#saling mengingatkan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Memulai saja itu sudah sulit, apalagi kalau dari awal saja sudah membayangkan apakah nantinya bisa berhasil, dan juga terkadang membayangkan kalau tiba-tiba di tengah jalan gagal apa yang harus dilakukan.
Keinginan banyak, tapi di saat yang sama keraguan juga semakin memuncak, ditambah rasa malas dan rasa tidak percaya diri datang beriringan, bahkan kadang-kadang hampir setiap saat bisa terjadi.
Apapun itu, cobalah untuk memulai. Apapun yang dirasakan saat ini, jangan dijadikan penghalang. Teruslah maju. Teruslah berusaha. Berhenti khawatir akan hal-hal yang belum terjadi. Kalaupun itu terjadi, setidaknya diri ini mampu untuk mengatasinya. Belajar dari kegagalan, perbaiki kesalahan. Mulai saja. Ayo mulai bersama. Pasti bisa. Semangat!
--- @arioagio ☀️
#tulisan#tulisanku#new post#new writing#karya tulis#tulisan bijak#tulisan motivasi#tulisan positif#positive thinking#positive life#positif#bisa#pasti bisa#semangat#semangat berapi-api#yakin bisa#percaya diri#percaya saja#personal story#personal stuff#pribadi#cara pribadi#cara lebih bijak#saling mengingatkan#quotes#positivity#positive quotes#positive#self love#penulismuda
3 notes
·
View notes
Text
Tenang di Dunia Yang Sibuk
Kalau kamu lagi ngerasa galau banget tentang hidup ini, aku saranin untuk nontonin konten Youtube dari Kang Zein Permana. Ajib banget.
Beberapa minggu kebelakang memang lagi marathon konten-konten beliau di Youtube. Ternyata ada loh psikolog muslim yang easy going dan relate banget sama anak muda.
Saat ini aku lagi baca buku beliau yang berjudul "Tenang di Dunia Yang Sibuk". Buku ini ngebantu banget dalam proses berdamai dengan gemuruh pikiran.
Boleh jadi, sebab riuhnya pikiran kita bukan soal dunia luar, tapi hilangnya komando kita untuk mengontrol pikiran kita sendiri. Kata beliau dalam bukunya, konflik terbesar yang dialami manusia adalah konflik dengan dirinya sendiri.
Pikiran kita ibarat lalu lintas yang padat berisi harapan-harapan, ekspektasi, memori, dan penyesalan masa lalu yang bermuara kepada persimpangan yang berisi utopia kehidupan, ekspektasi, standar orang lain, tekanan keluarga, atau ketakutan dalam menghadapi masa depan.
Lalu gimana caranya kita tenang?
Yang pertama adalah kesadaran. Ini mirip banget sama isi buku Remake dari mas Bagas Rais di tulisanku yang berjudul hidup untuk orang lain.
Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol faktor eksternal, yang bisa kita kontrol adalah persepsi kita sendiri. Dari sini kita harus menyeleksi arus informasi yang berpotensi menghilangkan jati diri. Hidup ini nggak boleh mematok standar dari orang lain. Seminimalnya itu.
Yang kedua adalah tanggungjawab. Hidup kita adalah tanggungjawab kita untuk mengaturnya. Mulai dari input seperti apa dan mau dibawa kemana.
Terkadang kesalahan kita tidak mampu menganalisis kebutuhan yang cocok untuk diri sendiri dan tujuan apa yang hendak dicapai. Dari sini akan berpotensi menjadi stress dan cenderung menyalahkan pihak lain atas kegagalan dari ekspektasi kita. Padahal semua bermula dari input yang kita berikan untuk diri kita sendiri yang kurang pas atau kadang too much information.
Yang terakhir adalah kemampuan menavigasi komplektivitas hidup. Soal ini kita perlu pinter-pinter cari lingkungan. Kita akan jadi wangi kalau dekat dengan penjual parfum.
Manusia tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri, perlu ada orang yang saling mengingatkan satu sama lain dalam kebaikan. Tapi ya namanya manusia pasti banyak mengundang kecewa kan? Ini balik lagi ke soal Tauhid bagaimana kita benar-benar meresapi kabar bahagia dan pertolongan dari Allah beriringan dengan ujian yang diberikanNya juga.
Urusan teknis, kita jalani apa yang bisa kita ikhtiarkan sembari tetap jangan hilang harapan. Kegagalan dunia itu adalah proses untuk pendewasaan diri.
Ya intinya jalani dan hadapi. Semoga Allah mudahkan. Aamiin.
Ahad, 08 Desember 2024 Sedang Belajar Tenang
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#monologpemimpin
70 notes
·
View notes
Text
Mari Berdoa, agar kita akan selalu dipertemukan oleh orang-orang yang boleh jadi membawa banyak hikmah pada dirinya
Dia dengan semua kekeliruannya hadir ditampakkan dihadapan kita agar jadi ladang amal untuk saling mengingatkan.
Dia yang begitu baik ditemukan oleh kita agar dapat mengintrospeksi diri "ternyata aku masih banyak sekali kurangnya."
aku pengen punya kacamata kaya gini, bisa melihat sesuatu dengan berbaik sangka, menempatkan diri dengan porsinya.
#Hayoupayakan #bismillah
117 notes
·
View notes
Text
Berjalan sendirian itu lelah sekali. Sulit sekali mengandalkan segala kemampuan diri untuk terus berada di jalan ketaatan.
Oleh karenanya, Yaa Allah yang maha membolak-balikkan hati. Bersamakan kami bersama orang-orang shalih, orang-orang yang saling bertemu karena cinta kepada-Mu. Jadikan kami saling mengingatkan dalam ketaatan. Jadikan kami saling menegur saat ada yang terlupa atau mulai keluar dari jalan yang lurus.
Yaa Allah, kalau mengandalkan diri sendiri, rasanya tidak akan sanggup. Jagalah kami untuk terus dalam ketaatan. Jagalah kami untuk terus berada di jalan orang-orang yang berjuang untuk agama-Mu. Meski sangat jauh dari kata layak, tapi yaa Allah kalau tidak di sini, kami tidak tahu kemana arah hidup ini dibawa:')
Yaa Allah, jangan buang kami dari dakwah ini yaa Allah:') Sampai waktu kami habis di dunia ini, jagalah kami untuk terus ada di jalan dakwah ini:') Meski sulit, tapi bersama dakwah hidup jadi berkah😭
106 notes
·
View notes
Text
Di dunia yang dipenuhi oleh orang-orang yang saling bermegah-megahan serta berbangga-bangga akan kekayaan dan keturunan aku ingin tinggal di sudut-sudut kesederhanaan, bersama mereka yang selalu ingat dan senantiasa saling mengingatkan bahwa segala yang kita miliki akan dipertanggung jawabkan.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid: 20)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
58 notes
·
View notes
Text

Agak susah buat orang-orang yang mudah terbawa perasaan. Perkara membela sesuatu—yang bahkan sesuatu tersebut tidak bisa menyelamatkannya di akhirat kelak.
Tapi, mari tetap saling mengingatkan.
54 notes
·
View notes
Text
192.
Aku ada di sana, begitu juga kau, menetap, abadi. Satu-satunya hal terbaik yang sesekali mungkin seringkali mampir;bertamu.
Mengingatkan jika kita pernah tertawa bersama dan bermimpi tinggi bahwa kita akan selamanya bersama. Meyakini diri jika perpisahan tidak akan pernah menyentuh kata kita seinci pun.
Tempat itu akan menjadi sudut tersendiri. Barangkali suatu waktu ingatan tak sengaja memutar ulang, menampilkan sosok yang pada saat itu masih belum tahu kemana arah dan tujuan.
Kita pernah indah, walau setelahnya babak belur saling bertanding memberi luka. Kita pernah berkorban, meski sesudahnya beradu ego yang sulit dikalahkan.
Aku senang. Kau pun ku harap demikian. Dendam dan semua duka yang pernah kita tulis di akhir cerita semoga terbayar lunas dengan kehadiran mereka; orang baik yang kini bersedia mendampingi kita.
Mereka mungkin tak lantas menyembuhkan sakit pada masing-masing kita namun penerimaan dan pemaklumannya dengan segala masa lalu tentang kita adalah alasan kuat untuk mempertahankan mereka di sisi kita.
Menyakitkan memang mengetahui bahwa yang masih bisa kita miliki adalah kenangan dan kini di sanalah kita berada.
Jalan Jauh, 19.11 | 13 Juli 2024
71 notes
·
View notes
Text
untuk setiap perjuangan yang dilakukan bersama-sama. semoga Allaah selalu meneguhkan, menguatkan, mengingatkan, dan memberi kelapangan hati selapang-lapangnya. sebab perjalan menuju akhirat itu tidaklah mudah. setiap waktu butuh pertolongan Allaah, setiap waktu butuh untuk terus saling mengingatkan. bertumbuh dalam kebaikan adalah impian yang sudah engkau bangun jauh sebelum engkau memutuskan untuk menikah.
maka setelah ruang pernikahan telah engkau lalui bersama dengannya. maka perjalanan bahtera itu membutuhkan komitmen dan pertolongan Allaah selalu. semoga Allaah selalu tolong dalam keadaan apapun..
89 notes
·
View notes
Text
--- Apakah kamu merasakan hal yang sama? ☀️
��
------------------
⠀
👉🏻 Mau dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏-𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂? Follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 yah.
⠀
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
⠀
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩ. ᘜIO
#tulisan#tulisanku#tulisan hidup#tulisan kehidupan#kehidupan#sebuah cerita#sebuah tulisan#tulisan indah#tulisan abstrak#tulisan motivasi#ario menulis#ario writes#tiba tiba menulis#lagi lagi menulis#si penulis#penulis baru#penulis pemula#anak muda#muda mudi#untuk anak muda#untuk aku juga#saling mengingatkan#note to myself#note to self#catatan harian#catatan pribadi#catatan perjalanan#lika liku kehidupan#perjalanan kehidupan#kehidupanku
2 notes
·
View notes
Text
Menikah
Belajar dari kasus selebgram:
Pernikahan adalah tentang komitmen dan komunikasi. Maka dari itu diusahakan menemukan orang yang tepat untuk berkomitmen dan nyaman untuk bercerita.
Hari2 ke depan akan diisi dengan obrolan receh hingga berbobot. Jika ngobrol saja sudah tidak nyaman, maka pasti jalan akan terjal ke depan.
Perihal cinta, ia juga akan pasang surut tergantung keadaan hati, pikiran dan iman. Yang jelas pernikahan ini perlu dibangun Bersama, berkomitmen untuk saling mendukung dan memaafkan jika ada salah, mengingatkan jika ada yang perlu diingatkan, dan ditegur jika ada yang perlu ditegur.
menikah bernilai separuh agama, sepertinya bukan perihal mudah untuk menjalaninya. Perlu dijaga kuat komitmen untuk Bersama, jangan cuma di dunia maya~
Menikah juga bukan tentang buruk rupa atau rupawan, bukan pula tentang bentuk bagian badan. Karena itu semua karunia Tuhan yang perlu kita syukuri, bukan malah disesali.
Dan laki-laki, utamanya lebih baik untuk bekerja karena bertanggung jawab memberi perlindungan secara ekonomi juga batin terhadap istri dan anak-anak. Bukan malah sebaliknya.
Semoga kita terjaga dari marabahaya.
103 notes
·
View notes
Text
PALSU (Timeline)
2019 menjadi tahun yang cukup pahit bagi saya, ditempa dari berbagai arah, diuji dengan segala kondisi. Maka ketika menemukan tulisan teteh @rumahati-deactivated20240719 tentang adik A, hati saya tergerak untuk sedikit membantu kepahitan yang sedang ia rasakan. Saya dengan sadar menghubungi teteh duluan. Tapi ternyata hari itu mungkin menjadi hari yang menyenangkan bagi teteh? Karena ada mangsa yang justru menyuguhkan seonggok daging ke kandang singa tanpa perlu dibelai rayu. Bahkan saya bawa kakak saya untuk masuk kandang tersebut.


Lalu hari-hari berikutnya saya bertekad akan membantu sebisa yang mampu saya lakukan. Memutuskan untuk rutin menitipkan sedekah di teteh, juga membawa nama baru yang ingin saya selipkan dalam doa saya. Mendoakan orang baik yang dengan sukarela menghibahkan waktu, pikiran, jiwa, raganya untuk adik-adik yatim dan keluarga dhu'afa. Bukankah apa yang teteh branding itu perbuatan yang sangat mulia?


Waktu berlalu, komunikasi kita semakin intens kan teh? Obrolan kita tidak lagi sekadar sedekah, kita saling bertukar cerita, saling menyemangati, karena kebetulan kata teteh, teteh pun pernah belajar psikologi. Yang mana saat itu saya sedang berusaha menyelesaikan studi saya di fakultas psikologi. Wah saya semakin merasa cocok sama teteh karena kita punya kecintaan yang sama, dunia psikologi serta anak-anak. Saya semakin bersyukur dipertemukan dengan teteh.

2020 tahun yang cukup sulit bagi semua orang di dunia. Kita semua menghadapi pandemi covid-19. Saya bilang ke teteh tahun itu mungkin nominal sedekahnya akan lebih kecil dari biasanya. Karena teh saat itu saya hanya bisa menyisihkan sedikit dari insentif saya sebagai honorer guru TK. Lalu, mana mungkin saya tidak sedih dan larut dengan cerita yang teteh bagikan.

Saya coba ikut bantu, tapi saya pikir akan lebih membantu kalau saya ajak juga teman-teman saya yang lain. Saya share lah cerita sinetron tersebut untuk pertama kalinya.
Dan boom, Alhamdulillah beberapa teman tergerak. Meskipun mereka juga sedang kesusahan. Ada teman yang tf, ada teman yang menawarkan sembako tapi terpaksa saya cancel karena kata teteh repot ambilnya, lalu salah seorang sahabat saya chat
N: Ju, jodoh!
J: Wah, apa nih?
N: Aku baca story IG juju, kebetulan dari kantorku aku kebagian buat menyalurkan beras sebanyak 100kg buat yang ke dampak covid. Nah, aku bagi dua aja deh sama juju. Btw itu dimana?
J: Wah serius nev? Alhamdulillah pertolongan Allah. Bisa anter kesana? Katanya sih daerah Ujung Berung.
N: Wah pas berarti, soalnya aku sama temen-temen mau menyalurkan juga ke daerah Cibiru. Minta alamat lengkapnya dong.
J: Wait ya, aku hubungi dulu. Btw makasih banyak neeev, aku seneng banget. Alhamdulillah. Sampaikan juga ke yang punya kantor ya, programnya keren banget 👍 Allah yang balas yaa
Saya hubungi teteh buat minta alamat, tapi kata teteh kendaraan dari luar gak memungkinkan buat masuk ke daerah teteh karena lagi PSBB. Oke, kami cari cara lain supaya beras ini bisa tersalurkan kesana.
J: Nev gimana nih, katanya PSBB nya ketat disana, mobil non warga sana gak bisa masuk.
N: Dia punya kendaraan gak ju? Janjian dimana gt yang memungkinkan buat dia. Kalau dari gerbang tol Cileunyi jauh gak?
J: Sebentar ya aku tanya dulu.
Saya mengajukan alternatif, tapi teteh ngasih banyak alasan yang bikin saya jadi ngerasa gak enak. Lalu mengisyaratkan buat kasih mentahnya aja. Tapiii, saya maklum, kasihan malah nanti nambah kerepotan teteh dan suami.
J: Neeev, bukan rezeki :( (Lalu saya beri alasan logis tanpa menyinggung niat baik sahabat saya ini)
N: Iya sih ya ju kasihan ya kalau kaya gt, khawatir malah bikin tambah repot orangnya. Ya udah kalau gt aku salurkan ke yang lain yaa.
J: Iya neev, maaf yaa. Makasih niat baiknya, sayang belum jodoh. Hehe
2021-2022 berjalan seperti biasa. Alhamdulillah saya punya pendapatan tambahan sebagai honorer guru SMP. Kalau saya belum tf, teteh akan tanya dan ingatkan. Jujur, saat itu saya merasa terbantu ada yang mengingatkan dan mengajak dalam kebaikan. Saya pernah merasa aneh, waktu teteh nulis berkaitan dengan penggunaan skincare, dan sempet kepikiran "Ih dia aja bisa beli skincare, lah owe mau beli skincare perlu mikir2 karena nanti kalau beli skincare gimana gak bisa titip buat adik-adik." tapi saya tepis teh, saya memaklumi, teteh juga berhak self reward dengan beli skincare. Pikiran positif saya. Tahun ini lah untuk pertama kalinya teteh meminta bantuan secara langsung di DM tumblr. Ketika saya share info tsb pun gak selalu mereka setuju, ada kakak senior saya yang bertanya kenapa gak open donasi aja di kitabisa.com, saya mencoba menjelaskan maksud teteh dengan mengatakan mungkin value komunitas tersebut gak sejalan sama value teteh yang ingin menjaga marwah penerima donasi tsb. Ia mengingatkan saya untuk hati-hati, tapi saya menolak untuk berburuk sangka sama teteh.
Saya lupa urutannya, mana yang lebih dulu. Tapi membaca ini, saya semakin takut teh. Bagaimana pertanggung jawaban saya kepada keluarga, sahabat, teman-teman dan kerabat yang pernah bantu, dihadapan Allah nanti :( saya salah teh karena mudah tertipu oleh cerita-cerita sinetron yang teteh bagikan. Sebagai orang yang kurang suka dengan cerita yang sad ending, jadi saya pengen memberikan sedikit bantuan agar tokoh-tokoh dalam cerita teteh itu memiliki akhir yang bahagia. Tapi, nyatanya semua cerita dari 2019-2024 ini palsu ya teh?






Teh, coba teteh lihat. Saya tega banget ya ngajak mereka terjerumus pada kepalsuan. Kalau semisal saya yang rugi, saya gapapa teh. Tapi mereka? Saya jadi ngerasa jahat banget sama mereka. Saya percaya sekali sama teteh sampai saya bisa menggambarkan sosok dibalik akun @rumahati ini, saya larut dengan cerita-cerita sedih itu. Karena gak pengen saudara seiman berjuang sendirian. Mungkin saya terlalu menginginkan Surga teh, sampai mengira bahwa ini adalah ladang amal sholeh yang gak boleh disia-siakan. Di dunia mungkin saya bisa menghubungi mereka satu persatu, meminta maaf dan keikhlasan dari mereka. Tapi di hadapan Allah, bagaimana saya harus bertanggung jawab? Sejak kepalsuan teteh menyeruak ke permukaan, saya kepikiran 'mungkin dosa saya teramat banyak teh, sampai Allah mengizinkan saya ketemu orang sejahat teteh!'
52 notes
·
View notes
Text
Allah telah memberikan begitu banyak solusi, untuk kesulitan-kesulitan yang hari ini sedang di hadapi. namun terkadang kurang percaya diri Solah tak mampu atau juga lebih beratan rasa malasnya ketimbang semangat dalam menyelesaikannya itu sendiri, mungkin kamu butuh partner agar bisa saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling mengerti.
22 notes
·
View notes
Text
Memaknai Jatuh Cinta
Setiap dari kita pasti pernah mengalami fase jatuh cinta. Cinta kepada rutinitas, pemikiran, materi, atau mungkin seseorang yang akan menjadi bagian dari perjalanan hidup kita.
Mencintai adalah perkara memberi. Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan dalam satu kesempatan, cinta akan terasa lebih kuat ketika terdapat proses aktif dari seseorang untuk mengupayakan sesuatu, bukan sekadar meminta.
Hal ini selaras dengan penjelasan Kang Zein Permana, bahwa cinta adalah kata kerja. Ia menuntut usaha, termasuk saat dihadapkan pada ketidaksesuaian, untuk terus mencari jalan alternatif demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Lantas, muncul pertanyaan: lebih baik memberi atau meminta?
Ustadz Cahyadi menegaskan, tidak ada yang salah dalam meminta. Namun, memberi memiliki feel yang lebih besar karena subjek lebih aktif untuk mengupayakanya, berbeda dengan hanya menuntut atau berpangku tangan, meskipun tak bisa disalahkan sepenuhnya, itu adalah proses bertumbuh dari manusia.
Pelajaran tentang cinta terlihat jelas dalam perjuangan rakyat Palestina. Parade kemenangan mereka menjadi bukti kecintaan kepada Allah, Rasul, dan tanah air. Segalanya mereka berikan: anak, cucu, harta benda, bahkan kehidupan, demi menjaga Baitul Maqdis.
Ada satu idiom yang begitu mengena, "Ini adalah jalan menuju kemenangan atau kesyahidan," adalah bukti cinta yang paripurna.
Hal serupa dapat kita temukan dari para muassis dakwah terdahulu. Ketekunan, keberanian, dan kebijaksanaan mereka menjadi bukti cinta sejati kepada Allah. Mereka menyerahkan seluruh hidupnya untuk menyeru kepada kebenaran dan menegakkan yang haq.
Sebagaimana perkataan Ustadz Rahmat Abdullah:
“Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya darimu. Sampai pikiranmu, perhatianmu, berjalan, duduk, tidurmu, bahkan mimpimu pun tentang dakwah dan umat yang kau cintai.”
Senada dengan itu, Imam Hasan Al-Banna dalam risalahnya menyatakan,
“Betapa inginnya kami agar umat mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai dibanding diri kami sendiri.”
Pada akhirnya, energi terbesar yang menggerakkan setiap aktivis dakwah adalah rasa cinta. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi fondasi, yang kemudian diwujudkan dalam amalan-amalan shalih, ukhuwah Islamiyah, dan dedikasi kepada umat. Kang Zein Permana menyebut ini sebagai Tangible Behavior, atau perilaku nyata yang dimotivasi oleh keinginan untuk meraih sesuatu.
Namun, mencintai dan istiqomah di jalan dakwah bukanlah tugas yang mudah. Perjalanan panjang ini menuntut kebersamaan. Itulah mengapa membutuhkan orang-orang yang membersamai di jalan dakwah. Ialah meraka saudara-saudara yang berjuang bersama, saling mengingatkan dalam kebaikan, menegur saat khilaf, dan membingkainya dalam manisnya ukhwuah.
Ukhuwah tidak cukup hanya dengan taaruf, tetapi perlu diupayakan hingga mencapai level itsar (mendahulukan saudara). Mencintai saudara sejalan dengan mencintai dakwah, menjadi sarana bertumbuh bersama dalam kekuatan dan keberkahan.
Dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, amanah besar akan dipercayakan kepada kita meliputi : beribadah kepada-Nya, berdakwah, dan menjadi khalifah di muka bumi.
Amanah di jalan dakwah sejatinya adalah ujian pembuktian kesungguhan, ketulusan, dan kemampuan dalam menjalankan tanggung jawab.
Ujian ini tidak hanya menjadi bekal amal kebaikan di akhirat, tetapi juga menentukan kelayakan kita untuk menerima rezeki lainnya, salah satunya adalah jodoh, yang memerlukan kesanggupan, ketekunan, dan keberkahan dalam menjalaninya.
Mencintai adalah proses bertumbuh yang penuh rasa tanggung jawab, karena cinta yang sejati akan selalu memupuk kebaikan dalam diri dan lingkungan di sekitar kita.
Surakarta, 21 Januari 2025 Sedang belajar mencintai
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#monologpemimpin
20 notes
·
View notes
Text
Ujian (?)
Allah menguji kita lewat apa yang paling-paling-paling melekat dan yang paling kita cintai. Seolah Dia memang sedang menguji rasa cinta kita padaNya.
Tidak ada yang melarang manusia untuk mencintai dan saling mencinta,
Tapi hati-hatilah dalam mencintai dan meletakkan cinta.
Ketika ujian hidup terasa begitu berat, tinggal kita tengok, apa yang akhir-akhir ini paling kita cintai?. Apa yang sangat melekat dengan diri sehingga kita amat sangat takut kehilangan?.
Uang?
Jabatan?
Kekasih?
Keluarga?
Istri?
Suami?
Harga diri?
Reputasi?
Menjadi masuk akal ketika kita membandingkan, suatu hal atau sesuatu, yang kita tidak melekat padanya, menjadikannya seapa adanya tanpa ada lekat kepemilikan, lekat kontrol, ketika itu semua pergi, tidak akan terasa terlalu berat melaluinya. Bukan jadi sebuah ujian. Just, let it be.
Bayangkan kita tidak melekat pada apapun, sehingga, ketika masalah datang, itu tidak akan terasa berat, tidak berlarut.
Tak ada ujian.
Tapi apakah itu mungkin?
Terlalu melekat pada ketidakmelekatan pun bisa saja menyelinap.
Yah, lagipula, kita hanyalah manusia.
Mencintai menjadi fitrah manusia, apalagi, mencintai dunia.
Tapi, Allah juga ingin mengajarkan bagaimana melepas dunia dan ingin mengajarkan makna cinta yang lebih besar. Mengingatkan kita lewat apa yg paling melekat dan paling kita cintai, karena disitulah letak seluruh perhatian kita.
Ini hanya persinggahan, mampir saja, mendapat kesempatan nikmat dunia. Karena setelah ini kita semua akan kembali padaNya. Buat hidup sebermakna dan sebermanfaat mungkin untuk sekitar.
Seperti judul lagu,
'Jalan yang jauh, Jangan lupa pulang'
79 notes
·
View notes
Text
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
280 notes
·
View notes
Text
Ternyata kedewasaan memang tidak bisa diukur oleh umur.
Terima kasih sudah menjadi tempat bercerita, bertukar pikiran, berkeluh kesah.
Mari saling menguatkan, mendukung untuk semua hal baik dan positif, mengingatkan jika sudah mulai keluar jalur.
Semoga Allah selalu melindungi dan memberkahi kita 🤍
20 notes
·
View notes