#Pribadi Hebat
Explore tagged Tumblr posts
Text
"Kehalusan perasaan adalah hasil pribadi yang kuat." -Hamka
#daribuku Pribadi Hebat - Hamka, Gema Insani
7 notes
·
View notes
Text
Tag yang memberiku semangat
selalu ucapkan alhamdulilah di setiap saat
#Orang yang HEBAT tidak terlahir dari BAKAT#tetapi terlahir dari TEKAT dan SEMANGAT yang KUAT#Jadilah pribadi yang BERSAHABAT dan BERMANFAAT supaya bisa membantu KERABAT dan orang-orang TERDEKAT#Mudah-mudahan kita semua selalu SEHAT dan terus SEMANGAT supaya bisa mengejar kesuksesan di Dunia dan AKHIRAT!#SEMANGAT 😍🔥
0 notes
Text
biaya pondok
#WA 0812-3304-4493#Info Biaya Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Roudlotul Muta'alimin di Blitar Jawa Timur.#.#INFO/DAFTAR klik wa.me/6281233044493 (Admin Pusat)#Kamu Ingin Kuliah Sambil Mondok ?#Mau Warisan Kanjrng Nabi Muhammad#Perbedaan Ponpes Salaf Dan Modern#Pondok Pesantren Blitar#Pondok Pesantren Blitar Jawa Timur.#Penerimaan Santri Baru Putra dan Putri Ponpes Roudlotul Mutaallimin Minggirsari Tingkat MTs dan MA T.P. 2023-2024#INFO / DAFTAR#Admin 1 Klik wa.me/6285893888664#Admin 2 Klik wa.me/6285649270812#Admin 3 Klik wa.me/6285790900076#Admin 4 Klik wa.me/6281556516852#Admin 5 Klik wa.me/6281233044493#JANGAN RAGU UNTUK MASUK PONDOK PESANTREN!!!#Santri hebat Indonesia kuat!!!#Cita2 mulia untuk membentuk pribadi yg sholih#cerdas dan terampil.#Pondok Pesantren Modern Di Jawa Timur#Pondok Pesantren Modern Paling Bagus Di Indonesia#Pondok Pesantren Modern Terbaik Di Indonesia#Pondok Pesantren Murah Di Jawa Timur#Pondok Pesantren Orang Dewasa#Ketika anak menuntut ilmu di Pondok Pesantren :#1. Ibadahnya terjaga dengan baik#2. Istiqomah mendoakan orang tua dirumah#3. Menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah#4. Dibiasakan dengan akhlaqul karimah
0 notes
Text
Ujian penantian 12 tahun lamanya..
aku baru tahu dokter yang menangani kehamilanku beberapa waktu lalu, juga seorang pejuang garis dua. Beliau seorang dokter obgyn atau istilahnya yaitu dokter kandungan. Sementara suami beliaupun demikian, seorang dokter kandungan yang prakteknya berbeda rumah sakit.
Sesaat setelah kuretase, aku berkonsultasi dengan dokter tentang apa yang harus aku lakukan selama pemulihan. Dan langkah berikutnya apa yang harus aku upayakan agar hamil kembali. Dalam konsultasi tersebut, dokter bercerita kepadaku kalau beliau juga sama-sama pejuang garis dua. Bedanya, aku pernah hamil meski mengalami keguguran. Sementara beliau, belum sama sekali merasakan hal itu.
"banyak pasien saya yang bilang kalau keguguran itu lebih sakit daripada melahirkan mba. Saya juga belum merasakan keduanya sih, tapi kesakitan apapun yang sedang mba alami Allaah ganti dengan jauh yang lebih baik." Ucap beliau kepadaku.
"maksudnya, dok?" Tanyaku tak mengerti.
"ya, saya juga pejuang garis dua mba, sama seperti mba Nisa. Tahun ini saya memasuki usia pernikahan ke 12 tahun. Apapun kondisinya memang harus disyukuri ya, mb. Setidaknya mba Nisa pernah hamil, sekalipun mengalami keguguran. Inipun harus disyukuri, artinya mba Nisa bisa hamil kembali nantinya. Insya Allaah,. Sementara saya, selama 12 tahun pernikahan saya belum pernah merasakan mual muntah dipagi hari, atau tanda-tanda kehamilan."
"Masya Allaah, dok." Mataku berbinar mendengar kisah beliau. Perempuan hebat, batinku.
"kalau ditanya, sama-sama dokter kandungan tapi kok ya belum pernah hamil, belum punya anak. Mana paham rasa sakit yang dirasakan para ibu-ibu hamil. Ucapan seperti itu sudah berulang kali saya dengar sendiri. Dulu saya buka praktek dirumah saya pribadi mba, makin kesini makin sepi karena banyak yang memutuskan pindah dokter dengan alasan demikian. Akhirnya saya kembali praktek di rumah sakit. Alhamdulillaah, disyukuri aja hehe. Saya pindah rumah juga, suami takut saya mendengar kabar yang kurang enak, dan takut hal itu membuat saya stress sendiri. Memasuki tahun ke 5 pernikahan, saya melakukan inseminasi. Qadarullaah, belum berhasil.
Tahun ke 7 saya dan suami coba untuk bayi tabung. Qadarullaah belum ada tanda-tanda kehamilan. Tahun-tahun berikutnya saya lebih lapang. Bahwasanya memiliki anak adalah sebuah takdir yang Alalah berikan kepada hambaNya yang Allaah kehendaki kan ya. Ya, mungkin saat ini masih harus menunggu tapi barangkali nanti Allaah akan beri dengan yang jauh lebih baik lagi yang entah apa itu nantinya. Kita sama-sama berjuang dengan jalan masing-masing ya mba.
Dan saya bisa paham perihal ujian dari penantian itu. Saya pernah bilang ke suami saya, "mas, kalau kita ounya anak, mungkin anak kita seksrang usianya 11 tahun kali ya. Usia 11 tahun biasanya udah masuk SD kelas 5."
Tapi kalau sudah pembahasan seperti itu, biasanya saya menangis. Suami yang selalu menguatkan untuk tetap lapang menjalani takdir. Maka, pak. Pesan saya untuk bapak sebagai suami mba Nisa. Kalian berdua adalah satu tim yang harus saling mendukung dalam keadaan apapun. Karna meskipun seluruh manusia ibaratnya mengucilkan, atau berkara hal yang tidak-tidak tentang anak. Selama anda sebagai suami terus menguatkan istrinya, Insya Allaah istri akan terus bisa baik-baik saja. Jadi, kalian berdua harus dalam nahkoda yang sama. Sebab bahtera rumah tangga setiap orang tidaklah sama dan tudaklah mudah.
Maka mba Nisa. Berkabar ya nanti kalau mba Nisa Allaah takdirkan hamil kembali dan melahirkan. Saya sangat menunggu kabar baik itu. Insya Allaah, biasanya setelah kuretase banyak pasien saya yang berhasil hamil kembali. Semoga Allaah izinkan demikian."
"Masya Alalah, dok. Aamiin. Allaahumma aamiin. Maaf,dok, saya boleh minta nomer pribadi dokter? Insya Allaah, ingin terus memperpanjang silaturahmi dengan dokter." Sambungku
"oh iya, boleh mba Nisa. Masya Allaah."
Dalam hati, banyak doa kebaikan untuk dokter tersebut. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaannya ketika setiap hari harus berhadapan dengan wajah bahagia dari para pasiennya yang tengah hamil dan menanti kelahiran. Kalau bukan karena Allaah yang menguatkan, tentu beliau tidak akan setabah dan setenang ini. Sekalipun aku tahu, tak pernah mudah menata hati yang tidak baik-baik saja agar tetap terlihat baik-baik saja.
*aku sudah meminta izin kepada dokter tersebut untuk menuliskan kisahnya dalam tulisan. Nama, waktu, dan tempat tetap dirahasiakan.
Kita punya RabbNya Zakariyah 'alaihissalam yang memberikan seorang anak yang telah beliau tunggu berpuluh-puluh tahun lamanya.
Maka, tiada jalan keluar, kecuali dengan bersabar. Pahitnya ujian, lamanya menunggu, pedihnya kehilangan hanya akan sembuh dengan kesabaran yang panjang. Bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Demikianlah..
Ruang tunggu || 19.50
#hamil#kehamilan#pejuanggarisdua#tulisan#menulis#catatan#wanita#nasihat#kebaikan#perjalanan#akumenulis#syukur
302 notes
·
View notes
Text
Setiap orang punya cerita hebat masing-masing. Meski ketika mendengar ceritanya begitu penuh liku, namun cara mereka bertahan dan tidak menyerah itu yang hebat. Tetap berdiri tegak dan tidak lari dari badai-badai yang ada. Dan itulah yang membentuk mereka menjadi pribadi kokoh sekaligus hangat saat ini.
@terusberanjak
#self reminder#quotes#note to myself#beranjak#reminder#terus beranjak#ntms#tulisan#catatan#nasihat#renungan
61 notes
·
View notes
Text
Buya Hamka
Seumur hidup, membaca tulisan Buya Hamka adalah obat tersendiri dari setiap kegalauan yang ada.
Kalau sedang tinggi hati, merasa berilmu, menyalahkan amalan orang lain meski baru membaca satu dua buku, bacalah “Prinsip Kebijaksanaan Dakwah Islam” dan “Bohong Di Dunia”. Kalau sedang merasa sedih karena asmara, bacalah “Di Bawah Lindungan Ka’bah, Terusir, dan Sabariah.” Kalau ingin bertualang, bacalah Di Tepi Sungai Dajlah, Merantau Ke Deli atau 4 Bulan di Amerika.
Kalau ingin lebih tau Cover Both Side Beliau yang banyak mengandung hikmah, bacalah “Buya Hamka: Ulama Teladan Rakyat.” tulisan Ustadz Yusuf Maulana, mengulas bagaimana sikap Beliau sebagai Ulama Muhammadiyah ikut tahlil, dari hisab ke rukyat, dan bahkan mengucapkan Selamat Natal kepada tetangga semasa di Jakarta, tentunya dengan banyak pertimbangan
Dan yang paling favorit, ketika kau merasa insecure, hilang arah dan motivasi, bacalah “Pribadi Hebat” kau seperti dinasehati secara langsung, tentang fitrah manusia, dan tujuan hidup.
Ada satu quote yang cukup mengena bagiku :
“Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat.Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu!” -Buya Hamka
Permata umat yang karya-karyanya sangat menginspirasi sampai hari ini. Semoga kelak kami semua bisa melanjutkan perjuanganmu, tanpa putus asa, juga istiqomah.
267 notes
·
View notes
Text
"Semua kembali lagi kepada Iman. Serahkan semua kepada Allah SWT"
Saat tidak semua harus disandarkan pada logika. Saat meyakini bahwa karunia akal yang diberikan Allah pada kita ini sejatinya memiliki keterbatasan.
Saat segala keputusan sulit untuk diambil. Saat segala rasa dan emosi ingin dimuarakan. Saat semua jalan terasa buntu dan pikiran yang penuh sembilu.
--------------------------------------
Saat logika tak sanggup berperan, maka kembalikan semua kepada iman. Sabar dan Ikhlas, Iman yang percaya pada Yang Maha Tak Terbatas.
-------------------------------------
Mungkin Allah ingin berinteraksi lebih dekat dengan kita. Ingin melihat hamba-Nya introspeksi diri atas apa yang telah dilakukan dan dilaluinya. Ingin menguji seberapa kokoh imannya saat ini.
"Sebanyak apapun ilmu terhimpun atau masalah yang mengerumun, selalu ada iman sebaik-baik penuntun. Iman yang dilahirkan dari ilmu agama yang terus dirajut, layaknya benang yang sedang ditenun."
Itulah alasan pentingnya kita untuk selalu mendalami agama. Dengan harapan pondasi iman menjadi kokoh. Dengan harapan dapat tenang dan memaknai apa yang datang baik dalam kuasa maupun yang di luar kuasa kita.
Buya Hamka dalam bukunya berjudul "Pribadi Hebat" (96), pernah menulis kutipan gurunya A.R St. Mansur yang berkata;
"Dalam agama ini, seumpama kita lahir dua kali. Kelahiran pertama yaitu kita dalam Islam. Tetapi setelah dewasa kita harus lahir sekali lagi, yaitu dengan pelajari agama itu sedalam-dalamnya dan kita sesuaikan hidup dengannya."
Saat usia terus bertambah, yang mana semakin lama semakin sadar bahwa kekuatan manusia terbatas. Aku tersadar, bahwa iman yang baik kepada-Nya adalah sumber "aset" kekuatan yang sangat besar bagi seorang pribadi.
- Introspeksi, menginjak tahun ke-27
.
.
17 notes
·
View notes
Text
Beberapa waktu lalu, anak asisten rumah tangga kami yang dulu pernah kerja di rumah kami, bertamu. Setelah tukar-tukar kabar, mengenang ibunya yang kabur dengan lelaki lain, kutanyakan juga kabar orok dalam perutnya--dia sedang hamil. Kudengarkan keluh kesah sampai pencapaiannya selama ini. Termasuk tentang adik-adiknya yang disekolahkannya tapi kabur semua, lalu pernikahannya; katanya, ia sudah bercerai dan menikah lagi. Kemudian, ia mulai memamerkan segala sesuatu yang menurutnya--mungkin--tidak kami punyai. Ia bilang di pernikahan sebelumnya ia punya mobil dan banyak motor. Pemasukkannya sekali berdagang sehari dua jutaan. Adiknya juga sudah punya satu mobil pickup. Bahwa ia sangat bergaya dan hebat saat menyetir mobil itu. Ia bilang bahwa foto-foto saat ia menggunakan mobil ada di Facebook semua. Ia menceritakan itu semua seakan nasib sudah ditukar balik dan ia sudah di atas semua orang. Ketika pulang, ia tak dijemput atau naik kendaraan yang disebutkannya tadi; dalam keadaan hujan jam sepuluh malam--ia bertamu sangat lama--aku yang mencarikan tukang ojek buatnya.
Keluarga jauh kami memamerkan kabar baik bahwa mereka baru saja membeli mobil. Katanya, selama ini warnanya selalu tukar-tukar. Dari hijau jadi merah. Dari merah jadi putih. Dst. Ketika kubilang, mainlah sesekali ke rumah, kan, sudah ada transportasi sendiri, tidak seperti dulu--fyi mereka tergolong orang kurang mampu dibanding keluarga kami yang lain, dan itu yang membuat kami maklum mengapa mereka amat jarang pulang ke tanah kelahiran--di telepon, mereka menjadikan kesehatan yang buruk sebagai alasan.
Waktu aku sakit panjang enam bulan, sampai-sampai setelah sakit itu ibuku membuat nasi kotak untuk menyelesaikan nazar kesembuhanku, seorang kerabat datang. Mereka tidak datang untuk menjenguk. Aku lupa alasan mereka datang. Tapi jelas mereka tidak tahu aku sakit. Namun ketika tahu, mereka bilang begini : 'ayo, kami antarkan ke kota x untuk berobat. Mereka bisa melakukan kolonoskopi untuk bagian perutmu. Tapi ... cuma nganterin aja ya. Biayanya ya bayar sendiri. Kami kan sudah bersedia nganterin'. Kami bahkan tidak meminta tolong apalagi menyinggung masalah bea berobat. Apalagi, lah wong ibuku 'orang' rumah sakit. Beliau tahu apa yang pantas dilakukan. Kondisiku juga saat itu sudah mulai bisa jalan. Tapi mendengarkan itu, aku sangat terluka; mereka berpikir hanya mereka yang punya mobil dan hanya merekalah sesatu yang kami bisa mintai tolong. Aku penasaran, sudahkah mereka lupa saat istri keluarga itu hamil, ayahku sampai rela melompati pagar rumah sakit untuk membantunya melahirkan dulu?
Ada keluarga dekat yang masih mengingat, dengan kesal, ketika aku dulu menolak ikut mereka jalan-jalan ke Mall dengan mobil mereka. Mereka terus mengungkitnya kemana-mana, seakan ada yang salah dengan personality-ku. Padahal ibuku tetap ikut. Masalahnya, mereka mungkin sudah menyiapkan sesuatu untuk dipamerkan lagi seperti jalan-jalan kami yang terakhir dulu; mereka menceritakan serunya bikin pizza, dan ketika di Mall terus membeo tentang keju mozzarella, paprika, sosis, seakan aku gak pernah tahu benda-benda itu eksis di dunia ini. Aku sejujurnya jadi tidak lagi nyaman di dekat mereka, sampai hari ini.
Dari semua kejadian di atas aku mengerti beberapa hal : satu, sebenernya gak semua orang 'mampu' wajib punya kendaraan pribadi tapi kadang beberapa orang menilai 'mampu'-nya kamu dari berapa kendaraan yang kamu punya dan bleng ... jadilah semua orang tergoda untuk punya satu. Semua orang. Bahkan yang tak berpunya berandai-andai punya. Dua, hidup sederhana itu gampang tapi jadi gak gampang kalau hidupnya dikelilingi orang-orang di atas. Godaannya gila-gilaan.
Dulu, kami punya mobil Jimny. Ayahku bilang 'kendaraan pasaran kadang tidak bisa memberikan nilai tinggi dalam penjualan kembali', seperti halnya membeli gawai mahal yang tidak pada fungsinya hari ini. Ayah benar. Aku pernah punya motor sendiri, jarang memakainya di kota ini, dan terjual setengah harga. Adikku pernah beli tab lumayan mahal, pada akhirnya hanya dipakai ibuku untuk main game. Kudengar-dengar harga jual mobil bekas Jimny naik karena nilai klasik dan produksinya yang terbatas (karenanya, dibandingkan mobil pasaran, aku hanya tertarik pada mobil-mobil jip).
Fungsi juga penting. Ini kota kecil, cuma lima menit ke pasar. Apalagi rumah sakit. Tinggal jalan saja sebentar, lalu sampai. Belakangan aku pun jarang bepergian ke luar kota dan cenderung suka berkebun ketimbang jalan-jalan. Masalah preferensi, aku jauh lebih suka menaiki kendaraan umum. Mereka selalu menawarkan pemandangan luas dan ruang lega. 'Membeli artinya berinvestasi' pada akhirnya bukan untuk pertimbangan nilai jual kembali tapi berguna atau tidaknya.
Dan aku gak suka nebeng. Beberapa orang akan merasa superior darimu setelah kamu nebeng sama mereka. Jadilah, aku lebih suka memanfaatkan kendaraan umum bahkan punya langganan ojek / becak sendiri. Kendaraan umum secara mengejutkan bisa menjaga harga diriku jauh lebih baik ... sementara untuk urusan emisi gas buang kendaraan dan seterusnya, aku gak perlu ungkit panjang lagi. Hidup berkesadaran tentu menuntut banyak perubahan dari gaya hidup.
Yang kupelajari adalah, bahwa setiap orang pencapaiannya beda-beda. Yang punya mobil, silahkan dipakai. Yang tidak punya, ya gak apa-apa--pasti ada pertimbangan sendiri. Yang salah itu kalau pencapaian material dijadikan penggaris buat ukur-ukur value diri orang. Ternyata ungkapan 'uang tidak bisa membeli kelas' ada bukan tanpa sebab. Sebab salah-salah bertingkah, bisa dinilai udik.
9 notes
·
View notes
Text
Tiga Dasawarsa
Lewat masa remaja, saya sudah tak pernah menunggu-nunggu momen ulang tahun. Logis saja, pertambahan usia sebetulnya terjadi setiap hari, mengapa harus dirayakan pada satu tanggal tertentu? Namun, khusus hari ini, saya ingin mengajak kalian semua merayakan ulang tahun saya yang ketiga puluh. Perayaan ala Lila, alias merayakan dengan tulisan.
Sejak awal tahun 2023, entah mengapa saya sudah merasa sangat tidak sabar menunggu datangnya tanggal 7 November. Draft tulisan ini bahkan mulai pertama kali saya buat di bulan Maret! Saya sampai geli sendiri. Mungkin karena ini akan menjadi sebuah babak baru hidup saya sebagai manusia berkepala tiga.
Sebelum Anda semua mengucapkan selamat, sepanjang tahun ini saya sudah banyak mengapresiasi diri sendiri. Saya lihat, Lila sudah tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Dengan segala tantangan hidup yang menerpa, saya selalu memilih untuk menjadi diri sendiri. Walau berkali-kali gagal dan jatuh, saya selalu bangkit dan melangkah lagi. Tentu tak lepas dari uluran tangan keluarga dan teman-teman yang ikut meminjamkan bahu serta mengusap air mata.
Mungkin seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan makin banyak merenung. Sepanjang tahun ini, saya kerap memikirkan target-target yang meleset, impian yang belum tercapai, dan kejutan-kejutan lain dalam hidup. Hari ini, saat ini, saya berada di satu kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jauh lebih baik dari apa yang pernah saya doakan, tapi juga jauh dari kata selesai.
Perjalanan hidup mempertemukan saya pada berbagai jenis orang. Boleh dibilang, saya sudah berjumpa dengan orang yang sangat tulus dan sangat jahanam :)) Di dunia profesional maupun pertemanan, saya sudah memperoleh banyak kebaikan, ketulusan, kejahatan, pelajaran, dan kenangan tak terlupakan. Semua itu memperkaya dan membentuk diri seorang Lila.
Tidak ada satupun yang saya sesali, semua pilihan dan keputusan membentuk saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bersyukur bahwa dengan semua ujian yang ada, selalu ada orang-orang yang berdiri di samping saya. Sesulit apapun cobaan yang datang, pasti ada keluarga dan sahabat yang merangkul dan berkata, “Lila, kamu bisa.” Itulah yang saya pegang. Ketika dunia terasa begitu kejam, ada orang-orang yang percaya dan tahu semua niat serta isi hati terdalam.
Di usia 30 ini, saya justru merasa hidup masih begitu panjang. Ada sangat banyak hal yang masih ingin saya pelajari. Begitu banyak buku yang ingin saya baca. Berbagai macam budaya yang ingin saya resapi. Saya siap menjalani sebuah babak baru dalam hidup.
Di tahun ini saya juga mulai melihat hidup dengan cara yang sedikit berbeda. Dulu, saya banyak menunda bila merasa satu hal bisa dijalankan di masa depan. Sekarang, saya lebih suka melakukan sesuatu sesegera mungkin selama masih bisa (baik itu tentang pekerjaan, impian, hobi, hingga pertimbangan pilihan-pilihan sulit). Hidup sering mengingatkan bahwa sebuah momen tidak akan datang dua kali. Jika bisa sekarang, mengapa harus nanti? Carpe diem.
Refleksi ini sebetulnya teruntuk saya sendiri, tapi semoga menggema juga di hati. Semoga menjadi afirmasi untuk semua usahamu.
Kamu hebat.
Semua upayamu tak akan sia-sia.
Selamat!
29 notes
·
View notes
Text
Teruntuk kamu yang sedang bertambah usia
Selamat ulang tahun mas
Selamat bertambah panjang umur, selamat mendewasa, selamat bertumbuh kembali, selamat menjejakan kaki di kehidupan baru; kehidupan yang lebih baik
Umur 25 udah 1/4 abad dan rasanya kaya udah tua banget ya? Wkwkw. Emang udah tua sihh tapi itu bukan apa-apa cuma angka aja. Besar kecil cuma perkara angka yang terpenting gimana kamu mau jalanin hari ini, ngelepas hari kemarin dan punya harapan dan semangat buat besok. Ga perlu ngerasa terbebani lagi...
Terimakasih kamu udah mau dan memilih bertahan sampai hari ini. Terimakasih udah mau berusaha jadi lebih baik lagi meskipun sulit. Dan jangan pernah lupa kalo hidup kamu itu kaya cuaca yang bisa berubah-ubah dari gelap ke terang, terkadang ada pelangi. Hidup kamu ga semuanya dan selamanya gelap
Semoga di setiap hari banyak kebahagiaan dan keberuntungan berpihak.
Semoga menjadi laki-laki kuat, semoga menjadi pribadi yang lebih baik, semoga rejeki mengalir dan tak kehilangan orang orang baik...
Untuk kamu...
Terimaksih udah berusaha membahagiakan orang-orang yang kamu sayang meski sering kali kamu engga bisa bahagiain diri sendiri. Terimaksih untuk 25 tahun menjadi kamu yg hebat!!! 💗💗💗💗
22 notes
·
View notes
Text
Surat Cinta Untuk Ayah Ibu
Teruntuk kedua sosok paling berjasa dalam hidupku
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, atas segala limpahan kasih tanpa pamrih yang telah diberi. Yang membuat diriku mampu untuk tegar dan bertahan hingga hari ini.Barangkali jika tanpa secuil kasih sayang kalian, aku bahkan tak sanggup untuk melewati hari.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, untuk seluruh pengorbanan & perjuangan yang tulus dilakukan. Yang telah turut berjuang sejak dua puluh enam tahun lalu sejak pertama kali aku melihat dunia. Barangkali jika tanpa pengorbanan yang diberi, akan ada begitu banyak kesulitan yang diterima dalam menjalani kehidupan.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, sebab banyaknya do'a yang tak pernah putus diucapkan dari lisannya. Yang pada akhirnya menjadi limpahan kebaikan untuk segala urusan untuk anak-anaknya. Barangkali, tanpa untaian do'a dari kalian tak pernah terbayangkan bagaimana akan menghadapi rumitnya dunia.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu atas segala kebaikan dan teladan yang telah diikhtiarkan. Yang telah menjadi penerang dalam riuh dan gelapnya banyak hal di dunia ini. Yang menjadi panutan dan peta untuk kami mampu menjadi sebaik baik manusia. Barangkali tanpa segala teladan dan kebaikan kalian, kami mungkin akan tersesat dan tak tahu arah.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, karena telah menjadi sebaik-baik orang tua yang pernah ada. Yang meskipun tak sempurna namun tetap berusaha memberi banyak sekali kebaikan. Yang meskipun penuh kurangnya namun selalu disempurnakan lewat kehangatan tutur kata. Sungguh, kelak ketika menjadi orang tua, akan kutularkan dan kutanamkan berbagai nilai baik yang pernah kalian ajarkan kepada kami.
Teruntuk kedua sosok yang paling hebat dalam hidupku
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika masih begitu banyak salah dan khilaf yang pernah menyakiti hati, entah terimplementasi dalam perkataan, perbuatan maupun tingkah laku. Meski kami pun tahu bahwa pintu maaf dari kalian telah terbuka lebar bahkan setelah sekian detik ketika salah dan khilaf yang kami lakukan.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika hingga saat ini kami belum menjadi apa-apa. Belum mampu menjadi sosok yang memberikan kebahagiaan paripurna. Namun, ketahuilah bahwa setiap detik perjuangan yang kami jalani sekarang adalah jalan untuk menjadi pribadi terbaik demi membanggakan kalian.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika selama ini masih banyak harapan dan mimpi yang belum bisa kami realisasikan. Semoga melalui untaian do'a kalian, segala harapan dan mimpi tadi bisa segera diwujudkan.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, sebab sering kali tak memiliki waktu dan tak pernah ada tiap kali kalian mengalami sakit atau dalam keadaan sulit. Semoga ke depan Allah berikan waktu dan kesempatan lebih untuk dapat menemani kalian di usia senja.
Mohon maaf, Ayah Ibu, jika pada akhirnya belum mampu menjadi sebaik-baik buah hati yang selalu membanggakan dan menyenangkan. Semoga ayah dan ibu masih diberi kelapangan hati untuk mau senantiasa membantu berproses menjadi sosok anak yang mampu berbakti.
Teruntuk kedua sosok yang paling baik dalam hidupku
Semoga Allah selalu mudahkan urusan Ayah dan Ibu baik dalam urusan dunia maupun akhiratnya. Khususnya dalam perihal ibadah dan hal-hal untuk meraih rahmat-Nya,
Semoga Allah kabulkan segala impian Ayah Ibu yang selama ini belum terkabulkan. Kalau memang tak kunjung dikabulkan di dunia, semoga Allah perkenankan untuk mengabulkannya di hari akhir-Nya.
Semoga Allah kelak memberikan rida untuk Ayah dan Ibu mampu masuk ke dalam surga-Nya, tersebab berbagai kebajikan dan kebaikan yang telah kalian amalkan selama hidup di dunia.
Semoga Allah selalu berikan kesehatan, kebaikan, dan keberkahan untuk ayah dan ibu. Dan semoga kelak Allah perkenankan keluarga kita berkumpul kembali di surga-Nya. Insya Allah.
Allahumma firlii wa liwaa lidhayya warham humaa kamaa rabbayaa nii shaghiraa.
Aamiin ya Mujibassailin
Medan, 29 Maret 2024
*Ditulis dengan perasaan yang campur aduk dan mata yang berkaca-kaca
10 notes
·
View notes
Text
Berterus Terang
"Orang yang bersikap terus terang menyatakan apa yang terasa di hatinya, tidak tersangkut-sangkut, tidak bermain "di balik layar" dan tidak "lain di mulut lain di hati" akan cepat diketahui bagaimana dan siapa dia.
Dia mengatakan apa yang dirasakan dan dapat dikerjakan.
Dia mengerjakan apa yang dikatakan dan muncul dari perasaannya.
Apa yang diucapkan adalah apa yang diyakininya dan apa yang diyakininya, berani dia diucapkan." - Hamka
#daribuku Pribadi Hebat - Hamka, Gema Insani
15 notes
·
View notes
Text
Tentang kita yang akan selalu belajar melangkah
Sehebat apa diri kita saat ini, yang ternyata hanyalah hamba yang hanya selalu belajar melangkah, melangkah kepada semakin baiknya kualitas diri kita (termasuk kualitas keimanan kita).
Sungguh, diri selalu menginginkan untuk menjadi orang-orang yang semangat belajar agama, semangat ibadahnya, sampai hari ini impian itu masih selalu seperti demikian, dan rasa kagum hanyalah kepada mereka yang begitu dekat dengan-Nya. Sampai aku paham bahwa, ternyata semuanya berproses, semuanya adalah tentang belajar melangkah.
Allaah tidak serta merta memberikan kenikmatan ibadah kepada hamba-Nya, melainkan pada diri hamba-Nya ada kemauan. Maka, kemauan itu juga penting. Dan bersyukurlah orang-orang yang didalam hatinya selalu ada kemauan untuk melakukan kebaikan.
Belajar melangkah, dari yang dahulu taunya cuma Iqro, kemudian naik tingkat ke Al-Qur'an, kemudian menghafalkannya, lalu mengamalkan makna dari setiap yang dibaca, bila sudah bisa mengajarkannya maka diajarkanlah pada yang lain. Salah satu proses yang indah yang aku temukan dan syukuri dalam Islam.
Belajar melangkah, dari yang dahulu acuh tak acuh, abai terhadap segalanya, mencampuradukkan perkara yang Allaah suka dan yang Allaah tidak suka, seiring berjalannya waktu dengan belajar melangkah-lah kita akan paham bahwa setiap perkara yang kita lakukan itu harus sesuai dengan syariat, perkara sekecil bagaimanapun itu.
Belajar melangkah menjadi baik, pelan-pelan menuju kepada kasih sayang-Nya, hingga akhirnya berada di titik bahwa sungguh 24 jam itu begitu singkat dan terasa rugi dilewatkan tanpa ada kebaikan yang dilakukan. Sebagaimana juga dahulu para Nabi dan sahabat yang sedih bila melewatkan hari tanpa ada kebaikan yang dilakukan.
Kita sedang belajar melangkah menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya, atau menjadi anak yang lebih baik lagi dari sebelumnya, atau menjadi kakak/adek yang lebih baik lagi dari sebelumnya, atau menjadi orangtua yang lebih baik, atau menjadi teman/sahabat yang lebih baik, dan atau menjadi insan yang lebih baik lagi dari sebelumnya kepada siapapun itu (orangtua, hewan, tumbuhan, atau dalam menghadapi keadaan-keadaan).
Ya. Sejatinya kita semua akan selalu belajar melangkah, tak ada kata berhenti untuk diri-diri yang haus untuk menjadi pribadi yang baik, menjadi hamba yang bertakwa.
Tak apa kita semakin hebat di dunia ini, semakin bahagia, semakin baik dari sisi manapun, tapi ketika kita paham tujuan kita hidup di dunia, maka kita akan tahu bahwa segala yang kita jalani adalah hanya tentang diri kita yang sedang belajar melangkah, yang kadang terseok lalu kembali bangkit, dan akan selalu sama seterusnya, dan sebagai seorang yang memeluk Islam sudah semestinya kita melangkah kepada semakin baiknya diri kita dari hari ke hari, semakin taatnya kita kepada setiap ahkam yang telah Allaah Ta'ala tentukan.
—20/02
59 notes
·
View notes
Text
Ilmu Parenting Dasar
oleh: Kuliah Psikologi- Bp. Dedy Susanto Ada anak yang tumbuh dalam ketakutan karena orang tua terlalu mengintimidasi dan ada anak yang tumbuh dalam rasa manja dan tidak punya ketegaran karena orang tuanya terlalu lembek. Bagaimana seharusnya orang tua bersikap kepada anak? Pertanyaan itu menjadi menarik untuk ditelusuri lebih lanjut.
Ketegasan dan Kehangatan
Orang tua perlu mempunyai dua sisi, yaitu sisi tegas dan sisi hangat. Jika salah satu sisi tidak ada, parenting akan gagal. Ilustrasi: Lihat tangan kita, ada telunjuk dan jempol. Gunakan itu secara bergantian. telunjuk -> menggambarkan tentang nasihat/ menasihati, meminta, menuntut, menyuruh, melarang. jempol -> menggambarkan kehangatan: pujian, apresiasi, membolehkan.
Parenting yang otoriter, apa itu?
Kita sebagai orang tua hanya menyuruh, menuntut, memerintah, sementara ketika anak bersikap baik, kita tidak pernah memuji, kita tidak pernah menghargai. Akhirnya anak menjadi lesu. Salah dimarahi, baik tidak pernah dipuji. Coba kita renungkan, jangankan anak-anak, kita pun jika selalu diminta, dituntut , disalahkan, maka akan capek juga. Apalagi tanpa pernah diapresiasi. Lalu bagaimana seharusnya bersikap? Memiliki sikap seimbang.
Sikap Seimbang?
Ketegasan perlu diseimbangan dengan kehangatan. Salah satu kehangatan adalah apresiasi. Apapun yang diapresiasi, akan diulangi dengan bahagia. Orang-orang yang terlalu memaksakan kehendak adalah orang yang lemah. Sementara orang yang bisa mengalah, bisa empatik, toleransi, itu adalah orang yang kuat. Sesekali kita perlu membolehkan. Misal biasanya anak tidak boleh main game, biasanya dibatasi. Namun ketika hari libur, kita boleh memberi opsi anak untuk maen game. Karena jika segala sesuatu selalu tidak dibolehkan, anak akan punya luka batin terhadap kita sebagai orang tua.
Jangan jadikan anak menjadi pribadi yang manja, serba dibolehkan, serba diiyakan. Nanti dia akan tumbuh menjadi orang yang berekspektasi begitu, ia ingin diiyakan oleh semua orang, tidak hanya oleh ayah dan ibunya. Iya ingin disetujui oleh semakin banyak orang. Sebaliknya, jangan juga anak selalu disuruh, disalahkan, diminta, dituduh, tapi tidak pernah kita memuji, tidak pernah kita memberi kehangatan dan support. Karena jika demikian, dia akan kering dan tidak dapat cinta. Contoh 1 Orang tua memberi perintah sekaligus kehangatan Tujuan perintah-> agar anak lebih lama membaca buku "Sayang, papa ingin kamu membaca bukunya diperlama ya. Sekarang sehari 1 jam (dulu setengah jam). Kehangatan-> "Kira-kira supaya kamu lebih rajin baca, perlu apa sayang? Papa belikan buku bacaan yang keren-keren? mau? Papa ubah wallpaper kamar kamu biar lebih sejuk? Mungkin kamu bosen sama wallpaper kamar kamu?" Ada dukungan, kehangatan, pengertian. Tidak hanya menyuruh saja, tetapi juga memfasilitasi. Contoh 2 Ketika hari ini kita memarahi anak, pastikan kita sudah memberikan juga kehangatan. "Nak, maaf ya, kamu sedih ya?" Jika dia menangis, biarkan. Biarkan dia mengeluarkan bebannya. Anak yang hari itu kita "sakiti" wajib setelahnya kita bungkus dengan cinta. Wajib kita datang dengan kehangatan.
Contoh 3 Seimbangkan, kapan kita harus tegas, kapan harus memberi kehangatan. Misal: anak berbuat salah. Tetap dinasihati, "Nak, nggak boleh ya nak, itu tidak baik". Tetap kita tuntut untuk tidak berbuat demikian lagi. Tetap perlu kita berikan arahan mana yang baik dan benar, mana yang boleh dan tidak. Contoh 4 "Makasih ya nak, kamu sudah ngaku sama mama papa kalo kamu begini begini ke adikmu. Itu kesalahan memang. Nggak boleh gitu lagi ya sayang ya. Tapi mama papa bersyukur kamu mau jujur, kamu hebat kamu anak yang jujur." Contoh 5 Anak: "Ma, maaf ya, tadi aku dimarahin guru karena aku lupa nggak bawa buku yang disuruh bu guru. Padahal kemaren sudah disuruh bawa sih sama bu guru guru, tapi aku lupa.." Ortu: "Makasih ya nak, kamu sudah mau curhat. Kamu sudah mau jujur. Oke harusnya mama marah nih tapi karena kamu jujur, yaudah. Mama senang kamu mau curhat. Kalo begitu, gimana caranya biar kedepan kamu nggk lupa lagi? " Berikan Dukungan yang Berhubungan
Kita sebagai orang tua ingin anak demikian demikian, lalu, dukungan kita apa? Tanyakan itu kepada diri kita sendiri sebagai orang tua. Berikanlah dukungan yang berhubungan. Contoh: "Mama pingin kamu lebih rajin belajar, kira-kira kamu butuhnya apa biar lebih rajin belajar?" Anak" aku mau video game", "aku mau uang jajannya dinaikin" Jawabannya no karena itu tidak berhubungan. Demikian source: https://www.youtube.com/watch?v=VRENryMkYfE
17 notes
·
View notes
Text
Untuk Apa Pemilu [Part 2]
Melihat kekuatan individu yang hanya punya satu suara, maka bisa jadi banyak yang melihat Pemilu ini agak useless: "Gua nyoblos atau nggak ya nggak ngaruh". Tapi coba logikanya dimulai dari kekuatan individu untuk mengedukasi orang sekitarnya, you have one vote but you can educate others. Educated others can educate many more. You can contribute to multiplier effects.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan atau sekadar punya literasi media, kita sebenarnya sudah punya kemampuan mencari tahu atau mengumpulkan informasi yang kredibel dan akurat.
Kitapun bisa mengajarkan orang di sekitar kita. Mulai dari bapak, ibu, paman, bibi, sampai engkong yang menganggap semua konten jarkoman dan konten di WhatsApp itu benar... yang maen langsung forward ae tanpa mengkritisi atau double check sumbernya.
Nah, lo yang tahu dan bisa kritis aja tuh udah bekal banget buat mengedukasi keluarga atau teman. Beda sih mengajak nyoblos paslon/partai ama mendidik kritis ke paslon/partai.
Jaman sekarang mempengaruhi atau ngajak orang nyoblos siapa itu berat. Tiap orang punya posisi yang berbeda.
Sejauh ini, gua ada lihat orang yang menganggap semua politisi dan janji politiknya sama, sama-sama bullshit. Ada yang udah indifferent, siapapun yang menang toh ga bakal sama saja, hidup gua bakal gini gini aja. Ada juga yang sudah 'menerima', percuma support si anu, pemenangnya sudah ketahuan.
Well, selagi ada waktu dan selagi gua punya pilihan, gua akan terus berpikir positif dan logis. Menggunakan kanal-kanal pribadi untuk edukasi politik teman-teman follower Tumblr (11k) dan Instagram (1k+).
Semoga setiap kita mengusahakan yang terbaik.
Pengen deh DPR itu isinya bukan artis, tapi aktivis; bukan pengusaha, tapi pengacara; bukan anak pejabat, tapi orang-orang hebat.
Nah, masih ada waktu mengedukasi diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
11 notes
·
View notes
Text
Deskripsikan Dirimu Secara Singkat!
Akan ada masanya kamu menemukan pertanyaan ini dan saat itu juga kamu bingung harus menulis apa.
Menilai atau mendeskripsikan orang lain itu terasa sangat mudah, namun saat melihat diri sendiri, entah kenapa muncul rasa kebingungan atau kadang kurang yakin dengan jawaban yang ada.
Kawan, ada sedikit nasihat dari Buya Hamka yang barangkali bisa membantu menjawab pertanyaan diatas. Aku temukan ini dalam buku Pribadi Hebat, semoga kau membacanya juga setelah ini.
Satu refleksi awal yang perlu kita tanyakan dalam hati, apakah selama ini kita terlalu terlalu sibuk menilai orang lain? melihat kejelekanya bahkan mengumbarnya ke khalayak umum tanpa tujuan yang jelas, yang bahasa kerennya ghibah, apakah kita termasuk dalam golongan itu?
Noda hitam itu bertumpuk terus menerus menjadi gumpalan keras dalam hati, menciptakan dengki, lalu menutup diri untuk melihat secara jernih, terutama soal pribadi sendiri.
Rasulullah bersabda :
"Barangsiapa orang yang mementingkan memperhatikan cela diri sendiri sehingga tidak sempat memperhatikan cela orang lain.” (HR. Al-Bazzar).
Selanjutnya, pentingnya mengetahui definisi pribadi sebelum menilai diri sendiri, menjadi faktor penting sebagai dasar yang akan kau tulis selanjutnya dan harapanya tanpa dusta.
Beliau mendefinisikannya sebagai berikut :
1. Kumpulan sifat dan kelebihan diri yang menunjukan kelebihan seseorang daripada orang lain sehingga ada manusia besar dan manusia kecil. Ada manusia yang sangat berarti hidupnya dan ada yang tidak berarti sama sekali. Kedatangannya tidak menggenapkan dan kepergiannya tidak pula mengganjilkan.
2. Kumpulan sifat akal budi, kemauan, cita-cita dan bentuk tubuh. Hal itu menyebabkan harga kemanusiaan seseorang berbeda dari yang lain.
Definisi itu hadir bukan dari ruang hampa, namun berdasar dari penghayatan yang dalam dan faktor utamanya adalah kekuatan spiritualitas yang kuat, ketaqwaan kepada Allah Sang Pencipta.
Secara ringkas outputnya adalah seorang Budiman, Cerdas, Orang Masyarakat, Orang Sehat, dan juga Cerdik Pandai. Minimal maksimal yang berat, yang selanjutnya akan mendefinisikan lebih dalam lagi perihal kelebihan juga kekurangan.
Bukan berarti ketika mendalami makna pribadi, lantas kita akan menjadi orang yang paham dan kuat dalam menghadapi segala hal. Tidak sama sekali, bahkan kebalikanya.
Yang terlihat paham masih perlu dipahamkan, yang terlihat kuat masih perlu dikuatkan.
Bertambah besar pribadi seorang bertambah jelas letak lemah dan kekuranganya. Sepeti pepatah arab mengatakan, "Yang berarti apabila sesuatu telah sempurna, jelaslah kekurangaya."
Salah satu output ketaqwaan adalah munculnya pribadi yang hebat seperti yang disebutkan sebelumnya. Ketaqwaan tak bisa ditopang hanya dengan pribadi yang kuat, perlu adanya lingkungan yang mendukung, melengkapi dalam kekurangan, memahami setiap perbedaan, lalu bergerak bersama menuju satu tujuan yang sudah disepakati. Singkatnya, itu definisi pasangan hidup. Begitu.
70 notes
·
View notes