#pola pikir
Explore tagged Tumblr posts
Text
Menghadapi Hasil yang tidak sesuai dugaan
Photo by N I on Unsplash
Dalam hidup ini tentu kita memiliki target yang ingin dicapai, baik itu dalam kehidupan, pendidikan atau pekerjaan. Namun di sisi lain, kita menyadari dengan penuh bahwa keadaan di dunia ini tidak bisa kita kendalikan, satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri, sehinggu bukan hal yang langka kita menjumpai bahwa target yang ingin kita capai, akibat satu dan lain hal, tidak bisa tercapai atau tertunda, menghadapi situasi tersebut kita memerlukan beberapa kemampuan untuk bisa tetap bertahan, karena hal yang paling umum terjadi kita justru terlarut dalam emosi kekecewaan yang sebetulnya kalau kita ubah sudut pandang kita, masih ada banyak cara untuk menggapai target kita tersebut. Oleh sebab itu melalui tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk sedikit berefleksi terhadap kondisi yang tidak sesuai dugaan atau perkiraan.
Banyak hal diluar kendali kita
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, dalam menjalani kehidupan ini kita harus selalu menetapkan pola pikir bahwa banyak hal berada di luar kendali kita, seperti dalam perjalanan dari rumah ke kantor, bisa saja di tengah jalan terjadi kecelakaan dan lain sebagainya, sehingga membuat perjalanan kita terlambat, oleh karena-nya sangat penting untuk mempersiapkan rencana cadangan saat sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, dalam hal berangkat ke kantor, kita bisa mempertimbangkan untuk memberikan spare waktu lebih, sehingga apabila terjadi hal diluar dugaan seperti kecelakaan, kita lantas bisa berganti moda transportasi atau bisa mengambil jalan lain, intinya selalu siapkan rencana cadangan.
Ada banyak jalan menuju Roma
Mengutip kata-kata bijak tersebut, sebetulnya kita jangan menutup jalan kita sendiri dengan pola pikir yang salah, sering kali saat suatu cara tidak atau belum berhasil, kita cenderung untuk menutup berbagai kemungkinan lainnya yang bisa kita coba terlebih dahulu sebelum memutuskan bahwa kita sudah gagal, seperti perjalanan ke Roma yang bisa dicapai dengan jalur laut, udara ataupun darat, mungkin untuk mencapai target kita, kita perlu mencoba cara atau jalur lain, saat menghadapi hambatan di depan kita, intinya jangan menutup jalur lainnya sebelum kita benar-benar mencoba dan mendapatkan hasilnya.
Terkadang yang kita butuhkan adalah mencoba sekali lagi
Ada satu film yang sampai saat ini begitu berkesan untuk saya, judulnya "Hacksaw Ridge" di film tersebut ada seorang tokoh bernama Desmond Doss yang diperankan oleh Andrew Garfield, film itu mengambil latar saat perang dunia ke 2, dalam satu ketika tentara Amerika menghadapi tentara Jepang, disaat itu tentara Amerika baru saja mengalami serangan dari tentara Jepang, sehingga banyak berjatuhan korban di pihak Amerika, disaat semua orang ingin menyelamatkan dirinya masing-masing, Desmond Doss justru berusaha menyelamatkan semua rekan-rekannya yang masih bisa terselamatkan, salah satu kata-kata Desmond Doss yang berkesan adalah
"Please, Lord. Help me get one more. Help me get one more.",
mungkin konteksnya agak berbeda, tapi ketika kita berusaha untuk terus memotivasi diri kita untuk terus mencoba sekali lagi (disertai dengan doa), mungkin kita akan berhasil di kesempatan berikutnya, kita tidak pernah tahu
Menghadapi Kegagalan dengan pola pikir baru
Setiap orang pernah mengalami kegagalan, namun apa yang kita katakan kepada diri kita (atau orang lain) itu bisa betul-betul mengubah kehidupan seseorang. Saat kita berkata yang buruk terhadap diri kita akibat kegagalan tersebut, berhati-hatilah, itu bisa menjadi semacam afirmasi negatif, selalu berikan diri kita kata-kata positif yang membangun (memang tidak mudah), selalu ingat saat kita berhasil mencapai sesuatu, bagaimana puji-pujian yang kita dapatkan membuat kita bersemangat, jangan jadikan kegagalan sebagai alasan kita untuk memberikan label buruk terhadap diri kita. Mungkin saat kita gagal, itu adalah saat kita bisa berefleksi terhadap apa yang sudah kita lakukan, apakah kita kurang persiapan atau apakah ada hal yang belum pernah kita lakukan, bersedih boleh, tapi ingat hidup terus berjalan, jangan terlarut dalam kegagalan apalagi sampai memberikan cap negatif terhadap diri kita.
Kenali diri kita sejak awal
Dari semuanya yang terpenting adalah kita berusaha mengenali diri kita sendiri, apa yang kita mau, apa kekuatan dan kelemahan kita dan lain sebagainya, tentu siapapun bisa asal menetapkan target, tapi ketika kita sudah mengenali siapa diri kita, kita bisa membuat target yang jauh lebih realistis tanpa harus menyiksa diri kita sendiri, karena memang tidak semua target bisa dan harus tercapai, saat kita mengenali diri kita sendiri, kita tentu tahu hal apa saja yang bisa dan harus kita capai
Kurang lebih itulah bahan refleksi bersama minggu ini, terkait dengan menghadapi hasil yang tidak sesuai dugaan, tulisan ini hanya sebagai pengingat untuk diri kita masing-masing, bahwa tidak selalu hasil sesuai yang kita inginkan, tapi bagaimana kita bisa menghadapi kondisi tersebutlah yang membedakan mereka yang berhasil dengan mereka yang menyerah (saya tidak bilang orang yang tidak berhasil dengan gagal, karena kebanyakan mereka menyerah lebih dahulu dan mencap dirinya gagal). Semoga tulisan ini bermanfaat!
#renungan#pengembangan diri#tips#karir#refleksi#kegagalan#keberhasilan#motivasi#mengenali diri sendiri#pola pikir#ketidakpastian
4 notes
·
View notes
Text
Ada hari kurang baik, ada hari baik. Kadang panas, kadang hujan. Kadang senang, kadang susah.
Banyak hal sering berganti-ganti dalam hidup ini. Dan itu gapapa meskipun sering lelah dalam melewatinya.
Warna-warni kehidupan memang seperti itu adanya, tidak ada yang tahu, tidak ada yang bisa menebak.
Jalani saja, terus semangat, apapun yang terjadi. Serahkan bagian yang tak bisa kita kerjakan ke dalam tanganNya.
Semua pasti baik-baik saja ya. 💪🏻✌🏻
#penulis#penulis pemuda#penulis pemula#penulis baru#penulis masa kini#penulis kehidupan#katanya penulis#new writers on tumblr#writers#writings#writes#writer#writing#my writing#writers on tumblr#quotes#positivity#positive quotes#positive#self love#penulismuda#motivasionline#catatan penting#catatan harian#lebih baik#bijak bertindak#bijak perbuatan#mindset#pola pikir#warna warni kehidupan
0 notes
Text
Pola Pikir Positif: Kunci Kesejahteraan Hidup
Pola pikir positif bukan hak istimewa sebagian kecil individu yang beruntung. Menurut Kanal Kehidupan, Sebaliknya, ini adalah aspek yang bisa dipelajari dan ditingkatkan oleh siapa saja yang bersedia terlibat dalam prosesnya. Pola Pikir Positif: Landasan Keberhasilan dan Kesejahteraan Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah praktis yang bisa membantu individu mengembangkan pola…
View On WordPress
0 notes
Text
Berpikir Positif: Resep Kesejahteraan
Tidak hanya sebagian kecil individu yang beruntung yang bisa memiliki pola pikir positif. Menurut Kanal Kehidupan, Sebaliknya, ini adalah suatu aspek yang dapat dipelajari dan ditingkatkan oleh siapa pun yang bersedia melibatkan diri dalam prosesnya. Memperkukuh Pola Pikir Positif: Rahasia Kesuksesan dan Kesejahteraan Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah praktis yang bisa…
View On WordPress
0 notes
Text
Pola Pikir Warga +62
MEDAN, PenaSinergi – Tidak seperti orang Barat yang berpikir secara distingtif, orang Indonesia justru berpikir secara holistik-sintetik. Pola pikir distingtif itu membedakan, menganalisa, memisahkan, bahkan membagi sampai tuntas. Contoh, orang memprotes sesuatu yang salah atau menyesatkan setelah ia baca/dengar, analisa, dan simpulkan secara tuntas. Tragisnya, pola pikir holistik-sintetik…
View On WordPress
0 notes
Text
Siapa sih yang suka dikritik?
Ngga ada.
Manusia, pada dasarnya, cenderung menghindari kritik. Seberapa terbuka pun seseorang, saat menerima kritik, tubuhnya akan bereaksi secara alami: tegang, kontak mata jadi canggung, kadang ngefreeze karena bingung bagaimana harus merespons.
Karena itu, penting bagi kita untuk belajar menyampaikan kritik dengan cara yang baik.
Mungkin kamu pernah dengar tentang teknik sandwich. Dalam teknik ini, kritik disampaikan dengan cara yang “dibungkus” di antara dua lapisan apresiasi. Mulanya kita memberikan pujian, lalu menyisipkan kritik, dan menutupnya lagi dengan apresiasi.
Awalnya, saya juga skeptis dengan teknik ini. Saya lebih suka bicara blak-blakan saat memberikan kritik. Saya pikir teknik sandwich ini omong kosong motivator aja. Tapi ternyata, saya cuma kekurangan contoh dan referensi.
Akhirnya, saya bertemu seseorang yang pandai dalam menggunakan teknik sandwich ini. Beliau benar-benar membuka perspektif saya bahwa teknik ini bisa tetap relevan, sekalipun saat kita bicara dengan orang yang tahu teknik ini.
Coba bandingkan dua pernyataan berikut:
A. "Desainnya bagus, tapi terlalu kompleks dan banyak komponen custom, sehingga waktu pengerjaannya akan lebih lama. Mungkin bisa disederhanakan untuk memudahkan implementasinya. Tapi konsepnya bagus, kok."
B. "Desain ini terlihat modern dan punya sentuhan yang segar, terutama di hero section-nya. Kalau mempertimbangkan manpower dan waktu yang ada, menurut saya kita bisa memprioritaskan elemen-elemen yang paling penting dulu untuk tahap awal, lalu sisanya bisa kita rencanakan untuk iterasi berikutnya. Kalau ini terealisasi, saya yakin hasil akhirnya akan jadi sesuatu yang luar biasa."
Apa perbedaan keduanya?
Pernyataan kedua memberikan pujian yang lebih spesifik. Ketika kita bisa memberikan apresiasi yang spesifik, orang lain akan merasa dihargai secara tulus, bukan sekadar formalitas.
Selain itu, pernyataan kedua memosisikan kita di sisi yang sama dengan penerima kritik. Alih-alih menjadi pihak yang berseberangan, kita menunjukkan bahwa kita punya kepentingan yang sama dan menawarkan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi bersama.
Kata "tapi" juga sebaiknya dihindari karena bisa menegasikan pujian yang sudah disampaikan.
Pernyataan kedua ditutup dengan optimisme yang bisa menguatkan motivasi lawan bicara.
Pendekatan ini juga efektif untuk memberikan kritik kepada anak-anak.
Anak-anak sedang dalam fase belajar dan pasti sering membuat kesalahan. Agar mereka tetap semangat belajar dari kesalahan tanpa merasa terhakimi, kita bisa menggunakan teknik sandwich.
Contoh:
A. "Wah, kamu hebat udah mau beresin kamar. Tapi masih ada mainan-mainan yang ketinggalan di sini. Jangan lupa diberesin juga, ya. Makasih, I love you."
B. "Wah, kamarnya sekarang sudah terasa lebih rapi dan nyaman banget, apalagi kasurnya. Tinggal sedikit lagi selesai, nih. Kalau mainan-mainan ini juga dibereskan, kamar kamu bakal jadi super nyaman. Setelah itu, kita sarapan bareng, ya. Makasih, I love you."
Kedua pernyataan ini sama-sama bagus, tapi pernyataan kedua terasa lebih kuat karena:
Memberikan pujian yang spesifik, sehingga terasa lebih tulus.
Mengarahkan apresiasi pada hasil dari usaha anak, bukan hanya tindakannya. Hal ini membantu anak belajar mencintai proses usaha mereka.
Menghindari kata “tapi” yang sering kali membuat pujian terasa “batal” oleh kritik.
Teknik sandwich bisa terasa cheesy kalau kita menggunakannya sebagai template.
Tapi, kalau kita benar-benar mengadopsinya sebagai cara pandang, teknik ini akan membentuk pola pikir dan komunikasi kita, sehingga kritik dapat disampaikan dengan lebih efektif dan membangun.
Sekian dan terima kasih.
117 notes
·
View notes
Text
Mikirin Soal Sistem dan Takdir
Ini sebuah pemikiran yang lumayan liar ke mana-mana, tapi setelah dipikir mendalam, memang hubungan satu sama lain kayak nggak bisa dinafikan.
Apakah kalian percaya bahwa kemiskinan dan ketidakberdayaan seseorang (khususnya di negeri ini sebaga contoh terdekat) itu adalah sebuah bentuk yang sistematis? Kalau bahasa kekiniannya kemiskinan struktural, memang kondisi yang secara sistem disengajakan.
Mengutip dari google : Menurut Selo Soemardjan (1980), kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakt itu sehingga mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka. Orang bekerja sekeras mungkin, dia tetap kesulitan untuk bisa keluar dari jurang kemiskinan.
Dan kondisi ini juga diperparah dengan sistem sosial yang menuntut anak harus membiayai seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga membiayai saudara. Dan berbagai macam bentuk ketergantungan finansial akut yang membuat seseorang makin sulit untuk keluar dari lingkaran setan gali lubang tutup lubang.
Ditambah dengan sekolah yang kualitasnya bagus, biayanya tidak terjangkau oleh masyarakat yang rentan ekonomi. Sehingga, output dari pendidikan tidak bisa menjawab masalah dasar yang sebenarnya bisa dientaskan dari pendidikan, yaitu pola pikir.
Lalu, ketika dewasa ini. Kita dihadapkan pada beragam kondisi yang membuat diri kita tersadar bahwa ternyata bisa jadi kita ada dalam kondisi rentan. Sementara akses-akses tertentu, hanya bisa didapatkan oleh teman kita yang lain. Kita sebut itu sebagai privilese, sebagai bahasa kerennya. Tapi sebenarnya, kalau kita kulik lebih dalam, itu adalah bentuk sistem yang memang membuat seseorang tidak bisa mengakses hal tersebut.
Sebagai contoh sederhana, kalau teman-teman ingin membuat sebuah usaha dalam skala kecil tapi legalitas bener. Itu malah ribet banget, terhalang sana sini untuk bisa berkembang. Beda cerita kalau teman-teman memiliki modal kapital yang besar. Cenderung lebih lancar. Seolah-olah, jurang antara usaha kecil kita dengan usaha besar yang udah establish itu gak bisa dijangkau sama sekali. Karena akses untuk ke sana, tidak dibuat lebih mudah. Termasuk untuk inovasi, dsb.
Privilese itu riil banget dan produk dari sebuah sistem. Bayangkan kalau akses-akses pendidikan berkualitas itu bisa diambil oleh siapapun. Buku-buku yang kubeli tiap bulan ratusan ribu itu tersedia di mana-mana untuk bisa dibaca di perpustakaan yang selalu update bukunya. Tontonan yang disajikan di televisi di rumah-rumah orang sebagus channel-channel yang bisa kita akses melalui TV Internet., bahkan bisa kita pilih sendiri salurannya terserah kita dari seluruh dunia. Mata pelajaran soal manajemen finansial bisa diberikan sejak dibangku sekolah, tidak dijual sebagai program-program kelas di usia dewasa. Mata kuliah wirasusaha, bisa diuji coba sejak sekolah dengan akses modal yang lebih mudah.
Kesimpulan dari tulisan ini, ingin menyadarkan kepada teman-teman bahwa kita punya kesempatan untuk memilih takdir yang baik. Kalau kondisi di keluargamu, di lingkunganmu, di pertemananmu, di tempat saat ini kamu berada ternyata semencengkeram itu untukmu bisa maju, mengentaskan diri dari ketidakberdayaan. Kamu bisa memilih dan perlu untuk berani membuat pilihan tersebut. Hijrah kepada takdir yang lebih baik :)
91 notes
·
View notes
Text
Cukup itu Baik
Photo by Amanda Vick on Unsplash
Belum lama ini saya dan teman-teman menjadi begitu bersemangat membahas berita dimana suami dari artis ternama ibu kota dan juga seorang selebgram yang terjerat dalam kasus korupsi, alasannya sederhana, karena nilai korupsi yang terjadi begitu luar biasa besar, yang sepertinya tidak mungkin dimiliki oleh orang biasa, apalagi seorang karyawan seperti saya dan teman saya. Menjadi semakin menarik ketika pembahasan mengarah ke sebuah pertanyaan, "Sampai seberapa kaya sih diri kita sampai kita merasa cukup?". Meskipun sebetulnya topik bahasannya tidak sampai seberapa dalam, tapi pertanyaan tersebut kembali menjadi sebuah refleksi untuk diri saya sendiri, sebetulnya kita bekerja keras (baca:ngoyo) ataupun sampai berhemat setengah mati, sebetulnya mau sampai seberapa kaya sih sebenarnya?
Topik tadi merupakan salah satu topik yang kita bahas, topik lainnya yang juga sempat kita bahas adalah masalah jumlah barang dirumah yang terus menerus bertumpuk, tapi ruangan rumah yang terbatas, disini obrolan menjadi menghangat karena ada saja yang beranggapan bahwa perlu mencari rumah yang lebih besar! ataupun harus memiliki lemari yang lebih besar untuk menyimpan baju atau barang yang dimiliki supaya tidak bertumpuk dan berantakan. Para pembaca sekalian, sampai disini apakah sudah terlihat ada benang merah-nya antara dua topik tersebut? kalau boleh saya tarik benang merahnya adalah pada pola pikir, kita terbiasa mendapatkan asupan informasi bahwa lebih banyak itu lebih baik, sehingga banyak dari kita yang terjebak dalam kebiasaan untuk berbelanja tanpa tahu batasan, hingga akhirnya tanpa sadar, barang dirumah semakin banyak dan bertumpuk sampai-sampai tidak cukup lagi tempat atau rumah yang kita miliki, begitu juga dengan para tersangka korupsi, mereka merasa bahwa lebih banyak itu lebih baik, sehingga mereka terus menerus mengeruk keuntungan (yang banyak merugikan orang lain) untuk terus ditumpuk sampai-sampai mungkin rekeningnya tidak lagi mencukupi sehingga uangnya bercecer dimana-mana, mungkin dari sini semakin jelas yaa apa yang mau saya sampaikan melalui tulisan ini, kita perlu mengubah pola pikir kita, dari banyak itu baik menjadi cukup itu baik.
Menjelaskan kata "Cukup itu baik", kita perlu memahami diri kita, misal dalam hal rumah dan barang-barang yang tidak cukup lagi untuk disimpan, kita harus betul-betul menyadari, seberapa sih ruangan yang kita miliki, seberapa sih kebutuhan kita sebenarnya, sehingga dengan menyadari semua itu, saat kita membeli sesuatu (cth.: baju), kita tahu bahwa sebetulnya kebutuhan kita sehari-hari hanya perlu berapa pasang, sehingga baju atau barang lain yang tidak pernah kita gunakan, mungkin bisa kita buang (tanpa mengurangi rasa hormat untuk para pejuang lingkungan), tujuannya adalah untuk memberi ruang agar yang baru bisa masuk, yang lama bisa keluar, dari situ kita mungkin bisa menyadari bahwa sesungguhnya dengan apa yang kita miliki bisa cukup untuk kita menjalani hidup. Pola pikir yang sama mungkin bisa diterapkan untuk hal lain, misal uang atau kekayaan, kita harus menyadari bahwa mayoritas orang didunia ini tidak bisa kaya raya atau menjadi konglomerat sehingga kita tidak perlu merasa sirik ke para artis atau selebgram yang suka pamer kekayaan, definisi kaya yang kita miliki mungkin bisa sebatas memiliki tabungan dan tempat tinggal yang sederhana, dan pastikan hal itu terpasang didalam pikiran kita, sehingga kita tidak tergoda untuk menjadi "kaya" dalam waktu singkat melalui "korupsi", kuncinya adalah di kata "Cukup", untuk hidup sebetulnya kita tidak perlu memiliki dunia ini bukan?
Dengan mengubah pola pikir tadi dari "Banyak itu baik" menjadi "Cukup itu baik", "mungkin" sebagian besar masalah di kehidupan ini bisa terpecahkan, dari masalah eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam, dari masalah pencemaran lingkungan dan dari masalah lainnya yang sebetulnya berakar dari kebiasaan kita untuk memiliki dan mendapatkan segala sesuatunya secara berlebihan. Mudah-mudahan tulisan saya ini bisa menjadi sebuah refleksi untuk kita bersama.
1 note
·
View note
Text
100 hal yang aku pelajari di 2024
1. Nggak ada orang lain yang lebih penting dalam hidup seseorang kecuali dirinya sendiri. Berhenti merasa spesial.
2. Berhenti berteman dengan seseorang yang menganggapmu saingan, bukan seseorang yang bersedia untuk diajak tumbuh dan berkembang bersama-sama.
3. Tidak ada seorang pun yang bertanggungjawab untuk membahagiakan dan memperjuangkan hidupmu selain dirimu sendiri. Semua orang sibuk dengan hidupnya masing-masing.
4. Mengubah hidup terkadang sesederhana mengubah pola pikir.
5. Satu-satunya waktu yang kita punya adalah saat ini. Later or tomorrow isn't a promise.
6. Everything takes time. So be patient for what we have been trying and wishing for.
7. Kebanyakan orang seringkali hanya ingin mendengar apa yang mereka percayai, bukan apa yang sebenarnya terjadi.
8. Tidak perlu menjelaskan sesuatu. Orang-orang yang mengerti tidak membutuhkannya, dan orang-orang yang membenci tidak akan mendengarkannya.
9. Hidup tidak akan berubah kalau bukan diri sendiri yang memulai untuk mengubahnya.
10. You vs you. Not others.
11. You deserve better.
12. Tidak ada kezaliman dalam takdir Allah bila kita beriman.
13. Sesungguhnya Allah Maha Baik dan cuman bisa berbuat baik. Jaga terus prasangka baik kita kepada-Nya.
14. Done is better than perfect.
15. Nobody can understand me better than Allah and myself.
16. Reality is what happens. Not what i think will happen.
17. Dream isn't what I'm thinking of, but what i create, build, and fight for.
18. if i don't wake up to pray qiyam, then i don't want it enough.
19. In order to make people understand i have to talk
20. My family needs 'thanks, ask, and sorry' from me too.
21. There's no benefit for anyone to know what i have done or what my kindness is.
22. Less is more.
23. World doesn't end just because i miss some people, made mistakes, or haven't learn something yet.
24. What's for me never miss me, and what's not for me always finding ways to go.
25. Not everyone has the same heart as mine, nor think the way i think and that's okay.
26. If they wanted they would. I don't want to force anything anymore.
27. Two things I'll never forget: how someone treats me and what they made me feel.
28. Not everyone matters.
29. I will never accept any disrespect.
30. My peace over anything.
31. Time will pass anyway
32. If it’s the right time everything will be easier
33. Life keeps going with or without the people i think would stay
34. Everyone makes mistakes. Me either
35. Just because it's taking time, doesn't mean it's not happening
36. If they think they can find better, let them
37. People changes. Me either
38. Small progress is still progress
39. I don't need to understand everything
40. Growth requires discomfort
41. Im not what i thought
42. If i didn't different then nothing changes different too
43. My current self vs My old self. Don't compare myself with others cause it's not relevant
44. To be friends with me is to be privilege. And not all people have that privilege.
45. Maybe, it's a journey to finding myself, not finding a love
46. Sometimes i need to walk alone to truly find myself
47. Nobody's perfect
48. Forgive myself for not knowing what i didn't know before learning it
49. The wrong ones have to leave to make space for the right ones.
50. My new life will cost my old one
51. If it's possible for others, it's possible for me too
52. My past was a lesson, not a life sentence. Never be a prisoner
53. If i prayed for flowers don't be surprised if it starts rain
54. The way they treat me defines them. Not me
56. It has to fall apart temporarily before it falls into place permanently
58. Having boundaries is the way to have self-respect
59. The distance between my dreams and my reality is action
60. I'm much more learn from my mistakes not from theory
61. Some people won't stay
62. Words have a big power
63. It doesn't matter how good you explain yourself to others if Allah already knows how you are
64. Satu-satunya cara untuk mengetahui kita bisa apa enggak adalah dengan menjalaninya bukan dengan menebak-nebak
65. Ketakutan lahir dari ketidaktahuan dan tidak adanya persiapan
66. Jangan jadi menjadi obat bagi orang yang tidak mau sembuh
67. Terkadang, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan meninggalkan
68. Tidak ada yang salah dengan menjadi lebih egois demi ketenangan dan kebahagiaan diri sendiri
69. Terkadang, respon terbaik adalah dengan tidak memberi respon
70. Menolong orang lain sama dengan menolong diri sendiri
71. My standards are never too high enough
72. I don't have to take the responsibility of everything
73. Some things are out of my control
74. I did all that i could
75. Cringe means growth too.
76. I'm stronger than i thought
78. I'm what i think
79. Love is real, because i exist
80. I deserve better
81. People are so lucky to know me
82. Never hate on previous of myself
83. I have nothing but hope
84. Be patience. Good things are coming
85. If someone isn't for me, Allah will never let me at peace with them
89. I was fine before them, i will fine after them too
90. Everything happens for a reason
91. Focus on improving not proving
92. Work in silence then let the success speak
93. Being nice doesn't mean making myself small for other people's comfort
94. Hard choice = easy life
Easy choice = hard life
95. Choose myself first before others
96. Sometimes being more heartless makes life get easier
97. Someone out there feels so grateful of meeting me
98. Wanting a sign, is a sign too.
99. I can always be a better version of my current self.
100. Look at people's actions. Not their words.
60 notes
·
View notes
Text
Cara Mengatasi Pikiran Negatif dengan Sukses
Pola pikir positif tidak terbatas pada segelintir individu yang beruntung. Menurut Kanal Kehidupan, Namun, ini adalah hal yang bisa dipelajari dan ditingkatkan oleh semua orang yang mau terlibat dalam prosesnya. Mengembangkan Pola Pikir Positif: Kunci Menuju Keberhasilan dan Kesejahteraan Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi langkah-langkah konkret yang dapat membantu individu mengembangkan…
View On WordPress
0 notes
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
119 notes
·
View notes
Text
Yang Terjadi = Yang Terbaik?
Beberapa hari yang lalu ikut pelatihan via Zoom. Sesi kali ini diisi Teh Kartini, penulis buku yang sudah kuikuti cukup lama. Karena antusias ingin mendengar pemaparan Teh Kar, perhatianku terfokus pada setiap kalimatnya, sampai akhirnya keluar satu kalimat yang rasanya seperti mengetuk hatiku lebih “keras”.
“... Kalau sudah terjadi, yaa berarti itu takdir terbaik ...,” kata Teh Kar.
Setelah mendengar kalimat itu, aku seolah masuk ke dalam pikiranku sendiri.
“Oh iya yaa,” respon cepatku saat itu, yang akhirnya kembali merenungi bagaimana selama ini diriku bisa terlupa akan fakta itu ...
Kepingan beberapa kejadian menampakkan dirinya dalam ingatan, mencoba menyusun segala kemungkinan yang membawaku semakin menyadari makna dari kalimat tersebut.
Beberapa kali Teh Kar memaparkan kalimat tersebut, yang juga sekaligus menjawab pertanyaan salah seorang peserta pelatihan.
“Apapun yang kita benci, sekalipun itu penyesalan, sekalipun itu masa muda yang kita sia-siakan, kalau sudah terjadi, maka itu yang terbaik. Sebaliknya, apapun yang kita suka, kalau itu belum terjadi, maka itu belum tentu baik.”
Aku kemudian teringat bagaimana saat menuju tahun ketiga kuliah, aku pernah berbagi cerita dengan teman-teman di salah satu organisasi kampus tentang sabar dan ikhlas. Dalam proses berbagi cerita itu, jawaban atas kegagalanku beberapa tahun sebelumnya akhirnya terjawab.
Memang benar, terkadang hikmah suatu kejadian belum bisa langsung kita temukan saat itu juga, sesaat setelah kejadian itu terjadi. Namun, percayalah bahwa setiap kejadian yang Allah takdirkan terjadi, maka itu adalah yang terbaik. Cepat atau lambat, kita pasti akan menyadarinya dan akan dibuat bersyukur karena cinta Allah yang begitu besar.
Dan pada akhirnya, kita akan menemukan momen-momen di dalam hidup ketika kita menyadari kalau pola pikir yang membentuk kita saat ini, pencapaian yang sudah kita raih, dan titik keberhasilan lain dalam hidup ini merupakan satu paket dengan kegagalan dan kesedihan yang sudah terjadi.
“Dunia itu tempatnya sulit, tapi bukan berarti kita kecil untuk menghadapi kesulitan tersebut. Kita punya Allah yang membesarkan kita. Kita mampu karena Allah mampukan kita. Kita kuat karena Allah yang menguatkan kita.”
Semangat, yaa?!
96 notes
·
View notes
Text
(Kembali) Baik-baik Saja
Dua pekan yang lalu, saat hari-hari yang berat sedang hadir, saya sempat merasa khawatir tentang diri saya sendiri. Sampai-sampai, saya mengatakan kepada suami, "Mas, setelah ini aku gimana, ya? Apakah aku benar-benar akan baik-baik saja?" Bukan tanpa alasan, saat itu rasanya memang begitu berat, terpukul, sedih, dsb. Sebenarnya saya sudah pernah melewati hari-hari berat sebelumnya, tetapi untuk yang ini, saya seperti tidak bisa melihat adanya harapan akan kebaikan yang tersedia di depan.
Selama beberapa hari, kekhawatiran itu ternyata masih tetap ada. Saya bukan tidak ingin berbahagia, tetapi rasanya seperti sedang berada dalam kondisi anhedonia: sulit untuk berbahagia dan merasakan kesenangan. Saya pun mudah menangis (bahkan saat sedang diam atau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak membuat saya sedih), merasa kehilangan energi untuk melakukan apapun, tidak nafsu makan, dan rasanya tidak tertarik untuk tertawa meski sebenarnya saya adalah orang yang mudah terhibur oleh hal-hal yang sederhana. Dalam kondisi demikian, saya bertanya-tanya,
"Ya Allah, saya memahami bahwa saya tidak seharusnya merasakan ini. Saya tahu apa yang seharusnya saya pikirkan dan lakukan terhadap ketetapan yang sedang Engkau hadirkan ini. Tapi mengapa semua rasanya seperti di luar kendali?"
Begitulah, saya merasa ingin bangkit, tapi tidak bisa. Ingin kembali mengambil kendali atas diri, tapi tidak bisa. Ingin bisa tertawa, tapi pun saya tidak bisa melakukannya. Saya bingung, mengapa saya begitu lama bersedih? Mengapa rasa-rasanya ini bukan saya yang biasanya? Saya tetap berupaya (berdialog dengan orang-orang terdekat, menata pola pikir, mengelola emosi, terus berdoa dan berdzikir, dsb), meski saat itu saya tidak tahu apa yang akan menjadi akhir dan jawaban dari upaya yang saya coba lakukan. Namun, saya kemudian menyadari bahwa di titik itu saya sepertinya sedang dididik oleh Allah untuk memahami lebih dalam sebuah ayat yang pernah saya tuliskan di buku Mendewasakan Rasa,
"Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis." - QS. An-Najm: 43
Yup! Emosi memang datang dan pergi, tertawa dan menangis memang datang silih berganti, namun kendali atas semuanya ternyata tidak pernah benar-benar ada pada diri kita melainkan pada Allah saja. Sekuat apapun kita mengusahakan agar kita bisa segera baik-baik saja, kalau menurut Allah ujian untuk kita belum selesai maka ya belum selesailah kita dengan kondisi tidak baik-baik saja yang sedang terasa. Pun sebaliknya, seterpuruk apapun kondisi diri kita, kalau menurut Allah sudah saatnya kita kembali tenang dan tertawa, maka semua akan mudahlah adanya. Pada akhirnya, ranah kita memang hanya di ranah upaya; mengupayakan yang terbaik untuk kembali baik-baik saja. Soal hasilnya? Semua tentang bagaimana Allah "bekerja" dan senantiasa mengurus hidup kita.
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Atas seizin Allah, terlepas dari apapun yang teralami di hari-hari sebelumnya, hari ini ternyata saya kembali baik-baik saja: saya kembali merasakan energi yang menyala di dalam diri untuk bisa melakukan berbagai aktivitas dan menunaikan amanah-amanah yang ada, saya kembali tertawa hanya karena melihat reels lucu di Instagram, saya kembali merapikan rumah dan mencuci baju, saya kembali memimpin rapat, saya kembali berolahraga, dan saya pun kembali berpraktik sebagai psikolog dan menangani klien-klien dengan kondisi perasaan yang sudah jauh lebih stabil dari sebelumnya. Ya Allah, saya pikir saya tidak akan seperti ini lagi :")
Rupanya benar bahwa semua yang ada di hidup dan kehidupan kita itu ada dalam genggaman Allah. Selepas hari-hari yang berat datang, kita pun tidak semata-mata akan bisa mendewasakan rasa dan kembali menjalani hidup sebagaimana mestinya kalau bukan karena kehendak Allah.
Kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja di hari ini, tetaplah mengupayakan yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuk menjemput kondisi diri yang lebih baik. Itulah ranahmu, amal shalihmu. Sisanya, bergantunglah sepenuh utuh kepada Allah. Sebab, jika menurut Allah durasi ujianmu sudah selesai, maka semua akan selesai dan atas seizin-Nya kamu akan kembali baik-baik saja. Semangat, ya!
Wallahu 'alam bishawab.
78 notes
·
View notes
Text
Was she really trustworthy?: urging you to squeeze your brain with me in this case.
The one and only rule: To maintain a respectful environment, I expect all discussions to be constructive and healthy. Suspicion and inappropriate language are strictly prohibited. It is essential to renavigate our intentions accordingly. May Allah always guide us closer to what is right!
The story will be delivered in Bahasa Indonesia.
Halo. Assalamualaikum.
Saya akan mencoba memberikan POV saya, yaa, mengenai akun sedekah di lamanbiru ini. Untuk selanjutnya, saya akan menyebut akun tersebut dengan kata-kata “Ma-eum” (bahasa korea dari “hati”). Kita sebut dengan Mbak Ma-eum.
Saya memulai perjalanan saya dengan tumblr tahun 2021 (kalau nggak salah ingat) di akun @khaylillahtahzanu. Akunnya deactive sekarang. Yuk baca sampai akhir kenapa bisa deactive. Padahal saya aktif share tulisan saya dan branding writing saya disana. Buktinya, akun instagram saya dengan nama @khaylillatahzanu, masih menyimpan history tulisan itu. Kalau mau di-stalk, ada satu foto yang saya pin, captionnya berisi alasan kenapa saya deact tumblr itu. In essence, tumblr itu adalah dunianya saya dalam nulis!
Tahun 2022, Mbak Ma-eum DM saya di akun TUMBLR @khaylillahtahzanu (selanjutnya saya sebut akun K), meminta sedekah untuk adik-adik. Saya saat itu nggak gubris. Perasaan saya justru malah, “Lho, kok dia berani ya nge-DM orang asing untuk minta uang?”. Lobus frontal saya masih dikuasai akal sehat dan butuh bukti untuk dukung keputusan saya. Karena tiba-tiba di DM meminta sedekah, siapa yang nggak kaget, sih?
Tahun 2023, saya buka tumblr lagi. Saya buka lagi history DM itu. Ceritanya saya tergerak untuk sedekah. Wah, kata-kata Mbak Ma-eum tuh manis sekali dan lembut. Akhirnya saya tergerak untuk sedekah rutin (subuh) melalui dia. Semoga ini bukan riya yaa.
Selama 2023 berjalan, saya kadang gak rutin sedekah subuh ke dia juga sih. Tapi saya mulai melihat pola. Kalau saya udah berhenti transfer, dia akan nanya, apakah ada intensi saya untuk sedekah bagi adik-adik lagi. Awalnya saya risih karena “Kok sedekah tuh semacam ditagih ya?” tapi saya hilangkan perasaan itu. Salah saya. Saya nggak acknowledge perasaan saya. May Allah forgive. Tapi selanjutnya, saya mulai merasa nggak nyaman. Baca sampai akhir yaa, ketika saya akhirnya overwhelmed dengan chat dari dia setiap bulan/minggu soal pertanyaan intensi sedekah ini.
CERITA SAYA
Nah, ini dia skenario itu dimulai. Mbak Ma-eum DM saya dan meminjam uang. Iya. Meminjam uang. Ini terjadi di bulan July 2023. Beliau minta ke akun K. Karena akun K saya kan sudah deact, jadi bukti ini saya minta ke mbak @andromedanisa (untuk jelasnya kenapa aku SEMPAT kirim bukti ini ke Kak Nisa waktu itu, baca sampai akhir ya!). Jadi masih ada bukti tertinggal. Terlampir:
Awalnya saya bingung juga. “Kok berani banget nih? Makin menjadi-jadi? Malah mau minjem uang? Apa sangking susahnya ya hidupnya?” Waktu itu narasinya adalah anaknya (aisha, kalau tidak salah), mau kontrol terapi tumbuh kembang. Suaminya qadarullah sakit. Waktu itu dia bersumpah bahwa dia telah malu meminjam uang kemanapun dan cara dia meminjam uang ke saya adalah cara yang dia akhirnya putuskan. Tadinya sih Mbak Ma-eum katanya malu minjem, tapi dipaksain muka tebel gitu istilahnya.
Yang menarik, disini dia menegaskan bahwa akadnya BUKANlah meminta. Melainkan pinjam. Gini narasinya more or less, “Mbak (saya maksudnya), ini akadnya saya pinjam ya. Saya akan balikin.” berkali-kali dia sebutin soal akad dalam pinjam-meminjam. Walau saya bukan orang finansial, saya paham bahwa akad yang jelas itu merupakan hal yang penting. Salah satu perintah Allah pertama kali juga kan di Surah An-Nisa ayat 29. Surah Madaniyah. Perintah pertama ke muslim at its infancy. (reference: buku Revive Your Heart by Nouman Ali Khan).
“Berarti amanah yaa. Beliau mengerti mengenai akad.” pikir saya. Sampai bulan-bulan selanjutnya pun saya tidak menagih kembali. Saya yakin dia amanah dan akan kembalikan uangnya.
Agustus 2023, saya mulai curiga dan merasa sedikit nggak nyaman. Kenapa? Karena beliau ingin meminjam uang lagi. Nominalnya 900.000. Wow. Sangat besar menurut saya. Walau yang juli 2023 lebih kecil dari itu ya, saya merasa bahwa ini sudah tidak benar. Disini perasaan saya sudah nggak nyaman, tapi saya tetep meminta pertolongan Allah buat nggak cuekin dan say indecency words ke saudara seiman saya saat dia meminta sedekah (salah satu anjuran di Quran juga kalau nggak salah inget).
“Waduh, pinjeman juli 2023 aja belum dibalikin, punya audacity banget kok ya orang ini untuk minjem lagi. 900.000 pula”. Nominal 900.000 itu yang saya ingat ya. Ya justru saya tolak meminjamkan. Saya bener-bener jadi merasa penuh tiap ada DM dari Mbak Ma-eum. Seakan-akan kok jadinya bergantung ya? Astaghfirullah.
Desember 2023, saya akhirnya kirim uang lagi (yaa lagi ada. Buat sedekah). Waktu itu narasinya bahwa ada adek Naya yang ingin paket C atau ingin berangkat les karena ujian. Untuk penjelasan narasi-narasi, saya akan ceritakan di section beda ya.
Lalu, 2024 pun datang. Saya gerah banget nih. Mulai gerah. Mbak Ma-eum kok masih punya audacity untuk chat saya minta sedekah ya? Tapi nggak ada omongan soal akad pinjem uangnya dia? Waduh, disini saya pikir udah nggak bener.
Januari 2024, saya akhirnya minta dia balikin dengan cara cicil. Sudah terlalu lama menurut saya. Juli 2023 sampai januari 2024, hitung aja deh. Dia kirim 50.000 dulu. Dia bilang mumpung uangnya belum kepake apa-apa. Oke, gapapa. 50.000 diterima (nanti section bukti mutasi rekening dan cerita dibaliknya, akan saya tulis dibawah).
Februari, Maret 2024… saya nungguin… kok nggak ada ya kabar lagi? Mbak Ma-eum masih sama. Masih setia ngirim pesan menanyakan kesediaan saya sedekah. Yang saya ingat di Februari, ada adik siapa gitu namanya, butuh sepatu. Yaudah saya gerah. Saya tanyain alamatnya buat kirim sepatu. Ya pada akhirnya ya gak saya kirim sih. Soalnya ternyata gaada sepatu yang sesuai HAHAHA.
Kemudian, saya diemin tuh.. Tapi kayaknya ada lah ya 1-2 hari saya kirim untuk transfer sedekah.
Di maret 2024 juga ada kejadian menarik. Ini dia. Tahan ya bacanya. Saya DM mbak Ma-eum untuk izin.. bahwa saya mau block dia! Kejam? Menurut saya nggak. Soalnya latar belakang keputusan saya tuh gini: 1. Saya udah capek secara hati karena ditagih sedekah terus. 2. Tidak ada itikad untuk bayar hutangnya. 3. Saya merasa takut buka tumblr karena capek liat DM dia yang menanyakan perihal sedekah terus.
Saya overwhelmed.
April 2024, saya memutuskan untuk menagih hak saya. Selain ya karena saya butuh uangnya.. Saya merasa bahwa saya harus nagih hak saya yang ini. Karena akad di awal itu meminjam. Saya gabisa mengkhlaskan gitu aja. Saya buka block tumblr saya ke dia. Eh eh, kok saya nggak bisa check profile dia ya? Apakah saya di-block juga? Ini ceritanya kepanjangan, tapi langsung intinya… saya saat itu akhirnya meminta bantuan Kak Yasir Mukhtar dan Kak Nisa. Saya jelaskan kronologinya dan meminta tolong mereka untuk bantu chat Mbak Ma-eum. Saya sertakan juga bukti Mbak Ma-eum meminjam uang ke saya. Nah, ini menjelaskan alasan yaa, kenapa Kak Nisa masih punya bukti SS diatas.
Kenapa kak yasir dan kak nisa? Ketika kamu search “rumahati” di tumblr, ada interaksi anonim nanya ke akun kak yasir serta ada interaksi antara Mbak Ma-eum dengan Kak Nisa.
Waktu itu Kak Yasir yang respon saya, dan dia bantu up soal tagihan utang saya ini ke Mbak Ma-eum.
Alhamdulillah, saat itu, 2 April 2024. Saya harap 2 april 2024 ini diingat ya. Karena akan jadi kunci penjelasan selanjutnya. 2 april 2024 itu akhirnya kami (saya dan Mbak Ma-eum) pindah obrolan ke WA. Saya disitu bilang bahwa tolong balikin uang saya dsb. Saya ingatkan baik-baik bahwa itu akad meminjam.
EH, sebelum itu.. Tentu saya sudah tagih yaa di februari-maret 2024 itu (kalau ga salah ingat). Jawabannya? Suaminya sakit dan baru kecelakaan, sedang tinggal di rumah mertua. Jadi dia bilang untuk makan pun, mertua yang menanggung. Keadaannya tidak memungkinkan, jadi mohon maaf belum bisa menggantikan. Nggak persis sih seperti redaksi kata dia. Tapi di period tersebut, dia punya alasan untuk nggak ngirim sisa pelunasan. Semuanya kisah sedih.
Di 2 APRIL 2024 ini, saya udah menegakkan hati. Bahwa apapun alasannya, saya gak peduli. Uang saya harus balik. Kejam? Menurut saya nggak. Karena saya merasa udah gak kuat punya urusan lagi dengan Mbak Ma-eum. It’s better to cut-off someone who drains your energy. You will be in the same room with me for this one.
Akhirnya, dilunasi. Ini bukti MUTASI nya di rekening BSI saya. Dari rekening BSI dia (a.n Sri Wahyuni 7083952778) ke rekening BSI saya:
Sebelum dilunasi 450.000 nya. Ada yang ngebuat saya curiga dengan Mbak Ma-eum ini. Dia bilang, “Iya mbak, kami lunasi ya. Kebetulan ada uang sedekah tadi.”
Saya gak bisa kasih buktinya. Itu chat yang dia kirim ke WA pribadi saya. History chatnya saya hapus. Kenapa saya hapus? Karena sebelumnya dia guilt-trip saya (well, from my side, I took that as a gaslight or guilt-trip. manipulative!). Salah saya memang... seharusnya saya berpikir jernih waktu itu... seharusnya saya tetep keep chatnya. Tapi ya gimana... sebelumnya aja udah digaslight kayak gitu :((( Sedikit FYI, beneran kaget banget. Sampe beneran kaget. Nangis. (nanti saya lampirkan konsistensi cerita saya ini. Buktinya berupa LIVE CHAT saya 2 april yg reach out ke teman-teman saya. Ada voice note juga pada tanggal 2 april itu, sepertinya mau saya up di file cloud).
Oke, baca sampai akhir ya.
Jadi setelah dia melunasi Rp450.000, saya segera hapus history chat, deact akun TUMBLR khaylillahtahzanu. Kenapa? Saya beneran trauma liat akun itu. Trauma. Saya trauma liat tulisannya yang cenderung akan meng-expose kesedihan adik-adik asuhnya, dsb. Saya pun trauma karena gaslight-nya sangat menyakiti hati saya. Terlebih itu keluar dari jari dirinya. Jari yang ia pakai untuk menulis kalimat-kalimat Allah juga di page tumblr-nya beliau.
Adapun gaslight yang dia kirimkan ke saya melalui chat adalah:
“Mba, maaf banget kalau kami belum bisa bayar. Tapi tolong Mba jangan perlakukan kami seolah2 mencuri uang. Kami tidak tahu apa yang udah menimpa Mba Ervine. Tapi seolah2 kami juga ikut andil atas apa yang menimpa Mba.”
Buktinya? Memang tidak ada bukti chat dia ke saya. Karena history chat WA dia ke saya telah saya hapus. Saya sedih sampai ga sudi lagi untuk liat chatnya, makanya saya hapus (iya saya tau waktu itu langkah saya beneran nggak tepat untuk hapus history chat). Tapi waktu itu saya LIVE CHAT soal penagihan utang ini ke grup yang berisi kakak-kakak saya. Tanggal 2 april 2024. Harap dilihat time-stampnya ya!
Jam 15.33 itu beneran saya nge-copy langsung dari chat Mbak Ma-eum ke grup. Saya gemeteran. Sangat gemeteran. Sangat-sangat gemeteran. Sampai saya ketik ini, saya masih inget perasaan saya kala itu. Lalu, jam 15.36, dia kirimkan pelunasan 450.000.
Bersambung. Pasti masih banyak pertanyaan mengenai kebenaran cerita saya. Saya akan coba jelaskan di section tulisan terpisah. Yang berisi LIVE CHAT saya dan VOICE NOTE saya ke teman dan kakak-kakak kenalan saya. Saya waktu itu beneran sangat shock, jadi meminta banyak orang untuk mewaraskan diri saya.
Jadi, menurut teman-teman, adab sedekah (yang memberikan ataupun pihak yang diamanahi sedekah) dan meminjam uang itu sebaiknya seperti apa?
58 notes
·
View notes
Text
Sustain and Settled
Ngelihat data lifestyle orang indonesia yang mostly lebih besar dari gaji ngebuat gue mikir tentang mana yang lebih tepat antara:
Lifestyle lebih besar dari gaji
ataukah
Gaji tidak mencukupi untuk mendapatkan kehidupan yang layak sebagai manusia?
Di umur segini tentunya banyak banget tuntutan buat gue untuk "memikirkan masa depan" dan "settled". Lalu gue banyak diajari tentang investasi karena konon katanya pola pikir orang kaya itu lebih suka berinvestasi dibanding menghabiskan uang.
Ada banyak kejadian yang membuat gue berpikir bahwa gue baru bisa investasi ketika kebutuhan dasar gue sudah tercukupi. Kalau belum? Kita pada akhirnya harus memilih:
"Mau hidup nggak layak dan tetap menabung"
atau
"Hidup layak dan mencari penghasilan tambahan"
Sampai pada akhirnya gue pun berpikir lagi tentang mana yang lebih kita suka:
"Punya dua kerjaan atau satu kerjaan?"
Kalo sama-sama layak, jelas gue memilih satu. Apakah gue malas? Enggak. Gue lebih mikir bahwa tekanan tinggi nggak selalu menghasilkan intan. Bahwa rekreasi juga termasuk kebutuhan manusia. Bahwa membentuk relasi sekitar dengan sehat juga termasuk kebutuhan manusia.
Gue seneng banget kalo ditakdirkan kaya. Tapi keinginan utama gue ya sekedar hidup dengan baik. Itu aja cukup.
Dan gue ngerasa baru bisa mikir sendiri dan terlepas dari doktrinasi "pola pikir orang kaya" tuh ya setelah sekitar tiga tahun hidup dengan tenang. Gaji cukup dan nggak mikir hutang. Tentunya gue juga belajar menabung dan investasi. Tapi tujuan hidup gue bukan itu.
Yang gue sadari banget adalah sewaktu gue berada di dalam kesempitan, sudut pandang gue tentang kebutuhan tuh sempit banget. Dalam kondisi berhutang, gue mikir bahwa kebutuhan gue adalah uang. Maka gue harus kaya. Setelah terbebas dari hutang, gue berniat pengen menyenangkan diri sendiri. Gue mikir bakal belanja parfum mahal, staycation di hotel, dst. Karena dua hal tersebut gue tahan banget selama gue ada di dalam kesempitan.
Ternyata setelah gue bernafas lega, gue menyadari banget bahwa hal-hal tersebut hanyalah keinginan sesaat aja. Pada akhirnya yang gue pikirkan ya gimana hidup settled. Meskipun versi settled-nya ya beda dengan persepsi orang lain.
Orang lain mikir bahwa prioritas pertama gue adalah rumah dan KPR. Tapi buat gue yang masih single, rumah nggak masuk prioritas gue. Prioritas gue adalah hidup sehat. Maka gue membangun "infrastruktur" hidup sehat. Makan kalau nggak masak sendiri ya catering. Gue juga mulai ke dokter gigi sama ambil paket medical check up untuk memastikan badan gue sehat. Intinya prioritas gue adalah upgrade cara hidup. Dan alhamdulillah hidup gue udah much better dibanding beberapa tahun lalu. Tentunya trigger untuk stress tuh masih banyak. Tapi dengan tubuh yang lebih sehat dan hormon yang lebih seimbang, gue bisa menghadapi hal tersebut dengan baik.
Dan Ramadhan kemarin gue jadi belajar juga bahwa pas kuliah dulu tuh gue sering banget mentarget 2x - 3x khatam. Sampe kurang tidur. Karena di mata gue tuh target adalah titik awal. Sekarang mindset gue beda. Target adalah titik akhirnya. Jadi gue udah mikir based on prioritas. Target gue khatam 1x dan akan lebih bagus kalau 2x. Untuk bisa seperti itu, jauh sebelum ramadhan udah nyiapin kerjaan biar nggak berantakan pas waktunya dipake untuk memenuhi target. Tercapai? Khatam 1 x + 20 juz. Pekerjaan aman. Tapi mens berantakan karena menunya ikutan berantakan. And that's very okay karena gue sendiri juga jadi belajar bahwa menu makan pun perlu ikut dijaga. Semoga ramadhan ke depan jauh lebih baik.
Tentunya gue ga tiba-tiba berubah jadi control freak yang semuanya jadi serba terstruktur. Tapi lebih ke "Misal target ga tercapai, bagian mana dari diri gue yang perlu gue perbaiki pelan-pelan nantinya?". Karena membentuk lifestyle itu proses yang pelan. Gue memahami itu.
Di sisi lain gue juga jadi mikir sih bahwa selama ini kita tuh diburu-buru nikah. Tanpa ada yang nanya:
"Kita punya trauma apa?"
"Apa yang perlu dibersihkan dalam diri kita?"
Karena trauma bonding itu real. Dan beberapa trauma membuat kita nggak bisa membentuk hubungan sehat dengan orang lain. Sehingga kita harus terjebak dalam pernikahan yang membawa mudharat.
Ada baiknya kita belajar encourage diri sendiri bahwa jika kita punya riwayat pola hubungan yang tidak sehat, datanglah ke psikolog. Investasikan uang untuk itu. Biar kalau kita memutuskan untuk berkeluarga, keluarga kita tuh sehat.
Manusia tuh memang nggak ada yang seratus persen cocok. Tapi interaksi dua individu yang mentalnya sehat tuh akan saling memperkaya.
Umur ideal menikah versi BKKBN adalah 25 tahun bagi laki-laki. Sementara bagi perempuan tuh 21 tahun. Gue di usia segini malah mikir bahwa beberapa orang memang baru siap untuk memulai hubungan sehat di usia 30-an. And that's very okay.
Selama kecil gue belajar bahwa peningkatan kualitas hidup bisa dilihat dari rumah dan kendaraan yang kita punya. Tapi pandangan gue sekarang berubah jauh. Jiwa yang semakin matang dan pikiran yang semakin jernih adalah peningkatan kualitas hidup yang sesungguhnya :)
105 notes
·
View notes