#Sandyakala
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tidak ada pertemuan yang tidak direncanakan Tuhan. Kepergian akan meninggalkan jejak-jejak kenangan juga pembelajaran atas suatu pemahaman, meski harus melalui luka yang kita rasakan.

34 notes
·
View notes
Text

Entah dimana aku membacanya, waktu-waktu mustadjab untuk berdoa salah satunya saat turun hujan dan saat ini gerimis itu sudah mengalun dengan memberikan intronya.
Untukmu, aku doakan yang terbaik hari ini (besokbesok juga) untuk mimpi dan juga cita cintamu agar tuhan selalu memberikan kemudahan untuk setiap prosesnya, agar kamu selalu akrab dengan bahagia apapun ujiannya,
Semoga kamu temui seseorang yang dengannya rumah mendapatkan definisi nyaman dan sederhana, dengannya tulus dan ikhlas itu beradu, berpilin keberkahan-keberkahan juga teduh matanya adalah jalan menuju surga yang kamu, rindukan.
Semoga aku, kamu selalu dilindungi dengan pemahaman-pemahaman yang lurus. tentang rezeki, tentang cinta dan tentang akhir yang indah. semoga aku dan kamu, seiring menuju tujuh yang sama dengan sebaik-baiknya kesiapan hati dan ikhtiar.
Apa yang Melewatkanku tidak akan pernah menjadi Takdirku, dan apa yang Ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.
9 notes
·
View notes
Text
Satu Hari Untuk Selamanya
sebuah flash fiction teruntuk lelaki bermata kelabu, kau masih kata-kata yang ingin aku tuliskan.
"Kenapa bukan dulu kita sadar, kalau kita jauh lebih kuat saat kita bersama?"
Sejenak jantungku berdegup untuk sepersekian detik kemudian menghentikan iramanya. Namun selayaknya kenyataan, ia kembali menemui ritmenya saat kubiarkan aku tersadar bahwa percakapan ini bukanlah angan-angan, dan aku tak boleh mengarangnya menjadi kisah yang indah.
"Aku sadar kok dari dulu, kamunya aja yang enggak."
Lelaki bermata kelabu yang kutinggalkan dalam kenangan itu tersenyum tipis, dan miris. Sedang aku tertawa, memaksa.
Sandyakala, kami bertemu di satu sore yang penat di pantai utara. Saat itu aku sedang menghabiskan masa liburan semesterku dan Kala ada di sana. Perkenalan sederhana di antara deru ombak, kendati satu universitas perkenalan itu berlanjut menjadi hubungan tanpa kata yang barangkali akan selalu menjadi pertemanan.
Aku tak tahu bagaimana rasanya mengangumi seseorang begitu menyenangkan sebelum hari itu aku bertemu dia. Bagiku kita semua hanya manusia yang sesempurna apapun akan memiliki cacat. Hanya saja beberapa orang tak mampu menyembunyikannya, dan sisanya mampu menutupinya dengan hal lain. Itu kenapa tak ada alasan untuk mengagumi seseorang hingga aku menemukannya sore itu.
Mungkin Kala akan menjadi tinta merah dalam buku kehidupanku yang berwarna hitam putih. Ia satu-satunya yang memberikan warna lain namun cukup bersinar untuk akhirnya membakarku alih-alih menciptakan warna baru. Itu kenapa, Kala adalah kenangan yang aku tinggalkan.
Delapan tahun berlalu sejak terakhir kali kami berjabat tangan di wisuda universitas, sisanya tak ada lagi. Tak ada media sosial, tak ada nomor yang bisa dihubungi, aku kembali ke mana seharusnya aku berada, perkampungan nunjauh dari kota. Tenggelam menjadi tulang punggung keluarga, jatuh bangun membangun kehidupan baru untuk akhirnya kembali ke titik di mana Kala adalah semesta yang aku punya.
Usia tiga puluh membawaku kepada perjalanan sebagai perayaan bahwa aku telah begitu cukup kuat untuk segala sialnya kehidupan. Namun rupanya aku cukup salah memilih tempat, pantai utara.
Seperti mengulang memori lama, Kala berdiri di sana. Aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya, rasa gelisah yang mendominasi dibanding rasa senang. Hanya saja Kala akan tetap menjadi merah dalam hidupku.
Begitu mata kami bersitatap, ia tersenyum ramah seolah wisuda universitas kami baru terjadi kemarin siang. Menahan segala gejolak yang berserakan aku membalas senyumannya dengan kaku.
Entah bagaimana aku menjadi kosong, hingga kubiarkan waktu bergulir seolah kami tidak melewatkan delapan tahun jeda di mana kehidupan menghantam kami dengan kerasnya.
Aku tertawa banyak dari apa yang aku ingat, aku tersenyum lebih menyenangkan dari yang sudah-sudah. Setiap detik yang kami lalui seolah mengakumulasi banyak perasaan hingga tak ada rasanya detik yang terlewat tanpa aku merasa penuh kebahagiaan.
Padahal, kami hanya menyusuri pantai yang riuh oleh ombak. Duduk menikmati es kelapa muda, bercerita tentang dunia yang tak ada kami. Buku-buku yang menyenangkan, film-film yang bermakna, lagu-lagu penuh kenangan. Hadir Kala mengubah segalanya dari kata sekedar.
Hingga titik akhir, sore dengan burung pelikan yang sedang menyapa bibir pantai. Kala mengatakannya, apa yang seharusnya aku dengar delapan tahun lalu.
"Aku rindu kita yang dulu La. Rasanya membiarkan kamu pergi saat itu kesalahan paling fatal seumur hidup."
"Seingatku kamu bukan seseorang yang suka menyesal."
"Enggak emang sebelum aku sadar, aku tanpa kamu akan selalu terasa sendiri."
Kala menjelaskannya hari ini, bahwa ia dulu tak cukup percaya diri bahwa kata-katanya mampu menahanku untuk tak kembali ke kampung halaman. Ia sadar kami baru menyelesaikan pendidikan, tak ada yang bisa ia janjikan dan beri jaminan kecuali keinginannya untuk tetap ada aku di sisinya. Hanya saja saat itu bagiku tak ada alasan untuk tetap di sisinya saat ia sendiri tak pernah meminta.
"Jangan gegabah menyimpulkan kehidupanmu Kal, seorang istri yang cantik dan anak yang lucu nggak semua orang punya kesempatan memilikinya."
Ya, sebab saat itu ia sudah memiliki seseorang yang lain yang pernah berikan janji. Aku tahu beberapa tahun lalu ia menepati janji itu.
Kala tersenyum pahit, dan aku tak ingin lagi menerjemahkannya.
Seberapa paham pun kita tentang peran seseorang dalam hidup kita, bukankah tak akan ada artinya jika kita tak cukup berani memperjuangkan seseorang. Kala tidak pernah cukup berani untukku, dan aku juga tak pernah cukup berani untuk Kala. Sebab pertemuan kami bukanlah dari sebuah keberanian, maka setidaknya hari ini delapan tahun berlalu, meski cukup terlambat, aku sudah punya jawabannya.
Jawaban yang membawaku pada keberanian, Kala aku tutup dalam setiap buku kehidupanku. Ia hanya kenangan, dan cukup sampai di sana.
Ditulis Maret 2022, Diselesaikan Juli 2023.
60 notes
·
View notes
Text
Arutala mengambang pada senandika. Begitu bening bak sepasang nayanika. Tuan, bukankah terlampau lama kau terpekur dalam kesendirian. Kini, izinkan aku menata kembali atma yang berduka. Menyusun harsa nan dikara disebuah ujung sandyakala akan nirmala.
5 notes
·
View notes
Text
"Hamba sudah mengambil keputusan, Tuan Putri. Hamba meyakini sebuah hal, yaitu bahwa cinta itu hakikatnya tak selalu memiliki. Ketika hamba melihat, cinta hamba akan menjadi pengganggu dan hanya mementingkan diri sendiri maka yang demikian itu sama artinya hamba lebih mencintai diri sendiri. Maka mohon maaf dan mohon izin, Tuan Putri, hamba mohon izin mundur."
Ucapan Wirota Wiragati kepada Gayatri dalam buku Majapahit: Sandyakala Rajawangsa pada bab 67
Sedih ketika melihat kisah cinta Wirota Wiragati dan Gayatri kandas karena Gayatri akan menjadi calon istri Raden Wijaya berdasarkan kehendak Sang Prabu, Kertanegara 😢 Begitulah ceritanya sebelum runtuh kerajaan Singasari.
10 notes
·
View notes
Text
"Ku berharap meski berat
kau tak merasa sendiri"
Semesta ada bukan hanya mencipta bahagia untuk setiap penghuninya, namun terkadang lara juga ikut serta. Seringkali lingkung langit tertawa menyaksikan kegigihan insan di bawahnya, namun rinai pun tak terhindar tatkala membuncah sedihnya.
Kamu yang sedang mengejar suar abstrak kemilau cita, 'ku sampaikan bahwa tak pernah ada asa yang mustahil untuk tercipta. Kamu, pribadi elok yang pantas merasakan indahnya dunia.
Ketika buana enggan lagi memihakmu, ketuk kembali ruang hampa memoar hati dan lihat selaksa harsa yang setia menanti hadirmu. Serta aku, yang akan mendekap erat daksamu.
Aku tahu bentala dan bumantara adalah fatamorgana, tapi aku ingin kau menjadi bimantara yang mampu mengarungi sang mayapada. Janjiku, menggenggam erat tangkaimu hingga hilang semua bulir renjanamu.
Kini aku hadirkan Selaksa Asa. Tempat dengan teramat banyak asa yang kugambarkan dengan terus terbangnya bunga dandelion dari sang sandyakala tercipta hingga kembali hadir lembayung senja.
Serta tempatmu membasuh luka dan menyandarkan jiwa hingga lara pun berjumpa dengan bahagia. Jadi sudikah kau melepas lelahmu ditempatku dan kembali mengejar harsa bersamaku?
ㅤ
3 notes
·
View notes
Text

Daksa nya bagai swastamita, paras nya anindita seperti sandyakala, nayanika nya yang selalu ku tatap dari aksa, dahayu senyumannya kirana bagai baskara.
Seperti sang senja, cukup mengaguminya dari aksa tanpa harus memaksanya menetap, karena pada akhirnya, senja juga akan hirap.
-S.N
3 notes
·
View notes
Text
Kutitip rindu kepada bumantara melalui sandyakala,untuk tuan yang mampu memberiku adiwarna melalui aksara yang tuan rangkai.
2 notes
·
View notes
Text
Demokrasi Sudah Basi
Oleh: Sandyakala Mahasiswa UNG JUDUL yang saya pilih, entah bagaimana, terasa seperti ledakan spontan yang kini menuntut pertanggungjawaban. Apakah ia benar-benar menyatu dengan narasi yang saya bangun, atau hanya sekadar pajangan yang sengaja dibuat provokatif untuk memikat di permukaan? Ada kegelisahan yang mengendap di benak saya—jangan-jangan ia hanya permainan diksi yang memikat telinga,…
0 notes
Text
Renjana
Kembali dalam sebuah perjalanan. Yang ditinggalkan bersama. Yang pergi memulai lagi. Entah dari titik awal atau pertengahan.
Semua rasa yang menetap akan sama. Penuh keriuhan dan tawa meski terkadang beban sangat terasa. Yang pergi kembali menata diri. Perasaan asing dengan segala tekanan dari segala sisi.
Sudah mencoba untuk mengarahkan nestapa. Derana atas segala luka yang mendera. Meski ketika sandyakala menyeruak. Semua terulang seperti tak ada usaha.
Jarak yang aksa memisahkan kesibukan yang ada. Senandika muncul bersama kekhawatiran atas proses. Meskipun sanubari mencari suaka di tempat yang penuh ramai. Tak terlihat, hanya sekilas di sekerling mata.
Semoga bestari ketika kembali ke mayapada nusantara. Meski eunoia akan masa depan lah yang menjadi tumpuan di belakang. Semoga afiat di segala titik yang dilewati. Jiwa dan raga bugar selalu tanpa kekurangan.
1 note
·
View note
Text
Mereka bilang, luka yang kita terima adalah sebuah hukuman. Tetapi, yang lain lagi mengira bahwa luka yang kita terima adalah sebuah ujian.
Alih-alih memperdebatkan label hukuman atau ujian, mengapa tak kita lihat saja kalau luka yang kita rasakan adalah bentuk kasih sayang Tuhan?. Sebagai media pembelajaran, atau pendewasaan mungkin.

41 notes
·
View notes
Text

Nanti akan ada masanya kau juga katakan ini; mau sehebat apapun masa lalumu, jika Tuhan sudah menggariskan aku, maka akan tetap aku pemenangnya sekalipun jiwa dan raga yang ia korbankan.
https://www.tumblr.com/nonaabuabu/
#photography#nature#landscape#mountains#sky#moon#full moon#roads#sunset#twilight#nature photography#pale#pastel#aesthetic#puanberaksara#sandyakala
8 notes
·
View notes
Text
Kau adalah bumantara dan aku lah mayapada yang terajut dalam sandyakala di indahnya swastamita.
•••
Bumantara adalah sebutan yang ku sematkan sendiri pada namamu tanpa kau tahu. Begitulah aku memandangmu, istimewa, maka merayu tuhan untuk segala kebaikanmu adalah satu-satunya jalan.
Dan Bentala adalah sebutan yang ku sematkan kepada diriku sendiri yang terlihat sulit mencapaimu. Namun, senantiasa menantikan sandyakala itu tiba.
Sandyakala, seperti artinya, waktu terkadang menggerakkan langkah kita untuk bertemu, dan semua indah selayaknya swastamita.
Meski terlihat indah tapi ini bukan waktunya, tidak tepat. Ternyata tidak selamanya berjarak itu buruk bukan? Mungkin ini salah satu hikmah kenapa kilometer tercipta.
Pada waktu-waktu tertentu ada doa untukmu, apa kau juga turut merasakannya? entahlah.
1 note
·
View note
Text
Sejatinya, cantiknya senjani hanya dimiliki oleh gagahnya dirgantara. Juga hakikatnya, bumantara hanyalah tokoh pengagum dari indahnya sandyakala.
0 notes
Text
"Kakang, Kakang akan ke mana?"
"Mengikuti ke mana kata hati", jawab Wirota Wiragati
Percakapan terakhir antara tuan putri Gayatri dan seorang prajurit Wirota Wiragati. Dikutip dari buku Majapahit: Sandyakala Rajawangsa pada bab 67.
Setelah percakapan itu, Wirota meninggalkan tuan putri Gayatri tanpa mendengarkan kata hati Gayatri 🥹
4 notes
·
View notes
Text
Tentang Shandyakala
🌅
Shandyakala atau Sandyakala dalam bahasa Sansakerta memiliki arti cahaya merah saat senja. Dalam artian kala senja semua berawal. Semesta ini berpusat dalam sebuah rotasi di mana Shandyakala adalah radio sekolah yang disiarkan secara rutin di SMA Harsa Abhipraya. Radio Shandyakala kerap menemani murid-muridnya ketika melakukan kegiatan ekstrakurikuler atau menemani kamu yang malas pulang sekolah.
Shandyakala dalam sesi sorenya akan selalu menerima salam-salam manis yang nanti akan dikirimkan melalui laman anonymous disela memainkan lagu yang juga akan menemani teman-teman dalam kegiatannya masing-masing.
Kala senja ketika hari sekolah berakhir, Shandyakala memberikan kamu kesempatan untuk menyampaikan perasaan yang tidak sanggup kamu sampaikan secara langsung.
Kala senja dengarkan Shandyakala, janji kami adalah untuk menyampaikan kisahmu.
0 notes