Tumgik
#Oleh karenanya
jndmmsyhd · 4 months
Text
Segelap-gelapnya masa lalu seseorang, ia akan tetap berusaha menutupnya dengan kebaikan dan berharap kebaikan untuk masa depannya. Segelap dan sepekat apapun masa lalunya.
Karenanya, jangan mudah menceritakan kisah pilu nan gelap masa lalu seseorang pada orang lain. Bukankah kita juga punya kenangan yang ingin ditutup dan dikunci?
Sungguh, tidak mudah bagi seseorang untuk berdamai dengan keburukan masa lalunya. Terkadang, saat malam datang ia akan menangis, perihal penyesalannya dan rasa ingin kembali memutar waktu.
Tapi begitulah, hati yang telah dibasuh dan disembuhkan lukanya oleh Allah itu akan sering menangis, mengkhawatirkan masa depan akhiratnya. Ia tidak terlalu memusingkan soal dunianya, sebab baginya ia sudah pernah dikecewakan oleh dunia yang pasti menipu dan mempermainkannya. Tujuannya kini telah berubah, cara pandangnya sudah berputar arah.
Untuk setiap hati yang sedang sakit dan lelah oleh dunia yang seakan ia harus kita kejar, untuk mata yang sering menangis karena terbayang masa lalunya yang buruk, tenanglah. Percayakan semuanya pada Tuhan, pemilik akhirat dan masa depan kita.
Mulailah memeluk iman dalam nikmatnya shalat dan tenangnya tilawah. Aku pun sama, sedang meminta pada Allah agar diselimuti iman dan kebaikan.
Semoga kita semuanya selalu Allah jaga dan lindungi. Jangan sungkan untuk selalu berdoa, ya :')
— Perjalanan dari Gambir
@jndmmsyhd
434 notes · View notes
andromedanisa · 9 months
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
301 notes · View notes
mbeeer · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
— Bandung Menjelang Pagi
(𝘯). bahwa sejatinya, oleh-oleh terbaik dari kota Bandung adalah: patah hati.
***
Alih-alih kota romantis, Bandung kala tengah malam menjelang pagi adalah dua kota yg berbeda.
Berandalan, copet, geng motor, tukang congkel spion, waria, dan psk, adalah hal2 yg mudah kau jumpai saat kota ini terlelap.
Seakan, “Bandung diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum.” hanyalah slogan omong kosong belaka.
Buku ini menceritakan tentang kisah 2 anak berandalan yg hidup menyusuri Bandung kala malam.
Tentang dansa di tengah jalan Braga saat subuh yg sepi, menelusuri dago ketika menjelang pagi, terlentang di perempatan ABC-Suniaraja, hingga menyaksikan Bandung malam saat sedang cantik2nya.
Sebuah novel romance terbaik yg pernah kubuat di penerbit Mediakita.
Dua karakter utama di buku ini akan mengajak kalian menikmati segala lekuk kota Bandung secara lebih puitis.
Dari menyapa segala aroma kudapan di Cihapit sabtu pagi. Melepas penat siang dengan semangkuk es campur di Jalan Anggrek. Membelah sore kota dipayungi teduh pohon-pohon angsana. Lalu melewati malam dengan pendar lampu2 merah tembaga di Jalan Dago
Namun sialnya, Bandung adalah kota yg tak akan pernah membiarkan siapapun untuk berdamai dengan ingatannya setelah sempat tinggal di kota ini.
Ia akan membuatmu bahagia, lalu patah sepatah2nya . Mempertemukanmu dengan seseorang yg kau suka, lalu kau dibuat menangis hebat karenanya.
Sebab sejatinya, oleh-oleh terbaik dari kota Bandung adalah patah hati.
Oleh sebab itu, tanpa berlama2 lagi, dengan bangga kupersembahkan:
Bandung Menjelang Pagi.
— Novel — 300 Halaman — Rp 95.000
📍Location : Sudah tersedia di seluruh Gramedia (ofline/online)
56 notes · View notes
delimacanda · 3 months
Text
Kepada yang kelak datang lalu menetap #1
- Segala sesuatu yang pernah datang, lalu beranjak pergi itu pahit. Semanis apapun usaha yang dilakukan untuk pamit. -
Aku paham sekali bahwa datang dan pergi itu sepaket. Sebagaimana matahari terbit dan terbenam. Yang aku tak paham, aku selalu tak siap dengan perpisahan. Karena seringkali perpisahan terjadi saat sedang nyaman-nyamannya. Saat sedang senang-senangnya. Saat sedang cinta-cintanya. Padahal yang ku inginkan, sesuatu atau seseorang atau peristiwa datang, menetap, menjadikanku tenang, senang, nyaman, tapi selamanya. Awal yang tiada berakhir. Datang yang tidak pergi lagi. Bertemu tanpa berpisah. Tapi disisi lain, semua itu tak akan mungkin selama masih di dunia.
Oleh karenanya, aku tidak suka jika ada yang datang lalu membuatku nyaman. Bukan tidak suka dalam arti yg sebenarnya. Melainkan ketidaksukaan itu adalah wujud rasa takut akan perpisahan, takut ditinggalkan. Tapi ternyata begitulah sunnatullahnya. Dan yaah kembali lagi, kita hidup di dunia yang fana. Tak ada yang selamanya, tak ada yang kekal, apalagi abadi. Tak ada yang benar-benar membuat kita tenang, nyaman dan aman. Kecuali Dzat yang Maha Sempurna, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Maka, ingin rasanya aku berpesan kepada siapapun yang nantinya memutuskan untuk menetap, agar dapat saling menguatkan walau hanya dengan saling bertatap. Agar berlabuh untuk menjadikan sebagian agama menjadi utuh. Agar dapat meyakinkanku untuk sama - sama bersandar dan menjadikan Allah sebagai muara segala cinta.
Sama-sama mengazzamkan dalam hati masing-masing bahwa segala yang datang dan pergi adalah dari Allah, setiap langkah yang menapak bersama adalah untuk menuju Allah, dalam setiap helaan nafas adalah untuk beribadah kepada Allah, dan merajut kehidupan bersama dalam mahligai yang agung sebagai bukti dari janji suci mitsaqan ghalidza, hanya karena Allah.
Sehingga, jika saatnya perpisahan itu datang, rasa pahit itu bisa tersamarkan, sakit itu bisa tertahankan, tak ada patah yang terlalu dalam. Karena Allah lah muara segala perjalanan yang dilakukan bersama dalam ketaatan.
Maka Ya Allah, jangan jatuhcintakan aku dengan dunia dan segala isi yang fana ini, melebihi jatuh cintaku pada Mu. Mampukan aku menempatkan Mu di tempat tertinggi dalam sanubari. Sehingga Engkaulah satu - satunya yang menempati tahta tertinggi di dalam relung hati.
- Rumah | Ahad, 30 Juni 2024
65 notes · View notes
auliasalsabilamp · 5 months
Text
Lahir sebagai seorang muslim adalah privilege terbesar yg patut di syukuri
Ummar bin Khattab, dulunya adalah orang yg paling membenci Islam, memerangi islam, bahkan ia ingin membunuh Rasulullah, yg menurut sebagian orang ia paling tidak mungkin masuk islam di zaman itu. Tetapi, ketika ia masuk Islam, Ummar menjadi sahabat terbaik dalam sejarah, setelah Abu Bakkar. la masuk ke dalam daftar sahabat yg di jamin masuk surga dan Allah buatkan untuknya rumah di surga. Ini adalah signal bahwa Islam tidak melihat masa lalu seseorang. Seburuk apapun seseorang di masa lalunya, rahmat Allah terbuka luas bagi siapa yg bertaubat.
Abu Lahab, ia adalah paman nabi, hidup bersama nabi, memiliki keponakan seorang nabi, tapi ia menjadi pemeran utama di balik penolakan dakwah nabi di Makkah. la memusuhi, menolak juga menyerang dakwah yg Rasulullah bawakan. Sebagaimana nasab tidak menjadikan seseorang mulia di sisi Allah, tidak pula sebagai jaminan hidayah itu datang kepada seseorang yg memiliki nasab yg mentereng. Tapi Allah memberi hidayah kepada siapa yg la kehendaki.
Bilal bin Rabbah, seorang budak berkulit hitam yg di rendahkan oleh kaumnya. Namun ketika bilal masuk islam, ia justru menjadi satu dari sekian sahabat yg juga Allah jamin surga. Ini adalah bukti bahwa Islam tidak melihat seseorang dari harta, rupa maupun kedudukannya. Tapi Allah melihat seseorang dari hati dan amalnya.
Namun, pernahkah kita berpikir? Para sahabat yg masuk islam terlebih dahulu mereka masuk islam dengan perjuangan, pencarian, bahkan sebagian dari mereka masuk islam harus berdarah-darah terlebih dahulu. Ada yg harus safar menempuh perjalanan bertahun-tahun, dibuang dari keluarganya, di miskinkan, di siksa, bahkan ada dari mereka yg di bunuh karena masuk islam.
Sedangkan kita? Allah tidak menyuruh kita memilih dari rahim siapa kita di lahirkan! Tapi Allah pilihkan kita lahir dari rahim seorang ibu yg beragama Islam! Kita lahir di atas kebenaran, di atas satu-satunya agama yg Allah ridhoi, di atas agama yg haq.
Pernahkah kita bersyukur atas nikmat yang begitu besar itu?? Berapa kali kita bersyukur karenanya? Atau justru ternyata kita kufur dengan keislaman kita?
Kota Bogor, 08 Mei 2024 | 05.52 WIB
104 notes · View notes
faramuthiaa · 4 months
Text
Hanya satu dari sekian.
Dan kita mencoba,
Hari demi hari
Menjadi sosok yang lebih baik
Dari masa yang lalu.
Maka jika ada satu hal tidak berhasil
Ingatlah bahwa itu hanya satu,
Dari sekian banyak yang telah dicoba.
————————————
Kemarin malam aku benar menyadari bahwa apa yang terjadi hari ini dan apa yang akan terjadi di masa depan tak akan pernah lepas dari kejadian di masa lalu. Masa lalu lah yang membentuk mimpi-mimpi masa depan, dan terkadang, dengan mengingat masa lalu lah kita punya alasan untuk terus melaju.
Walaupun begitu, ada sebuah kenyataan besar bahwa sebagaimanapun kita memperjuangkan banyak hal, akan selalu ada satu-dua hal yang tidak berhasil.
Atau bahkan, akhirnya hanya menjadi memori dari mimpi dan harapan dari masa lalu.
Oleh karenanya, dari semua kesinambungan masa lalu dan masa depan ini, dan betapa semua hal di masa kini terpengaruhi dengannya, aku memutuskan untuk memakai kata ‘hanya’.
Bahwa yang tidak tercapai itu,
“Hanya satu dari sekian.”
“Hanya sedikit dari keseluruhan.”
“Hanya sebagian dari semua yang telah diusahakan.”
Pada akhirnya, memilih kata “hanya” untuk menggambarkan konteks usaha yang menemui realitas terbaiknya adalah pilihan yang tepat.
Hidup harus selalu terus berjalan dengan kepingan-kepingan takdir lainnya, dan biarlah yang tidak terjadi ‘hanya’ menjadi memori indah dari masa lalu yang pernah dicoba untuk diusahakan.
@faramuthiaa
Cranfield, 11 Juni 2024 || 22.01 BST
57 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months
Text
Lebih Mudah.
Ada suatu titik ketika hidup kita akan berada di sebuah titik yang belum pernah kita lalui sebelumnya. Titik-titik yang sulit dan rumit, yang agaknya tak kita kuasai sedikitpun.
Akan ada masanya kita menjalani sebuah peran yang bagi kita teramat berat di permulaannya. Entah peran yang dimulai dari rumah, tempat menimba ilmu, tempat kerja, atau pada skala lain yang lebih besar dan lebih luas manfaatnya.
Di suatu waktu di masa depan sana, kita akan menghadapi sebuah permasalahan keruh yang sulit kita jernihkan. Masalah yang kadang membuat kita lupa untuk kembali pada pondasi kokoh yang mendasari segala jawaban di muka bumi ini.
Dan akan tiba saatnya, kita akan mulai mengemban amanah-amanah berat yang baru. Amanah-amanah yang mungkin akan terlalu berat kita pikul sendirian.
Oleh karenanya, bersamailah seseorang yang membuatmu merasa lebih mudah melewati fase demi fase pendewasaanmu. Seseorang yang dengannya kamu lebih mudah meningkatkan iman dan ketaqwaan. Yang dengannya lebih mudah untuk mengingat-ingat kebaikan.
Temukan seseorang yang juga mampu membersamaimu untuk bisa lebih mudah merenda syukur dan merajut sabar. Seseorang yang membuatmu lebih mudah berbagi teduh. Seseorang yang bersamanya, membuatmu lebih mudah untuk menguatkan diri meski barangkali ada hal pelik yang perlu kamu selesaikan.
Karena pada akhirnya, hidup tak mungkin tanpa masalah. Kita tak sedang berlayar di lautan mati yang tanpa ombak dan karang. Kita tak sedang melaut yang tanpa badai dan angin kencang. Entah apa yang nantinya lebih dulu menerjang, semoga kita masih sempat untuk mengusahakan sekuat mungkin untuk berpegang pada tali-Nya.
Namun, sebelum itu semua, pertama-tama mari kita buat diri kita untuk lebih mudah membuka mata hati untuk menerima nasihat-nasihat kebaikan. Mari buka pintu itu lebar-lebar tiap kali hidayah mengetuk. Persilakan mereka masuk dan jamu sebaik mungkin. Jangan hanya tunggu, tapi mari kita hampiri selangkah demi selangkah. Buat diri kita lebih mudah untuk meminta dan memberi maaf, juga berterima kasih. Dengan itu, kelak kita juga akan membuat siapapun seseorang itu jadi lebih mudah untuk membimbing dan mengarahkan.
Aamiin.
(Semarang, 22 Juli 2024. 20:35. Baru tiba di kamar kos. Sebuah tulisan untuk diri sendiri yang buru-buru dituang dari kepala karena terlintas pas lagi perjalanan motor ke kosan. Terinspirasi dari percakapan dan nasihat tak terduga dari bapak penjaga parkir di pertigaan Masjid Agung Pandanaran. Terimakasih bapak!)
36 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Menikah itu nilainya setengah dari agama. Apabila ia dijemput dengan cara yang kotor, maka akan terkotorilah semua agamamu pula. Oleh karenanya, jemputlah ia dengan cara yang baik. Jalan yang memang Allah sudah memberikan batasan-batasannya.
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka dari itu, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”
HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman.
175 notes · View notes
gizantara · 10 days
Text
Mengekalkan Terima Kasih
Kita sering mengambil momentum kebersamaan bersama keluarga atau teman lalu mengunggahnya di media sosial. Tak jarang pula dilakukan ketika kita menerima hadiah atau pujian sebagai bentuk apresiasi atau terima kasih.
Nabi Daniel pun demikian. Beliau diselamatkan dua kali oleh singa. Pertama, ketika beliau baru saja lahir lalu disembunyikan ke dalam hutan karena raja mengincar bayi laki-laki dalam mimpinya (kisah ini mirip seperti mimpi Namrudz dan Fir'aun). Kedua, ketika beliau sudah menjadi nabi dan berdakwah kepada Nebukadnezar, Raja Babel, kemudian ditentang dan hendak dijadikan makanan untuk singa-singa yang kelaparan.
Atas izin Allah, singa-singa itu menjadi tunduk dan tidak liar. Seperti api Nabi Ibrahim yang menjadi dingin dan menyelamatkan. Seperti ikan Nun yang isi perutnya tidak menghancurkan Nabi Yunus. Oleh karenanya beliau mengabadikan nikmat dari Allah dalam satu cincin bergambar singa agar ia senantiasa bersyukur. Cincin itulah yang ditemukan di kemudian hari, ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah.
Itu hanya salah satu bentuk. Sedangkan nikmat Allah yang beragam rupa ini tentu sangat layak kita syukuri sepenuh hati. Bentuk syukur terbaik adalah mempergunakan pemberian sebagaimana keinginan Sang Pemberi.
Syukur = Memberdayakan
Dan ketika Allah sudah mengaruniakan kita nikmat iman dan Islam, kita pada akhirnya akan memikirkan bentuk terima kasih yang baik.
"Allah ingin saya berbuat apa terhadap Islam?"
"Apa versi terbaik diri saya yang bisa saya persembahkan dalam penghambaan ini?"
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim 14: 7)
Sekarang jadi ngerti, kenapa nikmat akan bertambah jika disyukuri. Karena:
Selama seseorang memberdayakan sesuatu, resource memang harus tetap bertambah agar proses pemberdayaan tetap berjalan
Selama resources terus bertambah (melimpah) maka kapasitas dan kualitas seseorang sebagai pemberdaya pun akan senantiasa meningkat
Semisal pabrik, semakin pandai/canggih mesinnya dalam proses pengolahan, maka perlu semakin banyak lagi bahan mentah (resource) yang ditambah agar mesin (tools) tidak sia-sia. Di sisi lain, semakin banyak bahan mentah, mesin juga akan terus di-upgrade agar mampu melakukan pengolahan secara efektif dan efisien.
Maka tiap-tiap diri manusia sudah merupakan paket tools dan resource, dengan fungsi input-proses-output, ditambah lagi dengan adanya resource di luar diri. Pantaslah Allah mengatakan, manusia sedikit sekali yang bersyukur. Soalnya, boro-boro memberdayakan resources dengan tools yang ada, kesadaran akan resources dan tools-nya pun kadang belum utuh (resource awareness, self awareness) sebab belum reading comprehensive (iqra).
Mudah-mudahan kita dikaruniai kemampuan menyadari sumber daya dari Allah serta senantiasa terpandu dalam mengalokasikannya.
— Giza, belajar menjadi manusia
36 notes · View notes
azurazie · 8 months
Text
Sungguh mudah bagi Allah untuk membolak balikkan hati manusia. Maka, bersyukurlah ketika masih dibalikkan kepada yang hak, yang baik, yang benar dalam hidayah-Nya. Sekalipun mungkin karenanya itu, kita berada di antara golongan orang yang segelintir. Yang sedikit.
Tak apa jikalau harus kalah dalam perhitungan yang dibuat oleh sistem manusia. Tapi yakinlah kita sudah menang dalam keberpihakan yang lebih baik di hadapan Allah ta'ala.
Karena pejuang yang berpegang teguh bahwa : ketika menang berarti Allah izinkan, jika pun kalah itu artinya Allah selamatkan. Sejatinya kedua ketetapan itu apapun yang pada akhirnya ditakdirkan adalah sebenar-benarnya kemenangan yang nyata.
@azurazie
49 notes · View notes
audadzaki · 2 months
Text
Kerja Keras Manusia adalah Omong Kosong
Kalau ditanya apa sebab dirimu berhasil, jawablah, itu taufiq dan nikmat dari Allah. Kalau ingin menceritakan perjuangan dirimu di baliknya, tahan dulu, pastikan ada salah satu perjuanganmu di sana yang bernama ikhlas.
Jika saja manusia sadar prestasi adalah sepenuhnya takdir mungkin dia tidak akan sombong. Tapi prestasi itu selalu bias, seolah terbangun oleh kerja keras dan usaha, tersusun dari sebab-sebab dan kumpulan rencana. Manusia jadi sulit jernih menyadari bahwa keberhasilan adalah sama seperti menang undian: sepenuhnya taufiq dari Allah dalam suratan takdir.
Bedanya di sana ada unit takdir bernama usaha yang karenanya manusia diganjar pahala. Tapi usaha sendiri adalah taufiq dari Allah juga. Lalu apa yang tersisa dari manusia?
Hanya omong kosongnya.
Bayangkan suatu kondisi dimana umat Islam pernah mencapai prestasi paling out of mind dalam sejarah perang kabilah Arab. Tepatnya di tahun 5 Hijriyah. Nabi berhasil membawa pasukan satu resimen memukul mundur koalisi lima kabilah dengan jumlah lebih dari tiga kali lipatnya. Perang Khandaq namanya.
Keberhasilan itu secara literal dihasilkan dari ide cemerlang Salman untuk menggali parit, ditambah dengan kerja keras mengeksekusi proyek di sepinggiran kota Madinah yang tidak masuk akal itu. Deadline sempit, logistik sekubit.
Nabi dan para sahabat sampai-sampai tertinggal waktu shalat demi kejar target, perut-perut diganjal batu demi menekan tenaga tanpa suplai pangan yang cukup.
Kisah berhasilnya, sepuluh ribu personel koalisi mandek di depan parit. Tak sampai tiga pekan setelah itu mereka buyar. Masing-masing kompi mundur teratur dari palagan.
Tapi bayangkan, bukan strategi gemilang dan kerja keras itu yang diklaim Al-Quran sebagai faktor utama kemenangan, melainkan ini: “Ingatlah nikmat Allah kepada kalian saat pasukan datang lalu kami kirimkan angin dan pasukan yang tak terlihat.”
Lalu ini, “Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Tidak ada secuil pun Allah menyinggung strategi parit dan kerja keras proyek itu dalam surat manapun di dalam Al-Quran. Semua adalah pertolongan Allah.
Bahkan surah tentang perang itu dinamai surah Al-Ahzab yang bermakna pasukan koalisi. Bukan Surah Al-Khandaq atau parit yang menunjukkan kerja keras membangun strategi. Nama lain surah Al-Ahzab juga Al-Fadhihah, yang bermakna perang yang mempermalukan, bukan Al-Mujahadah yang bermakna perjuangan dan kesungguhan.
Kalau ada satu perjuangan yang disinggung di dalam perang ini maka itu adalah perjuangan keikhlasan.
“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.”
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.”
Allah tidak sedang menafikan usaha, atau menginginkan manusia uji nasib berperang tanpa perjuangan apa-apa. Allah justru ingin menekankan bahwa tanpa Allah semua usaha itu tidak ada gunanya.
Tidak heran Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi menyimpulkan satu pemahaman dari peristiwa ini, bahwa bagi muslim, pokok utama dari sekian banyak faktor keberhasilan adalah keikhlasan beribadah dan kebergantungan penuh pada Allah.
Kalau sumber kekuatan satu ini sudah dilalui, maka tak mengapa ceritakanlah tentang kerja keras dan faktor keberhasilan lainnya. Tapi kalau tidak ada? Omong kosong.
Sebab yang memberikan manusia kekuatan untuk berjuang adalah Allah, yang memberikan keteguhan, ketepatan momentum, dan alam semesta yang mendukung adalah Allah. Manusia hanya pengundi nasib yang bahkan tak cukup mampu melempar sendiri dadunya yang bernama usaha.
Kalau berhasil hanya karena kerja keras maka contohnya adalah Qarun, “Dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
Tapi Allah segera membantahnya, “Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?”
Lagi-lagi, kerja keras manusia adalah omong kosong semata.
@audadzaki
Compound Gannah, 6 Agustus 2024.
21 notes · View notes
penaalmujahidah · 5 months
Text
Apakah kamu kecewa saat apa yang kamu minta di sepertiga malam tidak terkabul sesuai apa yang kamu inginkan? Aku tahu, rasa kecewa itu pasti ada. Tapi jika kita mengimani takdir dengan benar, kecewa itu tak akan membuat kita mencela Allah. Karena Allah memahamkan kita bahwa apa-apa yang telah Allah atur itulah yang terbaik untuk kita.
Mari duduk sejenak, menghela napas dengan pelan, merenungi bagaimana takdir mengalir.
Aku paham, ada perasaan sakit yang menghujam dalam hatimu atas apa yang menimpamu. Atas kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, atas doa-doa yang terkabul dalam bentuk lain. Tapi tahukah kamu, mengapa Allah izinkan itu terjadi kepadamu? Itu karena Allah tahu bahwa kamu bisa kuat menerima kenyataan dan kamu percaya kepada Allah bahwa ketentuannya selalu baik untukmu. Karena sejatinya apa yang kita minta belum tentu yang terbaik, tapi apa yang Allah beri pastilah yang terbaik. Bukankah begitu?
Aku yakin kamu kuat dengan bantuanNya. Doa-doa yang kamu panjatkan setiap malam, tidak pernah sia-sia. Di setiap lirih doamu yang belum terkabul atau dikabulkan dalam bentuk lain, bisa jadi ada banyak pahala yang terkumpul karena kegigihanmu dalam berdoa. Sebab berdoa bukan hanya soal meminta, tetapi sebagai wasilah untuk kita lebih dekat kepada-Nya.
Mari kita mengingat sebuah riwayat saat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan nasihat dengan begitu lembut, "Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."
Kamu paham maksud nasihat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam itu bukan? Bahwa ketentuan Allah pasti terjadi, sekuat apa pun kita berusaha menahannya. Bahkan meskipun seluruh manusia berusaha menghentikannya, ketentuan itu tetap akan terjadi.
Jangan bersedih, berbahagialah sebagaimana Ali pernah berkata, "Jika Allah mengabulkan doaku maka aku bahagia, tetapi jika Allah tidak mengabulkan doaku maka aku lebih bahagia. Karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan yang kedua adalah pilihan Allah".
Sekuat apa pun kamu menginginkan sesuatu yang kamu anggap baik, tidak menjamin apa yang kamu inginkan itu benar-benar baik untuk kehidupanmu di masa mendatang. Pandangan kita ini sangatlah terbatas, tidak pernah bisa menembus celah-celah kecil yang bisa jadi akan membahayakan kita. Sedangkan pengetahuan Allah itu luas, Allah tahu masa depan, Allah bisa lihat sisi yang tak bisa kita lihat. Oleh karenanya benarlah firman-Nya dalam Al-Baqarah ayat 216, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal bisa jadi itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui."
Tetap yakin ke Allah ya, bahwa Allah selalu dan pasti memberikan kebaikan untuk kita. Tidak pernah sedikit pun Allah dzalim kepada hamba-Nya. Justru kitalah yang sering dzalim terhadap diri sendiri.
Allah menyayangimu dengan cara-Nya. Tapi kita selalu salah dalam memaknainya. Percayalah, suatu saat kamu akan bersyukur terhadap takdir yang Allah tetapkan. Meskipun pada awalnya kamu tidak menyukainya.
Semoga Allah melapangkan hati kita untuk menerima setiap takdir yang datang. Hiduplah dengan penyerahan diri yang utuh kepada-Nya, dengan begitu kita akan tenang.
@penaalmujahidah
31 notes · View notes
monicaftr · 5 months
Text
Manifest Jadi Ibu
Aku selalu merenung dan membayangkan ketika berhadapan dengan orang tua siswa yang sangat kooperatif ataupun menyebalkan, bagaimana ya nanti kalau kelak aku menjadi seorang ibu. Begitupun ketika berada dalam keadaan tidak nyaman saat menghadapi kedua orang tua sendiri. Selain mengusahakan menjadi seorang istri, aku juga sedang belajar mengusahakan menjadi seorang ibu.
Kelak, aku mau menjadi seorang ibu yang waras. Yang bisa melihat kebaikan anaknya sebagai suatu kebaikan dan keburukan sebagai suatu yang perlu diperbaiki. Mengapresiasi dengan cukup, memberikan sanksi jika perlu.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang asyik. Oleh karenanya aku belajar menjadi pendengar yang baik, pemecah suatu permasalahan, dan teman ngobrol di segala keadaan.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang mudah mengucapkan tolong, maaf, dan terima kasih. Oleh karenanya aku belajar jujur dengan perasaan diri sendiri, menurunkan ego perlahan, dan menarik napas dalam-dalam.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang cerdas. Maka aku membaca berbagai buku pola pengasuhan. Walau ternyata mengasuh luas sekali maknanya, merawat, mendidik, membimbing, menjaga, hamil, melahirkan, menyusui, dan berbagai hal, aku masih semangat untuk mencari tau dan belajar.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang melakukan pengasuhan bersama. Berbagi tugas dengan pasangan kelak, mendiskusikan bagaimana membangun sebuah keluarga yang sesuai dengan tujuan pernikahan.
Aku ingin menjadi ibu yang penuh kasih sayang. Yang tidak menyalurkannya hanya dalam bentuk perhatian tetapi juga dalam bentuk teguran. Yang mampu menyembuhkan luka, tanpa membuat luka.
Aku ingin menjadi ibu yang berhati lapang. Yang tentu pada aksinya nanti tidak akan selalu mulus jalannya dan selalu ada kurangnya. Semoga kelak aku dimudahkan untuk menerima ketidaksempurnaan dan diberi kekuatan untuk terus belajar.
Banyak inginku, tetapi juga sebenarnya banyak takutku. Tidak apa-apa. Harapan adalah suatu cara melihat masa depan, sedang ketakutan adalah suatu kewaspadaan dalam menghadapi ketidakpastian.
37 notes · View notes
yonatanyanggara · 2 months
Text
Fase Hidup
Selepas Sholat Shubuh tadi, saya menyimak kultum yang menurut saya isinya bagus. Pengisinya sudah sangat sepuh, sudah melalui banyak fase di kehidupan ini.
Bliau berpesan, bahwa dunia tidak pernah ideal bagi siapapun. Ini berlaku lintas zaman. Dulu, sekarang dan nanti. Setiap kita baru pertama kali menjalani peran ini.
Kehilangan, pertemuan, sehat, sakit, senang, sedih, patah, tumbuh dan pristiwa-pristiwa lain yang semuanya asing, akan selalu bergiliran datang untuk menguji kita sebagai manusia.
Oleh karenanya, pondasi agama itu penting. Karena peristiwa itu semestinya direspon dengan cara yang tepat.
Usia kita terus bertambah. Kita semakin banyak bertemu dengan beragam ujian dan pristiwa yang menakjubkan.
Semoga badan kita mampu melewati setiap ujian itu, dan hati kita mampu meresponnya dengan respon yang Allah inginkan.
Sampai jumpa di tujuan
18 notes · View notes
milaalkhansah · 1 year
Text
Tumblr media
Barangkali, salah satu hal berharga yang seseorang berikan kepada kita adalah waktu mereka...
Sehingga semakin dewasa aku semakin mengerti bahwa waktu dan tenaga adalah dua hal yang seiring bertambahnya usia kita, ia menjadi sesuatu yang semakin berharga dan juga semakin terbatas.
Oleh karenanya, aku berusaha untuk belajar memilah dengan baik kepada apa, dan kepada siapa saja dua hal tersebut aku gunakan, habiskan, dan juga korbankan.
Aku tak perlu menemui semua orang.
Aku tak perlu mengetahui kabar semua orang. Apa yang terjadi di hidup mereka, bagaimana keadaan mereka sekarang, dan aku juga tidak perlu tetap berusaha mempertahankan sebuah hubungan yang tidak membawaku ke mana-mana. Melepas beberapa orang dan juga kawan yang tidak berdampak apa-apa pada perkembangan hidupku ke depan ternyata sungguh melegakan dan membuatku tidak perlu repot menghabiskan waktu dan tenagaku yang semakin terbatas ini pada orang-orang yang tidak worth it.
Dan ternyata itu nggak papa. Karena semakin ke sini aku semakin belajar bahwa aku tidak perlu memedulikan semua orang, karena sebenarnya..., tak semua dari mereka pun benar-benar peduli padaku.
Melalui itu pula, aku juga perlahan belajar untuk lebih menghargai orang-orang yang telah bersedia mengorbankan waktu dan juga tenaga mereka untukku. Orang-orang yang bersedia berlelah-lelah untukku, orang-orang yang bersedia untuk kurepotkan akan urusan dan keperluanku, orang-orang yang bersedia meminjamkan telinga untuk semua keluh dan tangisku, orang-orang yang bersedia menjadi tempat aku berbagi akan banyak hal. Karena tidak semua orang bersedia akan hal itu.
Dewasa ini juga aku belajar bahwa menjadikan ketenangan batinku sebagai prioritas kebahagiaanku bukanlah sebagai sebuah bentuk keegoisan. Aku sayang orang yang aku sayang, tetapi itu bukan berarti menyayangi mereka berarti harus menyakiti diriku sendiri. Semua orang akan pergi, jika aku tak belajar untuk menjadikan diriku sendiri sebagai sebaik-baik teman untukku, lalu siapa lagi yang akan tetap tinggal bersamaku?
Aku belajar untuk lebih mengenali apa yang baik dan buruk untuk ketenangan hati dan kebahagiaanku ke depan, sehingga bisa lebih mudah memilih langkah apa yang aku jalani.
Ya Allah, aku mungkin belum berada pada keadaan di mana mimpi-mimpiku telah terwujud, tetapi setelah apa yang kulewati selama ini, aku bangga karena telah mampu mengambil banyak pelajaran dan juga memetik hikmah, yang berguna sebagai petunjuk langkah apa yang harus kupilih.
Dalam haru yang terus bertambah 27 April 2023
219 notes · View notes
faramuthiaa · 1 year
Text
Mengagumi pilihannya.
Kita seringkali mengagumi pilihan-pilihan orang lain yang terasa lebih mudah, lalu menganggap pilihan yang telah kita pilih sedikit lebih sulit.
Tapi pertanyaannya;
Jika itu sulit, mengapa kamu mau memilihnya?
Lalu jika milik orang lain itu mudah, mengapa kamu tidak memilihnya?
Pada akhirnya, semua itu tentang kesyukuran yang beriringan dengan relativitas. Ketika kita menganggap pilihan orang lain itu mudah, bisa jadi menurut mereka pilihan tersebut sangatlah sulit. Sebaliknya, apa yang kita anggap sulit, mungkin bagi orang lain adalah tantangan yang menarik.
Mengagumi pilihan orang lain memang tidak ada batasnya, dan juga tidak ada salahnya. Namun, berusaha menyamakan persis beberapa pilihan kita dengan pilihan orang lain tampaknya sedikit keliru. Karena boleh jadi, saat kita sudah memilihnya, pilihan yang terlihat mudah tersebut tidak lagi terasa mudah.
Oleh karenanya, saat kita sudah memilih, maka cintailah pilihan itu. Saat kita sudah menenggelamkan diri dalam cita panjang untuk menaklukkan pilihan tersebut, maka berjuanglah habis-habisan. Di akhir nanti, pilihan kita akan terlihat mudah dan indah, saat sudah mencapai puncaknya.
Semangat mencintai dan menjalani pilihan yang telah dipilih, ya. :)
@faramuthiaa
Bogor, 7 Agustus 2023 || 16.08
149 notes · View notes