Penikmat hujan yang sendu, pengingat lalu yang kelu, penggugah rasa yang selalu~ FitraPrasapa93
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Terhenti
Habis kah satu. Perjalanan tanpa tujuan. Tak pasti dan tanpa arti. Selesai tanpa memahami.
Frekuensi yang berbeda. Harus kah sejalan tanpa riak. Penuh beban tak terjamah. Tanpa ruang dan waktu untuk bersama.
Disini riuh redam. Disana hancur berantakan. Perlu segala daya dan upaya. Menjaga waras dalam jiwa.
Pelik hidup tak beratur. Luka di sekeliling tak tutup. Mengobati hanya kembali menganga. Tak kunjung kering dan terus bertambah.
Pengetahuan memberi beban tak kasat. Kekosongan mengusung berat tertahan. Diam bukan pilihan yang tepat. Tapi berbicara tak juga menyelesaikan.
Didengar dan mendengar. Memberi lapang sisi dalam diri. Teruntuk hati gelisah yang berharga. Ada sisi bagi nama yang terucap.
Selalu. Selalu. Dan selalu. Jiwa karam di pelamunan.
0 notes
Text
Sederhana
Apakah sama caraku dan caramu? Memahami dunia dimana kita berada. Memaknai langkah yang diambil. Menjalani kehidupan yang fana.
Apakah padu suaraku dan suaramu? Mengutarakan pikiran dalam kata. Menyenandungkan irama yang tersendat. Menceritakan hati yang kembang kempis.
Apakah sefrekuensi nafasku dan nafasmu? Yang berpacu dalam dinamika jiwa. Menderu seakan waktu bergerak begitu cepat. Menghela atas beban yang terpikul.
Apakah aku dan kamu? Sepasang yang menjadi satu entitas. Sehati yang menangis dan bahagia bersama. Seni yang mengalun dan mewarnai dalam media yang serupa.
Aku tahu kamu. Baru sebagian dari kehidupanmu. Tapi sisa kehidupanmu. Aku ingin membersamainya.
Aku tahu kamu. Tidak semua saling. Tapi aku akan selalu ada di sampingmu apapun keputusanmu. Aku masih tetap cinta dengan segala perlakuanmu.
Aku rindu, sayang, dan cinta kepadamu.
Bangkok, 10-10-2024
1 note
·
View note
Text
Rinai
Hujan ini tak bernyawa. Kembali jatuh tanpa asa. Belum kering sudah turun lagi. Terasa hampa bahkan tak berarti.
Hujan ini tanpa jiwa. Bergerak tak tentu arah. Kembali tanpa memaknai. Begitu saja dan terjadi lagi.
Hujan ini tak berpuisi. Angannya telah lama sirna. Mimpinya telah layu kelabu. Tanpa memori hati yang terbawa.
Hujan ini berkali-kali. Tak lagi memiliki. Bau keharmonisan dari dua pribadi. Hanya menyisakan alam dan siklusnya.
Hujan ini sudah tak sama. Ikatan dan ingatan. Deru nafas dan cengkerama. Hanya luka yang kembali basah tanpa sempat kering dan seterusnya.
Hujan. Masihkan dulu seperti sekarang. Ataukah sekarang seperti masa depan. Amerta rasa yang selalu ada.
1 note
·
View note
Text
Masihkah Aku
Tanpa kabar dan sapa. Berlalu begitu saja. Dan waktu bergulir tak berhenti. Apakah aku masih aku?
Keadaanmu hanya mampu terlihat. Tak dapat disentuh atau dibincangkan. Tahukah keadaanku disini? Apakah aku masih aku?
Kesedihan dan nestapamu terasa. Perjuangan dan usahamu tampak. Tahukah luka dan ikhtiarku? Apakah aku masih aku?
Sekelilingmu ada bahagia dan tawa nyata. Meski terkadang ada beban yang terbawa. Tahukah tawa dan bahagiaku semua fatamorgana? Apakah aku masih aku?
Ada rasa dari marah, tangis, dan ceria padamu. Entah terluapkan atau tidak. Tahukah renjana bertumpuk atas dekap yang aksa? Apakah aku masih aku?
Kala asa atas asmaraloka menjadi damba. Tapi interaksi yang ada hanya satu. Tahukah eunoia bukan maya atas segala air mata? Apakah aku masih aku?
1 note
·
View note
Text
Perjalanan Panjang
Semua berawal dari kegagalan-kegagalan. Kegagalan atas cita-cita dan harapan. Harapan yang ingin dan perlu diperjuangkan. Diperjuangkan agar bisa menjadi penerang di jalan yang masih samar.
Dipertemukan dengan mereka yang sama dalam asa. Asa untuk menjadi lebih baik di masa depan. Masa depan yang ingin membanggakan. Membanggakan diri sendiri dan juga orang sekitar.
Perjuangan baru saja dimulai. Dimulai untuk yang ke sekian waktunya. Waktunya tidak pernah berhenti meski sedetik. Sedetik yang terus bergulir hingga berganti tahun.
Jatuh lagi dan bangkit kembali. Kembali menata hati untuk bisa terus ikhtiar. Ikhtiar demi mimpi yang terus membangungkan. Membangunkan raga dan menggetarkan jiwa yang terusik.
Akhirnya pelabuhan itu terlihat. Terlihat di sepelemparan batu di ujung muara. Muara keilmuan yang didambakan dan didoakan. Didoakan untuk bisa berlabuh dan menikmati udaranya.
Kanaya rasa yang terbuncah. Terbuncah keluar, selaksa arunika setelah kegelapan. Kegelapan yang menyelubungi penuh kegamangan. Kegamangan hati yang goyah akibat nestapa.
Tetaplah ugahari atas setiap langkah. Langkah yang akan membawa kepada aksa embara. Embara menuju angan yang mulai tersampaikan. Tersampaikan larik doa agar segala aral yang ada mampu dilewati.
14-09-24
0 notes
Text
Renjana
Kembali dalam sebuah perjalanan. Yang ditinggalkan bersama. Yang pergi memulai lagi. Entah dari titik awal atau pertengahan.
Semua rasa yang menetap akan sama. Penuh keriuhan dan tawa meski terkadang beban sangat terasa. Yang pergi kembali menata diri. Perasaan asing dengan segala tekanan dari segala sisi.
Sudah mencoba untuk mengarahkan nestapa. Derana atas segala luka yang mendera. Meski ketika sandyakala menyeruak. Semua terulang seperti tak ada usaha.
Jarak yang aksa memisahkan kesibukan yang ada. Senandika muncul bersama kekhawatiran atas proses. Meskipun sanubari mencari suaka di tempat yang penuh ramai. Tak terlihat, hanya sekilas di sekerling mata.
Semoga bestari ketika kembali ke mayapada nusantara. Meski eunoia akan masa depan lah yang menjadi tumpuan di belakang. Semoga afiat di segala titik yang dilewati. Jiwa dan raga bugar selalu tanpa kekurangan.
1 note
·
View note
Text
Seminggu
Tepat hari ini. Berlalu sudah tak bertemu dalam raga. Hanya tatap dari layar tanpa rasa. Hujan di pelupuk mata.
Tepat hari ini. Tujuh hari dalam rotasi. Sendiri mengitari dalam sepi. Kau penuh dengan kesibukan tiada henti.
Tepat hari ini. Kebisingan tak mampu menutupi. Hujan belum bisa membasahi. Kering dan lukanya hati.
Tepat hari ini. Resolusi harus dibentuk. Capaian harus tergapai. Agar semua lancar berjalan.
Tepat hari ini. Rindu selalu hadir. Di sela-sela waktu tanpa pembendung. Di sela-sela tempat tanpa halangan.
Tepat hari ini. Do'a akan selalu terpanjat. Untuk siapa yang ada disana. Ribuan kilo jarak antara kita.
Tepat hari ini. Kita masih dan akan selalu berjuang. Untuk kehidupan bersama yang bahagia. Semoga dipertemukan kembali dalam keadaan yang lebih baik lagi.
0 notes
Text
Luruh
Kamu lelah. Aku pun juga. Bahkan mungkin letih. Hingga tanpa tenaga dan lesu.
Kamu sedih. Aku pun juga. Bahkan mungkin isak. Hingga tanpa suara dan air mata.
Kamu jengkel. Aku pun juga. Bahkan mungkin kesal. Hingga tanpa kata dan ekspresi.
Kamu benci. Aku pun juga. Bahkan mungkin marah. Hingga tanpa sapa dan tanya.
Kamu murung. Aku pun juga. Bahkan mungkin getir. Hingga tanpa apa dan siapa.
Semua emosi tercampur adukkan. Entah siapa yang memutar. Bahkan mungkin tak tahu kapan mula. Hingga tanpa henti dan akhir.
Bolehkah untuk selalu mengucap rindu. Agar yakin itu benar-benar. Salahkah untuk ucapkan canda. Atau bahkan kekeliruan yang terjadi berulang.
Alurnya kemana entah tak bisa paham. Mungkin kesini atau bahkan kasana. Sesekali ingin melepas pikir. Terlalu berat untuk selalu dibawa.
Perlu berhenti sejenak untuk melepas penat. Tapi pemberhentian tidak sejawat. Tak terurai tapi tertambat. Semoga tetap "gila" dengan segala kewarasan yang ada.
1 note
·
View note
Text
Sekian kali
Sejenak terdiam. Lalui memori tanpa kata. Resapi lampau penuh lika. Liku tanpa ada tentram.
Mengolah prasangka. Hadapi kanan dan kiri. Memilih tanpa arti. Penuh pertanyaan tak terbuka.
Nir prestasi atau apresiasi. Aktualisasi diri atau pelarian traumatis. Jujur pada diri atau tatapan sinis. Bermunculan tak berbalas.
Penuh rasa syukur hingga milidetik. Ini tak pernah terungkap. Kata menggores luka masih terucap. Buta tak melihat.
Tak pernah aku siapa. Atau bahkan apa. Mungkin bukan kenapa. Atau sekedar bagaimana. Entah kapan atau dimana.
1 note
·
View note
Text
Kontestasi
Perkembangan zaman membawa perubahan pada berbagai lini. Tidak terkecuali pada metode pemilu dewasa ini. Sosial media menjadi salah satu wahana peperangan dari pendukung setiap paslon. Meskipun metode konvensional pun masih cukup banyak diminati.
Seiring dengan bergulirnya proses demokrasi ini, banyak sekali wacana dan gagasan yang berjalan. Mulai dari diskursus antara paslon dengan pendukung atau bahkan pembencinya, melempar kaos bagi orang2 yang butuh kaos baru, mengumpulkan fotokopi ktp demi mendapatkan sedikit lembar untuk dapur yang mengebul, dan lain sebagainya.
Penulis tergelitik dengan sebuah ide ketika sedang dalam perjalanan. Jika saat ini juga, rakyat diminta untuk membayar paslon yang ada agar menjadi presiden mereka, siapakah paslon yang akan terpilih dan menjadi presiden serta wakil presiden 2024-2029?
Kenapa ide ini muncul? Karena penulis melihat bahwa dalam konsep tenaga kerja, presiden dan wakilnya merupakan pegawai publik yang ditunjuk untuk memikirkan bagaimana sebuah negara akan dibawa dalam 5 tahun ke depan. Dimana ketika kita melihat sebuah perusahaan, jika ingin perusahaan berkembang dengan baik maka perusahaan akan mengeluarkan uang demi mempekerjakan pegawai yang berkualitas bukan pegawai yang membayar perusahaan agar bisa dipekerjakan.
Sehingga konsep politik balas jasa menjadi sebuah kebiasaan yang terjadi di masyarakat akibat terjadinya politik uang dimana para calon memberikan sejumlah uang tertentu agar mereka dipilih. Hal ini berakibat, jika terpilih calon tersebut, mereka akan berusaha mengambil jasa atau uang yang sudah diberikan kepada rakyat dari modal yang mereka sudah keluarkan ketika mencalonkan diri.
Itu lah mengapa, ide membayar paslon agar menjadi presiden dan wakil pilihan muncul dan menggelitik untuk didiskusikan. Terbatasnya ilmu penulis menjadikan tulisan ini memiliki banyak kekurangan. Terimakasih. Salam akal sehat.
0 notes
Text
Mencintai-mu
48 bulan berotasi. 208 minggu berganti. 1461 hari berjalan. 35604 jam berdenting.
Hidup tak hanya soal bahagia, senang, atau gembira. Tetapi ada sedih, duka, dan nestapa. Seperti ada kamu dengan segala perangai. Serta aku dengan segala tabiat.
Naik dan turun. Pasang dan surut. Bertambah dan berkurang. Semua itu terjadi pada perasaan.
Diammu dalam mencinta. Lontaran kata sebagai afirmasi rasa. Terkadang hilang arah tanpa petunjuk. Tapi itulah seni dalam mencinta.
Semoga bisa tetap menenangkan dengan keadaan. Semoga bisa menjadi kuat atas segala tempaan. Semoga bisa selalu mencinta dalam berbagai kondisi. Semoga bisa terus menyayangi hingga akhir nanti.
Love you and our children. Always.
9/11/19 - 9/11/23
0 notes
Text
Sekian lama
Tak terasa waktu berjalan. Hampir 1464 jam atau lebih berlalu. Bagaimana kabarmu disana. Harap kabar baik selalu tercurah.
Hai, terasa lama tak bersua. Masihkah perjuangkan mimpi yang sama. Berjumpa di tanah yang asing sana. Masihkah.
Hai. Seberapa jauh ikhtiar sudah diupayakan. Apakah peluh dan air mata sudah mengalir. Sepotong doa selalu terucap tanpa pinta.
Tetap lah bergerak langkah per langkah. Jika sudah berlari berhentilah sejenak untuk sedikit menghela nafas. Jangan pernah patah arang. Pantang berlabuh sekali kapal berlayar.
Semoga tercapai apa yang dicita. Semoga bersama mereka yang dicinta. Semoga terpenuhi segala asa. Meski perlahan, tapi kita bisa.
5 notes
·
View notes
Text
30 Tahun
Kau selalu tampak letih. Berkendara jauh hampir setiap hari. Berjibaku dengan pekerjaan. Kembali ke rumah pun itu tak berhenti.
Kau selalu tampak lelah. Memikirkan masa depan yang tak pasti. Memikirkan anak yang tak bisa berhenti. Memikirkan suami yang belum memenuhi.
Kau selalu tampak lesu. Menahan beban psikologis dan mental dari sekitar. Menahan beban fisik dengan adek di dalam kandungan. Hingga terkadang lupa untuk sekedar makan meski sedikit.
Kamu wanita kuat. Wanita hebat. Wanita yang selalu memprioritaskan orang lain. Wanita yang tidak peduli kata orang lain terhadap dirinya tetapi memikirkan apa kata orang lain untuk orang terdekatnya.
Selamat bertambah usia wanitaku. Perjalanan menuju empat tahun bersama dan akan memiliki dua buah hati. Akan banyak kejadian-kejadian yang akan menghampiri di depan sana. Entah baik maupun buruk.
Semoga selalu menjadi wanita yang diberkahi oleh kebaikan. Dilindungi dari segala keburukan dunia. Selalu pandai bersyukur atas segala keadaan dan bersabar. Serta tercapai segala yang dicita cintakan.
07-08-2023
2 notes
·
View notes
Text
Masih
Kejadian demi kejadian berlalu. Kabar baik atau buruk silih berganti. Tetap terus bergerak. Meski hanya sepelemparan batu.
Dua saksi perjuangan telah muncul di dunia. Saksi dari pengorbanan ibunya demi masa depan. Selamat datang di lingkungan kebaikan. Semoga bisa menjadi pengingat untuk selalu kuat laksana Bima dan terus memBumi.
Tiga orang berjibaku di kontestasi tahap kedua. Berproses menuju cita penuh harapan. Agar tercapai semua asa. Bismillah dengan segala kehendak-Nya.
Ada yang sejenak sembari membangun cinta. Memperkokoh mimpi dengan teman di sisi. Perkuat dan pupuk bersama. Meski mesra-mesraannya, kecil-kecilan dulu.
Jangan pernah menyerah pada keadaan. Gagal sekali bangkitlah berkali-kali. Kita tidak pernah tahu pada kesempatan ke berapa Allah meridhoi. Usaha dulu, berproses dulu, masalah hasil sudah ada yang tahu kita siap atau tidak.
5 notes
·
View notes
Text
Kesempatan
Mari berhenti sejenak kawan. Mesin masih panas. Karet pada roda baru selesai berderit. Rasakan angin berhembus di sekitar.
Tujuan belum tercapai, itu tak mengapa. Masih ada ribuan, ratusan, puluhan atau bahkan hanya sedikit lagi langkah untuk mencapai. Letih, istirahat sekedar dan kembali bergerak. Tujuan tidak kemana, kita yang menentukan arah.
Ingat rajutan asa yang kita bangun bersama kala itu. Tertata indah dalam sanubari. Ia masih disana. Tinggi dan berharap kita capai.
Pergunakanlah kesempatan untuk gagal. Tapi jangan lupa untuk bangkit. Karena gagal tidak akan selamanya. Yang akan terus ada hanyalah perjuangan.
Satu persatu mimpi menjadi nyata. Perlahan tapi pasti kita akan sampai. Di akhir perjalanan itu. Tempat dimana harapan menjadi satu.
Ingat selalu, kita akan selalu ada untukmu. Bagaimana pun keadaanmu. Apa pun posisimu. Kita akan ada di sampingmu, membersamai untuk tumbuh bersama dan terbang bersama.
1 note
·
View note
Text
Dua Waktu
Tak terhenti. Ruang dan waktu terus berlalu. Mereka melewati. Atau terlewati.
Dua bulan atau 60 hari, sekitar 1440 jam. Semua bergerak pada rotasi. Semakin banyak yang mencoba. Tetapi, semua butuh proses dan kesempatan.
Jogja, beberapa bertemu dan berpisah. Bali, menjadi perwakilan menemani dunia. Sumatera, masih dengan rutinitas lampau. Begitupun kalimantan dan belahan Indonesia lainnya.
Berjalan sendiri sangat berat. Kita tahu itu. Berkabar lah dengan sahabat. Agar bisa saling mendukung untuk terus maju.
Ingat kembali memori berjuang. Masih ada waktu untuk menggapainya. Jangan berhenti atau kembali tanpa harapan, pantang. Suatu waktu, kita pun bisa seperti mereka di negeri sana.
Aku tahu, kita bisa.
3 notes
·
View notes
Text
Laku
Seringnya, kata tak sesuai makna. Ucap satu inginnya dua. Sebut aku ternyata dia. Ekspektasi di atas realita.
Caraku atau tingkahmu. Entah adakah yang benar. Biarkan saja tanpa arah menjamu. Hanya melihat harap menguar.
Lidah kelu tak mampu mengucap. Jadi kaku tak bertuan. Butuh bantuan seperti halnya sulap. Hilangkan ego prok prok prok, tak heran.
Ijin kah aku mengisi sedikit waktu. Yang seratusnya tak pernah aku. Atau satunya yang bukan aku. Semoga satu hingga seratusku, selalu kamu.
28 April 2023
1 note
·
View note