#untaian kata
Explore tagged Tumblr posts
Text
Wahai perempuan...
Simpan rasa cinta mu, simpan rasa sayang mu, tangis dan tawa bahagia mu hanya boleh kamu rayakan pada yang paling berhak atas dirimu, pada dia yg sudah melabuhkan hatinya untuk bermuara dalam hidupmu, pada dia yg berhasil mendapatkan dirimu sungguh-sungguh melalui yg menciptakan mu, pada dia yg semoga do'a nya tak pernah reda untuk terus mendoakan kebaikan serta kebahagiaan untukmu.
Padanya kau menaruh hormat, padanya kau berbakti, padanya kau terus mengasihi dan menyayangi sepenuh hati dan jiwa. ia yg berhak atas kepemilikan dirimu dari sang pencipta, melalui hati dan jiwa nya kamu sukarela mengabdi, sebab ia mendapatkan mu melalui jalan yg benar, jalan yg pasti penuh ridho illahi.
Kalian bersama, perjuangan yang memiliki panjang perjalanan kalian hiasi dengan do'a dan usaha paling tulus dan murni.
Kalian menjadi cinta dan kasih yang setara.
Selasa, 12 Mar 2024
#bahasa cinta#catatan kecil#story#harian#nasihat#keterjagaan#cinta#berlabuh#semangat menjaga hati#menata dalam do'a#untaian kata#rindu
77 notes
·
View notes
Text
Doa untuk Langit Kelabu
@jejak-aksara
Sudah lama, rintik tidak lagi berjatuhan. Hanya beberapa kali tebendung di pelupuk mata. Pura-pura tak apa, padahal ada rasa sesak yang meronta. Sesekali ditumpahkannya segala keluh kesah rintik di atas selembar kertas. Tidak berupa air mata, tetapi cinderamata sang pujangga untuk kekasihnya yang telah lama pergi jauh. Hatinya telah lama runtuh, tetapi rasa cintanya masih saja utuh.
Peluk jauh, untuk seseorang yang sudah lama tak berlabuh. Pada raga yang tidak lagi kau sebut sebagai rumah. Pada hari yang tidak lagi ramah. Serta, pada kisah yang kini telah punah.
Sesaat setelah surat ini sampai kepadamu, dalam beberapa waktu setelahnya kau tidak akan menemukan asa dan harapan dalam setiap kata yang ditumpahkannnya lewat goresan pena. Hanya doa yang bisa menjadikan cinta di dalamnya melekat dalam setiap untaian waktu.
Untukmu, langit senja yang kini berubah menjadi kelabu.
Ruang Rindu, 5 Mei 2024
39 notes
·
View notes
Text
Semuanya tinggal cerita, dua sosok yang mengurusku sudah lama tiada waktu aku balita.
Hanya paparan doa dan untaian kata yang selalu terlangitkan sebagai rasa kasih dan sayangku sebagai anakmu.
Akan ku balas semua pengorbananmu, akan ku ingat semua pesanmu.
11 notes
·
View notes
Text
selamat, ya…!
menatap wajah rembulan di secangkir kopi bersama secarik foto kenangan. telah kutulis untaian mimpi-mimpi di sebaliknya saat keakraban mulai menautkan hati kita. meski goresan tintanya telah pudar oleh waktu, ingatan tentang kalian senantiasa melekat. sebab kata ‘teman’ bagiku adalah hikmah sekaligus pengingat betapa rapuhnya seseorang yang berjalan sendirian di dunia.
aku mengerti, terdapat sejuta cerita yang tak sempat diperdengarkan di balik senyum dan tawa itu. kita memang dibatasi masa yang singkat dan jalan hidup yang sering kali melebarkan jarak. meski kabar tentang kalian tak pernah sampai di telingaku, kalian hadir menjelma nasihat dan inspirasi dalam ketaatan kepada Yang Maha Pengasih.
bulan…
tolong sampaikan ucapan selamat kepada mereka yang akhirnya menamatkan salah satu bab paling berkesan dalam buku kehidupan masing-masing. terima kasih telah berjuang dan tidak menyerah bagaimana pun kondisi yang harus kalian hadapi. syukurlah… kita semua berhasil lulus dari bab yang mempertemukan kita di dalam wadah dengan visi misi mulia.
“mungkinkah kalian berjalan beriringan lagi di lembar-lembar berikutnya?” tanya bulan.
“entahlah,” jawabku. “tapi, kuharap doa-doa baik selalu dapat menemukan mereka.”
surabaya, 14 agustus 2024
#ntms#reminder#tulisan#puisi#inspirasi#motivasi#sajak puisi#sajak rindu#puisiindonesia#quotes#sahabat
8 notes
·
View notes
Text
Aku perempuan yang telah bertuan, tapi belakangan aku sering memikirkanmu, tuan. Aku tahu aku keliru, tapi semoga saja termaafkan. Sungguh sulit untuk memastikan alasan mengapa bisa demikian. Yang kutahu semua berawal dari membaca pesan-pesan. Deretan percakapan lama yang penuh kesan. Untaian kata-kata yang sempat tersampaikan. Apakah semuanya karena kebetulan? Mungkin. Tapi aku yakin semua sudah tergariskan. Bahkan jauh sebelum aku dilahirkan. Bahwa pada waktu yang telah ditentukan, Tuhan akan kembali menuntunku untuk membaca pesan usang yang akhirnya membangkitkan ulang perasaan yang pernah ada namun kita singkirkan. Tak lain dan tak bukan mungkin karena dulu kita saling mengabaikan tanpa pernah benar-benar berpamitan.
12 notes
·
View notes
Text
Surat Cinta Untuk Ayah Ibu
Teruntuk kedua sosok paling berjasa dalam hidupku
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, atas segala limpahan kasih tanpa pamrih yang telah diberi. Yang membuat diriku mampu untuk tegar dan bertahan hingga hari ini.Barangkali jika tanpa secuil kasih sayang kalian, aku bahkan tak sanggup untuk melewati hari.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, untuk seluruh pengorbanan & perjuangan yang tulus dilakukan. Yang telah turut berjuang sejak dua puluh enam tahun lalu sejak pertama kali aku melihat dunia. Barangkali jika tanpa pengorbanan yang diberi, akan ada begitu banyak kesulitan yang diterima dalam menjalani kehidupan.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, sebab banyaknya do'a yang tak pernah putus diucapkan dari lisannya. Yang pada akhirnya menjadi limpahan kebaikan untuk segala urusan untuk anak-anaknya. Barangkali, tanpa untaian do'a dari kalian tak pernah terbayangkan bagaimana akan menghadapi rumitnya dunia.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu atas segala kebaikan dan teladan yang telah diikhtiarkan. Yang telah menjadi penerang dalam riuh dan gelapnya banyak hal di dunia ini. Yang menjadi panutan dan peta untuk kami mampu menjadi sebaik baik manusia. Barangkali tanpa segala teladan dan kebaikan kalian, kami mungkin akan tersesat dan tak tahu arah.
Terima kasih banyak ya, Ayah Ibu, karena telah menjadi sebaik-baik orang tua yang pernah ada. Yang meskipun tak sempurna namun tetap berusaha memberi banyak sekali kebaikan. Yang meskipun penuh kurangnya namun selalu disempurnakan lewat kehangatan tutur kata. Sungguh, kelak ketika menjadi orang tua, akan kutularkan dan kutanamkan berbagai nilai baik yang pernah kalian ajarkan kepada kami.
Teruntuk kedua sosok yang paling hebat dalam hidupku
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika masih begitu banyak salah dan khilaf yang pernah menyakiti hati, entah terimplementasi dalam perkataan, perbuatan maupun tingkah laku. Meski kami pun tahu bahwa pintu maaf dari kalian telah terbuka lebar bahkan setelah sekian detik ketika salah dan khilaf yang kami lakukan.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika hingga saat ini kami belum menjadi apa-apa. Belum mampu menjadi sosok yang memberikan kebahagiaan paripurna. Namun, ketahuilah bahwa setiap detik perjuangan yang kami jalani sekarang adalah jalan untuk menjadi pribadi terbaik demi membanggakan kalian.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, jika selama ini masih banyak harapan dan mimpi yang belum bisa kami realisasikan. Semoga melalui untaian do'a kalian, segala harapan dan mimpi tadi bisa segera diwujudkan.
Mohon maaf ya, Ayah Ibu, sebab sering kali tak memiliki waktu dan tak pernah ada tiap kali kalian mengalami sakit atau dalam keadaan sulit. Semoga ke depan Allah berikan waktu dan kesempatan lebih untuk dapat menemani kalian di usia senja.
Mohon maaf, Ayah Ibu, jika pada akhirnya belum mampu menjadi sebaik-baik buah hati yang selalu membanggakan dan menyenangkan. Semoga ayah dan ibu masih diberi kelapangan hati untuk mau senantiasa membantu berproses menjadi sosok anak yang mampu berbakti.
Teruntuk kedua sosok yang paling baik dalam hidupku
Semoga Allah selalu mudahkan urusan Ayah dan Ibu baik dalam urusan dunia maupun akhiratnya. Khususnya dalam perihal ibadah dan hal-hal untuk meraih rahmat-Nya,
Semoga Allah kabulkan segala impian Ayah Ibu yang selama ini belum terkabulkan. Kalau memang tak kunjung dikabulkan di dunia, semoga Allah perkenankan untuk mengabulkannya di hari akhir-Nya.
Semoga Allah kelak memberikan rida untuk Ayah dan Ibu mampu masuk ke dalam surga-Nya, tersebab berbagai kebajikan dan kebaikan yang telah kalian amalkan selama hidup di dunia.
Semoga Allah selalu berikan kesehatan, kebaikan, dan keberkahan untuk ayah dan ibu. Dan semoga kelak Allah perkenankan keluarga kita berkumpul kembali di surga-Nya. Insya Allah.
Allahumma firlii wa liwaa lidhayya warham humaa kamaa rabbayaa nii shaghiraa.
Aamiin ya Mujibassailin
Medan, 29 Maret 2024
*Ditulis dengan perasaan yang campur aduk dan mata yang berkaca-kaca
10 notes
·
View notes
Text
Mungkin, dia melihat kerandomanmu lewat untaian kata yang kau tulis. Tapi, kau harus sadar bahwa yang dia perhatikan bukan hanya kamu. Bangun dari mimpimu segera! Lucu yh dirimu😅
6 notes
·
View notes
Text
Kemaren bude habis meninggal. Bude itu kakaknya rahimahalloh ibu mertua. Sebelum meninggal memang sudah sakit lamaa. Sampai tidak bisa bicara. Beberapa bulan sebelum meninggal sangat sehat, walaupun masih dalam keadaan belum bisa bicara. Saat puasa mungkin BB nya mulai turun, katanya ndak sudah tidak nafsu makan. Lalu setelahnya mulai drop dan diinfus dari rumah.
Lalu karena kondisi yang semakin drop, bulik purbalingga datang membawa mbah uyut ke rumah bude. Yapp, mbah uyut, ibunya almarhumah bude dan ibu masih hidup alhamdulillah. Bulik datang ke rumah bude H-2 sebelum bude ndak ada.
Kalau kata bapak, suami, adek ipar "mungkin bude nunggu ibunya dulu". Kataku "betul juga". Setua-tua nya ibu, se nggak ingat-ingatnya ibu sama anak, anak itu akan terus berharap bahkan akan selalu senang jika ibunya berada di sampingnya. Begitupun orang tua, apalagi ibu,pasti selalu ingin berada didekat anaknya.
Dulu waktu ibu mertua meninggal, masih sempat membersamai 2 bulanan. Yang paling terpukul suami. Kalau kata orang "iya, ibu menunggu suami menikah". Haha, doi emang rada terlambat menikah. Dilain memang pasti karena sudah qodho' Allah ibu meninggal kan.
Maka sebetulnya, apa yang sebenarnya mengejar kita? Adalah umur orang tua. Maka, semakin besar kini, semakin ingin selalu dekat dengan orangtua, jika dirantau inginnya selalu pulang ke rumah sekedar melihat apakah ibu masih ada.
Dulu, waktu kecil, kerap sekali saat ibu tidur memperhatikan nafas ibu. Khawatir sekali.
Bersyukur sekali hingga kini. Mamak, maafkan anakmu, di umur segini masih tidak bisa selalu berada di sisi. Doakan anakmu selalu mak, sehat selalu untuk emak bapak.
Untuk yang sudah berada di sisi Allah, jangan lupa untaian doanya untuk yang disana. Karena do'a anak sholih/sholihah tidak akan terputus. Aamiin
70524
10 notes
·
View notes
Text
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
Ada prinsip yang sering kita dengar, tapi berulang kali kita lupakan dalam hidup: tak ada yang abadi. Untaian kata yang membuat kita terluka, juga tak jarang menjanjikan kelegaan. Ada kalanya bermakna kemudahan akan berubah jadi kesulitan. Ada kalanya kesedihan yang terjadi hari ini, akan berubah jadi kebahagiaan esok hari. Ada kalanya tawa tak bertahan selamanya, begitu juga dengan air mata. Hidup memang begitu ya, tidak sepenuhnya baik, juga tak sepenuhnya buruk.
Berapa kali kita terjebak dalam persepsi bahwa keadaan kita saat ini seolah-olah adalah akhir atau justru tak pernah berakhir?. Seringnya pikiran itu muncul ketika hidup sedang tidak baik-baik saja, tak sesuai harap atau saat kita tidak siap menghadapi ujian kehidupan. Sayangnya, manusia hanya bisa menerka-nerka, sedangkan Allah tetap jadi penentu bagaimana baiknya. Bukankah tugas kita sebagai seorang hamba hanya memilih, mengeluh ataukah menumpukan harap penuh kepadaNya?.
Adakah kita tak mengambil pelajaran dari kisah Nabi Yunus, hanya kalimat dzikir yang terucap dalam kegelapan lautan, "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
Ataukah kita lupa bahwa ayat yang sering kita dengar ialah bersama kesulitan ada kemudahan?. Pertanyaannya, apakah Nabi Yunus tak pernah kembali ke daratan? Apakah Nabi Yusuf tak kembali kepada Ayahnya? Apakah Musa tak kembali kepada Ibunya? Adakah kita lupa bahwa Allah ambil suami Ummu Salamah hanya untuk menggantikannya dengan Rasulullah?.
Benar ya, apa yang diambil oleh Allah tak akan pernah hilang. Tugas kita hanya perlu meyakinkan diri, bahwa ada pahala atas kesabaran. Bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
QS. An-Nahl : 96 مَا عِنْدَكُمْ يَنْف��دُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Apa yang ada di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.
Depok, 5 Maret 2024 | 05.56
#ntms#tulisan#notetomyself#renungan#catatan#muhasabah#selfreminder#islam#reminder#quotes#quoteoftheday
13 notes
·
View notes
Text
Ramadhan tahun ini
Bisa merasakan momen buka bersama, sekalipun telah memutuskan resign dua hari sebelumnya.
Merayakan aku dari hari ke hari, harusnya bukan suatu yang dilakukan berulang-ulang pada setiap orang yang ditemui di fase hidup yang berbeda.
Capek kalau harus terus-terusan menjelaskan siapa diri pada setiap siapa saja yang ditemui. Karena ternyata semakin hari diri akan lebih sering dipertemukan dengan mereka yang penasaran siapa aku sebelum ini. Ternyata lebih capek menjelaskan latar belakang diri dari pada menghadapi masa transisi adaptasi demi adaptasi di kota-kota yang disinggahi.
Awkward banget rasanya jika mencoba menceritakan siapa aku pada sembarang orang, apalagi pada mereka yang hanya penasaran saja.
Untuk itu biarlah beberapa hal terjelaskan lewat kata di berbagai platform yang bisa menjadi halaman portofolio diri, yang di sana diri membuka diri juga membangun relasi pada siapa saja yang ditemui dari hari ke hari. Di sana semoga siapa aku bisa terjelaskan dengan baik.
Hari ini, atas pertemuan dengan orang-orang baru dan atas apa yang telah berhasil diperoleh, semakin menjadikan rasa penasaran membuncah pada mereka, haruskan diri menjelaskannya, untuk memuaskan rasa penasaran mereka? Tentu tidak. Sebab semua memiliki batasan. Sebab semua memiliki kadar antara yang perlu disampaikan dan tidak perlu diutarakan.
Orang-orang tidak akan belajar jika mereka diberi tahu, biarkan mereka belajar sendiri untuk paham.
Teruntuk yang kini bertemu aku, terima kasi telah menoreh masa muda bersamaku. Aku tidak akan menjadi muda dua kali. Seringnya aku tidak pernah lagi diizinkan ke tempat lalu jika sudah berada di tempat yang baru. Aku tidak pernah membuka halaman kemarin di hari ini. Yang terjalin hari ini bukan berarti suatu yang akan usai di sini. Tapi menjadi untaian hikmah yang semoga bisa terus merajut silaturahmi.
Aku lama menghabiskan hidup berkelana sebagai perantau. Cara bertahan hidup yang aku jalani tak sama dengan yang lain. Pun apa yang aku pahami tak sama dengan yang mereka pahami. Tentu tidak mengapa. Aku akan tetap selalu menghargai sekecil apapun pertemuan yang Allah ijinkan pada siapa saja.
Ketika harum, ternyata segalanya jadi lebih mudah. Tapi tetap ingat bahwa segalanya adalah ujian.
Terima kasih sudah berjalan sejauh ini. Terima kasih sudah kuat. Terima kasih sudah jadi keren. Terima kasih atas sabar yang panjang di hari kemarin. Hingga hari ini tak perlu lagi menjelaskan apapun.
Shelter itu telah menyembuhkan seorang perempuan yang pernah terluka bathin nya di waktu yang lama. Kini perempuan ini telah bisa merasakan wujudnya di tanah yang ditapaki. Perempuan ini telah pulih, suatu yang mewah sekali harganya.
Terima kasih untuk setiap penyembuhan yang telah diberikan.
7 notes
·
View notes
Text
aku tampak kasat mata dan datang dihadapanmu
aku daring kronis. iya, aku bicara dengan bahasa yang banyak digemari di dunia daring. ya, mungkin kita bisa lewatkan bahasa skibbidi gyat. tapi, berapa poin aura yang bisa aku dapatkan ketika menulis ini dalam bahasa indonesia?
aku juga daring kronis. aku berbicara sendiri memang dengan dunia ini, di halaman ini. aku juga melihat tulisan orang-orang dengan segala permasalahan dan perasaan mereka. tidak berinteraksi, hanya menjadi pembaca selewatnya.
segala tulisan ini kubiarkan jadi bahan publik. hmm, tapi kamu tidak tahu 'kan, siapa aku ini sebenarnya?
ketika seseorang melihat aku, mengenalku sepenuhnya, dan bahkan memahami tubuhku, belum tentu mereka memahami tulisan-tulisan ini. topik tulisan ini bisa jadi bahan dari 10 tahun yang lalu dan baru bisa aku tuangkan sekarang. atau, tulisan ini merupakan gambaranku saja di kepala yang kemudian jadi untaian kata-kata.
aku bercerita entah untuk masa depan atau masa lalu atau dunia alternatif yang mungkin ada (menurutku, memang ada).
apa yang aku refleksikan dalam tulisan ini, hanyalah 10% dari aku sesungguhnya. sementara, aku secara fisik, adalah 40% dari aku sesungguhnya. aku tidak akan pernah penuh. kamu pun juga.
jadi, selamat hadir dan terima kasih sudah berada di sini, entah berapa persen pun dari partikel dalam dirimu.
3 notes
·
View notes
Text
TUAN ;
Perihalnya ialah untaian bait sederhana yang kubisikkan pada bumi sembari berharap didengar oleh langit diantara riwehnya gejolak semesta.
Tentangnya adalah sajak-sajak rayuku pada sang Khalik seraya memohon penuh rayu, berbisik, mengerek iba pada yang maha berkuasa.
Terhadapnya syair-syair puisi tercipta, penuh syahdu bercerita terkait hati yang diserahkan sepenuhnya tanpa kata dan tidak pula mengajak akal bersama.
Pula, tulisan-tulisan yang kian menumpuk selalu - Dia,
Retina yang selalu tertuju elok akan senyumnya. Ajakan meminta untuk hidup bersama .
6 notes
·
View notes
Text
Juli: Kapankah Aku dan Kamu menjadi Kita?
Jika ini soal waktu, harus berapa lama lagi aku perlu sabar menunggu? Jika ini soal rasa, berapa banyak hal yang perlu dikompromikan agar tenang itu bisa bertahan lama dan terus ada? Jika ini tentang orang-orang terkasih yang masih perlu diyakinkan, berapa jumlah kata dan laku yang perlu dilakukan sebagai bentuk pembuktian?
Jawabannya mungkin tak terbatas.
Untuk sebuah ibadah terpanjang kedua setelah menuntut ilmu, tentu angka-angka itu sudah semestinya tak terbatas. Sabar yang tak berujung, kompromi tanpa pamrih, dan pembuktian secara terus-menerus.
Lantas, apa yang menjadi penghujungnya?
Penghujungnya adalah maut, saat dimana semuanya terputus dan berhenti bagi seorang hamba. Kecuali tiga hal.
Dua dari tiga hal itu masih bisa aku usahakan, semaksimal yang aku mampu. Hari ini, tanpa tapi, tanpa nanti. Namun tidak dengan salah satu dari tiga amalan yang tetap mengalir meski jiwa telah terpisah raga. Sesuatu yang belum bisa kumiliki sebelum aku dan kamu menjadi kita.
Pun, jika aku dan kamu telah menjadi kita, usaha yang dilakukan tidak lagi sendirian tetapi harus berdua. Pun, itu hanya sebatas usaha dan doa, perkara hasil, lagi-lagi hanya Allah yang tahu dan tentukan.
Aku mau mengusahakan hal itu. Hal ketiga berupa doa tulus dari anak-anak yang shalih dan shalihah, yang lahir dari diri kita dan dibesarkan untuk mencintai Allah, Tuhan satu-satunya. Untaian hadiah paling indah yang berpilin ke langit. Buah dari kata dan limpahan kasih yang tercurah tanpa mengenal waktu, tak terbatas sekat jarak. Doa-doa bagi kita, ayah dan ibunya. Meski kita sudah tiada nantinya.
Aku mau mengusahakan hal itu. Walaupun aku juga belum tahu, kapankah aku dan kamu menjadi kita?
Semoga doa-doa yang telah dilangitkan sebelumnya, bahkan sebelum kita saling menemukan, Allah jawab dengan kata yang sama. Jawaban yang hadir segera sebelum tahun berikutnya tiba.
Ditulis dini hari di Depok, 3 Muharram 1446 H pukul 00.33 WIB.
#menulis#catatan#juli#kapan#aku dan kamu#kita#doa#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat#mencariyangke12
5 notes
·
View notes
Text
"Tanggung jawab Abi hanya sampai teteh menikah"
Curug Cipanas, 14 Juli 2024.
-
Libur singkat 6 hari kemarin menjadi hal yang sangat disyukuri. Mulai dari semangat adik, abi, dan ummi untuk menjemput putri satu-satunya kembali ke rumah. Suguhan serta obrolan hangat yang sangat dirindukan, pun dengan makanan favorit yang sengaja disediakan.
Bukan hanya itu, banyak sekali untaian mutiara terlontar dari abi dan ummi. Tak melihat situasi, ketika makan, perjalanan, beres-beres, sebelum tidur, pun selesai sholat selalu ada nasihat. Setiap hari asupan yang ku dapat lebih dari cukup, satu minggu untuk satu tahun ke depan.
"Konsep hidup itu gampang,
ارحموا من في الأرض، يرحمك من في السماء
sayangi siapapun yang ada di dunia, maka yang di langit akan menyayangimu,
kamu tahu siapa penduduk langit?
Allah, begitupun para malaikat akan berseru mendoakan kebaikan untukmu, jangan berhenti jadi baik, ya."
Pesan pertama Abi ketika makan siang hari pertama di Bandung kala itu.
Sayang sekali tak langsung ku catat apa-apa yang ia beri, namun yang membekas selalu teringat. Berbeda dengan hari terakhir liburan, sepulang kami berendam air panas di tengah malam Curug Cipanas yang dingin itu, kalimat yang ia beri sangat membuka pikiran namun menyayat hati,
"Belajar terus ya teh, kabari Abi jika kamu perlu sesuatu, kabari Abi hak kamu yang belum Abi penuhi, tanggung jawab Abi hanya sampai teteh menikah, maka Abi beri pesan taati siapapun yang menjadi surga teteh nanti"
Dinginnya malam itu membuat bibir tak sanggup bergerak, bergegas diriku menuju tumpukkan kayu dengan api di atasnya untuk menghangatkan diri.
Kata-katanya tak salah, namun pikiran gadis yang katanya sudah dewasa ini masih saling beradu, ya Allah, ia tak memandangku sebagai putri kecil yang suka merengek lagi, ia tak melihatku sebagai anak kecil yang sering ketiduran diatas buku lalu memindahkannya ke kamar ketika malam, diikutsertakannya diri pada beberapa masalah krusial keluarga menjadi pertanda bahwa ia sudah mulai mempercayai anaknya. Jauh sekali diri ini belum mengerti maksud dan tujuannya.
Sedih dan merasa kecewa menjadi teman perjalanan dini hari itu,
21 tahun apa yang sudah kuberi untuknya,
kalimat surga yang kan berpindah, menjadi PR besar untukku, siapapun yang kan menjadi surgaku nanti, tolong izinkan diri agar tetap berbakti, hanya tanggung jawab yang dialihkan, kasih sayang dan cintanya masih tetap mengalir dalam nadi.
Abi, terima kasih untuk segala dedikasi yang kau beri. Beliau sempat bertanya "teteh pernah kepikiran ga sih, kenapa Abi kasih nama teteh Risalah Az-Zahra?". Pertanyaan itu Abi tunggu sejak kalian kecil. Ku jawab, "Kenapa bi? Kenapa Risalah? Dan kenapa Az-Zahra?"
Sejak itu, Fatimah Azzahra bintu Rasulullah, sangat Abi kagumi, Ia berbakti pada kedua orang tuanya dan taat pada suaminya. Sesederhana itu, ku ingin kau menjadi penerusnya.
Dengan bimbingan dan ridhomu, Fatimah Azzahra yang kau kagumi, bisa kau dapati dalam putrimu, aku berjanji.
Kota Hujan, 21.25 | 19 Juli 2024
#selfproject #day1
3 notes
·
View notes
Text
tentang rasa.
biarkan aku mencintaimu lewat untaian kata yang ku tuliskan,
sebab di hadapanmu lidahku kelu membisu.
harap tidak salah menafsirkan dengan kecurigaan,
liar berperasaan berpikir bahwa kata hanya omong kosong berulang.
terimalah seutuhnya,
dalam kisah romansa tidak melulu manis dan bahagia.
timpang dan pahit akan hadir tiba-tiba,
tanpa peduli kesiapan dan kelapangan setiap yang dimabuk cinta.
dari aku, dengan baik dan buruknya.
4 notes
·
View notes
Text
From The River to The Sea, Palestine Will be Free
"Alkisah zaman dahulu, saat Nabi Ibrahim A.S tengah dibakar oleh Raja Namrud, ada seekor burung pipit yang bergegas terbang ke danau. Di danau tersebut burung pipit menghisap air dengan paruhnya yang mungil dan menyimpannya dengan hati-hati di dalamnya. Setelah itu, ia dengan cepat menuju api yang akan membakar Nabi Ibrahim A.S. Begitu dekat dengan api, ia lantas menuangkan tetesan air dari paruhnya ke arah api. Lalu, ia kembali ke danau mengambil air. Hal ini ia lakukan berkali-kali. Melihat itu, seekor gagak bertanya, "Apa yang kau lakukan itu, Pipit?" "Aku mengambil air untuk memadamkan api," jawab burung pipit. Gagak bertanya lagi, "Api apa?" "Api yang disiapkan untuk membakar Ibrahim," jawab burung pipit. Gagak pun melihat burung pipit dengan tatapan aneh. Ia merasa bingung, bagaimana mungkin tetesan air yang dibawa burung pipit mampu memadamkan kobaran api.
"Apakah engkau yakin bahwa dirimu dapat memadamkan api sebesar itu? Apakah air yang kau teteskan dari paruhmu tidak sia-sia saja? Engkau hanya mempersulit dirimu saja," kata gagak mencemooh burung pipit. Burung pipit pun menyahut, "Aku tahu air yang ku bawa ini tidak dapat memadamkan api tersebut, karena memang hal itu berada di luar kemampuanku. Tapi setidaknya ada alasan mengapa aku melakukan hal itu." "Apa itu?" tanya gagak yang tidak sabar mendengar jawaban burung pipit. Burung pipit lantas berujar, "Setidaknya, aku punya alasan di hadapan Rabbku kelak, di posisi siapa aku berdiri. Aku ingin punya andil, setidaknya dengan menunjukkan siapa yang aku bela."
Duhai, dari secuplik kisah tadi kita benar-benar belajar tentang keberpihakan, terlebih apa yang terjadi dengan saudara kita yang ada di Palestina, khususnya di Rafah.
Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan genosida. Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan pembantaian. Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan kekejian Isr4el dan sekutunya.
Persitiwa yang ada di Palestina, bukanlah ujian untuk mereka, melainkan ujian untuk kita, umat muslim di dunia.
Ujian tentang kepedulian kita Ujian untuk mempersatukan kita Ujian untuk melihat bagaimana iman dan taqwa kita
Maka, mari lakukan apa yang kita bisa, sekecil dan sesederhana apa pun bentuknya. Menyuarakan melalui media sosial, membuat konten yang berkaitan dengan palestina dan rafah, membantu dengan untaian donasi dan materi yang kita punya, dan hal baik lainnya.
Memang, ikhtiar-ikhtiar kecil yang kita lakukan tak akan langsung menghentikan peristiwa genosida yang ada, namun, layaknya apa yang disuarakan oleh burung pipit tadi, ikhtiar kita akan menunjukkan keberpihakan kita.
Memang, langkah kecil yang kita ambil untuk turut andil membela Palestina tak akan berdampak besar, namun percayalah bahwa langkah tersebut amatlah berarti untuk para saudara kita yang ada di sana.
10 notes
·
View notes