#tanah nusantara
Explore tagged Tumblr posts
Text
Indonesia is Constructing Nusantara, a $35 billion new capital, As Jakarta sinks.
Indonesia is Constructing Nusantara:Â Jakarta, the capital and main metropolitan center of Indonesia, is located on the northwest coast of Java, where the Ciliwung River meets the sea. With around 40% of its landmass currently below sea level, Jakarta, home to over 10.6 million people within its city limits and about 30 million in its metropolitan area, is urgently facing the problem of sinking.
Article Source Link
#nusantara#nusantara explained#ikn nusantara#nusantara 2024#ibu kota nusantara#indonesia nusantara#tari nusantara#nusantara 2024 update#nusantara new capital#tari nusantara mix modern#tarian nusantara mix modern#indonesia capital nusantara#nusantara bau#anak nusantara#lagu nusantara#tanah nusantara#artos nusantara#nusantara indah#lirik nusantara#rewind nusantara#cerita nusantara#nusantara project#nusantara history#azzahir nusantara
0 notes
Text
Tanah Seluas 56,8 Ha Istana Negara dan Garuda di IKN Resmi Bersertifikat
KALTIM | INTIJATIM.ID – Istana Negara dan Istana Garuda yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia kini resmi bersertipikat. Sertipikat Tanah Elektronik berupa Hak Pakai telah diserahkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dan disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo…
0 notes
Link
Seiring dengan berjalannya “WikiTrade World Trading Contest 2023”, WikiFX juga akan segera mengadakan acara kompetisi terpisah arau tersendiri yang ditujukan untuk masyarakat Indonesia, tentunya dengan hadiah yang tidak kalah menarik!
#garuda#garuda muda#indonesia#indonesia raya#indonesia jaya#ayo indonesia#nusantara#tanah air#wikitrade#wikifx#wikifx indonesia#constest#competition#race#referral#kontes#kompetisi#perlombaan#pertandingan#jadwal pertandingan
0 notes
Text
Yang Membuat Hidup
Apa yang membuat peradaban hidup? jawabanya adalah Iman.
Kita memahami bahwa Islam itu pasang surut di setiap zamanya. Ketika Islam meredup di suatu tempat, Allah memunculkan suatu kaum untuk menyalakan api dakwah kembali di tempat lain.
Ingatkah kau dengan korupnya Bani Umayyah? dengan kezaliman pemimpin-pemimpin itu, Allah menghadirkan kembali Khalifah yang shaleh dan peduli akan masyarakatnya, Beliau adalah Umar bin Abdul Azis Sang Khulafaurrasyidin ke-5.
Ketika Bani Umayah mulai lalai, munculah Bani Abbasiyah dengan kegemilangn ilmu pengetahuanya. Ketika Abbasiyah sedang lemah karena cinta dunia, munculah Turki Seljuk yang gagah berani dari Asia Tengah untuk menyelamatkan Izzah kaum Muslimin.
Beberapa masa setelahnya, Turki Seljuk dilanda perpecahan, munculah dinasti Zankiyah dilanjutkan dengan Ayyubiyah yang memiliki cita-cita untuk membebaskan Al-Quds kembali.
Bersama dengan itu, Ayyubiyah mulai dilanda perpecahan internal, Turki Rum Seljuk mengambil peran dengan melindungi kaum Muslimin dari arah barat. Kilic Arslan dan Aleadin Keykubad menjadi momok bagi Pasukan Salib yang melewati Anatolia agar tidak terlalu jauh masuk ke bumi Syam.
Di belahan bumi lain, pelarian Bani Umayah, Abdurrahman Ad-Dakhil terpilih menjadi pemimpin Andalusia dan mengembalikan persatuan Umat Islam di sana. Naik turunya peradaban, Andalusia mulai lemah sampai akhirnya muncul Panglima yang bukan dari keturunan dinasti mengambil kepemimpinan, Muhammad bin Abi Amir Al-Mansur atau yang dikenal Alamanzor menyelamatkan muka umat Islam atas serangan Kerajaan Kristen Utara.
Andalusia pecah kembali menjadi kerajaan kecil sampai lemah, akhirnya ditaklukan kembali oleh Bani Murabithun, dilanjutkan Bani Muwahiddun yang menegakan kembali nilai-nilai Islam
Kembali ke Anatolia, Turki Rum Seljuk mulai lemah dengan kedatangan Mongol dan perpecahan suku Turki. Munculah Suku Kayi dengan Suleyman Shah, dilanjutkan Ertugrul Ghazi, lalu besarkan oleh Osman Ghazi yang dikemudian hari membentuk Kesultanan Turki Usmani sampai menaklulan Konstantinopel.
Di Tanah Jawi Nusantara, Malaka di gempur habisan-habisan oleh portugis. Mereka hendak mengobarkan perang Salib atas dasar dendam di Andalusia. Dari Malaka perlawanan berpindah dari Barus, Aceh, Pasai, dan sekitarnya.
Di Jawa, gema jihad terdengar ke telinga Mataram Islam hingga memberangkatkan pasukan untuk menyerang Malaka dan Sunda Kelapa. Bersama koalisi Mataram, Cirebon, dan Banten, Sunda Kelapa ditaklukan yang kemudian hari menjadi Jayakarta.
Berpindah ke tempat lain, ertempuran berkobar di Jazirah Al-Mulk (Maluku). Kaum kafir yang menyebarkan fitnah di jawa dari Mataram Islam ke Giri Kedaton, mulai mengadu domba umat Muslim di Ternate Tidore. Sampai masa kelicikan portugi membunuh Ayah dari Sultan Baabulah, yang akhirnya Sang Sultan mengobarkan Jihad seluruh Maluku, menghancurkan Portugis ke akar-akarnya.
Pertempuran beralih ke Mataram Islam kembali ketika fitnah sudah merajalela. Pertempuran di pimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang mengepung Jenderal De Klerk di Benteng Ungaran sampai mati, kemudian melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat sebagai antitesis dari Kesultanan lain yang memilih tunduk kepada Belanda.
Setelah itu, cucunya Pangeran Diponegoro melanjutkan estafet perjuangan dengan menyerukan Perang Sabil gabungan Kaum Ulama, Priyayi, Keraton bersatu padu melawan Penjajah.
Jadi, apa rahasia dari perjuangan setiap zaman itu? apa yang membuatnya perjuangan hidup dari satu tempat ke tempat lain? Jawabanya adalah Iman.
Arsa Coffee Library, 18 Juni 2024
28 notes
·
View notes
Text
Merah Putih di Langit Nusantara
Di bawah langit biru Nusantara, Tertanam cinta di setiap jengkal tanah air, Merah putih berkibar, penuh wibawa, Menggambarkan semangat juang yang tak pernah pudar.
Dari Sabang sampai Merauke, kita bersatu, Dalam satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, Kita kenang pahlawan yang gugur dalam perjuangan, Demi Indonesia, tanah air tercinta.
Dengan darah dan air mata mereka menorehkan sejarah, Merdeka atau mati, mereka tegakkan kepala, Kini tugas kita untuk menjaga, Kemerdekaan ini agar tak sia-sia.
Mari kita isi kemerdekaan dengan karya, Dengan cinta dan damai yang selalu ada, Untuk anak cucu kita, generasi penerus bangsa, Agar mereka bangga, Indonesia merdeka.
Di bawah kibaran sang saka merah putih, Kita bersumpah setia, untuk negara tercinta, Bersama kita hadapi tantangan masa depan, Dengan semangat juang, untuk Indonesia jaya
2 notes
·
View notes
Photo
Minangkabau Untuk Indonesia Tanpa mengecilkan dukungan dan sokongan beragam suku bangsa yang kemudian membentuk Indonesia hingga kini, agaknya kita perlu sebuah apresiasi yang tinggi bagi tanah Minangkabau atas kontribusinya sebagai modal pergerakan bangsa. Sejak dahulu saya penasaran kenapa banyak tokoh pergerakan dan bahkan 4 serangkai pembentuk Republik yang disusun oleh Tempo dalam Serial Bapak Bangsa, 3 tokohnya berasal dari tanah Minangkabau, sebut saja Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Ketiganya mewakili ideologi yang berbeda, namun memperkaya bagaimana bangsa ini dibentuk. Belum lagi ada Mohammad Yamin dan KH. Agus Salim yang punya nama asli: Masyhudul Haq. Tidak cukup disitu, ada pula tokoh mosi integral yang melahirkan NKRI setelah KMB, dialah Natsir. Di abad 19 akhir bahkan salah satu imam dan guru di Masjidil Haram adalah tokoh ulama besar asal Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang kemudian memiliki murid yang menjadi pendiri 3 gerakan dakwah besar di Nusantara: Nahdatul Ulama: KH. Hasyim Asyhari, Muhammadiyah: KH. Ahmad Dahlan, dan Sulaiman Ar Rasuli pendiri Persatuan Tarbiyah Indonesia. Bagaimana tanah di tengah pegunungan Barisan di pesisir Barat Sumatera ini bisa jadi "power house" yang menelurkan tokoh pembaharuan di zamannya? Maka jika menelisik di banyak literatur dan bahkan sejarah dunia pers Minangkabau agaknya pengaruh semangat pan-Islamisme (mengacu pada definisi dari Anthony Reid) yang kemudian mempengaruhi gerakan Padri, interfensi dan modernisasi ala Eropa yang di bawa oleh kolonial Belanda telah mampu memberi inspirasi yang tumbuh deras bersama budaya yang kuat dipegang teguh (salah satunya budaya rantau), telah membawa orang-orang Minangkabau lebih egaliter, terbuka dan progresif. Sementara tanah Jawa di sekitar abad 19, sebelum dan pasca Perang Diponegoro masih dilingkupi feodalisme dan takzim di bawah kekuasaan bangsawan dan kaum ningratnya yang tak sedikit justru kerap menggunting di dalam lipatan bersaing pengaruh satu sama lain hingga dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang memusatkan pengaruh politiknya yang saling bersilangan. #sejarah #history #book #sketchnotes #coretanrifki https://www.instagram.com/p/CpZhmNZrP77/?igshid=NGJjMDIxMWI=
18 notes
·
View notes
Text
10 wangsit dari tepi sungai Cileuleuy
Diyakini sebagai salah satu agama asli masyarakat di tatar Sunda, para penghayat kepercayaan Budi Daya mengharapkan perlakuan yang setara dengan para penganut agama lain di Indonesia.
Sejak Nusantara terbentuk dan berpenghuni berabad-abad silam, para penghayat kepercayaan Budi Daya di Kampung Cicalung, Lembang, Jawa Barat, meyakini nenek moyang mereka yang mendiami tatar Sunda telah mengakui eksistensi Tuhan Yang Maha Esa.
Keyakinan tersebut bisa dilacak dalam penyebutan Tuhan melalui penggunaan bahasa Sunda kuno dari era pra-Hindu, sebelum dipengaruhi bahasa Sanskerta, Arab, dan bahasa-bahasa asing lainnya.
Beberapa sebutan untuk Sang Pencipta adalah Hyang (Tuhan, yang diagungkan), Hyang Manon (Yang Maha Tunggal), Sang Hyang Kersa (Yang Maha Kuasa), dan Si Ijunajati Nistemen (Maha Pencipta).
Karenanya, Engkus Ruswana (62) selaku Ketua Organisasi Penghayat Budi Daya menolak tegas jika mereka dianggap sebagai penganut animisme dan dinamisme.
"Istilah itu sebenarnya didengungkan oleh para antropolog Barat untuk melecehkan agama nenek moyang kita. Karena mereka tidak memahami upacara ritual yang dilakukan, dipikirnya itu upacara menyembah roh halus dan kekuatan gaib," kata Engkus.
Keyakinan yang sempat terkikis dan menghilang tersebut kemudian diwartakan kembali oleh Mei Kartawinata setelah menerima Dasa Wasita atau 10 Wangsit. Kejadian turunnya wangsit berlangsung di tepi Sungai Cileuleuy, Kampung Cimerta, Subang, pada 17 September 1927.
Mei Kartawinata (1 Mei 1897 - 11 Februari 1967) menyebut hasil penggaliannya terhadap ajaran leluhur di Bumi Parahyangan dengan istilah pamendak alias temuan terhadap kepercayaan para leluhur.
Walaupun menolak disebut sebagai sinkritisme, Engkus tidak menampik jika ajaran Budi Daya banyak bersinggungan dengan budaya dan tradisi masyarakat Sunda.
Ini terlihat dari inti ajaran Budi Daya yang mengajarkan konsep cara pandang hidup orang Sunda bernama "Tri Tangtu". Isinya tentang wawasan atau tuntunan menyangkut diri manusia sebagai makhluk pribadi, sosial bermasyarakat, dan ber-Tuhan.
Ada banyak nama yang disematkan untuk ajaran Mei Kartawinata. Di luar Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP), Agama Perjalanan, dan Agama Buhun, orang-orang mengenalnya sebagai Agama Traju Trisna, Agama Pancasila, Agama Petrap, Agama Sunda, Ilmu Sejati, Permai, atau Jawa-Jawi Mulya.
Mereka yang hendak melecehkannya cukup menyebutnya "Agama Kuring".
Dalam bahasa Indonesia, Kuring adalah kosakata untuk "Aku" atau "Saya". Prosekusi label "Agama Kuring" mengarah pada usaha mendiskreditkan pemeluk agama ini sebagai penganut agama semau gue.
Agama-agama leluhur orang Sunda sangat menghormati alam sebagai pusat kosmologi adat dan kepercayaan paling signifikan.
Bagi para penghayat, alam semesta adalah tempat belajar dan menghayati segala keteraturan. Gunung, lembah, air, api, tanah, angin, dan segala mahluk hidup menjalankan kodratnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.
Karenanya, Mei Kartawinata meletakkan alam sebagai "kitab suci". Alam adalah kumpulan tulisan Tuhan yang tidak bisa dibuat oleh manusia, berlaku universal, dapat dipelajari oleh semua makhluk tanpa membedakan usia, agama, bangsa, ras maupun gender.
Dalam prosesnya, Mei Kartawinata mendirikan wadah untuk menampung para pengikut atau penghayat ajarannya yang namanya kerap berubah-ubah.
Pertama membentuk Perhimpunan Rakyat Indonesia Kemanusia'an sehingga ajarannya disebut Kemanusa'an. Setelah Indonesia merdeka dan bersiap melangsungkan pemilihan umum pertama, Mei ikut mendirikan Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai).
Usai pelaksanaan Pemilu 1955, nama tersebut berubah menjadi Organisasi Perjalanan alias Lalampahan.
Sepeninggal Mei Kartawinata, terjadi konflik internal yang membuat anggota terpecah menjadi beberapa organisasi yang melahirkan AKP, Budi Daya, dan Aji Dipa. Tidak ada perbedaan esensial antar tiga organisasi ini karena sumber ajarannya sama.
Menurut keterangan Engkus, Budi Daya sebagai organisasi terbentuk sejak 1980. "Pada era 1950-an ketika ramai pemberontakan DI/TII, kami juga disebut Agama Buhun, Agama Pancasila, dan Agama Kuring," imbuh Engkus.
Pertemuan kami dengan Engkus yang selalu terlihat mengenakan totopong (ikat kepala khas Sunda) berlangsung di Bale Pasekawan Waruga Jati, Kampung Cicalung, Lembang, Jawa Barat (3/3/2018).
Rute menuju kampung tersebut adalah jalan selebar tiga meter yang diwarnai tanjakan dan turunan. Sejauh mata memandang, terlihat bebukitan dan hamparan tanah yang ditanami beragam jenis sayur-sayuran, seperti terong ungu, brokoli, cabe rawit dan kriting, sawi putih, buncis, labu, timun, dan selada.
Bagi warga penghayat di Kampung Cicalung yang berjumlah 78 orang, Bale Pasekawan bukanlah rumah ibadah, tapi tempat pertemuan atau berkumpul alias ngariung dalam bahasa Sunda.
Tempat yang jadi pusat kegiatan para penghayat Budi Daya ini diresmikan pada 17 Mei 2012 oleh Bupati Bandung Barat H. Abubakar.
Luas Bale Pasewakan 1.400 meter persegi yang terdiri dari dua bangunan utama. Ada aula seluas 9 x 11 meter persegi dan panggung seluas 48 meter persegi.
Selain jadi tempat mengajarkan pelajaran Budi Daya sebagai pengganti pelajaran agama di sekolah bagi siswa SD, SMP, dan SMA penghayat kepercayaan, gedung ini kerap pula menampilkan pentas kesenian, seperti degung, jaipongan, salendroan, dan wayang.
Tidak heran jika terdapat alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan gamelan di dalam Bale. Mereka yang ingin memanfaatkan Bale tidak harus para penghayat Budi Daya.
"Asal kegiatannya untuk kemaslahatan warga desa. Bukan kegiatan untuk politik praktis macam kampanye," tutur Ondo (52), salah satu penghayat saat kami temui di Kampung Cibedug yang berjarak sekitar 6,9 kilometer dari Cicalung.
Di kampung itu, terdapat Bale Pasewakan Rasa Jati yang usianya lebih tua karena berdiri sejak 1951. "Dulu bentuknya hanya gubuk bambu. Lama-kelamaan menjadi bangunan permanen seperti sekarang," jelas Ondo.
Adapun kegiatan yang sering berlangsung di Bale Pasewakan, antara lain peringatan turunnya wangsit kepada Mei Kartawinata pada 17 September, tahun baru dalam sistem kalender Jawa (1 Sura), dan renungan malam 1 Juni yang bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.
Menganut kepercayaan yang diyakini milik nenek moyang di negeri ini ternyata tak semudah membalik telapak tangan.
Berbagai perlakuan diskriminasi dari masyarakat telah mereka rasakan. Apesnya lagi, negara turut melanggengkannya melalui berbagai peraturan yang mengikat secara yuridis, alih-alih memenuhi hak para penghayat kepercayaan sebagai sesama warga negara.
Misalnya kejadian yang dialami Asep Setia Pujanegara (47) ketika menikahi Rela Susanti (41) pada 23 Agustus 2001.
Kukuh ingin melaksanakan pernikahan seturut keyakinan penghayat, pernikahan mereka tidak mengantongi Akta Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil.
Merasa haknya sebagai warga negara tidak dipenuhi, Asep mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung.
Gugatan pasutri ini kemudian disetujui PTUN tertanggal 25 April 2002. Perkawinan yang dilangsungkan dengan cara adat Sunda itu dapat dicatatkan di Kantor Badan Kependudukan dan Catatan Sipil (BKCS) Kabupaten Bandung.
Pun demikian, Mahkamah Agung tetap bergeming. Asep bersama istri harus menunggu hingga terbitnya Undang-Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Hal itu membuat akta kelahiran anak pertama mereka hanya bisa mencantumkan nama ibu dan tidak memiliki hubungan hukum keperdataan dengan ayahnya. Dengan demikian, buah cinta pasangan ini dianggap sebagai anak yang dilahirkan di luar perkawinan.
Pada saat UU Adminduk disahkan, terjadi lagi problem teknis dalam pelaksanaan. Nama ayah hanya ditambahkan dalam catatan pinggir yang dituliskan di bagian belakang alih-alih pembaruan akta lahir.
"Alasannya menurut saya sih tidak masuk akal. Karena masalah nomor registrasi tidak boleh ganda," ujar Asep yang menjabat sebagai penanggung jawab pendidikan bagi warga penghayat kepercayaan Budi Daya.
Padahal menurut Engkus, nomor registrasi tak perlu diperbarui. "Cukup lembaran blangko akta kelahirannya saja yang dibuat baru dengan menambahkan nama ayah bersanding dengan ibu."
Engkus juga pernah jadi korban diskriminasi saat ibundanya meninggal di Desa Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Warga sekitar menolak jenazah almarhumah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) karena dianggap tidak beragama.
"Kata mereka, 'Ini khusus kuburan orang beragama, yang tidak beragama tidak boleh.' Setelah melalui rapat desa, diputuskan jenazah harus disalatkan, baru boleh dikuburkan," kenangnya.
Diskriminasi di sektor pendidikan berlangsung lebih lama lagi. Keturunan para penghayat kepercayaan dipaksa memilih pelajaran agama yang diakui negara.
Regenerasi penghayat jadi terhambat karena kebanyakan anak-anak tidak mengikuti penghayat kepercayaan orang tuanya.
Siswa penghayat kepercayaan juga kerap menjadi sasaran perundungan di sekolah dalam bentuk verbal. Akibatnya siswa bersangkutan meminta pindah sekolah karena tidak tahan jadi sasaran bully.
Setelah sekian lama berjuang, mulai 2016 keluar keputusan Kemdikbud yang menyatakan bahwa murid-murid penghayat kepercayaan mendapatkan pelajaran rohani sesuai kepercayaannya.
Berhubung tidak semua sekolah memiliki guru agama dari kalangan penghayat --karena teknis dan kurikulumnya masih dibahas, beberapa siswa dikembalikan ke organisasi atau komunitas penghayat kepercayaan untuk mendapatkan pelajaran keagamaan.
Asep salah satu yang mengabdikan diri sebagai guru pengajar penghayat kepercayaan. "Untuk sementara saya mengajarkan mata pelajaran untuk semua jenjang pendidikan dari SD hingga SMA. Pelajaran biasanya berlangsung setiap hari Minggu di Bale ini. Panduannya sudah ada. Sisanya saya gabung dengan buku-buku karya Pak Mei Kartawinata."
Seiring dikabulkannya gugatan uji materi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan perihal Penganut Kepercayaan oleh Mahkamah Konsitusi (7/11/2017), Engkus berharap tidak lagi ada perbedaan dan diskriminasi terhadap warga penghayat kepercayaan.
"Kita semua punya hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Selama ini penghayat kepercayaan selalu dianggap lebih rendah. Hak-hak pelayanan sosial untuk kami selalu terkebiri," katanya.
Padahal, kata Engkus, jika berkaca pada sejarah, perlakuan semacam itu sebenarnya dilakukan oleh penjajah untuk merendahkan bangsa kita.
#penghayat kepercayaan#agama#budaya#agama nusantara#budi daya#buhun#jawa barat#mei kartawinata#engkus ruswana#subang#Sungai Cileuleuy#diskriminasi#Lalampahan#Aji Dipa#Sunda#UU Adminduk
2 notes
·
View notes
Text
ULasan: Pulang
Judul Buku: Pulang Genre Buku: Fiksi Sejarah dan Fiksi Politik Penulis Buku: Leila S. Chudori Bahasa: Indonesia Penerbit Buku: Kepustakaan Populer Gramedia Rating Goodreads: 4.3/5 Rating Pribadi: 4.5/5
Novel dengan tebal 474 halaman ini akan mengantarkan pembaca ke setidaknya tiga latar masa lalu dalam ritme yang cepat. Pertama September 1965, di Indonesia. Kedua Mei 1968 di Perancis dan Mei 1998 di Indonesia. Novel ini dibagi menjadi tiga bagian dengan alur maju-mundur. Tiga bagian yang ada masing-masing memuat sudut pandang orang pertama dari point of view tiga tokoh utama (multiple POVs) dan dua tokoh pendukung. Walau memiliki pergantian point of view dan plot campuran, penulis menjahit masing-masing bagian cerita dengan sangat apik sehingga masing-masing cerita saling melengkapi "kekosongan" pada cerita lainnya. Setiap konflik dan penggalan kisah memunculkan rasa penasaran dari pembaca dan membuat pembaca semakin tertarik untuk melanjutkan perjalanan membacanya.
Pada bagian satu, novel ini berkisah tentang empat eksil politik Indonesia yang menjadi pendiri Restoran Tanah Air di Paris: Dimas Suryo, Nugroho Dewantoro, Risjaf, dan Tjahjadi Sukarna (Tjai Sin Soe). Kecuali Tjai, mereka berempat merupakan wartawan di Kantor Berita Nusantara sebelum Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Hananto Prawiro, pimipinan kantor Berita Nusantara adalah seorang jurnalis berpengalaman ekstrim kiri. Walau beberapa jurnalis dan karyawan lainnya cenderung netral dan bahkan memiliki sikap politik yang berlawanan, tetap saja eksistensi Hananto cukup untuk menjadikan Kantor Berita Nusantara dianggap sebagai gudang antek dan simpatisan PKI.
Menjelang Peristiwa 30 September 1965 terjadi, Dimas Suryo dan Nugroho menghadiri Konferensi International Organization of Journalists di Santiago, Chile. Sedangkan Risjaf menghadiri “agenda” lain di Havana, Kuba. Sementara Tjai meninggalkan Indonesia menuju Singapura sesaat setelah Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Sadar bahwa situasi politik di Indonesia pasca 30 September 1965 tidak berpihak dan sangat berbahaya bagi siapapun yang dengan mudah bisa dikait-kaitkan dengan PKI, maka Dimas Suryo, Nugroho dan Risjaf tidak berani untuk pulang. Selain itu, situasi membuat mereka memang tidak mungkin bisa pulang karena paspor mereka dicabut. Mereka kemudian pergi ke Peking dan bertemu dengan banyak eksil politik lain. Dari Peking mereka berkelana ke beberapa negara dan berakhir dengan pertemuan kembali di Paris kemudian mendirikan Restoran Tanah Air.
Di Prancis, Dimas Suryo menikah Vivienne Deveraux dan punya satu orang anak perempuan yang bernama Lintang Utara. Singkat cerita, Lintang dewasa pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas akhirnya di universitas Sorbonne, yaitu membuat film dokumenter yang berisi wawancara dengan para eks-tapol Peristiwa 1965 beserta keluarga. Lintang pergi ke Jakarta pada bulan Mei 1998 dan bertemu dengan Segara Alam putra Hananto Prawiro dan Bimo putra Nugroho.
Setidaknya ada dua premis besar dalam novel ini, yang pertama tentang bagaimana kehidupan para eksil politik yang terpaksa berpetualang dari negara satu ke negara lain dan kemudian menjalani kehidupan sebagai warga negara Perancis di Paris, ribuan kilometer dari tanah air yang sangat mereka rindukan. Kemudian premis utama ini memunculkan premis baru tentang kehidupan anak-anak para eksil politik di luar negeri dan juga di Indonesia menghadapi situasi politik yang kembali memanas di tanah air, tiga puluh tiga tahun pasca pemberontakan PKI.
Keunggulan novel ini adalah penulis dapat menyajikan kisah sejarah kelam Indonesia dengan alur cerita yang menarik. Pembaca seolah dapat “menyaksikan” apa yang terjadi selama dua masa kelam perpolitikan Indonesia lewat rincinya penggambaran cerita yang disajikan melalui sudut pandang karakter utama. Sementara kekurangannya adalah karena tema dan pembahasan dalam cerita, novel ini memiliki segmentasi pembaca yang cenderung khusus yaitu dewasa di atas 17 tahun dengan minat bacaan fiksi-sejarah fiksi-politik.
12 notes
·
View notes
Text
DUPA TANAH TENGGARA
Pijar magma bumi bermuara memuncaki kawah-kawah tanah berapi rajin menyiangi kebun dan taman bunga tebar hara ke penjuru daratan Nusantara menuang kesuburan negeri agraris menumbuh hutan-hutan tropis bau madu kayu keras menguar mendendang keramahan
Aroma Jawa Dwipa mengudara menguapkan dupa ke kota-kota menyemangati anak-anak zaman mengaum di keluasan bahari dan tanam benih rerimbunan rimba raya
Surabaya, November 2023
Logo 'Pusaka Trisula' - Dusun Karang Kenik ['KK 26'], Desa Olean, Situbondo, Jawa Timur. Foto: KhoHand, 23L27
2 notes
·
View notes
Text
Perjalanan Perdanaku Bersamanya
Catatan hari ini hanya sekedar kisah sederhana yang akan ku abadikan. Kisah di mana diri ini baru pertama kali bepergian bersamanya menuju kampung halaman. Ya... mengajaknya bertemu keluarga di rumah.
Sore ini ku pamit sama teman-teman yang ku jumpai, mengharap doa keselamatan dari mereka. Dengar-dengar kita gak tau dari lisan siapa doa kita terkabul, mungkin saja teman-teman ku ini termasuk yang diijabah doanya.
Setibanya kami di stasiun, tangan ku begitu erat menggenggamnya; berharap tidak terjadi apa-apa seperti diculik orang misalnya. Kiranya hanya sehelai kain saja yang memisahkan kita.
Tak lama kereta tiba, kami pun bergegas memasukinya bersama mencari kursi kosong untuk duduk bersebelahan. Yes, tuhan berhendak demikian, kami dapat duduk dengan tenang.
Namun kondisi berubah saat kami memasuki stasiun Tanah Abang, kami terpaksa berdiri karena ada seorang ibu yang sudah berusia yang layak untuk menempati posisi tersebut. Kiranya setengah jam lebih kami berdiri sambil berhimpitan-himpitan.
Betapa malangnya diri ini, berdiri di kerumunan perempuan yang mayoritas kaum ibu-ibu. Satu persatu ku lirik wajah mereka, dan kudapati seorang ibu yang membuat ku terkejut sambil berpikiran negatif; karena wajahnya begitu putih bagaikan dilapisi bedak berkali-kali.
"Astaga... ibu ini dandanannya". Ujar ku di dalam hati. Dengan jiwa penasaran, ku lihat lebih lama ibu tadi dan ternyata........... diri ini salah besar dalam memvonis seseorang, ku kira ibu itu memakai bedak berlapis lapis, ternyata itu kelainan yang terjadi pada kulit seseorang; hal ini terlihat dari jidatnya si ibu.
Betapa menyesalnya hamba yaa tuhan, semoga engkau memaafkan hamba, aamiin. Dari sini ku belajar untuk tidak buru-buru memvonis seseorang, karena kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Perjalanan masih terus berlanjut, ia pun masih ku pegangi erat-erat, bahkan sesekali ku peluk; agak sedikit romatis memang. Namun itu kulakukan hanya sebatas menjaga norma terhadapnya.
Padatnya penumpang membuat kami harus berdesak-desakan di dalam gerbong, bau badan pun mulai terasa aromanya meskipun kami memakai masker. Keadaan inilah yang membuat ku berharap segera sampai tujuan, karena sudah tak tahan lagi dengan aroma yang ada, terutama karena posisi berdiri yang tepat di tengah ibu-ibu.
Namun tak lama ada seorang ibu yang mungkin juga mencium aroma tersebut, ia segera mengeluarkan ramuan rahasianya, yang membuat kami merasa sejuk dan lega. Sebut saja ramuan itu "Balsem".
Dan Alhamdulillah, akhirnya perjalanan kami pun selesai. Aku dan dia bertemu keluarga ku di rumah yang sudah siap menyambut kedatangan kami.
Kalian penasaran siapa sosok yang menemaniku selama perjalanan? Baik aku kenali kalian dengannya, ia adalah Bahrul Madzi, sebuah kitab karya ulama nusantara syeikh al-Marbawi, yang berhasil membuatku jatuh cinta padanya terlebih saat fisiknya ku miliki; meskipun hanya satu jilid, tapi aku bersyukur.
Terima kasih sudah membaca catatan sederhana ku
Bekasi, 3 Januari 2023
6 notes
·
View notes
Text
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara - Kerajaan Tarumanegara ialah kerajaan tertua kedua di Nusantara sehabis Kerajaan Kutai dengan meninggalkan fakta arkeologi. Kerajaan ini sempat berkuasa di daerah barat Pulau Jawa pada abad ke- 5 hingga abad ke- 7 Masehi. Dikatakan selaku kerajaan Hindu awal di Pulau Jawa. Daerah kekuasaannya meliputi Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang serta Banten. Di bawah ini adalah peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Ada 7 fakta prasasti yang berhubungan dengan kerajaan Tarumanagara ditemui di wilayah Jawa Barat, Jakarta serta Banten. Prasasti tersebut di antara lain:
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ialah batu peringatan yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara dekat abad V Masehi yang diisyarati dengan wujud tapak kaki Raja Purnawarman. Prasasti Ciaruteun saat ini ditempatkan pada lahan berpagar seluas dekat 1. 000 m2 serta dilengkapi cungkup berdimensi 8 x 8 meter. Prasasti dipahatkan pada sebongkah batu andesit.
2. Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti ini ditemui di Kampung Muara semenjak dini abad XIX kala diadakan penebangan hutan buat pembukaan perkebunan kopi. Pemberitaan menimpa prasasti ini awal kali dikemukakan oleh N. W. Hoepermans dalam laporannya yang ditulis pada tahun 1864.
3. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu ialah salah satu prasasti dari 7 Prasasti Purnawarman. Prasasti Jambu pula diucap selaku Prasasti Pasir Koleangkak. Prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa serta berbahasa Sanskerta.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi ialah salah satu dari 7 prasasti aset kerajaan tertua di barat Pulau Jawa. Ditemui kali awal oleh seseorang arkeolog asal Belanda, bernama N. W. Hoepermans.
Prasasti ini sudah diresmikan jadi Barang Cagar Budaya peringkat nasional. Berbeda dengan keenam prasasti yang lain yang nyaris sepenuhnya terletak di dekat aliran sungai, posisi prasasti ini malah terletak di perbukitan. Tepatnya di sebelah selatan bukit Pasir Awi(± 559 mdpl) di kawasan hutan di perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor.
5. Prasasti Muara Cianten di dekat Bogor
Prasasti Muara Cianteun ialah sisa aset Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemui di dekat sungai Cisadane serta berlokasi di Kampung Muara ataupun Pasir Muara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang telah terdapat semenjak sebagian tahun silam.
Usai Prasasti Cianteun ditemui serta dilaporkan kepada pemerintah setempat pada tahun 1864 silam oleh seorang bernama N. W Hoepermans, laporan menimpa penemuannya pula dilaksanakan pihak lain yang bernama GP Rouffaer tahun 1909, NJ Krom tahun 1915, Centimeter Pleyte tahun 1906, RDM Verbeek tahun 1891 dan JFG Brumund tahun 1868.
6. Prasasti Tugu di Jakarta Utara
Prasasti Tugu ditemui di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Saat ini posisi temuan masuk ke dalam daerah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Kala ditemui prasasti ini terkubur di dasar tanah. Cuma bagian puncak prasasti yang nampak di permukaan tanah setinggi dekat 10 centimeter.
7. Prasasti Cidanghiang di Pandeglang, Banten
Keberadaan Prasasti Cidanghiang awal kali berasal dari laporan kepala Dinas Purbakala Toebagoes Roesjan pada tahun 1947. Pada tahun 1954, pakar epigrafi dari Dinas Purbakala tiba ke tempat prasasti ini ditemui ialah di tepi sungai Cidanghiang, Lebak, Munjul, Pandeglang.
Demikianlah penjelasan tentang Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
2 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com - Anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Metra Digital Media (MDMedia) kembali menggelar SEA Today Golf Day 2024 pada 9 November 2024 di Rainbow Hills Golf Club, Bogor. Bertajuk “From Green Mindset to Green Action,” acara ini tak hanya menjadi ajang silaturahmi bagi para pelaku industri dan penggemar golf. Tetapi juga mengusung misi keberlanjutan lingkungan. Sejak pertama kali diselenggarakan tahun lalu, SEA Today Golf Day kian mantap merangkul konsep ramah lingkungan. Hal ini, sejalan dengan visi TelkomGroup dan BUMN untuk terus mendorong aksi hijau. BACA JUGA: Golf Tourism di Kepri: Wonderful Indonesia Golf Tour Tandai Era Baru Tahun ini, 170 peserta, termasuk para pemimpin bisnis, influencer golf, hingga pro golfer Tanah Air, turut ambil bagian. Sementara itu, Direktur Group Business Development Telkom, Honesti Basyir, membuka acara dengan sambutan dan pemukulan bola pertama. Ini menandai dimulainya kompetisi dalam suasana hangat dan penuh semangat. Sedangkan, CEO SEA Today, Pujo Pramono, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya Green Mindset. “Golf dan lingkungan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dengan berjalan di atas rumput yang bebas emisi karbon, golf mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Di mana efisiensi menjadi kunci,” ujar Pujo. BACA JUGA: Pemda Kepri Kini Permuda Izin Tinggal tetap Wisatawan Mancanegara, Ini Masa Berlakunya Tindakan Hijau “Kami berharap acara ini mendorong seluruh peserta untuk menerapkan Tindakan Hijau dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya. Pada bagian lain, Direktur Utama MDMedia, Arif Prabowo, menekankan bahwa SEA Today Golf Day bukan sekadar turnamen. “Tema 'Green Golf' yang kami usung mencerminkan komitmen terhadap pengurangan plastik, penanaman pohon, hingga offset karbon,” jelas Arif. Selain itu, piala untuk para pemenang dirancang sebagai 'living trophy,' berupa terrarium dari lumut abadi yang simbolis sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. BACA JUGA: Event Gemar Rempah Nusantara 2024 Mulai Digelar Besok, Ini Negara yang akan Ikut Tak hanya soal golf, SEA Today Golf Day diharapkan menjadi forum yang memfasilitasi peluang kolaborasi antar-bisnis dalam suasana kompetitif yang tetap santai. "Di tengah kompetisi, silaturahmi yang terbangun di sini memberikan ruang untuk kolaborasi yang lebih erat dan berkesinambungan,” tambah Arif. Di akhir acara, Arif mengucapkan terima kasih kepada para mitra bisnis yang telah berpartisipasi. "Antusiasme mitra bisnis kami luar biasa. Kami berharap SEA Today Golf Day bisa terus menjadi agenda tahunan yang tak hanya menginspirasi. Namun juga berdampak positif bagi lingkungan," ujarnya. ***
0 notes
Link
0 notes
Text
RK berencana bangun perumahan di atas pasar dan stasiun Jakarta
Calon Gubernur (cagub) Jakarta Ridwan Kamil (RK) berencana membangun perumahan di atas sejumlah pasar dan stasiun Jakarta selain harganya agar lebih murah juga memudahkan bagi akses transportasi para penghuninya ke tempat kerja.
"Tapi lahan (di Jakarta) kan terbatas, kita akan coba bangun perumahan di atas pasar, Stasiun Manggarai, Dukuh Atas, Tanah Abang, Juanda dan tanah lahan-lahan bekas kantor pemerintahan yang pindah ke IKN (Ibu Kota Nusantara)," kata Ridwan Kamil saat memberi sambutan di kantor Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN-Fanta), Menteng, Jakarta Pusat, Senin.
Menurut Ridwan, presiden terpilih Prabowo sangat mencintai rakyat Indonesia sehingga menginginkan warganya memiliki rumah, terutama generasi muda yang sering mengeluhkan harga rumah yang mahal.
Berita lengkapnya : Klik disini
0 notes
Text
Luasnya peluang ekspor durian Indonesia
90 persen produksi durian di tanah air untuk konsumsi domestik. Padahal peluang pasar ekspor masih terbuka lebar,
Sebagai produsen terbesar durian di dunia, volume ekspor durian Indonesia ternyata masih sangat rendah atau menempati peringkat ke-5 eksportir di Asia Tenggara.
Sebab, faktanya 90 persen produksi durian di tanah air digelontorkan untuk konsumsi domestik. Padahal peluang pasar ekspor masih terbuka lebar.
Ahli botani asal Inggris, Alfred Russel Wallace, menjuluki durian (Durio zibethinus) sebagai king of fruit alias raja buah. Kata zibethinus dalam bahasa Latin bermakna musang. Cita rasa daging buah durian yang merupakan perpaduan legit, manis, dan sedikit pahit menjadi salah satu alasan julukan itu.
Banyak orang jatuh hati pada rasa yang unik. Itulah sebabnya konsumsi per kapita daging durian cenderung meningkat.
Menurut Badan Pusat Statistik, konsumsi daging buah durian pada 2023 mencapai 1,031 kg per kapita per tahun. Bahkan konsumsi melonjak pada 2020 hingga 2,372 kg per kapita per tahun. Bandingkan dengan 4 tahun sebelumnya yang hanya 1 kg per kapita.
Artinya, konsumsi durian rata-rata meningkat sekitar 20 persen per tahun. Lonjakan persentase itu kian besar jika membandingkan dengan dekade sebelumnya.
Sekadar contoh, pada 2005 setiap orang mengonsumsi 0,21 kg durian. Konsumsi meningkat menjadi 0,78 kg (2006) dan 1,92 kg (2007). Hal itu menggambarkan banyak orang menggemari daging buah durian.
Pasar ekspor
Dr. Mohamad Reza Tirtawinata, M.S. dari Yayasan Durian Nusantara menyampaikan survei sederhana. Hasilnya, 52 persen masyarakat menyukai durian terutama jika gratis, 28 persen penggemar sejati meski harga mahal, 8 persen maniak, dan hanya 12 persen yang membenci durian karena beraroma kuat.
Konsumsi durian yang cenderung meningkat menjadi peluang para pekebun untuk mengisi potensi pasar.
Apalagi Indonesia merupakan produsen terbesar durian di kawasan Asia Tenggara. Menurut Reza pada 2022 Indonesia memproduksi 1.370.000 ton durian.
Produsen terbesar durian di Asia Tenggara berarti juga terbesar di dunia. Di luar kawasan Asia Tenggara, seperti Afrika atau Amerika Latin, tidak ada sentra durian yang menonjol.
“Masalahnya, 85 persen durian kita tumbuh alami,” ujar doktor pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Tumbuh alami itu menyebabkan kualitas buah sangat beragam karena tidak mendapat sentuhan budi daya yang baik.
Reza menyampaikan hal itu pada acara Durian Talk yang digagas oleh Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) pada awal Juni 2024.
Produksi durian Indonesia meningkat 71 persen dibandingkan produksi pada 2017 (795.200 ton), sementara itu luas produksi meningkat 231 persen.
Sentra produksi durian itu, antara lain, di Kabupaten Pasuruan (produksi 108.292 ton, area 9.998 hektare-ha), Kabupaten Malang (44.961 ton, 3.139 ha), Kabupaten Parigimoutong (22.863 ton, 1.862 ha), Tapanuli Selatan (18,295 ton, 2.339 ha), dan Lombok Barat (18.253 ton, 1.213 ha).
Direktorat Jenderal Buah dan Florikultura Kementeraian Pertanian jua mengembangkan sentra durian hingga 364 wilayah di 85 kabupaten dan 26 provinsi.
Para petani mengembangkan jenis seperti kromo, matahari, namlung, otong, petanling, dan sunan di 90 sentra hasil pengembangan pada 2023.
Setahun sebelumnya para petani di 110 sentra menanam jenis bintana, hepe, kani, serta jenis kromo, matahari, namlung, otong, petanling, dan sunan.
Pengembangan pada 2021 meliputi 134 sentra dan 2020 (30 sentra). Hingga 2022 Kementerian Pertanian merilis 114 varietas durian unggul.
Menurut Reza durian monthong identik dengan Thailand, lalu musang king identik dengan Malaysia? Bagaimana dengan durian Indonesia?
Reza mengatakan, aksesi durian Indonesia tidak perlu dijadikan sebagai varietas unggul nasional. Namun, sebaiknya menjadi varietas unggulan masing-masing daerah Indonesia yang menjadikan ciri khas masing-masing daerah.
Dari total 114 varietas durian di Indonesia yang sudah dirilis, terdapat 11 varietas unggulan, yakni namlung petaling, klamunod atau supertembaga, matahari, petruk, kromo banyumas, malika, lai mas, balqis, serombut, dan pelangi atururi.
“Setiap daerah punya kebanggaan,” kata Reza. Dengan digunakannya varietas durian asli daerah, kegiatan budi daya tidak akan mengalami kendala yang berarti karena sudah terdapat kesesuaian agroklimat.
Keragaman durian di Indonesia juga sangat tinggi. Reza menjelaskan durian berdaging merah yang ditengarai hasil persilangan antara durian (Durio zibethinus) dan durian anggang (Durio graveolens).
Sebutan anggang mengacu pada burung enggang atau rangkong yang menggemari daging buahnya.
Ada juga durian tanpa duri di kaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Jenis lain yang unik adalah durian tanpa juring (sekat) alias compartmentless durian. “Edibel portion bisa 50 persen,” kata Reza.
Hal itu terjadi karena daging buah mengumpul dan tanpa sekat. Lazimnya satu buah durian memiliki lima juring.
Riset durian tanpa sekat masih terbatas, bisa jadi bagus untuk batang bawah dalam perbanyakan bibit durian.
Selain keunikan itu yang menggembirakan musim panen si raja buah juga beragam. Sekadar contoh panen raya di Pasuruan pada Juli—September, Lima Puluh Kota (April—Juli), Lebak (Oktober—Desember), dan Agam (Januari—Maret).
Artinya ketersediaan buah durian di Indonesia sepanjang tahun. Meski demikian, hanya 6 persen produksi durian yang mengisi pasar ekspor, sedangkan 90 persen mengisi pasar domestik. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-5 sebagai eksportir durian dan nomor 10 di dunia.
Selama ini Thailand dan Tiongkok mendominasi perdagangan durian di dunia. Thailand sebagai eksportir terbesar, sedangkan Tiongkok importir terbesar.
Pada 2018, nilai ekspor durian Thailand mencapai 1.235.547.000 dolar AS dan cenderung meningkat (2022 mencapai 3.199.002.000 dolar AS).
Data Trade Map dalam Durian Global Market Report oleh Plantation International mencatat pada 2016 volume ekspor durian dari Thailand ke Tiongkok sekitar 403.000 ton, sedangkan Malaysia 18.000 ton.
0 notes
Text
Sejarah dan Perkembangan Industri Penerbangan di Indonesia: Dari Awal Mula hingga Era Modern dalam Mewujudkan Transportasi Udara yang Efisien dan Aman
Industri penerbangan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal berdirinya. Dimulai dari penerbangan pertama yang dilakukan oleh Belanda pada awal abad ke-20, Indonesia kini memiliki salah satu jaringan penerbangan terbesar di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 200 bandara yang tersebar di seluruh nusantara, pesawat telah menjadi salah satu moda transportasi utama yang menghubungkan pulau-pulau yang terpisah, meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sejarah penerbangan di Indonesia dimulai pada tahun 1910 ketika pesawat pertama kali mendarat di tanah air, diikuti oleh pembentukan perusahaan penerbangan pertama, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), yang melakukan penerbangan internasional ke Batavia (sekarang Jakarta). Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia mulai mengembangkan industri penerbangannya secara mandiri. Pada tahun 1945, PT Garuda Indonesia didirikan sebagai maskapai nasional, yang kemudian menjadi simbol kebanggaan bangsa dan berperan penting dalam menghubungkan berbagai daerah di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, industri penerbangan Indonesia terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Pesawat-pesawat modern yang lebih efisien dan ramah lingkungan mulai digunakan, menggantikan armada yang lebih tua. Maskapai penerbangan nasional dan swasta semakin beragam, memberikan banyak pilihan bagi penumpang. Selain Garuda Indonesia, banyak maskapai domestik seperti Lion Air, AirAsia Indonesia, dan Citilink yang menawarkan tarif kompetitif dan meningkatkan aksesibilitas transportasi udara bagi masyarakat.
Penerbangan di Indonesia tidak hanya melayani rute domestik, tetapi juga internasional. Bandara-bandara utama seperti Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Bandara Ngurah Rai di Bali, dan Bandara Juanda di Surabaya melayani jutaan penumpang setiap tahun, menjadikannya pintu gerbang bagi wisatawan asing yang ingin menjelajahi keindahan alam dan budaya Indonesia. Wisatawan dapat dengan mudah menjangkau berbagai destinasi, mulai dari pulau-pulau indah di Bali, Komodo, hingga keindahan alam di Papua.
Namun, meskipun industri penerbangan Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang pesat, ada tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal keselamatan dan regulasi. Beberapa insiden penerbangan yang terjadi di masa lalu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Untuk itu, otoritas penerbangan Indonesia terus bekerja keras untuk meningkatkan standar keselamatan dan kualitas pelayanan. Pelatihan pilot dan kru kabin yang lebih baik, inspeksi rutin terhadap pesawat, serta peningkatan infrastruktur bandara adalah langkah-langkah yang diambil untuk memastikan keselamatan penumpang.
Di era digital saat ini, teknologi juga mempengaruhi cara orang merencanakan perjalanan. Aplikasi pemesanan tiket pesawat dan layanan check-in online mempermudah penumpang dalam mengatur perjalanan mereka. Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan, industri penerbangan juga mulai berupaya untuk mengurangi jejak karbon, misalnya dengan menggunakan pesawat yang lebih efisien dan menjajaki penggunaan bahan bakar alternatif.
Dengan segala perkembangan ini, pesawat di Indonesia bukan hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga simbol kemajuan dan konektivitas antar wilayah. Penerbangan memainkan peran penting dalam memajukan perekonomian, memperkuat hubungan sosial, dan mendukung sektor pariwisata yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Seiring berjalannya waktu, diharapkan industri penerbangan Indonesia terus tumbuh dan berinovasi, memberikan layanan yang lebih baik dan aman bagi seluruh masyarakat.
0 notes