#Kesombongan
Explore tagged Tumblr posts
Text
The Bank of America Robbery Tragedy (1997): History, Impact, and Lessons
The 1997 Bank of America robbery changed US security policy. Check out the chronology, impact, and lessons of this tragedy.
Full Article: Perampokan Bank of Amerika Cabang North Hollywood
Source: MalangPostNews
#malangpostnews#Sloth#Wrath#Pride#Greed#NorthHollywoodShootout#SejarahKriminal#AmerikaSerikat#Kemalasan#Kemarahan#Kesombongan#Ketamakan#7 deadly sins
4 notes
·
View notes
Text
memisahkan
mungkin bukan perbedaan yang memisahkan manusia, namun cara pandangnya. seharusnya manusia sadar bahwa tidak ada manusia yang benar-benar sama.
mungkin bukan perbedaan yang memisahkan manusia, namun kesombongannya. seharusnya manusia sadar bahwa tingkatan hanyalah kesalahan manusia mendefinisikan karunia.
mungkin bukan perbedaan yang memisahkan manusia, namun pengetahuannya. seharusnya manusia sadar bahwa hidup hanyalah kesempatan.
aku merasa semakin menjauh dari manusia.
#manusia#perbedaan#memisahkan#pandangan#kesombongan#pengetahuan#karunia#kesempatan#bahasa#sastra#sajak#sajakpendek#sajakgagal#tulisan#guratpena
7 notes
·
View notes
Text
Kekudusan Tuhan Dan Kebenaran Manusia
Hawa nafsu yang tak terkendali dan menganggap diri sudah benar ya manusia, kadang-kadang dalam satu momen kehidupannya dikuasai oleh keinginan. Nafsu yang entah berantah, bermanfaat atau tidak, baik atau buruk: tidak dapat dipastikan. Karena hasrat-hasrat itu terbilang baru dan tidak ada yang menyatakan bahwa itu benar atau itu salah. Ketika hal-hal ini mulai diharapkan, ada rasa yang…
View On WordPress
#arti#berarti#bukti#hasrat#hawa nafsu#kebanggaan#kebenaran#keinginan#kelemahan#kesempurnaan#kesombongan#kesucian#manusia biasa#perbedaan#persamaan#persamaan perbedaan#Sorga
0 notes
Photo
🇨🇳 2️⃣1️⃣ 21 Chino - 中文 - Chinese 要求#孩子們 沒有缺陷,成為#完美 的的人性是 #自大 和不公正 🇭🇺 2️⃣2️⃣ 22 Húngaro - magyar - Hungarian arrogância és igazságtalanság a #gyerekektől azt követelni, hogy #mentesek legyenek a hibáktól és legyenek az emberiség #tökéletessége 🇮🇸 2️⃣3️⃣ 23 Islandés - íslenska - Icelandic Að krefjast #börn um að vera laus við galla og vera #fullkomnun mannkyns er #hroki og óréttlæti 🇮🇳 2️⃣4️⃣ 24 Hindú - हिन्दी - Hindi #बच्चों को दोषों से मुक्त और मानवता की #पूर्ण होने की मांग करना #अहंकार और अन्याय है 🇮🇩 2️⃣5️⃣ 25 Indonesio - bahasa Indonesia - Indonesian menuntut #anak agar bebas dari cacat dan menjadi #kesempurnaan kemanusiaan adalah #kesombongan dan ketidakadilan 🇮🇱 2️⃣6️⃣ 26 Hebreo - עִבְרִית, Ivrit - Hebrew לדרוש #ילדים להשתחרר מפגמים ולהיות #שלמות האנושות היא #יהירות וחוסר צדקת 🇮🇹 2️⃣7️⃣ 27 Italiano - italiano - Italian pretendere che i #bambini siano liberi da difetti e che siano la #perfezione dell'umanità è #arroganza e ingiustizia 🇯🇵 2️⃣8️⃣ 28 Japones - 日本語, Nihongo - Japanese #子供たち に欠陥がなく、#完全 な人類であることを要求するのは #傲慢 であり不正です 🇰🇿 2️⃣9️⃣ 29 Kazajo - қазақ - Kazakh #Балалардан кемшіліктен ада болуды,адамзаттың #кемелдігі болуды талап ету #менмендік пен әділетсіздік 🇰🇪 🇹🇿 🇺🇬 3️⃣0️⃣ 30 Suajili - Kiswahili - Swahili kuwataka #watoto wasiwe na kasoro na wawe #ukamilifu wa ubinadamu ni #kiburi na dhuluma. (en Tutonchany, Evenkiyskiy Avtonomnyy Okrug, Russia) https://www.instagram.com/p/CossVZQPeQA/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#孩子們#完美#自大#gyerekektől#mentesek#tökéletessége#börn#fullkomnun#hroki#बच्चों#पूर्ण#अहंकार#anak#kesempurnaan#kesombongan#ילדים#שלמות#יהירות#bambini#perfezione#arroganza#子供たち#完全#傲慢#балалардан#кемелдігі#менмендік#watoto#ukamilifu#kiburi
0 notes
Text
https://tenggulangbaru.id/2024/12/19/cara-terbaik-meninggalkan-sifat-sombong/
#Cara meninggalkan sifat sombong#Mengatasi kesombongan#Sifat rendah hati dalam Islam#Tips menghindari kesombongan
1 note
·
View note
Text
Kesombongan adalah kekejian bagi Tuhan (Amsal 16:5)
Amsal 16:5 Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. Tuhan membenci semua orang yang sombong. Yakinlah akan hal ini: Mereka tidak akan luput dari hukuman. Sang Penyelidik hati mengetahui kesombongan hati yang mungkin terselubung di balik penampilan yang rendah hati (Matius 6:16). Manusia tidak membenci roh yang sombong ini. Di mata…
View On WordPress
0 notes
Text
"Your Istighfar Need Istighfar."
Begitulah yang sahabat Ali bin Abi Thalib katakan kepada seseorang yang beristighfar tanpa disertai kesadaran. "Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah," kalimat itu keluar dengan sangat mudahnya.
Ini berkaitan dengan ekspektasi, soalnya sebagian orang, jauh di dalam pikirannya, sudah menginternalisasi asumsi bahwa:
"Aku sudah banyak melakukan hal buruk. Aku tau Allah nggak mau aku melakukan hal ini, tapi aku tetap melakukannya dan aku ulangi lagi berkali-kali. Doaku tidak berarti. Apakah taubatku yang sekarang benar-benar dapat menghentikan semuanya secara total?"
Kamu tau nggak? Saat kita berasumsi tentang seseorang, akan muncul kecanggungan atau suasana nggak betah saat berlama-lama berhadapan dengan orang tersebut.
Oalah, makes sense. Ternyata pengen cepet-cepet beres saat shalat, dan beristighfar tanpa melibatkan kesadaran yang lebih dalam, adalah indikator bahwa kita sedang canggung kepada Allah sebab berasumsi tentang Dia yang tidak sesuai dengan sifat-Nya.
Bahkan ya, di momen canggung ke Allah kaya gini, aku sampai di titik seneng/berharap didoain orang lain karena nggak pede dengan doaku sendiri. Karena kupikir orang lain punya hubungan yang jauh lebih baik dengan Allah daripada aku. Pikirku:
"Apakah doa yang datang dari hamba yang kotor ini punya kesempatan untuk di-notice Allah? Masih banyak doa lain dari hamba yang lebih saleh yang perlu diprioritaskan deh kayanya? Aku kurang pantes untuk dapat perhatian itu."
*sebelum lanjut, disclaimer bahwa tulisan ini mungkin tidak bisa diselesaikan dengan 100% consciousness terutama bagi yang memiliki kemalasan emosional untuk berhadapan dengan dirinya sendiri
Tapi surat Nuh (71) memberiku keyakinan yang ingin terus menerus aku re-learn sepanjang hidupku. Omong-omong surat ini punya hubungan paling personal dalam hidupku, surat yang pernah paling jauh mencapai kedalaman hatiku dan punya tempat tersendiri secara emosional di hatiku, seperti kisah Nabi Yunus di urutan kedua.
Bayangkan, untuk ukuran kaum yang dikasih umur panjang dan kesempatan bertaubat lebih banyak, namun terus menerus melakukan kesombongan yang sulit digambarkan (wastakbarustikbaro), Allah saja beri keoptimisan. Apalagi untuk kita yang (mudah-mudahan) tidak sesombong kaum Nabi Nuh.
Bahkan istighfarmu perlu diistighfari.
Emang istighfar itu seharusnya gimana? Kata "istighfar" punya tiga arti:
Meminta ampunan (ask)
Menginginkan ampunan (want)
Mencari ampunan (try to, looking for)
Orang-orang yang punya kemalasan emosional hanya stuck di tahap satu. Kadang-kadang kita meminta ampunan, tapi dari sikap, perhatian, dan kesadaran, keliatan jelas kalau kita ga pengen-pengen amat.
Sama kaya anak kecil yang bertengkar lalu disuruh minta maaf. Ya udah, mereka lakukan sambil memalingkan wajah dan tidak menghadirkan perasaan bersalah. Tidak benar-benar menginginkan pemaafan itu sendiri.
Aku pernah menyuruh seseorang berhenti meminta maaf saking kesalnya karena dia cuma meminta maaf berulang kali tanpa realize seberapa fatal kesalahannya. Kata orang sunda mah haha-hehe dengan watados (wajah tanpa dosa).
Maka kita tidak seharusnya beristighfar, sampai kita sadar (notice-realize-aware) akan hal-hal buruk yang kita lakukan serta menyadari tingkat kefatalannya.
Konyolnya kita suka berpura-pura tidak terjadi apa-apa antara kita dengan Allah. Merasa tidak berutang apapun terhadap Dia yang memberi kesempatan hidup. Duh, paling tidak, milikilah rasa bersalah (feeling bad) dan cobalah ubah diri!
Kita harus menginginkan ampunan. Meminta itu perkara lisan, tapi menginginkan itu perkara hati. Dan istighfar menggabungkan kedua perkara ini. Kemudian, mencari ampunan artinya kita mencoba melakukan usaha agar diampuni. Lidahnya terlibat, hatinya terlibat, serta orangnya, waktunya, tindakannya juga terlibat.
Selain mengingat seberapa fatal hal buruk yang kita lakukan, bagian dari mencari ampunan Allah juga adalah membenahi hal-hal yang seharusnya bisa kita lakukan dengan lebih baik serta memperhatikan hal-hal yang selama ini kita sepelekan. Untuk pembahasan fatal dan sepele, bisa merujuk ke tulisanku tentang Sense of Urgency and Severity.
"Innahuu kaana Ghaffaraan."
Dialah yang sudah, masih, akan, terus menerus, mengampuni. Dengan kata lain, bahkan jika kamu tidak meminta ampunan, sudah banyak hal yang Dia ampuni atas perilakumu. Sudah banyak hal-hal yang sebenarnya kamu layak dihukum secara langsung, tapi Allah memberikanmu kesempatan.
Di lain surat, Allah mengatakan, "jika Allah menghukum manusia karena dosa yang diperbuatnya, maka tidak ada satupun manusia yang tersisa."
Artinya, bahkan ketika kita tidak meminta ampunan atas banyak hal, sesungguhnya Allah sudah mengampuni kita. Tapi terlepas itu, ampunan akan berhenti saat kita wafat dan kita akan dihakimi di akhirat jika tidak bertaubat.
Jika Allah sudah selalu mengampuni, lantas untuk apa kita meminta ampun?
Meminta, menginginkan, dan mencari ampunan bukan jaminan akan memperoleh ampunan. Maka fungsi beristighfar di hadapan Allah adalah untuk memposisikan diri kita serendah-rendahnya sebagai makhluk dan hamba yang tidak sempurna, lemah, dan rentan berbuat salah. Untuk melatih ego agar jadi biasa patuh pada perintah Allah. Serta untuk menunjukkan bahwa Allah—tidak diragukan lagi— selalu jadi tempat kembali seburuk apapun kita keadaannya.
Know ur place, human! Jangan karena Allah Maha Pengampun, kita jadi seenaknya berbuat.
Semoga kita punya kesediaan dan energi untuk menyelami dan berhadapan dengan pekatnya lumpur dosa diri sendiri, serta Dia berikan kemampuan untuk "lizzakaati faailuun" alias "proaktif dalam membersihkan diri."
— Giza, re-learn makna istighfar sambil terus unlearn asumsi yang keliru tentang Allah (nangis dikit ga ngaruh)
Sumber rujukan:
Ust. Nouman Ali Khan
Tafsir Abul A'la al-Maududi
184 notes
·
View notes
Text
Doa-Doa Tak Pernah Selesai
(1)
Tuhan, aku tahu aku punya banyak sekali dosa, juga kesombongan yang entah bagaimana tak kunjung punah. Namun biarkanlah aku bertaubat berulang-ulang, menggunakan hak istimewa yang Kau berikan sejak aku terlahir ke dunia.
Kau sudah pasti tahu kenapa aku datang. Aku sedang menyukai seseorang, tak ingin aku munafik jika di hadapanmu (percuma juga, Kau maha tahu). Jujur saja, hatiku meminta. Namun aku sadar, siapalah aku di hadapan cinta.
Kali ini aku tak ingin mengutuk, meski hatiku sudah mulai ribut. Belum lagi kepala dan seluruh isinya yang semakin hari semakin kusut. Namun izinkan aku menggunakan kesempatan kali ini untuk meminta melebihi dicintai salah satu makhluk-Mu yang lain.
Aku meminta kelapangan dada, agar tak begitu banyak dendam bermukim di sana. Juga rasa benci yang kerap beranak pinak. Rasa iri yang tak kunjung selesai. Rasa dengki yang susah sekali dikenali.
Sebab aku tahu, akar dari hatiku yang semerawut tidak terletak pada keraguanku terhadap cinta, atau perasaanku terhadap dicintai. Ia hidup sebagai kegagalanku menguasai nafsu, amarah dan emosi.
Sepanjang aku hidup, inilah yang paling sulit. Bertikai berkali-kali dengan diri sendiri. Kadang tak mengenali kata hati, terkadang menuduh hati menginginkan yang tak mesti. Kadang menganggap segala hal wajar dilakukan selama bisa bertahan dalam keparatnya dunia (mohon ampun, ternyata aku masih mengutuk).
Tuhan, aku percayakan urusan perut sejengkal ini kepada rezeki yang telah kau takar. Aku percayakan urusan jodoh ini kepada nama yang telah kau sandingkan jauh sebelum aku dilahirkan. Aku percayakan urusan napas ini kepada masa dari garis tangan yang kau tuliskan. Namun, sebagaimana aku percaya usaha yang kadang mengkhianati hasil, biarkan aku tetap tumbuh tanpa pernah menyerah, sekalipun hasilnya bukanlah apa yang kuharapkan. Proses-proses itu, izinkanlah kulalui meski terkadang banyak sekali perdebatan dalam perjalanannya.
Aku meminta lebih banyak kepada kesadaranku akan hal baik yang telah tumbuh, sebagaimana Kau menitipkan pikiran yang mampu dan kritis. Agar tak ada rasa benciku pada pengetahuan, tak ada rasa dendamku kepada tanggung jawab, tak ada rasa iriku kepada mimpi, dan tak ada rasa dengkiku kepada iman.
Tuhan, aku memang menyukai seseorang. Sekali lagi aku tak munafik jika aku menginginkannya. Tapi melebihi dia (sekalipun aku tahu dengan hadirnya di hidupku maka dunia akan lebih baik) aku ingin lebih baik sebagai seorang individu, terlepas aku berhenti menyukainya atau Kau izinkan aku mencintainya seumur hidup.
Gerimis Sebelum Fajar, 22 November 2024
103 notes
·
View notes
Text
Syukur?
Dari kecil sering dibilangin buat lihat "ke bawah" agar kita bersyukur.
Setelah aku dewasa, aku mulai menyadari, bahwa itu bukanlah syukur, tapi sombong yang terselubung.
Karena, sekali kita memandang bahwa orang lain itu ada "di bawah" kita, artinya kita sudah merendahkan dia, meski hanya dalam hati, atau meski hanya dalam "alam bawah sadar". Dan ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa tidak akan masuk Surga orang yang di hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi. Persis sebagaimana iblis yang membandingkan penciptaannya yang dari api, dengan manusia yang dari tanah.
Karena gini, belum tentu orang yang kita anggap bahwa mereka ada "di bawah" kita, itu menginginkan apa yang saat ini kita miliki. Jangan-jangan mereka bahkan gak peduli sama sekali, karena memang bukan itu yang mereka cari. Sementara kita tetap sibuk membanding-bandingkan diri, sampai tak sempat bertanya, apa sebenarnya yang kita cari di dunia ini?
Intinya, syukur adalah tentang melihat ke dalam diri sendiri. Jika kita harus melihat dulu orang lain baru bersyukur, artinya, ada yang salah dengan hati kita.
60 notes
·
View notes
Text
ya Allaah, luluskanlah hamba dari ujian kesabaran, kesyukuran, kecemasan, kesombongan, kesempitan sekaligus kelapangan ini 🥹
26 notes
·
View notes
Text
Pulwama Bomb Attack: Chronology, Impact, and Implications
The 2019 Pulwama bomb attack killed 40 CRPF personnel, fueled India-Pakistan tensions, and highlighted the issue of cross-border terrorism
Full Article: Serangan Bom Pulwama: Kronologi, Dampak, dan Implikasinya
Source: MalangPostNews
#malangpostnews#Envy#Wrath#Pride#Iri Hati#Kemarahan#Kesombongan#PulwamaAttack#IndiaPakistanTensions#StopTerrorism#7 deadly sins
2 notes
·
View notes
Text
Ya Allah aku gatau caranya gimana dengan segala keterbatasan dan keadaanku, tapi semoga yang Engkau Mampukan Ya Razaq, aku cuma pake akal manusia,,sedang Engkau Rabbku.
Untuk hidup yang banyak BMnya, untuk keterbatasan, ketidakmampuan, kebodohan,,kesombongan, keoverthinkingan.
50 notes
·
View notes
Text
Hati Itu Milik Tuhan
Kamu pernah menyembunyikan cerita orang lain dari penglihatanmu agar tak ada rasa iri ataupun kesal ketika melihatnya?
Aku?
Aku tentu saja pernah dan masih ku sembunyikan sampai sekarang. Bahkan bisa terbilang tak hanya satu dua cerita, bisa jadi ada belasan cerita.
Aku hanya ingin melihat segelintir cerita orang yang masih ku hormati, ku segani dan ku anggap baik-baik saja. Selebihnya, mungkin sudah tak ada ruang berlebih untuk mereka di dalam memoriku.
Lalu, kamu yakin ceritamu tak ada yang menyembunyikannya?
Bisa saja dan itu pun hak mereka untuk melihatnya ataupun melewatkannya. Bagi mereka yang melihat, terkadang hanya merupakan rasa penasaran apakah yang dilihatnya sedang bahagia atau bersedih. Sebagian lagi yang melihatnya bila mereka menghargaimu dan menyeganimu, tak jarang akan masuk sebuah opini ataupun sekedar memberikan tanda hati.
Apa yang membuatmu menyembunyikan mereka?
Entahlah. Sulit ku jabarkan.
Bisa jadi agar perasaanku lebih tenang dengan tak lagi mengetahui keseharian mereka.
Sekitar dua tahun lalu semuanya berawal. Aku mulai memutus beberapa celah yang memungkinkan ku mengetahui setiap titik nadir mereka berjalan di muka bumi.
Bagiku, silahkan mereka mengetahui tentang hidupku, namun sebaliknya aku tak lagi peduli dengan hidup mereka.
Lalu, bila suatu saat keadaan sudah benar-benar membaik, apakah kamu akan membuka kembali hatimu untuk memperhatikan kehidupan mereka?
Lagi-lagi, hati itu milik Tuhan. Seketika aku membanggakan pencapaianku ataupun kebersamaan ku, Tuhan akan membalikkan semua dengan begitu mudah. Maka dari itu, mungkin hanya sekedarnya. Ya, sekedar saja.
Tapi, apakah ada rasa kamu ingin semuanya seperti dulu?
10% ya, 90% sisanya ku putuskan akan lebih tenang seperti yang sekarang.
Seiring waktu berjalan, manusia berubah. Namun ada juga manusia yang masih sama seperti awal dia memulai. Bagi mereka yang berubah, ku doakan agar perubahan itu membawa manfaat untuk mereka. Lalu sisanya yang masih sama seperti awal, ku doakan agar tetap menjadi manusia yang memanusiakan manusia.
Lucu bukan? Tentang bagaimana Tuhan bekerja atas hidupmu. Sekecil saja kesombongan tumbuh di hatimu, Ia akan segera mengujimu baik dengan semua kenikmatan ataupun kesengsaraan.
Percayalah, tak ada yang tak mungkin bagi Tuhan.
-ikansawah141224
8 notes
·
View notes
Text
menahan diri untuk tidak saling menakar..
"ngejar apa sih sampai 10 hari Ramadhan aja masih sibuk bikin kue, sibuk jualan, sibuk iklan kerja sampai lembur-lembur. ini udah masuk 10 hari Ramadhan loh harusnya gas polin ibadahnya."
"aku kemarin barusan dapat transferan THR suami, langsung bawa anak-anak ke mall untuk membeli baju baru buat mereka. mall penuh sekali, Masya Allaah, daya beli masyarakat sudah mulai membaik."
"kalau beli baju baru mah gak perlu nunggu lebaran." komentar lainnya
"tapi emang bener kok nasehatnya buat fokus ibadah di bulan Ramadhan, jadi gak usah baper kalau ada yang ngingetin. justru cek hati kita kenapa kita sibuk dengan dunia melulu."
aku tahu sebuah nasihat memang terasa menyakitkan. namun percayalah mereka yang saat ini masih terlihat sibuk update buat kue kering, sibuk jualan, sibuk kerja bahkan sampai lembur, sibuk iklan sana sini bukan berarti enggak beribadah, bukan berarti tidak menerima nasihat. mall terlihat ramai karena banyaknya para pengunjung mall untuk belanja bukan berarti nggak maksimal di bulan Ramadhan. Apalagi masih terlihat update story jualan di 10 hari terakhir Ramadhan.
sebab ada sebagian orang yang pada hari ini memilih masih ada hutang yang harus dibayar, orangtua yang sudah sepuh yang harus mereka kunjungi dikampung halaman. membelikan baju baru untuk anak-anak karena baru dapat THR, membelikan hadiah untuk sanak kerabat. atau mungkin mengejar omset agar bisa memberikan THR, bonus untuk karyawan yang juga mengharapkan penuh untuk orang yang mereka sayangi.
hari ini dan bahkan sampai kapanpun,. kita tidak akan pernah tahu amalan tersembunyi apa yang sedang mereka kerjakan namun tak nampak dipermukaan. bisa jadi amalan ibadah mereka jauh lebih baik dari kita pada hari ini.
sebab mereka menjaga niat, sebab mereka menjaga keikhlasan hati. sebab mereka melapangkan hati mereka untuk banyak memberi maaf kepada orang-orang yang telah menyakiti. sementara kita, sibuk mengomentari, sibuk dengan prasangka-prasangkaan yang belum jua benar adanya, merasa lebih baik sebab melakukan ibadah di bulan Ramadhan.
hati-hati dengan prasangka, hati-hati menilai hidup orang lain. kita tidak akan dihisap penilaian orang lain kepada kita melainkan kita akan dihisap sebab prasangka kita kepada orang lain. kita hanya penonton di kehidupan orang lain. kita tak pernah tahu kesulitan seperti apa yang sedang Allaah uji dalam hidup mereka. tidak pernah benar-benar tahu.
maka salinglah menahan diri untuk tidak saling menakar mana yang lebih baik. sebab yang terbaik adalah yang paling lurus niatnya murni karena Allaah Ta'ala.
sekali lagi, semua orang sedang berjuang, setiap orang punya ladang pahalanya. hanya karena orang lain tidak mengerjakan apa yang kita kerjakan amalan pada hari ini, bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Justru kita perlu bertanya kepada diri, bukankah itu termasuk kesombongan sebab merasa lebih baik dari orang lain?
Astaghfirullaah. Ighfirliy yaa Rabb 💦
Untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal harta, ekonomi. Semoga Allaah menolong selalu dalam keadaan apapun. Dan untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal apapun itu, semoga Allaah mudahkan untuk melaluinya dengan sabar dan tawakal kepadaNya. Pada akhirnya kita menuju Allaah sesuai kemampuan kita dalam mengupayakan. Dan ini tentu atas pertolongan Allaah. Maka jangan lelah untuk selalu meminta pertolonganNya.
pada akhirnya hanya Allaah yang tahu isi hati manusia. jika menemukan sesuatu yang tidak sejalan menurut pandangan kita. cukup sampai pada diri kita saja, cukupkan tanpa berkomentar. jika tak bisa mendoakan maka menahan diri untuk tidak saling menakar. bedakan ya, mana memberi nasihat dan mana membandingkan diri di bulan Ramadhan ini. semoga Allaah menolong kita semua, semoga Allaah mengampuni kita.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Penghujung Ramadhan, 22 Ramadhan 1445 H
52 notes
·
View notes
Text
Batasan Mengenal Diri
Antara tahu dan sadar
“Mengapa ya ada orang yang melakukan kesalahan, dia tahu yang dilakukannya salah, tetapi tidak kunjung berubah?”
Karena berbeda antara “tahu dan sadar”. Tahu hanya sekedar tahu, tetapi jika sadar akan menghasilkan suatu tindakan atau dengan kata lain ada aksi untuk berubah, untuk memperbaiki.
Kadang, kita tahu bahwa diri kita bermasalah, tetapi kita bingung harus bagaimana. Suatu saat ketika kita telah “sadar” mungkin kita tidak akan kebingungan lagi dengan cara melihat masalah yang ada dalam diri kita dengan kacamata yang berbeda, dengan kacamatanya Allah.
“Jadi, apakah perasaan dalam diriku itu salah? Apakah aku tidak boleh marah, kesal, sedih, menangis, kecewa?”
Benar bahwa perasaan-perasaan yang hadir dalam diri kita baik untuk divalidasi. Namun, tidak berhenti di situ saja. Ingat kata-kata ini; perasaan divalidasi, pikiran dievaluasi.
“Kenapa ya saya sedih dan kecewa?” Oke, mari validasi perasaan diri sendiri. Kemudian pikirkan asal mula kesedihan ini, apakah karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi terhadap sesuatu? Apakah kita kecewa dengan takdir yang tak sesuai keinginan kita? Apakah ada bagian dari hati kita yang sulit menerima?
Menyadari bahwa ada hati yang kurang bersyukur adalah hal baik karena telah “sadar”. Nantinya ketika rasa bersyukur telah melanda hati, maka akan lahir hal-hal positif dari perasaan tersebut.
Ya memang, harus berani mengakui bahwa ada kurangnya rasa syukur itu yang menjelma jadi pikiran-pikiran buruk dalam diri, serta melahirkan rasa sedih berkepanjangan. Kita disakiti oleh pikiran kita sendiri.
Dari perasaan-perasaan kita ini saja kita mampu belajar bahwa bersyukur adalah hal mewah. Efek dari bersyukur adalah membuat hati merasa tenang.
Bukankah ini impian setiap orang? Orang-orang menginginkan hidup yang tenang, tetapi lupa bahwa kadang ketenangan dalam hidup diperoleh dari tenangnya hati.
Ada rahasia di balik perasaan iri
“Kenapa ya dia yang kayak gitu bisa dapat banyak rejeki? Sementara, saya tidak.”
Hati-hati dalam mengatakan hal tersebut karena khawatir melahirkan kesombongan dalam hati karena merasa seseorang tidak pantas memperoleh sesuatu, sementara kita merasa kitalah yang seharusnya mendapatkannya.
Apakah kita yang paling mengenal diri kita sendiri?
Allah akan menguji kita pada apa yang paling dipegang oleh hati.
Ujian yang kita alami boleh jadi mengisi ulang apa yang dalam hati kita.
Di satu sisi benar bahwa kitalah yang paling mengenal diri kita, tetapi jangan melupakan bahwa di sisi lain, Pencipta kitalah yang lebih tahu apa yang paling tersembunyi dalam hati kita.
Oleh karena itu, Allah mampu menguji kita dengan apa yang paling dipegang oleh hati kita.
Melihat dengan sudut pandang yang berbeda bahwa ujian adalah jalan untuk dekat pada-Nya. Contohnya sudah banyak pada kisah-kisah Nabi terdahulu yang kita ketahui begitu banyak doa-doa para nabi yang mengungkap ketidakberdayaan diri.
Allah yang paling kenal dengan diri kita, bukan diri kita sendiri. Bukankah kita sering bingung tentang perasaan yang kita rasakan? Tentang emosi yang tak kunjung mereda? Tentang solusi yang tak kunjung datang?
Dia membuat kita tidak berdaya agar kita sadar kita adalah hamba. Jika kita bisa bukan karena kita mampu, tetapi karena Allah yang memampukan.
Saking mudahnya masa kini setiap orang berkoar-koar tentang apapun yang mereka ingin bagikan, pernahkah bertanya dalam diri, “Apa lagi rahasia yang hanya aku dan Allah saja yang tahu?”
Dalam mengenal batasan diri, ada dua ranah. Pertama, ranah usaha. Kedua, ranah yang Allah lebih tahu. Pada ranah kedua ini meliputi ujian. Alih-alih protes pada-Nya, bukankah lebih tenang ketika memikirkan hikmah di baliknya. Meski terkadang hal yang tidak enak bernama ujian itu, makna di baliknya belum kunjung ditemukan, namun terkadang Allah perlihatkan pada nanti saatnya.
Catatan Sharing bersama Mba Sarita dan teman-teman
Sumber gambar: Pexels
Bogor, 4 April 2023
163 notes
·
View notes
Text
"Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tidak berbekas.
Banyak orang baik, tapi tidak berakal. Ada orang berakal, tapi tidak beriman.
Ada yang lidahnya fasih, tapi hatinya lalai, ada yang khusyuk, namun sibuk dalam kesendirian. Ada ahli ibadah, namun mewarisi kesombongan iblis.
Ada ahli maksiat yang rendah hati bagaikan sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, dan ada yang menangis karena kufur nikmat.
Ada yang murah senyum, tapi hatinya mengumpat. Ada yang berhati tulus, tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi keteladanan dan ada pezina yang tampil menjadi figur
Ada orang punya ilmu, tapi tidak paham dalam menjalankan. Ada yang pintar, tapi membodohi. Dan ada yang bodoh tapi tak tahu diri.
Ada orang yang beragama, tapi tidak berakhlak. Ada yang berakhlak tapi tidak berTuhan. Lalu, di antara semua itu, aku ada dimana?
Na'uzubillah min dzaalik, semoga tidak ada tempat kita disana.
-Ali bin Abi Thalib
Inikah hari-hari kita saudaraku...?
168 notes
·
View notes