arumpuspa29
arumpuspa29
Nighthawks
351 posts
Sebuah catatan sederhana mengenai perjalanan belajar memaknai samudera kehidupan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
arumpuspa29 · 8 days ago
Text
Penuh.
Tumblr media
Mungkin memang pada fase tertentu, kita akan merasakan betapa hidup dan segala dinamikanya adalah bagian dari diri kita mencari dan menemukan makna dalam setiap detaknya.
Sama seperti yang kurasa beberapa bulan terakhir. Beberapa hal menuntunku untuk melepaskan, ikhlas, menerima, dan kembali ke titik dimana aku harus belajar lagi dari awal. Tapi beberapa hal lain seiringnya, pembelajaran itu juga membawaku bertemu dengan takdir-takdir baik, membangun koneksi dengan orang-orang baik yang kutemui di perjalanan itu, lantas menimba hikmah, nasihat, dan wejangan berharga soal hidup kita ini.
Setelah melewati bulan-bulan yang cukup melelahkan secara mental, seminggu terakhir Allah seperti seolah memberiku kesempatan untuk mengintip cerita orang-orang selainku yang juga sama —bahkan lebih dalam berjuangnya. Fisikku lelah ditempa, tapi hati dan jiwaku terasa terisi penuh kembali. Ada secercah harapan yang mulai menyala lagi setelah sempat meredup. Juga suntikan energi positif yang seolah jadi bahan bakar menghadapi hidup kedepan.
Benarlah kata orang-orang bijak itu. Sekecil apapun orang lain memandang peran kita, jangan hiraukan terlalu dalam. Bercermin sebentar, lalu teruslah melanjutkan langkah. Karena mau sekecil apapun itu, selama kita bisa memberi makna seutuhnya terhadap peran-peran yang kita jalani, pasti akan ada satu-dua orang yang merasakan kebermanfaatan yang kita usahakan.
Jadilah penuh, untuk bisa menuang ke 'gelas' lain. Apapun itu. Hati yang penuh, jiwa yang penuh, usaha-usaha yang penuh, kebaikan-kebaikan yang penuh, serta doa-doa yang juga penuh. Jadilah jiwa pemberi itu diantara mungkin jiwa-jiwa lain yang masih sibuk menuntut dan meminta diberi (inspired by Prof. Dr. Djaeni huhu masi merinding baca ini). Jadilah penuh, sehingga kamu mampu menuang setidaknya sedikit bagianmu ke gelas-gelas lain yang belum penuh.
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimmush shaalihat. Allah, aku bersyukur atas segala dinamika hidup yang Engkau gariskan pada takdirku. Mudahkan aku untuk bisa selalu mensyukuri apapun itu ketetapan dari-Mu, dan mudahkan aku untuk bisa senantiasa melihat dan memetik pesan-pesan kebaikan yang Engkau sampaikan lewat takdir-takdir itu. Pertemukan aku dengan orang-orang yang baik dan memudahkanku untuk berbuat baik pula, yaa Rabb. Aamiin.
(Semarang, 21 Februari 2025, 22:17. Ditulis sepulang Diklatsar Angkatan X Batch 2 Tahun 2025 di Jepara dengan hati yang masih penuh. Salah satu momen hidup yang amat berkesan untuk diingat, alhamdulillah. Bonus : Foto Angkatan X yang membantu membuatku merasa penuh seminggu terakhir ini. Terimakasih suntikan energi baiknya, yaa! See u when I see you againn!! Semoga Allah jaga selaluu..)
(Another bonus : my life-soundtrack of the month Februari ini, masih tetep suka lagu-lagu metal dan rock wkw)
3 notes · View notes
arumpuspa29 · 12 days ago
Text
Sepasang Doa.
Sepasang doa mengudara. Diantara riuhnya gelisah yang menyesakkan dada, sepasang doa itu diam-diam mengepakkan tenang. Menjelma kepakan sayap yang menghembuskan damai bagi hati yang gemuruh.
Sepasang doa mengangkasa. Di belantara prasangka dan praduga yang bagai kabut kemelut, sepasang doa itu terus berpilin membawa asa. Cemas-cemas yang pekat itu, perlahan dijernihkannya.
Aku, dalam tengadah tangan kecilku yang seringkali luput meminta, ada mereka yang rajin merayu Pemilik Semesta. Supaya Dia Yang Maha Segalanya merengkuhku dalam penjagaan-Nya. Supaya Dia Yang Maha Segalanya menuntunku dalam segala asa dan rencana.
Aku, si pemilik hati yang masih berbolak-balik, ada mereka yang senantiasa melangitkan mantra-mantra penuh harap. Supaya Sang Maha Penggenggam Hati meneguhkan hatiku. Supaya Sang Maha Penunjuk menunjukkanku jalan-jalan kebaikan yang lurus.
Ayah, Ibu, yang selalu melantunkan bait-bait doa di sepertiga malam. Tolong, hiduplah lebih lama. Jauh lebih lama lagi. Aku masih butuh kalian untuk menghadapi hidup yang kadang terasa begitu luas ini. Aku masih perlu bertanya banyak hal, menunjukkan banyak rasa sayang, terima kasih dan juga maaf.
Aku, anakmu yang tak sempurna ini, entah bagaimana jadinya tanpa Ayah dan Ibu. Entah bagaimana aku melewati hidup tanpa Sepasang Doa Ajaib dari kalian.
Sehat-sehat dan panjang umur ya, Ayah dan Ibu, janji?
3 notes · View notes
arumpuspa29 · 12 days ago
Text
1 Karyawan 7 Jobdesk.
Sejak akhir tahun 2024 lalu sampai bulan Februari 2025 ini aku merasa dalam mode siaga. Sehingga, respon tubuhku lebih banyak waspada dan menyebabkan banyak otot-ototku yang kaku, juga kualitas tidurku yang berkurang.
Ada beberapa faktor sebetulnya, tapi yang paling menyita energi dan meningkatkan kewaspadaanku adalah justru di lingkungan kerjaku. Berjibaku dengan penyesuaian baru (lagi) dan juga setumpuk tugas yang mepet deadline, jiwaku rasanya lelah sekali.
Membuka whatsapp saja pun rasanya cukup overwhelming. Kalau sudah sampai kos atau di rumah, aku selalu membawa 'beban' tugas kantor itu, tapi jiwa prokrastinasi-ku menarikku kembali ke rasa malas. Kalau dibilang mode "fight or flight" ku ter-aktivasi, maka lebih banyak flight (baca: kabur) daripada fight-nya.
Aku sadar dan paham betul kalau PR-ku sedang banyak-banyaknya, tapi dengan kesadaran penuh itu pula aku malah memilih rebahan, membaca novel, atau melakukan hal lain yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan pekerjaan.
Seperti sudah ilfeel duluan sebelum membukanya. Rasanya ingin sekali punya kantong Doraemon dan mengeluarkan alat yang bisa mengcopy-paste diriku. Satu untuk kerja, satu untuk main dan berleha-leha. Atau keduanya bisa kumantaafkan untuk mengerjakan tugas lebih cepat.
Ohoii, beginikah rasanya ketika pelan-pelan orang-orang kantoran itu merasa burnout?
Selesai satu bagai tumbuh seribu. Seolah tugas-tugas itu bisa beranak-pinak dan berkembang-biak sepanjang waktu.
Dan dengan ini, kesimpulannya adalah, aku butuh healing sebentaarrr hueeee. Mau banget ke tempat-tempat yang masih asri alamnya, dengan oksigen melimpah, air bersih dan jernih mengalir, langit biru.
Ya Allah, berilah kami kemudahan dan kelancaran dalam bekerja. Semoga bersama lelah ini, Engkau jaga niat kami bekerja. Tolong bantu kami, Yaa Rabb yang Maha Pengasih. Bantu kami mengurus urusan kami dan jangan lepaskan urusan kami kepada diri kami barang sebentarpun. Sungguh tiada daya dan upaya kecuali atas Engkau.
(Semarang, Senin 17 Februari 2025. 10:50. Hati yang semakin ingin pulang ke rumah setelah kemarin pulang.)
5 notes · View notes
arumpuspa29 · 17 days ago
Text
Uneg-uneg pagi ini adalah geleng-geleng liat timeline sosmed. Ga di X, di insta, semua isinya adalah soal imbas dan dampak dari *efisiensi*.
Hmmmmmm sumpah yaa, bener kata orang-orang X, being a WNI is a kind of test for living especially when you're a mediocre who trapped in middle class system.
In this economy, meskipun punya bonus demografi pun, kalau golongan pemudanya dibikin sibuk bertahan hidup dengan mode survival akibat gebrakan kebijakan baru dari rezim, ya kemungkinan bakal susah sih mau mulai buat perubahan ke arah lebih baiknya. Kayak mendamba utopia aja. Ga mungkinnya 99%. "Aelah makan aja susah pak, masih disuruh mikir negara.", gitu ekspresinya kira-kira.
Lucunya, negeri ini ternyata banyak paradoksnya. Di tengah huru-hara efisiensi yang katanya untuk kepentingan rakyat itu, eh lhadalah pejabad malah close-rec inpluencerr. Terlebih itu yang direkrut yang kemarin ngatain pendapat jujur anak SD soal MBG. Seems like his strategy succeed, hm? Yassalaammm. Belum lagi isu lingkungan, yang tambang lah, yang sawit lah, IKN lah, de el el dll. Belum lagi rupiah anjlok, belum lagi coretax, subhanallah nyebutt ini gw mah, banyak PR-nya ni negara. Belom yang laen-laen yg belom kecantum dan belom kesorot media.
W jadi inget salah satu akun X yang bilang, pak bro ini pernah bilang kalo "Lebih mudah mengendalikan orang lapar daripada orang pintar, makanya program prioritasnya MBG, sedangkan sektor kesehatan dan pendidikan cuma jadi program pendukung." Ah, I think im gonna throw up at this point.
W tau rezeki udah ada yang atur, tapi di era rezim ini, w ngerasa almost hopeless gitu mikirin gimana ntar nasib anak-cucu gw kedepannya (sungguh visioner bukann). Kek, kudu berjuang banget ya jadi WNI era ini :((
Katanya, diminta untuk jangan lelah mencintai negeri ini. Tapi baca berita-berita aja udah bikin w capekk, muakk, enegg, sekaligus sedih, marah dan merasa tak berdaya sih. Mau cinta, kepalang lelah duluan buat bertahan hidup. 'Emang cinta bisa bikin lu kenyang?', as someone once said.
Mana jadi keinget ada karyawan RRI yang terimbas efisiensi yang curhat, "Makan siang anak saya gratis, tapi sekeluarga jadi gabisa cari makan sehari-hari." Ikut sedih dan miris :(
2045 emas? Nahh, that's too much delulu. Mending w haluin hal lain dah. Belajar masak ama Mingyu, misalnya. Mancing ama Seokjin juga gw jabanin deh. Toh sama-sama halunya sama gw pengen negara ini punya sistem pemerintahan dan kebijakan publik yang mirip-mirip di Swedia ato Jepang, kan?
Yodah segitu dulu ajasih uneg-uneg gw, semoga sebagai WNI dengan sisa-sisa harapan dan sisa rasa cinta gw sama tanah air, w bisa setidaknya berkontribusi walao kecil seupil lewat pajak-pajak receh (iya, receh buat pemerintah, gede buat gw) yang gw bayar. Semoga Allah kasih petunjuk dan hidayah buat para pemimpin negeri ini supaya bisa lebih adil, bijaksana dan berempati terhadap kondisi warganya, terutama kelas-kelas menengah ke bawah. Yang ga serakah, ga egois untuk kelompok sendiri, apalagi sampe dzolim ke rakyat kecil (macam gw ini) lewat kebijakannya yang tidak memihak rakyat.
Jujur pagi ini doa gw banyak banget buat negara ini, tapi kayanya kalo ditulis semua bakal kepanjangan deh. Terakhir,,, gw berdoa banget semoga 'penderitaan' rakyat ini ga berlanjut terus. Besok-besok, di era selanjutnya, semoga orang-orang yang beneran tulus cinta sama negeri ini yang jadi pemimpin. Yang peduli pendidikan dan kesehatan rakyat, yang tidak anti-kritik, yang bijak dalam memutuskan kebijakan dan adil buat semua kelas. Dan punya 'sense' untuk membangun negeri dari kelas akar-rumput, menggerakkan pemuda-pemudanya, menghormati pejuang dan leluhur-leluhur bangsa. Aamiin yaa Rabb.
12 notes · View notes
arumpuspa29 · 21 days ago
Text
A "Caffein-ful" Confession.
Hampir tengah malam. Aku menyesap es kopi coklat yang hanya tersisa seperempatnya itu. Es batu yang telah mencair membuat aroma kopi dan campuran coklat menjadi sedikit lebih hambar, tapi tetap ada rasa pahit-manis khas yang tertinggal di ujung lidahku.
Aku tersenyum secara otomatis saat teringat kopi hitam Gayo kesukaanmu. Kamu yang selalu menyeruputnya dengan nikmat, dan aku yang selalu protes kenapa kamu tak bosan memesan menu yang sama —atau setidaknya mirip dan sejenis, setiap kali kita makan di luar.
Anehnya, kamu hanya tertawa tiap kali aku mencoba menu baru yang terlihat menarik bagiku. Meski akhirnya dahiku mengernyit dan mempertanyakannya diam-diam lalu kembali memesan es teh manis favoritku yang ke sekian kali, kamu tak sekalipun keberatan. Justru asyik menertawakan dan mengolokku dengan candaan khasmu itu. Aku tak masalah, selama itu kamu.
Entah ini efek kopi yang kuminum, atau kilasan ingatan tentang momen kita berdua yang jadi sebabnya, aku tiba-tiba merasakan debar itu kembali. Sama seperti rasa kopi coklat yang tertinggal di lidahku, rasa yang menggelitik ini masih memenuhi rongga hatiku seperti kupu-kupu beterbangan di taman bunga. Dan kamulah penyebabnya.
Setahun terakhir, aku memberanikan diriku mencoba-coba berbagai menu kopi seperti yang kamu suka lakukan dulu. Dan ternyata tak seburuk seperti yang kuingat-ingat sebelumnya.
Setiap aku mencoba satu menu kopi, setiap itu pula aku menghitung berapa kali aku mengingatmu. Sepertinya kopi hanyalah alasan bagiku untuk diam-diam merindukanmu. Lalu mengulang kembali kenangan-kenangan yang sudah aku patenkan menjadi milikku.
Di beberapa kota, aku sengaja mampir ke kafe-kafe yang menarik untuk kukunjungi. Rasanya seperti sedang berpetualang, sambil harap-harap cemas melambungkan pinta bahwa di salah satu tempat itu, aku menangkap sosokmu yang sedang tersenyum menghirup aroma kopi hitam dan menyeruputnya dengan bahagia -sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku menghela panjang napasku.
Ini sudah lewat tengah malam. Pukul 00:40. Mataku sulit terpejam. Pikiranku mengembara. Tapi sedari tadi namamu yang sibuk berlarian di kepala dan lancang menginterupsi pengembaraanku ini.
Aku merindukanmu. Tapi tak bisa lantang menyuarakannya. Ingin berjumpa, tapi tak punya daya memintamu untuk itu --aku ingin menjaga interaksi kita.
Sedari tadi, ingatan-ingatan tentang momen kita berdua terus menyela kegiatanku. Dan tiba-tiba aku merasa kesal dan frustasi karena jadi berdebar sendirian.
Maumu itu bagaimana, sih? Kenapa di saat masing-masing kita sedang bergelut dengan kesibukan yang seolah-olah tak habis-habis ini, justru aku malah rindu kamu alih-alih sejenak melupakanmu?
Aku bertanya-tanya. Bagaimana kabarmu disana? Apakah tidurmu cukup dan makanmu teratur? Apa kamu sehat di tengah cuaca yang ekstrim dan sedang musim flu ini?
Sejujurnya aku merasa konyol diam-diam mengharapkan bahwa kamu juga memikirkanku sesekali disana. Tapi, toh, aku masih bisa mengirim doa, kan? Yahh, selain itu aku juga tak bisa melakukan apa-apa.
Kilasan memori yang terus berputar berulang-ulang di ingatanku ini sepertinya cukup berhasil membuatku terjaga sampai sekarang. Jadi, alih-alih menyimpan dan memutarnya di kepalaku, aku akan menuangkan, menuliskan, dan juga menyimpannya disini sebagai memori cadanganku. Siapa tahu, dengan begitu, aku bisa jatuh terlelap sebelum subuh terbit di timur.
Benarlah kata orang-orang itu. Jatuh cinta dan patah hati adalah serangkai kisah yang berhasil menyihir lakonnya menjadi puitis bak pujangga yang pungguk merindu rembulan.
Baiklah, aku mengaku. Obrolan kita via telepon terkakhir kali membuatku terpikir, apa perkataanmu waktu itu serius? Apakah jawabanku kala itu justru terdengar tidak sungguh-sungguh dan tanpa sengaja melukaimu?
Sebetulnya, kalau boleh aku jujur, aku tak terlalu lihai dalam permainan ini. Yang membuatku menebak-nebak, terjebak dalam asumsi-asumsiku yang bisa jadi liar tak terkendali. Aku ingin mempercayai apa yang ingin kupercaya, tapi bagian hatiku yang lain tak bisa menerima begitu saja tanpa ada kejelasannya.
Aku ingin bertanya, tapi terlalu takut pertanyaanku malah justru semakin merentangkan jarak dan mengikis kepercayaan yang kita bangun bertahun-tahun. Aku terlalu takut pada kemungkinan-kemungkinan yang ada di luar kendaliku, sehingga aku merasa akan lebih aman jika kusimpan saja rapat-rapat semua keraguan dan pertanyaan itu.
Kalau-kalau kamu tanpa sengaja membaca tulisan tak beraturan ini dari awal, tentu akan 'terlihat' kecamuk perasaanku yang naik turun seperti wahana roller-coaster. Aku berdebar, lalu merindu, lalu khawatir, kemudian jadi tak percaya diri untuk berakhir berharap ada secercah kemungkinan terang dibalik semua kabut pekat di antara kita ini. Dan siapa lagi yang bisa aku salahkan selain kamu yang jadi sebab semua ini? Meskipun aku tahu sebenarnya bukan salah siapapun, aku tetap ingin menggunakan namamu sebagai alasannya.
Jujur, aku malu mengakui ini dan menuliskannya mentah-mentah tentang semua yang aku rasakan disini. Tapi kalau aku terus menyimpan segalanya, kurasa suatu hari nanti aku akan lebih sulit mengendalikannya.
Lagi, kalau-kalau kamu tanpa sengaja membaca tulisan tak beraturan ini, setidaknya beri tahu aku keberadaanmu. Tinggalkan setitik pesan tentang kabarmu. Atau tunjukkan tanda-tanda bahwa kamu dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apapun. Kalaupun memang sedang menghadapi apapun itu yang sedang kamu perjuangkan, aku juga akan dengan senang hati mendengarmu bercerita, berkeluh kesah, atau bahkan hanya diam menemanimu duduk sambil kita sibuk menenangkan pikiran yang berkejaran di kepala kita masing-masing.
Terakhir, kalau-kalau kamu tanpa sengaja membaca tulisan panjang tak beraturan ini, dan masih merasa belum saatnya menceritakan semua -apapun itu, aku ingin kamu tahu bahwa aku sesekali teringat padamu dan mendoakan kebaikan-kebaikan untukmu dan keluarga.
Aku ingin kamu tahu, bahwa bagaimanapun kita di perjalanan ini, semua pasti menyimpan pelajarannya dan kita tengah ditempa untuk itu. Jadi, jangan merasa sendirian, atau terlalu kesepian. Kamu selalu tahu arah jalan pulang ke rumah. Dan aku akan berusaha untuk menjaga tempat kecil rahasia yang kita usahakan sebagai rumah itu, kapanpun kamu dan aku perlu pulang ke sana.
(Semarang, 8 februari 2025. 23:57. Sebuah pengakuan panjang yang diinspirasi oleh efek kafein kopi susu yang akhir-akhir ini jadi favoritku. Dalam hati kecil sebenernya berharap tidak ada orang-orang real life yang kukenal membaca tulisanku ini. Cringe euy!)
0 notes
arumpuspa29 · 26 days ago
Text
Aku diingatkan kembali sama Q.S Ar-Ra'd : 24 jadi ikut berkaca-kaca juga. Selama ini ternyata masih teramat jauhh perjalananku dalam mengelola sabar. Terima kasih sudah menuliskan pengingat soal sabar ini, kak. Sungguh jadi PR seumur hidup buatku.
Atas Kesabaranmu
Kemarin lusa, aku menyempatkan diri untuk menyimak Webinar dari Ngafal Ngefeel (NN). Judulnya tentang Mengajar Se-sabar Rasulullah. Webinar ini utamanya diperuntukkan bagi guru ataupun orang tua yang merasa perlu belajar sabar dalam proses mengajar. Baik terhadap anak didik ataupun anak biologis. Tapi menurutku, topik ini sangat bisa diikuti oleh siapa pun.
Karena, siapa sih manusia di dunia ini yang sudah lulus 100% dengan ujian sabar?
Awalnya, aku tertarik dengan judul webinarnya yang terasa sangat wow. Se-sabar Rasulullah.
Yang benar saja. Se-sabar Rasulullah? Apalah aku yang level sabarnya masih cetek ini? Apalagi jika berkaitan dengan pengasuhan anak yang masyaa Allah..
Webinar pun kuikuti dengan tepat waktu, sampai betul-betul selesai. Kalimat narasumber pertama membuatku terusik, "Kembalikan lagi niat kita mengajar ini karena apa, karena Allah, kan?"
Iya ya, responku dalam hati. Kalau karena Allah, bukankah harusnya sabarku lebih lapang?
Lalu berlanjut ke narasumber kedua yang menyajikan asbabun nuzul sekaligus shirah yang jujur, baru kudengar sekarang. Beliau memaparkan tentang surah Ali 'Imran ayat 159. Rupanya, alasan turunnya ayat tersebut adalah Rasulullah SAW yang hampir saja kelepasan untuk 'memarahi' para sahabatnya sebakda perang Uhud. Ketika itu beliau merasa, kekalahan mereka disebabkan oleh para sahabat yang tidak mengindahkan seruannya. Dan memang betul, saat itu sahabat terlena dengan berbagai harta rampasan perang.
Namun sebelum Rasulullah 'meledak', Jibril datang dan menyampaikan wahyu berupa firman Allah di surah Ali 'Imran ayat 159 tersebut.
"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting)." (QS. Ali 'Imran: 159)
Jadi, jelas narasumber kedua, jika kita sudah hampir kehilangan kesabaran, ingat-ingat Rasulullah pun pernah mengalami hal serupa. Meski kita tidak didampingi Jibril seperti beliau, kita bisa menjadi Jibril bagi diri kita sendiri.
Menohok ya. Karena bagaimana mungkin mengingatkan diri sendiri saat sedang 'umup-umupnya'. Tapi begitulah.. kalau menahan amarah itu mudah, tidak akan ada hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa orang yang paling kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya.
Bagiku pribadi, jujur untuk selalu bersabar terutama pada anak, selalu menantang. Terutama pada hal-hal yang menjadi titik rentanku. Perkara makan. Selain itu, biasanya masih cukup aman meski anak memporak-porandakan rumah.
Selain itu yang paling membekas dari webinar kemarin adalah ketika narasumber menyebutkan ayat ini,
"Salamun 'alaikum bi maa shobartum." (QS. Ar-Ra'd: 24)
Adalah salam yang terucap dari malaikat penjaga pintu surga, kepada sesiapa yang berhasil melewatinya.
Selamat sejahtera bagimu, atas kesabaranmu.
Tidak tahu ya.. tapi mendengarkan kalimat ini selalu membuatku merinding, dan berkaca-kaca. Seperti terbayang, bagaimana rasanya keluar dari lorong gelap dan bertemu dengan gerbang raksasa dihiasi cahaya terang benderang. Para penjaganya tersenyum dan melempar salam sekaligus pujian terbaik.
Atas kesabaranmu...
Atas kesabaranmu...
Ah, bagaimana dengan sabarku yang masih setipis tissue?
Seketika aku teringat dengan novel Kang Abik yang berjudul Kembara Rindu. Dalam novel itu, Kang Abik menarasikan dengan begitu apik, tentang bahwasannya kita semua saat ini sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman. Dalam perjalanan berpulang.
Iya, saat ini manusia hanyalah seorang pengelana di bumi. Nenek moyang kita, pernah tinggal di surga. Dan kesanalah pula kita akan berpulang. Kalau kata seseorang, maka wajar jika kita perlu bersabar dengan berbagai realita kehidupan. Karena dunia bukan tempat asal kita, bukan tempat yang abadi untuk kita.
Maka, bukankah untuk menjemput saatnya berpulang, kita selayaknya bersiap dengan persiapan terbaik?
Ah, diriku. Sudahkah mampu untuk selalu menaikkan level sabarmu?
20 notes · View notes
arumpuspa29 · 1 month ago
Text
Mengapa selalu harus perempuan yang bersyukur dipertemukan dengan sosok lelaki yang sholih? tidak bolehkah jua, lelaki itu yang bersyukur?
Ku tulis ini sebagai pengingat, bahwa rasa syukur itu harus hadir pada kedua insan, tidak boleh timpang hanya berat sebelah, seolah perempuanlah yang wajib bersyukur atas apa-apa yang terjadi
Bukankah kita lelaki juga harus bersyukur? dipertemukan dengan izin Allah, kepada sesosok perempuan yang mampu menjaga pandangannya, telingannya, mulutnya, dan kemaluannya; hingga ia mewujud pada rasa malu saat pertama kali bertemu
Bukankah kita lelaki juga harus bersyukur? dipertemukan dengan izin Allah, kepada sesosok perempuan yang sibuk sekali berkegiatan, tidak lelah mempelajari ilmu baru, mampu berkreasi dalam banyak karya, juga terampil mengelola banyak hal; hingga ia mewujud pada ketangguhan dan kecerdasan yang kelak akan ditiru dan dibanggakan oleh anak-anaknya
Bukankah kita lelaki juga harus bersyukur? dipertemukan dengan izin Allah, kepada sesosok perempuan yang terbiasa berbagi dengan sesama, disenangi oleh lingkungan terdekatnya, namun tetap menjaga adab-adabnya; hingga ia mewujud dalam keanggunan akhlak
Duhai, lelaki termasuk aku, mengapa ucapan terima kasih, berat sekali keluar dari mulut, seolah kita adalah pahlawan yang sempurna, yang menyelamatkan budak perempuan dari kekangan tuannya? Bukankah kita juga harus berterima kasih, dengan hadirnya ia, sosok perempuan yang Allah takdirkan, terjagalah diri dari hal-hal yang diharamkan, menjadi bewarna hidup kita yang tadinya hanya ada warna hitam dan gelap di lemari baju, dan semakin luas bumi Allah yang kita lalui, setelah sekian lama kita bingung hendak dengan siapa kita berpegian
Mari saling bersyukur dalam mencintai, karena dengan begitu akhirnya semoga kesadaran itu muncul, bahwa perjalanan sesungguhnya adalah untuk beriman, beramal sholih, dan saling menasihati dalam kebenaran
ditulis untuk kamu, kita, khususnya aku
242 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months ago
Text
Radar.
Semenjak malam itu, kita berjalan saling memunggungi. Berlawanan arah, tanpa pernah tahu kemana masing-masing diri kita membawa langkah.
Padahal, aku masih belum berniat menyerah. Mungkin memang perjalananku masih jauh dari kata sempurna. Masih ada banyak alasan untukku ingin berbenah. Tapi langkahmu kini terlampau menjauh. Dan sepertinya, meski aku mengejarmu dengan sengal napasku yang memburu dan peluh membasahi sekujur tubuhku, kamu tetap tak bisa kurengkuh.
Dari yang semula saling bertukar kabar, perlahan kamu beranjak keluar dari radar. Di lingkar hidupku, kini berkurang satu lagi manusia favoritku yang dulu jadi teman berkelakar. Aku mencarimu ke penjuru informasi yang mampu aku pikirkan, tapi sepertinya kamu memang enggan menunjukkan diri ke permukaan.
Entah karena kamu yang diluar radarku, atau karena aku yang sudah tak masuk ke radarmu. Aku berusaha meninggalkan jejak, kalau-kalau suatu hari nanti kamu hendak meniti kembali sisa-sisa jembatan kita yang retak. Tapi lagi-lagi nihil yang jadi jawabnya. Kamu dan aku seolah berada di dua planet berbeda.
Ada banyak pesan yang ingin kusampaikan. Ada banyak lagu yang ingin kuperdengarkan. Ada banyak hal yang ingin kukatakan. Dan ada banyak ragu yang ingin kuyakinkan. Kira-kira kapankah garis takdir kita sekali lagi bersinggungan?
Kalaupun sekali lagi kita saling berada dalam radar, apakah bunga-bunga yang sempat layu itu bisa kembali semerbak wangi dan bermekaran?
(Semarang, 11 Januari 2025, 21:01. A short point of view. Inspired by Seok Jiwon-Yun Jiwon love story in a K-Drama called 'Love Your Enemy'.)
8 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months ago
Text
A Grey Opening.
Sepagi ini, kotaku sudah diguyur gerimis. Sama seperti lembar terakhir tahun 2024-ku kemarin yang berpayung mendung abu-abu, pagi ini suasana hatiku masih sama kelabunya dengan suasana kota ini. Ada setitik sendu yang masih menggelayut di hatiku. Padahal, perpisahan kemarin, kukira aku sudah baik-baik saja dan berhasil menahan gejolak perasaan kehilangan yang pelan tapi pasti mulai tumbuh itu.
Ah, ternyata ada begitu banyak rupa duka yang baru saja kukenali di usiaku sekarang ini. Bahwa kehilangan, juga bisa bermakna tidak lagi bisa seperti semula. Ternyata, ditinggal rekan kerjaku resign juga bisa membuat dadaku berdenyut. Ada lubang kosong yang ditinggalkannya dan masih menganga meskipun aku tahu nanti akan ada rekan kerja lain yang duduk di sampingku.
Ternyata benar, tidak ada seorangpun di hidup kita yang begitu mudahnya tergantikan. Hari ini, kalau boleh, sebetulnya aku hanya ingin duduk membiarkan segala emosi yang menyelimuti hatiku mengambil alih. Aku ingin menuntaskan perasaan gusar yang aneh ini agar tak lagi menganggu lajuku menjalankan amanah di pekerjaan.
Pembukaan 2025, aku belajar memahami duka. Belajar menghadapi grieving. Meskipun aku tahu dia akan menjalani kehidupan yang dinanti-nantikannya bersama keluarga di kampung halaman, memang benar ada sebagian momen kami yang tidak akan pernah bisa diulang kembali. Di sisi hatiku yang lain, aku tentu turut berbahagia untuknya. Dan di hatiku terdalam, aku memohon pada-Nya semoga aku pun meninggalkan kesan baik untuk orang-orang di sekitarku, tak terkecuali dia.
Semangat, dearself. InsyaAllah nanti akan Allah pertemukan dengan orang-orang baik berikutnya. Dan jangan lupa untuk terus berusaha jadi orang baik untuk orang lain juga.
(Semarang, 2 Januari 2025. 08:13. Di kantor, dengan perasaan campur aduk.)
2 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months ago
Text
Semakin menyadari bahwa hidup yang pernah diangan-angankan, tidak seperti kenyataannya. Bahwa ternyata, ya begitulah yang namanya menjalani hidup. Tidak akan pernah ada kehidupan yang benar-benar ideal untuk dijalani.
Merasa cukup saja dulu dengan apa yang paling mungkin untuk dilakukan.
—ibnufir
302 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months ago
Text
In my era of :
Tumblr media
Ya Allah, tolong redain aja ya. Aku lagi gamau excited sendirian dan ekspektasi ketinggian. Tolong dekatkan ke siapapun yang memang ga bikin aku ngerasa sepi dalam hubungan apapun itu.
4 notes · View notes
arumpuspa29 · 2 months ago
Text
Let The World Wait.
Menuju akhir dan pergantian tahun, barangkali kita tak asing dengan istilah refleksi dan resolusi. Refleksi untuk kilas balik hal-hal yang tercapai selama dua belas bulan berjuang, serta resolusi untuk kembali memasang target dan segala harapan di dua belas bulan berikutnya.
Aku pun demikian. Selama ini, bergantinya angka satuan di empat digit penanda tahun kalender, ternyata kumaknai sebatas refleksi, resolusi, yang tak jauh-jauh dari target dan pencapaian. Lantas jika target-target itu meleset dari lingkaran, aku kembali memberi label "kurang", "gagal", atau kalimat-kalimat bernada serupa pada diriku sendiri.
Sampai suatu hari, ada sebuah nasihat yang lewat di beranda media sosialku. Nasihat yang aku tak tahu selama ini aku butuhkan. Bahwa dunia masih bisa menunggu.
Iya, let the world wait. Biarkan dunia yang menunggumu, bukan malah dirimu yang terbalik menunggu-nunggu dan mengejar dunia. Apapun definisi "dunia" dalam bayanganmu, ia masih bisa menunggu nanti, esok, lusa, bulan depan, bahkan tahun berikutnya. Segala target, cita-cita, keinginan dan semacamnya masih bisa diusahakan lagi dan lagi sepanjang nafas masih dikandung hayat.
Let the world wait. Urusan dunia bisa nanti-nanti. Kalau salah masih bisa revisi. Kalau meleset, bisa atur ulang strategi. Kalau gagal, ya tinggal coba lagi. Hidup tak akan semudah itu hancur lebur karena laju kita tak sebalap orang-orang.
Dan, nasihat ini cukup membuatku kembali menilik diri sendiri. Kalau ada target yang belum tercapai di 2024, mari kita upayakan lagi di 2025. Entah dengan tujuan yang sama, atau perlu mempertimbangkan kembali arah langkah.
Kalau di 2024 masih ada yang belum terlaksana, insyaAllah masih ada kesempatan-kesempatan baik berikutnya di 2025. Malah barangkali, akan Allah ganti dengan yang jauh lebih indah dan tak bisa kita bayangkan di depan sana.
Kalau ada rencana-rencana yang ditakdirkan gagal di 2024, mari kita buat rencana-rencana baru di 2025. Selama yang kita usahakan dan harapkan adalah kebaikan, insyaAllah nanti Allah yang akan tunjukkan jalan entah bagaimanapun caranya.
Hidup ini maraton. Terlalu singkat bila hanya dipersempit maknanya sebagai sprint tahunan dan kejar-mengejar dengan dunia. Akan ada banyak kejutan di depan sana. Akan ada banyak kelokan, tanjakan, turunan, begitu seterusnya. Dan karena itulah, mari gunakan sebaik-baik energi dan sumber daya yang Allah berikan untuk bisa berhasil menginjakkan garis finish dengan hati yang tenang, lapang, ikhlas, dan ridho atas segala ketetapan takdir-Nya.
Let the world wait, so that we know Hereafter is waiting for every single decisions we make in this Dunya.
Let the world wait, but dont take everything for granted, because this Dunya is part of our test to be passed.
(Semarang, 20 Desember 2024. 11:27. Dalam kontemplasi akhir tahun, kepikiran karena lagi ngisi form capaian kinerja pegawai dan tetiba jadi tulisan corat-coret curcol ini. Menanti libur panjangg untuk pulang.)
5 notes · View notes
arumpuspa29 · 3 months ago
Text
It's December again. Yeah. And as days go by, I recently discover some new songs to be added on my playlist. I found out that most of them have beautifully-written lyrics which I love so much.
Then, I wonder how did people so good at poems? I mean, like, why do people soooo toughtful when it's come to write about this kinda lyrics? I discover some new songs (well, it's mostly new to me) that i feel like they speak a lot about our precious little moments in life. Beautifully. Poeticly. Yet perfectly describe how we feel about something. I love how words and languages can hold so much "power" in it.
And I start to believe that people who are good with their words are the one who gifted. They even help me to say what I can't say and just like their lyrics speak my heart out loud.
That's why, when I send some song recommendations or show my playlist to someone, it means that someone is means a lot to me and I want him/her to know my feelings through those songs.
(14th December 2024, 22:20. Just some random thoughts after discover Ceilings by Lizzy McAlpine. And a name suddenly crossed my mind. I miss u.)
0 notes
arumpuspa29 · 3 months ago
Text
Once you realize the power of your tongue, you won’t say just anything.
When you realize the power of your thoughts, you won’t entertain just anything.
Once you understand the power of your presence, you won’t be just anywhere.
2K notes · View notes
arumpuspa29 · 3 months ago
Text
Doing right by yourself might hurt at first. It might make you sad. It might leave you questioning. It might feel like loss. But that's part of the healing. That's part of choosing yourself. That's part of growing. That's part of becoming. Do it anyway.
1K notes · View notes
arumpuspa29 · 3 months ago
Text
Afirmasi
Kamu berharga dan layak mendapatkan hal-hal baik. Kamu punya banyak hal baik. Kamu memiliki kesempatan-kesempatan itu.
Hanya saja, mungkin selama ini kamu ketemu sama orang yang kurang tepat. Mereka yang terus menerus membuatmu merasa kurang, bersalah, dan merasa tidak berarti.
Hanya saja, mungkin selama ini kamu terjebak di tempat yang salah. Tempat yang terus menerus membuatmu merasa semakin merasa kecil, merasa kamu tidak bisa apa-apa, dan berujung pada hilangnya kepercayaanmu pada diri sendiri. Keraguanmu pada hidupmu sendiri semakin besar.
Kamu berharga. Kamu hanya butuh sedikit keberanian untuk pergi dari mereka dan meninggalkan tempat-tempat itu. Memang menakutkan, karena semuanya terasa samar di depan. Tapi lebih menakutkan lagi hidup dengan kondisi sekarang, seterusnya, selamanya. (c)kurniawangunadi
426 notes · View notes
arumpuspa29 · 3 months ago
Text
Mencintai kamu itu di dunia aja nggak cukup. Makanya bimbing aku supaya bisa masuk syurga bareng-bareng. Nggak cukup seumur hidup, maunya seumur syurga juga! Sehidup, sesyurga.
218 notes · View notes