#CATSahabaTumblr
Explore tagged Tumblr posts
penaimaji · 4 years ago
Text
Refleksi 2020: Sabar dan Taat
Jadi, ceritanya aku mau refleksi di tahun 2020 ini. Kalau 2019 kemarin banyak dramanya, maka nggak jauh beda sama 2020 wkwk. Alhamdulillah 'ala kulli haal, asliiii tahun ini terasa begitu berat karena yang harus aku taklukkan adalah diriku sendiri. Babak belur dihantam realita kehidupan yang hampir membuatku menjadi manusia setengah sinting, haha.
2020 ini aku banyak belajar tentang sabar dan taat. Sabar atas ujian-ujian yang terus bertandang; sabar menerima hal-hal yang tak terduga dan diluar kuasaku; sabar menghadapi murid-muridku juga atasanku. Eh.
Taat, disini konteksnya luas, nggak cuma taat pada Yang Kuasa aja, tapi juga taat pada orang tua; taat pada peraturan baru selama pandemi; taat pada atasan; taat pada pemerintah atas kekisruhan yang terjadi selama setahun terakhir ini.
Sebentar sebentar, mau menertawakan diri sendiri dulu wkwk (pegang perut). Taat dalam konteks luas ini adalah hal yang paling sulit kulakukan. Why? Aku cenderung punya pandangan sendiri tentang sesuatu, apapun itu. Aku suka melakukan intervensi pada peraturan-peraturan atau keputusan yang menurutku kaku, unlogic bahkan unrealistic. Bahasa ngelesnya sih lebih suka diskusi dulu, sampai mencapai kata mufakat ehe.
2020 belajar menerima keadaan; belajar memahami dan menerima diri sendiri yang masih harus diperbaiki. Semakin hari, rasa insecure ini kian menjadi-jadi wkwk ngerasa kayak nggak layak hidup. Tapi ya sudah, harus terus belajar mencintai diri sendiri sepaket dengan kekurangan.
Apabila 2020 berbicara tentang kegagalan, maka 2021 aku akan berusaha bangkit dan menerima semuanya dengan sebaik-baik penerimaan, semoga Allah masih beri kesempatan. 2021 tak hanya menyiapkan target dan tujuan, tapi juga menetapkan apa-apa yang harus aku hindari supaya tidak melakukan kesalahan yang sama.
Mungkin kita punya cerita yang berbeda, yang sama adalah kita tetap berjuang. Pesanku, terutama untuk diriku, tetaplah berbuat baik dengan tulus, meski dunia terkadang licik, dan tak berpihak pada kita. Bukankah kebaikan akan melahirkan kebaikan lainnya? Bukankah kebaikan itu akan kembali pada diri kita sendiri?
Sabar mungkin terlihat klise. Namun, bagaimana kalau tidak ada pilihan lagi selain sabar? Allah saja menjanjikan pahala tanpa batas bagi mereka yang sabar.
Barangkali, Ia ingin kita belajar dari kesalahan-kesalahan kita sendiri. Mintalah pada Allah untuk selalu ditunjukkan mana yang baik dan buruk. Sebab, penglihatan manusia memang terbatas, mintalah pada-Nya, niscaya Ia yang akan menunjukkan.
Blitar, penghujung tahun 2020 | Pena Imaji
136 notes · View notes
hudasyahdan · 4 years ago
Text
Tahun Perkenalan
Tahun ini, barangkali adalah tahun dimana kita mengenal banyak hal. Di awal tahun kita sudah diperkenalkan dengan varian virus baru, berjamurnya berita tentang kesehatan yang collapse di Wuhan, hingga akhirnya kemudian kita sendiri yang merasakan bagaimana beratnya ujian itu saat telah tiba di bumi pertiwi tercinta.
Tahun ini kita belajar lebih mengenal diri kita sendiri. Dalam masa-masa banyak pekerjaan maupun pembelajaran dirumahkan, kita mengenal betapa kuatnya diri kita yang sudah. Jaga malam hingga pagi, menahan kantuk dan mengerjakan tugas yang bertumpuk, hingga mengusahakan belajar dan mengaji di sela waktu kosong kita. Betapa hebatnya diri kita saat itu. Sesuatu yang dulu amat jarang kita kenal, hingga sekarang kita bersyukur diberi kekuatan untuk tetap bertahan walau ada begitu banyak perubahan.
Tahun ini kita belajar, bahwa banyak batas yang kita ciptakan ternyata mampu kita lampaui. Kita yang dulu hanya berputar pada kebiasaan yang sama, pada pola yang tak berubah, ternyata mampu ketika harus beradaptasi dengan kenormalan yang baru. Kita mulai mengenal diri kita yang ternyata mampu belajar walau hanya di depan layar, kita mengenal diri kita yang ternyata bisa memasak walau kadang suka keasinan, kita mengenal diri kita yang ternyata memiliki jiwa wirausaha walau hasilnya masih belum sebetapa. Tapi kita tahu, kita mengenal diri kita yang baru. Yang berani menembus batas-batas yang dulu membayangkan saja sudah terasa beratnya.
Tahun ini beberapa dari kita barangkali mengenal kehidupan yang berbeda. Yang dulu di kos atau asrama serba mandiri, semua terpenuhi, ketika dirumahkan akhirnya kita mengenal dunia sebenarnya yang kadang disembunyikan oleh orang tua kita yang mulai menua. Kita lihat bagaimana keadaan rumah, yang bisa jadi menenangkan, atau ternyata bagi sebagian yang lain adalah kengerian yang tak terbayangkan. Ada satu dua masalah yang dulu tak terpikirkan, kadang berat, sering mudah, tapi syukurnya kita akhirnya tahu bahwa dari lingkaran terdekat kita harus mendukung, membantu, dan mendekap erat.
Mengenal perjuangan mencari nafkah yang tak mudah, akhirnya membuat kita lebih berhati-hati membelanjakan uang untuk sebungkus pizza atau segelas boba. Mengenal kondisi keluarga yang kadang tak seperti yang diduga, akhirnya membuat kita belajar untuk memperbaiki komunikasi dan mencoba saling mengerti. Masing-masing memiliki porsi, maka alih-alih iri, kita mengenal bagaimana upaya untuk menemukan solusi. Semoga Tahun ini mengajarkan kita menjadi calon orang tua yang bijak, juga seorang anak yang berbakti.
Tahun ini, kita mengenal lingkaran-lingkaran baru yang dulu tak pernah kita tahu. Lingkaran pertemanan, lingkaran komunitas, dan lingkaran-lingkaran baik lainnya. Berawal dari sekedar mengisi kosongnya waktu, hingga akhirnya menjadi proyek besar yang terasa kebermanfaatannya. Walau terkadang satu dua proyek berhenti, walau terkadang perlu kita merumuskan tujuan kembali, tapi kita dari lingkaran itu kita mengenal orang-orang baik. Rapat dan ide besar itu bermunculan, hubungan hangat dan kekeluargaan itu terasa, walau tak pernah kita langsung bertegur sapa. Betapa hangat, betapa erat.
Tahun ini pula, kemudian takdirNya mempertemukan kita dengan sosok yang barangkali hanya kita kenal lewat tulisan mereka. Sosok yang dalam tulisan terlihat amat bijak, ternyata dalam forum yang sama kebaikan dan kebijaksanaannya melebihi yang kita sangka. Tulisan indah yang kita lihat di media sosial, ternyata juga tercermin pada pribadi penulisnya yang amat berkesan.
Tahun ini ada begitu banyak yang kita kenal. Berjuta manusia, berjuta perangainya. Kita belajar saling membantu, saling mendukung, dan kadang bersabar dalam ketidaktahuan sebagian yang lain. 2020 sungguh tahun perkenalan yang amat menakjubkan.
 “The world has changed, and none of us can go back. All we can do is our best. And sometimes, the best that we can do is to start over." -Peggy Charter dalam Captain America.
Terima kasih sudah berkenan untuk memulai mengenal banyak hal baru. Selamat memulai 2021 dengan kebaikan yang tak berbatas. Selamat untuk terus belajar mengenal.
92 notes · View notes
fransdeta · 4 years ago
Text
Catatan Akhir Tahun
Disaat semua yang kamu anggap dengan "Kegagalan"
Sebenarnya kamu telah diberi kesempatan untuk memperbaiki sebuah kegagalan yang mungkin pernah telewatkan atau kamu secara tidak sengaja mungkin pernah membuat Tuhan kecewa.
2020, bukan perkara mudah untuk menjalankan ini semua.
Kekecewaan, kegagalan, penolakan bahkan perihal ditinggalkan-pun seperti sudah menjadi bagian yang terpatri dalam tahun ini.
2020, apakah kau sudah berjuang cukup baik? Atau jangan jangan hanya sekedar mengikuti alur hidup?
2020, apakah semua resolusi yang kau susun tercapai atau justru tak ada satupun yang terwujud?
2020, hampir tamat, bagaimana? kau ternyata cukup kuat bukan untuk menjalani 365hari ini dengan baik.
2020, terimakasih sudah memberikan kesempatan untuk menjalankan apa yang sudah digariskan kepada sang semesta.
2020, pelajaran yang didapat ialah, tidak semua usaha berbuah manis, tidak semua yang berjuang akan menang, tidak semua hal dapat dipaksakan, baik tentang percakapan, persahabatan, hubungan, bahkan cinta.
Tidak peduli seberapa kacau 2020-mu. Yang terpenting kau sudah berada dititik ini bagiku kau hebat.
Saatnya kita memperbaiki diri untuk menyambut 365 hari baru.
Semoga bahu, kaki, jiwa dan raga kuat untuk menghadapi kenyataan yang akan terjadi nanti.
Yang terpenting ialah "bekerja keraslah mengejar impian tapi mulailah dengan rasa ucapan syukur." Fransdeta
Selamat anda pemenang!
i'm so proud of me!
Yogyakarta, (hampir) akhir desember 2020
71 notes · View notes
maitsafatharani · 4 years ago
Text
Heal the World
Aku pernah membayangkan.
Tahun 2020 dengan segenap ceritanya, akan sangat menarik di masa depan. Tentu saja, hal itu baru bisa terjadi ketika kondisi bumi membaik, kan.
Dan ketika waktu itu tiba, mungkin kita akan menjadi story teller terbaik untuk anak-cucu kita. Bagaimana kecemasan yang datang begitu status pandemi didengungkan. Tentang sekolah-sekolah yang diliburkan sementara, kemudian menjadi School From Home yang rupanya berkepanjangan. Tentang pekerjaan yang mendadak dialihkan ke rumah, kalaupun tidak, pegawai harus masuk bergantian, tak boleh ada keramaian. Tentang tenaga kesehatan yang tiba-tiba menjadi garda depan, menjadi pahlawan, dan betapa banyak pula yang tumbang berguguran. Tentang kabar simpang siur yang membuat penduduk bumi terpecah-belah: apakah bencana ini nyata/tidak, apakah virus ini benar berbahaya atau hanya berita dari oknum yang melebih-lebihkan.
Besok, setelah keadaan bumi membaik, 2020 akan menjadi bab tersendiri dari buku sejarah di seluruh dunia.
Mungkin, sejarah yang dituliskan pun akan menghasilkan beberapa versi. Tergantung, siapa yang menulis dan apa tujuannya.
Buatku, tahun ini rasanya luar biasa.
Sadar atau tidak, aku semakin menghargai hal-hal kecil, yang semula mungkin terlupakan bahwa hal-hal kecil itu merupakan bagian dari nikmat-Nya.
Sesederhana bisa bernafas lega di rumah tanpa masker. Masih bisa berdekatan dengan keluarga tanpa harus isolasi. Mencoba banyak resep baru dari youtube bersama bapak dan ibu. Sumpah dokter yang dinanti, harus diselenggarakan online.
Semua yang tampak berat di awal.
Tapi ketika menjalaninya, tidak terlalu buruk juga.
Dalam beberapa hal, justru ada nilai plusnya. Seminar ilmiah yang bisa disaksikan hanya dari rumah. Live seminar dengan pembicara terbaik yang bisa disaksikan siapa pun, padahal biasanya tidak banyak seminar offline bagus yang bisa kita datangi kecuali dengan akses memadai.
Aku semakin mudah merasa ‘cukup’.
Cukup bisa makan lauk rumahan tanpa banyak keluar untuk jajan.
Cukup bisa bersua lewat video ataupun suara untuk bertukar pikiran.
Cukup dengan apa yang aku miliki, alih-alih kalap memenuhi keinginan yang kadang tidak sesuai kebutuhan.
Aku belajar, bahwa merasa cukup adalah kunci supaya mampu bertahan. Karena rasa cukup berkawan baik dengan kesyukuran. Tidak lagi menyesali keadaan.
Tapi, sebagaimana setiap pembelajaran akan diakhiri dengan ujian dan kelulusan. Kuharap, pembelajaran dan ujian ini akan sampai pada tenggat waktunya.
Dan, bila saat itu tiba, semoga kita semua lulus ya.
Sekarang, kita jalani dulu sebaik mungkin. Semoga, kita segera naik kelas.
65 notes · View notes
ummumukhbita · 4 years ago
Text
Refleksi 2020 : Meluaskan Sabar dan Syukur
Kamu mungkin ingin mengeluh, atas segala rencanamu yang berujung gagal. Atas segala impianmu yang harus tertunda bahkan urung terlaksana. Alih-alih jadi lebih baik, tahun ini kamu merasa hidupmu malah jungkir balik.
Cukup. Semua tidak akan selesai dengan mengutuk keadaan. Hari-hari terus berganti dan tidak terasa tahun ini akan selesai kamu lalui. InsyaAllah
Agaknya kamu perlu merenungi, bahwa diantara sekian banyak hal tak menyenangkan yang hadir di tahun ini. Deretan hikmah menunggu untuk dipelajari.
Bersabar. Di tahun ini tanpa sadar kamu ditempa untuk lebih sabar. Meluaskan kadar sabarmu lebih dari biasanya. Melapangkan hatimu untuk menerima segala ketapan-Nya. Bersabar menghadapi arah hidup yang tak disangka begitu cepat berubah. Bersabar menghadapi segala hal tak terduga yang berada di luar kendalimu. Dan atas izin Allah, lihatlah, ternyata kamu mampu melaluinya.
Bersyukur. Di tahun ini kamu akhirnya menuai syukur lebih dari biasanya. Kamu yang biasanya mengeluh saja sepanjang hari kemudian menyadari. Bahwa sungguh apa-apa yang kamu keluhkan selama ini---kesibukan, deretan agenda, dan pertemuan--- nyatanya adalah sesuatu yang harusnya kamu syukuri.
Dan saat melihat keadaanmu hingga kini, beruntungnya dirimu masih dalam kondisi sehat. Wajah keluarga yang sebelumnya jarang tertangkap mata kini menjadi pemandangan yang kamu lihat setiap hari. Belum lagi kebutuhan sehari-hari yang Alhamdulillah masih tercukupi, sementara saat melihat ke bawah banyak yang bertaruh nyawa di tengah wabah demi sesuap nasi.
Teruslah bersabar dan bersyukur. Sebab ujian seberat apapun akan terasa mudah saat sabar menjadi penawarnya. Dan nikmat yang hadir meski sekecil apapun, saat kamu terus pupuk subur rasa syukurmu, hidup akan terasa cukup. Dan tak ada lagi dalam kamus hidupmu rasa kekurangan.
Karena...
Bukankah iman itu memang setengahnya adalah syukur, dan separuhnya adalah sabar? Bukankah dua-duanya menjadi terasa nikmat? Bukankah dua-duanya membuat Allah, ridha-Nya, dan surga kian dekat?
(Salim.A Fillah)
Palembang, 31 Desember 2020 || 15.40
56 notes · View notes
ai-raa · 4 years ago
Text
Bagaimana kau membaca 2020?
Tujuan yang tak sampai Harapan yang patah di tengah jalan Mimpi yang lepas Tumpukan rencana sisa wacana
Tenggelam, dalam kubangan dosa dan sesal
Tulisan-tulisan sedih Mata yang selalu hujan Bibir kelu, kata-kata kehabisan tenaga
Tubuh rebah, kelelahan menghadapi segala macam pertarungan yang tak tampak
Cemohan Makian Penghakiman Suara-suara bising dari luar; Menyakitkan perasaan Membuat ngilu hati
Jatuh Hancur Putus asa Hilang
Menemukan Kembali Bertumbuh
Tahun boleh habis tapi sabarmu semoga tidak. Ini bukan akhir, namun hanya ujung dari satu perjalanan: 2020 yang telah menggoreskan beragam kisah.
Tetaplah tangguh; terhadap apa pun yang kelak akan menyapa di depan sana. Selalu sediakan ruang tuk menerima segala hal yang didatangkan tiba-tiba. Takdir memang penuh rahasia, bukan? Bersiaplah!
55 notes · View notes
fadhilahnfhd · 4 years ago
Text
31 Desember 2020
2020, terimakasih telah mengajarkan, jangan tergesa gesa, ketergesaan teramat dekat dengan bisik bisik setan..
2020, terimakasih telah mengajarkan, kita hanya perlu menjalani peran yang sudah jelas nyata teremban saat ini dengan maksimal. Peran yang belum bertambah. Hati dan cinta yang belum terbagi, masih utuh milik Ayah Ibu, Kakak Adik sanak keluarga.
2021, ku titipkan semua harap, cita, dan kekhawatiranku pada Sang Kuasa Penggenggam Takdir. Doaku masih sama, semoga ketika pun kelak ada makhluk lain yang akhirnya ku cintai, semoga Beliau yang dapat pula mencintai Ayah Ibuku sebagaimana cintanya pada Ayah Ibunya, dan semoga bagiku pun demikian.
Puskesmas, 31 Des 2020/ Fadhilahnfhd
38 notes · View notes
ansefast · 4 years ago
Text
Memaknai 2020
366 hari bukanlah jumlah yang banyak. Tapi lebih dari cukup untuk menyadarkan bahwa tak sehari pun siapapun bisa bertahan tanpa daya dan pertolongan-Nya.
Kita masih bisa hidup hingga saat ini pun, karena telah dipercaya oleh-Nya bahwa kita mampu. Karena masih ada tugas-tugas dan tanggung jawab yang mesti kita tuntaskan sebagai bekal pulang.
Tahun ini, ujian mengendalikan perasaan terasa lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini pula, mbah kakung dan mbah putri berpulang setelah sekian waktu menjadi ujian ketaatan dan bakti bagiku juga bagi Ibu.
Ada banyak yang pergi, dan tak sedikit yang masih bertahan. Ada banyak pelajaran baru tentang kesabaran dan penerimaan. Ada banyak pengingat untuk terus memperbaiki diri, meski harus dengan kabar kematian yang berlalu lalang tak terduga. Pun, ada banyak kesyukuran seiring banyaknya kabar pernikahan dari orang-orang terdekat.
Begitu banyak pelajaran bermakna yang dihadirkan di tahun ini. Terutama, tentang betapa manusia bukanlah (si)apa2 tanpa pertolongan dan kebaikan-Nya. Tak sedikitpun kita pantas untuk jumawa atas apapun yang kita capai.
Semoga kita masih diberi waktu, untuk terus belajar menjadi sebaik-baik hamba. Berupaya menghadirkan kebaikan terbaik sekecil apapun untuk setiap peran yang diemban. Termasuk, berbaik hati kepada diri kita sendiri
Ya Rabbi, karuniakan kepada kami kemampuan bersyukur atas segala nikmat yang datang dalam berbagai rupa. Yang kadang kami mengira ia adalah duka derita. Padahal, kami yang sebenarnya bodoh untuk memahami kasih sayang-Mu yang begitu sempurna :")
Di antara hujan, 31 Desember 2020
31 notes · View notes
wedangrondehangat · 4 years ago
Text
Tumblr media
• 2020 •
2020 diawali dengan berbagai rencana dan mimpi. Mata yang berapi-api.
2020 awalnya adalah tahun penuh harapan dan cita-cita, untuk berbagai pencapaian yang belum ada, juga tahun yang berharap bisa mengobati luka pada tahun sebelumnya.
Namun, menjelang Maret, pandemi terjadi.
Kabar seseorang yang dicinta pergi— datang silih berganti.
Masih pandemi, Kabar korupsi penguasa negeri datang lagi, kali ini makan dana bantuan untuk rakyatnya sendiri.
Belum lagi, tragedi kematian enam orang pemuda yang gagal dilindungi oleh negeri sendiri, semakin hari semakin menyayat hati akibat adanya silang pendapat antara saksi dan aparat negeri.
Dibalik itu, ada hal-hal pribadi yang kita alami, tapi tidak kita mengerti. Rasa ingin menyelesaikan studi, ingin menemukan pekerjaan agar mandiri, ingin pergi untuk menghabiskan hari dengan diri sendiri, atau bahkan perasaan ingin dicintai oleh seseorang yang kita juga cintai.
Kini, 2021 tinggal menghitung hari. Sudahkah kita berpikir, apa yg bisa kita lakukan untuk memperbaiki semua ini?
( Podcast bergambar bisa dilihat via instagram @kita.sementara )
_____
Ruang: 2020 — dan apa-apa yang (sementara) terjadi di dalamnya
Perjalanan hidup kita tentu berbeda satu sama lain, tetapi untuk tahun ini, kita menghadapi hal-hal serupa, berbagai kenyataan pahit di depan mata;
Pandemi yang merenggut banyak orang yang kita cintai, yang meredupkan banyak mimpi yang awalnya bersinar terik bak mentari, yang mengacaukan rencana demi rencana yang sudah kita susun begitu rapi.
Kita sama-sama menerima keadaan ini, ya? Kita sama-sama menerangkan mimpi-mimpi kita lagi, ya? Kita sama-sama susun berbagai rencana lagi, ya?
Kita optimis ya untuk 2021.
Kita sudah berjalan sejauh ini, berarti kita cukup kuat untuk bertahan, kan?
_____
Jaga jarak
Jauhi kerumunan
Jangan lupa pakai masker
Jangan lupa cuci tangan
Jika tidak terdesak, sebaiknya di rumah saja
Bdg, 22 Des 2020 | 18.24 | @wedangrondehangat
27 notes · View notes
lucifermorningstark · 4 years ago
Text
Segala hal terkutuk, yang dimulai di tahun angka kembar.
Tahun 2018, dikarenakan gangguan Auto-imun kesehatan saya menurun dengan cepat. Seorang teman yang berprofesi sebagai dokter memberikan pendapat profesional-nya betapa saya harus "bersiap-siap" Sebab selalu akan ada kemungkinan bila saya berakhir sebagai seorang penyandang disabilitas. Jika itu belum cukup, disaat yang sama kondisi finansial saya juga memburuk, saya mengalami semacam kebangkrutan. Puncaknya secara sepihak saya memutuskan hubungan dengan kekasih saya dan tentu saja membatalkan pertunangan dan harusnya pernikahan kami. Pikiran saya waktu itu, tentu saja bahwa dengan penyakit yang menggerogoti tubuh saya secara pelan tapi pasti serta kebangkrutan finansial, akan menjadikan hari-hari depan kian suram dan tak pasti. Saya benar-benar jahat jika disaat seperti ini justru meminta kekasih saya untuk terlibat dengan semua malapetaka ini. Sungguh ini bukan suatu pembelaan saya juga toh! Tak membutuhkan pembenaran. Kekasih saya itu tentu saja berusaha untuk tetap bertahan dan jelas-jelas sudah berkorban. Tapi dengan hati yang dingin saya tetap mengakhiri hubungan kami. Saya yang salah dan saya jelas sama sekali tak bangga dengan itu. Sebagai yang jahat saya siap dikutuk untuk semua itu, mulai dari hari dimana saya mengambil keputusan itu, hingga untuk selama-lamanya. Tentu saja saya juga mengalami keterpurukan. Hingga setahun berikutnya meski tampak kuat dan baik-baik saja, saya sesungguhnya kian lebur di mana-mana. Akhir 2019, saya mencoba untuk bangkit dengan tertatih-tatih. "Mantan" Kekasih saya itu sudah bisa "move on" Dan percaya-lah saya menjadi orang yang paling senang, lega dan bahagia untuknya. Dalam perhubungan kami, saya-lah "bajingan"-nya terlepas dari berbagai alasan dan sikon apapun. Siapapun yang berani berada dalam pihak saya dan mencoba membela saya apalagi sampai nyinyir terhadap keputusan "move on" mantan kekasih saya itu, yah sejatinya orang-orang ini malah menjadi ular-ular berudak di sekitar saya. Semula progres perkembangan saya berjalan dengan baik, meski tentu saja jauh dari sempurna. Hingga tahun terkutuk ini datang. Per bulan April lalu, saya seolah-olah dilemparkan lagi ke jurang keterpurukan saya di masa lalu. Sebagai seorang dengan gangguan Auto-imun, sebelum ditemukan vaksin, sebelum ada vaksinasi massal. Maka keadaan di luar sana menjadi sangat berbahaya untuk saya maupun orang lain. Bukan sekedar saya yang bila sampai tertular maka kelanjutannya adalah jelas penderitaan tak terperikan hingga meninggal namun juga potensi orang seperti saya justru secara tanpa sadar menjadi inang atas virus terkutuk ini. (Belum lagi terhadap faktor betapa para pemegang kekuasaan terlihat abai dan gagal dalam mengedukasi maupun masyarakat luas untuk usaha pencegahan 3M dan bahaya penularan virus) Di awal-awal masa pandemi jujur saja saya hampir menjadi gila. Keputusasaan yang saya rasakan jelas lebih dari sebagian besar orang di sekitar saya. Ibarat jika seluruh dunia ditampar sekali, maka saya sudah otomatis tertampar dua kali. Saya benar-benar percaya bahwa garis takdir saya berakhir dititik ini, menjadi manusia yang terpuruk putus asa hingga oksigen terlalu malas untuk bersirkulasi di tubuh renta-nya. Bintang -bintang saya sudah habis. Untung-lah ada ibu saya, beliau yang dengan nasehat dan penghiburan nya, berhasil membuat saya bertahan dan pelan-pelan melenyapkan pemikiran-pemikiran sesat dan pendek tentang menegak racun, memotong nadi atau sekedar menguntungkan tali di langit-langit rumah. Sejak itu, saya berusaha tetap "waras" Saya mulai kembali membaca koleksi buku-buku saya yang belum sempat terselesaikan. Mencoba memahami pandangan -pandangan baru, mendalami filsafat dan ajaran agama serta menuliskan segala kegundahan saya, baik di mikro blog berlatar biru ini atau sekedar menulis di catatan yang tersimpan dengan sekenanya di folder komputer desktop. Kembali mempelajari sistem operasi komputer Linux, mencoba meneruskan hobby kecil saya dalam bidan toy photography, mempelajari tips dan trik baru dan lain sebagainya. Tentang catatan akhir tahun ini, kita semua tentu saja memiliki cara pandang yang berbeda. Saya harus mampu "menghargai" Dan menoleransi semua buah pemikiran-pemikiran itu, meski saya tidak pernah bisa untuk setuju. Ada narasi-narasi yang menyatakan bahwa kita harus bersyukur karena berkat "titik-titik" Ini kita jadi bisa lebih dewasa, mengenali diri, lebih menghargai, lebih menghormati dan lain sebagainya. Saya tetap tak bisa berkata seperti itu. Bagi saya penjahat tetaplah penjahat, bencana adalah bencana. Saya tetap akan menganggap virus ini adalah sebenar-benarnya penjahat dan pandemi ini adalah kutukan yang tak terperikan terhadap umat manusia. Apa-apa yang bisa saya capai di masa-masa suram ini, bukanlah merupakan prestasi! Ini hanya merupakan sebuah konsekuensi atas usaha untuk tetap waras. Pandemi sialan ini sama sekali bukan "memberi kesempatan bagi kita untuk.... " Tapi dengan kejamnya memaksa kita untuk berdiam dan menumpulkan diri hingga membusuk. Semua masa-masa terkutuk ini harus bisa diakhiri. Omong kosong adalah tentang bagaimana berdamai, hidup berdampingan dan segala penerusan dusta dan rajukan. Masa depan sebaik dan seindah apa yang bisa diharapkan dengan kewajiban memakai masker bahkan dihadapan keluarga inti? Masa depan se normal apa yang bisa digambarkan dari kebiasaan para manusia yang harus saling menjaga jarak atau saling menerkam.    Dan masa depan yang hendak dibawa kemana jika dalam setahun setiap individu harus antri untuk disuntik vaksin seperti ternak atau lari dari kewajiban vaksin dan pelan-pelan menjadi bangkai akibat penyakit? Entahlah! Tahun ini buruk, hanya saja saya masih beruntung karena masih dapat bertahan, tahun depan sama sekali belum memberikan kepastian selain dukacita yang tengah mengintip dari segala sisi. Dan meski pada akhirnya semua hari-hari yang penuh bahaya ini bisa berakhir, jika-pun saya ditakdirkan untuk mencapai usia tua. Maka terkecuali saya telah menjadi sedemikian hina, layu dan pikun, saya tak akan sudi menceritakan masa-masa ini dengan bumbu -bumbu romantika.
24 notes · View notes
akarliar · 4 years ago
Text
75
2020: tiga buah kata
Di tahun yang berat ini, aku belajar mengeja makna dari tiga buah kata —sabar, syukur, dan iman.
Sabar.
Setelah dihadapkan pada banyak luka dan kehilangan, tak lantas membuat yakinku surut bahwa yang terbaik adalah apa saja yang ada dalam rencana-Nya.
Syukur.
Sesulit apa pun keadaannya, justru membuatku bisa melihat dari berbagai sudut pandang lain —ternyata masih diberi kesempatan untuk hidup dan menghamba kepada-Nya adalah salah satu nikmat terbesar yang sering alpa untuk disyukuri pemberiannya. Sesuai janji-Nya, nikmat akan bertambah sejalan dengan tingkat syukur yang dipunya.
Iman.
Pada akhirnya aku menyadari, iman akan membuat siapa saja yang memilikinya menjadi begitu tenang menjalani hidup di dunia yang hanya sementara. Tak ada kekhawatiran sama sekali. Karena ternyata punya Allah dalam hidup sudah cukup. Bersama-Nya, semua akan baik-baik saja.
Dan bersiaplah, perjalanan untuk menyelami makna dari kata lainnya akan segera dimulai.
21 notes · View notes
shofikhairina · 4 years ago
Text
Melapangkan
2020 mengawali tahun dengan kondisi bumi yang sakit di belahan negara lain dan qadarullah mengakhiri tahun dengan kondisi yang sama namun kasusnya nampak sangat dekat. Banyak peristiwa diluar kepala terjadi, sebagian besar orang melakukan  pengorbanan mulai dari hal kecil hingga merubah planning atau malah banting setir, tidak sedikit pula diantara kita yang terus menerus belajar merelakan, melapangkan dan mengikhlaskan. 
lagi-lagi banyak hal yang di risaukan tanpa henti, tapi nyatanya lupa berserah diri pada Illahi. kebanyakan dari kita menyalahkan kondisi, padahal hikmahnya lebih banyak jika di terima dengan lapang hati.
segala kejadian yang kita lalui selama 2020 ini bukan tanda Allah tak sayang, namun Allah sedang mendidik kita agar terus tegar dan selalu berusaha dengan senantiasa menyertakan-Nya pada setiap pijakan.
mengawali 2021, semoga doa-doa kebaikanmu selalu dipanjatkan, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan orang-orang yang sedang susah payah berjuang diluar sana dan untuk bumi ini kembali sehat.  Barakallahu fiikum.
Klaten, 31 Desember 2020
25 notes · View notes
matapelangi · 4 years ago
Text
Kini akhirnya 2020 bisa melepaskan diri sesuai perhitungannya 📝
Kita mungkin pernah dalam kesepian yang gelap, dijerat dengan beban yang cukup berat. Pernah juga dalam keramaian yang bising dengan keriuhan yang tak tertanding. Intinya sedang berjalan pada titik dimana sama-sama mencari perdamaian diri masing-masing.
But, ada 1 kebutuhan yang semua orang butuh. Sekalipun ia tak percaya, meskipun ia tak peduli, bahkan tidak ada dalam fikirannya. Namun, di hati yang paling dalam, ia sangat ingin dan akan mencarinya suatu saat yang pasti. Apa itu? Dia adalah Tuhan -Allah Ta'ala-
Satu-satunya Zat yang tanpa berpegang teguh maka manusia akan kehilangan arah.
Pertanyaannya, saat kita kehilangan peganggan lalu sering dikecewakan manusia. mengapa malah menjauh dari-Nya?
Mungkin ini yang membuat mata menjadi buram seperti tidak ada solusi yang terlihat. Kecuali bagi manusia yang percaya & mampu mentadaburi hakikat semesta. Sehingga seberat apapun yang di alami, hatinya akan penuh kesyukuran.
2020 mengajarkan tak selamanya harapan sesuai kenyataan dan tidak semua yang di wujudkan baik akhirnya. Sudah banyak kita lihat, orang yang diberikan impiannya malah menjadikannya hina karena korupsi. Tak hanya itu, banyak orang yang selalu di wujudkan keinginannya malah tidak membuatnya bahgia.
Kembali lagi dalam konteks awal, se semrawut apapun kehidupan. Pusat ketenangan hanya 1 Yaitu Tuhan Manusia -Allah Ta'ala-
20 notes · View notes
sazzadiyatan · 4 years ago
Text
Tahun Penuh Perjuangan-2020
jadi ceritanya mau nulis memori tahun yang begitu spesial ini, ya sebagai dokumentasi bagi pribadi maupun untuk dibaca siapapun dan mungkin anak-anak saya nantinya (aminnn with loudly voice) atau bagi kamu yang kepo dan sering stalking saya karena saya hanya aktif di tumblr.
saat memasuki tahun 2020 saya kira tahun ini akan begitu indah, sesuai rencana waktu itu berniat akan giat mengerjakan tesis, dan bisa wisuda di bulan Desember kemudian menjadi saya yang dulu pergi pagi pulang malam karena bekerja, yang tidak bisa saya kerjakan saat memutuskan menjadi mahasiswa kembali.
Januari dan Februari Sebelum Mbak Coro datang menghampiri
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)....(QS.At-Thalaq:3)
saya membuat beberapa list untuk dilakukan demi menyelesaikan tugas akhir sesuai planning, mengajukan judul dengan drama nyari jurnal internasional harapannya ketika pengajuan bisa menjawab pertanyaan killer bapak KaProdi dengan lancar dan alhamduliilah disetujui, lanjut drama proposal tesis, lalu proses perizinan ke lembaga untuk penelitian, maklum karena terbiasa penelitian studi lapangan. dengan optimis akan mendapatkan perizinan penelitian dengan mudah. lalu dengan kemurahan Allah semua itu berhasil didapatkan.
Maret hingga Juli (Rencana Allah pasti lebih indah bagi hamba-Nya)
dan sesungguhnya hanya Dia, Allah yang dapat membuat seseorang tertawa atau menangis.(An-Najm, 53: 43)
perasaan bahagia membuncah di hati saya, ketika seluruh proses begitu Allah mudahkan, kemudian ditengah tengah berjuang mengerjakan tesis, duarr wali kota Solo tempat saya merantau mengumumkan KLB (Kejadian Luar Biasa) karena ditemukan kasus perdana covid-19. saya masih berkhusnudzon waktu itu, karena kampus diliburkan sementara sembilan hari. pikir saya ah cuman beberapa hari dan pasti semuanya membaik. namun Allah berkehendak lain hingga satu bulan sejak diberlakukannya KLB, kondisi makin memburuk dan semua kegiatan belajar mengajar diberlakukan secara online, sehingga proses bimbingan tugas akhir sangat sangat tidak kondusif.
hingga tiba saatnya saya mengunjungi salah satu lembaga yang menjadi objek penelitian saya untuk memulai mengumpulkan data. namun qadarullah salah satu pimpinan menolak penelitian saya. hati saya hancur kala itu merasa semua perjuangan saya sia-sia, dan berpikir apa saya menyerah saja dengan penelitian ini dan mengganti topik dan harus mengulang dari awal. tapi beberapa teman menyarankan saya untuk mengganti tempat penelitian dan alhamdulillah semuanya dimudahkan, dosen pembimbing seolah memahami kesulitan kami di tengah pandemi dan memberikan kami sedikit kelonggaran sehingga pergantian tempat penilitian disetujui tanpa banyak drama.
Agustus hingga Desember (Perlahan Bangkit dari keterpurukan)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al Insyirah, 94: 5) 
proses pengumpulan data memang tidak mudah apalagi di tengah pandemi, sekolah dilaksanakan dirumah, narasumber dan informan sangat sulit dimintai waktu untuk melaksanakan wawancara dan observasi. kalau saja tidak dengan bantuan Allah mustahil hingga detik ini saya masih bertahan menuntaskan tugas akhir ini.
sunggu tahun ini merupakan masa dimana saya belajar “tak apa kamu jatuh, tak apa kamu sedih, tak apa kamu berguling-guling. namun ingat cukup sejenak dan kemudian bangkit kembali. jujur sebenarnya saya lelah dengan kondisi seperti ini rasa-rasanya semuanya begitu sulit dan rumit. namun saat saya menyadari bahwa apa yang saya rasakan dan saya alami tidak seberat yang dialami oleh orang lain. permasalahan saya mungkin hanya sebatas begitu banyaknya rintangan dalam menyelesaikan tugas akhir. namun di luar sana banyak orang yang kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan, kehilangan moment berharga hingga kehilangan orang tersayang saat pandemi melanda. lalu dalam hati berkata aku harus meluaskan lebih banyak syukur karena selama ini nikmat dari-Nya tak terukur.
perlahan saya bangkit dan menyadari saya harus berjuang, berikhtiar dan bertawakkal. setidaknya kita sudah berusaha bukan, untuk hasilnya serahkan kepada yang Maha Kuasa. semoga Dia mengijabah setiap harapan yang terpanjat dan nantinya menghadirkan senyuman yang merekah
Kartasura, 31 Desember 2020, ditengah menunggu revisi bab IV, dan semoga Allah memudahkan segala prosesnya.
20 notes · View notes
desisaraswatii · 4 years ago
Text
Perjalanan kita tahun ini memang tak disangka.
Siapa sangka kita akan menghadapi masa-masa seperti ini?
Tidak ada yang mengira semua ini terjadi
Mungkin kita sama, sama-sama merasakan kepiluan yang sama. Merasa dampak yang sama. Kita belajar untuk terbiasa dengan hal-hal yang tak biasa. Kita diminta untuk tetap bertahan meski rasanya semua tak tertahankan. Walau memang bentuknya berbeda.
Ada yang kehilangan, pun ditemukan
Ada yang memulai, pun mengakhiri.
Ada yang mendapat, pun melepaskan.
Ada yang pergi, pun datang.
Ada yang menetap, pun diganti.
Namun walau bagaimanapun ada hal-hal yang masih bisa kita syukuri. Meski sebagian hal mungkin membuat kita mengelus dada.
Kalopun diri kita tak mendapatkan apa yang diinginkan.
Paling tidak akan selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Ada banyak pembelajaran yang kita dapatkan dalam melalui masa-masa ini.
semua sesuai dengan takaran-Nya.
15 notes · View notes
nearbystarz · 4 years ago
Text
Evaluasi 2020 : Dialah Yang Menyembuhkan
Mungkin cukup telat untuk menuliskan evaluasi 2020. Tapi tak apalah, baru lewat sehari haha. Rasanya 2020 emang jadi tahun yang berat bagi siapapun, termasuk aku.
Awal Januari 2020 disambut dengan bencana banjir hampir di tiap sudut ibukota, rumahku juga kebagian. Cukup melelahkan, tapi udah biasa >.<
Bulan Februari, umi-ku sakit. Cukup serius dan harus menjalankan pengobatan selama 6 bulan. Bulan Maret adalah awal semua kegiatan dirumahkan, termasuk kuliah. Bulan dimana harga masker dan handsanitizer melonjak karena banyaknya permintaan. Semua orang panik, supermarket penuh, people shopping like crazy.
Bulan April, Mei, Juni, Juli sudah mulai terbiasa dengan new normal. Mulai terbiasa melakukan segala aktivitas dari rumah. Melewati Ramadhan dan hari raya juga dirumah, silaturahim dengan keluarga secara virtual.
Memasuki Agustus, giliran Abi-ku sakit. Cukup serius juga sampai harus dirawat beberapa hari dirumah sakit. Peristiwa orang-sakit tu pasti diiringi seabrek drama yang...ah begitulah.
Bulan September-November nenek-ku sakit, beberapa kerabat meninggal, sebagian karena covid. Kabar baiknya buku antologi pertama ku terbit. Itu saja.
Bulan Desember, penutup yang penuh adegan dramatis hahaha. Mulai dari umi sakit (lagi), disusul abi, tapi alhamdulillahnya hanya sekitar seminggu. Kadang rasanya rumah sendiri tu kaya rumah sakit, soalnya isinya orang sakit semua. Sodara-sodara sampe ngejulukin aku sebagai 'perawat' di private hospital ini wkwk. Pada akhirnya, sang 'perawat' pun tumbang juga.
Beberapa hari demam tinggi, entah sakit apa tapi akhirnya aku dan abangku memutuskan untuk swab test. Hasilnya...aku negatif dan abangku positif. Disinilah drama bagian 2 dimulai.
Kami berdua swab tanpa se-pengetahuan umi abi. Swab gratis di puskesmas wkwk. Resikonya kalo swab di puskesmas dan positif, data akan dikirim ke RT RW dan kabar itupun akan segera sampai di telinga warga sekitar.
Positif covid memang bukan aib, tapi gabisa dipungkiri juga bahwa beban sosial di masyarakat bagi mereka yg positif itu nyata..dan cukup mengganggu. Berhubung umi-abi ku merupakan orang yg cukup 'famous' seantero kelurahan, mereka khawatir kabar positif abangku ini tersebar. Padahal aku dan abangku santuy aja, ga begitu peduli dengan omongan orang wkwk
Belum lagi kami harus mengikuti prosedur dari satgas setempat jika ada yg positif, maka seluruh anggota keluarga orang itu harus di swab juga sebagai upaya tracing. Ini drama banget sih aslii, umi-ku bersikeras gamau di swab dengan seribu alasan—yang menurutku—berlebihan. Dengan bantuan kakak tertua umi, akhirnya umi mau di swab, begitupun keluarga ku yg lain termasuk nenek.
Abangku gimana? Karantina di wisma atlet wkwk. Aku ga begitu khawatir sih, soalnya dia OTG. Rasanya itu teguran aja dari Allah, buat orang bandel yang tiap hari keluyuran mulu dan mengabaikan protokol 3M.
Tiga hari setelah di swab, hasilnya keluar. Deg..gimana kalo ada yg positif lagi. Yang paling mengkhawatirkan tu nenek-ku. Soalnya kondisinya lagi kurang sehat dan ya pasti rentan tertular kan. Syukurlah Allah maha baik, Allah kabulkan doa yang siang-malam kami panjatkan—semoga semuanya negatif.
Tahun ini memang berat, tapi pasti bukan hanya aku yang merasakan. Jadi yaa ga pengen banyak ngeluh gitu. Hal yang bisa aku jadikan refleksi di tahun 2020 adalah tentang ujian sakit.
Allah kasih sakit biar kita bisa lebih menghargai sehat. Menyadari bahwa sehat adalah kekayaan yang sesungguhnya dan harus dijaga sebaik mungkin. Pun begitu, sakit juga mampu menggugurkan dosa selama kita sabar dan tak henti ber-ikhtiar untuk sembuh. Sakit mengajarkan kepasrahan total ditengah keputusasaan. Lalu teringat sebuah ayat;
Wa idzaa maridltu fa huwa yasyfiin
"Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku." (QS. Asy-Syu'ara: 80)
4 notes · View notes