #0
Perjalanan #1
2 notes
·
View notes