#tanah nusantara
Explore tagged Tumblr posts
3nn-express · 10 months ago
Text
Indonesia is Constructing Nusantara, a $35 billion new capital, As Jakarta sinks.
Tumblr media
Indonesia is Constructing Nusantara: Jakarta, the capital and main metropolitan center of Indonesia, is located on the northwest coast of Java, where the Ciliwung River meets the sea. With around 40% of its landmass currently below sea level, Jakarta, home to over 10.6 million people within its city limits and about 30 million in its metropolitan area, is urgently facing the problem of sinking.
Article Source Link
0 notes
kebumen24-com · 3 months ago
Text
DPP Putra Nusantara Salurkan Bantuan Rp 5 Juta untuk Korban Bencana Tanah di Totogan, Karangsambung
KEBUMEN, Kebumen24.com – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Putra Nusantara  memberikan bantuan kepada korban bencana tanah di Desa Totogan, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Bantuan senilai Rp5 juta tersebut telah disalurkan melalui Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kebumen. Continue reading DPP Putra Nusantara Salurkan Bantuan Rp 5 Juta untuk Korban Bencana Tanah di Totogan, Karangsambung
0 notes
intijatim2022 · 4 months ago
Text
Tanah Seluas 56,8 Ha Istana Negara dan Garuda di IKN Resmi Bersertifikat
KALTIM | INTIJATIM.ID – Istana Negara dan Istana Garuda yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia kini resmi bersertipikat. Sertipikat Tanah Elektronik berupa Hak Pakai telah diserahkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dan disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo…
0 notes
beritavalas · 2 years ago
Link
Seiring dengan berjalannya “WikiTrade World Trading Contest 2023”, WikiFX juga akan segera mengadakan acara kompetisi terpisah arau tersendiri yang ditujukan untuk masyarakat Indonesia, tentunya dengan hadiah yang tidak kalah menarik!
0 notes
mamadkhalik · 8 months ago
Text
Yang Membuat Hidup
Apa yang membuat peradaban hidup? jawabanya adalah Iman.
Kita memahami bahwa Islam itu pasang surut di setiap zamanya. Ketika Islam meredup di suatu tempat, Allah memunculkan suatu kaum untuk menyalakan api dakwah kembali di tempat lain.
Ingatkah kau dengan korupnya Bani Umayyah? dengan kezaliman pemimpin-pemimpin itu, Allah menghadirkan kembali Khalifah yang shaleh dan peduli akan masyarakatnya, Beliau adalah Umar bin Abdul Azis Sang Khulafaurrasyidin ke-5.
Ketika Bani Umayah mulai lalai, munculah Bani Abbasiyah dengan kegemilangn ilmu pengetahuanya. Ketika Abbasiyah sedang lemah karena cinta dunia, munculah Turki Seljuk yang gagah berani dari Asia Tengah untuk menyelamatkan Izzah kaum Muslimin.
Beberapa masa setelahnya, Turki Seljuk dilanda perpecahan, munculah dinasti Zankiyah dilanjutkan dengan Ayyubiyah yang memiliki cita-cita untuk membebaskan Al-Quds kembali.
Bersama dengan itu, Ayyubiyah mulai dilanda perpecahan internal, Turki Rum Seljuk mengambil peran dengan melindungi kaum Muslimin dari arah barat. Kilic Arslan dan Aleadin Keykubad menjadi momok bagi Pasukan Salib yang melewati Anatolia agar tidak terlalu jauh masuk ke bumi Syam.
Di belahan bumi lain, pelarian Bani Umayah, Abdurrahman Ad-Dakhil terpilih menjadi pemimpin Andalusia dan mengembalikan persatuan Umat Islam di sana. Naik turunya peradaban, Andalusia mulai lemah sampai akhirnya muncul Panglima yang bukan dari keturunan dinasti mengambil kepemimpinan, Muhammad bin Abi Amir Al-Mansur atau yang dikenal Alamanzor menyelamatkan muka umat Islam atas serangan Kerajaan Kristen Utara.
Andalusia pecah kembali menjadi kerajaan kecil sampai lemah, akhirnya ditaklukan kembali oleh Bani Murabithun, dilanjutkan Bani Muwahiddun yang menegakan kembali nilai-nilai Islam
Kembali ke Anatolia, Turki Rum Seljuk mulai lemah dengan kedatangan Mongol dan perpecahan suku Turki. Munculah Suku Kayi dengan Suleyman Shah, dilanjutkan Ertugrul Ghazi, lalu besarkan oleh Osman Ghazi yang dikemudian hari membentuk Kesultanan Turki Usmani sampai menaklulan Konstantinopel.
Di Tanah Jawi Nusantara, Malaka di gempur habisan-habisan oleh portugis. Mereka hendak mengobarkan perang Salib atas dasar dendam di Andalusia. Dari Malaka perlawanan berpindah dari Barus, Aceh, Pasai, dan sekitarnya.
Di Jawa, gema jihad terdengar ke telinga Mataram Islam hingga memberangkatkan pasukan untuk menyerang Malaka dan Sunda Kelapa. Bersama koalisi Mataram, Cirebon, dan Banten, Sunda Kelapa ditaklukan yang kemudian hari menjadi Jayakarta.
Berpindah ke tempat lain, ertempuran berkobar di Jazirah Al-Mulk (Maluku). Kaum kafir yang menyebarkan fitnah di jawa dari Mataram Islam ke Giri Kedaton, mulai mengadu domba umat Muslim di Ternate Tidore. Sampai masa kelicikan portugi membunuh Ayah dari Sultan Baabulah, yang akhirnya Sang Sultan mengobarkan Jihad seluruh Maluku, menghancurkan Portugis ke akar-akarnya.
Pertempuran beralih ke Mataram Islam kembali ketika fitnah sudah merajalela. Pertempuran di pimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang mengepung Jenderal De Klerk di Benteng Ungaran sampai mati, kemudian melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat sebagai antitesis dari Kesultanan lain yang memilih tunduk kepada Belanda.
Setelah itu, cucunya Pangeran Diponegoro melanjutkan estafet perjuangan dengan menyerukan Perang Sabil gabungan Kaum Ulama, Priyayi, Keraton bersatu padu melawan Penjajah.
Jadi, apa rahasia dari perjuangan setiap zaman itu? apa yang membuatnya perjuangan hidup dari satu tempat ke tempat lain? Jawabanya adalah Iman.
Arsa Coffee Library, 18 Juni 2024
Tumblr media
28 notes · View notes
herijaya · 6 months ago
Text
Merah Putih di Langit Nusantara
Di bawah langit biru Nusantara, Tertanam cinta di setiap jengkal tanah air, Merah putih berkibar, penuh wibawa, Menggambarkan semangat juang yang tak pernah pudar.
Dari Sabang sampai Merauke, kita bersatu, Dalam satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, Kita kenang pahlawan yang gugur dalam perjuangan, Demi Indonesia, tanah air tercinta.
Dengan darah dan air mata mereka menorehkan sejarah, Merdeka atau mati, mereka tegakkan kepala, Kini tugas kita untuk menjaga, Kemerdekaan ini agar tak sia-sia.
Mari kita isi kemerdekaan dengan karya, Dengan cinta dan damai yang selalu ada, Untuk anak cucu kita, generasi penerus bangsa, Agar mereka bangga, Indonesia merdeka.
Di bawah kibaran sang saka merah putih, Kita bersumpah setia, untuk negara tercinta, Bersama kita hadapi tantangan masa depan, Dengan semangat juang, untuk Indonesia jaya
2 notes · View notes
rifkisyabani · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Minangkabau Untuk Indonesia Tanpa mengecilkan dukungan dan sokongan beragam suku bangsa yang kemudian membentuk Indonesia hingga kini, agaknya kita perlu sebuah apresiasi yang tinggi bagi tanah Minangkabau atas kontribusinya sebagai modal pergerakan bangsa. Sejak dahulu saya penasaran kenapa banyak tokoh pergerakan dan bahkan 4 serangkai pembentuk Republik yang disusun oleh Tempo dalam Serial Bapak Bangsa, 3 tokohnya berasal dari tanah Minangkabau, sebut saja Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Ketiganya mewakili ideologi yang berbeda, namun memperkaya bagaimana bangsa ini dibentuk. Belum lagi ada Mohammad Yamin dan KH. Agus Salim yang punya nama asli: Masyhudul Haq. Tidak cukup disitu, ada pula tokoh mosi integral yang melahirkan NKRI setelah KMB, dialah Natsir. Di abad 19 akhir bahkan salah satu imam dan guru di Masjidil Haram adalah tokoh ulama besar asal Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang kemudian memiliki murid yang menjadi pendiri 3 gerakan dakwah besar di Nusantara: Nahdatul Ulama: KH. Hasyim Asyhari, Muhammadiyah: KH. Ahmad Dahlan, dan Sulaiman Ar Rasuli pendiri Persatuan Tarbiyah Indonesia. Bagaimana tanah di tengah pegunungan Barisan di pesisir Barat Sumatera ini bisa jadi "power house" yang menelurkan tokoh pembaharuan di zamannya? Maka jika menelisik di banyak literatur dan bahkan sejarah dunia pers Minangkabau agaknya pengaruh semangat pan-Islamisme (mengacu pada definisi dari Anthony Reid) yang kemudian mempengaruhi gerakan Padri, interfensi dan modernisasi ala Eropa yang di bawa oleh kolonial Belanda telah mampu memberi inspirasi yang tumbuh deras bersama budaya yang kuat dipegang teguh (salah satunya budaya rantau), telah membawa orang-orang Minangkabau lebih egaliter, terbuka dan progresif. Sementara tanah Jawa di sekitar abad 19, sebelum dan pasca Perang Diponegoro masih dilingkupi feodalisme dan takzim di bawah kekuasaan bangsawan dan kaum ningratnya yang tak sedikit justru kerap menggunting di dalam lipatan bersaing pengaruh satu sama lain hingga dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang memusatkan pengaruh politiknya yang saling bersilangan. #sejarah #history #book #sketchnotes #coretanrifki https://www.instagram.com/p/CpZhmNZrP77/?igshid=NGJjMDIxMWI=
18 notes · View notes
ejharawk · 1 year ago
Text
10 wangsit dari tepi sungai Cileuleuy
Tumblr media
Diyakini sebagai salah satu agama asli masyarakat di tatar Sunda, para penghayat kepercayaan Budi Daya mengharapkan perlakuan yang setara dengan para penganut agama lain di Indonesia.
Sejak Nusantara terbentuk dan berpenghuni berabad-abad silam, para penghayat kepercayaan Budi Daya di Kampung Cicalung, Lembang, Jawa Barat, meyakini nenek moyang mereka yang mendiami tatar Sunda telah mengakui eksistensi Tuhan Yang Maha Esa.
Keyakinan tersebut bisa dilacak dalam penyebutan Tuhan melalui penggunaan bahasa Sunda kuno dari era pra-Hindu, sebelum dipengaruhi bahasa Sanskerta, Arab, dan bahasa-bahasa asing lainnya.
Beberapa sebutan untuk Sang Pencipta adalah Hyang (Tuhan, yang diagungkan), Hyang Manon (Yang Maha Tunggal), Sang Hyang Kersa (Yang Maha Kuasa), dan Si Ijunajati Nistemen (Maha Pencipta).
Karenanya, Engkus Ruswana (62) selaku Ketua Organisasi Penghayat Budi Daya menolak tegas jika mereka dianggap sebagai penganut animisme dan dinamisme.
"Istilah itu sebenarnya didengungkan oleh para antropolog Barat untuk melecehkan agama nenek moyang kita. Karena mereka tidak memahami upacara ritual yang dilakukan, dipikirnya itu upacara menyembah roh halus dan kekuatan gaib," kata Engkus.
Keyakinan yang sempat terkikis dan menghilang tersebut kemudian diwartakan kembali oleh Mei Kartawinata setelah menerima Dasa Wasita atau 10 Wangsit. Kejadian turunnya wangsit berlangsung di tepi Sungai Cileuleuy, Kampung Cimerta, Subang, pada 17 September 1927.
Mei Kartawinata (1 Mei 1897 - 11 Februari 1967) menyebut hasil penggaliannya terhadap ajaran leluhur di Bumi Parahyangan dengan istilah pamendak alias temuan terhadap kepercayaan para leluhur.
Walaupun menolak disebut sebagai sinkritisme, Engkus tidak menampik jika ajaran Budi Daya banyak bersinggungan dengan budaya dan tradisi masyarakat Sunda.
Ini terlihat dari inti ajaran Budi Daya yang mengajarkan konsep cara pandang hidup orang Sunda bernama "Tri Tangtu". Isinya tentang wawasan atau tuntunan menyangkut diri manusia sebagai makhluk pribadi, sosial bermasyarakat, dan ber-Tuhan.
Ada banyak nama yang disematkan untuk ajaran Mei Kartawinata. Di luar Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP), Agama Perjalanan, dan Agama Buhun, orang-orang mengenalnya sebagai Agama Traju Trisna, Agama Pancasila, Agama Petrap, Agama Sunda, Ilmu Sejati, Permai, atau Jawa-Jawi Mulya.
Mereka yang hendak melecehkannya cukup menyebutnya "Agama Kuring".
Dalam bahasa Indonesia, Kuring adalah kosakata untuk "Aku" atau "Saya". Prosekusi label "Agama Kuring" mengarah pada usaha mendiskreditkan pemeluk agama ini sebagai penganut agama semau gue.
Tumblr media
Agama-agama leluhur orang Sunda sangat menghormati alam sebagai pusat kosmologi adat dan kepercayaan paling signifikan.
Bagi para penghayat, alam semesta adalah tempat belajar dan menghayati segala keteraturan. Gunung, lembah, air, api, tanah, angin, dan segala mahluk hidup menjalankan kodratnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.
Karenanya, Mei Kartawinata meletakkan alam sebagai "kitab suci". Alam adalah kumpulan tulisan Tuhan yang tidak bisa dibuat oleh manusia, berlaku universal, dapat dipelajari oleh semua makhluk tanpa membedakan usia, agama, bangsa, ras maupun gender.
Dalam prosesnya, Mei Kartawinata mendirikan wadah untuk menampung para pengikut atau penghayat ajarannya yang namanya kerap berubah-ubah.
Pertama membentuk Perhimpunan Rakyat Indonesia Kemanusia'an sehingga ajarannya disebut Kemanusa'an. Setelah Indonesia merdeka dan bersiap melangsungkan pemilihan umum pertama, Mei ikut mendirikan Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai).
Usai pelaksanaan Pemilu 1955, nama tersebut berubah menjadi Organisasi Perjalanan alias Lalampahan.
Sepeninggal Mei Kartawinata, terjadi konflik internal yang membuat anggota terpecah menjadi beberapa organisasi yang melahirkan AKP, Budi Daya, dan Aji Dipa. Tidak ada perbedaan esensial antar tiga organisasi ini karena sumber ajarannya sama.
Menurut keterangan Engkus, Budi Daya sebagai organisasi terbentuk sejak 1980. "Pada era 1950-an ketika ramai pemberontakan DI/TII, kami juga disebut Agama Buhun, Agama Pancasila, dan Agama Kuring," imbuh Engkus.
Pertemuan kami dengan Engkus yang selalu terlihat mengenakan totopong (ikat kepala khas Sunda) berlangsung di Bale Pasekawan Waruga Jati, Kampung Cicalung, Lembang, Jawa Barat (3/3/2018).
Rute menuju kampung tersebut adalah jalan selebar tiga meter yang diwarnai tanjakan dan turunan. Sejauh mata memandang, terlihat bebukitan dan hamparan tanah yang ditanami beragam jenis sayur-sayuran, seperti terong ungu, brokoli, cabe rawit dan kriting, sawi putih, buncis, labu, timun, dan selada.
Bagi warga penghayat di Kampung Cicalung yang berjumlah 78 orang, Bale Pasekawan bukanlah rumah ibadah, tapi tempat pertemuan atau berkumpul alias ngariung dalam bahasa Sunda.
Tempat yang jadi pusat kegiatan para penghayat Budi Daya ini diresmikan pada 17 Mei 2012 oleh Bupati Bandung Barat H. Abubakar.
Luas Bale Pasewakan 1.400 meter persegi yang terdiri dari dua bangunan utama. Ada aula seluas 9 x 11 meter persegi dan panggung seluas 48 meter persegi.
Selain jadi tempat mengajarkan pelajaran Budi Daya sebagai pengganti pelajaran agama di sekolah bagi siswa SD, SMP, dan SMA penghayat kepercayaan, gedung ini kerap pula menampilkan pentas kesenian, seperti degung, jaipongan, salendroan, dan wayang.
Tumblr media
Tidak heran jika terdapat alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan gamelan di dalam Bale. Mereka yang ingin memanfaatkan Bale tidak harus para penghayat Budi Daya.
"Asal kegiatannya untuk kemaslahatan warga desa. Bukan kegiatan untuk politik praktis macam kampanye," tutur Ondo (52), salah satu penghayat saat kami temui di Kampung Cibedug yang berjarak sekitar 6,9 kilometer dari Cicalung.
Di kampung itu, terdapat Bale Pasewakan Rasa Jati yang usianya lebih tua karena berdiri sejak 1951. "Dulu bentuknya hanya gubuk bambu. Lama-kelamaan menjadi bangunan permanen seperti sekarang," jelas Ondo.
Adapun kegiatan yang sering berlangsung di Bale Pasewakan, antara lain peringatan turunnya wangsit kepada Mei Kartawinata pada 17 September, tahun baru dalam sistem kalender Jawa (1 Sura), dan renungan malam 1 Juni yang bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.
Menganut kepercayaan yang diyakini milik nenek moyang di negeri ini ternyata tak semudah membalik telapak tangan.
Berbagai perlakuan diskriminasi dari masyarakat telah mereka rasakan. Apesnya lagi, negara turut melanggengkannya melalui berbagai peraturan yang mengikat secara yuridis, alih-alih memenuhi hak para penghayat kepercayaan sebagai sesama warga negara.
Misalnya kejadian yang dialami Asep Setia Pujanegara (47) ketika menikahi Rela Susanti (41) pada 23 Agustus 2001.
Kukuh ingin melaksanakan pernikahan seturut keyakinan penghayat, pernikahan mereka tidak mengantongi Akta Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil.
Merasa haknya sebagai warga negara tidak dipenuhi, Asep mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung.
Gugatan pasutri ini kemudian disetujui PTUN tertanggal 25 April 2002. Perkawinan yang dilangsungkan dengan cara adat Sunda itu dapat dicatatkan di Kantor Badan Kependudukan dan Catatan Sipil (BKCS) Kabupaten Bandung.
Pun demikian, Mahkamah Agung tetap bergeming. Asep bersama istri harus menunggu hingga terbitnya Undang-Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Hal itu membuat akta kelahiran anak pertama mereka hanya bisa mencantumkan nama ibu dan tidak memiliki hubungan hukum keperdataan dengan ayahnya. Dengan demikian, buah cinta pasangan ini dianggap sebagai anak yang dilahirkan di luar perkawinan.
Pada saat UU Adminduk disahkan, terjadi lagi problem teknis dalam pelaksanaan. Nama ayah hanya ditambahkan dalam catatan pinggir yang dituliskan di bagian belakang alih-alih pembaruan akta lahir.
"Alasannya menurut saya sih tidak masuk akal. Karena masalah nomor registrasi tidak boleh ganda," ujar Asep yang menjabat sebagai penanggung jawab pendidikan bagi warga penghayat kepercayaan Budi Daya.
Padahal menurut Engkus, nomor registrasi tak perlu diperbarui. "Cukup lembaran blangko akta kelahirannya saja yang dibuat baru dengan menambahkan nama ayah bersanding dengan ibu."
Tumblr media
Engkus juga pernah jadi korban diskriminasi saat ibundanya meninggal di Desa Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Warga sekitar menolak jenazah almarhumah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) karena dianggap tidak beragama.
"Kata mereka, 'Ini khusus kuburan orang beragama, yang tidak beragama tidak boleh.' Setelah melalui rapat desa, diputuskan jenazah harus disalatkan, baru boleh dikuburkan," kenangnya.
Diskriminasi di sektor pendidikan berlangsung lebih lama lagi. Keturunan para penghayat kepercayaan dipaksa memilih pelajaran agama yang diakui negara.
Regenerasi penghayat jadi terhambat karena kebanyakan anak-anak tidak mengikuti penghayat kepercayaan orang tuanya.
Siswa penghayat kepercayaan juga kerap menjadi sasaran perundungan di sekolah dalam bentuk verbal. Akibatnya siswa bersangkutan meminta pindah sekolah karena tidak tahan jadi sasaran bully.
Setelah sekian lama berjuang, mulai 2016 keluar keputusan Kemdikbud yang menyatakan bahwa murid-murid penghayat kepercayaan mendapatkan pelajaran rohani sesuai kepercayaannya.
Berhubung tidak semua sekolah memiliki guru agama dari kalangan penghayat --karena teknis dan kurikulumnya masih dibahas, beberapa siswa dikembalikan ke organisasi atau komunitas penghayat kepercayaan untuk mendapatkan pelajaran keagamaan.
Asep salah satu yang mengabdikan diri sebagai guru pengajar penghayat kepercayaan. "Untuk sementara saya mengajarkan mata pelajaran untuk semua jenjang pendidikan dari SD hingga SMA. Pelajaran biasanya berlangsung setiap hari Minggu di Bale ini. Panduannya sudah ada. Sisanya saya gabung dengan buku-buku karya Pak Mei Kartawinata."
Seiring dikabulkannya gugatan uji materi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan perihal Penganut Kepercayaan oleh Mahkamah Konsitusi (7/11/2017), Engkus berharap tidak lagi ada perbedaan dan diskriminasi terhadap warga penghayat kepercayaan.
"Kita semua punya hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Selama ini penghayat kepercayaan selalu dianggap lebih rendah. Hak-hak pelayanan sosial untuk kami selalu terkebiri," katanya.
Padahal, kata Engkus, jika berkaca pada sejarah, perlakuan semacam itu sebenarnya dilakukan oleh penjajah untuk merendahkan bangsa kita.
2 notes · View notes
chocohazel · 2 years ago
Text
ULasan: Pulang
Judul Buku: Pulang Genre Buku: Fiksi Sejarah dan Fiksi Politik Penulis Buku: Leila S. Chudori Bahasa: Indonesia Penerbit Buku: Kepustakaan Populer Gramedia Rating Goodreads: 4.3/5 Rating Pribadi: 4.5/5
Novel dengan tebal 474 halaman ini akan mengantarkan pembaca ke setidaknya tiga latar masa lalu dalam ritme yang cepat. Pertama September 1965, di Indonesia. Kedua Mei 1968 di Perancis dan Mei 1998 di Indonesia. Novel ini dibagi menjadi tiga bagian dengan alur maju-mundur. Tiga bagian yang ada masing-masing memuat sudut pandang orang pertama dari point of view tiga tokoh utama (multiple POVs) dan dua tokoh pendukung. Walau memiliki pergantian point of view dan plot campuran, penulis menjahit masing-masing bagian cerita dengan sangat apik sehingga masing-masing cerita saling melengkapi "kekosongan" pada cerita lainnya. Setiap konflik dan penggalan kisah memunculkan rasa penasaran dari pembaca dan membuat pembaca semakin tertarik untuk melanjutkan perjalanan membacanya.
Pada bagian satu, novel ini berkisah tentang empat eksil politik Indonesia yang menjadi pendiri Restoran Tanah Air di Paris: Dimas Suryo, Nugroho Dewantoro, Risjaf, dan Tjahjadi Sukarna (Tjai Sin Soe). Kecuali Tjai, mereka berempat merupakan wartawan di Kantor Berita Nusantara sebelum Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Hananto Prawiro, pimipinan kantor Berita Nusantara adalah seorang jurnalis berpengalaman ekstrim kiri. Walau beberapa jurnalis dan karyawan lainnya cenderung netral dan bahkan memiliki sikap politik yang berlawanan, tetap saja eksistensi Hananto cukup untuk menjadikan Kantor Berita Nusantara dianggap sebagai gudang antek dan simpatisan PKI.
Menjelang Peristiwa 30 September 1965 terjadi, Dimas Suryo dan Nugroho menghadiri Konferensi International Organization of Journalists di Santiago, Chile. Sedangkan Risjaf menghadiri “agenda” lain di Havana, Kuba. Sementara Tjai meninggalkan Indonesia menuju Singapura sesaat setelah Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Sadar bahwa situasi politik di Indonesia pasca 30 September 1965 tidak berpihak dan sangat berbahaya bagi siapapun yang dengan mudah bisa dikait-kaitkan dengan PKI, maka Dimas Suryo, Nugroho dan Risjaf tidak berani untuk pulang. Selain itu, situasi membuat mereka memang tidak mungkin bisa pulang karena paspor mereka dicabut. Mereka kemudian pergi ke Peking dan bertemu dengan banyak eksil politik lain. Dari Peking mereka berkelana ke beberapa negara dan berakhir dengan pertemuan kembali di Paris kemudian mendirikan Restoran Tanah Air.
Di Prancis, Dimas Suryo menikah Vivienne Deveraux dan punya satu orang anak perempuan yang bernama Lintang Utara. Singkat cerita, Lintang dewasa pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas akhirnya di universitas Sorbonne, yaitu membuat film dokumenter yang berisi wawancara dengan para eks-tapol Peristiwa 1965 beserta keluarga. Lintang pergi ke Jakarta pada bulan Mei 1998 dan bertemu dengan Segara Alam putra Hananto Prawiro dan Bimo putra Nugroho.
Setidaknya ada dua premis besar dalam novel ini, yang pertama tentang bagaimana kehidupan para eksil politik yang terpaksa berpetualang dari negara satu ke negara lain dan kemudian menjalani kehidupan sebagai warga negara Perancis di Paris, ribuan kilometer dari tanah air yang sangat mereka rindukan. Kemudian premis utama ini memunculkan premis baru tentang kehidupan anak-anak para eksil politik di luar negeri dan juga di Indonesia menghadapi situasi politik yang kembali memanas di tanah air, tiga puluh tiga tahun pasca pemberontakan PKI.
Keunggulan novel ini adalah penulis dapat menyajikan kisah sejarah kelam Indonesia dengan alur cerita yang menarik. Pembaca seolah dapat “menyaksikan” apa yang terjadi selama dua masa kelam perpolitikan Indonesia lewat rincinya penggambaran cerita yang disajikan melalui sudut pandang karakter utama. Sementara kekurangannya adalah karena tema dan pembahasan dalam cerita, novel ini memiliki segmentasi pembaca yang cenderung khusus yaitu dewasa di atas 17 tahun dengan minat bacaan fiksi-sejarah fiksi-politik.
12 notes · View notes
suhandayana · 1 year ago
Text
DUPA TANAH TENGGARA
Pijar magma bumi bermuara memuncaki kawah-kawah tanah berapi rajin menyiangi kebun dan taman bunga tebar hara ke penjuru daratan Nusantara menuang kesuburan negeri agraris menumbuh hutan-hutan tropis bau madu kayu keras menguar mendendang keramahan
Aroma Jawa Dwipa mengudara menguapkan dupa ke kota-kota menyemangati anak-anak zaman mengaum di keluasan bahari dan tanam benih rerimbunan rimba raya
Surabaya, November 2023
Tumblr media
Logo 'Pusaka Trisula' - Dusun Karang Kenik ['KK 26'], Desa Olean, Situbondo, Jawa Timur. Foto: KhoHand, 23L27
3 notes · View notes
celotehku · 2 years ago
Text
PERWUJUDAN RAJA KERTANEGARA
Tumblr media
Menurut legenda patung ini dibuat pada tahun 1211 Caka atau tahun 1289 Masehi di pemakaman Wurarare (Lemahtulis) kediaman Mpu Bharadah atau desa Kedungwulan dekat Nganjuk Jawa Timur. Patung tersebut dibuat untuk menghormati Kertanegara Putra Wisnu Wardhana sebagai raja Singosari pada masa itu. Beliau terkenal karena kebijaksanaannya, pengetahuannya yang luas dalam bidang hukum dan ketaatannya pada agama Budha serta cita-citanya yang ingin mempersatukan wilayah Nusantara.
Legenda lain menyebutkan bahwa Kertanegara membangun patung untuk menghilangkan kutukan Mpu Bharadah yang dapat menggagalkan usahanya mempersatukan kerajaan - kerajaan yang terpisah - pisah pada saat itu. Menurut keterangan Bupati Surabaya (Regent), patung Joko Dolog berasal dari kandang gajah.
Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu dibawah Residen De Salls memindahkan patung tersebut ke Surabaya dan ditempatkan di Taman Apsari, seringkali dikunjungi orang untuk memberi penghormatan dan mengekspresikan harapan mereka. Berlokasi di jalan Taman Apsari - Surabaya Pusat, bebas dikunjungi dan memiliki areal parkir yang memadai untuk segala kendaraan.
Kertanagara adalah seorang pengikut setia agama Buda Tantra dan dinobatkan sebagai Jina (Dhyani Buddha) yang bergelar Jnanasiwabajra, yaitu sebagai Aksobhya dimana Joko Dolok itu adalah arca perwujudannya sendiri. Raut mukanya teduh dan tangannya membentuk sikap bhumisparsamudra atau telapak tangan kiri tertutup dan seolah ingin menyentuh bumi. Sedangkan dalam Pararaton dan berbagai Prasasti, setelah wafat dinamakan Siwabuddha, dimana dalam kitab Nagarakrtagama dikatakan Siwabuddhaloka. Pada batur alas sandarannya terdapat serangkaian tulisan Jawa kuno yang disebut prasasti yang disebut Wurare. Prasasti berangka tahun 1211 C atau 1289 M itu memuat beberapa fakta sejarah di jaman kerajaan Singosari. Inti prasasti tersebut adalah :
1 Dahulu kala tanah Jawa dibagi 2 oleh Arrya Bharada dinamakan dengan Jenggala dan Panjalu.
2.Namun pada jaman raja Wisnuwardhana, kedua daerah terpecah itu berhasil disatukan kembali.
3.Raja yang memerintahkan pembuatan prasasti ditasbihkan sebagai Cri Jnanjaciwabajra dan perwujudannya sebagai Jina Mahasobya.
4.Prosesi pentasbihan tersebut di kburan Wurare. Dalam waktu singkat sang raja berhasil menyatukan daerah-daerah yang terpecah belah.
5.Nada adalah nama pembuat prasasti tersebut.
Dari data-data tersebut terlihat jelas kaitannya dengan proses sejarah Jawa Timur jaman dulu. Raja kerajaan Kahuripan bernama Airlangga memutuskan membagi kerajaannya menjadi 2 bagian untuk kedua anaknya supaya tidak terjadi perang saudara. Bagian timur disebut Jenggala dan bagian barat disebut Panjalu. Tugas tersebut dilakukan oleh Mpu Barada.
Oleh raja Wisnuwardhana dari kerajaan Singosari beberapa abad selanjutnya, kedua wilayah berseberangan tersebut berhasil disatukan kembali. Dia juga melakukan perkawinan politik dengan mengawinkan anaknya Turuk Bali dengan raja Kediri Jayakatwang untuk menghindari perebutan kekuasaan. Usaha perkawinan politik tersebut dilanjutkan oleh penerus raja Wisnuwardhana, Kertanegara, dengan mengawinkan anaknya dengan anak Jayakatwang yang bernama Ardharaja. Selain itu Kertanegara juga berusaha mengesahkan status ke-raja-annya dengan menyebut sebagai anak dari Cri Jayawisnuwarddhana dan Crijayawardhani. Dia juga mengkukuhkan diri sebagai Jina Mahasobhya dengan gelar Crijnanjaciwabajra. Tujuannya adalah untuk menunjukan kekuasan dan kebesaran dirinya.
Disamping itu gelar tersebut juga ternyata mempunyai latar belakang politik karena dia sedang bertikai dengan raja Mongol Kubilai Khan karena menghina utusannya tahun 1211 C / 1289 M. Raja Mongol tersebut dikukuhkan sebagai Jina Mahamitha. Dengan gelar Jina Mahasobhya, Kertanegara ingin disejajarkan dengan raja Mongol. Mahasobhya adalah dewa penguasa angina timur, sedangkan mahamitha adalah Jina penguasa angina barat. Dengan demikian Kertanegara mengkukuhkan diri sebagai penguasa wilayah timur.
Dengan data-data tersebut nampak bahwa arca Mahasobya ini merupakan peruwujudan Kertanegara sendiri. Dan prasasti Wurare merupakan bukti keberanian bangsa kita yang tidak ingin dijajah oleh bangsa lain manapun. Atau mungkin juga sudah semestinya letaknya di Surabaya yang penduduknya terkenal dengan keberanian dan sifat-sifat kepahlawanannya. Demikianlah penggalan kitab Negarakretagama, sebuah kakawin kaya informasi tentang kerajaan Majapahit dan Singosari, berkaitan dengan raja Singosari ke-2, Anusapati, beserta tempat pendharmaannya di candi Kidal.
2 notes · View notes
kerrdrogba · 9 hours ago
Text
3 Situs Web Baca Buku Gratis
Di tengah derasnya arus informasi, kebutuhan manusia akan literatur menjadi penting. Dalam keperluan verifikasi suatu informasi, kita membutuhkan adanya sumber informasi lain yang mengonfirmasi secara cepat dan tepat. Berkat teknologi, orang-orang tidak perlu lagi pergi ke perpustakaan untuk mengakses buku-buku fisik karena proses itu sungguh melelahkan dan membuang waktu. Cukup menjangkau smartphone, lalu ketik judul buku, nama penerbit, atau nama pengarang. Dalam hitungan detik, maka muncul literatur yang dimaksud.
Tumblr media
Beberapa perpustakaan digital populer yang sering diakses banyak orang adalah iPusnas, Gramedia Digital, dan Google Play Books. Kecuali iPusnas yang dikelola pemerintah melalui dana APBN, Gramedia dan Google adalah pemain arus utama dalam industri buku online atau e-book. Ketiganya mengharuskan pengguna layanan atau calon pembaca buku untuk membuat akun terlebih dahulu, sehingga data pribadi akan sangat berisiko karena tidak menutup kemungkinan terjadi pembobolan database oleh oknum tidak bertanggung jawab. Selain itu, tidak jarang kita harus keluar uang untuk mendapatkan buku yang kita mau.
Namun ternyata ada perpustakaan digital yang koleksinya dapat diakses secara cuma-cuma. Tanpa perlu membuat akun, tanpa perlu mengeluarkan biaya. Kita bisa mengakses ilmu pengetahuan tanpa perlu memberi informasi nama serta alamat email kita. Setidaknya ada tiga situs web yang sudah dan akan menerapkannya.
Pertama ada situs catatannusantara.com. Sebagaimana namanya, Catatan Nusantara mempunyai misi untuk mengarsipkan segala informasi perihal Indonesia (Nusantara) untuk bisa diunduh tanpa biaya. Pencetus idenya adalah Harri Gieb yang dapat dijumpai melalui platform X atau Instagram pada akun @harrigieb. Selain mengelola situs perpustakaan digital, Harri juga mengelola toko buku fisik yang dia beri nama persis seperti novelis asal Perancis kelahiran 20 Mei 1799 yaitu Balzac.
Balzac merupakan toko buku yang berlokasi di tengah Pasar Gembrong Baru, Jatinegara, Jakarta Timur. Sebelumnya, toko buku Balzac beroperasi di Pasar Kenari Lama, namun terpaksa tutup karena terhantam pandemi. Koleksi buku-buku pada toko Balzac maupun situs catatannusantara.com sangat menarik karena banyak buku langka yang beredar di sana.
Tampilan situs catatannusantara.com pun sangat sederhana dan tanpa basa-basi. Kita langsung dihadapkan pada kolom berukuran besar bertuliskan "pencarian". Harri sepertinya paham bahwa yang dibutuhkan para pengguna internet adalah kecepatan dan ketepatan.
Tumblr media
Setiap bulan Februari, para pegiat literasi tanah air bersorak-sorai memperingati bulan kelahiran Pramoedya Ananta Toer. Sosok Pram dianggap banyak mengilhami penulis-penulis Indonesia untuk berani memotret kondisi sosial bangsa lewat kata-kata secara jujur. Oleh karena terlalu berharga dan mengerikannya kata-kata Pram, buku-bukunya sempat dilarang beredar oleh rezim Orde Baru. Sebagai orang Indonesia, alangkah merugi jika belum mengenal sosok Pram melalui karya-karyanya. 
Pada Februari 2025, kebetulan usia Pramoedya resmi menginjak seratus tahun alias satu abad. Melalui akun X miliknya, Chris Wibisana mengumumkan ke publik tentang adanya situs web yang akan mengoleksi karya-karya Pramoedya dalam rangka merayakan seratus tahun dunia mengenal Pram. Usaha ini tentu saja akan memudahkan publik dalam mengakses karya-karya Pram, sehingga publik tidak hanya mengenal Tetralogi Pulau Buru saja.
Tumblr media
Dan yang terakhir ada situs buku langka milik Logos. Pada 4 Februari 2025 akun X @logos_id memposting bahwa situs web perpustakaan digital mereka sudah digunakan oleh dosen-dosen di perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri untuk kegiatan diskusi akademik. Selanjutnya dia menulis, peluncuran situs ke publik akan dilakukan pekan depan atau dua pekan lagi mengingat pengelola masih harus memasang sistem firewall agar tidak terkena serangan siber. Kabar ini tentu menggembirakan karena pihak Logos memiliki banyak koleksi buku langka yang mungkin tidak pernah beredar di Indonesia.
Buku-buku tentang komunisme, konflik di tanah Papua, dan genosida adalah topik yang tabu di Indonesia. Negeri ini pernah sangat mesra dengan sebuah ide atau paham yang bernama komunisme. Namun setelah tahun 1965, paham itu perlahan memudar dan pada akhirnya mati. Sudah banyak upaya agar peristiwa 1965 dilihat secara jernih dan berimbang, karena selama puluhan tahun kronologi peristiwa itu hanya dikontrol otoritas negara.
Selain isu tentang komunisme, konflik di tanah Papua juga isu yang masih gelap di Indonesia. Perpustakaan digital milik Logos akan sangat berguna bagi generasi muda untuk dapat mempelajari sejarah bangsanya sendiri. Dengan menghadirkan buku-buku tentang Papua misalnya, kita akan menyadari bahwa ada sesuatu di sana selain PT Freeport dan Persipura.
Demikian upaya penulis dalam membagikan situs-situs web baca buku gratis yang dikelola secara independen. Pengertian independen ini artinya terlepas dari kepentingan pihak luar dan hanya fokus pada tujuan utama yaitu membagikan bahan bacaan. Situs yang pertama sudah terbukti dapat diakses secara gratis dan tanpa perlu bikin akun. Semoga semakin banyak situs-situs web serupa yang membebaskan buku serta meluaskan ilmu pengetahuan.
0 notes
riaunews · 1 day ago
Text
Tiba-tiba Muncul Majelis Ulama Nusantara Dukung PSN PIK 2: Membiarkan Tanah Terbengkalai Itu Dosa
Sejumlah orang yang mengaku dari Majelis Ulama Nusantara mendukung pembangunan PIK 2. Jakarta (Riaunews.com) – Nama Majelis Ulama Nusantara (MUN) tiba-tiba mencuat mendukung kelanjutan Proyek Strategis Nasional Pantai Indah Kapuk 2 (PSN PIK 2). Juru bicara MUN, Kyai Mohamad Ashshiddiqi, menegaskan bahwa ulama wajib mendukung kebijakan yang bermanfaat bagi umat. Menurut MUN, pendapat itu…
0 notes
tabloidnusantara · 5 days ago
Link
0 notes
kobongkastrol · 14 days ago
Text
Ki Hajar Dewantara turba ke Kalijati
Raden Mas Suwardi Suryaningrat memilih bunuh diri kelas dengan menanggalkan “Raden Mas” dan kemudian mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara pada tahun 1928. Beliau dikatakan kontroversial karena sungguh berani menulis sebuah esai dalam bahasa Belanda yang kalau diterjemahkan menjadi “Seandainya Aku Seorang Belanda”.
Aslinya berjudul Als Ik Eens Nederlander Was yang dimuat di surat kabar De Expres pada 13 Juli 1913. Ki Hajar tanpa tedeng aling-aling mengkritik secara keras kolonialisme Belanda di Nusantara. Ia melancarkan protes atas keinginan pemerintah Belanda yang ingin merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis di Indonesia.
Ya, sebuah ironi karena hendak memperingati sebuah kemerdekaan di tanah jajahan. Dan bukan hanya itu, Ki Hajar menyindir bahwa rencana pemerintah Belanda tersebut akan dimintai sumbangan kepada rakyat Indonesia. Bahwa pena itu lebih keras suaranya dari senjata apapun ternyata menimpa Ki Hajar. Tulisan itu dianggap menghasut dan membuat Belanda marah.
Bukunya Kenji Tsuchiya, Demokrasi dan Kepemimpinan: Kebangkitan Gerakan Taman Siswa menuliskan bahwa pada tanggal 25 Juli, seorang pejabat kehakiman, H.V Monsanto, tiba di Bandung dari Batavia. Karena menganggap pamflet itu berbahaya dan bertentangan dengan Pasal 26 Peraturan Pers, ia menginterogasi penulis dan anggota-anggota komite pada hari itu dan keesokan harinya, serta memerintahkan petugas untuk menyita pamflet itu. Dan pada sore 30 Juli, Tjipto, Soewardi, Abdul Muis, dan Wignjadisastra ditangkap dan ditahan. Selanjutnya Ki Hajar diasingkan ke negeri Belanda.
Sembilan tahun kemudian Ki Hajar mendirikan Taman Siswa. Sekolah Taman Siswa pertama didirikan di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Perkembangannya cukup menggembirakan. Di Jawa Barat yaitu di Bandung, sekolah Taman Siswa dibuka 1 September 1926. Cianjur, 3 November 1928. Di Cirebon malah sudah dibuka pada 6 Juli 1923.
Masih dalam buku Kenji Tsuchiya, dalam lampiran bukunya dilaporkan bahwa sekolah Taman Siswa sudah berdiri di Subang dan Kalijati pada tanggal yang sama yaitu 1 November 1931. Sedangkan di Pamanukan menyusul beberapa bulan setelahnya yakni 7 Agustus 1932.
Dikunjungi pendiri Taman Siswa barangkali sebuah kebahagiaan tersendiri. Itulah kenyataan yang terjadi pada tanggal 18 Juli 1938 sebagaimana dilaporkan dalam koran Pemandangan 23 Juli 1938. Koran tersebut melaporkan bahwa Ki Hajar Dewantara dan istrinya berkenan berkunjung ke Taman Siswa Kalijati.
Saat itu cuaca sedang dilanda hujan terus menerus, namun kunjungan tersebut mendapat perhatian besar dari masyarakat Kalijati. Hadir dalam acara yang bertajuk “Rapat Pendidikan Umum” itu para politisi, pers, perhimpunan, ketua M.D (Muhammadiyah? pen), dan masyarakat luas.
Di kesempatan itu Ki Hajar berpidato secara lemah lembut menerangkan ihwal Taman Siswa. Ia mengambil beberapa contoh yang mudah dipahami oleh yang hadir. Tak terasa satu jam lebih Ki Hajar berpidato. Kemudian perwakilan wali murid yang bernama R. Partawinata dengan diringkan oleh anaknya R. Soenasih memberikan tutup meja (taplak, pen) dan sebuah tongkat kepada Ki Hajar dan istrinya.
Ki Hajar mendapatkan souvenir tersebut merasa gembira, bahwa dengan hadiah tongkat itu meskipun beliau sudah tua namun dapat berjalan menuju cita-cita yang maha mulia. Hadirin pun bertepuk tangan.
Sejumlah tokoh Subang seperti tuan Marsinu dan Darmodihardjo juga turut hadir dalam turba Ki Hajar Dewantara ke Kalijati.
0 notes
kantorberita · 20 days ago
Text
Penertiban Bangunan Liar di Lahan Milik Kodam XII/Tanjungpura untuk Amankan Aset Negara
Penertiban Bangunan Liar di Lahan Milik Kodam XII/Tanjungpura untuk Amankan Aset Negara KBRN1 NUSANTARA, KALIMANTAN BARAT|| Kodam XII/Tanjungpura melaksanakan penertiban terhadap enam unit bangunan liar yang berdiri di atas tanah milik negara, Penertiban ini menjadi salah satu upaya strategis untuk mengamankan dan menata aset yang dipercayakan negara kepada TNI AD, Hal ini ditegaskan oleh Kepala…
0 notes