#Langkah Serius
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pemkab Gorut akan Ambil Langkah Serius Terkait Pertambangan Ilegal
Hargo.co.id, GORONTALO – Penggunaan bahan merkuri dalam pengolahan tambang sudah dilarang, namun dari hasil penelusuran media ini dilapangan, para penambang di Gorut masih menggunakan bahan berbahaya tersebut. Bahkan untuk sistem pembuangan limbah hasil produksi ada yang mengarah ke kubangan, dan ada yang mengarah ke hutan mangrove. Terkait hal ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gorut, Tamrin…
#Dinas Lingkungan Hidup#Kabupaten Gorontalo Utara#Langkah Serius#Pemkab Gorontalo Utara#Pertambangan#Sianida#Tambang Ilegal
0 notes
Text
JANGAN MUDAH DIPANCING
.
.
Ada pepatah mengatakan..
Ikan yang tidak membuka mulutnya, tidak akan pernah bisa dipancing.
.
Kawan..
Kita ini sejatinya, adalah manusia yang sedang ditunggu kejatuhannya oleh orang lain. Maka waspadalah..
.
Kita ini sejatinya adalah orang yang selalu diintai setiap gerak langkah dan ucapannya oleh mereka yang membenci. Maka berhati-hatilah..
.
Suka tidak suka. Diakui atau tidak.
Setiap kita selalu Alloh takdirkan memiliki pembenci..
Pembenci itu seperti bayangan. Tak akan pernah pergi meninggalkan kita.
.
Semakin terang cahayanya.. semakin besar pula bayangannya.
Semakin sukses dan bersinar seseorang.. Semakin besar pula kemungkinan datangnya orang yang tak suka.
.
Maka.. tetaplah hati-hati dan waspada.
Jaga adab. Jaga lisan.
Sudah terlalu banyak kita saksikan bahwa jatuhnya seseorang karena tidak kuatnya menahan lisan.
.
Maka sampai Rasulullah sholallahu'alaihi wa salam menasihatkan kepada sahabat Muadz bin Jabal Radhiallahu'anhu, dengan sangat serius mengenai lisan dengan perkataan, "Jagalah olehmu ini (lisan)"
[Kuffa alaika hadzaa].
Sembari mengeluarkan lidah mulia beliau ﷺ dan memegangnya.
.
Karena seringkali.. kita kepleset lisan bukan karena niat, tapi karena terbawa suasana dan keadaan.
.
Tertawa terbawa suasana.. akhirnya lisan memunculkan lelucon dusta dan merendahkan harga diri demi tetap dianggap terlibat seru.
Ditanya satu dua hal.. kepancing ingin menjawab, alhasil berujung ghibah dan fitnah yang tidak perlu.
.
Bahkan banyak sekali orang alim terjatuh.. hanya karena ingin dianggap bisa menjawab semua pertanyaan.
.
Maka dari itu.. jangan jadi orang yang mudah merespon setiap kata dengan cepat. Pikirkan dengan cermat.
Berpikir sebelum bicara.
Jangan bicara baru berpikir.
.
Ustadz Andre Raditya
24 notes
·
View notes
Note
Halo, Kak
Mau minta saran. Kak, saya dekat dengan seorang laki-laki tapi ketika saya tanya masalah hubungan dia jawab kalau belum siap menjalin dengan alasan belum bisa menjaga saya.
Menurut kak dini saya harus ambil langkah bagaimana ya? Sedang, ketika saya tanyakan dia katanya masih membutuhkan saya
Hm, jadi begini dik...
Aku perlu info yang jelas agar bisa kasih pandangan yang relevan. Info yang dimaksud:
Usia kalian
Hubungan (pacaran) sudah berapa lama?
"Membutuhkan" dalam hal apa
Tapi bisa ku anggap hubungan yang umum saja ya, pacaran under 5 tahun, usia under 27 (?), semoga cukup dekat tebakan ku.
Based on my experience, "Laki-laki itu enggak bisa dipaksa, apalagi perkara serius/menikah". Tapi kan kita juga gak bisa "jalan aja dulu" sampe ketemu gerbang Pyongyang kan, nah makanya mesti dikasih "deadline". Setahun, dua tahun, berapa tahun kamu sanggup "menunggu" atau investasi perasaan.
Ini juga sejalan dengan usia mu. Kalau beliau ada "niat" untuk serius, mestinya diupayakan. Tapi kalau berkelit terus, ya, simply kamu belum cukup membuatnya yakin that you're the one. Kamu bukan prioritas.
Kalau kamu punya banyak energi untuk menunggu, silahkan, kalau enggak, selesaikan. Energi untuk mencintai orang yang tidak menjadikanmu prioritas, lebih baik dialihkan untuk beternak lele.
Aku ada case salah seorang teman yang ukhti, tidak ingin pacaran, lalu bertemu seorang yang belum bisa satset menikah dalam 3 bulan, tapi juga dia "butuh" temanku untuk membersamai dalam suka duka kehidupan. Surprisingly temanku mau berkompromi, tapi dengan target menikah setahun pasca mereka kenal. Alhamdulillah sekarang mereka sudah menikah.
Jadi, kamu yang tau karakter pasanganmu. Hasil akhir orang itu beda-beda, tergantung prioritas. Kabari aku lagi keputusan terakhir mu!
1 Juli 2024
27 notes
·
View notes
Text

Krek.
Dengan satu tekukan keras, tulang leher bagian belakang itu patah juga. Rue tersenyum sambil melanjutkan gerakan pisaunya menyusur lapis demi lapis jaringan kulit sampai kepala itu terlepas sempurna dari torsonya. Senyum Rue makin lebar.
Diambilnya kepala itu dengan kedua tangannya. Senyumnya susut.
Dia menyusur rambut pendek di kepala itu yang sekarang lengket dan berbau besi. Dia ingat rambut itu pernah begitu dekat di hidungnya dan menguar bau asap knalpot kendaraan. Mual dan mual sekali, mengingatkan dia pada bau bis tanpa pendingin ruangan yang sering dia naiki saat mudik.
Dengan rasa muak dan mual yang sama, Rue mencolok kedua bola mata dengan ibu jarinya. Mata yang dia benci sekali tatapannya itu. Mata yang terakhir menatapnya dengan remeh sambil tertawa tipis karena Rue gagal membuatnya jera.
Rasa muak itu kemudian berubah bentuk menjadi marah yang besar, besar sekali, ketika Rue melihat bagian mulut. Tangan Rue sudah kembali memegang pisau daging dan mencabik bagian itu dengan gerakan tidak beraturan. Setiap cabikannya, semua perkataan yang keluar dari mulut itu bergema di kepala Rue.
"Emang lo bisa apa sih? Mau laporin gue ke polisi?"
"Lo tuh pulen banget deh"
"Cewek kayak lo mah siapa yang mau dengerin sih?"
"Woy tobrut, serius amat mukanya"
"Sini dah gue bayar, berapa sejam?"
Rue berteriak, cukup kencang sampai dirasanya suara-suara itu tidak terdengar lagi di kepalanya. Pisau itu diletakkannya disamping onggokan kepala yang sudah tidak karuan bentuknya itu. Rue mengusap wajahnya yang belepotan cipratan darah.
Bagian badan dari kepala itu terlihat masih utuh. Rue kembali mengambil pisau dan memisahkan kedua kaki dan tangannya dari torso. Cukup sulit karena pisau Rue kurang besar. Tapi jadi lebih mudah karena amarah Rue lebih besar, memberi pasokan tenaga yang dia sendiri mungkin tidak percaya memilikinya.
Rue mengambil gergaji kayu kecil yang sudah dia siapkan. Tangan kanan itu dia potong menjadi tiga bagian, dengan masing-masing jari dia lepas satu per satu. Dia ingat bagaimana tangan kanan itu merangkul pundaknya yang membeku ketakutan, dan bagaimana jari-jari itu menyentuh kulit tengkuknya yang dingin. Sementara itu tangan kiri hanya dia potong menjadi dua bagian. Masih ada bekas gigitannya di lengan atas kiri itu, seberkas luka yang mengingatkannya bahwa dia pernah melawan.
Kedua kaki masing-masing dipotongnya menjadi empat bagian. Dia sempat menginjak-injak bagian telapak kakinya, bahkan sesekali melompat. Dia ingat bagaimana langkah kaki panjang-panjang itu berusaha mengejarnya yang sudah berusaha lari cepat menjauh.
Rue melihat sebentar ke arah perut bawah dekat selangkangan yang sudah berongga. Iya, penis. Bagian itulah yang dia potong pertama kali saat pemilik tubuh ini masih sadar penuh. Dia bahkan tidak pakai gergaji atau pisau, melainkan gunting. Diguntingnya pelan-pelan, mulai dari biji pelir sampai ke penisnya, satu persatu dia penggal, menikmati setiap teriakan pemiliknya yang memekakkan telinga.
Dia ingat, setelahnya dia diam saja, menonton darah mengucur deras dari selangkangan, dan bagaimana organ kelamin itu tergeletak seperti bangkai tikus di tanah. Dia diam saja, menatap pemiliknya meracau memakinya, lalu berubah memohon ampun, sampai akhirnya tidak bergerak lagi dan menjadi bangkai sungguhan.
Rue mengambil pisaunya lagi untuk merobek bagian perut. Setelah terbentuk rongga, tangannya meraba ke dalam, dan dia terkejut. Oh, ternyata bajingan ini punya hati.
Tapi kemudian Rue kembali marah karena teringat bagaimana dia dirundung satu kelas karena dianggap cari perhatian dengan membuat cerita-cerita bohong. Dia dibilang sakit mental, lonte murahan yang bertepuk sebelah tangan dengan kumbang kampus idaman semua orang. Beberapa memang diam tidak mengejel, tapi menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut seperti melihat mahluk luar angkasa. Bagaimana mungkin bajingan yang membuat ini semua terjadi ternyata punya hati? Rue meremas hati itu dan membantingnya ke lantai.
Dalam sekejap, bagian perut sudah terkoyak habis, bagian dada terbelah kecil-kecil entah berapa potong. Rue kembali berteriak, membungkam setiap rekaman adegan menyakitkan yang melintas di kepalanya.
Setelah napasnya sudah kembali teratur, Rue berdiri. Sudah dia siapkan karung besar untuk menampung setiap potongan daging yang berserak di lantai. Dia terlihat puas dengan hasilnya. Ada gunanya juga sering ikut Akas menyiapkan tongseng daging di kedainya.
Dengan langkah yang ringan, Rue berjalan ke arah luar, menuju sungai kecil yang tidak jauh dari tempatnya berada. Sesampainya di bawah pohon tepi sungai, dia membuka karungnya dan mulai melemparkan satu potongan ke dalam sungai.
Sedetik, dua detik, sepuluh detik....
hap!
Ada yang muncul dari dasar sungai dan membuka mulut lebar sekali, menyambut makanan gratis dari Rue. Rue tersenyum.
"Panggil teman-temanmu yang lain. Aku ada pesta", ujarnya.
--------------
gambar 1 : hutan bakau - Lembongan, 2023
8 notes
·
View notes
Text
i know what i want dan who i need
Aku gak akan bohong, kalau selama masa single ini aku gak pernah tertarik sama laki-laki manapun. Aku pernah (dan sebenarnya sampai sekarang masih) suka sama seseorang yang aku kenal lewat media sosial. Alasan aku bisa suka sama dia sesederhana, selama kami bertukar pikiran, dia memiliki pola pikir yang beberapa sama denganku, dan juga aku kagum sama bagaimana cara dia memandang dunia, yang lumayan berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang aku temui selama ini.
Laki-laki kedua, adalah seseorang yang baru kutemui Minggu kemarin, saat aku mengikuti acara temu buku salah satu booksclub di kotaku. Aku kagum bagaimana cara laki-laki tersebut berbicara, tutur katanya yang tertata, dan juga kata-kata yang dia keluarkan menunjukkan dia merupakan seseorang yang kaya akan ilmu dan juga pengalaman. Yep, seseorang yang berwawasan tinggi, disertai dengan adab yang baik tentunya—adalah kriteria yang paling mudah untuk membuatku merasa tertarik.
Namun, perasaan tertarik kepada dua orang laki-laki tersebut hanya sampai di situ. Aku gak memilih untuk melanjutkannya lebih jauh, karena apa yang membuatku tertarik kepada mereka tidak cukup kuat untuk menjadi alasan mereka adalah orang yang ingin aku nikahi, atau pengen aku jadikan pasangan hidup. Dengan alasan, selain memiliki beberapa persamaan, mereka tidak memiliki standar yang aku cari dalam sebuah pasangan.
Aku bersyukur, melalui banyak pengalaman tertarik dan juga merasakan suka sama lawan jenis, membuatku semakin paham laki-laki seperti apa yang aku butuhkan dan juga yang aku cari. Sehingga saat bertemu dengan seseorang yang membuatku tertarik, aku bisa dengan lebih mudah memutuskan langkah apa yang harus aku ambil. Tidak lagi dengan mudah diombang-ambingkan perasaan, atau berada dalam ketidakjelasan sebuah hubungan. Selain itu, aku juga tidak mudah merasa suka sama seseorang hanya karena fisiknya yang terlihat menarik atau termakan dengan omongannya yang manis.
Aku dengan tenang menjalani masa kesendirian ini, serta tak merasa harus terburu-buru hanya karena teman-temanku kini sudah banyak yang menikah dan membangun keluarga.
Aku punya dua standar terbesar yang menandakan aku siap untuk menikah. Salah satu standar tersebut adalah ridho Mama. Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa laki-laki yang menyampaikan niatnya untuk meminang tapi terhalang oleh keinginan mama yang belum mau aku untuk menikah. Namun, tahun lalu, mama bilang kepadaku, jika ada lagi-lagi yang datang dengan niat serius padaku, mama bilang langsung suruh ke rumah aja. Yang berarti itu menjadi tanda bahwa mama udah ridho bila aku ingin menikah.
Lucunya, semakin ke sini malah aku yang semakin merasa lebih tenang untuk sendiri saja terlebih dahulu. Aku udah berada di tahap, entah mana yang menjemput duluan: jodoh, kesuksesan, atau kematian. Aku akan terima yang mana saja.
Lega banget rasanya, saat kita telah semakin mengenal diri kita sendiri. Karena di banyak aspek kehidupan, seseorang yang sudah mengenal dirinya dengan baik seperti nilai hidup yang dia pegang, dan apa yang dia cari dalam hidup ini, semakin membuatnya merasa tenang dengan hidupnya sendiri. Dengan takdir yang dia jalani, dengan apa yang sedang dia lewati, pun tidak lagi dengan mudah merasa iri, dan juga membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain.
Di usiaku yang sekarang ini, aku juga tidak mau lagi berada di keadaan "menunggu" seseorang. Aku menghargai waktu yang aku miliki, dan aku juga menghargai waktu yang orang lain miliki. Aku gak mau menghabiskannya untuk menunggu sesuatu yang tidak mempunyai akhir yang jelas. Tak hanya buang-buang waktu, buang-buang perasaan pula. Toh, jika memang jodohnya, nanti pasti akan dipertemukan di waktu dan keadaan yang tepat.
Semoga berapa pun waktu yang aku butuhkan untuk menemukan pasangan dengan usaha untuk memperbanyak belajar, memperbaiki diri, dan juga mengenal diri sendiri berbuah menemukan pasangan yang tepat dan juga sepadan dengan pergorbanan yang aku keluarkan.
Selamat memperbaiki diri, selamat menemukan pasangan yang tepat untuk diri kita masing-masing
16 notes
·
View notes
Text
Untuk Suatu Saat
Aku ingin menjadi sesuatu yang tidak lelah untuk dipelajari. aku juga ingin menjadikan kamu sebagai bagian hidup yang aku pelajari setiap hari. Aku tau, banyak ego yang berkemelut bersama meratap setiap malam hanya untuk mempertanyakan banyak hal. tapi bagiku itu adalah kelengkapan dari hidupku yang biasa. Hidup sebagai manusia yang bertengkar dengan ego setiap harinya. Hadirnya kamu, aku berharap dapat menjadikan diriku dan cerita ini sebagai tempat untuk belajar dan berserah.
Untuk suatu saat, jika waktu ikut serta mengaamiinkan setiap doa yang terpanjat, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mulai mengusahakan langkah ini jauh dari sebelum mimpi kita bertemu. Aku meyakini bahwa sebuah upaya tidak akan datang secepat aku berharap, akan ada langkah bahkan jalan yang mungkin berputar mengitari banyak pikiran dan hatiku.
Waktu akan senantiasa bersama denganku saat aku menuju pelataran senja tempat biasa aku menemukanmu, tenggelam bersama mega jingga yang mungkin kamu tatap bersamaan dengan aku memanjaatkan doa ditepian dermaga paling serius kepada Tuhan. Doa-doa kita mungkin tengah bertarung di langit dan berseteru siapa yang dapat hadir sebagai peng-aamiin-an paling nyata suatu saat nanti.
Kepada Tuhan yang menghidupkan cinta, aku sangat berharap langkah dan upaya yang kita seriuskan dapat membawa kita kepada pertemuan yang diridhoi. Semua panjatan tentang aku, kamu, mimpi kita atau bahkan soal rumah sederhana yang banyak makna, aku haturkan dengan kepasrahan agar Tuhan dapat mengahadirkan kita diwaktu yang ia sebut paling terbaik.
Sehat dan senantiasa menjaga diri. Kita memerlukan banyak energi untuk pengikhlasan luarbiasa untuk banyaknya doa-doa.
Aku berharap, kamupun juga
Majalengka, 24 Februari 2024. 10.02 WIB
14 notes
·
View notes
Text






Yaa Allah, sedih banget lihat keadaan Gaza hari-hari ini 😭
Benar-benar keadaan terburuk sepanjang sejarah konflik yang ada.
Bombardir besar-besaran telah terjadi kemarin malam.
Internet diputus, komunikasi buntu. Krisis air dan pangan menjadi ancaman baru bagi mereka. Sejarah kelam dalam peradaban manusia modern.
Per hari ini, terdapat 7,703 korban jiwa, dengan jumlah korban anak-anak 3,195 orang. Dan jumlah ini pasti akan terus bertambah dengan seiring waktu. Mereka mengalami penderitaan fisik dan mental yang luar biasa.
Membayangkann jika saat ini kita berada di posisi mereka pun tak kuat rasanya.
Kencangkan doa kita teman-teman, munajat secara serius kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Hanya itu langkah paling konkret yang kita semua bisa lakukan saat ini.
Semoga Allah memberikan rakyat Palestina kekuatan, kesabaran, kemenangan, dan kemerdekaan.
Bandung, 29 Oktober 2023.
29 notes
·
View notes
Text
kita dalam cinta.

syongnen au
“kamu berani nggak buat aku patah hati?” satu kalimat pertanyaan di malam hari, dimana mereka sedang berduaan di bawah bulan yang sedang membiru. tapi kali ini wonbin tidak sedang patah hati sebetulnya, ia hanya bertanya pada seseorang yang dinyatakan sebagai kekasih. baiknya seperti apa mereka akan berakhir, kalau satu dari mereka patah hati. tapi wonbin sedang jatuh cintanya.
“hm… pertanyaan sulit.” ujar sungchan sambil menerka kalimatnya sendiri, bagaimana ia bisa membayangkan kalau patah hati bersama wonbin, kalau sekarang mereka itu sedang berpacaran dan saling jatuh cinta. “tapi sedih banget, kalau aku patah hati karena kamu, wonbin. aku sendiri nggak bisa ngebayangin kalau aku berani buat kamu sakit hati, secupu itu aku, wonbin.”
“emang dasar kamu cupu.” kekeh wonbin sambil tertawa, begitu sungchan membalasnya dengan sebuah kecupan di puncak kepala, masih sedang melihat bulan yang kali ini sedang membiru, hanya sesekali bulan seperti itu, tidak akan sering-sering. janji wonbin.
ingat sekali kalau sungchan memang cupu—seperti dengan kalimat yang barusan wonbin afirmasikan, karena pria itu benar-benar tidak pernah mengambil langkah lebih dulu, bahkan sewaktu mereka sekolah menengah pun sungchan hanya memperhatikan wonbin—itu yang diceritakan dari mulut sungchan.
sungchan juga bukan yang pertama mengatakan bahwa ia mengatakan perasaannya, karena wonbin duluan yang seperti itu untuk mengucapkan perasaannya. sungchan lebih tua dari wonbin, dan bayangkan kalau wonbin duluan waktu itu yang masih kelas sepuluh mengatakan perasaannya pada kakak kelas. bayangkan itu adalah sebuah cinta monyet, tapi mereka malah jatuh cinta terus sampai kuliah. mungkin akan sampai mati, sebuah janji hidup sungchan.
sungchan juga yang cupu karena memilih ingin bersama wonbin, demi jurusan impian, tapi berakhir dengan cacian maki dari wonbin karena berarti itu akan melepaskan semua mimpi sungchan, berarti akan sia-sia semua cerita sungchan yang wonbin dengarkan setiap hari, karena pria itu belajar sampai mampus demi mendapatkan universitas keinginannya. orang tua sungchan juga tidak neko-neko, tapi sungchan sekali lagi punya impian yang mesti dinyatakan, dan wonbin adalah salah satunya, mimpi sungchan itu buat wonbin bahagia, tapi kali ini ia meninggalkan wonbin sebentar saja pasti wonbin akan baik-baik saja. toh, memang benar, sungchan mengejar kuliahnya dan wonbin mendapatkan universitas yang sama setelah beberapa tahun kemudian, mereka tidak perlu lagi berhubungan jarak jauh.
satu mimpi yang ditinggal bukan berarti akan dihapus dari kehidupan sungchan.
“kamu kok diem aja?” tanya wonbin yang sedari tadi memikirkan mengapa wajah sungchan benar-benar serius dibuatnya dengan sebuah pertanyaan.
“kalau kamu berani buat aku patah hati?” tanya sungchan.
wonbin yang pemberani pun, menggeleng. karena sejauh ini mereka berlayar, kalau berakhir di rumah beralaskan pasir wonbin juga takut. takut sekali kalau tanpa sungchan.
“aku cuma nanya, tapi kamu malah nanya balik ke aku, sungchan.” dengus wonbin yang kini beralih dari menatap sungchan yang sedang memeluk tubuhnya hangat, kembali pada bulan yang masih membiru. kali ini purnamanya bulat sekali.
“haha, maaf-maaf, aku juga nggak ngerti kenapa kamu nanya aku soal itu, selama ini aku udah buat kamu patah hati berapa kali, wonbin, tapi kamu tenang aja tuh, tahu kalau aku tetap cinta.”
“pede banget—plus, kamu nggak pernah buat aku patah hati,”
“hm, tapi aku inget waktu aku mesti keluar kota, aku ninggalin kamu, itu patah hati kamu pertama kali, masa kamu nggak inget.”
“itu bukan—beda sungchan.”
“okay, terus waktu aku kelupaan sama ulang tahun kamu, emangnya itu bukan?”
“itu kamu pelupa.” kali ini wonbin ingin menyerah dengan semua apa yang sungchan lontarkan, karena waktu itu serius menyebalkan, wonbin juga hampir menangis, karena sungchan datang ke rumahnya tengah malam demi merayakan ulang tahun wonbin.
“kalau gitu, waktu kamu lupa hari kasih sayang, aku sedih tau.” ujar sungchan.
wonbin juga salah karena ia serius sibuk mengurusi ujian akhir hingga lupa kalau sungchan juga menelponnya sampai malam, tapi belum wonbin gubris waktu itu.
“maaf, tapi kamu ungkit itu lagi.” wajah wonbin yang cemberut, tapi bagi sungchan itu manis, karena pacarnya sedang memikirkan masa lalu. “kamu kenapa sih harus ingetin aku soal itu?”
“kembali ke kalimat awal kamu, itu menurutku patah hati pertama, wonbin.”
“ih, ngeselin, itu bukan—” wonbin juga tidak tahu harus melanjutkan kalimat apa, kali ini tubuhnya dingin karena mereka masih ada di luar, sedang di halaman rumah wonbin sambil berpelukan dengan melihat langit. beberapa waktu lalu juga sungchan mengatakan bahwa regulus—bintang regulus sejajar dengan matahari. “udah, jangan dibahas lagi. kepala aku sakit.”
“sini aku cium, biar sakitnya hilang.” kalimat tenang dari sungchan yang mengecup puncak kepala wonbin.
“jujur, sebenarnya bukan soal patah hatinya, aku ngerti.” kini tubuh sungchan yang semakin dekat, memeluk tubuh wonbin, sebuah tangan yang ada di bawah tubuh wonbin agar menariknya lebih dekat. “aku rasa patah hati buat kedua belah pihak, berarti kita pernah saling sayang, i don’t need symbol of scars to know that i love you, we don’t need swapping blood just to you for keep me.” yang sungchan mengerti bahwa ia terlalu cinta sama wonbin, sudah begitu simpelnya.
for sungchan, he can go on and on to be in love with wonbin, he does want to. he likes being around wonbin, he is in love with wonbin since the first time their eyes meet each other. he can go on and on until he dies, until it’s all comeback, he just want his life with wonbin.
7 notes
·
View notes
Text
Dia bajingan bagi orang yang mengerti

Setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing, semua orang punya hak untuk berbicara dan mempunyai pendapat nya masing-masing. Setiap pendapat harus dipikirkan dengan baik dan di telaah dengan seksama. Harus mudah di mengerti dan logis. Mungkin akan banyak pertentangan, tapi..... Ini semua tergantung kepada dirimu sendiri.
"Boleh aku duduk di sini?" Tak ada jawaban, hanya anggukkan kecil yang didapat.
Wanita di samping ku terlihat begitu serius, aku berpikir mengapa dia bisa begitu serius dengan buku-buku tebal yang tampak kuno dan membosankan? Aku sering mencoba membaca buku-buku tebal seperti itu, tapi hasilnya malah mengantuk.
Ia membatin, bertanya-tanya penasaran, kepalanya penuh dengan letupan pertanyaan. Ingin bertanya, tapi takut menganggu si wanita yang tampaknya begitu serius dengan buku-buku tebal miliknya.
Sampai saat waktu- "Hei, apakah itu buku Leila S Chudori?" Akhirnya si pria mengeluarkan suara sambil menunjuk buku yang dimaksud.
"Ya.... Ini buku Laut Bercerita karya Leila S Chudori." Wah, suaranya pelan tapi masih bisa terdengar.
"Hei jika kamu sudah membacanya, apakah kamu menyukai tokoh utamanya? Apakah Biru Laut menurut mu seistimewa itu?"
"Tidak." Jawabnya.
"Mengapa tidak? Aku sering mendengar para perempuan berharap memiliki lelaki seperti Biru Laut. Bukankah lelaki pemberani, bijak, dan logis itu idaman para perempuan?"
"Memang, tapi aku tidak menyukai Biru Laut. Dia bajingan."
Yang bertanya terkejut, "apa yang membuatmu bisa berkata seperti itu?"
Si wanita menghela nafas pendek, bukunya ia tutup dan di letakkan. "Menurutku, Biru Laut memang sempurna. Ia bijaksana, pemberani, dan setiap omongan penjelasan dari mulutnya selalu logis. Tapi..... Aku agak sedikit kecewa ketika di mana pada salah satu chapter di dalam buku, Biru Laut mengambil kehormatan perempuan yang dicintainya. Mungkin memang terlihat biasa saja pada kejadian saat itu, namun dalam sisi perempuan, aku sedih. Seharusnya, Laut menjaga perempuannya, mungkin tokoh si wanita juga salah di sini, memang keduanya salah. Lebih mirisnya lagi, saat sudah diambil kehormatannya. Si wanita ditinggal mati begitu saja, apakah ada ucapan yang lebih pantas dari bajingan?"
Si lelaki terdiam, pendapat wanita ini ada benarnya.
Bukunya ditumpuk, bajunya di rapihkan. Wanita itu berdiri, bersiap mengarungi kembali tempat-tempat nyaman untuk ia singgahi.
"Hei, boleh aku tahu namamu?" Ia memberanikan diri bertanya.
"Panggil Dydy saja." Wanita itu pun pergi begitu saja.
Langkah dan pilihanmu.... Kamu pikirkan dengan matang dan logis.
Hei Dydy apakah kita bisa bertemu lagi?
6 notes
·
View notes
Text
Memahami Perbedaan Antara Kulit Alergi dan Sensitif
Kulit adalah lapisan pelindung tubuh manusia yang sensitif terhadap berbagai rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Namun, bagi sebagian orang, kulit bisa menjadi sumber masalah kesehatan yang serius, terutama ketika mengalami reaksi alergi atau sensitivitas yang berlebihan. Meskipun keduanya terdengar serupa, sebenarnya ada perbedaan yang penting antara kulit alergi dan kulit sensitif.
Adapun pengertian yang dijelaskan dalam alodokter.com, alergi adalah respon yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan bereaksi secara berlebihan terhadap paparan debu, makanan, atau zat kimia tertentu. Dalam hal kulit, reaksi alergi bisa menyebabkan kulit mengalami kemerahan, gatal-gatal, rasa perih, atau pembengkakan.
Sementara itu, pada kulit sensitif, permasalahannya tidak terletak pada zat atau benda tertentu, melainkan pada seberapa sering atau seberapa banyak seseorang menggunakan produk tertentu atau terpapar oleh zat tertentu.
Kulit Alergi: Reaksi Tubuh Terhadap Zat Asing
Kulit alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap zat asing yang sebenarnya tidak berbahaya. Ini bisa termasuk bahan kimia dalam produk perawatan kulit, serbuk sari, makanan, atau bahkan material pakaian. Ketika tubuh terpapar zat ini, sistem kekebalan tubuh melepaskan histamin dan zat-zat lainnya yang menyebabkan peradangan pada kulit. Gejala yang muncul biasanya termasuk ruam, gatal-gatal, bengkak, atau bahkan pembengkakan.
Kulit Sensitif: Reaksi Terhadap Rangsangan Eksternal
Sementara itu, kulit sensitif adalah kondisi di mana kulit rentan terhadap iritasi akibat seberapa banyak seseorang menggunakan produk tertentu atau terpapar oleh zat tertentu. Rangsangan eksternal, seperti sinar matahari, udara dingin, angin, atau produk perawatan kulit yang mengandung bahan kimia keras jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan sensitif.
Orang dengan kulit sensitif mungkin mengalami ketidaknyamanan atau iritasi yang parah, termasuk kemerahan, pecah-pecah, atau rasa terbakar pada kulit. Perbedaannya dengan alergi adalah bahwa kulit sensitif tidak melibatkan respons sistem kekebalan tubuh.
Penanganan dan Perawatan
Karena perbedaan akar penyebabnya, penanganan dan perawatan untuk kulit alergi dan sensitif juga berbeda.
Kulit Alergi: Penting untuk mengidentifikasi pemicu alergi dan menghindari paparan terhadap zat tersebut. Dokter mungkin meresepkan antihistamin atau krim kortikosteroid untuk meredakan gejalanya.
Kulit Sensitif: Orang dengan kulit sensitif perlu memilih produk perawatan kulit yang lembut dan tidak mengandung bahan kimia keras. Perlindungan kulit dari sinar matahari dan cuaca ekstrem juga sangat penting. Menggunakan pelembap secara teratur dapat membantu menjaga kelembapan dan kesehatan kulit.
Meskipun kulit alergi dan sensitif bisa menimbulkan ketidaknyamanan yang serupa, penting untuk memahami perbedaan mendasar di antara keduanya. Tidak hanya itu, menjadi penting juga untuk mengetahui apa penyebab terjadinya alergi, misalnya karena penggunaan parfum, skincare tidak cocok, atau makanan.
Dengan mengetahui apa yang menyebabkan reaksi kulit dan bagaimana cara terbaik untuk menanganinya, individu dapat mengambil langkah-langkah untuk menjaga kulit tetap sehat dan nyaman. Jika gejala berlanjut atau memburuk, konsultasikan dengan dokter atau ahli kulit untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.
4 notes
·
View notes
Text
Ada apa buk?
serius sekali raut wajahnya, tumben (monolog ku) "diingat-ingat sudah lama sekali ngga ada interaksi apa-apa lagi bu" awal mula percakapan ku pada pertanyaan ibuk kala sore itu, tatapan mata ibuk yg sangat jelas ada garis kesedihan terpancar kala menatap mata kecil anak keduanya ini,
ibuk lanjut bercerita dan menjelaskan banyak sore itu, dan dari setiap sisi penjelasan ibuk yg runut ibuk jelas sekali sangat hati-hati dalam memilih kata agar aku tak menangkap penjelasan nya dengan pandangan yg buruk, namun aku tetap paham dengan baik apa maksud kalimat ibuk, yg menjadi kegelisahan dan kegundahan ku kala malam terjawab lewat lisan lembut ibuk. alhamdulillaah.
ku jelaskan padanya dengan sedikit meyakinkan nya "tidak apa buk, memang sudah jalannya.. Allaah yg menghendaki apa yg Dia kehendaki" (menahan agar tak menangis di hadapan ibuk sangat menguji ehehe😄)
ibuk usap jari jemari ini sambil berkata lembut "ngga apa-apa yaa nduk? semoga ini adalah sebuah bentuk penjagaannya Allaah untuk mba",
aku mengangguk patuh, "ngga apa-apa dong buk (sambil ku usahakan senyum riang itu muncul), hidup selamanya dengan ibuk pun mba sangat senang (candaku)", ibu mulai tertawa namun sedikit pilu (ekspresi ibuk yg lucu😄)
aku mengerti kenapa ibuk sesedih itu, krna selama ini aku sudah banyak sekali bercerita mengenai satu nama yg begitu baik itu, dari kepribadian maupun kehidupan nya aku bisa mengenalnya lewat orang² yg mengenalnya dengan baik dan lewat tulisan² yg kerap ia tulis lengkap bersama perjalanan sederhana nya, bukan waktu yg sebentar bagiku untuk bisa meyakini rasa.
kenapa ibuk menatap ku dengan sendu? krna ibuk tahu aku adalah perempuan yg tak mudah menaruh rasa, ibuk mengerti akan prinsip yg ku jaga, tidak menoleh kesana kemari bila sudah dititipkan sebuah amanah, ibuk tahu aku selalu mempertimbangkan hal-hal yg sangat berpengaruh dalam hidup ku dan mungkin ibuk merasa dari jawaban yg ibuk berikan sore itu membuat ku merasa jatuh, sedih, dan patah.
mungkin memang benar, tapi aku kembali paham bahwa bersama dengan waktu, yg sakit kelak akan sembuh. aku bertanggung jawab atas setiap retak yg terlanjur hadir agar bisa kembali utuh.
"ibuk minta maaf ya nduk, selama ini kita sudah berusaha, sisanya biarlah Allaah yg bergerak, Allaah tidak mungkin meragukan do'a, usaha, dan keyakinan nya mba", diciumnya pipiku.
aku membisik, "mba yg minta maaf ya buk"
ibuk yg selama ini menemani langkah ku ternyata ikut juga merasakan goresan ini. nyatanya ibuk tetap bisa merasakan hati yg patah itu walau aku cengengesan cengar-cengir. aku cuma ngga mau ibuk merasa gagal dalam menjaga hati putrinya, padahal aku sendiri penyebabnya yg jelas tahu bila menaruh rasa sebelum datangnya kehalalan itu akan kecewa.
lengang; aku menerawang kembali kebelakang dipaksa membuka memori kenangan.
memang sudah lama sekali tidak komunikasi lewat apapun itu, pesan yg terkirim singkat dan sebentar itu bisa terhitung hanya sedikit dalam kurun waktu 4 tahun dan itu menjadi sesuatu yg ku syukuri, jeda berkepanjangan pun sudah aku rasakan, bahkan ingin hanya sekedar tanya kabar lewat pesan singkat itupun tidak aku lakukan apalagi telfon yg kebanyakan sudah lumrah di lakukan namun lagi-lagi aku tak pernah berani melewati batas itu.
egoku ingin sekali, hatiku memekik keras ingin melakukannya, pikirku kala malam yg seringkali menuntut untuk sebuah jawab yg pasti akan rasa itu selalu ku kubur dalam-dalam sebab aku tak ada keberanian melawannya. atau.. aku tidak siap dengan kenyataannya??
entahlah, simpulkan saja krna aku takut akan jawaban yg mengecewakan, atau krna hatiku masih menginginkan satu nama itu menemani hari dalam hari ku meski hanya tipis sekali keinginan itu bisa terwujud dan kecil kesempatan nya sebab aku masih misteri sekali di depan sana, namun lagi-lagi pertolongan Nya menolong ku, tidak ada nya jawaban ternyata itulah sebenarnya jawaban.
menghadapi kesakitan lalu melewatinya di temani doa sang ibunda.
2 notes
·
View notes
Text
Tentang masa depan

Hidup ini sejatinya adalah sebuah ketidakpastian. Tidak ada satupun manusia yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di hidup kita dalam 1 detik, 1 menit hingga 1 hari kedepan.
Lalu mengapa kita harus membebani diri kita dengan keraguan dan kekhawatiran akan masa depan, jika pada dasarnya masa depan itu sendiri adalah ketidakpastian?
Sebaik-baiknya kita berencana, Allah adalah pemilik rencana yang terbaik. Semua yang akan terjadi sepenuhnya mutlak rahasia Allah.
Pun kita tidak perlu mempertanyakan dan mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Cukup menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pemilik Masa Depan sambil mengupayakan masa kini dengan penuh kerja keras dan keyakinan dalam diri.
Membebani diri dengan keraguan yang terlalu berlarut hanya akan menghambat langkah kita untuk mencapai masa depan yang kita harapkan.
Kalau kita mau berpergian dengan kendaraan, kemudian sepanjang jalan banyak menginjak rem pastinya perjalanan akan jadi lama dan mungkin kita tidak bisa sampai ke tujuan tepat waktu. Lebih parahnya berhenti mendadak bisa menyebabkan kecelakaan yang serius. Berbeda halnya, jika kita terus mengendarai kendaraan ke tempat tujuan yang sudah kita kenali dengan kecepatan stabil tanpa banyak berhenti.
Sama halnya dengan menjalankan hidup, jika kita banyak menghambat jalannya kehidupan dengan keraguan-keraguan yang menghentikan langkah kita, maka perjalanan kita mencapai tujuan bisa jadi tidak mulus dan terlambat.
Lepaskan semua keraguan dan jalanilah hidup dengan penuh keyakinan. Tetap berencana dengan baik untuk hidup kita biar Allah yang menyempurnakan kehidupan kita yang terbaik✨
H 2 Ramadhan,
Yogyakarta, 13 Maret 2024
2 notes
·
View notes
Text
Merasa Sedikit Lelah
Aku lelah, tapi serius, aku enggak apa-apa. Mungkin, aku lelah karena terus berusaha, tanpa jeda. Aku enggak mengeluh, karena setiap langkah adalah bagian dari perjalanan hidupku. Ketika lelah merayap, aku bangkit dengan semangat yang baru.
Sebab, hidup bukanlah tentang berhenti di tengah jalan, melainkan tentang bagaimana kita melanjutkan perjalanan, meski dilanda kelelahan.
@aksaraazzahra Bekasi, 02-03-2024
5 notes
·
View notes
Text
Nikah Muda
Seringkali nikah muda menjadi topik pembahasan di masyarakat, selain itu nikah muda juga memerlukan pertimbangan yang matang.
Bagi saya pribadi nikah muda merupakan keputusan yang serius dan tidak boleh dianggap enteng, penting juga untuk memahami bahwa setiap individu memiliki keadaan dan kesiapan yang berbeda-beda.
Mungkin bagi beberapa orang, menikah di usia muda bisa menjadi pilihan yang tepat, sementara bagi yang lain, lebih baik menunggu terlebih dahulu hingga lebih matang secara emosional, finansial, dan mental.
Sebelum memutuskan untuk menikah di usia muda, ada baiknya untuk mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, pastikan bahwa kita dan pasangan kita sudah benar-benar siap untuk mengemban tanggung jawab sebagai suami dan istri.
Ini termasuk kesiapan untuk berkomitmen satu sama lain secara sepenuhnya, mengatasi konflik dengan dewasa, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, penting juga untuk memiliki pemahaman yang realistis tentang apa yang diharapkan dari pernikahan. Pernikahan bukanlah seperti dalam dongeng yang selalu bahagia. Ada saat-saat sulit dan konflik yang harus dihadapi bersama. Jadi, pastikan kita dan pasangan kita telah berbicara secara terbuka tentang harapan, nilai-nilai, dan tujuan dalam pernikahan.
Selain itu, aspek finansial juga merupakan pertimbangan penting. Menikah berarti menggabungkan dua kehidupan menjadi satu, termasuk keuangan. Pastikan bahwa kita dan pasangan memiliki rencana keuangan yang matang dan dapat mengelola keuangan secara bersama-sama.
Komunikasi adalah kunci dalam pernikahan, terutama saat menikah di usia muda. Terbuka terhadap pasangan tentang perasaan, kebutuhan, dan harapan kita . Belajarlah untuk mendengarkan dengan penuh pengertian dan empati, serta belajarlah untuk mengungkapkan diri kita dengan jujur dan hormat kepada pasangan.
Terakhir, ingatlah bahwa pernikahan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen, dedikasi, dan kerja keras dari kedua belah pihak. Tumbuh bersama, belajar satu sama lain, dan menghargai setiap momen dalam perjalanan pernikahan.
Jadi, sebelum kita memutuskan untuk menikah di usia muda, pastikan bahwa kita dan pasangan telah mempertimbangkan semua aspek ini dengan cermat, dan siap untuk mengambil langkah tersebut dengan penuh keyakinan, komitmen, dan cinta yang mendalam.
Terima kasih telah membaca artikel ini.
Salam hangat
Ananda Sulistio
#nikahmuda
5 notes
·
View notes
Text
Acak tidak Selamanya Buruk
Akhir-akhir ini entah mengapa kepalaku dipenuhi dengan berbagai macam hal. Mulai dari memikirkan sesuatu yang receh sampai dengan hal serius. Dari banyak hal yang aku pikirkan, satu pun belum ada yang aku kerjakan. Barangkali, karena pikiran ku yang sudah over capacity, membuatnya tidak bisa sinkron dengan seluruh anggota tubuhku. Tak ada aksi. Hanya ada angan-angan belaka.
Sebenarnya aku tahu apa penyebab dan solusi dari masalah-masalah ini. SEGERAKAN. Itulah jawabannya. Tak ada solusi lain yang bisa menjawab selain dengan menyegerakannya dengan aksi. Tetapi, saat ini hal itu masih sebatas teori tanpa ada praktek untuk memvalidasi semua permasalahan yang ada di dalam kepalaku. Pada dasarnya, praktek ataupun aksi adalah langkah utama setelah ide atau rencana sudah ditetapkan. Setelah beberapa waktu aku terjebak di dalam dilema pikiranku, aku coba melakukannya dengan menulis di microblog. Aku tidak berharap orang-orang membaca tulisanku yang random ini. Aku menulis ini karena ingin mengatasi diriku yang sudah terjebak lama dalam dilema pikiranku sendiri.
Menulis hal-hal random yang sebenarnya hanya mengandalkan pikiran liar ku saja. Tak ada referensi ilmiah atau tidak ada topik aktual yang ingin aku tuliskan. Karena diriku belum begitu mahir untuk membuat konten dengan tulisan. Meskipun sebenarnya aku sangat ingin sekali menjadi penulis sebagaimana penulis-penulis yang telah banyak memberikan karya kepada dunia kepenulisan. Semoga saja, suatu hari nanti Allah berikan kesempatan untuk menjadi penulis. Kembali ke pembicaraan awal tadi, ide-ide yang terjebak dalam pikiranku bahkan sebagian orang juga sedang merasakannya, itu terjadi karena ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol fokusnya terhadap suatu hal. Karena jika seseorang mampu fokus terhadap suatu hal, ia dapat menghasilkan nilai yang baik dari sesuatu tersebut.
Sebagai penguatnya, aku akan membeberkan beberapa faktor mengapa ketika kita sudah memiliki ide tetapi pelaksanaannya tidak ada atau minim dengan beberapa pengalaman diri sendiri dan orang lain. Ini bisa jadi tepat atau tidak. Macetnya pikiran yang disebabkan hilangnya konsentrasi adalah karena pikiran beercabang-cabang. Karena otak tidak mampu berpikir dengan maksimal jika ada 2 atau lebih hal yang dikerjakan secara bersamaan. Akibatnya kemampuan untuk bekerja menjadi menurun. Kemudian, faktor kedua yang membuat ide terjebak dalam pikiran itu dikarenakan tidur yang tidak cukup. Setiap kita memiliki agenda-agenda yang berbeda-beda tingkat kesibukannya. Semakin banyak pekerjaan yang dilakukan akan membuat otak semakin lemah dayanya. Tak jarang membuat kita menjadi mengantuk. Bahkan, sebagian orang masih tetap memaksakan dirinya dengan mengkonsumsi minuman kafein yang tidak lain dan tidak bukan untuk menghilangkan kantuknya. Sehingga, otak dipaksa bekerja di luar dari jam kerjanya alias ikut lembur dengan tuannya. Selain itu, menurunnya fokus disebabkan karena tekanan atau yang biasa disebut dengan stress. Tak dapat kita pungkiri, setiap pekerjaan yang kita kerjakan ada konsekuensi yang harus diterima. Mau tidak mau. Konsekuensinya adalah masalah. Masalah seringkali membuat kita menjadi orang yang paling menderita di dunia. Sehingga masalah tadi menjadi tekanan yang dapat mempengaruhi semangat saat bekerja. Akibat tekanan yang dialami, ide-ide yang awalnya sudah terpikirkan lama-kelamaan hilang dan tidak berkembang.
Kita memang sering berharap agar semua pekerjaan selesai dengan tuntas. Ide-ide yang sudah dipikirkan oleh otak bisa berkembang dengan mulus. Tetapi, sejatinya tidak ada yang sempurna dari keinginan-keinginan kita. Semoga saja aku dan kamu sama-sama bisa mengingatkan diri masing-masing ketika futur melanda. Futur adalah keniscayaan dari seorang manusia, tetapi futur akan selalu dapat diatasi jika kita mau menyegerakannya dengan berbuat. Tak jadi masalah jika aksi pertama tidak maksimal dan tak perlu dikhawatirkan. Justru hal yang harus dikhawatirkan itu adalah ketika ide-ide sudah ada tetapi kitanya yang enggan untuk menyegerakannya dengan aksi-aksi kecil agar nanti ide-ide tadi berkembang menjadi lebih besar. Barakallahu fiikum...
4 notes
·
View notes
Text
Bolu Pisang

Jalanan tampak dipenuhi genangan air di beberapa sudutnya. Hujan telah membasahi pinggiran kota dan menyisakan hembusan angin yang basah, siap menggilas kulit hingga ke tulang. Surya kala itu tidak mau menyapa barang sebentar, ia sibuk bersembunyi di balik awan pekat seharian. Dingin turut pula ambil bagian dalam menyelimuti bumi di sore hari yang tak begitu bersahabat.
Suasana ini tak lantas membuat seorang pemuda yang sedang duduk di atas jok sepeda motornya gentar. Hoodie biru membungkus tubuh atasnya dari kedinginan, selagi ia berteduh di emperan ruko sembako seorang diri. Ia tampak sibuk membenarkan letak kaca spion yang miring, sesekali ia curi-curi pandang untuk becermin. Segera merapihkan tatanan rambutnya yang semrawut akibat terpaan angin.
Bola matanya bergulir melihat satu bingkisan yang tergantung di motor matic miliknya. Tangannya membuka sedikit bingkisan itu, menampakkan sekotak bolu pisang yang menggugah selera. Aromanya langsung menguar begitu saja, manis dan gurih. Ia bernapas lega kala bolu yang ia beli tadi masih apik bentuknya, mengingat perjalanan ke sini menempuh banyak jalan yang berlubang. Ia tersenyum tipis membayangkan antusias yang memakan bolu ini nanti.
Tepat di seberangnya, ada bangunan yang baru beberapa bulan berdiri. Catnya masih mengilap dan berbau khas, tercampur dengan bau tanah basah di sekitarnya. Kegiatan ia selanjutnya adalah menggosok-gosokkan telapak tangannya untuk menghalau rasa dingin yang semakin menggerogoti. Ia lakukan itu berulang-ulang sembari menunggu sosok yang akan keluar dari bangunan itu sebentar lagi. Berharap nanti ia akan diberi pelukan hangat dan nyaman setelahnya. Memikirkannya saja sudah membuat ia tidak sabaran.

Sayup-sayup terdengar suara langkah-langkah kaki yang memecah genangan air dan menciptakan cipratan telak. Terlihat segerombol remaja usia awal yang berkejaran dengan gerimis. Mereka menghiraukan bercak lumpur yang memeluk alas kaki mereka. Saling bersahutan dan melempar umpatan satu sama lain selagi kaki mereka terus bekerja. Gurat wajahnya tidak ada rasa khawatir jika nanti tetesan air hujan itu membasahi dan menyerap ke dalam kulit kepala, lalu terserang demam keesokannya. Mereka tampak semakin bersemangat ketika tujuan mereka semakin dekat. Membuat perlombaan dadakan di atas jalan yang cukup basah nan licin ini, sekali lagi mereka tidak peduli. Rasanya, ia rindu ingin bergabung merasakan kebebasan seperti para remaja itu tanpa memikirkan apa itu konsekuensi setelahnya.
"TIO!!!!"
Kepalanya langsung berputar pada sumber suara. Memutus bayangan iri dari aksi kejar-kejaran gerombolan remaja tadi. Ia lihat sosok yang ditunggui berdiri di seberang sana sembari melambaikan tangan dengan semangat. Berbanding terbalik dengan raut wajahnya yang kelelahan. Ia balas lambaian itu, tak lupa memasang senyum paripurna yang ia miliki untuk menyambut pemuda bersurai madu tersebut. Pemuda yang telah mencuri semua atensinya di saat pertama kali bertemu, mengubah rasa asing itu menjadi suatu keharusan di mana ia menjadi pusat dunianya.
Tidak ada yang banyak ia lakukan saat tungkai jenjang sosok itu mulai menyebrang. Rasanya matanya hanya bisa menangkap sosok manis itu saja. Hidung mancungnya yang mungil serta surai madunya yang ikut tertiup angin, mempertontonkan celah pada keningnya. Tampak sangat menawan meskipun gumpalan awan kelabu itu asyik bergelantungan di atasnya. Bibir tipis yang merekah itu berkomat-kamit sendiri seperti sedang mengutuk suhu dingin yang memeluknya. Pipi gembilnya ikut bergoyang ketika bibirnya bergerak, terlihat sangat lembut dan empuk seperti bolu pisang yang ia bawa. Tetapi memang benar, serius, ia sering mengecupi pipi tersebut, itu salah satu bagian favoritnya.

"Udah lama nunggunya ya?" Tanya Albi, pujaan hatinya. Tio menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Lantas jemarinya membantu mengeringkan tetesan gerimis yang membasahi rambut lembutnya dengan diusap.
"Capek ya? Tadi kamu ke lapangan?" Hanya dengusan kasar yang ia terima setelahnya. Bisa Tio tebak, kali ini pasti tepat sasaran. Kekasih mungilnya itu sedang menahan kesal setengah mati. Pasti ada cerita menarik yang akan Albi keluarkan. Tentu saja Tio langsung memasang telinganya untuk bersiap-siap mendengarkan keluh kesah yang terlontar.
"Nggak, aku nggak ke lapangan. Tapi aku capek banget! Hah, kamu tahu nggak sih? Sistemnya berubah lagi! Nggak sesuai sama rencana awal dari pusat, bikin bingung dan keteteran. Atasan aku juga kenapa deh marah-marah mulu. Kalau begini terus kerjaan aku makin numpuk, Tio!"
Selanjutnya yang Tio tangkap hanya omelan Albi yang sangat pedas. Ia menggebu-gebu dalam melempar ocehan penuh kekesalan itu. Ia heran mengapa Albi tidak merasa pegal di bibirnya ketika ia terus melontarkan bentuk protes yang tiada henti itu. Alangkah baiknya jika bibir itu menempel dengan miliknya. Alih-alih mendapat pelukan yang diiming-imingi rasa kangen sebagai sambutan, Tio sekarang malah menjadi tempat sesi curhat kekasihnya itu.
Sejujurnya Tio bukanlah seorang yang awam dengan istilah-istilah dalam bidang pekerjaan yang ditekuni oleh Albi. Ia tidak mengerti saat Albi menceritakan semua tentang hasil rapatnya. Ia tidak mengerti apa itu SRO, RO, business leader, dan istilah perbankan lainnya. Yang ia tahu bagaimana cara mengajar, mengoreksi, dan mengolah nilai. Mampu mengurus hewan ternak dan bercocok tanam adalah sedikit bonus yang ia miliki.
Meskipun begitu, Tio tetap menyanggupi dengar dengan saksama dan penuh minat. Ia tidak keberatan sama sekali ikut terjun dalam percakapan itu meski ia belum pernah berkecimpung sebelumnya. Baginya, menjadi pendengar adalah bentuk rasa peduli dan perhatiannya kepada sang pujaan hati. Ia akan menanggapi semampunya, memberikan pengertian kepada Albi bahwa semua pekerjaannya berjalan dengan baik dan tidak sia-sia. Meyakinkan dirinya jika semua itu akan cepat berlalu.
Tio tidak masalah sama sekali, ia cukup senang selama Albi masih mempercayakannya sebagai tempat mencurhatkan isi hati. Selama kehadirannya membuat Albi mampu melepaskan beban itu untuk mengabur terus ke udara, ia akan lakukan.
"Harusnya kamu marahin balik aja. Kamu kan lebih galak dari dia. Habis itu kamu resign, terus ikut aku deh ternak embek. Udah ah, mau nggak? Aku beli tadi sewaktu jalan ke sini." Balas Tio sekaligus mengulurkan bingkisan bolu pisang yang ia gantung.
"Ih kamu mah! Kalau kamu yang jadi embeknya aku baru setuju. Apa nih? Eh bolu?!" Manik kelam itu jadi berbinar-binar.
Dengan segera Albi membukanya, menggeser kotak bolu itu hingga tercium bau harum kue dengan aroma pisang yang menggelitik penciumannya. Ia ambil secuil bolu tersebut, membiarkan kue empuk itu meleleh di mulutnya. Perpaduan rasa manis, gurih, serta harumnya pisang berkawin dengan pas. Bersatu padu mengisi kekosongan lidahnya yang belum mengecap apa pun selepas bekerja. Bibirnya langsung menyunggingkan senyum secerah mentari.
Tio yakin bibir Albi kali ini pasti lebih legit dari biasanya. Bisa ia lihat sekarang, kekasih mungilnya mengambil potongan yang cukup sedang untuk kembali dinikmati. Rasa-rasanya ingin ikut terlibat juga, membiarkan lidahnya turut andil dalam menyesapi rasa manis yang tersisa dari mulut Albi. Membayangkannya saja membuat Tio menelan air liurnya dengan susah payah. Apa ia harus mencium Albi di lampu merah nanti? Pikirnya.
"Enak banget! Bolunya lembut, rasanya manis tapi nggak kemanisan. Terus pisangnya juga berasa banget. Pinter deh Martio beli bolunya, aku kasih empat jempol buat kamu! Kira-kira pakai pisang apa ya ini?" Albi menaruh bingkisan itu untuk kembali tergantung. Yang ia rasakan setelahnya hanya rasa hangat, ketika Tio memakaikan jaket parasut berwarna tosca yang tersampir di kepala motor begitu saja ke tubuhnya. Tak lupa membantunya mengenakan helm di kepalanya yang kecil.
"Nggak tahu, aku kan belum kenalan sama pisangnya. Yuk, cepet naik."
"Hih! Nyebelin kamu tuh. Kok aku doang yang pakai jaket tapi kamu cuma pakai hoodie itu lagi? Emang anget? Jangan sok romantis ya kamu Tio! Kalau kamu sakit aku yang pusing."
Tio hanya tergelak mendengarnya. Omelan Albi sudah bagai lagu dalam album band kesukaannya. Setiap hari akan diputar tanpa diminta. Tio tidak pernah risih, ia tentu sangat memaklumi. Apalagi ia tahu itu hanya salah satu bentuk guyonannya yang diselingi dengan omelan.
"Bawel banget sih kamu. Aku cium nih? Udah yuk kita pulang. Nanti keburu hujan lagi, kasian bolunya." Begitu pula dengan Tio, ia suka sekali menjahili kekasihnya itu. Albi tidak kembali menanggapi setelah ia sudah duduk menjadi penumpang di motor Tio. Langsung melingkarkan kedua tangannya di perut lelaki itu dan menyamankan posisi kepalanya agar tidak berbenturan dengan helm milik Tio. Memilih bahu kiri Tio sebagai sandarannya.

Tio menikmati semuanya. Ia menikmati di kala motor matic jadulnya melenggang pergi meninggalkan lokasi tempat Albi bekerja. Ia menikmati saat pemuda manis ini bersandar di bahunya dengan nyaman. Ia menikmati saat hidung bangir nan mungil itu menghirup aroma tubuhnya sangat rakus dari belakang. Ia menikmati pelukan yang Albi berikan, selagi ia menjadi pengemudi dan Albi penumpang setianya. Seseorang yang sangat berarti dan menempati hatinya di waktu yang cukup lama.
Seolah perjalanan pulang kali ini terasa lebih menyenangkan dan menghangatkan di tengah cuaca yang dingin serta lembap. Ia hanya berdoa agar jarak menuju kos Albi lebih panjang dari biasanya. Ia benar-benar ingin menikmati semua ini lebih lama.
"Tio, kamu wangi sabun, enak! Tapi lebih enak bolu pisang yang ada di cantolan motor kamu. Nanti aku mau makan bolunya dicelup kopi boleh? Kayaknya nikmat banget pas habis hujan begini. Boleh kan, boleh kan?" Anggukan kepala yang Albi terima setelahnya. Tangannya kembali melingkar lebih erat, lalu memasukkan pergelangan tangan kanannya ke dalam kantung hoodie Tio. Menggerakkan telapak tangannya mengusap-usap di sana.
"Kamu mau pakai apa? Kamu nggak boleh ikut minum kopi loh."
"Pakai susu jahe anget aja." Jawab Tio, melirik reaksi kekasihnya pada pantulan spion sebelah kiri.
"Ih udah gede masih minum susu, huuu dasar bayi gede!!!" Ejek Albi dibarengi dengan tubuh yang semakin menempel pada punggung Tio, "bayi gedenya akuuu hihihihi!" Imbuhnya.
Tio ikut bergabung dengan tawanya. Perutnya terasa geli menanggapi celotehan Albi yang menurutnya sangat membangkitkan mood. Albi itu sangat menggemaskan, ia punya cara tersendiri untuk mengekspresikan rasa sayang dan cintanya pada Tio. Seperti itu tadi salah satunya.
Tio menyodorkan telapak tangannya ke arah Albi setelah motornya terjebak di lampu merah. Memerintahkan kekasihnya itu untuk meletakkan dagunya di sana. Albi memejamkan mata, menikmati setiap belaian yang diberikan Tio pada dagunya. Membuatnya semakin mengapit jemari Tio di antara dagu dan lehernya. Tentu saja hal itu mengundang perhatian Tio, membuat ia menahan gemas dengan tingkah Albi. Jika dilihat dari sudut pandang orang-orang di sekitar, mereka bak anak ABG bau kencur yang baru pertama mengenal cinta. Bermesraan tidak tahu tempat dan bermuka tebal. Seolah motor yang ditumpangi adalah bahtera dari dunia mereka sendiri.

Tentu saja Tio tidak ambil pusing. Bodoh amat, pikirnya. Selagi tidak merugikan orang lain, Tio akan tetap acuh tak acuh. Ia menyukai ketika tangannya mampu merasakan lembutnya kulit Albi, sangat lembut persis kulit bayi. Sekarang siapa yang bayi gede sebenarnya di sini? Niat untuk mencium Albi di lampu merah pun tiba-tiba terlintas, namun dengan cepat ia tepis. Sudah dicap bermuka tebal, ingin jadi sinting pula? Oh tidak, kasihan Albi harus menanggung malu memiliki kekasih yang agresif seperti ini.
"Mau mampir dulu atau langsung pulang, hm?" Tanya Tio yang sudah menarik tangannya kembali dan berpindah untuk menyentuh lengan yang masih setia melingkar di perutnya.
"Mau pulang dulu aja, Tio. Aku mau cepet-cepet makan bolunyaaa." Jawabnya, "tapi kalau nggak hujan lagi, habis itu kita jalan-jalan ya. Pahamkan prajuritku?"
Tepat ketika lampu sudah menyala hijau, motor mereka kembali melaju. Tio lantas mengiyakan permintaan tersebut sambil berkata 'Siap laksanakan komandan!'
Biarlah, apa pun yang membuat pujaan hatinya senang akan selalu ia turuti. Cuma perkara jalan-jalan itu tidak sulit untuknya, bahkan sampai tangki bahan bakar miliknya mengering pun ia sanggupi. Ia percayakan semuanya pada sepeda motor kesayangannya, kemana pun roda itu berputar membawa mereka. Melintasi berbagai persimpangan, lampu-lampu merah yang tersebar di kota, bahkan dari jalan aspal berubah menjadi bebatuan juga tetap ia patuhi.
Semua terasa mudah, terasa sangat berarti meskipun nantinya sinyal GPS tidak berfungsi lagi. Asalkan ada sosok manis ini yang selalu mengisi jok belakangnya. Sudah ia katakan kan? Albi sangat berarti baginya. Pusat segala dimensi yang ia punya. Berada di sisinya, menemani setiap langkahnya, menjadi sosok yang dapat merangkul jemarinya, serta bagian dari tokoh yang ada di setiap ceritanya, adalah keinginannya, harapannya. Selagi Tuhan mengizinkan, selama itu pula ia menaruh segala kasihnya pada yang tercinta.
"Sayang?"
"Hum?"
"Selamat ulang tahun ya."
Entah Albi mendengarnya dengan jelas atau tidak. Suara bising kendaraan berlalu-lalang di sekitar mereka membuat Tio harus sabar bila Albi tidak terlalu mendengar apa yang ia ucapkan.
"Kamu ingat? Kirain udah saingan sama mbah-mbah, pikunan." Ternyata Albi mampu mendengarnya. Renyah tawanya memanjakan telinga Tio yang sudah memerah gemas ingin membawa tubuh itu ke pelukannya. Ditambah wajah mungil itu semakin ditenggelamkan pada bahunya, menahan semburat merah muda di pipinya.
"Kalau kata orang-orang di Twitter, terima kasih kepada dinosaurus yang telah punah akibat hujan meteor. Lalu tertimbun, menjadi minyak bumi dan diolah untuk dijadikan bensin yang digunakan mobil ambulans menghantar Mamah pergi ke rumah sakit. Terima kasih kepada seluruh petugas medis yang memperlancar proses persalinan Mamah hingga lahirlah Albi ke dunia. Terima kasih juga buat bidan posyandu yang setia memberikan imunisasi kepada Albi, sampai Albi tumbuh jadi anak yang sehat hingga sekarang. Bisa ketemu cowok ganteng macem Martio pula. Terima kasih semuanya, terima kasih ya Tuhan."
Tidak ada ucapan terima kasih kembali maupun kata sama-sama sebagai balasannya. Tetapi ia menangkap gelak tawa yang terdengar cukup geli sampai terbahak-bahak. Membuat dirinya mau tidak mau turut terlibat di dalamnya. Selanjutnya hanya gigitan main-main yang ia terima di bahunya, sudah pasti pelakunya adalah orang yang sudah mencuri semua perhatiannya.
Gerimis yang sempat menemani perjalanan mereka kini telah berhenti, meskipun mendung masih ada. Sepertinya doa Tio dikabulkan. Dengan begini ia dapat mengurangi kecepatan laju motornya. Ingin lebih berlama-lama menikmati kebersamaan dengan cintanya. Bercerita serta menertawakan hal-hal kecil bersama, bahkan setelah lampu jalan mulai menyala dan menyoroti kepergian mereka.

2 notes
·
View notes