#antroposentrisme
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kok bisa Nabi Nuh bertahan menyampaikan risalah Tuhan walau 1000 tahun nggak ada penambahan jamaah?
Kok bisa Nabi Musa yakin Laut Merah bisa terbelah, padahal senjata pasukan Firaun udah siap mengarah?
Kok bisa Nabi Ibrahim santai diikat di kayu, siap dihanguskan?
Karena hubungan dakwah mereka bukan hanya sekadar menyeru kepada manusia. Kalau hanya berfokus pada manusia, pasti bakal nyerah, bakal capek, bakal putus asa. Mereka mengikatkan hubungan sama Allah dengan kuat, karena bekingannya pusat makanya mereka selalu bisa manajemen stres, manajemen hati, manajemen organisasi.
Sesimpel itu tapi kadang kita lupa, bahwa dakwah itu nggak sekadar antroposentrisme (berpusat pada manusia, sebagai subjek maupun objek). Ia juga harus punya unsur transendental, karena yang punya harta dan punya kuasa pasti menang kan? Allah Maha Kaya, Allah Maha Kuasa; bahkan kepada hati-hati objek dakwah kita.
14/5/24
4 notes
·
View notes
Text
Alam tidak pernah meminta apa-apa dari kita kecuali rasa bertanggungjawab. Alam juga contoh akurat dari apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai. Di alam, yang tersedia itu gratis dan bisa digunakan. Manusia harus bisa melihat kebermanfaatan itu dari dua sisi; sebagai penerima, juga pemberi. Tahu diri, bahwa yang paling berpotensi merusak adalah manusia. Hidup berbasis alam artinya bukan sekedar mencapai eksistensi diri lewat berestetik ria. Tapi memelihara kesadaran atas sifat secukupnya, mengendalikan sifat serakah meski yang begitu memang tak mungkin tidak ada di diri kita.
Alam tidak perlu diajari. Kalau ada sesuatu yang salah, mekanisme kembali ke keseimbangan itu ada.
Alam mampu merevisi keadaan, termasuk kepada diri kita. Tapi bukan berarti kita harus meninggalkan alam tanpa melakukan apa-apa. Alam tidak bisa bekerja sendiri. Kita bagiannya, bukan sesuatu yang tegak di atas sesuatu yang lain. Bagaimana pun, baik buruk hal yang terjadi, tergantung pada pekerjaan kita juga.
Misalnya memandang alam tidak cuma lewat nilai instrumental-nya; mereka berdiri dengan nilai tertinggi, sebagaimana manusia. Dalam biosentrisme (melawan antroposentrisme), manusia berharga karena nilai kehidupannya. Semua makhluk hidup juga. Mereka berharga karena memiliki nilai hidup. Albert Schweitzer--filsuf--menyatakan manusia bermoral ketika mempraktikkan sikap hormat dan cinta pada semua kehidupan.
Hidup berdamping-dampingan dan saling menjaga itu penting. Hubungan kita dengan alam itu kompleks; perilaku kita berpengaruh atas baik-buruk hal yang pantas kita terima, begitu juga sebaliknya. Kalau kita menjaga baik hubungan ini, yang sederhana terasa bermakna.
24 notes
·
View notes
Text
Modernitas
Modernitas ditandai dengan penghargaan rasionalitas, kemajuan dengan berbagai cabang sains, dengan industri, demokrasi dan hak hak asasi manusia, terutama dengan sekularitas
Pemikiran modernitas membentuk pemahaman manusia akan kenyataan, pengetahuan dan nilai nilai sehingga mencapi taraf wawasan dunia (wel-tanschauung). sehingga membentuk masyarakat dan kebudayaan di bumi ini.
Banyak ahli sejarah menyepakati bahwa tahun 1500 merupakan hari lahirnya zaman modern di eropa disaat itu kesadaran waktu akan kekinian muncul dimana mana.
pemikiran modern disebut dengan pemikiran antroposentris dimana jauh dari zaman sebelumnya di abad pertengahan yang berciri teosentris. Pergeseran dari teosentrisme ke antroposentrisme tersebut terjadi berangsur angsur yang di warnai gerakan gerakan intelektual dan politis yang kritis terhadap cara cara pandang abad pertengahan.
2 notes
·
View notes
Text
Dimensi Mistik dalam Islam Jawa
http://ulfia.net
Oleh A. Hajar Mutahir
Peminat Filsafat dan Kebudayaan Jawa.
Mistisisme memiliki dimensi tersendiri yang senantiasa ada dan terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat beragama. Walaupun dalam ajaran-ajaran agama tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi realitas di masyarakat tentang prosesi mistik masih berlaku. Dalam tradisi Islam, mistis disebut juga dengan Sufisme atau…
View On WordPress
#agama#al ghazaly#al halaj#animisme#antroposentrisme#arab#asketisme#bonang#budha#centhini#cinta#clifford geertz#coblek#darmogandul#dimensi#dinamisme#fikiran#gatoloco#gnosis#hakikat#hindu#ilmiah#iluminati#indera#islam#Islam Jawa#Jawa#jiwa#kalijaga#kasyaf
0 notes
Text
Kucing dan Nabi Yusuf
Dalam peristiwa pelecehan seksual, masih banyak opini yang berpendapat bahwa sebagaimana pun bejatnya pelaku laki-laki, perempuan sebagai korban pasti masih memiliki celah untuk disalahkan. Entah karena alasan "pulang terlalu malam" atau "salah sendiri pakaiannya terlalu minim". Nah, di antara opini-opini yang pernah saya baca, ada salah satu yang menurut saya paling absurd. Kurang lebih asumsinya seperti ini: "Kucing saja dikasih ikan pasti dimakan. Apalagi manusia?" yang selanjutnya akan disusul dengan gelak tawa.
Saya bukan feminis, dan saya jelas tidak sepakat dengan machismo. Akan tetapi, konsep mengkonstruksikan antara manusia dengan kucing bagi saya merupakan analogi yang bersifat peyoratif, bahkan degradatif. Manusia dengan pandangan antroposentrisme sebagai spesies yang paling berhak menguasai dunia, dengan ide tentang baik dan buruk serta akal budinya, tentu saja sangat tidak apple to apple jika dibandingkan dengan kucing sebagai "binatang" yang seringkali dipandang manusia sebagai makhluk tak berakal. Argumen seperti ini adalah salah satu contoh sempurna dari false equivalence fallacy. Contoh lain: seharusnya apel dan kelengkeng dijual dengan harga yang sama. Alasannya karena keduanya sama-sama memiliki bentuk yang bulat serta rasa yang manis. False equivalence bertujuan untuk menciptakan ilusi bahwa antara objek A dan B adalah relevan, sehingga mesti diperlakukan serupa.
Alih-alih membandingkan dirinya dengan kucing, menurut saya manusia seharusnya mengkomparasikan dirinya dengan manusia pula yang berada dalam situasi yang sama. Misalnya dengan Nabi Yusuf. Dalam QS. Yusuf, diriwayatkan bahwa Nabi Yusuf kerap digoda oleh seorang istri dari majikannya. Nabi Yusuf pun sebenarnya sangat berkehendak dengan perempuan tersebut, akan tetapi karena ketakwaannya kepada Allah, ia justru menolak ajakan tersebut. Lalu mengapa bukan Nabi Yusuf yang menjadi role model, malahan kucing?
Pandangan menyalahkan korban menurut saya adalah wujud dari playing victim--menempatkan diri sebagai korban untuk meringankan tindak pidana si pelaku. Saya percaya bahwa manusia seharusnya memiliki kontrol penuh terhadap dirinya, dan faktor eksternal tidak seharusnya mempengaruhi atribusi yang bersifat prinsipiil. Akan tetapi, di satu sisi saya sadar "menyalahkan" merupakan salah satu nature dari manusia, layaknya menyalahkan setan yang menggoda Adam untuk memakan buah khuldi. Saya penasaran, jika seandainya victim blaming terhadap perempuan suatu saat telah dieliminasi, siapa nantinya yang akan menggantikan beban untuk "disalahkan"? Setan atau kucing?
0 notes
Photo
SATU ISLAM RAGAM EPISTEMOLOGI Dari Epistemologi Teosentrisme ke Antroposentrisme Penulis : Aksin Wijaya Penerbit : Pustaka Pelajar ISBN : 978-602-229-338-5 Tahun : 2014 Tebal : xvi + 394 halaman Ukuran : 13,5 x 20,3 cm Original Harga Rp75.000 diskon 20% Rp60.000 Sinopsis Berangkat dari keyakinan bahwa Islam bersifat tunggal karena datang dari Dzat Yang Maha Tunggal, Penulis merasakan kegelisahan akademis ketika menemukan fakta di lapangan bahwa ternyata umat Islam terbagi menjadi sangat beragam. Dari penemuan itu, penulis berusaha untuk melacak faktor penyebab Islam bisa diaktualisasikan dengan ragam cara yang begitu luas tersebut, yaitu dari segi epistemologinya. Pembacaan penulis terhadap aspek epistemologi menjadi penting mengingat ia akan menjadi landasan dasar bagi pijakan setiap ilmu pengetahuan, maka aneka wajah Islam yang tampak hari ini tidak bisa dilepaskan dari epistemologi pemikiran yang menjadi pondasinya. Oleh karena itu, penulis melanjutkan penelusurannnya terhadap aneka ragam epistemologi Islam tersebut dan menyuguhkan hasilnya untuk sidang pembaca buku ini. Membaca buku ini, pembaca akan merasa seperti membaca kaleidoskop pemikiran Islam dari masa ke masa. Paparan dalam buku ini diawali dari persentuhan pemikiran Islam dengan filsafat Yunani, yang mula-mula dibawa oleh al-Kindi. Dalam generasi pertama – yang terdiri dari oleh al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina, pemikiran Islam berkarakter epistemologi peripatetik emanasionis. #bukuislam #bukuislami #bukuislamimurah #bukuislammurah #bukuislamic #bukuislamonline #bukuislambestseller #bukumuslimah #bukuislamjakarta #bukuislamijakarta #bukuagama #bukuislamik #bukuagamaislam #bukuislamanak #bukuislamianak #bukuislamkids #bukumurah #bukuagamaonline #pemudahijrah #kadopernikahan #buku #indonesiatanpapacaran #islam #bukusunnah #bukubagus #bukuonline #bukuanak #bukudiskon #sunnah #ustadzkhalidbasalamah https://www.instagram.com/p/CGFoTzcpPYN/?igshid=wia2ki7fubqs
#bukuislam#bukuislami#bukuislamimurah#bukuislammurah#bukuislamic#bukuislamonline#bukuislambestseller#bukumuslimah#bukuislamjakarta#bukuislamijakarta#bukuagama#bukuislamik#bukuagamaislam#bukuislamanak#bukuislamianak#bukuislamkids#bukumurah#bukuagamaonline#pemudahijrah#kadopernikahan#buku#indonesiatanpapacaran#islam#bukusunnah#bukubagus#bukuonline#bukuanak#bukudiskon#sunnah#ustadzkhalidbasalamah
0 notes
Text
0 notes
Text
Semua Rumah Sakit Akan Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2)
Catatan Pembuka
Seperti saya katakan dalam tulisan pertama, yang tertulis di sini adalah sebuah bisikan jagatraya yang kita sebut entah itu sebagai apa saja, tetapi saya sebut sebagai sebuah suara nurani, yang selalu berbicara berpuluh tahun, bisa terjadi ratusan atau ribuan tahun sebelum terjadi, yang biasanya saya alami beberapa kali. Sekarang saya sudah berumur setelah abad lebih dua tahun, dan itu sudah cukup waktu untuk mengenal suara-suara itu.
Suara ini mengatakan
Akan datang waktunya, di mana semua rumah sakit yang besar maupun kecil, baik apotik maupun polik-klinik akan berubah menjadi rumah sehat, di mana yang tinggal beroperasi dan yang tinggal di dalamnya ialah orang-orang yang hidup sehat dan mengenal cara hidup sehat.
Pertanyaan saya : “Mengapa bisa terjadi begitu?”
Ada tiga penyebab di sini, jawaban pertama sudah disampaikan dalam catatan sebelumnya
Yang pertama seperti sudah saya tulis sebelumnya, yaitu karena manusia menjadi tahu dan sadar, lain menyesal, bahwa rumah-rumah sakit, apotik, klinik, suster, dokter dan produsen alat dan obat-obatan tidak melakukan pekerjaan mereka untuk tujuan menyembuhkan kita dari sakit penyakit, tetapi tujuan mereka ialah mencari duit belaka. Mereka tidak perduli kita sembuh atau tidak, terpenting mereka dapat dut.
Kemudian, yang kedua situasi dan latarbelakang yang masih terkait dengan yang pertama: yaitu kepentingan ekonomi dan antroposentrisme menjadi masalah. Akan tetaapi dalam hal ini produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih merata dan lebih tersdia sehingga akhirnya menjadi tidak dibutuhkan keahlian khusus, pengetahuan khusus untuk mencarikan solusi penyembuhan saat seseorang sakit.
Kita misalkan kalau saya sakit malaria, pada waktu itu saya sudah punya tablet obat malaria di tangan saya, atau saya tahu ada tetangga yang biasanya buat ramuan untuk penyakit malaria, jadi saya sudah tidak perlu lagi berpikir untuk ke dokter atau polik atau tanyakan orang lain yang dianggap sudah sekolah untuk kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan saya.
Di Tanah Papua banyak orang yang yang kita sebut sebagai Dokter Alam, Manri Alam atau Dokter Adat dan Mantri Adat. Mereka ini disebut oleh orang modern sebagai dukun, yang mengandung maka negatif. Mereka menegasikan profesi yang sama tetapi tidak mengikuti pendidikan mereka, tidak membeli obat yang mereka produksi untuk cari uang, sehingga mereka menjuluki secara negatif profesi penyembuhan yang tidak menggunakan produk dan ilmu mereka. Ini terjadi bukan karena hasilnya tidak baik, juga bukan karena hasilnya merugikan sang pasien. Yang jelas hasilnya tidak menguntungkan si pembuat obat.
Pengetahuan masyarakat umum tentang cara-cara mengobat berbagai macam penyakit sudah merata di segala lapisan dan kalangan, maka kebutuhan polik, rumah sakit, dokter, suster dan mantri akan berkurang.
Karena banyak orang membeli alat-alat kesehatan yang tersedia di mana-mana secara luas, termasuk obat-obatan dan juga mengetahui ilmu herbal yang sudah dikenal berabad-abad lalu dalam hidup manusia, maka kebanyakan penyakit akan disembuhkan tidak di klinik, tidak di rumah sakit, bukan oleh mantri atau suster, bukan juga oleh dokter; tetapi terjadi di rumah sendiri dan rumah tetangga dan oleh diri sendiri atau oleh tetangga sendiri.
Produsen Obat Modern, Peralatan Medis dan Keahlian serta Kaki-Tangan Modernisasi Pasti Punya Reaksi
Inilah Premis Proyek Modernisasi
Pencerahan lewat proyek modernisasi dimulai dengan satu premis dasar, yaitu “Sains” atau ilmu pengetahuan adalah solusi bagi semuanya dan segalanya. Premis utama ini didukung oleh sejumlah sub-premis, antara lain bahwa Sains itu haruslah dapat diukur, kalau tidak bukan sains. Selain itu sains harus empriik, dapat dibuktikan dan karena itu hal-hal yang tidak empirik dan yang tidak dapat dibuktikan “berbabahaya”, dan karena itu harus dibuang atau harus dibasmikan. Sub-premis utama dari semua ini ialah bahwa sains harus-lah rasional, masuk akal, dapat dijelaskan dan dapat dipahami oleh otak manusia,
Premis ini telah membahayakan banyak sekali kearifan manusia yang telah kita dapatkan dan warisi dari nenek-moyang manusia sejak jutaan tahun lalu. Kita telah memiliki banyak sekali kelebihan dalam memecahkan banyak masalah, terutama banyak sakit-penyakit sudah dapat disembuhkan dengan kearifan lokal.
Perusahaan Farmasi, Kedokteran, Apoteker, Kedokteran, Keperawatan sebagai Reaksi Manusia Modern
Reaksi agen-agen proyek modernisasi, terutama perusahaan farmasi, profesi kedokteran, bisnis apoteker dan apitik, sekolah dan lulusan kedokteran dan keperawatan, yang di-back-up oleh premis di atas, dan dalil hak ekonomi, hak asasi manusia dan kemajuan pasti akan menghentikan gerak-langkah dinamika “bergantung kepada diri sendiri dan sesama di sekitar sendiri” dalam hal kesehatan daripada harus pergi ke pusat-pusat kesehatan modern.
Selain itu, kampanye gelap menjelekkan dan mencelakakan para dukun akan meningkat. Selain itu banyak penyakit akan diciptakan, yang kemudian tidak dapat disembuhkan oleh para dukun dan tidak dapat disembuhkan secara alamiah lagi.
Semua orang tahu ada sejumlah wabah, penyakit dan virus tidak dapat ditemukan obat penyembuhannya, hanya dapat menerima fakta penyakit itu dan menunggu untuk mati. Penyakit ini pasti diproduksi manusia, bukan dari alam tetapi dari bahan kimia, proses biologi yang dimanipulasi, sehingga virus ini dapat hidup di dalam manusia, tetapi dia hidup untuk mematikan hidup manusia.
Kami juga sudah kenal dunia per-virus-an sudah terkenal, begitu banyak anti-virus yang tersedia, maka perusahaan yang memproduksi program sendiri justru menciptakan virus, atau perusahaan lain menciptakan anti-virusnya, sehingga sampai kiamat antara program dan virus dan antivirus tidak akan berhenti.
Perusahaan mengatakan alasan utamanya karena perusahaan program aplikasi sedang berbisnis, jadi mereka mau konsumen beli terus setiap bulan, setiap tahun, secara reguler. Perusahana anti-virus juga mau konsumen terus membeli anti-virus. Mereka dengan sengaja menciptakan anti-virus untuk terus menjaga ketergantungan konsumen. Belum lagi kita bicara tentang upgrade program yang sudah ada. Semuanya ini dilakukan dalam rangka mencari uang, bukan supaya anti-virus komputer saya dibunuh, bukan supaya saya punya komputer bebas dari anti-virus. Itu keperluan saya, itu urusan saya, bukan urusan dan kepentingan pembuat program.
Tidak hanya itu, mereka juga akan ada kampanye hitam, dengan secara langsung mendiskreditkan para dukun, dokter alam dan dokter adat. Mereka akan menyiarkan berita-berita kematian, kerugian, dan penderitaan karena diobati oleh dokter alam, karena tidak ke rumah sakit. Siaran-siaran akan terus dibesar-besarkan, supaya semua orang ke rumah sakit.
Ditambah lagi semua negara sekarang sudah punya Menteri Kesehatan, karena banyak uang ada di situ, bukan karena mau membantu orang hidup sehat, tetapi supaya membuat orang tetap sakit dan terus-menerus datang berobat dan dengan demikian terus-menerus menghabiskan uang.
Selain itu reaksi lain berasal dari profesi kedokteran, keperawatan, apoteker, perusahaan kesehatan, dan sebagainya, yang akan menyerang secara langsung para dukun dan masyarakat yang memiliki kearifan lokal.
Yang paling saya kenal, salah satu kakak saya, memiliki karunia mendoakan orang, dan dengan mudah orang sakit sembuh, bahkan orang kaki patah-pun dapat disembuhkan. Dia diserang oleh gereja, katanya dia menganut ajaran setan, dan tidak boleh dibiarkan membantu orang. Kakak saya seorang majelis gereja, dan akibat daripada ini dia dipecat dari gereja, atau istilah gereja dia diberikan disiplin gereja.
Isu penyembahan berhala adalah isu utama dalam semua ini, karena cara-cara penyembuhan Dukun Alam dan Dukun Adat kebanyakan
Tidak dapat dipahami secara rasional sebab dan akibat dari proses penyembuhan dan hasil penyembuhan.
Tidak dapat dilihat secara empirik apa yang sedang dilakukan
Kebanyakan para dukun-pun tidak memiliki penjelasan dan pembuktian itu. Mereka hanya mengandalkan doa, kata-kata, dan “mind-power” (kita akan ulas ini dalam bagian terakhir atau ketiga)
Walaupun begitu, ada satu hal yang pasti, “yaitu pasien dia sudah sembuh”. Yang dicari ialah “kesembuhan”, bukan bagaimana proses kesembuhan terjadi. Fakta real empirik di mata ialah kesembuhan itu ada, dan dialami oleh si pasien.
The post Semua Rumah Sakit Akan Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2) appeared first on Kisah.us.
from WordPress https://ift.tt/2OlP8iC via IFTTT
0 notes
Text
tentang apa yang selalu ingin aku tulis.
hai. aku ingin menuliskan sesuatu yang selama ini aku bayangkan untuk menulisnya. banyak sekali topik dan kejadian yang ingin sekali ku tuliskan, namun hanya berakhir jadi tumpukan rencana tema tulisan.
misalnya hari ini, ketika ku sedang mereview tulisan, sambil menyalakan tv yang sedang menyiarkan sidang sengketa hasil pilpres 2019, ketika semua orang kantor sedang pergi keluar dan aku sendiri bersama kucing yang sedari tadi menungguku untuk memberinya makan. aku menyaksikan bagaimana para saksi yang hari ini dijadwalkan untuk bersaksi di persidangan, bersaksi yang ternyata asumsi mereka atas data-data invalid yang rupanya mereka temukan dengan meneliti berkas dan dokumen-dokumen. lalu ku berteriak kekesalan ketika mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu apakah orang itu melakukan pencoblosan atau tidak. seketika ku berfikir, apakah BW, seorang yang dianggap luar biasa itu adalah seorang yang ceroboh atau bodoh atau sebagainya yang hanya menyediakan saksi berdasarkan asumsi? lalu waktu pun berjalan menuju isya, dan aku masih di kantor, dan ternyata sidang masih berjalan menanyai saksi, yang ternyata barulah menghadirkan saksi-saksi terkait fakta-fakta yang mereka temukan di lapangan. meski tidak berhubungan dengan saksi sebelumnya, saksi tersebut menyatakan bahwa mereka melihat pencoblosan 15 kertas suara oleh satu orang, salah satunya.
begitu.
kemudian tentang bagaimana, aku, sebagai individu yang belajar dan graduate dari fakultas ekologi manusia, yang tahu dan meyakini bahwa hidup itu lebih baik dijalani dengan faham ekosentrisme, yang yakin bahwa perubahan iklim itu terjadi, ternyata when it comes to myself, to my life, kehidupan bagaimana aku berkeluarga, bukan saja aku tidak melakukannya, aku bahkan tidak mampu melihat sama sekali bahwa yang sedang aku hadapi itu adalah suatu bentuk usaha dalam mewujudkan ekosentrisme.. rupanya secara tidak sadar aku masih berfaham antroposentrisme, dimana aku masih mengedepankan kehidupan aku berkeluarga dibanding mengikhlaskan bagaimana seseorang yang ku nikahi, bapak dari seorang ali yang mungkin menganggap aku sebagai ibunya, beraktivitas untuk menjual sedotan dari tanaman bernama purun demi menjaga hutan agar terhindar dari eksploitasi tambang minyak dan batu bara, termasuk juga menguatkan ekonomi warga agar tetap mau berjuang dengan purunnya dan tidak beralih ke komoditas lain yang merusak lingkungan..
to be continued.. aku harus pulang, udah malem.
0 notes
Text
BACA & ULAS SINGKAT BUKU #Januari19
Judul: Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (dari Machiavelli sampai Nietzsche), F. Budi Hardiman
Buku ini adalah buku yang menjelaskan tentang apa itu zaman Modern dari segi mentalitasnya. Maksudnya adalah membahas tentang dasar-dasar pemikiran yang melandasi dan membentuk peradaban Barat modern.
Jadi, bukan menjelaskan hal-hal yang fisik gitu ya. Biasanya kan kalau bicara modern, kita ngomongin tentang mesin, teknologi, digital, industri, fashion, institusi sosial dan lain-lain gitu. Pembahasan buku ini membahas si "modern" ini dalam narasi sejarah pemikiran. Untuk lebih mudah dipahami dan diskusi rentang waktu modern sekitar 400 tahun ini, maka buku ini disusun menjadi dua garis besar yakni aliran-aliran/zaman dan tokoh-tokoh.
Disini akan kita bincangkan sedikit tentang aliran/zaman dalam sejarah modernitas dan semangat filsafat modern. Pertama, membahas tentang perihal apa itu periode yang disebut dengan "Zaman Modern". Disini dijelaskan latar belakang dan awal mula modernitas itu. Kesimpulannya, modernitas disepakati lahir pada abad ke-16. Acara penting awal zaman itu yang menjadi neraca dan tandanya adalah adanya gerakan renaisans, reformasi, penemuan benua baru, penemuan mesin cetak, dan mesiu. Dan sebagai bentuk kesadaran modernitas dicirikan oleh subjektivitas, kritik, dan kemajuan.
Kedua, menjelaskan tentang filsafat modern sebagai pemberontak intelektual. Disini, diawali kisah tentang pemikiran modern yang menjadi pemberontak terhadap alam pikir abad pertengahan; yang disebut juga sebagai masa pemberontakan berkelanjutan terhadap metafisika tradisional. Kemudian, membahas kenyataan dari pemberontakan itu, dimana Aristoteles dan Kitab Suci yang dulunya dianggap sebagai sumber otoritas, selalu dipermasalahkan. Sehingga polemik ini menjadikan ia krisis tradisi yang diperhebat oleh rasio. Setelah itu, rasio semakin dominan dan akhirnya terjadilah "shift paradigm" teosentrisme ke antroposentrisme. Jadi, kemampuan-kemampuan manusia sebagai subjektivitas, seperti: rasio, persepsi, afeksi, dan kehendaknya, menjadi tema-tema refleksi baru, lalu dipakai untuk mengkritik pemikiran abad pertangahan.
Lalu kemudian membahas tentang renaisans dan gerakan humanisme (dalam konteks ini kaum humanis adalah mereka sekelompok cendekiawan yang mempelajari kembali warisan antik kebudayaan Yunani dan Romawi kuno, yang setelah selama berabad-abad dikubur oleh abad pertengahan di bawah pimpinan gereja); dan reformasi dan pengaruh terhadap filsafat. Maka, Renaisans dan Reformasi Protestan dianggap sebagai gerakan penting dalam pembentukan wajah peradaban Barat modern.
Dengan membaca buku ini, kita akan tahu konstruk pemikiran yang membangun peradaban Modern-Sekular dari sejarah dan tokoh-tokoh pentingnya. Jadi, belajar tentang sebuah peradaban besar yang selama ini menutupi atau yang bangkit setelah peradaban Islam tidur nyenyak. [] (DN)
0 notes
Text
Melawan Antroposentrisme
Indonesia sebagai salah satu negara yang dilalui garis ekuator membawa berkah tersendiri, dengan potensi vegetasi sepanjang tahunnya membuat Tanah Air kita kaya akan hasil-hasil bumi, tentu saja untuk menjaga kekayaan ini tidak mudah, ketamakan atau kerakusan beberapa kelompok manusia membuat mereka lupa diri untuk memperhatikan lingkungannya, paham Antroposentrisme membenarkan perilaku eksploitatif terhadap lingkungan, namun Antroposentrisme bukannya tanpa lawan. Posisi geografis Indonesia yang berada tepat dibawah garis khatulistiwa menjadikan Indonesia dalam wilayah tropis yang memiliki dua jenis musim; Kemarau dan Penghujan. Sebagai akibat dari terjadinya dua musim tersebut, bersama dengan negara-negara lain disekitar garis ekuator, menempatkan Bumi Ibu Pertiwi memiliki potensi vegetasi dan bercocok tanam setiap tahunnya. Kekayaan alam hayati Indonesia melimpah dilihat dari beragamnya jenis komoditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan dan peternakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat. Pertanian merupakan alat stabilitas ekonomi dan politik negara serta menjadi alat pemersatu bangsa, karena pada dasarnya pangan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi (Nurmantyo, 2014). Sektor perkebunan Indonesia merupakan agribisnis unggul yang mampu memberikan surplus perdagangan , serta merangsang kegiatan ekspor hasil perkebunan yang mampu memberi kontribusi yang besar bagi pemasukan pajak dan dividen. Dihadapkan pada kondisi geografis Indonesia yang terbilang kaya dikarenakan potensi vegetasi sepanjang tahunnya, menjadikannya Indonesia sebagai sumber energi serta pangan, menjadi incaran-incaran kepentingan nasional negara-negara asing, serta bulan-bulanan para kapitalis dalam mengeksploitasi alam di Indonesia, kerusakan-kerusakan lingkungan tidak dapat terelakkan lagi. Hadirnya Gerakan Melawan Antroposentrisme Prinsip-prinsip sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang telah menjadi cetak biru dalam kesepakatan Rio De Janeiro tahun 1992 sekalipun telah ditandatangani oleh banyak negara anggota PBB pada akhirnya menjadi hitam diatas putih belaka, implementasi terabaikan dilupakan begitu saja. Adalah kaum kapitalis ditambah orientasi manusia pada kehausan ekonomi adalah faktor-faktor yang mendustai visi dari kesepakatan Rio De Janeiro 1992. Memang benar, bahwa paham antroposentrisme kini mendominasi hinggap di mental para birokrat, pengusaha, pengajar, petani, pedagang dan kebanyak profesi lainnya. Akan tetapi, sebagai bagian dari hukum alam, paham destruktif ini tentu memili anti-tesisnya. Maksudnya paham antroposentrisme bukannya tanpa lawan, jika antroposentrisme meyakini bahwa dalam perilaku eksploitatif manusia dibenarkan serta ada pembiaran, maka paham-paham tandingan mengedepankan misi penyelamatan lingkungan sebagai asas-asas dan tujuan gerakan-gerakan. Sekurang-kurangnya ada tiga paham yang penulis yakini sebagai pejuang lingkungan; Biosentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme. Akan tetapi, penjelasan mengenai ketiga paham tersebut tidak saya kupas lewat tulisan ini. Sederhananya, ketiga paham tersebut memiliki kesamaan dalam ideologinya; sama sama memiliki pandangan bahwa manusia sebagai bagian dari alam, bukan sebagai dunia yang terpisah bahkan berlawanan. Selain itu, ketiganya juga memiliki satu tujuan; Peyelamatan Lingkungan. Hanya saja, ada beberapa perbedaan dari ketiganya dalam menjelaskan sebab-sebab dasar yang diasumsikan sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Kembali Menjadi Khalifah Rencana penciptaan manusia adalah rencana penciptaan makhluk yang ditugaskan memelihara lingkungan. Malaikat memberi masukan kepada Tuhan agar mengangkat manusia sebagai pemimpin (baca: khalifah). Khalifah adalah perpanjangan tangan ‘Tuhan’ dalam memakmurkan, memberdayakan, dan menjaga keberlangsungan serta keseimbangan yang terjadi dimuka bumi. Kepemilikan pada kemampuan berpikir, kecerdasan, nalar, logika ataupun rasio menjadi alasan manusia diamanahkan menjadi khalifah, namun setali tiga uang malaikat juga meramalkan manusia-lah sendiri yang akhirnya membuat kerusakan dimuka bumi. Melalui paham antroposentrisme, teknologi yang sifatnya merusak lingkungan serta perkembangan ilmu pengetahuan yang melesat pesat mengakumulasi modal, kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Meyelamatkan lingkungan memang tidak mudah, semuanya dimulai dengan mengoreksi kembali pola pikir, attitude bahkan membangun nilai-nilai yang sifatnya menomorsatukan sikap wajib bertanggung jawab atas terjadinya krisis lingkungan saat ini. “Sesungguhnya Aku mengetahui atas apa yang tidak kamu ketahui”, Firman Allah Swt dalam Surah Al-Baqarah:30 , setidaknya menyanggah atas sikap skeptis malaikat dalam memandang manusia, Tuhan tidak hanya menciptakan manusia dari unsur-unsur negatif saja. Manusia bukan semata makhluk yang memiliki tabiat menumpahkan darah alias pembuat keonaran seperti yang dituduhkan malaikat. Sekalipun memang ada kelompok manusia yang tercipta dengan tabiat ketamakan serta haus akan uang dengan menjadikan lingkungan hidup sebagai korbannya, ada saja sekelompok manusia berwatak baik memiliki itikad menyelamatkan lingkungan, berjiwa terang dengan kesadaran memperlakukan alam dengan sebaik-baiknya, kelompok berjiwa terang itu adalah siapapun penganut paham biosentrisme, ekosentrisme,dan ekofeminisme. Sekalipun, dalam paham-paham tersebut tidaklah murni berangkat dari produk pemikiran kelompok ilmuwan Muslim atau tidak muncul dari sumber-sumber pengetahuan umat Islam, bahkan tanpa menggunakan simbol-simbol agama, secara substansial visi ketiganya benar-benar mengusung ideologi ‘islami’ sekali lagi, secara substansial. Ketiganta meyelamatkan lingkungan demi membangun keselarasan kehidupan makhluk Tuhan. Inilah esensi pengertian khalifatullah atau wakil Allah dengan amanat mengelola dan menjaga keberlangsungan bumi. Ideologisasi paham-paham pejuang lingkungan akan memiliki sumbangsih penting dalam penyelamatan lingkungan, kita tidak bisa terus mengemis berharap pada konstitusi terkait lingkungan hidup karena nyatanya upaya perusakan lingkungan hidup, baik sadar maupun tidak sadar tetap saja berjalan sampai hari ini, wallahu ‘alam.
1 note
·
View note
Text
Nama/NIM : Hani Rahayu
Mata Kuliah : Ilmu Hubungan Internasional
Prodi/Kelas : Hubungan Internasional ( Kelas A )
Research Design
Kebijakan Pemerintah China dalam Menanggulangi Limbah Kesehatan Pasca Endemik Covid-19
Variable Independent : Kebijakan Pemerintah China
Variable Dependent : Limbah kesehatan pasca endemik Covid-19
Pendekatan : Induktif
1. Latar Belakang
Virus Corona merupakan virus jenis baru 2019 yang pertama kali menjangkit di wilayah Wuhan, China. Corona virus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti flu biasa, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Dalam beberapa kasus, virus dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan bawah seperti pneumonia dan bronkitis. Virus ini tersebar dari hewan ke manusia dalam Journal of Medical Virology.
Warga Negara China kini kembali dipusingkan dengan masalah limbah medis sebelum usainya permasalahan Virus Corona (Covid-19). Dimana limbah medis yang kebanyakan berupa masker sekali pakai itu melonjak tajam. Wuhan saat ini di anggap sebagai kota epicentrum virus. Kota itu telah memasang tempat sampah khusus untuk pembuangan masker di daerah perumahan, di jalan-jalan dan di tempat umum lainnya. Akan tetapi, otoritas lingkungan dan kesehatan memperkirakan volume limbah medis di Wuhan secara keseluruhan meningkat empat kali lebih besar menjadi lebih dari 200 ton sehari. Produsen masker China sendiri memproduksi sekitar 116 juta per hari saat permintaan masker bedah melonjak di berbagai Negara.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), limbah medis seperti masker sekali pakai dapat mengandung cairan tubuh seperti darah atau kontaminan lainnya. Dan ini tentu sangat berbahaya jika limbah medis tersebut terkontaminasi dengan makanan atau minuman yang di konsumsi oleh masyarakat. Seorang specialis limbah beracun di kantor Greenpeace Beijing yaitu Eric Liu mengatakan China memiliki kekurangan besar dalam fasilitas pembuangan limbah khususnya yang mampu menangani limbah klinis. Menurutnya pembuangan masker ini bisa dikategorikan menjadi tiga yaitu, masker dari orang yang positif terinfeksi seharusnya di buang di fasilitas pembakaran khusus, masker yang digunakan orang sehat bisa diatasi dengan cara yang sama dengan mengatasi limbah rumah tangga yang dibakar di tungku industri.
Permaasalahan limbah medis ini diupayakan tengah di atasi. China bergegas melakukan pembangunan pabrik pengolahan limbah di dekat tiga rumah sakit darurat. 17 fasilitas penyimpanan sementara juga dibangun untuk limbah medis dengan kapasitas gabungan lebih dari 1.000 ton. China Shipping Group dan sebuah perusahaan di Anhui mengerahkan sejumlah kabin insinerasi limbah medis keliling Wuhan pada februari. Du Huanzheng Direktur Institut Ekonomi Daur Ulang di Universitas Tongji di Shanghai menyatakan pembuangan limbah medis adalah bagian utama dari perang melawan wabah, yang merupakan seruan bagi pemerintah untuk mempercepat pembangunan fasilitas baru dan meneliti teknologi pengolahan limbah. Jika limbah tidak dikelola sesuai prosedur, maka ada potensi virus menyebar ke warga terutama para pemulung. Zhao kepala kantor darurat kementrian telah meningkatkan fasilitas yang mengolah limbah berbahaya untuk mengelola limbah medis sekarang. Upaya penggunaan masker secara efektif juga dilakukan oleh penduduk Wuhan dimana mereka dilarang meninggalkan rumah tanpa izin.
Saat ini pembakaran menjadi cara yang disukai untuk mengatasi limbah medis di china, sementara Negara-negara industry lain menghapus incinerator karena masalah kesehatan lingkungan.
2. Rumusan Masalah
1) Apa dampak limbah endemic Covid-19 terhadap kesehatan?
2) Bagaiman kebijakan Pemerintah China menanggulangi dampak limbah tersebut?
3. Teori Antroposentrisme
Dalam membahas permasalahan ini, dapat di analisis menggunakan teori Antroposentrisme yang merupakan teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai tertingginya adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Teori dalam kasus ini menurut Hieronymus Budi Santoso limbah ialah bahan yang dibuang/terbuang dari hasil aktivitas atau kegiatan manusia atau segala bentuk proses alam, serta tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan bisa merugikan manusia. Limbah padat tersebut di kenal sebagai sampah domestic yang dihasilkan dari kegiatan rutin (sehari-hari) manusia yang akan berdampak negative bagi lingkungan sekitarnya. Limbah ini juga termasuk dalam limbah anorganik yang merupakan sisa limbah atau sampah yang tidak dapat diuraikan kembali oleh bakteri atau decomposer. Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk meningkatkan kapasitas penanganan limbah tersebut dengan cara memantau dengan cermat situasi wilayah tersebut.
0 notes
Text
Reviu-ku tentang seorang anak alay
Kalau dipikir-pikir, kontroversi kasus kematian seorang artis yang diperdebatkan agamanya dan tata cara pemakamannya oleh orang tuanya sendiri baru2 ini, bagi saya telah mematahkan tulisan (ternyata plagiat) seorang yang baru2 ini viral tentang 'agama warisan' .
O iya, btw apa yg disampaikan remaja itu sebenarnya bukan gagasan baru, tapi udah muncul puluhan atau ratusan tahun lalu. gagasan jadul itu kemudian runtuh oleh pena-pena ulama dan penuntut ilmu. sejarah mencatat bagaimana perjuangan imam ahmad bin hambal menghadapi rezim mu'tazilah, perjuangan ibnu taimiyah melawan kaum mulhid, dst.
Ketika penuntut ilmu telah meninggalkan ilmu (qur'an dan sunnah) maka gagasan jadul itu kembali eksis, seolah-olah itu gagasan yang modern dan progresif, padahal itu cuma copy-paste ajaran tempoe doeloe kayak mu'tazilah, murjiah, jabbariyyah, sufisthaiyyah, dst. esensinya sama tapi muncul dengan tokoh dan cara baru.
ketika semangat renaissance menjalar dibumi eropa, maka masyarakat eropa yang selama berabad lamanya diteror agama dan otoritas agamanya sendiri (the dark ages) merasa terbebas dari agamanya, dan merasa bergerak menuju 'kemajuan' dengan menjadikan manusia sebagai pusat kebenaran (antroposentrisme, humanisme) dan meninggalkan agamanya. akibatnya, kebenaran dinilai berdasarkan kesepakatan manusia. maka jangan heran kalau ada satu waktu di barat khususnya dimana minuman keras, homoseksual, dianggap illegal tetapi beberapa tahun kemudian hal-hal tersebut dianggap legal. serba relatif, berdasarkan keinginan manusia.
antroposentrisme, humanisme, dan relativisme kemudian diterapkan pada agama. momentum penandanya bisa terlihat dari tulisan nietzsche tentang "kematian tuhan" (dead of god). hasilnya, manusia 'menjadi tuhan' dan tuhan 'menjadi manusia'. manusia tidak perlu diatur tuhan, tapi tuhanlah yang harus mengikuti aturan manusia.
gagasan2 tersebut berusaha dipaksakan oleh pengusung gagasan tsb dibarat dan ditimur kepada islam. apabila barat mau jujur mengikuti tradisi keilmuan ala barat, maka akan didapati bahwa islam baik secara ontologis maupun epistemologis tidak bisa disamakan dengan agama lain. terdapat ciri ajaran islam yang menjadikan ciri ini hanya dimiliki islam. salah satunya, islam memiliki sistem sanad keilmuan (jalur keilmuan). setiap ajaran islam memiliki jalur periwayatan dan jalur referensi yang bersambung, dan bisa diverifikasi dari para ulama, tabiut tabiin, tabiin, sahabat nabi, hingga nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa salam. sehingga islam menjadi kokoh karena ke otentikan ajarannya.
hehe, kok jadi panjang gini ya? kalau mau tau lebih lanjut, kawan2 belajar sendiri aja deh, ikut kajian ilmu (kajian qur'an dan sunnah) ntar juga paham sendiri :v
maaf kalo ada kata2 eke yg salah, kurang tepat, dan sistem penulisan yg acak random abis :)
0 notes
Text
Kerterkaitan Antara Etika Lingkungan dengan Penerapan Kebijakan Kehutanan dan Sumber Daya Alam
Kebijakan bukanlah hal yang asing kita dengar terutama dalam kegiatan ketatanegaraan ataupun berbagai komponen lain dalam kehidupan kita. Singkatnya, dalam bentuk apapun (baik norma, nilai, peraturan, atau yang lain) pasti ada elemen kebijakan yang dibuat dan dijadikan pedoman untuk melakukan sesuatu. Fungsinya untuk mengatur agar setiap elemen yang memiliki kepentingan berbeda dalam suatu ruang dapat diintegrasikan dan tidak saling bertolak belakang ataupun sampai saling merugikan. Begitu juga hubungan manusia dengan alam, harus ada aturan baku yang tertata untuk mempermudah kegiatan manusia dan keseimbangan kerja alam itu sendiri. Bumi bekerja dalam suatu sistem dan sistem itu hidup, bahkan tanpa manusia ikut campur, siklus yang ada di bumi bisa berjalan sesuai kinerja alam.
Bumi (biosfer) merupakan tempat makhluk hidup dan komponen mati menetap dan saling memengaruhi satu sama lain. Manusia butuh makhluk hidup lain, manusia butuh elemen mati pun juga untuk hidupnya. Demikian juga makhluk hidup lain, hidup saling berdampingan dan saling bersimbiosis. Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan berpendapat, termasuk dalam tatanan kehidupannya yang berkaitan dengan alam. Timbul suatu kata yang disebut dengan etika. Etika merupakan suatu refleksi kritis tentang norma ataupun nilai, terutama kaitannya dengan lingkungan, yang dapat mengatur cara pandang manusia dengan sesamanya; manusia dengan alam; maupun perilaku manusia itu sendiri yang akan bersumber dari cara pandang hasil refleksi tersebut (Keraf, 2002). Cara tindak manusia pada sekitarnya, termasuk juga pada bumi dan isinya, terpengaruh dari etika lingkungan. Ada tiga teori tentang etika lingkungan menurut Keraf (2002), yaitu Antroposentrisme, Biosentrisme, dan terakhir Ekosentrisme.
1. Antroposentrisme Teori ini menyebutkan bahwa dalam hubungannya dengan alam, manusia menjadikan dirinya sebagai pusat dari sistem alam semesta. Hal ini berarti, dalam segala tatanan kehidupan, manusialah yang menjadi puncak tertinggi dalam mengambil keputusan dan hanya manusia yang memiliki kepentingan/hak atas semesta alam (Keraf, 2002).
Kepentingannya lebih tinggi dari apapun, termasuk dari nilai yang dimiliki oleh alam dan makhluk hidup lainnya. Sifat antroposentris inilah yang sering kita temukan dalam tatanan hidup manusia. Manusia serakah, bahkan dalam hubungan dengan sesama, tak lagi memedulikan kebutuhan dan kesejahteraan sesamanya, apalagi terhadap alam. Baginya, selama semua kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, itu sudah cukup. Padahal, sesamanya dan bahkan alam serta makhluk hidup lainnya memiliki batas dan kapasitas dalam memenuhi kebutuhan manusia yang sesungguhnya tidak dapat dipaksakan. Hal seperti inilah akhirnya menimbulkan masalah dalam hubungan manusia dengan alam.
2. Biosentrisme Teori ini mengajarkan bahwa setiap bentuk kehidupan di bumi, masing-masing memiiki nilai dan sama-sama berharga. Entah makhluk ini berguna atau tidak bagi manusia, mereka sama-sama berharga dan layak untuk diperhatikan dan diperjuangkan keberadaannya (Keraf, 2002).
Hal ini sering menimbulkan kesan “fanatik lingkungan” atau “fanatik terhadap konservasi”. Kenapa? Karena setiap elemen layak hidup, elemen-elemen ini akan saling mempengaruhi bak rantai makanan dan menyokong untuk keberjalanan sistem yang lainnya. Ini memang benar, segala siklus yang ada di alam memang saling memberi pengaruh antarsatu dengan lainnya, namun kita perlu melihat pada kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia. Kita tidak dapat menutup mata pada perkembangan zaman dan angka kelahiran yang semakin bertambah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Teori ini dianggap akan mengesampingkan keterpenuhan kebutuhan manusia.
3. Ekosentrisme Ekosentrisme mengajarkan untuk mengembangkan pandangan etika pada seluruh komunitas ekologis, entah itu biotik ataupun abiotik (Keraf, 2002).
Alam semesta tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tidak hidup, kedua komponen ini saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam siklus yang ada di bumi. Pendekatan ini muncul sebagai penengah antara kebutuhan manusia dengan sumber daya alam dan makhluk hidup lain yang juga membutuhkan kelestarian demi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Kesalahan manusia di masa lampau, mempengaruhi dunia hari ini dan hal ini pun berlaku pada lingkungan hidup. Tak menutup telah terjadi kepunahan, satwa yang masuk dalam daftar terancam punah, hingga terjadinya perubahan iklim adalah bukti bahwa ada yang salah dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam dari masa ke masa.
Maka timbul pertanyaan, memangnya tidak ada suatu aturan yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia agar kelestarian lingkungan dan sumber daya alam tetap terjamin??
Jawabannya Ada.
Indonesia sendiri memiliki beberapa kebijakan yang mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungan, diantaranya: 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan 4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini baru empat contoh undang-undang yang diberlakukan untuk memberikan ketertiban, agar kegiatan yang dilakukan manusia tidak memberikan efek negatif bagi alam. Demikian juga, supaya manusia tetap dapat memperoleh manfaat dari alam untuk memenuhi kehidupannya dengan meminimalkan efek negatif bagi lingkungan. Di bawah undang-undang ini, masih terdapat beberapa turunan peraturan lainnya, entah tertuang dalam peraturan pemerintah, keputusan presiden, hingga peraturan menteri bidang terkait.
Jika dilihat dari berbagai jenis peraturan yang ada, pemerintah terbilang serius dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian alam, cukup sedemikian hal diperhatikan karena tahu bahwa keanekaragaman hayati perlu dilestarikan dan manusia tetap membutuhkan alam untuk kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, tengah mengatur beberapa macam zona diantaranya zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan atau zona lainnya. Mengapa begitu banyak sistem zona yang digunakan? Inilah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar kelestarian biodiversitas tetap terjaga (yaitu di zona inti) dan manusia bisa memperoleh manfaat dari alam (di zona rimba secara terbatas, zona pemanfaatan).
Tapi, Upaya yang dilakukan pemerintah dalam bentuk kebijakan (peraturan perundang-undangan) hanyalah alat untuk melindungi sumber daya alam, aktornya tetap manusia sendiri. Meskipun telah diatur sedemikian rupa, tetap ditemukan berbagai pelanggaran terutama terhadap satwa liar yang dilindungi maupun hutan yang termasuk dalam kawasan konservasi. Hutan konservasi berfungsi untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, sehingga tidak boleh ada kegiatan yang mengganggu tumbuhan dan satwa di dalamnya (UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan).
Kasus pelanggaran tersebut banyak terdengar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Sebagai contoh kasus pembakaran yang terjadi di Taman Nasional Teso Nilo (TNTN), Riau. Kegiatan pembakaran ini merupakan kegiatan pembukaan lahan di kawasan TNTN untuk perkebunan kelapa sawit (Syukur, 2016). Contoh satwa liar yang terancam akibat habitatnya yang mulai hilang adalah Gajah Sumatera. Salah satu talk show dalam acara 9th IndoGreen Forestry and Environment Expo yang saya ikuti bulan April 2017 ini dikatakan bahwa populasi Gajah Sumatera yang hidup diluar penangkaran, khususnya di wilayah Tangkahan (Sumatera Utara) dan Gunung Leuser, sekitar 1000 ekor dan salah satu penyebab keterancaman kelestarian satwa ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang merasa dirugikan oleh kehadirannya. Gajah kerap ditemukan tewas di wilayah perkebunan kelapa sawit. Dua contoh ini memberikan gambaran pada kita bahwa perlindungan terhadap alam dan satwa belum dilaksanakan oleh seluruh elemen yang terhubung dengannya, terutama oleh masyarakat sekitar hutan.
Lantas kenapa hal fatal seperti itu terus terjadi? Peraturan tentunya begitu banyak dan cukup jelas disertai dengan berbagai sanksi yang dikenakan bila dilakukan pelanggaran. Hal ini nyatanya belum disadari manfaatnya oleh manusia, entah masyarakat sekitar yang berinteraksi langsung dengan sumber daya alam, maupun pemangku kepentingan lain yang memiliki hak untuk memanfaatkan alam. Etika lingkungan yang dijelaskan di awal memengaruhi pihak-pihak terkait dalam memperlakukan alam. Ternyata masih banyak penganut teori antroposentris yang menyebabkan manusia melakukan eksploitasi terhadap alam tanpa mempertimbangkan akibat setelahnya terlepas alasannya adalah kebutuhan ekonomi, sosial, atau yang lain.
Apakah tidak ada harapan untuk menghentikan itu semua? Jelas masih dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan seluruh tindak kejahatan ini dan memulihkan kembali ekosistem yang rusak. Satwa yang punah jelas tidak bisa dikembalikan, namun kita masih bisa mencegah kepunahan bagi jenis yang masih ada. Tentunya diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah(baik pusat maupun daerah), LSM, masyarakat, pihak swasta/perusahaan terkait, hingga penegak hukum agar terwujud kelestarian ekosistem dalam kegiatan pembangunan nasional.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya melakukan mediasi dengan perusahaan swasta yang mendapatkan lahan konsesi agar menyediakan kawasan konservasi dalam area konsesinya. Salah satu manfaatnya adalah menjadi bagian habitat satwa yang dilindungi. Upaya yang kedua adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang bersentuhan langsung dengan sumber daya alam agar dapat menjaga kelestarian alam, penyadartahuan tentang kebijakan yang mengatur kegiatan manusia dan kawasan hutan, dan memberikan didikan/pelatihan khusus pada masyarakat agar kegiatan pemanfaatan mereka tidak mengganggu siklus alam, termasuk satwa yang hidup disekitarnya.
Perlu dibuat kelompok-kelompok tani atau penjaga hutan di kalangan masyarakat sebagai bentuk kerjasama dan kepercayaan pemerintah terhadap masyarakat sekitar hutan. Acara IndoGreen Expo memberikan salah satu solusi yang menarik yaitu mempertimbangkan kawasan konservasi dalam pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya ditingkat provinsi. Adanya pertimbangan ini diharapkan memperkecil tingkat kematian satwa liar serta untuk mencegah tumpang tindih dalam pemanfaatan kawasan.
Langkah lain yang perlu dilakukan adalah memperketat pengawasan di kawasan hutan, terutama terhadap satwa atau tumbuhan yang dilindungi. Hukum yang dilakukan bagi pelaku pelanggaran juga perlu dipertegas. Oknum-oknum yang melakukan kejahatan bukan semata-mata tidak tahu akan peraturan yang berlaku, namun berani berbuat karena tahu hukum di Indonesia masih lemah. Kita harus berani bersikap atas alam Indonesia. Apakah mau terus menjadi penganut antroposentris atau beralih menjadi penganut ekosentris? Kita tidak dapat hidup tanpa alam, alam pun butuh manusia untuk menjaga dan melestarikannya bagi kehidupan generasi-generasi selanjutnya.
Daftar Pustaka: Keraf, A. S. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2006. Pedoman Zonasi Taman Nasional. Jakarta Syukur, M. 2016. Aneh, Ada Permukiman dan Perkebunan Sawit di Dalam Taman Nasional. http://regional.liputan6.com/read/2560633/aneh-ada- permukiman-dan-perkebunan-sawit-di-dalam-taman-nasional [akses: 23 April 2017] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999. Kehutanan. 30 September 1999. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167. Jakarta
0 notes
Text
Dimensi Mistik dalam Islam Jawa
http://ulfia.net
Oleh A. Hajar Mutahir
Peminat Filsafat dan Kebudayaan Jawa.
Mistisisme memiliki dimensi tersendiri yang senantiasa ada dan terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat beragama. Walaupun dalam ajaran-ajaran agama tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi realitas di masyarakat tentang prosesi mistik masih berlaku. Dalam tradisi Islam, mistis disebut juga dengan Sufisme atau…
View On WordPress
#agama#al ghazaly#al halaj#animisme#antroposentrisme#arab#asketisme#budha#centhini#cinta#clifford geertz#coblek#darmogandul#dimensi#dinamisme#fikiran#gnosis#hindu#ilmiah#iluminati#indera#islam#Islam Jawa#Jawa#jiwa#kalijaga#kasyaf#kearifan#kejawen#ketuhanan
0 notes
Text
Finnes det intelligent liv på denne planeten?
Finnes det intelligent liv på denne planeten?
Jeg begynner å bli redd for at det ikke gjør det. Jeg sitter her helt alene og skriver masteroppgaven min. Det er ingen som kan hjelpe meg med den. Ingen har kompetanse på feltet. Det finnes ikke noe fagmiljø, ingen jeg kan diskutere med, ingen jeg kan lære noe av. Det er hylende frustrerende, spesielt med tanke på at det er et så viktig tema: vi kan ikke løse klimakrisen og raseringen av…
View On WordPress
0 notes