#sangara
Explore tagged Tumblr posts
ilovethetalkingclock · 5 months ago
Text
tempted to do a razia's shadow kart racing game
1 note · View note
beepperson · 10 months ago
Text
Tumblr media
Some talk sprites I made of a few OCs of mine for the heck of it
Top to bottom: Kelli Stella Mei
i'll draw other ocs of mine at some point i promise, i just really like these three pff
0 notes
lejournaldupeintre · 1 month ago
Text
Abou Sangara : Asylum-seeker to film star: Guinean's unusual journey highlights France's arguments over immigration
 A few months ago, Abou Sangare was an anonymous, 23-year-old Guinean immigrant lacking permanent legal status in northern France and, like thousands of others, fighting deportation. Now a lead actor in “Souleymane’s Story,” an award-winning feature film that hit French theaters this week, his face is on every street corner and in subway stations, bus stops and newspapers. The film and…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wiwsport · 9 months ago
Text
0 notes
baliportalnews · 1 year ago
Text
Pemkot Denpasar Gelar Karya Pemahayu Jagat di Pantai Padang Galak
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Pemkot Denpasar menggelar Karya Pemahayu Jagat dan Mapakelem Kota Denpasar di Pantai Padang Galak, Denpasar Timur yang bertepatan dengan Tilem Sasih Kaenem, Rabu (12/12/2023). Kegiatan yang dilaksanakan sebagai wujud syukur sekaligus menjaga keseimbangan alam semesta ini dihadiri Sekda Kota Denpasar, I.B Alit Wiradana. Tampak hadir pula Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Panglingsir Puri se-Kota Denpasar, perwakilan Forkopimda Kota Denpasar, OPD serta Bendesa Adat se-Kota Denpasar. Diringi suara kekidungan dan gambelan Seka Gong Ganeswara, rangkaian Puncak Karya berlangsung khidmat yang diawali dengan pangilen Rejang Renteng dari WHDI Kota Denpasar, dilanjutkan dengan Tari Topeng dan Wayang. Sementara itu, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa turut ngayah Tari Rejang Renteng. Adapun seluruh rangkaian Puncak Karya dipuput oleh Tri Sadhaka yakni Ida Pedanda Putra Telaga, Griya Telaga Gulingan Sanur, Ida Pedanda Gede Made Jelantik Adnyana, Griya Budha Tegal Celuk Sukawati, Ida Rsi Bhujangga Oka Widnyana, Griya Yadnya Ubung dan Tapini, Ida Pedanda Istri Raka, Griya Telaga Tegal Denpasar. Usai pelaksanaan karya, Tirta Pemahayu Jagat turut ditunas oleh Bendesa Adat se-Kota Denpasar untuk dipercikan di seluruh wilayah Desa Adat dan Pekarangan Rumah Masyarakat. Sekda Kota Denpasar, I.B Alit Wiradana mengatakan, bahwa upacara ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat bersama Pemerintah Kota Denpasar untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karya ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. "Dengan pelaksanaan Karya Pemahayu Jagat dan Mapakelem Kota Denpasar ini merupakan wujud syukur serta sebuah upaya untuk menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya, untuk itu mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana, serta seluruh masyarakat dan alam semesta beserta isinya terhindar dari penyakit dan marabahaya," ujar Alit Wiradana. Sementara itu, Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar, I.B Alit Antara menjelaskan, Rangkaian pelaksanaan Karya Pemahayu Jagat Kota Denpasar diawali dengan mapepade di areal karya yang dipuput Ida Pedanda Gede Made Rai, Griya Tegal Jingga Denpasar. Lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan Lontar Widhi Sastra Roga Sangara Bumi tujuan Pemahayu Jagat adalah untuk menjaga ketentraman dan mensejahterakan umat manusia. Hal ini dilaksanakan dengan memohon anugrah dengan menggelar upakara kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Baruna. "Tentunya upacara ini merupakan wujud bhakti dan syukur dalam menetralisir gering atau wabah seperti Covid-19, Gerubug pada hewan dan Sasap Merana pada tumbuhan, sehingga mampu terciptanya hubungan yang harmonis serta keseimbangan alam semesta sesuai dengan Tri Hita Karana," ujarnya.(bpn) Read the full article
0 notes
hendriyvialli · 1 year ago
Text
Sri Baduga Maharaja
( Prabu Siliwangi/Raden Pemanah Rasa )
Lahir : Kawali, Ciamis, Jawa Barat 1401 M
Gelar : Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Raja Sunda ke - 35 : 3 Juni 1482 -
Orang Tua : ♂ Rakryan Ningratkancana / Prabu Dewa Niskala / Raja Sunda, ♀ Nay Ratna Mayangsari / Ratu Banawati.
Saudara : ♀ Dewi Retna Pamekas / Ratu Ayu Kirana, ♂ Raden Kusumalaya Ajar Kutamangu / Raden Palinggih.
Istri : Nyai Subanglarang / Dewi Kumalawangi (Puteri Subang Keranjang), ♀ Kentringmanik Mayang Sunda ? (Nyimas Padmawati), ♀ Ratu Anten, ♀ Ratu Ratnasih / Nyi Rajamatri (Ratu Istri Rajamantri), ♀ Nyai Ambetkasih, ♀ Nyai Aciputih.
Anak : ♂ Prabu Kian Santang / Raja Sangara, ♀Nyai Rara Santang / Hajjah Syarifah Mudaim, ♂ Walangsungsang / / Sri Mangana (Pangeran Cakrabuwana), ♂ Prabu Surawisésa / Munding Laya Dikusuma (Ratu Samiam), ♂ Dalem Manggu Larang, ♂ Munding Sari / Ratu Bancana, ♂Munding Laya Dikusumah (Munding Sari Ageung / Munding II / Prabu Munding Suria Ageung / Prabu Munding Wangi), ♂ R. Sake Alias Prabu Wastu Dewata, ♀ R. Ne-Eukeun,♂Munding Keleupeung / Munding Kelemu Wilamantri , ♂ Prabu Liman Sanjaya, ♂Jaka Puspa Alias Guru Gantangan, ♀ Dewi Surawati, ♂ Balik Layaran / Sunan Kebo Warna, ♂ Sultan Surosoan, ♂Banyak Ngampar (Silihwarni) / Arya Gagak Ngampar, ♂Prabu Layakusumah, ♀ Nyai Lara Badaya, ♂ Rd. Ceumeut / Raden Meumeut (Raden Ameut), ♂Raden Tenga, ♂ Raden Banyak Catra / Raden Kamandaka, ♀ Ratna Ayu Kirana.
Wafat : Pakuan Pajajaran, 31 Desember 1521 M
Makam : Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Keterangan :
Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Sunda: ᮞᮢᮤ ᮘᮓᮥᮌ ᮙᮠᮛᮏ atau ᮕᮢᮘᮥ ᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ) (Ratu Jayadewata) (1401-1521) putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembangannya.
Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis dari ayahnya Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Mayangsari putri Prabu Bunisora, yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewataprana. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertua dan uwanya, Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda - Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, rakyat Sunda kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran.
Prabu Siliwangi
Di Tatar Pasundan, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Niskala Wastu Kancana (kakeknya). Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun memopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:
"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".
Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.
Arti nama Siliwangi Sunting
Nama Siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wawangi", artinya sebagai pengganti Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):
"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.
Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.
Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".
Biografi Sunting
Leluhur Sunting
Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan fakta sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Niskala Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).
Orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Mahaprabu Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Prabu Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Niskala Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Mahaprabu Niskala Wastu Kancana.
Masa muda dan Silsilah Sunting
Waktu mudanya Sri Baduga atau Prabu Jayadewata terkenal sebagai pengembara ksatria pemberani dan tangkas. Istri pertamanya, Nyi Ambetkasih putri pamannya, Ki Gedeng Sindangkasih putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Kerajaan Surantaka ibu kotanya Desa Kedaton sekarang di Kecamatan Kapetakan Cirebon, penguasa di Pelabuhan Muarajati Cirebon berbatasan langsung dengan Kerajaan Sing Apura. Saat Wafat digantikan menantunya, Prabu Jayadewata. Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.
Bahkan satu-satunya saat menyamar dengan nama Keukeumbingan Rajasunu yang pernah mengalahkan Ratu Kerajaan Japura Prabu Amuk Murugul putra Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana waktu bersaing memperebutkan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa/ Giridewata atau Ki Gedeng Jumajan Jati, penguasa Kerajaan Sing Apura putra Ki Gedeng Kasmaya, Penguasa Cirebon Girang putra Prabu Bunisora (Adik Mahaprabu Niskala Wastu Kancana), (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam) dari Kerajaan Sing Apura berbatasan dengan Kerajaan Surantaka. Dari pernikahannya dengan Permaisuri Subanglarang melahirkan Raden Walangsungsang atau Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang dan Raden Kian Santang. Kemudian Nyimas Pakungwati putri Pangeran Walangsungsang menikah dengan Sunan Gunung Jati putra Nyimas Rara Santang. Pangeran Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon II dalam Kesultanan Cirebon sejak tahun 1430 M.[1].[2]
Setelah terbuka jati diri Sang Prabu Jayadewata masih kerabat, lalu diantarkannya menemui ayah Prabu Amuk Murugul, yaitu Prabu Susuktunggal kakak lain Ibu Prabu Dewa Niskala ayahnya Prabu Jayadewata, di Kerajaan Sunda Bogor sekarang dan dijodohkan dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu Susuktunggal, yang nanti melahirkan Prabu Sanghyang Surawisesa kelak jadi pengganti Sri Baduga Maharaja di Pakuan Pajajaran dan Sang Surasowan jadi Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang. Sang Surasowan berputra Adipati Arya Surajaya dan putri Nyai Kawung Anten. Nyi Kawung Anten kelak menikah dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati dan melahirkan Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten tahun 1552 M.
Prabu Siliwangi juga menikahi Ratu Istri Rajamantri putri Prabu Gajah Agung putra Prabu Tajimalela atau Prabu Agung Resi Cakrabuana putra Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata putra untuk mendirikan Kerajaan Sumedang larang tahun 900 M. Nama kerajaannya berubah-ubah, Kerajaan Tembong Agung saat Prabu Aji Putih, zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi. Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.[3]
Ratu Pucuk Umun Sumedang keturunan Prabu Gajah Agung menikah dengan Pangeran Pangeran Kusumahdinata atau Pangeran Santri putra Pangeran Pamelekaran atau Pangeran Muhammad, sahabat Sunan Gunung Jati. Ibu Pangeran Santri Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Dari pernikahan itu lahir Prabu Geusan Ulun yang memerintah Sumedang Larang (1578-1610) M bersamaan dengan berakhirnya Pakuan Pajajaran tahun 1579 M, menerima mahkota emas milik Raja Pakuan Pajajaran yang bernama Binokasih (Mahkota Binokasih) dari senapati Pajajaran sebagai tanda bahwa Kerajaan Sumedang Larang penerus sah Kerajaan Pajajaran.
Kebijakan dalam kehidupan sosial Sunting
Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):
Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibu kota di Jayagiri dan ibu kota di Sunda Sembawa.
Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".
Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.
Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibu kota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".
Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.
"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.
Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya: menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).
Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.
Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekadar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan ti tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.
Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.
Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.
Ketika memerintah Prabu Siliwangi dikenal sebagai pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan Egalitarianisme. Egalitarianisme sendiri memiliki arti sebagai paham yang memegang teguh azas kesetaraan dalam kehidupan sosial. hal tersebut sering digambarkan dalam berbagai literasi menenai Prabu Siliwangi.[1]
Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahannya Sunting
Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah:
Carita Parahiyangan Sunting
Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian:
"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".
(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).
Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.
Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2. Sunting
Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Lara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).
Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati Istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.
Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam.
Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro).
Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.
Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun Pagelaran (formasi tempur) karena Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut.
Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).
Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:
Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).
Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.
Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Imperium Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai. Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.
Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya—Walangsungsang alias Cakrabuana, Lara Santang, dan Raja Sangara—diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).
Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).
Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.
Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa Gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.
Kultus Prabu Siliwangi Sunting
Sunda Wiwitan Sunting
Dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai karuhun atau leluhur para menak atau bangsawan Sunda.
Hindu Dharma Sunting
Dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, di lereng utara Gunung Salak, terdapat sebuah candi yang dibangun untuk memuliakan tokoh Sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Konghucu Sunting
Prabu Siliwangi dipuja dan memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, Sukabumi.[4]
Uga Wangsit Siliwangi Sunting
Prabu Siliwangi memberikan petuah kepada keturunannya dalam bentuk wangsit yang disebut Uga Wangsit Siliwangi
Sc: Elisandra Nur Maharani 28
#history #sunda #sejarah #siliwangi #rajasunda
Tumblr media
0 notes
newsakd · 1 year ago
Link
[ad_1] THC Canada was one of the first licensed cannabis retail stores in Vancouver. Yet, president and founder Spensir Sangara says a large number of his patrons actually come from Surrey, B.C.It's one of the reasons Sangara hopes to eventually open a storefront in Surrey, which is part of the Metro Vancouver area. "I think Surrey is definitely one of the most underserved communities in Canada for cannabis," said Sangara.The sale and consumption of recreational cannabis has been legal in Canada for almost five years. Across B.C., licensed cannabis shops have sprouted, but Surrey — the province's fastest-growing city and its second largest by population — remains an outlier.And some cannabis retail advocates warn that the lack of access is driving consumers elsewhere. Keep business in Surrey: Board of TradeJasroop Gosal, policy and research manager at the Surrey Board of Trade, sees cannabis as a potential economic driver for the city.The large city is an untapped market, and Gosal says there's demand both from residents to purchase cannabis products and from retailers who want to establish new businesses.But the city lacks the bylaws and infrastructure to approve new stores, and without legal, licensed cannabis available to buy in Surrey, Gosel says consumers are looking elsewhere."It is propping up the black and grey markets," said Gosal."But in addition to that, consumers of cannabis in Surrey will be going to other jurisdictions where there is legal cannabis."The province says a study from 2021 found that consumers in the Fraser South Health Service Delivery Area, which includes Surrey, were less likely to buy cannabis from legal sources compared to consumers in other regions of B.C.THC Canada was one of the first licensed cannabis retailers in Vancouver. Now, owner Spensir Sangara wants to open a shop in Surrey. (Martin Diotte/CBC)Both Gosal and Sangara see clearing the red tape for licensed retailers in Surrey as a way to stamp out access to the black market."Once we get some stores [in Surrey], people will have more variety, they will have safe access to cannabis, and they'll be able to not have to call dealers," said Sangara.And Gosal says the revenue generated from the sale of cannabis can be funnelled back into the province and the city of Surrey instead of flowing into the illicit market or other jurisdictions."That will help all residents in terms of better infrastructure and better social supports that everyone can take advantage of," he said.Why doesn't Surrey have licensed storefronts?For years, the idea of allowing cannabis retailers in Surrey wasn't even up for discussion. Former mayor Doug McCallum was firmly opposed to retailers setting up shop.But under the current administration, there's been some movement on the file.Earlier this week, the city council voted on a motion that would see specific cannabis retail stores open in city-owned spaces, with the city serving as the landlord.Surrey city council recently referred a motion on the future of cannabis retail within its borders back to city staff. (Maggie MacPherson/CBC)The motion — in its original form — failed and was referred back to staff, but it signifies that, for the first time since legalization, the city is serious about developing the framework for cannabis outlets to exist within its boundaries.Still, some are frustrated it's taken this long."We should have been in the business long ago. It's a legal substance, and we have a free market here in Canada. Surrey should have stores," says Coun. Linda Annis.This week's motion failed by a vote of 8-to-1. Annis voted against it."The city's business is to regulate the industry to make sure they follow the rules we set for them. But we're not in the business to actually be landlords to cannabis stores," she said.Now, city staff have been directed to return to the drawing board and have been encouraged by council to consult with the private retail sector. [ad_2] Source link
0 notes
artomaton64 · 9 months ago
Text
😭 It’s true
I want to be Link (LOZ OoT)
I want to be Marth (Fire Emblem)
I want to be Light Yagami
I want to be Subaru Natsuki (RE:Zero)
I want to be Dabi (BNHA)
I want to be Viktor (Arcane)
I want to be Sanosuke Sangara (Rurouni Kenshin)
I want to be Peter Parker (Spider-Man)
I want to be Naruto
For my seventh birthday, I had a Sonic themed birthday party. I really loved Sonic. I remember so badly wanting to be Sonic (Not the fact that he’s a hedgehog character, more like his personality and in hindsight, gender)
The most amazing thing you'll discover after learning you're trans isn't the fact that you're trans, but that all of your passions in fictional characters were gender envy and wanting to be them (and have their gender).
118 notes · View notes
joackcompany · 1 year ago
Text
TUNATOA HUDUMA YA KUDHIBITI VIUMBE HAI WAARIBU (Furmigation Service).
JOACK PEST CONTROL 🛂
JOACK FURMIGATION SERVICE 🐀
Call/Text/WhatsApp: +255 714 63 63 75
@joackcompany @mifugo_tz @kilimo_tz @joackbagamoyo @joackagrovet @joackanimalclinic
Muda wetu wa kazi ni saa 1 Asubuhi hadi saa 5 Usiku (7:00am - 11:00pm)
JOACK ni kampuni inayotoa huduma ya furmigation (kudhibiti viumbe hai waaribifu) kwenye maeneo mbalimbali.
Tunazingatia viuatilifu matumizi sahihi ya viuatilifu ili kupunguza madadhara kwa jamii na lakini pia kuleta tija ya matokeo kwenye kupambana na viumbe hai waaribifu.
Kama unachangamoto ya mmbu, mchwa au wadudu wa aina yoyote, usisite kuwasilina ili kumaliza tatizo la wadudu kwa haraka.
JOACK tunauwezo mkubwa wa kudhibiti viumbe hai waaribifu (Pest 🪳🦟), kama:-
1. Kupe
2. Kunguni
3. Chawa
4. Nzi
5. Mbu
6. Mende
6. Sisimizi na mchwa
7. Viroboto
8. Narrow bee fly
9. Panya
10. Popo
11. Nyoka, nk.
Hao ni baadhi tu, ila uwezo wetu ni mkubwa wa kudhibiti viumbe hai wa aina zote.
Huduma hii ya furmigation inafanyika sehemu zote, kama:-
A. Majumbani
B. Mabanda ya mifugo
C. Mahotelini
D. Sehemu zote za bustani
E. Kuosha mifugo yenyewe kama mbwa, ng'ombe nk
F. Mahospitalini
Usiruhusu wadudu na viumbe wengine wakukoseshe amani na kusabisha hasara, wasiliana nasi ili tukupe suluhisho la haraka.
JOACK ina wataalamu walio somea mifugo, hivyo ukiwaita, watakushauri na mambo mengine mengi mazuri.
#joackfurmigationservice #joackfurmigation #viumbehaiwaaribifu #pest #joackpestcontrol #Kupe #Kunguni #Chawa #Nzi #Mende #Sisimizi #mchwa #sangara #Viroboto #Nairobfly #Panya #Popo #sumuyawadudu #wadudu #viuatilifu #pesticide
Office zetu zipo @tegetawazohill - Barabara ya kwenda kiwanda cha twigacement, opposite na kota za kiwanda - Dar es salaam, Kwa wanaohitaji bidhaa zetu au huduma yoyote fika ofisini au wasilina nasi kwa
Simu:
+255 714 63 63 75 (WhatsApp)
+255 692 43 02 63
Email:
YouTube: https://youtu.be/Yd1kfmho0ac
Website link: https://joackcompany.business.site/
Google location: https://maps.app.goo.gl/C2XiH7ppmYe6pq7
#joackcompany #mifugo #housefly #furmigation #ufugaji #bedbug #tanzania #cockroach
JOACK Co LTD
Tumblr media
0 notes
monansese-kantshiama · 2 years ago
Text
Félix Tshisekedi a réaménagé ce vendredi 24 mars l’équipe gouvernementale. Le Premier ministre Jean-Michel Sama Lukonde est maintenu comme chef de l’exécutif. Mais d’autres acteurs politiques intègrent le gouvernement.
Jean-Pierre Bemba est nommé vice-Premier ministre et ministre de la Défense, Vital Kamerhe vice-Premier ministre et ministre de l’Economie, Peter Kazadi vice-Premier ministre et ministre de l’Intérieur. Antipas Mbusa Nyamwisi est aussi nommé ministre d’Etat d’intégration nationale.
Claude-François Kabulo prend le contrôle du ministère des Sports.
La nouvelle équipe gouvernementale se présente de la manière suivante :
Vice-Premier Ministres
Vice-Premier ministre, ministre de l'Intérieur, de la Sécurité et Affaires coutumières : Kazadi Kankonde Peter
Vice-Premier ministre, ministre de la Défense nationale et des anciens combattants : Bemba Gombo Jean-Pierre
Vice-Premier ministre, ministre de l’Economie nationale : Kamerhe Vital
Vice-Premier ministre, ministre des Affaires étrangères et francophonie : Christophe Lutundula Apala
Vice-Premier ministre, ministre de la Fonction publique, de la modernisation de l’administration et de l'innovation du service public : Jean-Pierre Lihau Ebua.
Ministres d’Etat
Ministre d’Etat, ministre de l'Environnement et du développement durable : Ève Bazaiba Masudi
Ministre d’Etat, ministre de la Justice, garde des sceaux : Rose Mutombo Kiese
Ministre d’Etat, ministre des Infrastructures et travaux publics : Alexis Gizaro Muvuni
Ministre d’Etat, ministre de la Coopération régionale : Antipas Mbusa Nyamwisi
Ministre d’Etat, Ministre Du Budget : Aimé Boji Sangara
Ministre d’Etat, ministre du Portefeuille : Adèle Kahinda Mayina
Ministre d’Etat, ministre du Plan : Tsuminwa Tuluka Judith
Ministre d’Etat, ministre de l’Urbanisme et de l'habitat : Pius Muabilu Mbayu Mukala
Ministre d’Etat, ministre du Développement rural : François Rubota Masumbuko
Ministre d’Etat, ministre de la Décentralisation et réformes institutionnelles : Eustache Muhanzi Mubembe
Ministre d’Etat, ministre de l’Aménagement du territoire : Guy Loando Mboyo
Ministres
Ministre Des Finances : Nicolas Kazadi
Ministre de la Santé publique, Hygiène et Prévention : Kamba Mulanda Samuel-Roger
Ministre de l’Agriculture : José Mpanda Kabangu
Ministre de l’Enseignement primaire, secondaire et technique (EPST) : Tony Mwaba Kazadi
Ministre des Transports, des voies de communication et du désenclavement : Ekila Likombo Marc
Ministre de l'Emploi, du travail et de la prévoyance sociale : Mme Ndusi Ntembe Claudine
Ministre de la Pêche et de l'élevage : Adrien Bokele Djema
Ministre de L'industrie : Julien Paluku Kahongya
Ministre de l’Entrepreneuriat et des petites et moyennes entreprises : Zinga Birihanze Désiré
Ministre de l'Enseignement supérieur et universitaire (ESU) : Muhindo Nzangi
Ministre de la Recherche scientifique et de l'innovation technologique : Gilbert Kabanda Rukemba
Ministre Des Mines : Antoinette Nsamba Kalambayi
Ministre Des Hydrocarbures : Didier Budimbu Ntubuanga
Ministre des Postes, télécommunications et nouvelles technologies de l'information et de la communication (PTNTIC) : Augustin Kibassa Maliba Lubalala
Ministre Du Numérique : Désiré Cashmir Eberande Kolongele
Ministre Des Affaires Foncières : Aimé Sakombi Molendo
Ministre des Ressources hydraulique et de l'électricité : Olivier Mwenze Mukaleng
Ministre du Commerce Extérieur : Jean-Lucien Bussa Tongba
Ministre Des Droits Humains : Albert Fabrice Puela
Ministre du Genre, de la famille et des enfants : Masangu Bibi Muloko Mireille
Ministre du Tourisme : Didier Mazenga Mukanzu
Ministre des Communications et médias, porte-parole du gouvernement : Patrick Muyaya Katembwe
Ministre des Affaires sociales, des actions humanitaires et de la solidarité nationale : Modeste Mutinga Mutushayi
Ministre de la Formation professionnelle et des métiers : Antoinette Kipulu Kabenga
Ministre de la Jeunesse, de l'initiation à la nouvelle citoyenneté et de la cohésion nationale : Yves Bunkulu Zola
Ministre des Sports et des loisirs : François Kabulo Mwana Kabulo
Ministre de la Culture, des arts et du patrimoine : Catherine Katumbu Furaha
Ministre des Relations avec le Parlement : Anne-Marie Karume Bakaneme
Ministre près le Président de la République : Nana Manuanina Kihimba
Ministre déléguée près le ministre des Affaires sociales, des actions humanitaires, et de la solidarité nationale Chargé des personnes vivant avec handicap et autres personnes vulnérables : Irène Esambo Diata
Vice-ministres :
Vice-ministre de l’intérieur, de la sécurité, de la décentralisation et des affaires coutumières : Jean-Claude Molipe Mandongo
Vice-ministre des Affaires étrangères : Bandu Panzu Crispin
Vice-ministre de la Justice : Mambu Lawu Thadée
Vice-ministre du Plan : Bitika Omana Pascal
Vice-ministre du Budget : Elysée Bokumuamua Maposo
Vice-ministre de la Défense nationale : Adubango Awoto Samy
Vice-ministre des Finances : Onyege Nsele Mimpa
Vice-ministre des mines : Godard Motemona Gibolum
Vice-ministre de la Santé publique et de la prévention : Olen Obe A Nzem Serge
Vice-ministre de l’EPST : Aminata Namasiya Bazego
Vice-ministre des Hydrocarbures : Moleka Nsolo Wivine
Vice-ministre des transports et des voies de communication : Kilubu Kutuna Séraphine.
0 notes
ilovethetalkingclock · 5 months ago
Text
i couldnt fit sangara but fuck him anyway
9 notes · View notes
infosurbaines · 2 years ago
Text
RDC : pas de collectif budgétaire cette année
RDC : pas de collectif budgétaire cette année
À la suite de l’amélioration des recettes publiques, beaucoup d’observateurs attendaient que le gouvernement présente un collectif budgétaire à l’Assemblée nationale. Ça ne sera pas le cas. Aimé Boji Sangara, ministre du budget, a donné mardi dernier quelques explications. Le collectif budgétaire ou la loi de finances rectificative permet de modifier en cours d’année en ensemble de dispositions…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wiwsport · 9 months ago
Text
0 notes
relaxing-minds · 2 years ago
Text
Beautiful Sea fishes wandering along the deep blue sea Nature relaxing videos 👉: https://bit.ly/3L81N1z
Waterfall videos: https://bit.ly/3EzTysC
rain effect videos: https://bit.ly/3MjTBLO
Beach videos: https://bit.ly/3K1fMoa
Ocean videos: https://bit.ly/3OFYel3
Lake relaxing videos: https://bit.ly/3kfhlEy
Mind Meditation videos: https://bit.ly/3MFlZse
Get the soothing relaxing music on App(android) 1.https://play.google.com/store/apps/details?id=com.sleepsounds.relaxsounds
2. https://play.google.com/store/apps/details?id=com.relaxsound.meditation
Subscribe Now: https://www.youtube.com/channel/UCE00qFC0JLJAIgbsEd5Z8BQ?sub_confirmation=1
Follow us: Instagram: https://www.instagram.com/bluerelax001
Like us: Facebook: https://www.facebook.com/bluerelax
Visit Our Page: https://www.facebook.com/groups/bluerelaxmusic
3 notes · View notes
ohthestoryteller · 5 years ago
Text
list of bastards in power that i have strong opinions on
-elias bouchard
-derek powers
-professor callahan
-sangara
-owen
-pulitzer
-pincer
-zeus
-jonny d’ville
-old king cole
62 notes · View notes
Text
Pallis: When people get a little too chummy with me, I like to call them by the wrong name to let them know I don’t really care about them.
Sangara: That’a a genius move.
Pallis: Thank you
Sangara: You’re welcome, Pallid
18 notes · View notes