#desember
Explore tagged Tumblr posts
kryskabs · 9 hours ago
Text
Tumblr media
29 notes · View notes
jejaringbiru · 11 days ago
Text
Tumblr media
Selamat datang dalam lembaran-lembaran kata yang mengguratkan perjalanan ragam pikiran dan pengalaman. Ini merupakan kumpulan tulisan yang melibatkan pemikiran, emosi, dan refleksi dari penulis-penulis di Jejaring Biru
@hardkryptoniteheart @yurikoprastiyo @padangboelan @manusiafajar @penaalmujahidah @shofiyah-anisa @yustrialubna @aksarapuan94
Kumpulan tulisan ini membawa kita mengarungi lautan pemikiran dan memperkaya wawasan. Ada yang merayakan kebahagiaan sederhana, ada pula yang merenungkan kepedihan dalam sebuah perpisahan. Namun, pada akhirnya, setiap tulisan menjadi bagian dari harmoni yang mewarnai kehidupan ini.
Terima kasih kepada para penulis yang telah berkontribusi untuk karya ini, memberikan kita lebih dari sekadar kata-kata. Semoga kumpulan tulisan ini menjadi teman setia yang menginspirasi, menghibur, dan merangkul setiap pembaca. Selamat menikmati perjalanan indah dalam dunia kata-kata yang penuh makna.
Selamat membaca!
51 notes · View notes
milaalkhansah · 1 year ago
Text
Kita hanyalah kumpulan orang-orang yang terbiasa menghapus sepi dengan berbaur di dunia maya. Membaca tulisan orang lain yang terkadang menjadi suara hati kita sendiri. Menghabiskan waktu dengan menggulir postingan orang lain demi sejenak membuat kita lupa pada apa yang membuat kita menangis dan terluka sebelumnya.
Memang benar kata seseorang, bahwa sepertinya media sosial diciptakan agar kesedihan kita menemukan tempatnya.
@milaalkhansah
194 notes · View notes
rumelihisari · 1 year ago
Text
Bersamamu Cinta Pun Perlu Ilmu
Sebagai muslim sudah pasti visi menikah kita adalah ibadah, ridha Allah dan surga. Bukan mencari bahagia yang sejatinya bahagia itu enggak ada di dunia fana. Landasan utamanya bukan harta dan cinta, tapi ketaatan pada Allah Ta'ala. 
Ya, menikah bukan tentang siapa yang paling pengertian, paling banyak berperan, paling merasa capek, tapi tentang bahu membahu dalam kebaikan dan ketaatan. Saling menguatkan peran.
Memahami peran; memenuhi hak; meredakan ego; seni komunikasi dengan pasangan; barangkali adalah keahilan yang wajib kita miliki dan harus terus diasah agar tak saling menjatuhkan marwah pasangan. Dan itu semua butuh ilmu agar terarah. 
Selamat menjadi pembelajar seumur hidup.
02 Februari 2022
diposting desember 2023
193 notes · View notes
samson-the-whale · 21 days ago
Text
Tumblr media
Happy Christmas month
It's festive time
15 notes · View notes
andromedanisa · 1 year ago
Text
Pada akhirnya, bukan hujan yang menahan kepergian mu. Namun perasaanmu sendirilah yang enggan pergi meninggalkan.
44 notes · View notes
abidahsy · 3 days ago
Text
Desember: Abidah yang Perlahan-lahan Berubah
Baik, ini adalah catatan bulanan terakhir di tahun 2024. Alhamdulillah. Sejak awal tahun, aku memang bertekad untuk menulis setidaknya satu kali dalam sebulan dan tulisan ini adalah penghujungnya. Apakah itu berarti proyek mencari yang ke-12 juga sudah berakhir? Sayangnya, tidak. Eh, mungkin lebih tepatnya belum.
Karena ini adalah tulisan terakhir di tahun 2024, aku akan menulis soal refleksi perjalanan dalam mencari yang ke-12 sejauh ini, senilai puluhan purnama. Jadi, harap bersabar jika tulisannya cukup panjang ya. Lagipula, kamu juga tidak perlu terburu-buru, tidak harus selesai membacanya dalam satu kali duduk.
Baik, bicara tentang berubah, aku ingat betul saat SMP dulu, guruku pernah bilang bahwa berubah itu adalah hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Manusia itu bergerak dan bertumbuh. Tapi paradoksnya, manusia juga menyukai kestabilan dan ketenangan. Jadi, apapun yang berubah dalam hidup itu adalah suatu hal yang wajar sekaligus menantang bagi kita untuk hadir dan memberikan respon terbaik.
Seperti Abidah yang perlahan-lahan berubah. Abidah sebelas bulan yang lalu, tentu berbeda dengan Abidah yang sekarang. Perbedaan itu juga terjadi entah dengan proses yang perlahan-lahan, maupun seketika karena adanya kejadian luar biasa.
Dalam proses mencari yang ke-12 sejak akhir tahun 2020 lalu, dan diakselerasi sejak awal tahun ini, aku mencatat empat poin yang dirasa telah berubah secara perlahan-lahan, namun pasti.
Pertama, aku dulu tidak suka dipanggil dengan sebutan Ibu. Aku lebih suka dipanggil dengan sebutan Mbak, Kak, atau langsung panggil nama saja karena menurutku, memang begitulah adanya, aku bukanlah seorang ibu dari siapapun. Namun, entah sejak kapan, beberapa orang yang kutemui di tempat umum mulai memanggilku dengan sebutan 'Bu'.
Saat awal-awal dulu, responku lebih sering baper atau ngedumel dalam hati. "Memangnya aku setua itu? Ibu darimana wong nikah aja belum," ucapku dalam hati setiap kali aku dipanggil Bu Abidah. Meski aku pun tahu bahwa mereka memanggilku dengan sebutan itu hanya demi memberikan kesan respek, tidak lebih, tidak kurang.
Bedanya saat ini, setiap kali namaku dipanggil dengan sebutan 'Bu', aku aminkan kencang-kencang dalam hati. Bahkan terkadang terbisik dalam lisan sambil berdoa, "Aamiin, semoga aku beneran jadi Ibu, ibunya anak-anak yang shalih dan shalihah" hehe. Ternyata, dengan begitu efeknya jauh lebih menenangkan dan menyenangkan.
Tentu saja, Abidah yang dulu dan Abidah yang sekarang hingga bisa merespon dengan cara yang berbeda bukan tercipta dalam satu malam, melainkan proses yang terjadi secara perlahan-lahan dan terbentuk menjadi suatu kebiasaan baru. Terlebih, aku memang setiap harinya jadi semakin cinta dan ngefans sama Ibuk, jadi aku bercita-cita bisa menjadi ibu yang baik juga kelak di masa depan.
Mari aminkan bareng-bareng yuk, hehe. Aamin yaa Rabbal'alamin.
Kedua, aku dulu alergi setiap kali ditanya kapan nikah? Sebenarnya sekarang juga masih agak alergi sih hehe, terutama kalau pertanyaannya cuma untuk basa-basi. Semacam mau tegas bilang, "I wish I also knew when" or "That's not your business, neither mine, only Allah knows".
Tapi setidaknya, alih-alih melengos dan pasang muka jutek lantas kepikiran berhari-hari, Abidah yang sekarang bisa meresponnya dengan lebih santai dan berimbang. Sederhananya, aku tinggal lempar senyum manis dan bilang, "Tahun ini, doakan saja ya" atau kalau yang bertanya adalah orang yang sudah cukup kukenal, aku bisa dengan santai bilang, "Aku juga penasaran kapan ya? Kamu ada calon yang bagus gak buat aku?"
Jadi, kalau gak mau dapat PR/beban hidup tambahan buat bantu nyariin kandidat yang bagus, kamu bisa berhenti menanyakan hal itu dan lebih baik fokus mendoakan saja, hehe. Aku pun berdoa, ayah ibukku lebih lagi, tanpa henti.
Menariknya, dibandingkan dengan orang-orang yang sibuk menanyakan pertanyaan keramat itu, Abidah (yang dulu) sendiri-lah yang lebih sering bertanya. Kapan ya aku nikah?
Dengan jujur aku beri tahu, pertanyaan kapan ya aku nikah sangat jauh lebih sulit untuk dihadapi dibanding pertanyaan kapan nikah dari orang lain. Aku pernah sampai di titik, apa iya jodohku sudah tiada jadi aku memang tidak akan bertemu dia di dunia? Atau pertanyaan lain yang lebih menyakitkan, mungkin aku memang tidak pantas/tidak cukup layak menikah dengan siapapun di muka bumi ini? Mengingat sudah puluhan kegagalan yang terjadi dalam lima tahun perjalanan mencari yang ke-12.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan (bisikan) syaitan yang terkutuk.
Sungguh, wahai diri, dengan jujur dan rendah hati aku beri tahu, Allah Yang Maha Tahu itu juga Maha Bijaksana dan Maha Penyayang dari segala yang penyayang. Lebih dari rasa sayang seorang ibu kepada anaknya, lebih dari sekadar tingginya ego manusia untuk mencintai/membenci dirinya sendiri.
Maka dengan kasih sayang Allah, sejak awal 2024, aku pun mulai fokus pada apa yang bisa kulakukan daripada sibuk bertanya kapan. Aku mulai membuka diri untuk belajar dan menerima kekurangan daripada fokus mencari kesempurnaan dan validasi dari siapapun selain Allah. Semoga istiqomah dan Allah selalu rida.
Aku juga doakan, semoga kamu menemukan dan selalu bersama Allah dalam setiap langkah hidupmu. Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang, bukan?
Ketiga, aku dulu selalu takut dan khawatir tidak akan menemukan yang lebih baik dari seseorang yang aku temui saat ini.
Mungkin kamu pernah dengar kisah pencari kayu bakar, dia masuk ke dalam hutan untuk menemukan kayu bakar terbaik yang akan digunakan untuk menghangatkan diri malam hari nanti. Ada banyak pilihan kayu bakar yang ada di dalam hutan, sayangnya dari sekian banyak kayu yang ditemui sepanjang perjalanan, tidak ada yang sempurna sesuai dengan harapan si pencari kayu bakar. Mulai dari ukuran kayunya yang terlalu besar atau kecil, asal pohonnya yang mudah terbakar atau tidak, atau kayunya yang tidak cukup kering. Hingga malam pun tiba dan si pencari kayu bakar pun keluar dari hutan tanpa membawa apa-apa.
Bukannya menempatkan kisah itu pada tempat yang seharusnya yaitu memberikan semangat untuk berani mengambil keputusan, aku malah menangkapnya dengan cara yang berbeda dan mengubahnya menjadi ketakutan bahwa akulah si pencari kayu bakar itu. Pulang tanpa membawa apa-apa.
Meski setiap kisah 'gagal' yang terjadi selama proses mencari yang ke-12 berhasil membuat hatiku makin terbiasa dengan penolakan, entah itu aku yang menolak atau ditolak, saat Allah (melalui takdir terbaiknya) menyudahi proses dengan seseorang yang menurutku baik, Abidah yang dulu akan selalu diliputi rasa khawatir dan terus bertanya "Mengapa aku harus dipertemukan dengan orang baik ini, jika memang pada akhirnya tidak disatukan?" dan "Bagaimana jika nanti tidak ada lagi yang lebih baik dari orang ini?"
Dengan izin dari Allah, aku memilih untuk berjalan sedikit lebih jauh lagi dan menemukan jawabannya. Kini Abidah akan bilang, tidak semua orang baik yang Allah hadirkan dalam hidup kita itu membersamai kita selamanya, bisa jadi dia hadir hanya sebagai pelajaran. Lalu, untuk pertanyaan kedua yang selalu muncul, Abidah yang sekarang akan dengan yakin bilang, "Tentu saja! Dengan izin Allah, dari 8 miliar manusia di bumi, kamu hanya perlu 1 saja dan akan Allah kirimkan padamu, entah bagaimana pun caranya."
Dan memang itulah yang Allah buktikan padaku di awal Bulan Oktober lalu.
Meski lagi-lagi, jika memang dia harus pergi, aku ikhlas insha Allah, asalkan bukan Allah yang pergi.
Keempat, aku dulu sangat tergesa-gesa. Hampir dalam segala hal: sekolah, pekerjaan, menyelesaikan setiap tugas, mengambil keputusan, dan lain sebagainya.
Tidak terkecuali dalam mencari yang ke-12.
Beberapa proses hanya bertahan dalam hitungan pekan, bahkan ada yang hari atau jam saja. Ketemu, ngobrol, menemukan ketidakcocokkan, coret. Ditawari calon dari kenalan ayah, lihat detail tentang orangnya, gak sreg, tolak. Bahkan di saat orangnya belum kulihat dan kutemui secara langsung. Ada beberapa juga yang aku memang sudah merasa kurang klik dari awal, tapi orangnya baik, langsung saja kualihkan ke ayah, biar ayah yang menilai. Dan seperti yang dapat diprediksi, hasil akhirnya adalah kami tidak melanjutkan proses.
Hingga awal tahun 2024, setelah membuka diri untuk serius ikut kelas pra-nikah, Abidah yang sekarang mengusahakan untuk rutin istikharah, sehingga tidak ada satupun keputusan yang diambil tanpa melibatkan Allah di dalamnya. Entah singkat atau lama prosesnya, entah dengan perasaan yakin atau ragu saat pertama kali memulainya. Tapi ternyata ujiannya tetap saja ada.
Dari sekian banyak keputusan Allah untuk menyudahi proses, selesai dengan Cahaya yang Baik misalnya, menjadi pukulan yang cukup membekas di dalam memori. Aku merasa Cahaya yang Baik adalah seseorang yang terbaik setelah empat setengah tahun aku mencari. Tapi qadarullah, prosesnya harus diakhiri dengan alasan yang syar'i meski pemicu utamanya berkaitan dengan sifat manusia yang cenderung suka tergesa-gesa.
Saat itu, Abidah sudah lelah dan hampir menyerah. Tapi Allah Yang Maha Penyayang hanya ingin Abidah mengambil jeda dan belajar satu hal baru.
Ternyata, sifat tergesa-gesa tidak hanya bisa diobati dengan bersabar (menahan diri), tetapi juga dengan bersyukur (mengapresiasi apapun yang Allah beri). Abidah yang sekarang belajar hal baru tentang mendidik diri untuk lebih banyak bersyukur. "Kamu itu, Da, punya banyak teman yang baik-baik, lingkungan suportif dan positif, gak semua orang lho punya itu. Jadi, jangan lupa bersyukur," kata Ibuk saat aku bercerita tentang aktivitasku bersama teman-teman. Mulai dari teman SMP sampai teman S2, termasuk rekan-rekan di kantor.
Ya, ketergesaan untuk segera menemukan yang ke-12 membuatku lupa bahwa sepanjang dua puluh sembilan tahun aku hidup, karunia Allah itu berlimpah dan tidak terhingga nilainya, bahkan hampir semua tanpa aku minta. Allah berikan begitu saja. Masha Allah.
Mungkin, Allah ingin aku tahu, bahwa bukan level kesabaran yang saat ini Allah uji lewat proses lima tahun pencarian, tetapi level rasa syukur yang aku lupa untuk memupuknya dengan baik. Ya Allah, maafkan hamba.
Terlebih, bersyukur pun bisa diterapkan bukan hanya saat kita menerima nikmat, tetapi juga saat diuji oleh Allah untuk mendekat. Seperti seorang temanku di Bulan Oktober lalu yang lututnya dislokasi saat sedang bermain bola, respon pertama yang dia ucapkan adalah Alhamdulillah. Aku dibuat bingung karenanya. Bukankah sakit itu musibah? Bukankah ucapan yang paling tepat adalah Innalillahi atau Astaghfirullah?
Tapi, setelah ikut kajian di pertengahan Desember, Abidah yang perlahan-lahan berubah pun mengerti bahwa apapun yang terjadi di dunia ini entah itu tangis, luka, sedih, sakit, tawa, maupun bahagia, selama itu mendekatkan diri kita pada Allah, itu berarti kebaikan. Jadi, segala perkara, bagaimana kondisi kita saat ini atau kejadian apapun yang menimpa kita, semuanya Allah tahu dan selalu baik di mata Allah.
Karena yang mengatur dan memelihara segala apa yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara keduanya adalah Dia, Allah Yang Maha Pemelihara, Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Alhamdulillaahirabbil'alamin.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir, semoga Allah mudahkan kita agar menjadi hamba yang pandai bersyukur.
Depok, 24 Desember 2024.
7 notes · View notes
strannik-koru · 15 days ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
А вот и итог! Люблю этого персонажа, возможно, ещё с ним что-то сделаю.
16 notes · View notes
duniapetualangkata · 1 year ago
Text
Di penghujung tahun, Desember .kota kota mewarnai dirinya penuh kemewahan duniawi.
Hari hari berlalu, keinginan dan harapan membelah diantara doa doa ku.
Usaha dan tenaga sepertinya belum cukup untuk menggapai semuanya.
Kesepian perlahan memeluk tubuh yang di buru denyut jantung kelelahan.
Menunggu tahun dan khayalan semu.
21 notes · View notes
gramabiru · 10 hours ago
Text
Tumblr media
Dear Lindsay,
Kita adalah dua manusia yang saling menemukan di persimpangan takdir. Aku melihatmu, dan kau melihatku, seperti dua jiwa yang saling mengenal dalam sunyi yang tak terkatakan. Bersamamu, aku belajar bahwa cinta bukan hanya soal memiliki, tapi juga soal merawat, menghargai, dan tumbuh bersama.
Namun, di balik hangatnya kebersamaan, ada dinding tak kasat mata yang memisahkan kita. Agama kita, yang menjadi identitas dan keyakinan, perlahan berubah menjadi jurang yang semakin dalam. Kita mencintai Tuhan yang sama, tapi menyebut-Nya dengan nama yang berbeda. Kita berdoa dengan hati yang sama tulus, namun dengan cara yang tak serupa.
Aku pernah bertanya, mengapa cinta harus rumit? Mengapa perasaan yang murni ini harus terbentur oleh batas-batas yang kita warisi sejak lahir? Tapi di saat yang sama, aku tahu, keyakinan adalah akar dari siapa kita, dan mencabutnya demi cinta adalah membunuh diri kita sendiri.
Kita mencoba melawan. Membuktikan bahwa cinta lebih besar dari perbedaan. Tapi di balik usaha itu, aku tahu ada luka yang kita bawa, ada beban yang kita pikul. Bukan hanya dari dunia, tapi juga dari diri kita sendiri.
Mungkin cinta kita adalah cerita tentang keberanian. Tentang dua manusia yang saling mencintai, meski tahu takdir mereka berjalan di dua arah yang berlawanan. Atau mungkin, cinta ini adalah pelajaran—bahwa tidak semua yang kita cintai harus kita miliki.
Di akhir senja, aku sadar. Meski kita tak bisa bersatu, kau adalah bagian dari pertumbuhanku. Kau membuatku memahami arti mencintai tanpa menguasai. Dan meski dunia tak memberi kita restu, aku tetap bersyukur pernah mencintaimu—dengan segala perbedaan yang ada.
Mungkin cinta kita tak abadi dalam satu kisah. Tapi aku tahu, kau akan selalu menjadi bab yang terindah dalam hidupku.
4 notes · View notes
shaulatravelerlight · 1 year ago
Text
Kamu hebat sudah melangkah sejauh ini. Kamu keren sudah bertahan sampai titik ini.
Tidak mudah untuk melewati panjangnya perjalanan yang penuh dengan luka dan cobaan.
Gapapa jika yang kamu harapkan belum terwujud hari ini. Semua punya waktunya masing-masing.
Sungguh, Allah tahu waktu terbaik untuk mengabulkan doa-doa yang hamba-Nya langitkan. ♥
-dawaam
12 notes · View notes
kryskabs · 21 hours ago
Text
Tumblr media
24 notes · View notes
rissutanto · 8 days ago
Text
Hari-hari terbaik dalam hidupku ialah melihat senyumu
Bukan, bukan senyum saat kau menatap kamera
Namun senyum ketika kau menatapku
Itu terekam jelas di ingatanku
Tetaplah seperti itu, dek
Aku mencintaimu
-ris sutanto 19122024
2 notes · View notes
milaalkhansah · 1 year ago
Text
Perihal Pertemanan
lingkar kenalanku kuperlebar, lingkar pertemananku kupersempit.
postingan seseorang
Walaupun terlihat seperti seseorang yang 'social butterfly'. Sebenarnya, kalau dihitung-hitung, orang-orang yang ada di sekitarku yang benar-benar berperan sebagai 'teman' itu cuman hitungan jari.
Orang-orang yang tetap berusaha untuk 'keep in touch' tak peduli sesibuk apa mereka dalam kehidupannya sehari-hari. Orang-orang yang tetap berusaha untuk menyempatkan menanyakan kabar dengan mengirimkan pesan, bercengkerama dengan mengomentari postingan di media sosial, ataupun sesekali menelpon saat mereka senggang bukan karena sekedar basa-basi atau menghubungi hanya karena sedang perlu sesuatu, tetapi karena memang mereka benar-benar peduli.
Sehingga semakin bertambahnya usia, dan semakin banyak pula orang-orang yang ditemui. Semakin tidak mudah pula serta semakin berhati-hati untuk memasukkan seseorang ke dalam kategori 'seorang teman'. Dan berusaha untuk memilah-milah orang sesuai kategori: mana yang sebatas kenalan, dan mana yang cukup tahu nama saja.
Sama seperti postingan seseorang di atas, kehidupan orang dewasa membuat keperluan serta kebutuhan kita akan 'sesuatu' menjadi semakin bertambah. Entah itu mencari informasi, pengetahuan baru, ataupun sebuah kesempatan. Sehingga dengan memperlebar 'lingkar kenalan' kita, hal-hal yang kita perlukan di masa depan nanti akan menjadi lebih mudah untuk kita dapatkan.
Berusaha untuk menempatkan seseorang sesuai dengan 'kategori' dan 'perannya' masing-masing, seperti mana yang sebatas kenalan di sekolah/kampus, kenalan di tempat kerja, dsb. Tidak perlu memasukkan semua orang yang kita kenal sebagai 'seorang teman', karena memang tidak semua orang layak untuk dimasukkan dalam lingkup pertemanan kita.
Dan proses mencari sebenar-benarnya teman ini akan memakan banyak penyeleksian. Kadang kita sendiri yang harus menyeleksinya dengan menilai perangai seseorang, terkadang pula 'seleksi alam' lah yang akan membawa kita ketemu dengan orang-orang yang sefrekuensi. Sehingga jangan takut untuk kehilangan 'seorang teman' dengan memilah mana yang masih 'pantas' kita pertahankan, dan mana yang sebaiknya kita 'lepas'. Karena setiap teman ada fasenya, dan setiap fase ada temannya.
Dan semakin banyak fase yang telah kita lalui, kita akan semakin mengerti bahwa pada akhirnya sebuah pertemanan itu bukan tentang seberapa banyak, tetapi tentang seberapa dalam.
103 notes · View notes
gadiskertas23 · 17 days ago
Text
Aku melihat masa yang akan datang seperti perjalanan panjang melegakan. Walaupun sedikit takut, sedikit gelisah, serta keluh kesah, bagian itu hanyalah bukti hidup sebagai manusia.
10 des 2024
4 notes · View notes
arioagio · 25 days ago
Text
Tumblr media
------------------
👉🏻 Mau dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏-𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂? Follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 yah.
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩ. ᘜIO
2 notes · View notes