#dekap
Explore tagged Tumblr posts
Text
Dalam dekap diam dalam ujung yang tak usai,
Ingin berpamitan dengan dekapan yang melekat, lalu kita harus bagaimana? Berpamitan tanpa harus menoleh lagi, sangat mustahil.
Seerat dekapan dalam sayup kedinginan, diam meratapi apa yang sudah terjadi.
Pamit dari dekapan hanyalah kata bukan dari perasa.
_kidungkidung
1 note
·
View note
Text
Tubuhnya mungkin selamat setelah beberapa kali ia berambisi untuk coba terbang; berambisi dekap pulang, peluk tanah harap tak ada runyam esok menjelang.
Tapi jiwanya telah menjadi pusara tanpa peziarah, yang bunganya rupa kering dan layu—yang mengalun sepinya, namun riuh perihnya.
— Arief Aumar | pusara
#sajaksesak#sajak#quote#patah hati#luka#puisipendek#puisi#ariefaumar#prosa#mens mental health#suicideprevention
111 notes
·
View notes
Text
Berapa Lama Aku Bisa Setenang Ini? (Buku: Bias Rindu)
Berapa lama aku bisa setenang ini? Setenang aku mencintaimu tanpa khawatir akan patah hati, sekalipun kau tak pernah berjanji untuk selalu ada dan melindungi.
Berapa lama aku bisa setenang ini? Setenang aku merindukanmu tanpa dibelenggu resah untuk bertemu, sekalipun kau tak pernah menjamin akan mengganti rinduku dengan dekap lembutmu.
Berapa lama aku bisa setenang ini? Setenang aku memahamimu dengan akal dan hati yang begitu lapang, sekalipun kau tak pernah memastikan akan membalas segalaku dengan umur kesetiaan paling panjang.
Berapa lama aku bisa setenang ini? Setenang aku menantimu tanpa lelah dan takut dibunuh waktu, sekalipun kau tak pernah tahu, akulah yang paling layak untuk hati dan hidupmu. Hanya aku.
@elsasyefira
23 notes
·
View notes
Text
Mahkota Api
"Lalu ingatlah aku sebagai tempat pulang paling palung--rumah bagi seluruh cemas yang ada, seiring kedua tanganku yang kau paku silang di atas kepala."
Dalam satu nafas, ribuan debar menenggelamkanmu ke riuh kepalaku yang dipenuhi tanda tanya. Aku tak mabuk meski dijejal berbotol-botol vodka, tapi robusta di basah bibirmu jadi alasan paling utama. Apakah tubuh siang kau dekap? Hingga panasnya sampai ke sekujur tubuhmu--teriknya sampai pertigaan tubuhku. Tolong hentikan waktu, aku takut besok lusa kita dicambuk jarak yang lebih jauh dari ini--di saat tubuh kita mestinya tak miliki jarak sama sekali.
Dalam memandang kita memendam, akrab dan tak bisa dijangkau, bersama sekaligus asing. Aku dendam dan akan balas dendam di bunga tidurmu. Menghisap habis sayang yang kita sembunyikan dari basah bibir. Mencumbu rindu yang gejolaknya sampai pertigaan pinggul--tempat kau terjebak kemacetan.
Sebut namaku! aku akan melebur di sekujur tubuhmu; meluruhkan gerhana kenangan berkepanjangan, melumat api di bibirmu dengan namaku sebagai bara paling memabukkan. Huruf A mengangkat wajahmu menuju kata paling mendebarkan. Lalu ingatlah aku sebagai tempat pulang paling palung--rumah bagi seluruh cemas yang ada, seiring kedua tanganku yang kau paku silang di atas kepala.
Tuan, segala yang di bawah milik yang di atas kan?
Sialnya, kita mungkin cuma persinggahan.
27 notes
·
View notes
Text
154.
Untuk dia yang kan ku temui di sebalik pekatnya langit.
Semakin bertambahnya usia, aku semakin mengerti bahwa menemukan seseorang yang mampu menyederhanakan berisiknya isi kepala dan bertukar pikiran rasanya menyenangkan.
Dia tidak harus menanggapi semua ratapanku. Lisannnya tidak perlu mengeluarkan kalimat motivasi. Diam dan fokusnya dalam mendengarkan sudah membuatku paham jika hidup tidak boleh semenyedihkan itu.
Semakin menua, rasa sakit, trauma, kecewa yang terpahat menjadikanku semakin mengerti ke arah mana seharusnya bahagiaku bermuara.
Hidup bukanlah perbandingan. Mereka yang terlihat "selalu bahagia" sebab aku hanya tidak tahu rasa sakit seperti apa yang sudah mereka lalui hingga akhirnya bisa sebahagia itu dalam menikmati hidup sekarang.
Aku masih harus belajar lagi, lagi, dan lagi perihal makna cukup dan rasa syukur pada apapun hasil yang bisa ku genggam dalam dekap.
Nanti, jika telah ada yang bisa membuat rasa syukurku terus bertambah, mau mendukungku bertumbuh dan mengingatkan tentang makna cukup ku pastikan dia orangnya.
Sebab aku tidak sedang mencari yang sempurna. Cukup dia yang mampu membuatku tenang bagaimana pun semesta memperlakukan.
Hujan, 22.46 | 21 April 2023.
372 notes
·
View notes
Text
Memaklumi Kepergian
"Dimana sesuatu yang memiliki sebuah kepastian itu berada? Apakah pada dawai yang kerap meninggalkan gurat makna dalam nyanyiannya? Atau apakah dalam bening air mata yang menegaskan bahwa rasa tulus memang memiliki kepastian dan tak perlu dipertanyakan?"
Kali ini aku masih terus mempelajari tentang makna kepergian. Banyak hal dalam hidup yang pergi begitu saja meskipun kerap kali aku tahan langkah kakinya. Entah, kerinduan seolah akan menikam saat aku mendengar bahwa sesuatu harus pergi atau telah habis masanya.
Apa yang perlu kita tahan saat kita tahu jika hidup memang fana. Segala hal di dalamnya termasuk manusia atau barang kesayangan. Bahkan, mimpi sekalipun dapat direnggut seketika jika Tuhan mau mengambilnya saat itu juga.
Wahai, kita memiliki apa sebenarnya hingga rela bersimbah juga bersimpuh hanya untuk memohon segala hal untuk bersedia bertahan lebih lama? Wahai, kita siapa sampai berani menikam hal di luar kendali hanya untuk tetap berada dalam dekap dan genggam?
Melupakan dan merelakan akan menjadi komposisi yang hadir dalam setiap perjalanan menuju ikhlas. Sebab sulit kiranya dituntut belajar seumur hidup untuk bisa memaklumi kepergian. Kita perlu bersedia mengorbankan waktu lebih banyak, sebab bisa jadi panjang perjalanan tidak bisa kita tentukan.
Kepergian akan selalu mengorbankan banyak hal, termasuk kamu dan hatimu. Maka perlahan wajarkanlah, hidup berputar dengan segala kepergian ...
Bandung, 01 Maret 2024. 22.49
55 notes
·
View notes
Text
Hari Melepaskan
Oleh : Kevin Setyawan
Teruntuk dirimu ingatlah bebas dan kesepian sangatlah tipis
Tiba juga hari itu. Suatu hari yang selalu menjadi ketakutan terbesar dalam pikiranku bagaimana aku perlahan menghadapi dunia tanpamu lagi.
Bagaimana aku akan melihat langit biru dengan jutaan merpati terbang bebas di alam sana sendiri tanpamu dengan jutaan tanya besar dalam kepalaku “apakah kau benar benar pergi dariku?” .
Haruskah aku hadapi jutaan kelabu dalam pikiranku sendiri? Mengingat dirimu selalu memberikan kekuatan bak mentari setelah hujan lebat tengah turun membasahi bumi.
Apakah bisa hatiku benar benar mengikhlaskan dirimu yang kini tengah termenung bahagia menemukan ia sebagai rumah barumu?
Sesakit ini rasanya membunuh rindu yang kerap kali datang secara tiba tiba membawamu jutaan kenangan tentangmu kembali padaku.
Rasanya seperti menikam hatiku sendiri di tiap detiknya berusaha menahan rindu rindu yang kembali pulang padamu.
Diakhir perjalanan nanti jikalau alurmu tak sesuai dengan semua ekspetasimu kembalilah pulang padaku raga ini masih akan bisa menerima setiap dekap darimu sekalipun rasanya tak sehangat dulu.
21 notes
·
View notes
Text
Izinkan aku berhenti menyayangimu. Berhenti meramu identitasmu dalam diskusiku dengan Tuhan. Berhenti mendambamu dalam dekap hening. Berhenti meneguk tiap tetes rindu setiap malam. Berhenti. Aku telah patah hati berkali-kali dan ini saatnya aku berhenti. Bukankah ini kemauanmu? Aku wujudkan ya. Aku berhenti. Selamat pergi.
- Sastrasa
#quote#puisi#quotes#galau#inspirasi#sedih#bahagia#motivasi#senang#kasih#sastra#literasi#syair#sajak#berhenti#perpisahan
47 notes
·
View notes
Text
Kalau pagi beralih menjadi malam, dan sekarang beralih menjadi nanti. Maka dekap yang tak sanggup kupeluk sekarang, apakah mungkin terjadi di lain hari?
48 notes
·
View notes
Text
KALOPSIA
Duhai kekasih, sore belum juga menua ketika lirih terdengar alunan nada sedih di kejauhan. Dentingnya menggelisahkan benak yang tengah diperdaya kerinduan. Saat-saat seperti ini, aku ingin engkau membawa serta aku ke tempat dimana tak ada rasa kesepian. Beberapa waktu perasaan kita bertahan dalam diam yang kita sangka adalah tenang. Tabah ternyata telah dengan sengaja mengumpankan diri pada tetapnya jalan suratan.
Mengapa cinta di antara kita serasa tak berkenan?
Dalam hati aku bertanya-tanya, bila kita ini sebaiknya berlari ke ujung dunia sembari merapatkan genggaman yang sedari awal telah bercelah; atau jika kita pergi saja pada cakrawala yang mana matahari menolak untuk terbenam lalu menasbihkan janji cinta kepada Sang Kala.
Engkau selayak penjaga tenang semestaku.
Tegarmu menguatkan aku melalui terik kemarau dan risau badai seribu musim. Bersamamu aku seolah mampu melampaui gelap segemerlap Cassiopeia dengan kecepatan cahaya pada pusaran Andromeda.
Aku bahagia sekedar bersandar saja pada bahumu dan kita berbincang tentang rasi-rasi bintang.
Duhai belahan jiwa, sang gulita semakin liar membuai dalam lingkar enigma takdir yang menanti untuk dijumpa. Aku masih saja berkeras kepala memikirkan akankah kita terhapus dari catatan langit atau kita sebenarnya tengah tersesat saja.
Sejatinya kita adalah bidak catur yang penuh ketidaktahuan.
Bila kelam telah mengalahkan terang, kelak kecuplah aku penuh keberanian seperti terakhir kali senja menantang pendar sang Bulan. Dekap erat saja aku seberpeluh cintamu hingga aku berserpih dan keping-kepingnya menyatu dalam teka-teki misterimu.
Pada hari saat hujan tak henti membasahi tubuh kita, katamu, "selamanya takkan pernah ada yang berubah dari kita. Sebab ini bukan tentang jarak, tapi tentang rasa."
Tetapi sayang, andai terbang bukanlah pilihan akankah sayapmu bersedia jua patah bersama-sama?
#love#relationship#quotes#sayings#heartbreak#sajak patah#patah hati#perpisahan#goodbye#cintalks#cinta#puisi cinta#kata cinta
26 notes
·
View notes
Text
Aku Butuh CintaMu
Adakah cinta yang lebih sempurna dari cintaNya? Saat kegalauanmu selalu diredakan dengan berbagai wujud jawaban dan peringatan.
Beberapa kali berhadapan dengan situasi yang cukup mengganggu pikiran. Sampai kadang meragukan masa depan sendiri dan jadi cemas berlebihan. Namun, beberapa kali itu juga Allah tak membiarkan diri ini larut sendirian.
Lewat perantara orang-orang yang menyampaikan nasihat kebaikan (kajian ustaz dan postingan media sosial) salah satunya. Tanpa aba-aba ia hadir di depan mata, dan membuat terpaku untuk menyimak dan memikirkannya. Hingga bisa bergumam "ini kan yang aku pikirin semalam/kemarin".
Spontan cairan bening itu membasahi pipi. Langsung teringat dengan kehadiranNya, begitu lekat dalam nadi.
Ya Allah, bagaimana kubalas cintaMu ini? Tentu aku tak akan mampu. Sekali lagi, tidak, berkali-kali lagi Ya Allah, teruslah tegur aku saat kegelisahan itu datang lagi. Jangan biarkan aku merana dalam pikiran sendiri. Berprasangka pada apa yang belum terjadi dan berputus asa atas apa yang telah kulalui.
Ya Allah, bagaimana aku bisa tanpaMu? Sedang cintaMu sedalam itu terus merangkulku kembali. Jangan lepaskan aku ya Allah, jangan biarkan aku melepaskan diri dari dekap kasih sayangMu. Apalah aku tanpaMu. Hanya sebutir debu yang tak bisa berpijak lama di atas bumi tanpa pertolonganMu.
Terima kasih ya Allah, atas penawar kegelisahan itu.
7 notes
·
View notes
Text
Adarusa : orang yg meminjam sesuatu (uang atau barang) tapi ga ada kemauan buat ngembaliinin.
Adikara : Berkuasa, berwibawa
Adiwarna : Indah sekali, Bagus sekali
Adiwidia : pengetahuan yang paling tinggi.
Afsun : pesona
Akaid : kepercayaan yang telah pasti dan tidak boleh dipersoalkan lagi; ilmu tentang kepercayaan.
Aklimatisasi : penyesuaian (diri) dengan iklim, lingkungan, kondisi, atau suasana baru.
Aksa : jauh.
Alimun : golongan pekerja yang sudah tidak produktif.
Amarta : kehidupan
Ambivalen : bercabang dua yang saling bertentangan (seperti mencintai dan membenci sekaligus terhadap orang yang sama).
Amerta : tidak dapat mati, abadi.
Anca : rintangan, kerugian
Ancala : gunung
Anindita : sempurna
Anindya : cantik jelita
Arca : patung dari batu
Arumi : harum, wangi
Arunika : cahaya matahari pagi sesudah terbit.
Asa : harapan.
Asmaradana : cinta yg menyala- nyala.
Asmaraloka : memiliki arti dunia (alam) cinta kasih.
Asrar : rahasia
Bagaskara : matahari
Baka : abadi, kekal, langgeng
Baskara : matahari
Baswara : bercahaya.
Bena : ombak; banjir.
Bentala : bumi
Bestari : berpendidikan.
Bianglala : pelangi
Binar : sinar.
Buana : dunia
Bumantara : angkasa.
Cakrawala : horizon, kaki langit.
Candala : rendah diri
Candramawa : hitam bercampur putih (tentang bulu kucing).
Cengkerama : senda gurau
Cerpelai : musang, yang suka sekali memakan ular.
Chandra : rembulan
Dahriah : orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, ateis.
Dekap : peluk, lekap, rangkul
Derana : tidak lekas patah hati, tahan dan tabah menderita sesuatu.
Dersik : Desir angin
Dewana : tergila-gila
Dikara : indah, mulia.
Diranda : pemberani
Dirgantara : ruang angkasa
Dwilogi : dua hal yang bertaut
Ejawantah : menjelma; menjadi berwujud.
Ekskursi : perjalanan untuk bersenang-senang; piknik; darmawisata.
Elegi : syair ratapan dukacita
Embara : berkelana
Esa : satu; tunggal.
Eunoia : pemikiran yang indah, pikiran yang baik.
Fadihat : kejelekan; keaiban; kenistaan.
Gahara : keturunan raja yang tulen (ayah ibunya anak raja-raja).
Gamang : takut, khawatir
Gandrung : sangat rindu.
Gemintang : rasi bintang.
Gempita : meriah
Genta : lonceng besar.
Gulita : gelap, pekat
Gurindam : sajak petuah
Hanca : pekerjaan yang tertunda.
Harsa : kegembiraan
Ina : matahari pagi
Insinuasi : tuduhan tersembunyi, tidak terang-terangan/tidak langsung; sindiran.
Jatmika : sopan
Jatukrama : sepasang kekasih
Jenggala : hutan.
Jentera : alat yang berputar
Jumantara : langit, udara.
Kalis : suci, bersih, murni.
Kama : cinta, asmara.
Kanagara : bunga matahari
Kanaya : bahagia, sempurna
Kanigara : bermakna bunga matahari.
Karsa : kehendak, niat.
Kartika : bintang
Katastrofe : bencana yang datang tiba-tiba.
Kelindan : benang yang berpilin, penggulung benang.
Kidung : nyanyian, puisi.
Kirana : sinar, cantik
Kirmizi : warna merah keunguan.
Klandestin : Kegiatan yang dilakukan secara rahasia / diam diam
Kulacino : bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah.
Lazuardi : permata berwarna biru kemerahan, warna biru muda langit.
Lembayung : Warna merah bercampur ungu
Lengkara : mustahil, beduk, tabuh, nekara.
Lindap : redup, mendung, teduh.
Litani : doa yang diucapkan bersama-sama.
Lokananta : gamelan di kayangan yang bisa berbunyi sendiri.
Maharani : permaisuri.
Mahligai : tempat / kediaman keluarga raja.
Mangata : bayangan bulan di air yang terbentuk seperti jalan.
Maya : semu, sementara
Mayapada : bumi, dunia
Mega : awan
Menjura : membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan (dengan maksud menghormat).
Meraki : Melakukan sesuatu dengan Jiwa, Kreativitas, dan Cinta
Mudita : Perasaan bahagia melihat kebahagiaan dan kesuksesan orang lain
Nabastala : langit
Nata : raja, baginda
Nayanika : mata yang indah.
Nelangsa : sedih
Neraca : timbangan
Nestapa : sedih sekali, susah hati.
Netra : mata, penglihatan
Nirmala : Suci / tidak berdosa
Nirwana : ketentraman
Niskala : abstrak. kokoh dalam bahasa Sansekerta dan bermakna kemenangan manusia dalam bahasa Yunani.
Nuraga : rasa simpati pada sesama.
Pancaroba : pergantian musim.
Pancarona : bermacam macam warna
Payoda : awan (yang menghasilkan air)
Petrikor : Aroma harum tanah kering terkena air hujan
Pitarah : nenek moyang.
Puspas : campur aduk.
Rahara : gadis yang sudah dewasa.
Rahsa : rasa terdalam
Ranum : matang.
Renjana : rindu yang dalam
Rinai : gerimis, hujan rintik-rintik
Risak : mengusik atau mengganggu.
Sabana : padang rumput
Sabitah : bintang yang posisinya tetap berada di langit.
Samsara : terlahir kembali
Sandyakala : cahaya merah saat senja.
Sanubari : hati, nurani, perasaan.
Saujana : sejauh mata memandang
Segara : laut
Selia : rapi, elok.
Seloka : larik puisi
Semenjana : tengah, sedang.
Senandika : firasat, konflik batin yang paling dalam, wacana dengan diri sendiri dalam drama untuk mengungkapkan perasaan.
Singgasana : kursi raja / penguasa
Sorai : teriakan kebahagiaan
Sporadis : kadang-kadang, tidak tentu
Suaka : tempat berlindung
Sumarah : keadaan pasrah
Suryakanta : kaca pembesar.
Swafoto : potret diri sendiri, selfie
Swasmita : Pemandangan indah saat matahari terbenam
Swastamita : pemandangan indah saat matahari terbenam.
Syahda : elok, cantik.
Taklif : penyerahan beban (pekerjaan, tugas, dan sebagainya) yang berat (kepada seseorang).
Taksa : ambigu, memiliki dua atau lebih arti.
Telaga : danau di pegunungan
Temaram : remang-remang
Terambau : terjatuh
Trengginas : lincah dan terampil.
Tuna : kehilangan
Ugahari : sederhana.
Undagi : tenaga ahli.
Wanodya : gadis remaja.
Widya : pengetahuan
Wira : pahlawan, laki-laki
Wiyata : pelajaran / pengajaran
6 agustus 2024
8 notes
·
View notes
Text
Terang itu Masih Menyandang Namamu, Terang yang ingin kutuju saat ruang tenangku menjadi gelap dan penuh gemuruh
Malam itu, aku berharap pagi lekas datang dan setidaknya seluruh perasaan buruk itu dapat sementara terpendam. Dan ya, setidaknya aku bertahan sampai pukul 4 sore. Selebihnya aku kembali menjadi raga yang senyap dengan batin yang porak poranda. Bahkan gejala ketidakwarasan telah terasa sejak siang. Diantara banyak adegan kehidupan aku tenggelam dalam samudra lamunan. Melewatkan candaan dan perbincangan asyik yang bahkan tak sempat didengar. Tak sadar aku sedang mengisi ulang pikiran dan batin dengan kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan. Tolong, segera bawa aku pulang. Sebelum rasa pedih ini makin mendesak ingin segera membuncah.
Rasanya serba sesak. Banyak ruang seakan terisi penuh tapi tak satupun menampakkan wujudnya. Semakin dalam dilumat gelap malam, aku takut ada benang yang retas dalam diri dan membuatku lenyap. Aku ingin bicara, memuntahkan segala lara yang sulit dikisahkan. Tapi tak ada sesiapa, rasa-rasanya. Ada denyut lain yang seperti kesepian, tapi rasanya lebih menyakitkan. Dalam perenungan paling pasrah, terbesit satu nama redup-remang. Namamu. Masih kamu.
Terpikir tentangmu, di kala diri dihabisi oleh kelesah, aku ingin egois menjadi manusia durjana yang merengek hadirmu saat ini juga. Atau boleh aku datang padamu?. Tapi maaf, sedang badaiku makin tak karuan. Alih-alih bingkisan, yang kubawa hanya isak yang tertahan. Sejenak saja kupercayakan duka dan luka yang tengah merajahi jiwa. Tolong, bolehkan aku hancur dalam dekap teduhmu.
S.
7 notes
·
View notes
Text
Seperti apa bentuk patah hati? Melihatnya dalam dekap seseorang. Sementara tidak berhak aku untuk mengaku cemburu.
-Niken Taurista-
15 notes
·
View notes
Text
Dekap
Oleh : kevin setyawan
Aku ingin bebas terbang berkelana diatas cakrawala sana mencari jalan menelisik ruang dan waktu untuk kita kembali bersatu.
Menembus ruang dalam dimensi aku akan kembali menujumu pada suatu tempat dimana waktu sudah tak berlaku lagi , hanya kita dan jutaan bahagia didalamnya.
Bisa mendekapmu dengan erat untuk menyeka seluruh tangismu menjadi ribuan tawa bahagia yang kau gunakan untuk senyummu menyinari duniaku.
Seolah aku tak butuh distraksi apapun untuk merasakan kebahagiaan yang mengalir melalui darahku.
Karena suatu alasan dalam dekapmu aku temukan surga dengan jutaaan ketenangan didalamnya yang membuat diriku bebas melakukan apa saja disana.
Berjanjilah untuk dekap yang sama sampai waktu yang tak pernah kita tentukan tanpa pernah tahu kapan akhirnya.
25 notes
·
View notes
Text
Kepada N: Sepuluh Tahun Dari Sekarang
Sepuluh tahun dari sekarang, kuharap kau tak lagi sering menghubungiku.
Kuharap duniamu berputar dalam roda damai dan kebahagiaan. Dihiasi kecukupan dan kelapangan. Kuharap hari-harimu diisi dengan sibuk-sibuk yang bermanfaat. Tahun demi tahunmu terisi dengan daftar kemenangan kecil yang kau rayakan; bukan sekadar berlalu seperti lipatan kain yang sepanjang apapun ujung dan ujungnya selalu mudah untuk disatukan — tanpa makna, tergilas rutinitas.
Kuharap keluh kesahmu selalu didengar, juga lelucon payahmu selalu berjumpa dengan tawa manusia itu; si beruntung yang dengan satu kalimat saja akan selamanya membersamaimu pada setiap rasa dan nuansa.
Kuharap hidupmu berjalan sesuai yang kau harap, dalam segala peran yang terus bertambah seiring kau dekap. Sehingga tiada ruang di pikiranmu yang tersisa untuk kuderap.
Sebab serupa payung, kelak aku hanya akan membersamaimu di kala terik dan hujan. Sementara selainnya, kuharap hidupmu telah sempurna dengan segala yang berjalan.
Kau tak perlu menghubungiku berkala untuk sekadar memastikan rasa; sebab selamanya, untukmu; aku akan selalu ada. Aku bahagia selagi kau juga. Doaku akan terus melangit untukmu melampaui segala jarak, waktu juga suasana.
Kau tak perlu sering menghubungiku, sungguh. Sebab sepuluh tahun dari sekarang, kuharap di setiap masanya kau bisa merayakan hidupmu dengan penuh; utuh — seluruh.
— saudarimu, yang walau tak ranggi berkata tapi selamanya takkan kehilangan cinta.
7 notes
·
View notes