Text
Udara malam ini begitu dingin, membuat buku-buku jari ku memucat. Belaian daun yang saling beterbangan menari mengikuti ritme alunan angin. Samar-samar terdengar lolongan anjing bernyanyi dalam kesunyian. Dalam ketakutan aku tetap enggan beranjak, menikmati kebekuan yang pelan-pelan membuatku tak bergerak.
0 notes
Text
Semua manusia itu punya keunikannya masing-masing, begitupun juga kamu, Na. Jadi jangan pernah membandingkan atau ngerasa kurang dari dirimu. Cukup kamu jadi diri sendiri udah keren banget kok. Jangan merubah dirimu hanya karena ingin menjadi seperti mereka. Orang yang benar-benar tulus sama kamu akan menerima segala keunikan mu, baik kekurangan atau kelebihan dirimu.
Dan satu lagi, kebahagiaan orang lain itu bukan tanggungjawab kamu. Kamu hanya berhak atas emosi mu sendiri, bukan orang lain. Bukannya egois, hanya saja kamu harus bisa membedakan mana yang harus menjadi prioritas kamu. Perasaanmu jauh lebih penting, daripada orang lain yang belum tentu bisa berlaku sama layaknya kamu memperlakukan mereka. Berhenti menyalahkan diri sendiri, ya!!!
You deserve better, Na!
0 notes
Text
Terkadang kita membutuhkan hari yang buruk untuk menghargai hal-hal baik.
3 notes
·
View notes
Text
Kenapa setiap kepikiran masalah atau ada masalah ini perut rasanya kaya di aduk, mual banget. Kepala isinya udah semrawut, isi perut kaya mau keluar semua. Ditambah ga bisa tidur juga, cape banget rasanya. Jalan satu-satunya ya cuma nangis sendirian sambil selimutan.
3 notes
·
View notes
Text
Kalo pengen nangis, nangis ajaa jangan ditahan. Ga enak kan rasanya, yauda keluarin aja semuanya. Lagian Tuhan menciptakan air mata untuk dikeluarkan bukan ditahan dan disimpan. U deserve better.
3 notes
·
View notes
Text
Pengen nangis, tapi ga bisa nangis tuh rasanya sakit banget tauu. Nyesek rasanya, ga nyaman banget.
3 notes
·
View notes
Text
Nyatanya meminta maaf lebih mudah daripada memberi maaf
42 notes
·
View notes
Text
Emang ga cape tiap hari ngasih makan ego lewat orang lain terus?
2 notes
·
View notes
Text
Lembab
Sembab
Bumi membasah
Ranting-ranting patah
Daun-daun berguguran
Saling berserakan
Badai semalam memporak porandakan halaman
Tanpa kusadari, atap rumahku sudah berjatuhan
Namun nyeri di kaki menyadarkan ku
Bagaimana kacaunya tubuh ini
Badai semalam dengan sengaja melahirkan luka-luka ini
Perih
Tertatih
Seperti mati
Namun belum mati
8 notes
·
View notes
Text
Tau nggak bagian paling sakitnya di mana? Saat kita sayang dan cinta sama seseorang, tapi kita dipaksa untuk berhenti begitu saja. Karena kita tau ada banyak alasan yang mengharuskan kita untuk sadar diri. Memaksakan kemungkinan yang tidak mungkin, itu sakit.
5 notes
·
View notes
Text
Pada sebuah lembar kosong, aku menuliskan beberapa aksara. Menguntainya menjadi kalimat hingga terbentuk sebuah bait-bait tak beraturan. Berisi keluh kesah perjalanan hidupku. Cinta dan luka memenuhi hampir seluruhnya. Namun tak jarang aku membiarkan beberapa halaman lainnya kosong.
Seperti saat ini, banyak kejadian yang telah ku lewati hari ini. Namun aku enggan mengayunkan pena pada lembar itu. Aku terlalu takut untuk mengingatnya kembali. Kolase perjalanan hari ini menurutku begitu menyeramkan. Tanjakan terjal dan curam hampir membuatku terpleset jatuh ke dalam jurang. Helaan nafas terdengar dari mulutku. Seperti ada sebuah beton tak kasat mata yang menimpa dadaku.
Ternyata menjadi dewasa semenyakitkan ini. Tuntutan hidup yang sangat kejam mengharuskan ku untuk terus bertahan. Padahal di sini aku sudah kelelahan hampir meregang nyawa. Ajaibnya ragaku masih bisa bergerak ke sana kemari. Berbeda dengan jiwaku, kini mulai layu. Layaknya sebuah tumbuhan yang kekeringan akibat kemarau panjang. Entah kapan air Tuhan akan turun memberikan kehidupan yang lebih baik dari hari ini.
Sebelum benar-benar menyerah, semoga cahaya mentari esok pagi membawaku hidup kembali. Sedikit harap yang kumiliki. Menikmati arunika kala pagi menyingsing, juga sinar senja yang menjadi obat penenang pikiran. Mungkin segelas coklat panas akan menjadi temanku malam hari ini, meskipun aku tidak terlalu menyukainya hahaha.
1 note
·
View note
Text
Apakah kau tau, terkadang aku merasa takut sekali akan sesuatu yang terjadi. Meskipun itu bukanlah kesalahanku, aku terlalu takut menjalaninya. Dan tidak jarang juga aku selalu bertanya pada diriku sendiri, apakah aku ini normal? Apakah aku ini sebenarnya waras? Bahkan memikirkan dua pertanyaan itu membuatku merasa ingin gila. Sungguh, aku sangat takut. Banyak ketakutan yang aku sembunyikan, aku akan terus tertawa dan terlihat baik-baik saja untuk menutupinya. Namu disaat sendirian, pertanyaan-pertanyaan itu kembali menghantuiku. Bayang-bayang hari esok sangat menyeramkan. Membuatku sulit untuk memejamkan mata. Jikalau pun mataku mampu terpejam, akan sulit untuk terbuka kembali. Hingga akhirnya dipagi hari yang begitu cerah, berbanding terbalik dengan hati dan pikiranku. Lagi-lagi dan lagi, apakah aku ini sudah gila? Langkahku terasa berat, hatiku dipenuhi oleh gemuruh tak beraturan kala kaki ku berjalan meninggalkan ruangan kecil tempatku mengadu. Otak kecilku berfikir, mungkin ini akhir dari perjalananku di sini. Mungkin benar, sebentar lagi aku akan gila.
6 notes
·
View notes
Text
Kau menoreh lenganmu menampilkan tinta merah yang begitu pekat. Lalu kau tertawa begitu keras, tak terasa sepasang kelereng itu mengeluarkan bulir yang sangat deras. Kacau, malam ini kau tampak lebih kacau dari sebelumnya. Meringkuk sendirian menikmati kegetiran yang kian meradang. Bukankah lebih baik kau menggores selembar kertas dengan sebuah pena, daripada menggores lenganmu dengan sebilah pisau.
6 notes
·
View notes
Text
Bahkan laut yang begitu tenang pun masih banyak orang yang tidak menyukainya.
10 notes
·
View notes
Text
Aku suka hujan, namun tidak dengan petir dan badainya.
2 notes
·
View notes
Text
Siang hari ini riuh air langit turun membasahi bumi. Dirgantara sedang menumpahkan segala harap yang tak kunjung terlaksana. Dari kejauhan terlihat orang-orang berlarian untuk menghindar kebasahan. Sedangkan gadis itu asik melamun ditemani kulacino pada gelas kaca yang berisi matcha. Aroma petrikor layaknya morfin sebagai penawar rasa sakit pada hatinya. Entah sampai kapan ia akan terus menerus memeluk lara.
6 notes
·
View notes