hanifizzatullah
Melodi Aksara
123 posts
Hikmah dan ilmu selalu menyapa di setiap untaian kata dan kejadian, tersirat atau tersurat lugas. Maka hanya hati yang siap menerima dan mencari yang mampu menyulam kebaikan-kebaikan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
KEHILANGAN Ada hal yang seringkali kita kehilangan, namun juga seringkali kita tak merasa dan tidak mencarinya. Adalah sabar dan syukur. Sabar, yang ujiannya tak pernah pernah kita prediksi kedatangannya. Tak pernah terkira pula besar atau kecilnya. Entah berapa banyak hal yang bisa kita sikapi dengan baik, berubah makin runyam karena emosi mengontrol. Seringkali kita kehilangan, namun tak peka merasa. Syukur sering menjadi penghias kata pembuka suatu hajat. Namun pada tindak keseharian, entah sudah berapa nikmat yang terlewat tanpa rasa syukur. Mungkin ia telah kehilangan makna, sehingga hanya terlisan dalam bibir kita. Seringkali kehilangan, namun kita tak peka merasa. Urusan kehilangan ini makin runyam saat dunia yang kita tempati hari ini begitu menawarkan gemerlap dan gempita, yang sayangnya, seringkali semakin membuat kita tak merasa. Padahal perlahan kehilangan semakin lama semakin pudar. Salah satunya tentang bahagia. Dunia, atau malah justru kita sendiri, seringakali alfa. Entah seberapa sering kita menjadikan kebahagiaan orang lain menjadi standar bahagia diri kita. Sehingga lupa untuk bersabar saat mengadah ke atas dan bersyukur saat melihat ke bawah. Sabar dan syukur, keduanya tak pernah sama kadarnya. Karena beda pribadi, beda ujian, beda kondisi, beda kelas, maka berbeda pula yang kita butuhkan untuk bersabar dan bersyukur. Tapi ada satu rumus pasti, sabar dan syukur terbaik hadir saat jiwa memiliki kedekatan terbaik padaNya. Foto 📷 : Kebahagiaan adik adik di Kampung Gambung, saat #safe2arsabandung kemarin. Sumber : Dokumentasi SAFE 2 @arsa_bandung #marimenjelajah #gambung #bandung #explorebandung #safe2 #safe2arsabandung #arsabandung #komunitasarsa #ctarsafoundation #socialcommunity #social #socialproject #socialcommunity #sharingandfuneducating #sharing #fun #education (at Gambung, Jawa Barat, Indonesia)
14 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
LAYAR TANCAP
"Yah, tunggu Yah", aku tergopoh berusaha menjajari langkah Ayah. "Kenapa sih buru-buru sekali", aku merenggut dalam hati.
Hatiku terus tak tenang. Angin malam sejuk disertai gerimis kecil tak mampu menyejukkan hatiku. Biasanya aku paling menyukai suasana hujan seperti ini. Meneduhkan. Syahdu.
Pundakku ditepuk perlahan.
Aku menoleh. "Masih bete sama Ayah ya?", Ayah muncul dengan senyum khasnya, disertai bajigur kesukaanku.
Aku merenggut. Bibir ku monyongkan dibuat-buat. Gayanya amat mirip bebek tokoh komik kartun kesukaanku. Ah biarlah, aku sedang kesal.
Ayah duduk di sebelahku. "Ayah tahu kamu kesal karena tadi Ayah buru-buru, sampai kamu tertinggal. Ya kan?", bahuku di dekap perlahan.
Harum bajigur hangat menggelitik. "Itu karena Ayah ingin mengajarkan sesuatu sama kamu. Kamu pernah kan nonton layar tancap di kampung sebelah? Kamu ingat, waktu itu apa yang kamu lakukan?". Aku berusaha mengulang memori.
Ah iya, bagaimana aku bisa lupa. Aku begitu semangat saat itu. Sejak tiga hari sebelumnya, aku sudah mempersiapkan hari itu. Aku lebih bersemangat membantu Ibu mencuci pakaian tetangga. Membantu Ayah ke pasar untuk keperluan jenazah, bisnis Ayah.
Hari itu, semangatku semakin berlipat. Lepas isya aku segera berangkat mengayuh sepedaku. Berusaha dapat tempat paling depan, tempat terbaik. Tak ingin sedetik pun terlambat menonton film rambo itu. Begitu menikmati tiap momennya. Menjelang akhir film, makin tak ingin segera beranjak pergi.
Ayah tersenyum. "Begitulah Na seharusnya kita saat kita akan menghadap Sang Pencipta kita. Shalat menjadi hal yang begitu kita nantikan. Kita lebih bersegera dan 'buru-buru' datang ke masjid. Tak ingin kehilangan sedetik pun dan ingin dapat tempat terbaik, yaitu shaf pertama. Tak ingin segera beranjak pergi, begitu menikmati". Ayah menjelaskan panjang x lebar.
Jleb. Ah, Ayah selalu bisa memberiku nasihat dari hal hal yang tampak sederhana. Jleb jleb. Aku terdiam.
Aku tersenyum. Aku langsung memeluk ayah. Mencium tangannya. "Aku sayang bangeet sama Ayah, makasih yaa Yah". Rasa kesalku sudah menguap entah kemana.
Ayah mencium ubun-ubunku. Tersenyum. "Jadi bajigurnya buat Ayah saja nih?". Eh, buru-buru aku ambil segelas. Kalau bajigur sih, mana bisa aku tolak.
9 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
Bukan Salah (Asuh) Ayah dan Ibu
Dulu, dulu sekali, saat sedang masih labil-labilnya, saya pernah bertengkar dengan Ibu. Saat itu, saya kecewa dengan perlakuan Ibu sampai khilaf dan dengan gegabahnya mengatakan bahwa ada satu kesalahan Ibu pada pola asuhnya terhadap saya dulu yang ternyata berdampak pada bagaimana saya di hari itu. Pun sebaliknya, Ibu sedih karena katanya saya mengecewakan. Lupa apa masalahnya, tapi saya begitu ingat pada perkataan Ibu,
“Ibu tuh memang engga sekolah tinggi. Ibu engga taulah apa tuh yang psikolog atau buku-bukumu bilang. Tapi kamu jangan bilang gitu sama Ibu, karena bagaimanapun Ibu usaha yang terbaik buat kamu. Jangan hanya karena kamu belajar terus kamu merasa lebih pintar, jangan hanya karena kamu mengaji lalu kamu berasa lebih shalihah.”
Ah! It was really broke my heart. Sedih luar biasa rasanya mendengar kalimat-kalimat itu keluar dari mulut Ibu, bukan karena kalimat-kalimatnya, tapi karena sadar betapa mengerikannya jika memang iya ternyata apa yang Ibu katakan itu benar dan selalu demikian. Lalu saya menangis hebat sampai akhirnya tertidur dan bangun dalam keadaan demam. Hebatnya Ibu, permintaan maaf saya begitu cepat dikabulkan, dan beliau kembali seperti bagaimana saya melihat teduhnya sehari-hari, “Iya, sebelum kamu bilang apa-apa juga udah dimaafin. Udah jangan nangis, kalau nangis nanti kamu sakit. Kamu mau makan apa hari ini?” Maa syaa Allah, semoga Allah selalu baik pada Ibu karena kebaikan hatinya. 
Benar kiranya bahwa setiap orang memang berpotensi mengecewakan untuk satu sama lain, tidak terkecuali untuk hubungan anak dan orangtua. Kalau dipikir-pikir, setiap anak pasti punya cerita menyenangkan dan menyedihkan tentang bagaimana orangtuanya mengasuh dan mendidiknya sewaktu kecil. 
Kemarin, saya dan teman-teman di kantor randomly berdiskusi tentang bagaimana dinamika pola pengasuhan orangtua berpengaruh terhadap diri kami saat ini. Tidak semuanya baik, pun tidak semuanya buruk. Satu per satu dari kami pun saling mengungkapkan insight-insight yang seketika muncul di pikiran,
“Aku baru sadar sekarang-sekarang kalau ternyata apa yang dilakukan Bapak dan Ibu dulu bikin aku kesulitan untuk bisa berpikir, memilih, dan memutuskan sesuatu.”
“Waktu kuliah, aku sering kehabisan uang karena aku konsumtif banget. Kalau stress pasti aku langsung belanja padahal engga butuh-butuh banget. Terus aku ingat sesuatu, dulu kalau aku nangis atau rewel pasti langsung dikasih uang dan disuruh jajan.”
“Mama sama Papa dari dulu jarang ngasih aku apresiasi. Terus lama-lama aku jadi suka merasa minder dan engga percaya diri.”
“Daya juang aku tuh rendah, kayaknya karena dulu kalau mau apa-apa gampang banget, pasti langsung ada, pasti langsung dibeliin dan seringnya tanpa aku harus minta dulu.”
dan seterusnya.
Bukan ngobrol berdaya namanya jika tidak ada pembelajaran apapun yang bisa diambil. Lalu kami pun menyadari sesuatu, bahwa bagaimana pun kami tidak perlu marah, kecewa, atau bahkan membenci orangtua hanya karena sesuatu yang sebenarnya mereka pun tidak pernah bermaksud untuk melakukan kesalahan. Teman saya bilang, “Semua yang kita sadari sekarang sebenarnya bukan untuk menyalahkan orangtua atas apa yang dilakukannya dulu terhadap kita. Justru jadi tantangan tersendiri, gimana caranya kesalahan yang sama engga kita ulangi lagi nanti ke anak-anak kita.”
Mendadak saya ingat sesi belajar dengan Ibu Evangeline Suaidy, seorang psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati saat beliau diundang ke NuParents untuk membahas tentang Self-Assessment, beliau bilang,
“Dengan membaca satu dua buku, belajar sekali dua kali, atau mendalami suatu ilmu, seringkali kita dengan mudahnya menyalahkan orangtua dan menunjukkan kekecewaan atas kesalahan mereka yang baru kita temukan saat dewasa. Tapi kita lupa bahwa pada saat orangtua mengasuh dan membesarkan kita dari dulu sampai sekarang, mereka sudah melakukan yang terbaik sejauh yang mereka ketahui, semampu yang bisa mereka upayakan. Jadi, jika dulu mereka mengasuh kalian dengan begini dan begitu yang mungkin sekarang kalian menyadari letak kelirunya dimana, itu sungguh bukan karena mereka berniat melakukan kesalahan, tapi karena itulah bentuk kasih sayang terbesar dan terbaik yang dapat mereka lakukan. Sekarang, kalian mau kan memaafkan?”
Yup! Semua bukan karena orangtua salah mengasuh, tapi karena itulah yang terbaik yang mereka ketahui dan itulah yang mampu mereka upayakan untuk kebaikan kita. Untuk kebaikan kita~
Zaman dulu memang tidak secanggih sekarang ketika kajian pra-nikah mudah ditemukan, buku parenting banyak dijual dimana-mana, seminar sering diadakan di berbagai kota, komunitas yang peduli tentang pengasuhan mulai bermunculan, belum lagi materi-materi yang menjamur di media sosial. Oleh karena itu, wajar kiranya jika dulu orangtua kita menganggap bahwa mengasuh anak adalah kemampuan naluriah yang akan muncul dengan sendirinya seiring dengan pernikahan dan kelahiran anak. Tapi, bagaimana pun, tentunya ini tidak lantas menjadi celah yang memperbolehkan kita untuk kecewa dan menyalahkan orangtua kita atas kesalahan-kesalahan pengasuhan yang dulu pernah mereka lakukan terhadap kita. Sebab, itulah yang terbaik dari mereka untuk kita. Alhamdulillah. Tabarakallahu. Semua nyatanya membentuk dan mendewasakan kita sedemikian rupa. Allah, semoga Engkau selalu menyayangi Ayah dan Ibu, memudahkan setiap urusannya, dan melimpahkan hidupnya dengan segala kebaikan.
Selamat belajar! Bukan untuk mengkritisi dan menyalahkan masa lalu, tapi untuk memperbaiki masa depan dan membangun peradaban.
595 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
KISAH HIDUP PAMAN GOBER. Siapa yang tidak mengenal #komiklegendaris Kisah Paman Gober? Tentu #komik ini mewarnai #masakecil kita dengan serunya cerita-cerita dan tokoh komik ini. Komik dengan judul asli "The Life and Times of Scrooge McDuck" ini diterbitkan dalam 12 jilid di negara aslinya USA dan terbit dalam 7 edisi dalam bahasa. Edisi bundel ini menggabungkannya sekaligus dengan edisi-edisi cerita tambahan dari penulisnya. Dengan tebal 498 halaman, #komik edisi bundel ini secara lengkap menceritakan perjalanan #Gober kecil dimulai pada 1867 sebagai penyemir sepatu di #Glasgow #Skotlandia lalu berpetualang ke seluruh penjuru dunia, membangun #bisnis, bertemu dengan musuh besarnya seperti Gerombolan SiBerat, Roker Bebek, dan lainnya. Juga bagaimana koin keberuntungan, membangun gudang uang, dan menjadi bebek terkaya. Bahkan hingga petualangannya ke #Batavia dan Gunung #Krakatau. Betul-betul seru dan dijamin kita akan terbawa suasana petualangan #PamanGober. Puas sekali saya dimanjakan dengan gambar gambar detailnya, juga jalan cerita yang tak pernah membosankan. Sayangnya edisi ini saat ini cukup #langka. Jadi bila kamu menemukannya suatu saat, jangan ragu untuk menjadikan #buku ini sebagai koleksimu. Thanks untuk #DonRosa dan #CarlBarks telah menghiasi masa kecil dengan imajinasi dan petualangan hebat. A masterpiece of all time.
4 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
"Alam semesta ini penuh dengan kejutan. Coba kau amati dan renungkan. Ambil pelajaran dari semuanya. Itulah yang disebut oleh orang-orang tua kita di Minang, nan satitiak jadikan lawuik, nan sakapa jadikan gunuang, alam takambang jadi guru". . Ini petuah favorit saya di karya Uda @afuadi ini, Anak Rantau. Karya ringan dan seru yang saya rekomendasikan bagi Anda. Anak Rantau bercerita tentang Hepi, seorang anak rantau yang berjuang untuk membuktikan, berjuang melawan dirinya dan perasaannya sendiri. Lewat Hepi, kita akan banyak belajar tentang penerimaan dan pemaafan atas segala luka dan masa lalu. But not just all about, saat membaca Anak Rantau, I felt like I came back home to the time when I played soccer, and others fun things, with my friends. Using our wild imaginations believing we can do everything and be came anything. Sensasi yang begitu membuat kita terasa kembali dipenuhi luapan gairah, layaknya masa kanak kanak kita yang begitu penuh semangat. Anak Rantau kaya sekali dengan #budayaminang yang penuh pembelajaran hidup, nilai-nilai, kekeluargaan, pertemanan, dan nilai agama. Sesuai dengan petuah "Indak lapuak diujan indak lakang dek paneh, dibubuik indak layua dianjak indak mati. Dalam #AnakRantau kita akan semakin menyadari meski kini #nilai adat tak lagi diminati generasi penerus namun kita akan melihat bahwa nilai #adat dan nilai #agama bukan hal yang bertentangan, melainkan saling mendukung menjadi pondasi #masyarakat yang baik. #anakrantau #ahmadfuadi #afuadi #minang #culture #book #indonesianwriter #exploreminang #bookstagram #instabook #recommendedbook #read #ulasbuku #bookreview #izzasharing (at Minangkabau - West Sumatra)
5 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Kita tidak bisa merubah masa lalu. Tapi kita mampu menghadapi masa depan. Baik buruk diri kita di masa lalu, mimpi harapan dan target tercapai atau tertunda, kesempatan yang terlewatkan, itu semua tak mampu kita ubah. Namun masa lalh dapat kita jadikan pelajaran. Maka langkah selanjutkan kita yang menentukan. Kisah Ummar bin Khattab, Mushab bin Umair, Khalid bin Walid, merupakan kisah misah mashur untuk kita jadikan pelajaran. Bahwa masa lalu tak membuat mereka menghentikan kebaikan selanjutnya. Karena bahagia atau laranya. Berhasil atau gagalnya. Kita yang tentukan. Kita yang memilihnya. #past #timeflies #hope #future #hijrah #carocokpainan #padang #explorepadang #sky #hanifizzatullah #hanifdiary (at Carocok Painan)
7 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
5cm. . "Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka tinggal mempercayainya." . 5cm adalah novel yang namanya begitu melejit di kalangan muda #indonesia. Bagaimana tidak, paska kelahirannya, ia membawa sebuah, #trend dan kebiasaan baru di kalangan generasi muda. Sesuai sekali dengan tema besar #buku ini yang mengangkat kehidupan lima orang sahabat yang memiliki karakter berbeda-beda. Kelima sahabat ink begitu erat hingga rasa bosan datang. Setelah memutuskan tiga bulan tidak berinteraksi, mereka merayakan reuni dengan mendaki #Mahameru. Dengan hati yang telah kaya rasa ini, mereka menemukan kembali arti manusia, saat perjalanan mendaki puncak tertinggi di pulau #Jawa tersebut. Dialog dialog lepas khas anak muda, percakapan penuh tawa, petikan lagu keren membuat suasana novel ini terasa asyik. Sehingga muatan muatan #nilai yang disampaikan begitu mudah diserap oleh para pembaca. Alur yang digunakan juga tak membosankan. Mungkin yang menjadi kekurangan yaitu saat bagian ending. Terlalu terasa menukik dan naif. Namun itu tidak mengurangi keseruan dan pelajaran yang tersampaikan di #novel ini. . Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu, cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa. percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”. . #5cm #motivation #dream #hope #book #ulasbuku #reviwebuku #bawabuku #bookstagram #instabook #bookworm #read (at Nanyang Technological University, Singapore)
6 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
TITIK NOL. Bila ada sebuah #travelbook yang berhasil 'menyihir' saya, maka ialah Titik Nol. Sebuah #safarnama alias kisah perjalanan luar biasa dari seorang #AgustinusWibowo. Namun Anda jangan salah sangka, Titik Nol bukan tentang #travelguide atau kumpulan tips 'how to survive' atau buku panduan perjalanan lainnya. Lebih dari itu, Titik Nol bukan berbicara destinasi semata. Melainkan tentang memaknai sebuah #perjalanan. Maka ketika mendengar bahwa naskah #buku ini telah mengalami dua puluh kali lebih penulisan ulang, sungguhlah kegigihan dan kerja keras #penulis dan editor patut diapresiasi tinggi. Menegaskan betapa seriusnya Titik Nol ini digarap. Perjalanan Titik Nol dimulai saat ia menembus #Tibet secara ilegal, berlanjut ke #Nepal, #India, #Pakistan, #Kashmir dan #Afghanistan. Memaknai perjalanan lebih dari sekadar memuaskan ego. Salah satu kelebihan Titik Nol, penulis bukanlah #turis yang datang dan mengambil foto lalu pergi. Ia melebur di dalamnya, mengenal negeri, bercengkrama dengan #masyarakat dan #budaya, memahami dan merasakan emosi sosial disana. Lalu menyelami beragam pemaknaan. Gaya bahasa penulis begitu luwes dan terbuka di #TitikNol ini. Sesekali lucu dan menggelitik. Sesekali menampilkan amarah, kekesalan dan kekecewaan. Di lain waktu mampu menghadirkan duka dan kesedihan. Kita pembaca dibuat merasa penuh dengan berbagai pergolakan dan merasakan langsung emosi perjalanan tersebut. Keseruan, mendebarkan, dan pembelajaran kebijaksanaan. . ”Safarnama itu bukan melulu tentang kisah-kisah eksotis. Perjalanan itu bukan hanya soal geografi dan konstelasi, perpindahan fisik, lokasi dan lokasi. Perjalanan adalah melihat rumah sendiri layaknya pengunjung yang penuh rasa ingin tahu, adalah menemukan diri sendiri dari sudut yang selalu baru, adalah menyadari bahwa Titik Nol bukan berhenti di situ. Kita semua adalah kawan seperjalanan, rekan seperjuangan yang berangkat dari Titik Nol, kembali ke Titik Nol. Titik Nol dan titik akhir itu ternyata adalah titik yang sama. Tiada awal, tiada akhir. Yang ada hanyalah lingkaran sempurna, tanpa sudut tanpa bats. Kita jauh melanglang sesungguhnya hanya untuk kembali.” . #ulasbuku #reviewbuku #booktagram #read (at Mentawai Island)
8 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Hiruk pikuk kehidupan modern yang begitu gemar pada segala yg rasional dan selalu menuntut bukti empiris telah mengantarkan manusia pada titik nadir kegersangan spiritual yang dalam. Manusia-manusia di berbagai penjuru kota dunia telah terpojok pada rasa frustasi yg sangat karena kegagalan mencapai kebahagiaan, ketenangan jiwa, dan keselarasan hidup. Jiwa manusia di musim globalisasi yang gersang semakin merindukan hal-hal spritual, suatu pengalaman batin tentang yang ghaib. Di dunia semacam itu, lahir sebuah paham yg menenteramkan dan seolah memberi jalan keluar bagi manusia. Sebuah ajaran mengenai Pluralisme Agama. Paham ini mengangankan robohnya sekat-sekat antar agama, dimana semua agama dapat berdamai dan berjalan bersama menuju keselamatan dan kebenaran, bahwa semua agama ialah jalan yang sama-sama sah dan sama pula benarnya menuju Tuhan yang sama. Maka kebenaran dan keselamatan begitu menjadi begitu lumer. Setiap agama, apa pun nama dan bagaimana pun ritusnya, ialah sama-sama jalan yang sah menuju keselamatan dan kebenaran yg diangankan sebagai abadi. Apa yang disebut Pluralisme Agama tadi kini telah merayap halus di keseharian kita. Paham ini menjelma seindah mungkin dalam bermacam laman internet, buku, lagu, hingga promosi kebebasan beragama, serta bentuk lainnya. Tentulah kewaspadaan kita teramat diperlukan, sebab paham ini mengalir seperti air sejuk menyentuh tanah kepanasan. Yang tak waspada, boleh saja terpikat olehnya. Dari pemaparan tadi, teramat perlu kehadiran sebuah telaah kritis dan mendalam terhadap paham ini. Buku ini hadir diikhtiarkan memberikan jawaban bagi kerancuan paham Pluralisme Agama tersebut yg membahayakan aqidah ini. Bahwa tidaklah benar kebenaran dan keselamatan ada di setiap agama. Ditulis oleh para cendikiawan yg mengkhususkan dalam bidang ini yaitu Hamid Fahmy Zarkasyi, Adian Husaini, Adnin Armas, Fahmi Salim, Malki Ahmad N, Noor Shakirah Mat A, Sani Badron, Wan Azhar Wan Ahmad, dan M. Azizan Sabjan. Buku ini sangat disarankan bagi khususnya para kalangan akademisi, dan tentunya kita masyarakat Islam secara umum. #insists #islamicworldview #pluralism #islamicbook #bookstagram #book #reading #ulasbuku #bookreview (at IMF Business School)
1 note · View note
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Hari ini kita dihadapkan berbagai kenyataan ironi. Masalah seperti tak kenal lelah menyapa negeri ini. Keburukan seolah barang murah yang mudah kita temui dimana pun. Sehingga menjadi baik seolah-olah adalah sebuah kenaifan, atau mungkin malah dianggap sebagai sebuah ‘dosa’. Benarkah demikian? Benarkah tak ada lagi kebaikan? Tak ada lagi harapan? Buku ini menjawabnya. Bukan Di Negeri Dongeng, judul yang menyiratkan bahwa kebaikan dan totalitas mengabdi tidak hanya sekadar dongeng, tapi nyata ada di sekitar kita. Bahwa masih banyak orang-orang baik yang sosoknya mungkin tersembunyi, tak terlihat. Tapi insyaAllah amalannya selalu memberi manfaat dunia dan akhirat. Mereka para tokoh yang ada di buku ini tak peduli apakah orang percaya terhadap apa yang mereka lakukan, namun dengan penuh keikhlasan mereka melayani dan berbuat. Sehingga dampaknya pun menjadi luar biasa terhadap orang-orang di sekitarnya. Kisah ini bukan kisah fiksi yang terjadi di negeri dongeng antah berantah. Kisah-kisah ini merupakan kisah nyata pejuang keadilan yang terjadi di negeri kita, Indonesia. Meyuarakan kepentingan rakyat meskipun harus menghadapi berbagai tekanan dan sikap permusuhan, menolak tawaran menggiurkan karena bukan haknya, membantu anak putus sekolah, petani, masy kurang mampu, memilih kesederhanaan sebagai jalan hidupnya. Tak hanya kaum laki-laki, para wanita pun tak mau kalah mengambil peran kebermanfaatan dengan mendukung pebuh sang suami dan aktif di masyarakat. Mereka yang merasa tidak cukup bekal keshalihan pribadi, tetapi juga memiliki keshalihan sosial. Mereka adalah pribadi yang sadar bahwa apa yang mereka lakukan bukan untuk meraih popularitas dan ambisi politik. Tapi karena panggilan nurani dan kebutuhan untuk beramal shallih, bekal berjumpa Sang Khaliq kelak. Bukan Di Negeri Dongeng salah satu buku bersejarah dalam hidup saya. Pertama kali membaca saat SD dahulu dan kini dibaca ulang, sukses membuat berlinang. Bukan hanya mengasah nurani, juga menimbulkan pencerahan, takjub, getaran, dan keinginan untuk berbuat kebaikan yang sama. Buku ini sangat saya rekomendasikan. #bukandinegeridongeng #motivasi #inspirasi #buku #read #ulasbuku #reviewbuku #pejuangkeadilan
6 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Bergembiralah. Saat kau akan mengeluh dan bersedih hati, coba tahan sebentar. Tarik nafas perlahan. Lalu mulai lah menghitung, lebih banyak mana nikmat yang diberikan dibanding kesulitan yang dialami saat ini? Ya benar. Fabiayyi aala irabbikuma tukadzibaan. Kau takkan pernah kehabisan alasan untuk tersenyum. Foto: Dok Sharing and Fun ARSA Bandung, Neglawangi 2017. #syukur #happiness #smile #kindness #volunteer #children #safarsabandung #saf #arsa #ctarsa #neglawangi #bandung #kabbandung
4 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
Berlaku juga untuk kami, para laki-laki.
Cerpen : Cantik, Hanya Untuk Dilihat.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman lama terlibat dalam sebuah diskusi. Mungkin karena tidak lama ngobrol ngalor ngidul. Diskusi kami membahas banyak hal. Salah satu hal yang kami ingat adalah tentang fenomena orang-orang yang begitu ingin menampilkan sisi-sisi pribadi dari hidupnya.
Rela menjadikan privasinya sebagai sesuatu yang umum. Rela memperlihatkan detail-detail dirinya secara total dan menjadi sesuatu yang umum. Pembahasan ini sebenarnya tentang kasus krisisnya tentang pasangan hidup ditengah-tengah kariernya yang menurutku sudah cukup. Juga usianya yang menurutku lebih dari cukup untuk masuk ke jenjang tanggungjawab yang berbeda. Dan saya sudah menikah, mungkin sebabnya pembahasan itu menjadi lebih realistis. Tidak seperti dulu, beberapa tahun yang lalu.
Salah satu katanya itu menarik, “Kalau melihat perempuan-perempuan yang hilir mudik di instagram itu, cantik-cantik sih emang, captionnya pun luar biasa bijak. Tapi buatku, mereka itu hanya untuk dilihat, tidak sampai membuatku ingin menikah dengannya.”ujarnya
Tentu jawaban ini bisa didebat, tapi aku tidak ingin mendebatnya. Apalagi itu hanya timbul dari asumsinya, tidak mengenal dengan baik dan personal siapa perempuan-perempuan yang hilir mudik di media sosialnya itu. Tapi aku lebih tertarik, sebab mengapa hal itu muncul di pikirannya.
“Entahlah. Mungkin karena gue anak ekonomi kali ya, tapi mungkin ini enggak ada hubungannya. Kalau kita berpikir secara ekonomi, ketika kita mau menjual sesuatu, katakanlah promosi. Kita akan menampilkan yang terbaik yang bisa kita jual kepada calon pembeli. Kalau kita tidak punya ini, kita punya itu. Kalau semua itu ditarik ke sisi manusia. Kita bisa melihat secara langsung, kalau kita tidak memiliki kecerdasan yang cukup, kita akan menawarkan tenaga atau kekuatan kita. Kalau kita tidak punya kekuatan juga kecerdasan, kita mungkin bisa menawarkan hal yang lain. Sampai ada yang paling ekstrem seperti menawarkan tubuhnya, organnya, bahkan bayinya untuk dijual.”
Aku berusaha menyimak, cara berpikirnya memang sedikit menarik.
“Di media sosial itu, orang tidak punya berusaha menampilkan agar menjadi punya. Manipulatif. Berusaha tampil secara fisik menarik. Entah dari tubuh, gaya hidup, makanan yang dimakan, tempat bepergiannya, dan sebagainya.”
Saya manggut-manggut.
“Dan terakhir, ketika ia tidak memiliki hal lain seperti kecerdasan atau kemampuan-kemampuan lainnya, ia akan menampilkan kecantikannya. Sebagai nilai jualnya.”
“Kesimpulannya apa?” tanyaku.
“Gue nyari yang cerdas, yang rendah hati, yang tahu adab dan menjaga diri. Dan yang seperti itu, gue tahu mereka nggak akan menawarkan dirinya melalui kecantikan diri. Dengan make up, pakaian paling anggun, sambil makan cantik di tempat hits. Karena mereka tahu dimana nilai jual mereka. Bukan di kecantikan.”
Saya manggut-manggut lagi. Dulu saya menemukan istri saya di organisasi, bukan di instagram sih.
“Dan yang seperti itu, mainannya tidak di dunia maya.” ujarnya mantab, sambil menyeruput es teh terakhirnya.
Yogyakarta, 19 September 2017 | ©kurniawangunadi
3K notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
Tugas
"Lalu apa tugas kita, Nak?", Ayah bertanya serius. Seperti biasa kala ia membuka obrolan. Aku diam sejenak.
"Mm.. tugas kita adalah gagal. Seperti yang Ayah bilang dulu, Al-quran itu banyak sekali kisah-kisah orang gagal. Musa as yang gagal, membunuh orang. Yusuf yang gagal, dipenjara dan difitnah. Yunus yang gagal, menyerah lalu dilempar ke laut. Muhammad yang gagal, dibenci kaumnya dan tertolak dakwahnya. Maka tugas kita adalah gagal, Yah. Karena yang lebih penting, bagaimana kita bangkit setelah gagal".
Kali ini aku yakin jawabanku benar. Ayah tersenyum. Kalau respon Ayah begini, aku jadi ragu. Ayah seperti membaca pikiranku. "Iya betul Nak, jawaban kamu betul. Ayah bangga kamu masih ingat kata-kata Ayah. Tapi sedikit lagi, ada yang kurang".
Tuhkan, kataku membatin. Aku diam. Siap menyimak. "Iya betul, tapi sebelum gagal, ada yang luput. Yaitu tugas kita berjuang. Ikhtiar. Lalu tawakal. Kamu mau Ayah berikan rahasia? Agar tawakal kamu betul-betul dalam?", Ayah memancing rasa penasaranku. Aku mengangguk cepat. "Tawakal kita akan bisa menyentuh titik maksimal hanya bila ikhtiar kita sudah maksimal. Saat effort kita belum maksimal, kita akan mudah mencari kambing hitam saat ujian Allah datang. Kita jadi gak yakin dengan kuasaNya". Ayah memberi jeda. Aku berusaha memahami perkataan Ayah.
"Kan kamu sering baca kisah-kisah di buku. Kamu tahu kisah bunda Hajar? Kisahnya sangat baik sekali untuk kita belajar ikhtiar dan tawakal. Ia meyakini bahwa Allah tidak akan menelantarkan hambaNya. Namun ia tetep ikhtiar maksimal, berlari bolak-balik mencari air. Namun apa, Allah menjawab dengan memberikan pertolongan bukan atas usahanya, tapi justru tidak jauh dari Ismail". Aku paham sekarang, tugas kita adalah berjuang. Lalu biarkan keajaibanNya bekerja. Ikhtiar maksimal. Tawakal maksimal. Doa maksimal.
"Yuk Za, kamu jangan jadi bengong. Sebentar lagi stasiun kita turun. Jangan sampai terlewat lho", Ayah membuyarkan lamunanku. Aku segera bersiap-siap. Buntalan berisi belanjaan kami kupersiapkan. Isinya kain kafan, kapur barus, dan air mawar. Sore ini giliran aku menemani Ayah belanja persediaan. Ah, aku bangga. Meski Ayahku seorang penggali kubur dan petugas pemakaman, Ayah banyak sekali memberiku pelajaran. Diam-diam aku tersenyum.
199 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Di Balik Gunung #hujanjuli Seandainya kau tau bahwa kau sungguh berharga Kau bisa jadi apa saja asal kau berupaya Seandainya kau tau apa doa ayah dan bunda Tak mungkin sampai engkau tega mematahkan isinya *Teruslah bergerak hingga rasa lelah sendiri kelelahan mengikutimu Reff: Sebab nanti suatu hari, kau akan tersenyum setiap pagi Menikmati jerih diri, dan segala yang telah kau lalui Sebab nanti suatu hari, kau punya cerita tuk dibagi Tentang mimpi yang tak pasti, namun kau membuatnya terjadi Belum saatnya berhenti Ayo terus mendaki Sudah tak jauh lagi kini Ayo terus dekati Seandainya kau tau apa, di balik gunung sana Terhampar padang bunga-bunga, kau akan bahagia Seandainya kau tau bahwa anak-anakmu kelak Inginkan sebuah cerita pahlawan di hidupnya Back to * dan Reff Belum saatnya berhenti Ayo terus mendaki Sudah tak jauh lagi kini Ayo terus dekati Semua mimpi ----- Kalau kamu suka memperhatikan, rasanya sering banget aku repost tulisan-tulisan kisah Teman Imaji di medsosku. Mulai dari instagram, tumblr, bahkan sampai viral di Line. Karena memang aku suka banget dengan Teman Imaji. Yang lalu buatku dengan pede ceritain dan rekomendasiin buku ini ke banyak orang. Kisahnya sarat hikmah dan pelajaran. Tapi mengalir. Tulisan dari hati. Nah, ini salah satu ost Teman Imaji dari 15 ost lainnya. Edisi hujan juli. Makasih banget kak @prawitamutia buat karyanya. Aku rekomendasiin baca lirik ini sambil dengerin lagunya. Bisa buka https://soundcloud.com/prawitamutia/sets/ost-film-pecah-teman-imaji Lagu ini akan makin bermakna bila didengarkan dengan hati yang lapang, apalagi saat kamu sedang berjuang. Foto: Hasil coba-coba main watercolouring pertama kali. Tahun lalu, di kelas desain. #dibalikgunung #hujanjuli #temanimaji #ost #berjuang #soundcloud #song #prawitamutia #watercolouring
7 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
Izinkan Untuk Terus Membersamai
Bila kau temui seseorang yang mengajakmu pada kebaikan, kau harus genggam erat. Karena melalui dia, Allah tunjuki kamu kebaikan. Jadi, bolehkah ku berharap terus berada di sisimu? Karena aku ingin terus menuju kebaikan, sepanjang hayat ku :'))
42 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Text
Memilah Konsekuensi
Setiap pilihan yang diambil, akan turut menyertai konsekuensi dari pilihan itu. Kita tidak bisa memilah, atau dalam bahasa lain menolak bertanggung jawab, pada akibat-akibat yang hadir. Namun bukan berarti konsekuensi ini tidak bisa dihindari, bila ia buruk. Atau kita jadikan berlipat, bila ia baik. Ia hanya butuh sedikit keberanian, dan tentu; waktu serta kesabaran. Selamat mengelola hati, hai anak muda! 😉
11 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
BANTUAN
Sebenarnya bukan kita memberi bantuan pada mereka. Tapi kita yang meminta bantuan lewat mereka. Agar kelak di Hari Penghisaban, kita bisa menyatakan telah ikut membela diin ini. Kita membantu diri kita di akhirat nanti.
Save al-aqsha bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa melalui mengkampanyekan nasib saudara kita di Palestina, lewat media sosial pribadi kita, obrolan ke tetangga dan sanak famili, dan kanal lainnya. Sumber bisa beragam, sudah banyak yang valid, seperti akun sahabatalaqsha, KNRP, KasihPalestina, eye.on.palestine, Smart171, ACT, dan lainnya. Termasuk keikutsertaan dalam aksi-aksi dukungan di publik.
Bisa pula dengan bantuan dana, obat-obatan, makanan, selimut, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Kemana donasi nya? Banyaak sekali lembaga kemanusiaan yang valid dan terpercaya. Bisa datang ke gerai mereka atau via transfer. Tenang, mereka juga aktif juga dalam membantu musibah-musibah di dalam negeri. Tak perlu membenturkan kebaikan dengan kebaikan.
Bisa pula #savepalestina, dengan mengurangi pembelian produk-produk yang mendukung dan atau yang menyisihkan pendapatan laba mereka untuk Zionis Israel. Ini juga membantu kita untuk membersihkan dan menjaga keberkahan harta kita. Bila tidak mampu meninggalkan semua, pelan-pelan mulai dikurangi. Mungkin beberapa produk buatan perusahaan itu bisa kita cari alternatif produk lainnya.
Bisa pula, dan harus, melalui doa-doa kita. Karena doa adalah senjata kaum muslimin. Karena Allah adalah Dzat pembuat makar terbaik. Karena tak terhitung “keajaiban” pertolongan Allah yang hadir di bumi syams. Minta kepada Dzat Yang Maha Menguasai. Laa hauwla walla kuwwata illa billah.
Bisa pula dengan mempersiapkan dan mendidik putera puteri kita dengan sebaik-baiknya. Bukan tidak mungkin mujaddid (pembaharu agama) lahir dari generasi setelah kita.
Apa pun bisa Anda dan Saya lakukan. Asal jangan diam. Apalagi malah nyinyir dan mengutuki yang berbuat kebaikan. Bila kita belum mampu ikut dalam barisan kebaikan, jangan menjadi penghalang kebaikan. Semoga Allah menjaga niat dan amal kita.
Sumber foto: Group WA
90 notes · View notes