hanya mengagumi tak berniat untuk memiliki
Last active 3 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Lembab
Sembab
Bumi membasah
Ranting-ranting patah
Daun-daun berguguran
Saling berserakan
Badai semalam memporak porandakan halaman
Tanpa kusadari, atap rumahku sudah berjatuhan
Namun nyeri di kaki menyadarkan ku
Bagaimana kacaunya tubuh ini
Badai semalam dengan sengaja melahirkan luka-luka ini
Perih
Tertatih
Seperti mati
Namun belum mati
0 notes
Text
Tau nggak bagian paling sakitnya di mana? Saat kita sayang dan cinta sama seseorang, tapi kita dipaksa untuk berhenti begitu saja. Karena kita tau ada banyak alasan yang mengharuskan kita untuk sadar diri. Memaksakan kemungkinan yang tidak mungkin, itu sakit.
3 notes
·
View notes
Text
Pada sebuah lembar kosong, aku menuliskan beberapa aksara. Menguntainya menjadi kalimat hingga terbentuk sebuah bait-bait tak beraturan. Berisi keluh kesah perjalanan hidupku. Cinta dan luka memenuhi hampir seluruhnya. Namun tak jarang aku membiarkan beberapa halaman lainnya kosong. Seperti saat ini, banyak kejadian yang telah ku lewati hari ini. Namun aku enggan mengayunkan pena pada lembar itu. Aku terlalu takut untuk mengingatnya kembali. Kolase perjalanan hari ini menurutku begitu menyeramkan. Tanjakan terjal dan curam hampir membuatku terpleset jatuh ke dalam jurang. Helaan nafas terdengar dari mulutku. Seperti ada sebuah beton tak kasat mata yang menimpa dadaku. Ternyata menjadi dewasa semenyakitkan ini. Tuntutan hidup yang sangat kejam mengharuskan ku untuk terus bertahan. Padahal di sini aku sudah kelelahan hampir meregang nyawa. Ajaibnya ragaku masih bisa bergerak ke sana kemari. Berbeda dengan jiwaku, kini mulai layu. Layaknya sebuah tumbuhan yang kekeringan akibat kemarau panjang. Entah kapan air Tuhan akan turun memberikan kehidupan yang lebih baik dari hari ini. Sebelum benar-benar menyerah, semoga cahaya mentari esok pagi membawaku hidup kembali. Sedikit harap yang kumiliki. Menikmati arunika kala pagi menyingsing, juga sinar senja yang menjadi obat penenang pikiran. Mungkin segelas coklat panas akan menjadi temanku malam hari ini, meskipun aku tidak terlalu menyukainya hahaha.
1 note
·
View note
Text
Apakah kau tau, terkadang aku merasa takut sekali akan sesuatu yang terjadi. Meskipun itu bukanlah kesalahanku, aku terlalu takut menjalaninya. Dan tidak jarang juga aku selalu bertanya pada diriku sendiri, apakah aku ini normal? Apakah aku ini sebenarnya waras? Bahkan memikirkan dua pertanyaan itu membuatku merasa ingin gila. Sungguh, aku sangat takut. Banyak ketakutan yang aku sembunyikan, aku akan terus tertawa dan terlihat baik-baik saja untuk menutupinya. Namu disaat sendirian, pertanyaan-pertanyaan itu kembali menghantuiku. Bayang-bayang hari esok sangat menyeramkan. Membuatku sulit untuk memejamkan mata. Jikalau pun mataku mampu terpejam, akan sulit untuk terbuka kembali. Hingga akhirnya dipagi hari yang begitu cerah, berbanding terbalik dengan hati dan pikiranku. Lagi-lagi dan lagi, apakah aku ini sudah gila? Langkahku terasa berat, hatiku dipenuhi oleh gemuruh tak beraturan kala kaki ku berjalan meninggalkan ruangan kecil tempatku mengadu. Otak kecilku berfikir, mungkin ini akhir dari perjalananku di sini. Mungkin benar, sebentar lagi aku akan gila.
6 notes
·
View notes
Text
Kau menoreh lenganmu menampilkan tinta merah yang begitu pekat. Lalu kau tertawa begitu keras, tak terasa sepasang kelereng itu mengeluarkan bulir yang sangat deras. Kacau, malam ini kau tampak lebih kacau dari sebelumnya. Meringkuk sendirian menikmati kegetiran yang kian meradang. Bukankah lebih baik kau menggores selembar kertas dengan sebuah pena, daripada menggores lenganmu dengan sebilah pisau.
6 notes
·
View notes
Text
Bahkan laut yang begitu tenang pun masih banyak orang yang tidak menyukainya.
9 notes
·
View notes
Text
Aku suka hujan, namun tidak dengan petir dan badainya.
1 note
·
View note
Text
Siang hari ini riuh air langit turun membasahi bumi. Dirgantara sedang menumpahkan segala harap yang tak kunjung terlaksana. Dari kejauhan terlihat orang-orang berlarian untuk menghindar kebasahan. Sedangkan gadis itu asik melamun ditemani kulacino pada gelas kaca yang berisi matcha. Aroma petrikor layaknya morfin sebagai penawar rasa sakit pada hatinya. Entah sampai kapan ia akan terus menerus memeluk lara.
6 notes
·
View notes
Text
Nayanika itu tampak begitu kelam layaknya dirgantara kala malam. Bulir bening mulai membasah. Dersik di luar begitu riuh beradu dengan kecamuk pikiran yang tiada hentinya. Bolehkah ia menyerah pada selesa semesta?
9 notes
·
View notes
Text
Mau sampai kapan kaya gini terus, emang nggak capek ya?
Emang masih betah berdiam diri terus-menerus di sini. Emangnya nggak mau pindah ke tempat lain?
Suka banget nyakitin diri sendiri, emang udah nggak sayang lagi sama hati kamu?
3 notes
·
View notes
Text
Nyesek banget sumpah, pengen banget balik ke masa itu lagi.
4 notes
·
View notes
Text
Ga enak banget tau tiba² keinget masalalu, rasanya langsung kosong. Ditambah suasana juga mirip² kaya dulu, sumpah bikin nangis banget.
1 note
·
View note
Text
Rules pertama jangan pernah sekali² nyimpen momen lewat lagu, soalnya tiap denger langsung auto keinget yang lalu². Bikin nyesek ga karuan, ga enak banget pokonya.
2 notes
·
View notes
Text
Sepasang netra kelam itu tampak begitu tenang. Membawaku hanyut semakin menyelam, menyesatkan ku hingga aku tak mampu kembali pada kenyataan. Saat aku hendak berbalik, disana ada sebuah rasa getir yang begitu mendambakan kehangatan. Seakan memohon padaku untuk tinggal lebih lama bersamanya. Namun saat ini aku sedang dalam kebimbangan, apa mungkin aku bisa memberikan kehangatan sedangkan aku sendiripun terlarut dalam luka trauma yang sukar menyembuh.
7 notes
·
View notes
Text
Aku senang bermain diksi hanya untuk mengenalkan mu pada semua orang, bahwasanya aku beruntung bertemu denganmu.
8 notes
·
View notes
Text
Banyak hal ingin ku ucapkan, namun aku bukanlah seorang pencerita yang handal. Maka dari itu banyak sekali coretan pada dinding kamarku. Bait-bait aksara menari-nari di setiap sudut ruangan itu. Seperti ironi aku menghabiskan waktuku hanya untuk bermain rima juga diksinya. Akan tetapi mereka tak pernah mengerti isi dari setiap tulisanku. Hingga akhirnya aku tersadar bahwa dari ribuan manusia, hanya aku yang mampu mengerti diriku.
23 notes
·
View notes
Text
Banyak hal yang ingin aku utarakan, namun setiap kalimat yang aku ucapkan seolah tercekat dalam tenggorokanku. Begitu sukar mulutku mengeluarkan suara, bahkan hanya sekedar membuka bibir pun terasa begitu berat.
Akhirnya aku hanya menghela nafas, sesak tiada terkira. Layaknya dirajam menggunakan ribuan pisau. Semuanya berputar-putar di kepalaku, sangat ramai. Sulit aku menjabarkan semua perasaanku. Terkadang aku pun tak menyadari apa yang sedang terjadi pada diri ini.
Luka batin ku kini menjadi temanku, yang dipenuhi oleh tangisan dan teriakan dalam diam. Gonggongan manusia diluar sana menjadi penyempurna untuk setiap ketakutan ku. Ingin aku berlari dari semua ini, namun lagi-lagi itu sekedar ilusi. Pilu ini, aku ingin segera mengakhiri. Sialnya aku akan terus terjebak di sini, menunggu kapan waktuku akan berhenti.
#sajak#poetry#puisi#puisipendek#sastra#writing#puisiindonesia#sajak puisi#arvsee#karya sastra#kata cinta#motivasi#motivasi hidup#kumpulan puisi#tentangrasa#tentang kamu#self insert
15 notes
·
View notes