#kan chibi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Happy birthday our dear kitsune.
Mitsuhide Birthday 2024 🎊🎉
#otome#kan art#kan chibi#ikesen#ikemen sengoku#ikesen mitsuhide#mitsuhide akechi#akechi mitsuhide#cybird games#cybird#happy birthday
60 notes
·
View notes
Text
MAMA ROACH
stickers available soon
28 notes
·
View notes
Text
Just finished Matara up!! She came out so cute. I’m probably gonna turn her into a charm.🩷
6 notes
·
View notes
Photo
02.01.23
#manga anime humanmgn fanart artistsontumblr digital art sketch artists on tumblr illustration kara poster art fan art sketchaday sketchtilly#kan#chiby#man#dark
0 notes
Text
My person favourite Hazbin Hotel character is Alastor. Aside from his personality I also love his design and I had so much fun recreating it in chibi way (especially his ears). I've also done Niffty... who to do next? You kan find him here!
#alastor#hazbin hotel#radio demon#hazbin#helluvaboss#vivziepop#radioapple#lucifer#lucifer morningstar#alastor x lucifer#keychain#hazbin hotel art#hazbin hotel merch#merch#fan merch#niffty#sir pentious#cherri bomb#angel dust#huskerdust#hazbin hotel husk
23 notes
·
View notes
Note
the moment that i was sold on the relationship lol
also, I remember people saying Ryuga cannot carry anyone because he had thin legs.
Hehehe...
That one can blame Kan-chan (and the rest of the tall beanpoles and burly builds in Geats casts lol) for making Ryuga look chibi small 😂😂😂😂
Like when you see Kan-chan and Ryuga in Geats the two look like skinny babies, yet put either the two with shorter casts in both Sukidoya and KareIru the two looked like Giants. And the oversized clothes also didn't help much.
Like the optical illusion whiplash I always felt whenever I see Kitamu-tan (Niram in Geats). Like in Geats he looked like an average modern tall person alongside Sakiyama-san or even Ryuji...
But then if you see his character in Touken Ranbu (Yagen Toshiro in Tousute and Eiga Tourabu), you'd think his Yagen can't be similar in heights more or less to Toumyu's Kashuu Kiyomitsu and Ishikirimaru BUT THEY ARE 👀👀👀👀👀👀👀👀👀
It's because of Yagen's damn SHORTS 😂😂😂😂 you think he's so smol bitesize cutie BUT HE'S NOT!
2 notes
·
View notes
Text
Sambutan Perayaan Tanggal 11 Bulan 12
Selamat tanggal 11 Desember!
Usia 27 ngga akan banyak yang beda, hari-hari yang berjalan dengan banyak hal, banyak perasaan, banyak sedih, banyak senang, banyak marah, kecewa, bosan, dan kombinasi rupa-rupa emosi lainnya.
Kita sepakat untuk paham bahwa.. yaa gitu, ngga selamanya bahagia, ngga selalu hari kita berjalan menyenangkan. Semoga untuk hari-hari kedepan kita bisa melewati dengan hati yang lebih lapang, hati yang lebih cantik. Berharap kita bisa melihatnya dengan mata yang lebih jernih, bisa melalui dengan senyum yang lebih manis, dan merayakan dengan tawa yang lebih renyah.
Kita ngga pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan, tapi semoga ada lebih banyak kejutan baik dan hal-hal menyenangkan nantinya. Mungkin kita akan ketemu banyak kenalan baru, berpisah dengan satu dua teman lama, mendengar beberapa lagu baru dari musisi favorit-- yang akan menambah panjang daftar putar, ah! Bisa jadi ada beberapa buku seru yang akan kita baca, film atau series yang kita tonton, juga tempat baru yang kita datangi. Dan banyak Kemungkinan lain yang akan kita tau hanya dengan menjalani dan melewatinya.
Jadi, mari tetap lakukan dengan sebaik-baiknya. Mari berjalan dengan perasaan gembira. Kamu tau, jika lelah kita harus ke mana? Iya, kembali ke hati kita yang semoga selalu percaya pada kebaikanNya.
Thank you, Aini ♡♡
Kamu biasa aja, tapi ini cukup.
Sebagai penutup, ingat potongan dialog Chibi Maruko-chan episode 774 yang baru-baru ini kita tonton,
"itulah sebabnya, kita beruntung bisa menghabiskan hari yang biasa saja"
Saat ini pasti kamu bisa lebih paham makna kalimat itu, kan?
(. ❛ ᴗ ❛.)
Waiit!!
Terakhir, kayanya kita perlu olahraga ngga si? Aiya satu lagi, ngga usah jauh-jauh punya target naikin berat badan, makan dulu aja yang bener! Terus.. aish kepanjangan ini nanti.
Intinya, kita harus (berusaha) sehat supaya bisa jalan jauh. 🧡
🐢🌙🌵
4 notes
·
View notes
Text
Hasil asesmen tengah semester 1 kakak sudah keluar. Sebagai seorang ibu yang sadar diri karena sudah memasukkan anaknya terlalu dini untuk masuk SD, hasil kakak termasuk bagus. Kalau diperingkat, dia peringkat 11 dari 28 siswa. Lemah di hafalan, kurang fokus dan teliti. Wajar sih, menurutku.
Kakak mulai terlihat menonjol di dua bidang. Ini yang sedang suami dan aku usahakan supportnya. Salah satunya menggambar. Gambar kakak bagus, lebih condong ke kartun tapi kakak kurang suka mewarnai, lagi-lagi menurutku, ibuknya. Jadi, ya ga apa kan ya ngumpulin komik-komik lama, siapa tau ya kakak juga bisa bikin komik. Uhuk, iyaiya akunya yang emang pengin koleksi komik tapi alesannya anak.
Fyi, komik yang akan aku perkenalkan ke kakak untuk pertama kalinya itu chibi maruko chan. aku nyari komik chibi maruko chan, rata-rata adanya preloved dan harga prelovednya untuk ukuran komik itu muahal, huhu, gapapa lah ya demi komik di lemari buku 🫣
0 notes
Text
Memiliki Superhero dalam Bentuk Mini
APRIL 2011
Hai, Sob-X! Tau action figure nggak? Itu loh patung mini menyerupai superhero. Action figure apa yang kamu senangi? Kenapa?
a) Pahlawan kayak Batman = 17,65%
b) Kartun lucu kayak Donal Bebek = 23,53%
c) Anime Jepang = 58,82%
Sob-X, masih ingat waktu kecil suka nonton film kartun apa? Pastinya macam-macam ya. Ada kartun Disney, serial anime Jepang, sampai kartun pahlawan pembasmi kejahatan. Yup, nonton kartun memang menjadi keasyikan tersendiri sewaktu menjadi anak-anak. Kalau udah gede, rasanya malu juga ya kalau nonton kartun. Sering dibilang kayak anak kecil. Padahal, orang dewasa juga boleh kan nonton kartun? Emang anak kecil aja, hehehe.
Well, kalau udah keasyikan nonton, biasanya kita jadi demen tuh sama salah satu tokohnya. Entah itu karena si tokoh hebat, cakep, kuat, atau unik. Saking ngefansnya sama itu tokoh, seolah-olah kita pengin banget jadi seperti mereka. Tapi, nggak mungkin lah ya. Lah wong itu cuma tokoh kartun. Hanya buatan dan hasil kreativitas manusia. Tokoh kartun tetap hidup di TV. Nggak pernah ada di dunia nyata.
Ups, tunggu dulu. Ternyata ada loh cara untuk memiliki tokoh kartun favorit kita. Emang sih bentuknya nggak kayak kartun alias digital animasi gitu. Namun, berbentuk kecil dan benar-benar mirip dengan tokoh kartun di TV. Yiha, siapa yang nggak mau punya coba. Yes, itu lah dia yang namanya action figure. Tokoh kartun yang dibuat replikanya dalam bentuk patung mini. Jadi, siapa superhero favorit Sob-X yang pengen banget dipunya action figure-nya?
Ada 17,65 persen Sob-X yang memilih, pengen banget punya action figure pahlawan yang mempunyai kekuatan super untuk membasmi musuh kayak Batman. Seperti Ahmad Rifqi Septahadi. Mahasiswa Teknik Industri Untirta ini mengungkapkan, mengoleksi robot Patlabor atau Gundam. “Keren banget. Mengingatkan pada waktu kecil dulu,” ujar remaja asal Cilegon ini.
Kemudian, ada 23,53 persen Sob-X yang lebih memilih untuk mengoleksi action figure jenis kartun-kartun lucu kayak Donald Duck. Kayak Alissya Lyssdiana. Menurut cewek ini, koleksi action figure itu emang lucu. “Tapi, aku penginnya kayak Micky Mouse,” jelasnya. Terus, Ita juga setuju sama Alissya. “Aku seneng yang lucu-lucu. Biar hidup lebih indah kalau ada yang menghibur,” tambah alumni MA Al-Khairiyah Pipitan Serang.
Tapi, ternyata kebanyakan Sob-X memilih untuk mengumpulkan action figure berwujud anime Jepang. Hal ini terangkum dalam persentase sebesar 58,82 persen. Tengok komentar Mochamad Reza Fachlevi mengiyakan hal ini. “Asalkan ada Doraemon-nya, aku mah suka,” aku Reza.
Iwin Pratama juga suka sama kartun-kartun Jepang. “Apalagi kalau Doraemon sama Chibi Maruko Chan. Favorit lah,” kata pelajar SMAN 6 Kota Serang ini. Dan, Hendra Al-Patten juga demikian. “Karena anime Jepang begitu lucu, menghibur, dan juga ada yang mendidik,” pungkasnya. (naufal-xpresi)
0 notes
Photo
Rarity Plush
after last weeks aj here is also a rarity I tried, honestly faux fur kan be quiet a challenge on such tiny ponies but nontheless she will be avaible at eponafest :3 This is again meplushyous chibi pattern :D
Posted using PostyBirb
1 note
·
View note
Text
Mon ami
.
.
Mulanya, ketika Ananta ceroboh meninggalkan tas olahraganya di kursi penunggu sebelum kereta datang, entahlah, saat itu ia benar-benar lelah dan mengantuk sampai tak sadar telah berdiri linglung karena suara interkom, melangkah ke dalam kereta, dan baru ingat pada jam kereta terakhir kalau ia kehilangan (padahal Fai menyebutnya orang yang biasa hati-hati, tapi manusia tetap saja manusia).
Ia pergi ke tempat lost and found keesokan harinya, usai latihan sore itu. Berlari-lari dan kecipak air mengenai sepatu sekaligus ujung jersey. Hujan mampir tanpa diminta, cukup deras. Ananta lupa bawa payung—yah, sepertinya ini hari sial yang lain.
“Nan?”
Oh, jauh lebih buruk rupa-rupanya, Ananta berpikir. Ia refleks mendongak dan matanya bertemu tatap dengan sepasang mata cokelat yang familiar (Ananta bahkan telah menduga ini siapa dari suaranya yang, yah, menyebalkan kadang), dari Lantana Claudia Milna—nama konsonan belakang yang kesemuanya A yang juga menyebalkan—sebelum kemudian ada senyum lugas yang sengaja Milna ulas untuknya.
“Kehujanan, ya?”
Ananta mengerjapkan mata, sekali, dua kali, lalu, “Begitulah,” sahutnya, agak canggung sekaligus bingung. “Tidak pernah berpikir bisa bertemu Milna di tempat seperti ini,” satu deheman kecil, “ketinggalan sesuatu juga?”
Milna mengangkat tas olahraga di lengan kirinya dengan kedikan bahu, Ananta mengerti.
“Itu punyamu?” tanya Milna, menunjuk loker di mana benda-benda lost and found sengaja disimpan dengan rapi. “Cuma anak Delta yang mau pakai gantungan panda imut begitu. Biar kutebak, buatan kimchi-chibi?”
Kimchi-chibi, nama artistik yang dipakai salah seorang anak sekolah Ananta yang sudah terkenal sebagai pembuat benda-benda seni. Kebanyakan digandrungi cewek-cewek, karena bentuk prakaryanya yang cenderung konyol dan kekanakan, seperti gantungan kunci tanda persahabatan yang dibelikan Fai untuk anak-anak satu timnya ini. Dan entah mengapa teman sialannya itu memilih figur panda—yang sekilas amat girlie sekali.
Impulsnya bisa saja berupa perasaan tersinggung, atau sejenisnya, tapi Ananta tidak mau melakukan hal bodoh—cukup untuk hari ini dan kemarin. Kekehan samar adalah balasan yang Ananta pilih, menyeimbangi celetukan Milna yang begitu ringan dan tanpa pikir panjang.
“Manajer kami yang bikinkan, Milna.” Katanya berbohong. Sarah, si manajer galak itu mana bisa bikin perintilan macam begini. Memasakkan telur dadar waktu mereka pergi turnamen saja tidak ada yang benar, gosong, pahit.
“Ah,” Milna menepuk kening, “Tentu saja. Aku lupa kalau Delta punya wanita cantik. Enaknya…” Ananta melirik cepat, tetapi gadis itu lekas menambahkan. “Bukan apa-apa, yang tadi itu murni pujian. Tentu aku tidak berpikir kalian sekumpulan anak laki-laki yang mata keranjang atau apa.”
Lagi-lagi, dengan nada seringan kapas. Milna memang sosok yang begitu. Ceplas-ceplos. Kali ini Ananta bingung mau menanggapinya bagaimana. Maka ia hanya cukup tersenyum miring sebelum akhirnya petugas muncul dan menanyakan apa barang yang hendak diambilnya. Ananta lalu beringsut, berkata bahwa kemarin ia meninggalkan tas olahraga, dan menjawab setiap pertanyaan si petugas untuk memastikan apakah benda yang tertinggal benar-benar kepunyaannya. Ia harus menuliskan nama dan memperlihatkan kartu identitas, prosesnya cukup makan waktu sampai akhirnya tas olahraganya dikembalikan.
Awalnya Ananta membayangkan apakah baiknya ia langsung pulang dengan hujan yang makin lama makin deras, atau menunggui guyuran air dari langit itu di kedai ramen dekat stasiun, atau bahkan sempat kaget karena tak pernah menduga Milna belum beranjak sedikit pun dari tempatnya semula.
“Hujan, Nan. Aku tidak bawa payung.” Sahut Milna tanpa Ananta minta. “Kamu juga kan?”
“Eh… iya.”
Bahu Milna berkedik tak acuh. “Lupakan dulu soal voli dan lalala lilili-nya.”
Kening Ananta mengerut. “Hah?”
“Aku dengar ramen seberang sana enak. Kata Sherry, sih. Meskipun meragukan.” Gadis itu menepuk perutnya dua kali. Dan Ananta tidak terpikir siapa itu Sherry. Mungkin bestie-nya di kelas, entahlah. “Tapi perutku sudah bunyi dari tadi dan makan sendiri kelihatan jones banget, ya kan? Jadi, mau mampir sebentar?”
Kemudian Ananta bertanya-tanya kenapa pula ia harus sampai sulit menolak.
.
.
Siklusnya berjalan serupa yang tidak Ananta sangka.
Di stasiun kereta terjebak. Lagi-lagi. Hujan hampir tanpa diminta (yah, hujan tidak perlu izin juga lagipula), lagi. Dan… Milna lagi.
Kali ini dia datang dengan dua gelas kertas kopi di masing-masing tangan, berkata kalau sebenarnya ada janji dengan rekan sesama pemain tenis tapi batal secara sepihak. Bukan anak Kolese, kok, kata Milna menyebut nama sekolahnya sendiri. Ya, mereka ini beda sekolah, kenal karena Milna jadi atlet tenis cemerlang sewaktu mereka satu SMP sebelumnya. Ananta sendiri punggawa voli dulu, dan kini ia lanjutkan di Delta—tim yang punya citra super berisik di lapangan itu, yang Milna hapal. Ah, lupa kukatakan kalau Milna ini juga populer di masa-masa SMP itu. Dan sebenarnya Ananta juga salah satu dari sekumpulan anak laki-laki yang melirik Milna tiap kali gadis itu berjalan di koridor sekolah—meski hanya sepintas lalu. Yaaa, tidak cukup benar-benar menyita atensinya secara khusus, karena Ananta bukan tipikal anak lelaki yang gemar memikirkan kehidupan romansa. Hidup ini biarlah berjalan biasa-biasa saja, begitu pikirnya rupa-rupanya.
Dan barangkali kenapa Milna bilang begitu tanpa Ananta minta, mungkin Milna menebak pertanyaan lanjutan yang dibacanya lewat sorot mata kenalannya itu.
Salah satu gelas kertas diulurkan ke depan Ananta, katanya itu gratis, katanya ia tak ingin menghabiskan dua gelas kertas kopi sekaligus dan tak ingin perutnya bermasalah. Katanya suhu cukup dingin dan Ananta tidak sedang pakai jaket, Milna kukuh mengulurkan sebelum kopinya jadi dingin.
Mereka duduk bersisihan sambil menanti kereta selanjutnya, meski jalur yang diambil jelas berbeda. Topik obrolan yang diangkat Ananta lebih sering ke arah olahraga, dan mereka was-wes-wos saja kelihatannya kalau sudah begitu. Jelas nyambung. Tapi kemudian topiknya melipir ke arah lain, tentang tahun-tahun terakhir di sekolah sebagai angkatan kelas tiga, tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya nanti, selain voli, tenis, seandainya suatu saat nanti—cepat atau lembat—olahraga bukan menjadi suatu profesi.
“Aku mau ke Singapura, atau Copenhagen—mungkin Barcelona,” ujar Milna lugas, seolah dia mengucapkan akan lolos ke liga nasional—sebelum kemudian melenggang ke court kelas dunia. Optimis sekali rupanya. “Bagaimana denganmu, Nan?”
Ananta menggeleng samar. Saat itu bunyi interkom kereta selanjutnya bergema, ia spontan berdiri dan Milna mengikuti, sama-sama berpijak di depan garis pembatas. “Kalau boleh jujur, aku masih belum terpikirkan untuk meninggalkan kota ini.”
“Hmm… begitu, ya.”
“Apa yang akan kamu lakukan di Copenhagen dan mana-mana saja tadi itu, Mil?”
Akan tetapi jawabannya tidak lantas keluar. Kereta Ananta lebih dulu tiba, cepat meski tidak dalam sekejap hingga atmosfer di antara mereka pecah karena keramaian kecil oleh jam-jam rush hour. Ananta menunggu sejenak dan lupa akan pertanyaannya yang belum Milna jawab. Ia bisa merasakan gadis itu melepaskan court jacket-nya lalu dia sampirkan begitu saja di sekeliling bahu Ananta. Kedua kakinya yang panjang dan tipis berjinjit agar bisa melakukannya.
“Yang ingin aku lakukan? Kabur, tentu saja,” bisik Milna, sesaat ada jenaka yang terselip. Ananta gagal meloloskan protes begitu Milna mendorong punggungnya pelan tanpa sadar sampai kaki berpijak dalam kereta. Tubuhnya lekas berbalik tapi pintu bergeser setelahnya. Ia hanya dapat melihat seulas senyum yang tersungging di wajah gadis itu.
Ananta mencium aroma citrus berbilur petrikor, lengan court jacket Milna menggantung begitu saja dan dia yakin kepalanya saat ini kosong. Tak menyentuh lima menit lamanya sampai kereta melaju dengan perlahan, pelan, kemudian cepat dan panorama stasiun silih berganti.
Ananta Adilaksa Pramudya—yang ternyata namanya juga semua berkonsonan akhir A yang menyebalkan—kerap kali bertanya-tanya, namun jawabannya nihil.
.
.
“Lama sekali, Nan.”
Napas Ananta tersengal, angka arlojinya berjingkat sepuluh menit sebelum kereta terakhir muncul ketika ia berhenti di hadapan kursi penunggu, malam itu, dan tak menduga akan menemukan Milna di tempat biasa. Lengkung senyum yang sama-sama biasa itu, lalu sorot mata itu.
“Aku pikir kamu tidak akan ke sini,”
Sebelah alis Milna meliuk. “Hah? Kalau tidak lewat stasiun ini aku mana bisa pulang.”
“Bukan,” Ananta menggeleng, “maksudku, kamu kan tidak perlu menunggu sampai kereta terakhir, Milna.”
“Latihanku sampai malam, kok,”
“Tapi Fai bilang dia sempat bertemu Cecil tadi sore.” Ananta menyebut nama kapten timnya yang memang berpacaran dengan rekan atlet tenis sekolah gadis itu.
“Nah, nah, Ananta,” sela Milna, menepuk kedua bahu Ananta dengan ringan. “Kalau begitu pertanyaanku sama, kenapa kamu buru-buru sekali datang ke sini?”
“Ah,” benar juga, rasanya seperti mati kutu. Ananta hanya ingat kalau ia membawa kantong kertas berisi court jacket Lantana Claudia Milna yang telah dicucinya bersih dan wangi. Ia hanya ingat sesusai latihan nanti harus segera pergi ke stasiun (sejenak Ananta menggerutu karena tidak bisa menghubungi Milna lewat ponsel, meskipun tidak bertahan lama. Karena, kenapa pula ia harus menggerutu gara-gara nomor ponsel?). Akan tetapi rencananya buyar saat Pak Lukas menambah porsi latihan dan Fai menyetujuinya secara sepihak, atau karena pada dasarnya Ananta memang enggan menolak. Harapan untuk pergi secepat mungkin batal, barangkali ia bisa menyerahkan court jacket itu nanti, esok, esoknya lagi atau kapan pun, dan terkejut saat dugaannya meleset.
“Tidak dijawab juga tidak apa-apa,”
Ananta tersentak kecil. Oh, rupanya Milna menunggu. “Itu… yah, cuma mencoba peruntungan, jadi—“ ucapannya terputus, manakala ketika dua lengan yang tidak pernah Ananta sangka akan terulur menarik tubuhnya dalam sekejap mata, tanpa tendeng aling-aling, kemudian menariknya dalam satu pelukan hangat. Tubuh gadis itu tentu saja lebih kecil darinya yang bongsor khas anak voli. Tapi hangat itu bisa ia rasakan seketika.
“… Milna?”
Pelukannya tak pernah dikembalikan, dan tidak pula bertahan lama. Milna melepasnya cepat sembari memegang kedua lengan bawah Ananta, lalu mengulas senyum jenaka. “Senang bisa kenal seperti ini denganmu.”
.
.
Ada secarik kertas kecil yang Ananta temukan dalam saku jaketnya, dua hari kemudian, dan bunyinya seperti ini; Omong-omong, tahu gak? Kalau waktu itu tidak hujan dan Ananta pakai jaket, aku tidak mungkin bisa memberikanmu court jacket. Kamu harus tahu betapa gugupnya aku saat itu, astaga, bukan aku-sekali sih. Tapi yah, hujan kemarin itu momen yang bagus. Aku sudah bisa menduga akan ada saat di mana kamu datang untuk menemuiku dan surat—apa ini bisa dibilang surat?—ini bakal sampai. Ananta wangi, ya, aku jadi ingin memelukmu terus, ehe.
Tak ada salahnya kan, ingin mengenalmu lebih dekat? Ini pasti bakal terdengar cheesy, sih. Tapi tak apa lah, sekali-sekali. Aku pasti akan melakukannya, kok, Nan. Jadi tenang saja. Tunggu aku sampai pengobatan cedera engselku di Singapura selesai, ya.
—Lantana Claudia Milna.
.
.
Si Milna, atlet tenis yang agak terlihat sombong dan cenderung ceplas-ceplos itu menyuratinya?—hanya untuk... mengajukan permohonan agar bisa lebih mengenal dirinya, yang, entahlah, anak-cupu-meski-atlet-voli?
Baiklah, harus Ananta akui tindakan itu teramat manis; ramen, kopi, court jacket, dan secarik surat permohonan. Dan Milna memang gadis yang manis.
Mungkin... mungkin, banyak sisi Milna yang tidak Antanta tahu.
Lalu, hari-hari berlalu.
Terkadang Ananta mendapati dirinya melamun saat menanti kereta tiba dan tanpa sadar mengharapkan secangkir kopi hangat terulur, meski hasilnya tak kunjung terjadi. Tidak ada pula siapa-siapa, atau lengkung senyum jenaka bahkan afeksi kecil seperti court jacket yang tersampir.
Namun, hujannya sering kali mampir kala itu.
0 notes
Text
Hideyoshi
I wanted to try many different ways in drawing chibi.
#kan art#kan chibi#ikemen sengoku#ikesen#cybird ikemen#ikemen series#cybird#ikesen hideyoshi#toyotomi hideyoshi
39 notes
·
View notes
Photo
Another try at some painty things! This time with Xion.
#art#drawing#digital art#krita#xion#kan art#kh art#kingdom hearts#kingdom hearts xion#kingdom hearts art#kh xion#painting#finished art#chibi#chibi art
8 notes
·
View notes
Text
08 - Elder Seedseer Kan-E-Senna
#final fantasy 14#ffxiv#kan e senna#gridania#eorzean alliance#endwalker chibi countdown#my artwork#my art#ffxiv fanart
19 notes
·
View notes
Photo
Kan Tae-Jun, the second son. I hadn’t tried drawing him before.
#surprise everyone!#this time it's a Yona character#Kan Tae-Jun#Akatsuki no Yona#Yona of the Dawn#faintwalker's art#ballpoint#doodle#chibi#he came out okay
25 notes
·
View notes
Text
Tenka Hyakken: Welcome to Meiji Hall!
Tenka Hyakken: Meiji-kan e Youkoso!
Rating: 1/3
Categories: action, adventure, chibi, comedy, fantasy, game adaptation, historical, martial arts, slice of life, supernatural
The mitsurugi are the maiden incarnations of ancient swords who vowed to live peacefully after the era of warfare came to a close. However when a new evil appears in an alternate version of the Meiji Era they must once again dive into battle in order to protect the present. In a nutshell it’s pretty much just female Touken Ranbu.
S1, 12 eps
#Tenka Hyakken Welcome to Meiji Hall#Tenka Hyakken Meiji-kan e Youkoso#Tenka Hyakken#1/3#action#adventure#chibi#comedy#fantasy#game adaptation#historical#martial arts#slice of life#supernatural#1 season only#7 - 13 episodes#short episodes#short series#anime recommendation
3 notes
·
View notes