#persimpangan jalan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Persimpangan Jalan
Aku berada di persimpangan jalan
Terpaku terdiam memikirkan kemana kah kaki harus melangkah
Dalam ku berpikir
Ku toleh kanan ku toleh kiri
Semakin bingung aku dibuatnya
Skenario berputar di kepalaku
Apakah jika aku ke kanan aku akan menjadi orang suci
Yang dapat menyelamatkan dunia dengan dalih dan seruan yang memotivasi seluruh manusia di muka bumi
Dan apakah jika aku ke kiri aku akan menjadi power ranger dengan kekuatan yang tidak terkira
Menyelamatkan dunia dengan bertarung, berjuang, gunakan seluruh tangan dan kakiku
Tapi aku
Aku tidak sebijak itu untuk memimpin umat manusia dengan lidahku
Aku juga tidak sekuat itu untuk melawan kejahatan, disentil saja aku layu
Aku juga tidak punya kekuatan hati untuk menjadi tersohor
Aku terlalu penakut dan ingin lari menyembunyikan diri ini dari keramaian
Maka aku semakin terdiam
Berkontempelasi di antara jalan yang bercabang
Melamun panjang sambil menimbang bimbang
Kemana aku harus melangkah
Di persimpangan jalan ini
Semua norma dan tuntutan berbaris di belakangku
Siap mengikuti kemanapun jalan yang aku tempuh
Ku tengok barisan kacau mereka
Mengernyit aku menerka-nerka
Bisakah aku lepaskan rantai pengikat antara kita
Sambil kucoba goyang sedikit hingga lengah
Maka kembali aku menatap kedua cabang di depanku
Kemanakah aku harus melangkah
Kutarik napasku dalam-dalam
Kuhitung sampai tiga
Kuangkat kaki melangkah
Cepat-cepat-cepat
Berharap barisan di belakangku akan tertinggal
Kanan-kiri bukan masalah
Karena aku memilih untuk menerobos rerumputan pembatas tengah
Sambil berharap jiwa ragaku kuat menahan segala beton penghalang
Sambil berharap aku dapat merangkai mimpi dan harapan tanpa adanya ekspektasi dari dunia luar
Maka berlari aku sekencang-kencangnya
Lurus terus lancang lewati marka
Karena kanan dan kiri bukan satu-satunya arah
Selalu ada arah jika ada kemauan
Selalu ada jalan jika ada impian
Keraguan bukan dinding padat penghalan
Hanya sebatas kabut tebal yang selalu bisa dikalahkan
Dengan sinar matahari pengharapan dan hembusan angin penuh kegigihan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku memilih maju tanpa mengindahkan jalanan yang sudah ditetapkan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku akan membangun sendiri jalan yang telah aku impikan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku menentukan arah yang aku inginkan
Aku berada di sebuah perjalanan
-mad
Sept 3
After a long day of cleaning up my place, this spontaneous poem feels so right while I’m wide awake gazing at my ceiling.
2 notes
·
View notes
Text
Di Persimpangan Jalan Pulang
#Prolog
Selalu terbayang dalam benakku, kisah seorang pangeran berkuda dengan putri bermahkota. Pangeran yang gagah, putri yang berparas cantik. Membawaku berkelana menemukan dirimu, perempuanku.
Selalu terbesit tanya, adakah dongeng itu dalam dunia fana ini?. Dalam pencarianku menemukanmu, aku percaya.
Kutuliskan sebuah cerita yang terlahir dari jalanan tanpa nama. Walau tak se-epik kala Qais menghanyutkan dedaunan melalui aliran sungai dan angin yang berhembus menjamah tubuh Layla sebagai tanda bahwa ia begitu dekat dengannya. Atau, menyapa burung-burung untuk menyampaikan pesan cintanya pada Layla. Namun aku percaya, jika suatu saat nanti kau akan membaca kisah ini. Seperti halnya Qais percaya bahwa dedaunan dan pesannya pada burung- burung itu akan sampai pada Layla. Atau, bahkan kau akan melanjutkan cerita ini jika seandainya aku tak lagi bisa bercerita.
Mungkin saja.
Namun, kisah yang terukir diantara mereka tidaklah serupa dengan kisah ini. Kisah mereka begitu dikenal seantero Timur Tengah, tapi kisah ini, bahkan aku dan dirimu sendiri pun tak mengerti apa yang tengah terjadi. Hanya ada ketaksaan diantara kita.
Aku yang terlalu takut menggores luka. Hingga memilih untuk tidak tetap tinggal bersamamu. Walau kuingin. Walau ku mau. Tapi takdir tetaplah takdir, sekeras apapun aku berusaha, ketetapan-Nya yang akan berlaku. Sekuat apapun aku meminta, kehendak-Nya yang akan terjadi.
Dan disini aku ingin berbicara padamu. Kuatkanlah hatimu. Jalani saja dengan penuh cinta. Biar Sang Maha Cinta yang memberi jalannya.
Aku pergi menemui cinta. Maka tetaplah tinggal bersama-Nya dengan penuh cinta, walau kita tak bersama lagi.
Teruntuk dikau.
1 Mei'24
TulisZa
5 notes
·
View notes
Text
Ramadan #6
Saat diri kita tersesat terlalu jauh, memang tidak mudah untuk kembali ke titik awal. Seolah kita telah melewati jalan yang berliku dan harus kembali mengalami likunya hingga kita tiba di titik persimpangan dulu. Persimpangan yang pernah kita pilih dan ternyata apa yang kita pilih ternyata tidak sesuai dengan apa yang akan kita tuju.
Tidak mengapa. Jika memang itu jalan yang perlu ditempuh, alih-alih kita membiarkan diri terus tersesat atau justru diam ditempat. Tidak mengapa, jika kita perlu meniti lagi jejak-jejak kita kemarin. Akan ada banyak sekali pelajaran berharga di sana, pelajaran yang sangat menjadikan diri kita sebagai orang yang lebih baik.
Memang tidak seketika membuat kita sampai ke tujuan, tapi pelajaran hidup yang seberharga ini, mungkin takkan pernah kita dapatkan tanpa kita tersesat sebelumnya.
Pada akhirnya kita menyadari bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, selama kita berhasil menempatkan sudut pandang yang tepat di setiap kejadiannya.
79 notes
·
View notes
Text
Paham Agama
Having parents who understand Islam is truly a blessing.
Mulai dari pola didik sampai cara pandang terhadap dunia, umi abi gue cukup ketat sama anak-anak nya. Tapi tulisan ini bukan tentang gimana umi abi ngedidik kami putri-putri nya. Ini tentang terima kasih dan rasa syukur.
Sejak kecil, gue selalu diajarin bahwa tujuan besar setiap manusia adalah masuk surga. Entah jalan maju mundur atau kanan kiri pertimbangan nya selalu "bisa membawa ke surga nggak?". Gue terbiasa untuk berpikir panjang dan diskusi sama orang tua setiap dihadapkan dengan persimpangan. Mana yang lebih sedikit mudhorot nya dan mana yang lebih Allah ridhoi.
Di umur segini, gue masih rely on orang tua. Termasuk di saat-saat gue kecewa sama dunia. Dalam kondisi biasa, nasehat abi lebih tegas dan menjurus, umi bagian nego dan diskusi. Tapi di kondisi gue lagi futur, umi bakal jadi yang tegas dan abi yang puk puk.
Minggu kemarin gue capek banget, iya capek sama dunia. Umi chat panjang, sebenernya gue udah diajarin berulang-ulang konsep nya, tapi tetep aja waktu jatuh susah banget praktek nya. Umi bilang, "Dunia sdh ditetapkan Allah, gak akan tertukar. Mau dikejar kek apa juga, kesannya sudah sangat deket banget dan hampir gak ada kemungkinan gagal, tapi kalau Allah belum menghendaki, gak akan terjadi itu". Gue bukan saingan nya siapa-siapa, kalau emang Allah menghendaki ya kun fayakun, terjadilah, maka terjadilah. Bisa jadi memang usaha gue kurang, bisa jadi juga memang belum waktu nya. Allahua'lam. Rencana Allah selalu yang terbaik.
While gue nangis liat chat panjang umi, dan tentu saja blm bisa bales. Ga lama setelah nata hati dan air mata dulu wkwk, abi nelpon. Abi bukan tipe yang mudah ekspresiin perasaan, jadi abi nelpon adalah sesuatu buat gue. "Udah gausah nangis, emang orang banyak macem nya. Selalu ada jalan kok. Kita liat nanti aja, tapi kamu harus paham konsekuensi nya". Alhamdulillah nya stock air mata udah abis tu berapa ronde sebelum ditelpon, jadi nggak banjir, ya mbrambang dikit aja wkwk.
Gue tau ngga semua orang punya orang tua yang bisa dijadikan figur. Umi abi gue juga bukan orang tua yang nggak pernah salah atau flawless. Tapi gue paham, jadi orang tua nggak pernah mudah. Moreover, jadi orang tua yang paham agama dan mampu menghidupkan Islam dari rumah, untuk kemudian dibawa anak-anak nya melanglang buana itu jelas jauh lebih susah.
Inilah kenapa alasan terbesar memilih jodoh paling utama karena agama nya. Karena itu hal dasar yang akan menentukan surga neraka keluarga. Plus ujian hidup di rumah tangga "katanya" akan lebih mudah dijalani kalau proses di depan nya didasarkan dengan agama. Ya ini jadi motivasi gue juga biar berusaha jadi lebih baik terus, kan jodoh sekufu ya, kalo mau dapet yang baik ya sadar diri aja.
At the end, gue selalu bersyukur punya orang tua yang paham agama. Jadi kalau ditanya figur parenting gue siapa, gue selalu tau jawaban nya, umi abi. Bukan Nikita Willy atau Bu Irina. Walaupun tetep, selalu ada ruang untuk explore jadi lebih baik lagi hehe. Semangat orang tua dan calon orang tua, the future rests on our shoulders.
youtube
~Ini bagus lagu nya, soal nya kaya lagi di puk puk aja sih wkwk
42 notes
·
View notes
Text
Sampai jumpa dilain kata
Aku ingin menulis ini untukmu, sepucuk surat yang barangkali akan terlewat untuk kamu baca. Tapi, aku ingin tetap menulisnya.
Hari ini kamu tersenyum lagi ya? Hebat. Aku bangga padamu. Aku bangga meskipun banyak hal menyedihkan yang datang padamu, kamu masih mau menggenapkan satu hari dengan mengukir lengkung di bibirmu.
Banyak rencana yang berantakan, tapi kamu bangkit untuk menatanya kembali.
Banyak luka yang menganga, tapi kamu mau bersusah payah mengobatinya lagi.
Aku tau, kemarin kamu ingin menyerah kan? Kemarin kamu ingin berhenti di persimpangan jalan yang membingungkan itukan?
Tapi kamu berhasil mengurungkan niat untuk tidak melanjutkan kata menyerah itu. Makasih sudah mau berdiri sampai dititik ini. Aku tau, pasti berat sekali harus berkali-kali menguatkan diri sendiri, sendirian.
Dibalik sedih dan kecewamu kemarin, ada banyak juga kebahagiaan dan kebaikan yang patut kamu syukuri. Dipertemukan dengan orang-orang baik dan menemukan banyak kenangan baik. Kamu melewati momen itu dengan tertawa lepas. Aku turut bahagia melihatnya.
Tahun-tahun kedepan, kamu berhak menemukan kebahagiaan lagi. Semoga akan ada banyak hal-hal baik yang datang. Semoga do'a-do'a yang belum menemukan jawaban, segera menemukan jalannya.
Jika masih diberikan umur, kita usahakan sebaik-baiknya dan semampunya ya. InsyaAllah, Allah akan berikan jalan.
Semangat bertumbuh, teman tumbuhku!
- dirumah, 31 Desember 2023
39 notes
·
View notes
Text
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus
Kadang kalau belum mengenal sebuah tempat, Google Maps adalah koentji.
Sama halnya dengan hidup. Seiring bertambah dewasa, kadang kita merasa bingung dengan jalan yang dilalui. Ada persimpangan, ada jalan buntu. Lalu, kita bingung harus menanyakan kepada siapa arah hidup ini.
Memang dalam hidup, kita akan banyak menemukan pilihan taat atau maksiat.
Misal, saat di keramaian, kita akan mudah sekali untuk menjadi sholeh. Namun dengan kesendirian, kita pasti akan dihadapkan pilihan maksiat dari setan yang membisik.
Makanya, kita butuh Allah untuk memberikan petunjuk. Dengan petunjuk-Nya kita akan berada dalam jalan yang lurus, yaitu jalan ketaatan.
Shirath adalah salah satu kata yang unik dalam bahasa arab. Dia tidak memiliki versi jamak. Shirath berarti satu-satunya jalan. Maka untuk mencapai ridha-Nya, menuju surga-Nya, hanya ada satu jalan; taat kepada-Nya.
Coba bayangkan, “tunjukilah kami jalan yang lurus” Kenapa ayat ini request untuk sebuah jalan, bukan destinasi atau tujuan akhir? Tujuan ini adalah sebuah jalan. Seolah Allah ingin melihat kita sudah jalan sampai mana. Allah ingin melihat proses kita, bukan hasil akhir kita. (30 Days Make It Better - hal 8-9)
Mentor saya dulu terbiasa menggunakan ayat ini untuk penutup pidato. Saya pun mengikutinya.
Dengan harapan, apa yang kami lakukan ini senantiasa ditunjuki jalan yang lurus, bukan untuk mencari kesenangan dunia semata, tapi hanya mengharap ridho-Nya.
Semoga Allah mudahkan.
Surakarta, 06 November 2024
Tadabbur Al-Fatihah : 6, Buku "30 Days Make It Better" by Quranreview
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#QuranReviewAba
9 notes
·
View notes
Text
Menempa Value
Suatu hari, baru beberapa bulan mengajar saya dimintai tolong untuk membuat design bon yang mirip dengan bon dari salah satu toko ATK.
"Bu Julia kalau bikin design bon gt bisa?"
"Design bon? Bon dari toko gt bu?"
"Iyaa, buat nyamain ke laporannya."
Engga, ini gak bener. Ayo tolak ju. Meskipun niatnya baik, tapi ini termasuk tolong menolong yang tidak boleh ju.
"Oh buat kapan bu? Saya lagi ada tugas dari MK persiapan projek anak-anak. Belum lagi masih perlu nyiapin gambaran LPA buat rapat besok bu di yayasan. Kayanya gak bisa bu, gapapa kan?"
"Oh gapapa-gapapa, kirain lagi gak banyak tugas."
Buu, saya bisa saja memaksakan diri untuk menyanggupi permintaan itu. Bisa diulik, asal mau. Tapi nurani saya tidak mau, bahkan hanya sekadar untuk menyetujuinya. Ini tidak benar!
Kala PTI pertama ada seorang wali murid menitipkan bingkisan sebagai ucapan terima kasih karena telah mendampingi anaknya. Lalu ada perasaan gusar di dalam hati
Ini harta ghulul ju, tidak boleh.
Lalu saya menghubungi kepsek bertanya tentang aturan di sekolah terkait ini. Masih tidak tenang juga, memberanikan bertanya pada pihak yayasan. Mereka mengizinkan untuk menerima berbagai bentuk apresiasi wali murid terhadap guru anak-anaknya.
Engga, aturan agama yang saya yakini tidak membolehkan selama masih ada interaksi kedepannya sebagai murid dan guru. Engga, ini tidak boleh. Semoga Allah mengampuni apa-apa yang baru bisa saya ingkari dengan hati.
Puncak.
Setelah lelah rapat sore itu, saya banyak melamun di dalam angkutan umum. Bingung, apa yang harus saya lakukan. Saya menghubungi Ai
"Ai, aku mau resign aja. Gapapa?"
"Kenapa? Kecapean?"
"Aku diajukan oleh satuan pendidikan ke yayasan sebagai bendahara sekolah. Setelah mengamati satu semester ini, aku tahu betul jobdesk bendahara ini seperti apa. Terlalu rawan dengan hal-hal yang kotor. Aku takut."
"Ya udah resign aja, kalau itu gak baik buat kamu, hidup kamu dan urusan agama kamu. Rezeki akan Allah datangkan. Tapi cara kita menjemputnya kalau gak baik juga malah jadi gak berkah. Hidup di dunia sementara, jangan membebani diri dengan hal-hal yang berat pertanggung jawabannya nanti. Lagian Ai perhatiin jobdesk kamu tuh banyak banget sih, kamu malah jadi sering sakit dan gak ada waktu buat diri kamu sendiri."
"Aku mau istikharah dulu sembari nunggu keputusan yayasan. Kalau sampai minggu depan gak ada follow up. Aku fix resign yaa."
Saya pernah ada disituasi seperti ini, bahkan dulu mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap dijalankan. Karena alasan tugas. Lalu Allah hadirkan ujian yang serupa. Ah, ini remidi. Karena yang lalu saya belum mampu meninggalkan, hanya bisa terus ngedumel sembari mengingkari. Kini harus dibuktikan.
Saya mengajukan resign, diam-diam tanpa diketahui orang-orang disatuan pendidikan. Sebulan kemudian di panggil oleh pihak yayasan, dilobi agar tidak jadi resign. Diberikan beberapa penawaran agar bisa bertahan. Tapi fitrah sebagai manusia yang belajar sudah merasa tidak nyaman. Keputusan telah dibuat, tekad telah bulat.
Paginya di panggil yayasan, sorenya dihubungi satuan pendidikan.
"Bu Julia, pihak yayasan sudah oke katanya terkait pengajuan menjadi bendahara."
"Lho, Pak X belum mengabarkan gt bu? Saya jadi untuk resign bu. Tadi pagi malah sudah wawancara dengan HRD, tapi pak X sudah tahu rencana saya ini. InsyaAllah minggu depan justru wawancara dengan petinggi yayasan bu."
"Nah itu Pak X dan Bu Y ngabarin, siapa tahu kalau jadi bendahara bisa bikin Bu Julia mau bertahan."
"Buu, keputusan ini insyaAllah bukan keputusan yang didorong karena semata-mata materi. Saya semakin cinta dengan mengajar sejak bertemu anak-anak dan guru-guru hebat disini. Cuma saya merasa tempat ini sudah cukup untuk menjadi tempat saya belajar. Saya menerima banyak kebaikan disini. Tapi pada beberapa persimpangan kita bisa memilih jalan yang akan kita lanjutkan untuk melakukan perjalanan kan bu?"
"Gak mau dipikirin lagi? Kalau Bu Julia gak nyaman sama lingkungannya, saya bisa ajukan untuk pindah satuan. Saya butuh teman yang sejalan. Jujur, saya butuh Bu Julia buat nemenin saya memperbaiki hal-hal yang bersifat prinsip disatuan ini. Kita bangun bareng-bareng."
"Bu, saya orang baru disini. Saya sadar kapasitas dan posisi saya. Kadang ketika kita gak bisa mengubah sesuatu hal, mungkin bukan lingkungannya yang salah. Tapi mungkin kita gak tepat aja, kitanya yang gak cocok. Jadi saya rasa mungkin saya perlu mencari wadah lain yang sejalan dengan value yang saya yakini. Itu saja bu."
"Pokoknya sebelum ketok palu dari yayasan, kesempatan itu selalu terbuka ya buat Bu Julia. Jadi sebelum ada pernyataan resmi dari yayasan, saya gak akan bilang ke temen-temen yang lain kalau Bu Julia akan resign."
Mengambil pilihan yang tidak umum bagi kebanyakan orang mungkin akan dicap idealis, gak realistis, cuma nyusah-nyusahin diri sendiri. Tapi, kalau dengan menjalani apa yang umum bagi kebanyakan orang lalu kita tidak bahagia, merasa tertekan, merasa bersalah. Kayanya terlalu sia-sia untuk menghabiskan sebagian hidup pada hal-hal yang sudah jelas bertentangan dengan value hidup yang kita pegang. Iya, kan?
Wadah yang saya tempati saat ini mungkin banyak disayangkan oleh orang-orang disekitar, tapi saya bahagia menjalaninya. Boleh, kan?
14 notes
·
View notes
Text
Menguatkan Langkah.
Allaah, aku sedang menjalani hari-hari yang membutuhkan pertolonganMu setiap waktu. Mudahkanlah aku dalam memulainya dan jadikanlah akhir yang bahagia penuh syukur pada akhirnya Dan aku serahkan segalanya tentang hidupku kepadaMu, serta mudahkanlah aku dalam menerima setiap ujian dan cobaan dariMu, untuk menunaikan kewajiban dariMu dengan sami'na wa atho'na terhadap perintah dan larangan dariMu dalam mencari pembekalan menuju kehidupan yang abadi tanpa tapi, tanpa nanti.
Allaah kala nanti aku sedang berada di persimpangan jalan sebab aku merasa lelah dan futur, maka kuatkanlah aku melalui orang-orang yang tulus membersamaiku karenaMu. Sebab akan sangat menyedihkan jika dalam keterpurukan ku tak ada seorangpun disisiku meski sekadar melihatku menangis.
Allaah, aku sedang menjalani hari-hari yang membutuhkan pertolonganMu setiap waktu. Yang setiap tangisku aku sangat berharap pertolongan itu akan datang saat itu juga. Barangkali aku sedang berada di fase sangat putus asa. Namun rahmatMu kepadaku begitu luas, sehingga harap untuk redup selalu kutepis berkali-kali.
Allaah, aku tidak ingin menyerah dan kalah dengan begitu saja. Sebab tak akan ada kebaikan bila aku tak mencobanya sekalipun hasilnya tak sesuai dengan harapan. Tak apa, aku tak akan menyesali telah mencobanya. Aku tak akan pernah patah atas segala keputusan yang terjadi. Sebab sesuatu yang telah bergulir adalah satu ketetapan dariMu yang pasti.
Pada banyak hal aku seringkali menangis pada banyak hal aku merasa sangat putus asa, pada banyak hal rasanya ingin sekali menyerah. Namun bukanlah seorang yang mengaku bertahuid kepadaMu, jika rasa kalah dan menyerah dengan keadaan. Sebab pertolonganMu sungguh dekat dan nyata.
141 notes
·
View notes
Text
Menemukan Ketulusan Melalui Ketabahan dan Mandiri
Di persimpangan jalan cinta, kita dihadapkan pada pilihan: menyerah atau bertahan. Saat memilih bertahan, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa cinta sejati membutuhkan ketabahan. Ketabahan ini bukan berarti pasrah, melainkan tegar dalam menghadapi rintangan dan ujian.
Ketabahan ini mengantar kita pada gerbang ketulusan. Di gerbang ini, kita belajar untuk mencintai dengan tulus tanpa pamrih. Ego yang selama ini membelenggu mulai luruh, digantikan oleh rasa ingin memberi dan membahagiakan.
Cinta yang tulus ini mendorong kita untuk menjadi pribadi yang mandiri. Kita tidak lagi bergantung pada pasangan untuk kebahagiaan, tetapi mampu menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri. Mandiri ini bukan berarti egois, melainkan kemandirian yang saling menguatkan dan melengkapi.
Di jalan cinta sejati, kita belajar untuk mencintai dengan tulus, tegar, dan mandiri. Ketiga hal ini saling berkaitan dan mengantarkan kita pada kebahagiaan yang hakiki.
11 notes
·
View notes
Text
Agustus: Bendera Hijau di Lampu Hijau
Bulan Agustus biasanya identik dengan bendera merah putih yang berkibar dimana-mana untuk menandakan bahwa usia negeri ini telah bertambah satu tahun. Kali ini, sudah hampir delapan puluh tahun negeri ini merdeka, terbebas dari penjajah.
Meski aku bukan termasuk orang yang rajin ikut upacara atau aktif dalam acara peringatan ulang tahun negeri ini, aku tetap melihat kemerdekaan sebagai hal yang patut disyukuri. Walau dalam kualitasnya, negeri ini punya banyak hal lain yang masih perlu diperbaiki.
Negeri ini memang sedang tidak baik baik saja.
Tapi maaf aku tidak berniat mengubah topik tulisan ini menjadi tulisan bernuansa ketidakadilan atas kekuasaan yang candu seperti yang sedang hilir mudik disana sini. Seperti biasa, aku akan tetap berbagi tentang topik yang sama.
Topik tentang pencarian.
Lantas, ada apa dengan bendera hijau di lampu hijau?
Bendera hijau/greenflag adalah lawan kata redflag yang biasa digunakan anak zaman sekarang untuk menilai baik tidaknya karakter seseorang di dalam suatu hubungan. Tidak dapat dipungkiri, telah banyak laki-laki greenflag yang pernah datang dan berproses, tapi apa boleh buat? Prosesnya harus berakhir berkali-kali, lagi dan lagi.
Ya, harus kuakui, bersabar adalah jalan yang harus ditempuh untuk setiap kisah yang harus kandas di tengah jalan. Eh, atau memang sudah harus seperti itulah akhir ceritanya.
Bagiku yang sudah melalui beberapa proses dengan sekian manusia dengan beraneka rupa dan ragam, ternyata greenflag saja tidak cukup. Untuk urusan yang satu ini, seseorang juga perlu menemukan greenlight alias lampu hijau.
Jadi, mari beralih tentang lampu hijau.
Dulu, saat masih bekerja membangun sebuah produk digital bersama tim kecil nan solid di Kota Belimbing, setiap kali pulang kantor, aku harus berhenti sejenak di persimpangan jalan untuk menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Itu sudah menjadi rutinitas setiap pengendara.
Setidaknya ada 2 lampu merah yang harus dilalui dari kantor ke rumah, tidak begitu sebaliknya. Banyak hal yang bisa diperhatikan (misalnya membaca billboard di pinggir jalan yang semakin hari semakin meriah dan kreatif), atau didengar (banyak pengamen jalanan yang biasa mangkal di lampu merah), atau mungkin sekadar melanjutkan apa yang sedang dipikirkan dalam lamunan. Menunggu lampu hijau menyala artinya menghargai sesuatu untuk terjadi sesuai pada waktunya. Patuh. Sebenarnya bisa-bisa saja jika mau menerobos lampu merah karena tidak sabaran, tapi terlalu banyak konsekuensinya.
Begitupun aku yang saat ini masih menunggu lampu hijau untuk menyala demi urusan yang satu ini.
Di beberapa pekan terakhir, aku 'bertemu' dengan tiga bendera hijau, sebut saja En, Far, dan An. Ketiganya hadir di waktu yang berdekatan. Anggap saja ketiga orang ini adalah pengendara lain yang bersisian di samping kanan dan kiri saat menunggu lampu merah berubah hijau. Ada jeda waktu yang membuat kami bisa memperhatikan satu sama lain.
Ketiganya baik, ketiganya pun juga sedang menunggu lampu hijau. Sama sepertiku.
Tapi En dengan masa lalu dan traumanya yang belum sembuh. Far dengan keputusannya yang ternyata jauh berbeda denganku. Dan An yang pelan-pelan mulai menjauh. Pesan-pesanku kini tertinggal hanya terbaca tanpa terbalas.
Entahlah, pada akhirnya kami memang melanjutkan perjalanan masing-masing, tapi siapa tahu takdir akan membawa kami bertemu lagi di perhentian lampu merah yang sama, kembali bersisian. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawabnya.
Saat ini, aku hanya ingin pulang, beristirahat, dan melanjutkan apa yang seharusnya dilanjutkan seperti biasa. Memilih untuk tidak terlalu peduli.
Lagipula, aku juga tidak sedang terburu-buru.
Lalu, pada akhirnya aku hanya bisa kembali berdoa dengan doa yang sama. Jika tahun ini yang terbaik bagiku maka dekatkanlah, mudahkanlah, dan berkahilah siapapun laki-laki shalih yang menjadi pilihan-Mu. Buatlah aku rida padanya, dia rida padaku, dan Engkau rida atas kami untuk saling membersamai sampai surga.
#menulis#catatan#agustus#bendera hijau#lampu hijau#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat
7 notes
·
View notes
Text
Kemungkinan yang Akan Datang
Pernah nggak kepikiran kalau kamu dan aku akan ketemu saat nanti udah punya keluarga masing-masing?
Mungkin kamu akan berpapasan saat aku sedang menggandeng suamiku dan aku melihat kamu sedang menggenggam tangan istrimu.
Saat itu mungkin nggak aku dan kamu akan saling sapa? Atau paling nggak saling lempar senyum lewat sorot mata.
Jawabannya tentu bisa iya dan sangat mungkin nggak.
Atau aku dan kamu justru akan berpapasan saat sedang menemani anak bermain di playground atau nganterin anak sekolah karena kebetulan anakku dan anakmu satu sekolah.
Mungkin nggak anakku dan anakmu akan jadi teman akrab yang memaksa kita untuk saling sapa bahkan saling bicara?
Bisa iya dan sangat mungkin nggak.
Kemungkinan itu sangat mungkin terjadi mengingat jarak kita yang dulu sedekat nadi jadi sejauh ini.
Kalau soalan letak geografis, masih bisa diakalin pakai teknologi. Tapi kalau yang udah nggak mau itu hati?
Kemungkinan berjarak dengan seseorang yang dulu dianggap dekat itu 50:50. Bisa semakin dekat atau sebaliknya.
Dan dari kemungkinan itu, jarak paling tabah adalah membiarkan sebuah kisah berjalan sesuai takdirnya hingga kedua titiknya merenggang begitu jauhnya, walau mungkin secara geografis masih bisa disebut dekat.
Jarak yang pernah dipaksa untuk terus dekat sampai lupa bahwa semesta tidak pernah beri restunya. Di saat itu, marah pada jarak adalah hal yang begitu ingin dilakukan.
Bagaimana bisa? Orang-orang yang tidak saling kenal, berkenalan, lantas dipisahkan dengan hal-hal yang seringnya tidak masuk akal?
Apa kalau bukan karena maunya semesta?
Atas jawaban paling masuk akal, biarkan dekat jauhnya jarak jadi hal paling abu-abu karena sekuat apapun diusahakan dekat, jika jauh adalah jawaban, maka mau apa juga?
Ya seperti saat kita udahan, aku juga nggak akan marah kalau kita nggak sengaja ketemu.
Terlebih setelah semuanya udah kehapus sama jejak-jejak baru.
Mungkin nggak, besok aku akan kamu ceritakan sebagai seorang yang berarti di hidup kamu kepada anak kamu?
Sebab ya mungkin saja aku akan menceritakan bagaimana pertemuan dan perpisahan kita supaya anakku nggak akan mengulang yang sama.
Gimana ya seseorang bisa disayangi dan dibenci dalam satu waktu? Gimana seseorang bisa dikecewakam dan dibuat bahagia dalam situasi yang sama? Iya, aku pernah sayang sekaligus benci kamu di satu waktu. Sayang, karena kamu pernah bikin aku sehidup itu, dan benci karena kamu juga yang meredupkannya.
Kecewa karena kenapa harus ketemu kamu tapi nggak bisa jadi punyamu. Bahagia karena aku punya banyak kenangan indah sama kamu.
Nggak pantes ya rasanya saat berumah tangga nanti, kita, atau aku, masih harus ingat-ingat tentang kita.
Tapi kan aku memang udah bilang, kalo cerita aku sama kamu nggak pernah bisa aku hapus gitu aja.
Aku nulis semuanya dan itu yang akan jadi pengingat kalau kita akan jadi sejarah meskipun kita udah jalan jauh meninggalkan.
Aku menuliskan semua bukan perkara belum mampu move on atau masih sesayang itu sama kamu. Bukan dan jelas bukan.
Aku menulis ini sebagai pengingat bahwa persimpangan kita di hari lalu sangat mungkin terulang dengan kita yang telah terlahir baru.
55 notes
·
View notes
Text
Di Persimpangan
Kita telah sampai pada sebuah persimpangan
Malam di mana menjelma sebuah hukuman
Dingin yang mendekap dan mencekam
Menyisakan titik pada sebuah alur cerita
Derap langkah terhenti
Bibir yang terkatup
Wajah yang berkerut
Dan gelagat langit kelabu yang bergelayut
Nyanyikan himne kerinduan
Karena jalan-jalan itu akan segera tiada
Wangi angin menyalamkan perpisahan
Aku merindukan jalan kecil yang belum pernah kulewati
Kita akan bertemu lagi di tempat-tempat yang tidak pernah kita ketahui
nk, 2024
#poems and poetry#original poem#poems#poemblr#literature#poetry#puisicinta#puisi sedih#puisiindonesia#puisi#sajaksenja#puisipendek#sajakcinta#sajak#sad poems
7 notes
·
View notes
Text
Persimpangan Jalan
Aku melihat ke kanan malam ini, keinginan itu datang menelusup oleh satu tempat dan wajah merah yang menyambangi pikiranku. Kembalikah aku berkompromi atau kali ini aku akan membawa diri melampaui rasa egois dan kata hati?
Aku tidak ingin apapun yang disebabkan ketidakpastian, tapi harapan itu kian membuncah dan ingin lepas. Manakah yang lebih egois, keinginanku memilikinya, atau keinginan aku berada di jalan yang pernah memberiku kekuatan?
Entahlah, rasanya aku seperti remaja delapan belas, yang masih sering terkapar oleh harapan sialan, namun bukankah sekali-kali aku harus bertaruh dengan yakin, dan kali ini mempertaruhkan prinsip dan kebebasan.
Jika aku nekat, bagaimana nanti aku akan memaki nasib saat kembali gagal?
48 notes
·
View notes
Text
Tampa disadari bahwa masa lalu, pernah saling menyakiti. Padahal jalan telah terbentang persimpangan terlihat jelas, sakit.. aku tau, dan aku juga sakit. Namun, harap adalah ikhlas, pada perjalanan yang sedang d telusuri. Hanya itu saja untuk saat ini.. terimakasih atas segala cerita, dan maaf atas segala luka.
12 notes
·
View notes
Text
Wahai Tuhan sang pemberi rasa
Aku masih bertanya-tanya mengapa Engkau menaruh rasa itu di dada ku yang sempit ini.
Dada yang tak kuasa menahan rasa cinta, yang sangat rapuh atas segala konsekwensinya.
Lalu mengapa Engkau menaruh rasa yang besar itu kedalam hatiku yang kecil ini?
Aku dan hati kecil ku sudah sangat lelah untuk hal itu. Rasanya aku sudah hafal semua yang kelak akan terjadi, layaknya menonton ulang film yang sama.
Kupikir begitu awalnya...
Namun rasa ini sungguh berbeda, apakah ini sebuah pertanda?. Kata yakin teramat sangat angsung terbesit seketika di hati dan pikiranku
Dan ternyata semua diluar semua dugaan ku, saat itu juga aku menyadari bahwa jalan hidup ini sungguh unik dan tidak semudah itu di tebak.
Lalu bagaimana aku sekarang?
Aku menjalaninya dengan memperhatinan segala lubang-lubang yang pernah kubuat dulu. Namun tak bisa dipungkiri bahwa rasa itu seperti pedang yang kadang memberikan kekuatan tak terbatas kepada penggunannya, bisa menebas semua hal yang ada di depan matany. Namun kadang menusuk dada penggunanya sendiri sehingga membuat sakit yang membuatnya ingin tak dilahirkan kembali ke dunia ini, karena tak ingin merasakan sakit itu lagi
Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi harapku, bahagia yang akan menjadi akhirnya.
Aku akan berjuang sampai pintu itu tertutup, doa dan usaha akan menjadi penemanku didalam perjalanan ini.
Tapi aku masih tetap tidak mengerti mengapa Engkau memberikan rasa itu kepadaku, di waktu itu. Namun aku percaya dan akan selalu percaya bahwa semua ini tidak sia-sia, pasti ada hikmah yang menungguku di setiap persimpangan jalan dan akhirnya.
Terimakasih Tuhan atas semuanya
The Odyssey of Penance #Chapter8
12 notes
·
View notes
Text
Rebuild
Dunia senyap, dan kau masih meracau tentang peningnya kepala. Apakah kau sadar dunia tetap berputar untuk semua orang?. Dan kenapa kau berpikir kalau kau ada ditengah semua itu?, ini bukan antartika dan kau bukan James Cook. Mungkin mencari tahu apa sebab dari kecemasanmu bisa menjadi awalnya.
Apa yang akan kau lakukan?, dan apa sudut pandangmu untuk semesta ini?. Untuk sekali saja alihkan pandanganmu pada sesuatu yang selalu ada untukmu. Selalu menjadi rumah untukmu yang sudah menempuh siksaan dunia. Apapun alasannya, lebih mudah untuk membiarkanmu pergi daripada menahan mimpimu.
Menelponmu hanya untuk mengetahui bahwa kau masih mau mengangkatnya. Atau hanya sekedar berpapasan, tanpa perlu berinteraksi. Jalur satu arah di sebuah persimpangan, atau hanya sebuah perasaan dengan analogi yang sama?. Karena nampaknya kau selalu melewatkan semua jalan alternatifnya.
Untuk kali terakhir, aku berharap dari semua kilasan memori yang menghantui pikiran. Bisakah kita akhiri ini semua, dan mulai jujur pada diri sendiri. Kupikir semua yang gratis itu tidak ada ruginya. Sampai dimana perasaan mengalir untuknya tanpa henti, hanya membuat semua hal menjadi kelamkabut.
Aku tak mau lagi tahu apapun tentangmu. Yang mungkin bertentangan dengan semua hal yang kulakukan. Sudah waktunya bagiku membangun semua hal kembali. Ada atau tidaknya semua hal tentangmu, itu kembali padamu. Pada akhirnya bukan terserah padaku bagaimana akhir cerita ini.
3 notes
·
View notes